Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.

org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017

Analisis Kinerja Keuangan Pemda melalui Penghitungan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tangerang
Selatan
Khayatun Nufus Hadi Soepratikta Awaluddin Abdul Muchtar
Dosen Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia

Abstrak
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus rakyatnya, sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Dalam melakukan analisis rasio keuangan terhadap laporan keuangan dan realisasi
APBD, untuk menilai kinerja pemda sebagai pengelola keuangan daerah. Tujuan studi ini adalah untuk
menentukan kinerja keuangan Pemerintah Kota Tangerang Selatan tahun 2010-2014 serta menentukan tingkat
efisiensi dan efektivitas Pemerintahan Kota Tangerang Selatan dalam mengelola sumber dayanya. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif yang menyatakan bahwa laporan keuangan
Pemerintah Daerah. Lebih lanjut, data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan jumlah, mulai dari
pendataan, penafsiran data, tampilan data dan tampilan hasil Data yang digunakan adalah data sekunder dari
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota Tangerang Selatan tahun 2010-2014 Setelah
dilakukan analisis, hasilnya menunjukkan bahwa (1) Pendapatan Kinerja Keuangan Daerah Kota Tangerang
Selatan umumnya dikatakan untuk menjadi baik. Hal ini dibuktikan dengan rasio kemandirian daerah rata-rata di
atas 100%, rasio efektivitas dan efisiensi pajak daerah (b), rasio efektivitas dan efisiensi umum rata-rata sebesar
55,002%, dan rasio efisiensi rata-rata sebesar 5,3304%, Derajat ( 2) Kinerja keuangan Pemda Berbelanja di
Tangerang Selatan secara umum dapat menjadi cukup baik.
Kata kunci: Kinerja Keuangan, rasio kemandirian, rasio efektivitas efisiensi, pertumbuhan rasio

I. Pengantar
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah mulai efektif dilaksanakan sejak 1 Januari 2001. UU ini
memberi kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur semua urusan administratif, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi, kecuali bidang kewenangan yang
menyangkut kebijakan luar negeri, pertahanan dan keamanan, keadilan, keuangan, fiskal, agama, dan
kewenangan lainnya yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah. Sebagai akibat dari otonomi yang luas, pemda
mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan dalam suatu masyarakat demokratis,
suatu yang adil dan berkelanjutan. Kewajiban tersebut dapat terpenuhi jika pemerintah bisa mengelola potensi
daerah yang ada, yaitu potensi sumberdaya alam, SDM dan potensi daya finansial secara optimal (Halim, 2007;
229).
Peningkatan lebih lanjut kemandirian pemda diharapkan dicapai melalui desentralisasi (Halim 2007; 1).
Tujuan program otonomi daerah adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan
pembangunan daerah antara daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat agar lebih efisien dan
tanggap terhadap kebutuhan, potensi daerah, dan karakteristik masing-masing daerah. Dengan peningkatan hak
dan tanggung jawab pemda dalam mengelola rumah tangganya sendiri, maka tercapai. Kota Tangerang terletak
di Provinsi Banten, Indonesia, tepat di sebelah barat Jakarta, dan dikelilingi oleh Kabupaten Tangerang di
selatan, barat, dan timur. Kota Tangerang merupakan kota terbesar dan terpenting di Provinsi Banten dan kota
terbesar ketiga setelah Jakarta Raya.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang persoalan di atas, dapat dirumuskan persoalan sebagai berikut:
"Bagaimana penilaian Anda terhadap kinerja Pemerintahan Kota Tangerang Selatan berdasarkan penghitungan
realisasi APBD melalui rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio aktivitas dan rasio pertumbuhan?"
Penelitian Tujuan dan Penelitian Kebergunaan
Studi ini bertujuan menentukan penilaian kinerja Pemerintah Kota Tangerang Selatan berdasarkan penghitungan
realisasi anggaran dengan penghitungan rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio aktivitas, dan rasio pertumbuhan?
"

II. Tinjauan Kesusastraan


a. Definisi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Menurut Mardiasmo (2005: 61) "Anggaran Pendapatan dan Belanja merupakan instrumen kebijakan utama bagi
pemda. Sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menempati posisi sentral dalam pengembangan
kemampuan dan efektivitas. APBD digunakan sebagai alat untuk menentukan jumlah pendapatan dan
pengeluaran, bantuan pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa
depan, sumber pengembangan ukuran ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi karyawan,
dan alat koordinasi untuk semua kegiatan dari berbagai satuan kerja.

136
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017

Pendapatan Anggaran dan Tampilan Pengeluaran fungsi:


Dalam pelaksanaan APBD, diberlakukan sistem berikut ini:
1) badan Pengelola Usaha, yang berwenang melakukan tindakan untuk mengimplementasikan belanja barang
DPRD yang membebani anggaran.
2) Dewan Kebendaharawan, yang berwenang untuk menerima, menyimpan, membayar atau membelanjakan
uang dan barang dan tugas untuk berdiri oleh Kepala Daerah.
b. Laporan Perhitungan Pendapatan dan Pengeluaran (Anggaran)
Laporan ini memberikan gambaran umum tentang realisasi sumber daya alam, penggunaan alokasi sumber daya
ekonomi yang dikelola pemerintah, yang menggambarkan perbandingan antara penerimaan, pengeluaran dan
pembiayaan anggaran dengan realisasi selama periode pelaporan. Komponen-komponen yang diulas langsung
oleh Laporan Realisasi Anggaran tersebut meliputi unsur pendapatan, pengeluaran dan pembiayaan. Setiap
komponen didefinisikan sebagai berikut:
1) Penerimaan tersebut merupakan penerimaan perbendaharaan negara atau daerah yang menambah dana tunai
pada periode tahun fiskal yang bersangkutan berhak atas pemerintah pusat atau daerah yang tidak perlu
dibayarkan telah memperoleh pembayaran kembali dari pemerintah. Realisasi dalam bentuk anggaran tunai
(Cash Budget) adalah anggaran yang digunakan sebagai pedoman dalam pengeluaran karena mereka menerima
realisasi yang tidak stabil
2) Belanja merupakan penyaluran tunai pada umumnya atau draf lokal ekuitas tunai menguarangi periode tahun
fiskal yang bersangkutan dan tidak akan dibayar oleh pemerintah.
Di daerah belanja Anggaran Daerah dibagi menjadi Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan. Sesuai dengan
keputusan Lampiran VII Menteri Dalam Negeri 29, 2002, dinyatakan bahwa alokasi pengeluaran dalam
anggaran didasarkan pada Analisis Belanja Standar (SAB). SAB adalah salah satunya
komponen yang harus dikembangkan sebagai dasar untuk memperkuat kinerja keuangan dalam penganggaran
dengan pendekatan kinerja. SAB adalah standar untuk menganalisis anggaran yang digunakan Yanga dalam
program atau aktivitas untuk menghasilkan tingkat pelayanan tertentu sesuai dengan persyaratan masyarakat.
Karakteristik laporan keuangan lokal adalah ciri-ciri yang membuat informasi dalam laporan keuangan
bermanfaat bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik utama: dapat dipahami, relevan, reliabilitas dan
perbandingan.
c. Laporan Keuangan Daerah Terkait
Menurut Indra Bastian (2001: 128) Tujuan Pelaporan Keuangan Sektor Publik, yaitu:
1) Tujuan umum
a) Berikan informasi yang berguna.
b) Memenuhi kebutuhan pengguna
2) Di mana khususnya
a) Identifikasikan sumber daya yang diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran yang disetujui secara
umum.
b) Sumber mengidentifukasi diperoleh dan digunakan sesuai.
c) Berikan informasi tentang alokasi sumber daya dan penggunaan sumber daya keuangan.
d) Memberikan informasi tentang cara membiayai kegiatan-kegiatan LSM dan memenuhi persyaratan uang
tunai.
e) Memberikan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan manajemen untuk membiayai
kegiatannya dan memenuhi komitmen dan kewajibannya.
f) Memberikan informasi mengenai kondisi keuangan dan perubahan organisasi pada sektor publik.
g) Menyediakan informasi untuk mengevaluasi kinerja organisasi sektor publik, khususnya yang terkait
dengan
efisiensi biaya operasi dan pencapaian target.
Laporan keuangan dari masing-masing lembaga memuat kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang
dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan cara-cara yang sistematis dan terstruktur dalam
jangka waktu pelaporan untuk tujuan: a) Pertanggungjawaban
Akunting untuk manajemen sumber daya dan implementasi kebijakan dipercayakan kepada entitas untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan secara berkala.
b) Manajerial
Membantu pengguna untuk mengevaluasi entitas aktivitas pemerintahan palaksanaan pada periode pelaporan,
sehingga dapat memfasilitasi perencanaan, manajemen dan kontrol atas semua aset, kewajiban dan entitas
pemerintahan untuk kepentingan masyarakat.
c) Transparansi
Berikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur dengan publik berdasarkan pertimbangan bahwa publik
memiliki hak untuk mencari tahu secara terbuka dan menyeluruh mengenai akuntabilitas pemerintahan dalam
mengelola sumber-sumber yang digunakan untuk dia dan ketaatan pada undang-undang perturan.
d. pendapatan daerah
Pendapatan Daerah seluruhnya adalah penerimaan daerah yang mewakili daerah yang tepat pada tahun
anggaran yang akan menjadi penerimaan Kas Daerah. Sumber PAD terdiri dari keuangan daerah, pasal 28):
Pendapatan daerah terdiri dari
137
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017

1) PAD, yaitu:
a) Hasil Pajak Daerah
b) Hasil Re-ibusi Regional
c) Hasil Perusahaan memiliki area dan hasil dari area manajemen kas Dipisahkan.
d) dsb. pendapatan asli daerah;
2) Dana Perimbangan
3) Pinjaman Lokal
4) Lainnya - Daerah lain yang sah pendapatan (hibah atau penerimaan dari provinsi atau kabupaten/kota
lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan)
e. Daerah Perbelanjaan, yang meliputi semua pengeluaran yang kewajiban Daerah pada tahun anggaran yang
akan menjadi Belanja Daerah.
f. Pendanaan, termasuk transaksi keuangan untuk menutupi defisit atau memanfaatkan surplus.
Sebagaimana diatur dalam keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 1998 Bentuk Tantangan dan
Struktur Anggaran dan kemudian diubah dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002,
bahwa Kabupaten/Kota Sumber Keuangan, terdiri dari:
1) Surplus Anggaran Tahun Lalu
Sisanya merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran, di
mana semakin kecil nilai akan menunjukkan perencanaan kapasitas yang baik dan pelaksanaan anggaran
tahun lalu, sejauh masih mampu melampaui keseimbangan nilai untuk uang.
2). Pendapatan yang dihasilkan secara lokal
Sumber - sumber pendapatan adalah sumber keuangan dari daerah yang digali di daerah yang
bersangkutan. Sumber penerimaan terdiri dari: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Badan Usaha Milik
Daerah, Penerimaan Instansi, dll. Masuk ke dalam perusahaan yang sah, seperti Sales Of Goods Sales of
Used, Installment Houses dibangun dari Pemda dan lain-lain.
g. Kinerja Keuangan Pemda
Kinerja keuangan pemda diukur melalui beberapa perbandingan perhitungan, antara lain:
1) Efektivitas Rasio
Rasio Efektivitas menurut Mahmudi (2010: 143) menggambarkan kemampuan pemerintah daerah
dalam merealisasikan PAD yang direncanakan, dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh
potensi riil daerah. Semakin besar realisasi pendapatan dari PAD dibandingkan dengan target PAD
maka akan semakin efektif, dan sebaliknya.

Rumus untuk menghitung rasio keefektifan adalah


Rasio Keefektifan =
Pendapatan Asli Daerah
_____________________________________________________
Wilayah Potensi Pendapatan Target Pendapatan yang ditentukan oleh Rill Regional
Efektivitas Rasio Pendapatan Daerah menunjukkan kemampuan pemda dalam memobilisasi penerimaan
sesuai dengan target pendapatan daerah. Kinerja keuangan pemda dikategorikan efektif bila
perbandingannya kurang dari 1 atau 100 persen.
2) Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi menurut Mahmdi (2010: 143) menjelaskan rasio antara biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan pendapatan dan realisasi pendapatan yang diterima.
Menurut Halim (2007: 234) Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan rasio antara output
dan masukkan atau belanja ke area penerimaan realisasi. Semakin kecil rasio ini, semakin besar
efisiensi, serta sebaliknya.
Rasio efisiensi =
Biaya yang dikeluarkan untuk mengumpulkan pendapatan asli
____________________________________________ X 100 persen
Pendapatan Asli Daerah

3) Rasio Kegiatan
Rasio ini diukur dengan menghitung:
a) Rasio Keharmonisan
Menurut Widodo (2000: 153) menjelaskan prioritas terhadap harmoni rasio pemerintahan daerah
pengalokasian dana pada kegiatan rutin dan belanja pembangunan yang optimal. Semakin tinggi
persentase dana yang dialokasikan untuk pengeluaran lancar berarti persentase pengeluaran yang
digunakan untuk penyediaan infrastruktur ekonomi masyarakat cenderung lebih kecil. Menurut
Mahsun (2006: 154) menjelaskan harmonisasi rasio pemda dalam memprioritaskan alokasi dana untuk

138
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017

Pengeluaran Administrasi Daerah dan Belanja Pelayanan Umum dalam keadaan optimal.Semakin
tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk Belanja Daerah Pelayanan Umum berarti persentase
yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana

Terhadap Rasio Anggaran Belanja Rutin =

Total Rutin Pengeluaran (TBR)


Total Pendapatan dan Pengeluaran Anggaran

Rasio Pendapatan Belanja Pembangunan dan Total Pengeluaran


Pembangunan (TBP)
= ------------------------------------------------- -
Total Pendapatan dan Pengeluaran Anggaran

b) Debt Service Coverage Ratio (DSCR)


DSCR menurut Widodo (2000: 156) adalah rasio antara Summation PAD, Regional Section
(BD) dari Pajak Tanah dan Gedung, Akuisisi Bea Cukai Tanah dan Gedung (BPHTB), Penerimaan
Sumber Alam dan bagian dari daerah lain serta Dana Alokasi Umum (DAU) setelah Biaya wajib
dikurangi dengan (BW), dengan total biaya pokok, bunga dan pinjaman lainnya jatuh tempo

DSCR dapat dirumuskan sebagai berikut:

(PAD + BD + DAU) - BW
-------------------------------------------------- -------------- ≥ 2.5
Total (pokok + bunga + biaya Angsuran Pinjaman

4) Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan menggambarkan seberapa besar kemampuan pemerintah dalam
mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari periode tertentu ke periode lain.
Pertumbuhan Pendapatan dan Belanja Anggaran. Melihat berbagai bentuk komponen persiapan
APBD yang meliputi
pendapatan asli daerah, total pendapatan, pendapatan yang berulang dan pengeluaran pembangunan
(Widodo 2000: 270)
Rumus digunakan:
Pn - Po
r = ------------------------ X 100 persen
P
Informasi :
Pn = Data dihitung dalam tahun - n
Po = Data yang dihitung dalam tahun - o
r = Pertumbuhan

III. Metode Penelitian


Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian, penulis mengambil data satuan analisis
pemerintahan daerah Tangerang Selatan.
populasi A.
Data yang diambil dalam studi ini adalah hasil penelitian dan data yang terdapat dalam laporan Realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah "Pemda Tangerang
b. Sampel
Dalam rangka untuk mempelajari efektivitas penggunaan sampel studi penelitian yang Realisasi dan
target pendapatan yang dihasilkan secara lokal Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Sumber Pendapatan
di Pemerintahan Kota Tangerang Selatan Periode 2009-2014 dan Sejarah Pemerintahan Kota Tangerang
Selatan.
riset Kepribadian
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif melihat hubungan antara dua atau lebih variabel. Menurut
Sugiono (2005: 21) menjelaskan secara rinci bahwa tujuan penelitian deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menggambarkan atau memberikan gambaran objek yang sedang diteliti melalui sampel
data data data data data data data keuangan populasi (numerik) karena tanpa melakukan analisis dan
membuat kesimpulan yang berlaku umum.

139
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017

d. Analisis data
Metode analisis data dalam penelitian ini merupakan metode kuantitatif dengan menggunakan rasio
keuangan, yang dilakukan melalui rasio:
1) Rasio Kemerdekaan
Menurut Widodo (2000: 150) rasio kemerdekaan adalah rasio yang menyatakan pemda membiayai
sendiri kegiatannya, jasa pembangunan bagi masyarakat yang membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber penerimaan daerah dibandingkan pendapatan daerah yang bersumber dari sumber lain, seperti
pusat bantuan atau pinjaman pemerintah.

Rasio Kemerdekaan = Bantuan Pendapatan Daerah Pemerintahan Pusat


Pinjaman Provinsi

2) Efektivitas dan Efisiensi Rasio


a) Efektivitas Rasio
Rasio efektivitas menurut Mahmudi (2010: 143) menggambarkan kemampuan Pemda dalam
realisasi penerimaan daerah yang direncanakan, dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh
potensi riil daerah

Rasio Efektivitas = Pendapatan Asli Pendapatan


Target Pendapatan Daerah

Rasio Efektivitas Pendapatan Daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah memobilisasi


penerimaan dari pendapatan yang dihasilkan secara lokal sesuai dengan target.

b) Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi oleh Mahmudi (2010: 143) menjelaskan rasio antara biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan pendapatan dan realisasi pendapatan yang diterima.
Rasio Efisiensi = Biaya Perolehan Pendapatan Lokal
Pendapatan Asli Daerah
Kinerja keuangan pemda dikategorikan sebagai efisiensi bila perbandingannya kurang dari 1 atau 100 persen.
Semakin kecil rasio ini, semakin efisien kinerja pemerintah daerah.

3) Rasio aktivitas sesuai ukuran instrumen ukur


a) Rasio Harmoni
Menurut Widodo (2001: 262) menjelaskan secara kompabilitas rasio pemda dalam
memprioritaskan alokasi dana capaian ulang dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin
tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk pengeluaran berulang berarti persentase
pengeluaran yang digunakan untuk menyediakan infrastruktur ekonomi masyarakat cenderung
lebih kecil. Secara sederhana, rasio harmoni dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Pengeluaran Rutin terhadap Penerimaan dan Pengeluaran
Anggaran = Total Belanja Rutin (TBR)
Total Pendapatan dan Pengeluaran Anggaran

Rasio Pendapatan dan Belanja Pengeluaran Pembangunan = Total


Pengembangan Pengeluaran (TBB)
Total Pendapatan dan Pengeluaran Anggaran
4) Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan ini mengilustrasikan seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam
menjaga dan meningkatkan
keberhasilan dicapai dari periode ke periode lain. Pertumbuhan anggaran dilihat dari berbagai
komponennya
dari sumber-sumber pembiayaan tersebut, yang terdiri dari PAD, PAD, PAD, retribusi, dan
pengembangan
pengeluaran (Widodo, 2007: 270)
Rumus yang digunakan adalah:
Pn - Po
r = _________ X 100 persen
P
Informasi :
Pn = Data dihitung dalam tahun n
Po = Data yang dihitung di semua o
r = Pertumbuhan
140
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017

IV. Diskusi
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Berdasarkan penghitungan data normatif Realisasi Pendapatan Daerah atas bantuan Pemerintah Pusat, provinsi,
dan pinjaman dalam Ringkasan Anggaran Pemerintah Kota Tangerang Selatan Tahun Anggaran 2010-2014,
rasio kemandirian Pemda Tangerang Selatan pada 2010-2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 1: Rasio Kemerdekaan Pemerintahan Kota Tangerang Selatan Tahun Fiskal 2010 - 2014
Bantuan Pemerintah rasio
Tahun fiskal Realisasi Lokal Dan dari Pola
Pendapatan Pinjaman Kemerdekaan Hubungan
Tahun 2010 131.503.971.623 226.790.716.257 57,98 persen Partisipatif
107
Tahun 2011 420.663.048.857 391.839.028.305 persen Delegatif
145
Tahun 2012 576.304.771.005 397.781.847.969 persen Delegatif
150
Tahun 2013 728.965.301.483 486.001.109.827 persen Delegatif
175
Tahun 2014 1.023.817.429.319 585.764.503.818 persen Delegatif
126.996
Rasio Rata-rata Kemerdekaan persen
Delegatif

rasio Kemerdekaan 2010


131,503,971.623
226,790,716.257
57.98
persen
Tahun
rasio Kemerdekaan 2011
420,663,048,857 X 100 persen
391,839,028,305

= 107%
Tahun
rasio Kemerdekaan 2012
576,304,771,005 X 100 persen
397,781,847,969

= 145 %
da
rasio ri Kemerdekaan
Tahu
n
2013
728,965,301,483 X 100 persen
486,001,109,827
= 150%
da
rasio ri Kemerdekaan
Tahu
n
2014
X 100
1,023,817,429,319 persen
585,764,503,818

= 175 %
Berdasarkan data yang terkandung dalam tabel dan grafik, rasio Tahun Fiskal 2010 sampai 2014
meningkat dari tahun sebelumnya. Data tersebut menunjukkan bahwa tahun 2010 Realisasi dari pendapatan asli
Rp. 131 503 971 623 serta Bantuan Pemerintah Pusat provinsi dan pinjaman Rp. 226 790 716 257, sehingga
rasio Realisasi Kemerdekaan Pendapatan Daerah membantu Pemerintah Pusat dan Provinsi Pinjaman 57,98%.
Pada tahun 2011 realisasi dari pendapatan asli Rp. 420 663 048 857 dan Bantuan PINJAMAN PEMDA Propinsi
dan Pusat sebesar Rp. 391 839 028 305, maka Rasio Realisasi Pendapatan Daerah Mandiri untuk Membantu
Provinsi Pusat dan pinjaman sebesar 107%. Pendapatan aktual tahun 2012 sebesar Rp. 576 304 771 005 Bantuan
dan Pinjaman Pemerintah Pusat dan Propinsi sebesar Rp. 397 781 847 969, sehingga rasio Pendapatan Daerah
Kemerdekaan Aktual terhadap Pusat Bantuan Pemerintah Daerah provinsi sebesar 145%. 2013. Realisasi
Pendapatan Daerah Rp. 728 965 301 483 serta Bantuan Pemerintah Daerah dan Pusat
Sebesar Rp. 486 001 109 827 Rasio Realisasi Kemerdekaan bahwa pendapatan daerah untuk membantu
pemerintah pusat dan Provinsi Pinjaman 150%. 2014 Realisasi dari pendapatan asli Rp. 1.023.817.429.319
pinjaman LN Pemerintah Provinsi dan Pusat Rp. 585 764 503 818 sehingga rasio PAD yang sebenarnya berasal
dari Kemerdekaan membantu Pemerintah Pusat dan Pinjaman Provinsi sebesar 175%. Jadi

141
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017

rasio rata-rata kemerdekaan Kota Tangerang Selatan selama 5 tahun sebesar 126,996%. Dengan jumlah ini,
menurut kategori pola hubungan Daerah Tingkat Kemerdekaan ditulis oleh, Tingkat Kemerdekaan Pemda
Tangerang Selatan dikatakan sangat baik sama sekali, sehingga dalam kategori pola hubungan diskresi, peran
pemerintah pusat tidak ada karena daerah tersebut dianggap telah benar-benar mampu dan mandiri melaksanakan
urusan otonomi daerah. Hal ini ditunjukkan oleh rasio Kemerdekaan antara 75% - 100%.

Rasio keefektifan
Berdasarkan perhitungan PAD Normatif dan Pendapatan atas PAD Daerah dengan berdasarkan Potensi Capaian
Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2010-2014, rasio Efektivitas Pemda Tangerang Selatan Tahun 2010-
2014 adalah sebagai berikut : Tabel 2. Rasio Efektivitas Pendapatan Fiskal 2010 - 2014 Kota Tangerang Selatan
Penerimaa
n Berbasis
Pendapat
Lokal an Efektivitas
Fiskal Realisasi Rasio Keefektifan
Potensial dari rasio
Tahun Pendapatan Lokal Kriteria
Wilayah Rill
Target
Tahun 2010
131,503,971,623 568,648,701,312 23,12 persen Tidak efektif
Tahun 2011
420,663,048,857 914,858,774,569 45,98 persen Tidak efektif
Tahun 2012
576,304,771,005 1,154,878,432,848 49,90 persen Cukup efektif
Tahun 2013
728,965,301,483 804,124,931,617 90,65 persen Cukup efektif
Tahun 2014
1,023,817,429,319 1,566,314,356,884 65,36 persen Cukup efektif
Efektivitas Rasio Rata-Rata 55,002 persen Tidak efektif

Rasio keefektifan =

Pendapatan Asli Daerah


X 100
_________________________________________________ persen
Penerimaan Target Pendapatan Regional Berdasarkan Potensi
Nyata Regional

Rasio keefektifan
Tahun 2010 =

Rp. 131 503 971 623


________________________ X 100 persen
Rp. 568 648 701 312
= 23,12 persen

Rasio keefektifan
Tahun 2011
Rp. 420 663 048 857
_________________________ X 100 persen
Rp. 914 858 774 569

= 45,98 persen

Rasio keefektifan
Pada tahun 2012

= Rp. 576 304 771 005


_______________________ X 100%
Rp. 1.154.878.432.848

142
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017

= 49,90 persen

Rasio keefektifan
Tahun 2013

= Rp. 728 965 301 483


____________________ X 100%
Rp. 804 124 931 617

= 90,65 persen

Rasio keefektifan
Tahun 2014

= Rp. 1.023.817.429.319
_______________________ X
100% Rp. 1.566.314.356.884

= 65,36 persen

Rasio efisiensi

Berdasarkan penghitungan data normatif Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menggali PAD daerah
hingga realisasi PAD di dalam Ringkasan Anggaran Tahun Anggaran 2010-2014, Rasio Efisiensi Pemerintah
Kota Tangerang Selatan tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 3 : Biaya yang dikeluarkan untuk Pendapatan Daerah yang Bertambah Tajam
Tahun Fiskal Biaya Tanah dan
Paja
Gedung Pajak Biaya Lokal k Biaya Insentif Regional
Koleksi Koleksi Retribusi

Tahun 2010 7,513,014,391 3,760,000,000 1,571,509,250


Tahun 2011 9,448,049,720 9,315,875,000 1,407,243,750
Tahun 2012 8,500,000,000 14,916,815,350 1,473,382,010
Tahun 2013 12,500,000,000 21,058,200,000 3,175,105,500
Tahun 2014 - 24,237,859,702 3,744,362,670
Total 37,961,064,100 73,288,751,000 11,371,603,180

143
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017

Tabel 4. Rasio Efisiensi Pendapatan Belanja Kota Tangerang Selatan


Tahun Fiskal 2010 - 2014
biaya masuk untuk
Fiskal pengambilan Realisasi dari Efisiensi kriteria efisiensi
Tahun pendapatan lokal naik pendapatan lokal rasio rasio

Tahun
2010 12,844,523,641 131,503,971,623 9,767 persen sangat Efisien
Tahun
2011 20,171,168,470 420,663,048,857 4,795 persen sangat Efisien
Tahun
2012 24,890,197,360 576,304,771,005 4,318 persen sangat Efisien
Tahun
2013 36,733,307,513 728,965,301,483 5,039 persen sangat Efisien
Tahun
2014 27,982,222,372 1,023,817,429,319 2,733 persen sangat Efisien
Rata - Rata Efisiensi 5.330 sangat Efisien
Sumber: Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota Tangerang Selatan, Tahun Fiskal 2010 - 2014
(Data Diproses)

Rasio efisiensi
= Biaya untuk Menggali Pendapatan Daerah
__________________________________________ X 100%
Pendapatan Asli Daerah

Rasio efisiensi
Tahun 2010
= Rp. 12.844.523.641
____________________________ X
100% Rp. 131 503 971 623

= 9,76 persen

Rasio efisiensi
Tahun 2011
= Rp. 20.171.168.470
____________________________ X
100% Rp. 420 663 048 857

= 4,79 persen

Rasio efisiensi
Pada tahun 2012
= Rp. 24.890.197.360
____________________________ X
100% Rp. 576 304 771 005

= 4,32 persen

Rasio efisiensi
Tahun 2013
=
Rp. 36.733.307.513
____________________________ X 100 persen
Rp. 728 965 301 483

= 5,04 persen
Rasio efisiensi pada 2014
= Rp. 27.982.222.372
____________________________ X 100%
Rp. 1.023.817.429.319

= 2.73 persen
Rasio aktivitas
a. Rasio Harmoni

144
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017

1). Rasio Pengeluaran Tidak Langsung


Berdasarkan penghitungan data normatif Total Belanja Tidak Langsung ke Total Belanja Daerah dalam
Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tangerang Selatan Tahun Anggaran 2010-
2014, rasio Belanja Tidak Langsung Pemda Tangerang Selatan Tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.Perbandingan Pengeluaran Tidak Langsung Anggaran Kota Tangerang Selatan


Pada Tahun Fiskal 2010 - 2014
Fiskal Total Total Rasio dari
Tahun pengeluaran tidak langsung belanja daerah belanja tidak langsung
Tahun
2010 419,775,348,884 830,239,232,362 50.560 persen
Tahun
2011 526,334,901,939 1,532,443,424,679 34.346 persen
Tahun
2012 526,565,512,195 1,980,014,399,350 26.590 persen
Tahun
2013 564,334,923,165 2,216,935,334,777 25.455 persen
Tahun
2014 656,984,074,469 2,695,143,977,457 24.376 persen
Rata-rata rasio pengeluaran tidak
langsung 32.266 persen
2) Rasio pengeluaran langsung
Berdasarkan perhitungan data normatif Total pengeluaran langsung terhadap total belanja daerah dalam
Ringkasan Anggaran Pendapatan 2010-2014 Provinsi Tangerang Selatan Tahun Anggaran 2010-2014 adalah
sebagai berikut

Tabel 6. Total pengeluaran langsung untuk Tahun Fiskal 2010 - 2014


Tahun
Kaliningrad Belanja Belanja Belanja Total Belanja
Anggaran Kota Pegawai Barang & Jasa Modal Langsung
Tahun 2010 72,022,136,200 156,107,932,537 182,333,814,740 410,463,883,477
Tahun 2011 100,159,940,080 355,900,891,495 550,047,691,165 1,006,108,522,740
Tahun 2012 158,503,097,750 499,448,900,323 795,496,889,082 1,453,448,887,155
Tahun 2013 189,061,945,900 640,714,339,287 822,824,126,425 1,652,600,411,612
Tahun 2014 227,755,860,625 737,071,435,069 1,076,332,607,294 2,041,159,902,988

Tabel 7 Rasio Anggaran Belanja Langsung Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Apbd) Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010 - 2014 (Rupiah)
Total pengeluaran Rasio pengeluaran
Tahun fiskal langsung Total langsung
Belanja daerah
Tahun 2010 410,463,883,477 830,239,232,362 49 persen
Tahun 2011 1,006,108,522,740 1,532,443,424,679 66 persen
Tahun 2012 1,453,448,887,155 1,980,014,399,350 73 persen
Tahun 2013 1,652,600,411,612 2,216,935,334,777 75 persen
Tahun 2014 2,041,159,902,988 2,695,143,977,457 76 persen
Rata-rata rasio pengeluaran langsung 68 persen

V. Kesimpulan
Kinerja keuangan Pemda Tangerang Selatan didasarkan pada penghitungan rasio
a. Rasio keefektifan pada 2011 meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 22,78%. Setelah itu, pada tahun 2012
rasio efektivitas terus meningkat menjadi 40,75%, pada tahun 2013 dan rasio efektivitas 2014 menurun
menjadi 25,29%.
b. Rasio efektivitas keseluruhan masih termasuk dalam kelompok ini sangat efisiensi, karena berada di bawah
batas minimum, yaitu kurang dari 10%.
c. Melihat dari rasio penghitungan Belanja Tidak Langsung dan Rasio pengeluaran langsung, pemda lebih sedikit
menggunakan dana utuk Belanja tidak langsung dapat dibandingkan dengan belanja langsung karena
seharusnya belanja langsung lebih besar daripada belanja Secara tidak langsung Selisih dua rasio 35,734%
berarti pemda telah berhasil meningkatkan Belanja langsung, dilihat dari mutu pengeluaran yang dimilikinya,
itu berarti fungsi dari anggaran sebagai sarana distribusi, alokasi dan stabilitas sudah cukup baik.
d. Dilihat dari penghitungan DSCR Kota Tangerang Selatan untuk Tahun Fiskal 2010 sampai 2011, DSCR
meningkatkan jumlah piutang pinjaman ie yang sangat baik hingga lebih dari 16%. Data menunjukkan bahwa
kemampuan daerah dalam membayar BLT sangat baik, jadi pada 2011 hingga 2014 telah menunjukkan
bahwa kemampuan daerah dalam mengembalikan dana pinjaman sangat baik dan rasio Cakupan Jasa Utang
selama lima tahun sebesar 124,4%, menunjukkan perbandingan antara jumlah PAD Pendapatan Umum
setelah DAU dikurangi Belanja

145
Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa www.iiste.org
ISSN 222-1905 (Kertas) ISSN 222-2839 (Online)
Vol,9, No.3, 2017

wajib membayar semua biaya wajib yang merupakan pinjaman cicilan pemda dan bunga pinjaman guna
melakukannya dengan baik karena nilai rata-rata rasio Cakupan Pelayanan Utang lebih besar daripada
ketentuan DSCR secara umum, yakni 2,5 persen.
e. Tingkat kemerdekaan Pemerintah Kota Tangerang Selatan dikatakan sangat baik sekali, sehingga dalam
kategori pola hubungan bebas, peran Pemerintah Pusat tidak ada karena daerah tersebut dianggap telah benar-
benar mampu dan secara mandiri melaksanakan urusan otonomi daerah. Hal ini ditunjukkan oleh rasio
Kemerdekaan antara 75% - 100%.

VI. Referensi
Abdoel Halim. Tahun 2007. Akunting Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Regional . Jakarta: Salemba Empat
___________, 2008, The Regional Financial Accounting Edition 4. Jakarta: Salemba Empat

Bambang Riyanto 2012; Manajemen Expenrel


(Inggris) Dwirandra, AANB. 2008 Kabupaten/Kota Otonom Kemandirian Efektivitas dan Keuangan Bali 2002 -
2006. Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana. (Tidak diterbitkan)
Gregorius Gehi Batafor. 2011, Evaluasi Kinerja Keuangan dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten -Provinsi
NTT.Tesis Pascasarjana Universitas Udayana.
Lembaga Akuntansi Indonesia, 2009, Financial Accounting Standards, Publisher Salemba Empat, Jakarta.
Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Mardiasmo. Tahun 2004. Akunting sektor publik. Yogyakarta: Gajah Mada
Muhammad Azhar, Karya Satya. Tahun 2008. Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Otonomi
Daerah. Sarjana Tesis Universitas Sumatera Utara.
M. Sadeli, lili, tahun 2002. Akuntansi Dasar, PT. Literasi Bumi, Jakarta.
Syafri Sofyan Harahap, 2008. Analisis Kritis terhadap Laporan Keuangan PT. Daftar Wali Kota Jakarta: Raja
Grafindo Persada, Jakarta. Presiden Republik Indonesia. Tahun 2003. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Presiden Republik Indonesia. Tahun 1999. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Kewenangan yang Diberikan oleh
pemerintahan pusat kepada pemerintah daerah.

146

Anda mungkin juga menyukai