TENTANG
BUPATI KUDUS,
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
BAB IV
KELEMBAGAAN
Pasal 7
BAB V
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 8
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 9
BAB VI
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
BAB VII
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 14
Bagian Kedua
Tahapan
Paragraf 1
Umum
Pasal 15
Paragraf 2
Prabencana
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Paragraf 3
Tanggap Darurat
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Paragraf 4
Pascabencana
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31
BAB VIII
Bagian Kesatu
Pendanaan
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
Bagian Kedua
Pengelolaan Bantuan Bencana
Pasal 37
BAB IX
PENGAWASAN
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
BAB X
PENYIDIKAN
Pasal 41
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
PasaL 42
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 9, Pasal 11, Pasal
12 ayat (1), dan Pasal 13 ayat (2) dikenakan sanksi pidana
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 43
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
ATAS
TENTANG
I. UMUM
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “asas kemanusiaan” termanifestasi
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, sehingga
Peraturan Daerah ini memberikan perlindungan dan
penghormatan hak-hak asasi manusia, harkat dan martabat
setiap masyarakat secara proporsional.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa
setiap materi muatan ketentuan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana harus mencerminkan keadilan
secara proporsional bagi setiap masyarakat tanpa kecuali.
2
Huruf c
Yang dimaksud dengan “asas kesamaan kedudukan dalam
hukum dan pemerintahan” adalah bahwa materi muatan
ketentuan dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana, tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan latar
belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender,
atau status sosial.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “asas keseimbangan” adalah bahwa
materi muatan ketentuan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana mencerminkan keseimbangan
kehidupan sosial dan lingkungan.
Yang dimaksud dengan “asas keselarasan” adalah bahwa
materi muatan ketentuan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana mencerminkan keselarasan tata
kehidupan dan lingkungan.
Yang dimaksud dengan “asas keserasian” adalah bahwa
materi muatan ketentuan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana mencerminkan keserasian
lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “asas ketertiban dan kepastian
hukum” adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana harus dapat
menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui adanya
jaminan kepastian hukum.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah bahwa
penyelenggaraan penanggulangan bencana pada dasarnya
menjadi tugas dan tanggung jawab bersama Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten dan masyarakat
yang dilakukan secara gotong royong.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “asas kelestarian lingkungan hidup”
adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana mencerminkan
kelestarian lingkungan untuk generasi sekarang dan
generasi yang akan datang.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “asas berbasis ilmu pengetahuan
dan teknologi” adalah bahwa dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana harus memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara optimal sehingga
mempermudah dan mempercepat proses penanggulangan
bencana, baik pada tahap pencegahan, pada saat terjadi
bencana, pemulihan segera (early recovery) maupun pada
tahap pasca bencana.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat” adalah
bahwa dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan
tuntutan keadaan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa
apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus
mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan
penyelamatan jiwa manusia.
3
Huruf c
Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah bahwa
penyelenggaraan penanggulangan bencana didasarkan
pada koordinasi yang baik dan saling mendukung.
Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah
bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana
dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang
didasarkan pada kerjasama yang baik dan saling
mendukung.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna” adalah
bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat, dilakukan
dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang
berlebihan.
Yang dimaksud dengan “prinsip berhasil guna” adalah
bahwa kegiatan penyelenggaraan penanggulangan bencana
harus berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan
masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan
biaya yang berlebihan.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “prinsip transparansi” adalah bahwa
penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan secara
terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.
Yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas” adalah
bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana
dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “prinsip non diskriminatif” adalah
bahwa dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis
kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun.
Huruf i
Yang dimaksud dengan ”prinsip nonproletisi” adalah
dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat
keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian
bantuan dan pelayanan darurat bencana.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
4
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan pengendalian adalah sebagai pengawas
terhadap penyelengaraan pengumpulan uang atau barang yang
diselengggarakan oleh masyarakat, termasuk pemberian izin
yang menjadi kewenangan perangkat daerah yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang sosial.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Ganti kerugian ditanggung oleh Pemilik/Pengelola
konstruksi/bangunan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
5
Pasal 20
Ayat (1)
Huruf a
Pengkajian secara cepat pada saat tanggap darurat
ditujukan untuk menentukan tingkat kerusakan dan
kebutuhan upaya penanggulangannya secara cepat.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Termasuk dalam penyelamatan dan evakuasi masyarakat
terkena bencana adalah pelayanan kegawatdaruratan
kesehatan.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan korban yang tergolong kelompok
rentan adalah anggota masyarakat yang membutuhkan
bantuan karena keadaan yang disandangnya, diantaranya
masyarakat lanjut usia, penyandang cacat, bayi, balita,
anak-anak, serta ibu hamil dan menyusui.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
6
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.