2017 IISTE Analysis of Financial Performance of Local Government Through - Id - SYSTRAN - Generic
2017 IISTE Analysis of Financial Performance of Local Government Through - Id - SYSTRAN - Generic
org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017
Abstrak
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus rakyatnya, sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Dalam melakukan analisis rasio keuangan terhadap laporan keuangan dan realisasi
APBD, untuk menilai kinerja pemda sebagai pengelola keuangan daerah. Tujuan studi ini adalah untuk
menentukan kinerja keuangan Pemerintah Kota Tangerang Selatan tahun 2010-2014 serta menentukan tingkat
efisiensi dan efektivitas Pemerintahan Kota Tangerang Selatan dalam mengelola sumber dayanya. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif yang menyatakan bahwa laporan keuangan
Pemerintah Daerah. Lebih lanjut, data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan jumlah, mulai dari
pendataan, penafsiran data, tampilan data dan tampilan hasil Data yang digunakan adalah data sekunder dari
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota Tangerang Selatan tahun 2010-2014 Setelah
dilakukan analisis, hasilnya menunjukkan bahwa (1) Pendapatan Kinerja Keuangan Daerah Kota Tangerang
Selatan umumnya dikatakan untuk menjadi baik. Hal ini dibuktikan dengan rasio kemandirian daerah rata-rata di
atas 100%, rasio efektivitas dan efisiensi pajak daerah (b), rasio efektivitas dan efisiensi umum rata-rata sebesar
55,002%, dan rasio efisiensi rata-rata sebesar 5,3304%, Derajat ( 2) Kinerja keuangan Pemda Berbelanja di
Tangerang Selatan secara umum dapat menjadi cukup baik.
Kata kunci: Kinerja Keuangan, rasio kemandirian, rasio efektivitas efisiensi, pertumbuhan rasio
I. Pengantar
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah mulai efektif dilaksanakan sejak 1 Januari 2001. UU ini
memberi kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur semua urusan administratif, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi, kecuali bidang kewenangan yang
menyangkut kebijakan luar negeri, pertahanan dan keamanan, keadilan, keuangan, fiskal, agama, dan
kewenangan lainnya yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah. Sebagai akibat dari otonomi yang luas, pemda
mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan dalam suatu masyarakat demokratis,
suatu yang adil dan berkelanjutan. Kewajiban tersebut dapat terpenuhi jika pemerintah bisa mengelola potensi
daerah yang ada, yaitu potensi sumberdaya alam, SDM dan potensi daya finansial secara optimal (Halim, 2007;
229).
Peningkatan lebih lanjut kemandirian pemda diharapkan dicapai melalui desentralisasi (Halim 2007; 1).
Tujuan program otonomi daerah adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan
pembangunan daerah antara daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat agar lebih efisien dan
tanggap terhadap kebutuhan, potensi daerah, dan karakteristik masing-masing daerah. Dengan peningkatan hak
dan tanggung jawab pemda dalam mengelola rumah tangganya sendiri, maka tercapai. Kota Tangerang terletak
di Provinsi Banten, Indonesia, tepat di sebelah barat Jakarta, dan dikelilingi oleh Kabupaten Tangerang di
selatan, barat, dan timur. Kota Tangerang merupakan kota terbesar dan terpenting di Provinsi Banten dan kota
terbesar ketiga setelah Jakarta Raya.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang persoalan di atas, dapat dirumuskan persoalan sebagai berikut:
"Bagaimana penilaian Anda terhadap kinerja Pemerintahan Kota Tangerang Selatan berdasarkan penghitungan
realisasi APBD melalui rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio aktivitas dan rasio pertumbuhan?"
Penelitian Tujuan dan Penelitian Kebergunaan
Studi ini bertujuan menentukan penilaian kinerja Pemerintah Kota Tangerang Selatan berdasarkan penghitungan
realisasi anggaran dengan penghitungan rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio aktivitas, dan rasio pertumbuhan?
"
136
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017
1) PAD, yaitu:
a) Hasil Pajak Daerah
b) Hasil Re-ibusi Regional
c) Hasil Perusahaan memiliki area dan hasil dari area manajemen kas Dipisahkan.
d) dsb. pendapatan asli daerah;
2) Dana Perimbangan
3) Pinjaman Lokal
4) Lainnya - Daerah lain yang sah pendapatan (hibah atau penerimaan dari provinsi atau kabupaten/kota
lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan)
e. Daerah Perbelanjaan, yang meliputi semua pengeluaran yang kewajiban Daerah pada tahun anggaran yang
akan menjadi Belanja Daerah.
f. Pendanaan, termasuk transaksi keuangan untuk menutupi defisit atau memanfaatkan surplus.
Sebagaimana diatur dalam keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 1998 Bentuk Tantangan dan
Struktur Anggaran dan kemudian diubah dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002,
bahwa Kabupaten/Kota Sumber Keuangan, terdiri dari:
1) Surplus Anggaran Tahun Lalu
Sisanya merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran, di
mana semakin kecil nilai akan menunjukkan perencanaan kapasitas yang baik dan pelaksanaan anggaran
tahun lalu, sejauh masih mampu melampaui keseimbangan nilai untuk uang.
2). Pendapatan yang dihasilkan secara lokal
Sumber - sumber pendapatan adalah sumber keuangan dari daerah yang digali di daerah yang
bersangkutan. Sumber penerimaan terdiri dari: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Badan Usaha Milik
Daerah, Penerimaan Instansi, dll. Masuk ke dalam perusahaan yang sah, seperti Sales Of Goods Sales of
Used, Installment Houses dibangun dari Pemda dan lain-lain.
g. Kinerja Keuangan Pemda
Kinerja keuangan pemda diukur melalui beberapa perbandingan perhitungan, antara lain:
1) Efektivitas Rasio
Rasio Efektivitas menurut Mahmudi (2010: 143) menggambarkan kemampuan pemerintah daerah
dalam merealisasikan PAD yang direncanakan, dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh
potensi riil daerah. Semakin besar realisasi pendapatan dari PAD dibandingkan dengan target PAD
maka akan semakin efektif, dan sebaliknya.
3) Rasio Kegiatan
Rasio ini diukur dengan menghitung:
a) Rasio Keharmonisan
Menurut Widodo (2000: 153) menjelaskan prioritas terhadap harmoni rasio pemerintahan daerah
pengalokasian dana pada kegiatan rutin dan belanja pembangunan yang optimal. Semakin tinggi
persentase dana yang dialokasikan untuk pengeluaran lancar berarti persentase pengeluaran yang
digunakan untuk penyediaan infrastruktur ekonomi masyarakat cenderung lebih kecil. Menurut
Mahsun (2006: 154) menjelaskan harmonisasi rasio pemda dalam memprioritaskan alokasi dana untuk
138
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017
Pengeluaran Administrasi Daerah dan Belanja Pelayanan Umum dalam keadaan optimal.Semakin
tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk Belanja Daerah Pelayanan Umum berarti persentase
yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana
(PAD + BD + DAU) - BW
-------------------------------------------------- -------------- ≥ 2.5
Total (pokok + bunga + biaya Angsuran Pinjaman
4) Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan menggambarkan seberapa besar kemampuan pemerintah dalam
mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari periode tertentu ke periode lain.
Pertumbuhan Pendapatan dan Belanja Anggaran. Melihat berbagai bentuk komponen persiapan
APBD yang meliputi
pendapatan asli daerah, total pendapatan, pendapatan yang berulang dan pengeluaran pembangunan
(Widodo 2000: 270)
Rumus digunakan:
Pn - Po
r = ------------------------ X 100 persen
P
Informasi :
Pn = Data dihitung dalam tahun - n
Po = Data yang dihitung dalam tahun - o
r = Pertumbuhan
139
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017
d. Analisis data
Metode analisis data dalam penelitian ini merupakan metode kuantitatif dengan menggunakan rasio
keuangan, yang dilakukan melalui rasio:
1) Rasio Kemerdekaan
Menurut Widodo (2000: 150) rasio kemerdekaan adalah rasio yang menyatakan pemda membiayai
sendiri kegiatannya, jasa pembangunan bagi masyarakat yang membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber penerimaan daerah dibandingkan pendapatan daerah yang bersumber dari sumber lain, seperti
pusat bantuan atau pinjaman pemerintah.
b) Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi oleh Mahmudi (2010: 143) menjelaskan rasio antara biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan pendapatan dan realisasi pendapatan yang diterima.
Rasio Efisiensi = Biaya Perolehan Pendapatan Lokal
Pendapatan Asli Daerah
Kinerja keuangan pemda dikategorikan sebagai efisiensi bila perbandingannya kurang dari 1 atau 100 persen.
Semakin kecil rasio ini, semakin efisien kinerja pemerintah daerah.
IV. Diskusi
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Berdasarkan penghitungan data normatif Realisasi Pendapatan Daerah atas bantuan Pemerintah Pusat, provinsi,
dan pinjaman dalam Ringkasan Anggaran Pemerintah Kota Tangerang Selatan Tahun Anggaran 2010-2014,
rasio kemandirian Pemda Tangerang Selatan pada 2010-2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 1: Rasio Kemerdekaan Pemerintahan Kota Tangerang Selatan Tahun Fiskal 2010 - 2014
Bantuan Pemerintah rasio
Tahun fiskal Realisasi Lokal Dan dari Pola
Pendapatan Pinjaman Kemerdekaan Hubungan
Tahun 2010 131.503.971.623 226.790.716.257 57,98 persen Partisipatif
107
Tahun 2011 420.663.048.857 391.839.028.305 persen Delegatif
145
Tahun 2012 576.304.771.005 397.781.847.969 persen Delegatif
150
Tahun 2013 728.965.301.483 486.001.109.827 persen Delegatif
175
Tahun 2014 1.023.817.429.319 585.764.503.818 persen Delegatif
126.996
Rasio Rata-rata Kemerdekaan persen
Delegatif
= 107%
Tahun
rasio Kemerdekaan 2012
576,304,771,005 X 100 persen
397,781,847,969
= 145 %
da
rasio ri Kemerdekaan
Tahu
n
2013
728,965,301,483 X 100 persen
486,001,109,827
= 150%
da
rasio ri Kemerdekaan
Tahu
n
2014
X 100
1,023,817,429,319 persen
585,764,503,818
= 175 %
Berdasarkan data yang terkandung dalam tabel dan grafik, rasio Tahun Fiskal 2010 sampai 2014
meningkat dari tahun sebelumnya. Data tersebut menunjukkan bahwa tahun 2010 Realisasi dari pendapatan asli
Rp. 131 503 971 623 serta Bantuan Pemerintah Pusat provinsi dan pinjaman Rp. 226 790 716 257, sehingga
rasio Realisasi Kemerdekaan Pendapatan Daerah membantu Pemerintah Pusat dan Provinsi Pinjaman 57,98%.
Pada tahun 2011 realisasi dari pendapatan asli Rp. 420 663 048 857 dan Bantuan PINJAMAN PEMDA Propinsi
dan Pusat sebesar Rp. 391 839 028 305, maka Rasio Realisasi Pendapatan Daerah Mandiri untuk Membantu
Provinsi Pusat dan pinjaman sebesar 107%. Pendapatan aktual tahun 2012 sebesar Rp. 576 304 771 005 Bantuan
dan Pinjaman Pemerintah Pusat dan Propinsi sebesar Rp. 397 781 847 969, sehingga rasio Pendapatan Daerah
Kemerdekaan Aktual terhadap Pusat Bantuan Pemerintah Daerah provinsi sebesar 145%. 2013. Realisasi
Pendapatan Daerah Rp. 728 965 301 483 serta Bantuan Pemerintah Daerah dan Pusat
Sebesar Rp. 486 001 109 827 Rasio Realisasi Kemerdekaan bahwa pendapatan daerah untuk membantu
pemerintah pusat dan Provinsi Pinjaman 150%. 2014 Realisasi dari pendapatan asli Rp. 1.023.817.429.319
pinjaman LN Pemerintah Provinsi dan Pusat Rp. 585 764 503 818 sehingga rasio PAD yang sebenarnya berasal
dari Kemerdekaan membantu Pemerintah Pusat dan Pinjaman Provinsi sebesar 175%. Jadi
141
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017
rasio rata-rata kemerdekaan Kota Tangerang Selatan selama 5 tahun sebesar 126,996%. Dengan jumlah ini,
menurut kategori pola hubungan Daerah Tingkat Kemerdekaan ditulis oleh, Tingkat Kemerdekaan Pemda
Tangerang Selatan dikatakan sangat baik sama sekali, sehingga dalam kategori pola hubungan diskresi, peran
pemerintah pusat tidak ada karena daerah tersebut dianggap telah benar-benar mampu dan mandiri melaksanakan
urusan otonomi daerah. Hal ini ditunjukkan oleh rasio Kemerdekaan antara 75% - 100%.
Rasio keefektifan
Berdasarkan perhitungan PAD Normatif dan Pendapatan atas PAD Daerah dengan berdasarkan Potensi Capaian
Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2010-2014, rasio Efektivitas Pemda Tangerang Selatan Tahun 2010-
2014 adalah sebagai berikut : Tabel 2. Rasio Efektivitas Pendapatan Fiskal 2010 - 2014 Kota Tangerang Selatan
Penerimaa
n Berbasis
Pendapat
Lokal an Efektivitas
Fiskal Realisasi Rasio Keefektifan
Potensial dari rasio
Tahun Pendapatan Lokal Kriteria
Wilayah Rill
Target
Tahun 2010
131,503,971,623 568,648,701,312 23,12 persen Tidak efektif
Tahun 2011
420,663,048,857 914,858,774,569 45,98 persen Tidak efektif
Tahun 2012
576,304,771,005 1,154,878,432,848 49,90 persen Cukup efektif
Tahun 2013
728,965,301,483 804,124,931,617 90,65 persen Cukup efektif
Tahun 2014
1,023,817,429,319 1,566,314,356,884 65,36 persen Cukup efektif
Efektivitas Rasio Rata-Rata 55,002 persen Tidak efektif
Rasio keefektifan =
Rasio keefektifan
Tahun 2010 =
Rasio keefektifan
Tahun 2011
Rp. 420 663 048 857
_________________________ X 100 persen
Rp. 914 858 774 569
= 45,98 persen
Rasio keefektifan
Pada tahun 2012
142
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017
= 49,90 persen
Rasio keefektifan
Tahun 2013
= 90,65 persen
Rasio keefektifan
Tahun 2014
= Rp. 1.023.817.429.319
_______________________ X
100% Rp. 1.566.314.356.884
= 65,36 persen
Rasio efisiensi
Berdasarkan penghitungan data normatif Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menggali PAD daerah
hingga realisasi PAD di dalam Ringkasan Anggaran Tahun Anggaran 2010-2014, Rasio Efisiensi Pemerintah
Kota Tangerang Selatan tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 3 : Biaya yang dikeluarkan untuk Pendapatan Daerah yang Bertambah Tajam
Tahun Fiskal Biaya Tanah dan
Paja
Gedung Pajak Biaya Lokal k Biaya Insentif Regional
Koleksi Koleksi Retribusi
143
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017
Tahun
2010 12,844,523,641 131,503,971,623 9,767 persen sangat Efisien
Tahun
2011 20,171,168,470 420,663,048,857 4,795 persen sangat Efisien
Tahun
2012 24,890,197,360 576,304,771,005 4,318 persen sangat Efisien
Tahun
2013 36,733,307,513 728,965,301,483 5,039 persen sangat Efisien
Tahun
2014 27,982,222,372 1,023,817,429,319 2,733 persen sangat Efisien
Rata - Rata Efisiensi 5.330 sangat Efisien
Sumber: Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota Tangerang Selatan, Tahun Fiskal 2010 - 2014
(Data Diproses)
Rasio efisiensi
= Biaya untuk Menggali Pendapatan Daerah
__________________________________________ X 100%
Pendapatan Asli Daerah
Rasio efisiensi
Tahun 2010
= Rp. 12.844.523.641
____________________________ X
100% Rp. 131 503 971 623
= 9,76 persen
Rasio efisiensi
Tahun 2011
= Rp. 20.171.168.470
____________________________ X
100% Rp. 420 663 048 857
= 4,79 persen
Rasio efisiensi
Pada tahun 2012
= Rp. 24.890.197.360
____________________________ X
100% Rp. 576 304 771 005
= 4,32 persen
Rasio efisiensi
Tahun 2013
=
Rp. 36.733.307.513
____________________________ X 100 persen
Rp. 728 965 301 483
= 5,04 persen
Rasio efisiensi pada 2014
= Rp. 27.982.222.372
____________________________ X 100%
Rp. 1.023.817.429.319
= 2.73 persen
Rasio aktivitas
a. Rasio Harmoni
144
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017
Tabel 7 Rasio Anggaran Belanja Langsung Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Apbd) Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010 - 2014 (Rupiah)
Total pengeluaran Rasio pengeluaran
Tahun fiskal langsung Total langsung
Belanja daerah
Tahun 2010 410,463,883,477 830,239,232,362 49 persen
Tahun 2011 1,006,108,522,740 1,532,443,424,679 66 persen
Tahun 2012 1,453,448,887,155 1,980,014,399,350 73 persen
Tahun 2013 1,652,600,411,612 2,216,935,334,777 75 persen
Tahun 2014 2,041,159,902,988 2,695,143,977,457 76 persen
Rata-rata rasio pengeluaran langsung 68 persen
V. Kesimpulan
Kinerja keuangan Pemda Tangerang Selatan didasarkan pada penghitungan rasio
a. Rasio keefektifan pada 2011 meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 22,78%. Setelah itu, pada tahun 2012
rasio efektivitas terus meningkat menjadi 40,75%, pada tahun 2013 dan rasio efektivitas 2014 menurun
menjadi 25,29%.
b. Rasio efektivitas keseluruhan masih termasuk dalam kelompok ini sangat efisiensi, karena berada di bawah
batas minimum, yaitu kurang dari 10%.
c. Melihat dari rasio penghitungan Belanja Tidak Langsung dan Rasio pengeluaran langsung, pemda lebih sedikit
menggunakan dana utuk Belanja tidak langsung dapat dibandingkan dengan belanja langsung karena
seharusnya belanja langsung lebih besar daripada belanja Secara tidak langsung Selisih dua rasio 35,734%
berarti pemda telah berhasil meningkatkan Belanja langsung, dilihat dari mutu pengeluaran yang dimilikinya,
itu berarti fungsi dari anggaran sebagai sarana distribusi, alokasi dan stabilitas sudah cukup baik.
d. Dilihat dari penghitungan DSCR Kota Tangerang Selatan untuk Tahun Fiskal 2010 sampai 2011, DSCR
meningkatkan jumlah piutang pinjaman ie yang sangat baik hingga lebih dari 16%. Data menunjukkan bahwa
kemampuan daerah dalam membayar BLT sangat baik, jadi pada 2011 hingga 2014 telah menunjukkan
bahwa kemampuan daerah dalam mengembalikan dana pinjaman sangat baik dan rasio Cakupan Jasa Utang
selama lima tahun sebesar 124,4%, menunjukkan perbandingan antara jumlah PAD Pendapatan Umum
setelah DAU dikurangi Belanja
145
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017
wajib membayar semua biaya wajib yang merupakan pinjaman cicilan pemda dan bunga pinjaman guna
melakukannya dengan baik karena nilai rata-rata rasio Cakupan Pelayanan Utang lebih besar daripada
ketentuan DSCR secara umum, yakni 2,5 persen.
e. Tingkat kemerdekaan Pemerintah Kota Tangerang Selatan dikatakan sangat baik sekali, sehingga dalam
kategori pola hubungan bebas, peran Pemerintah Pusat tidak ada karena daerah tersebut dianggap telah benar-
benar mampu dan secara mandiri melaksanakan urusan otonomi daerah. Hal ini ditunjukkan oleh rasio
Kemerdekaan antara 75% - 100%.
VI. Referensi
Abdoel Halim. Tahun 2007. Akunting Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Regional . Jakarta: Salemba Empat
___________, 2008, The Regional Financial Accounting Edition 4. Jakarta: Salemba Empat
146