Makalah Ilmu Kalam Ijal Dan Dapa Perbandingan Pemikiran
Makalah Ilmu Kalam Ijal Dan Dapa Perbandingan Pemikiran
Disusun Oleh :
Muhammad Daffa Ridhoillah Marhans (22.88.204.029)
Fachrizal Muttaqin (22.88.204.015)
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Kalam adalah cabang ilmu keislaman yang berfokus pada pembahasan masalah-masalah
teologis dan filosofis dalam Islam. Ilmu Kalam muncul sebagai respons terhadap berbagai
pemikiran dan tantangan filosofis yang dihadapi oleh umat Islam pada awal-awal perkembangan
Islam. Latar belakang perbandingan pemikiran Ilmu Kalam melibatkan berbagai faktor sejarah,
sosial, dan intelektual yang mempengaruhi perkembangan pemikiran ini. Berikut beberapa latar
belakang utama:
1. Pengaruh Filsafat Yunani:
- Pada awal abad ke-8 Masehi, terjemahan karya-karya filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab
menghadirkan umat Islam dengan pemikiran-pemikiran filosofis yang kompleks. Beberapa
pemikiran ini bertentangan dengan keyakinan keagamaan Islam. Ilmu Kalam muncul sebagai
upaya untuk menyelaraskan ajaran Islam dengan pemikiran filsafat Yunani, terutama dalam
konteks keyakinan tentang Allah, kehendak bebas, dan masalah keabadian jiwa.
2. Pertentangan Teologis dan Politis:
- Kontroversi dan perselisihan teologis dalam umat Islam, seperti perdebatan tentang sifat-sifat
Allah, takdir, dan kehendak bebas, memicu perkembangan Ilmu Kalam. Umat Islam merasa
perlu untuk merespons pemikiran-pemikiran yang kontroversial dan menantang itu agar bisa
mempertahankan keyakinan keagamaan mereka.
3. Kekhalifahan Abbasiyah dan Pusat Pembelajaran Ilmiah:
- Periode Kekhalifahan Abbasiyah (abad ke-8 hingga ke-13) menjadi pusat pembelajaran dan
intelektualitas Islam. Pusat-pusat ilmu seperti Bait al-Hikmah di Baghdad mendukung
perkembangan Ilmu Kalam. Para ulama di sana aktif mempertahankan dan merumuskan
argumen-argumen teologis.
4. Perkembangan Aliran-aliran Dalam Islam:
- Munculnya berbagai aliran dalam Islam seperti Mu'tazilah, Ash'ariyyah, dan Maturidiyyah
menjadi bagian penting dalam perbandingan pemikiran Ilmu Kalam. Setiap aliran ini memiliki
pandangan yang berbeda terhadap masalah-masalah teologis, dan persaingan di antara mereka
memicu perbandingan dan pengembangan pemikiran Ilmu Kalam.
5. Pertemuan dengan Pemikiran Agama Lain:
- Kontak dengan pemikiran agama lain, terutama agama-agama monoteistik seperti Kristen dan
Yahudi, juga memainkan peran dalam perbandingan pemikiran Ilmu Kalam. Diskusi-diskusi
antar-agama mendorong umat Islam untuk mengkaji dan mempertahankan keyakinan-keyakinan
teologis mereka.
3
6. Pemikiran Ulama dan Tokoh Ilmu Kalam:
- Peran tokoh-tokoh seperti al-Kindi, al-Farabi, al-Ghazali, dan Ibnu Sina dalam membahas dan
merumuskan argumen-argumen Ilmu Kalam sangat memengaruhi perkembangan pemikiran ini.
Mereka memberikan kontribusi besar dalam merespon dan merinci konsep-konsep teologis.
Perbandingan pemikiran Ilmu Kalam melibatkan sejumlah besar literatur, debat, dan perdebatan
yang membentuk landasan pemikiran Islam pada masa itu. Pemikiran ini terus berkembang dan
tetap relevan dalam diskusi-diskusi teologis di dunia Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Iman dan Kufur
2. Perbuatan manusia
3. Kehendak mutlak dan kehendak tuhan
4.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Iman dan Kufur
1. Menurut Aliran Khawarij Iman dan kufr mulai dipersoalkan ketika aliran Khawarij
memandang semua yang menerima tahkim adalah kafir. Bagi aliran Khawarij, iman tidak
cukup hanya diucapkan atau dibenarkan melainkan harus dibuktikan dengan perbuatan,
karena itulah yang merupakan penentu iman. Maka dari itu bagi yang melakukan dosa
besar adalah kafir.
2. Menurut Aliran Murjiah
Iman adalah ma’rifah sama dengan ikrar dan tashdiq, amal tidak termasuk unsur iman.
Sedang kufr adalah mengingkari. Oleh karena itu, apapun yang dilakukan oleh seseorang
tidak mempengaruhi imannya, sekalipun berbuat dosa.
3. Menurut Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah mengemukakan bahwa, iman adalah ketaatan kepada apa yang
diwajibkan dan disunatkan. Ini berarti bahwa unsur iman bagi Mu’tazilah tidak hanya
ikrar dan tashdiq, tetapi juga pengamalan sangat berpengaruh terhadap iman, sehingga
seseorang yang beriman melakukan dosa besar tidak dapat dikatakan kafir, karena masih
ada unsur lain yang dimiliki, yaitu: pengakuan atau ikrar dan tashdiq. Pelaku dosa besar
hanya dikatakan sebagai fasiq, bukan mukmin secara mutlak dan bukan kafir secara
mutlak. Manusia dikatakan kafir manakala unsur-unsur iman tidak
4. Menurut Aliran Asy’ariyah
Aliran Asy’ariyah membedakan antara iman dan Islam. Iman bersifat khusus,
berhubungan dengan hati yakni ikrar dan tashdiq. Sementara Islam mempunyai ruang
lingkup yang luas meliputi syari’at atau pengamalan, sehingga tidak dapat digolongkan
kafir karena melakukan dosa besar. Hanya saja dalam kehidupan sebagai seorang yang
beriman tidak cukup dengan iman atau Islam saja, melainkan keduanya harus dipadukan,
karena iman dan Islam tidak dapat dipisahkan.
Tentang iman, Imam Asy’ari menjelaskan bahwa perbuatan manusia dapat menjadikan
iman itu kuat dan lemah. Untuk memperkokoh iman itu harus menjalankan ketaatan.
Iman yang kuat menjadi penghalang dalam berbuat dosa, sementara iman yang lemah
memudahkan untuk melakukan pelanggaran.
5
B. Perbuatan Manusia
1. Menurut Aliran Jabariyah
Aliran jabariyahmemandang bahwa manusia tidak merdeka dari mengerjakan
perbuatannya dalam keadaan terpaksa (fatalism). Aliran jabariyah memandang manusia
tidak mempunyai pilihan. Manusia dalam perbuatannya adalah majbur(terpaksa).
Manusia digerakkan Allah, sebagaimana benda- benda yang mati dan tak bernyawa dapat
bergerak hanya karena digerakkan oleh Tuhan.
6
mana Tuhan tidak akan melanggarnya berdasarkan kemauannya sendiri. Aliran
Mu’tazilah sepakat bahwa manusia mampu menciptakan perbuatannya baik dan buruk.
Washil bin ‘Atha berpendapat bahwa manusia bebas dalam perbuatannya, dia tidak
dipaksa, agar dengan demikian maka keadilan Tuhan terwujud. Paham ini didasari oleh
paham mereka tentang keadilan Allah. Sebab tidak benar manusia diberi beban kemudian
dibatasi kebebasannya atau tidak diberikan kemampuan untuk mewujudkan apa yang
dibebankan kepadanya. Tuhan itu adil kalau manusia diberi kehendak untuk memilih
perbuatan yang diinginkannya dan diberi kemampuan untuk melaksanakan apa yang
dikehendakinya. Atas perbuatannya itulah maka Tuhan memberikannya imbalan pahala
atau siksa sesuai dan ancamannya.
2. Menurut Aliran Asy’ariyah
Aliaran Asy’ariyahmenyatakan bahwa Allah mempunyai kekuasaan mutlak dan tidak
tunduk kepada siapapun. Kekuasaan mutlak Allah tidak dapat dibatasi oleh kebebasan
manusia. Hal ini dapat dipahami dari pandangan kaum Asy’ariah yang memahami bahwa
manusia tidak bebas berbuat dan berkehendak. Sebab sekiranya sesuatu terjadi di luar
kehendak Allah, atau sekiranya dalam kekuasaanNya terjadi apa yang tidak dikehendaki-
Nya, maka hal ini akan berarti bahwa Allah itu lemah atau lupa, sedangkan sifat lemah
atau lupa adalah mustahil bagi Allah. Dengan demikian, Allah lah yang menghendaki
segala sesuatu yang terjadi di alam ini, termasuk perbuatan baik atau perbuatan buruk.
5.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbandingan pemikiran Ilmu Kalam mencakup berbagai aliran dan pandangan
teologis yang berkembang dalam dunia Islam. Meskipun terdapat perbedaan signifikan
dalam pendekatan dan pandangan antar aliran, ada juga beberapa kesamaan pokok dalam
upaya memahami dan membela ajaran agama Islam. Berikut adalah beberapa kesimpulan
utama dari perbandingan pemikiran Ilmu Kalam:
- Pemikiran Ilmu Kalam juga sangat dipengaruhi oleh konteks sejarah dan sosial
pada masa itu, termasuk pertentangan politis dan teologis, serta pertemuan dengan
pemikiran agama lain. Konteks ini memainkan peran dalam menentukan arah dan fokus
perdebatan dalam Ilmu Kalam.
8
terlibat dalam Ilmu Kalam menyadari pentingnya mempertahankan ajaran Islam dalam
menghadapi tantangan filosofis dan teologis.
9
10