Anda di halaman 1dari 6

Nama : Aldi Ganda Kurnia

Kelas : PBA 3B
Nim : 2288204112
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Hari/Tanggal : Rabu 17 Januari 2024
Dosen Pengampu : Sri Damayanti, M.Psi.,Psikolog

1. Kecerdasan jamak, juga dikenal sebagai kecerdasan majemuk, merujuk pada


konsep yang dikemukakan oleh Howard Gardner. Menurut teorinya, terdapat
beberapa jenis kecerdasan, termasuk kecerdasan verbal-linguistik, logika-
matematika, visual-ruang, jasmani-kinestetik, musikal, interpersonal,
intrapersonal, dan naturalis.

Individu dapat memiliki kombinasi kecerdasan ini dalam tingkat yang berbeda.
Sebagai contoh, seseorang mungkin unggul dalam kecerdasan musikal,
sementara yang lain mungkin lebih kuat dalam kecerdasan logika-matematika.
Teori ini menekankan pentingnya mengakui dan mengembangkan beragam bakat
dan kecerdasan pada setiap individu, serta mendorong pendekatan pendidikan
yang inklusif dan beragam.

Menurut Gardner, setiap jenis kecerdasan ini merupakan "modalitas pemrosesan


informasi yang relatif otonom." Artinya, setiap jenis kecerdasan bekerja secara
independen satu sama lain. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki kecerdasan
interpersonal yang tinggi mungkin sangat peka terhadap perasaan orang lain dan
mampu berkomunikasi dengan baik, sementara kecerdasan logika-matematika
yang rendah tidak menghalangi kemampuannya dalam hal tersebut.

Dalam konteks pendidikan, pendekatan yang memperhatikan kecerdasan jamak


ini dapat membantu guru untuk mengembangkan strategi pengajaran yang lebih
beragam, sehingga dapat menjangkau siswa dengan berbagai jenis kecerdasan.
Hal ini juga dapat membantu siswa untuk memahami bahwa keberhasilan bukan
hanya ditentukan oleh kecerdasan verbal-linguistik atau logika-matematika, tetapi
juga oleh beragam jenis kecerdasan lainnya.

Dengan demikian, konsep kecerdasan jamak memberikan pandangan yang lebih


luas dan inklusif tentang kecerdasan, serta memberikan dasar bagi
pengembangan pendekatan pendidikan yang lebih holistik dan mendukung
perkembangan seluruh aspek kecerdasan pada setiap individu.
Contoh-contoh kecerdasan jamak ini dapat ditemukan dalam berbagai
aktivitas sehari-hari, misalnya:

Kecerdasan Linguistik (Word Smart): Kemampuan dalam menggunakan


kata-kata secara efektif, seperti penulis, penyair, atau penceramah.

Kecerdasan Logika Matematika (Logic/Number Smart): Kemampuan dalam


menyelesaikan masalah matematika atau ilmiah, seperti ilmuwan atau
akuntan.

Kecerdasan Visual-Spasial (Visual): Kemampuan dalam memahami ruang


dan visualisasi, seperti arsitek, pelukis, atau pilot.

Kecerdasan Jasmani-Kinestetik (Body Smart): Kemampuan dalam


menggunakan tubuh secara fisik, seperti atlet atau penari.

Kecerdasan Musikal (Music Smart): Kemampuan dalam menghargai,


memahami, dan membuat musik, seperti musisi atau komposer.

Kecerdasan Interpersonal (People Smart): Kemampuan dalam berinteraksi


dengan orang lain, seperti pemimpin, guru, atau pelayan masyarakat.

Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart): Kemampuan dalam memahami diri


sendiri, seperti filsuf atau pemimpin spiritual.

Kecerdasan Naturalis (Nature Smart): Kemampuan dalam memahami dan


bekerja dengan alam, seperti ahli biologi atau petani
2. Beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar peserta didik antara lain:

Faktor internal, seperti minat, bakat, dan kemampuan siswa dalam memahami
materi pelajaran.

Faktor eksternal, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan metode


pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Faktor psikologis, seperti kepercayaan diri, rasa percaya, dan motivasi intrinsik
dan ekstrinsik.

Faktor guru, seperti kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi


dengan siswa, serta memberikan penguatan kepada siswa yang berhasil
mengatasi kesulitan belajarnya sendiri.

Faktor lingkungan, seperti kondisi lingkungan yang baik dan kondusif untuk
belajar.

Berikut strategi yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar

Membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar: Guru dapat membuat siswa
lebih aktif dalam proses belajar dengan menggunakan metode pembelajaran
yang beragam, seperti bercerita, diskusi, dan aktivitas praktis

Memperhatikan minat dan bakat siswa: Guru dapat memperhatikan minat dan
bakat siswa dalam memilih materi pelajaran dan mengembangkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa

Mempergunakan media pendukung: Guru dapat menggunakan media


pendukung seperti video, gambar, dan animasi untuk membantu siswa dalam
memahami materi pelajaran

Mempercayai kepada siswa: Guru dapat mempercayai kepada siswa untuk


mengatasi kesulitan belajarnya sendiri, seperti membantu siswa dalam
mengatasi masalah yang dihadapi

Membuat lingkungan yang baik dan kondusif: Guru dapat membuat lingkungan
yang baik dan kondusif untuk belajar, seperti membuat ruangan yang nyaman
dan teratur

Mempercayai kepada siswa: Guru dapat mempercayai kepada siswa untuk


mengatasi kesulitan belajarnya sendiri, seperti membantu siswa dalam
mengatasi masalah yang dihadapi
Membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar: Guru dapat membuat siswa
lebih aktif dalam proses belajar dengan menggunakan metode pembelajaran
yang beragam, seperti bercerita, diskusi, dan aktivitas praktis

Memperhatikan minat dan bakat siswa: Guru dapat memperhatikan minat dan
bakat siswa dalam memilih materi pelajaran dan mengembangkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa

Mempergunakan media pendukung: Guru dapat menggunakan media


pendukung seperti video, gambar, dan animasi untuk membantu siswa dalam
memahami materi pelajaran

Membuat lingkungan yang baik dan kondusif: Guru dapat membuat lingkungan
yang baik dan kondusif untuk belajar, seperti membuat ruangan yang nyaman
dan teratur

3. Guru harus memiliki empat kompetensi yaitu Kompetensi Pedagogik, Kompetensi


Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional karena mereka
menjadi dasar bagi guru dalam melakukan tugas utama yang diberikan, yaitu
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, serta menilai dan
mengevaluasi peserta didik. Dengan memiliki empat kompetensi ini, guru dapat
melakukan tugas keprofesionalan dengan efektif dan efisien, serta membantu
peserta didik dalam meningkatkan motivasi belajar dan mencapai tujuan belajar
mereka.

Beberapa strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru


meliputi:

Pendidikan Profesi Berkarakter: Guru dapat meningkatkan kompetensinya


melalui pendidikan profesi yang berorientasi pada pengembangan karakter,
profesionalitas, dan mutu pendidikan

Meningkatkan Kreativitas: Guru perlu terus meningkatkan kreativitas dalam


mengajar agar dapat menghasilkan siswa yang aktif, selalu semangat, dan
termotivasi dalam pembelajaran

Pendekatan Analysis Hierarchy Process: Pendekatan ini dapat digunakan untuk


menentukan strategi yang tepat dalam meningkatkan kompetensi guru
melalui prioritas kebijakan yang relevan
Pendidikan dan Pelatihan: Guru dapat meningkatkan kompetensinya melalui
pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan bidang keahliannya, serta uji
sertifikasi untuk memastikan kualitas pengajaran

Strategi Pembelajaran yang Beragam: Guru dapat menggunakan berbagai


strategi pembelajaran, seperti penggunaan media, metode cerita, inkuiri,
kontekstual, berbasis masalah, kooperatif, ekspositori, dan partisipatif, serta
dengan modul pembelajaran

4. Tahapan mengatasi kesulitan belajar pada siswa dapat dilakukan dengan


beberapa langkah, antara lain:

Diagnosis: Guru perlu melakukan diagnosis terhadap siswa yang mengalami


kesulitan belajar untuk mengetahui penyebabnya. Diagnosis dapat dilakukan
dengan cara observasi, wawancara, dan tes

Pengembangan Rencana: Setelah mengetahui penyebab kesulitan belajar, guru


perlu mengembangkan rencana untuk mengatasi kesulitan belajar siswa.
Rencana ini harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa

Penerapan Strategi Pembelajaran: Guru perlu menerapkan strategi pembelajaran


yang sesuai dengan kebutuhan siswa, seperti penggunaan media pembelajaran,
metode cerita, inkuiri, kontekstual, berbasis masalah, kooperatif, ekspositori, dan
partisipatif

Pemberian Penguatan: Guru perlu memberikan penguatan kepada siswa yang


berhasil mengatasi kesulitan belajarnya sendiri. Penguatan ini dapat berupa
pujian, penghargaan, atau hadiah

Evaluasi: Guru perlu melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa setelah
menerapkan strategi pembelajaran. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan cara tes,
observasi, atau portofolio
5. era milenial menuntut guru untuk terus meningkatkan kompetensi mereka agar
dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi, perubahan gaya belajar
siswa, dan tuntutan profesionalisme.

Dalam era milenial, seorang guru perlu melakukan berbagai upaya untuk tetap
menjadi profesional yang efektif dan relevan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
oleh seorang guru di era milenial antara lain:

Meningkatkan Kompetensi Profesional: Guru perlu terus meningkatkan


kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan yang relevan, serta
memperbarui metode pengajaran dan memahami cara terbaik untuk
berinteraksi dengan generasi milenial

Memahami Sistem Pembelajaran Daring: Guru di era milenial perlu memahami


dan menguasai sistem pembelajaran daring, serta mampu mengintegrasikan
teknologi informasi dan komunikasi ke dalam proses pembelajaran

Mengembangkan Karakteristik Guru Profesional: Seorang guru profesional di era


milenial harus memiliki keahlian pada bidangnya, tanggung jawab pada
profesinya, serta memiliki rasa kesejawatan yang terikat dalam organisasi profesi

Menerapkan Strategi Pembelajaran yang Beragam: Guru perlu menggunakan


berbagai strategi pembelajaran, seperti penggunaan media, metode cerita,
inkuiri, kontekstual, berbasis masalah, kooperatif, ekspositori, dan partisipatif,
serta dengan modul pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai