LP CKR Igd Dwi
LP CKR Igd Dwi
Disusun oleh :
DWI SUSANTI
223203025
Hari :
tanggal :
2. Etiologi
a. Trauma tajam : trauma yang disebabkan oleh benda tajam yang dapat
mengakibatkan cedera setempat dan menimbulkan cedera local.
Kerusakan local meliputi Contosio serebral,hematom serebral,kerusakan
otak sekunder
b. Trauma tumpul : trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera
menyeluruh menyebabkan kerusakan secara luas dan terjadi dalam 4
bentuk yaitu cedera akson, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak
menyebar, multiple pada otak koma terjadi karena cedera menyebar pada
hemisfer,cerebral,batang otak atau keduanya (Yessie dan Andra, 2018).
Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala
meliputi trauma oleh benda/ serpihan tulang yang menembus jaringan
otak, efek dari kekuatan/energi yang diteruskan ke otak dan efek
percepatan dan perlambatan (akselerasi-deselerasi) pada otak, selain itu
dapat disebabkan oleh Kecelakaan, Jatuh, Trauma akibat persalinan
(NINDS,2013).
3. Klasifikasi
Penilaian cedera kepala dapat dinilai menggunakan Glasgow Coma
Scale (GCS) (Tim Pusbankes, 2018)
Berdasarkan keparahan cedera :
a. Cedera Kepala Ringan (CKR)
1) Tidak ada fraktur tengkorak
2) Tidak ada kontusio serebri, hematom 7
3) GCS 13-15
4) Dapat terjadi kehilangan kesadaran tapi 24 jam
5) Adanya kontusio serebri, laserasi/hematom intrakranial
b. Cedera Kepala Sedang (CKS)
1) Kehilangan kesadaran
2) Muntah
3) GCS 9-12
4) Dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan(bingung)
c. Cedera Kepala Berat (CKB)
1) GCS 3-8
2) Hilang kesadaran >24 jam
3) Adanya kontusio serebri, laserasi/hematom intrakranial
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari cedera kepala (Yessie dan Andra, 2018) :
a. Cedera kepala ringan-sedang
1) Disoerientasi ringan adalah kondisi mental yang berubah dimana
seseorang yang mengalami ini tidak mengetahui waktu atau tempat
mereka berada saat itu, bahkan bisa saja tidak mengenal dirinya sendiri.
2) Amnesia post traumatik adalah tahap pemulihan setelah cedera otak
traumatis ketika seseorang muncul kehilangan kesadaran atau koma.
3) Sakit kepala atau nyeri dikepala, yang bisa muncul secara bertahap atau
mendadak.
4) Mual adalah perasaan ingin muntah, tetapi tidak mengeluarkan isiperut,
sedangkan muntah adalah kondisi perut yang tidak dapat dikontrol
sehingga menyebabkan perut mengeluarkanisinya secara paksa melalui
mulut.
5) Gangguan pendengaran adalah salah suatu keadaan yang umumnya
disebabkan oleh factor usia atau sering terpapar suara yang nyaring atau
keras.
b. Cedera kepala sedang-berat
1) Edema paru adalah suatu kondisi saat terjadi penumpukan cairan
diparu-paru yang dapat mengganggu fungsi paru-paru. Biasanya
ditandai dengan gejala sulit bernafas.
2) Kejang infeksi adalah kejang yang disebabkan oleh infeksi kumandi
dalam saraf pusat.
3) Herniasi otak adalah kondisi ketika jaringan otak dan cairan otak
bergeser dari posisi normalnya. Kondisi ini dipicu olehpembengkakan
otak akibat cedera kepala, stroke, atau tumor otak.
4) Hemiparase adalah kondisi ketika salah satu sisi tubuh
mengalami kelemahan yang dapat mempengaruhi lengan, kaki, dan
otot wajah sehingga sulit untuk digerakkan.
5) Gangguan akibat saraf kranial
5. Pemeriksaan
Pemeriksaan diagnostic dari cedera (Andra dan Yessi, 2018) :
a. Pemeriksaan diagnostik
1) X ray/CT Scan 1
2) MRI
3) Angiografi cerebral
4) EEG
b. Pemeriksaan laboratorium
1) AGD: PO2, PH, HCO2: untuk mengkaji keadekuatan ventilasi
(mempertahankan AGD dalam rentang normal untuk menjamin aliran
darah serebral adekuat) atau untuk melihat masalah oksigenasi yang
dapat meningkatkan TIK.
2) Elektrolit serum: cedera kepala dapat dihubungkan dengan gangguan
regulasi natrium, retensi Na berakhir beberapa hari, diikuti dengan
dieresis Na, peningkatan letargi, konfusi dan kejang akibat
ketidakseimbangan elektrolit.
3) Hematologi: leukosit, Hb, albumin, globulin, protein serum.
4) CSS: menenetukan kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid
(warna, komposisi, tekanan).
5) Pemeriksaan toksilogi: mendeteksi obat yang mengakibatkan
penurunan kesadaran.
6) Kadar antikonvulsan darah: untuk mengetahui tingkat terapi yang
cukup efektif mengatasi kejang.
6. Patofisiologis
Cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya
kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan,
edema dan gangguan biokimia otak seperti penurunan adenosis tripospat,
perubahan permeabilitas vaskuler.
Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera
kepala primer dan cedera kepala sekunder :
a. Proses Primer
Cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik yang
terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi dampak
kerusakan jaringan otak.
b. Proses Sekunder
Cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer,
misalnya akibat dari hipoksemia, iskemia dan perdarahan. Perdarahan
cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural hematoma,
berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter, subdura
hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang antara durameter
dengan subaraknoid dan intra cerebral, hematoma adalah berkumpulnya
darah didalam jaringan cerebral.
Kematian pada penderita cedera kepala terjadi karena hipotensi
karena gangguan autoregulasi, ketika terjadi autoregulasi menimbulkan
perfusi jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak.
(Tarwoto, 2019).
.
7. Pathway