Anda di halaman 1dari 10

Nama : Zakky Nurshidiq

Nim : 117.200.019
Kelas : Model Terrain Digital A

1. Analytical Hillshading

Dalam tool Basic Terrain Analysis, hasil yang disebut analytical hillshading diperoleh
dengan menggunakan parameter cahaya seperti arah, elevasi, dan intensitas cahaya untuk
menciptakan bayangan buatan yang menyerupai permukaan bumi. Hasil visual dari parameter
ini sangat berguna untuk memvisualisasikan topografi.

2. Slope

Tool Basic Terrain Analysis juga menghasilkan slope sebagai output-nya, yang dihitung
berdasarkan perbedaan elevasi pada data DEM yang diimpor ke software Saga GIS. Slope
diperoleh melalui perhitungan numerik perbedaan ketinggian antara piksel pada DEM dengan
menggunakan kalkulus vektor, dan hasilnya dinyatakan dalam satuan radians. Visualisasi dari
hasil slope ini ditunjukkan dalam warna, di mana warna merah menunjukkan daerah dengan
kemiringan yang lebih tinggi, sedangkan warna hijau menunjukkan daerah dengan kemiringan
yang lebih rendah.

3. Aspect

Aspect juga dihasilkan melalui perhitungan numerik perbedaan elevasi antara piksel
pada data DEM yang dimasukkan ke dalam software Saga GIS. Hasil aspect akan menunjukkan
arah kemiringan suatu permukaan bumi dengan satuan radian. Visualisasi aspect ditampilkan
dalam warna, dan setiap warna mewakili arah yang berbeda dari kemiringan. Dengan demikian,
visualisasi aspect akan menunjukkan arah yang berbeda tergantung pada warna yang
dihasilkan.

4. Plan Curvature
Plan curvature merupakan hasil dari proses basic terrain analysis tool yang menghitung
kelengkungan atau kurvatur pada permukaan bumi yang diukur dalam arah datar, dengan
menghitung perubahan arah dan kecepatan pada data DEM yang diimpor ke dalam software
Saga GIS. Proses ini mengukur kelengkungan pada suatu titik dalam arah horizontal, sehingga
dapat membedakan antara punggungan dan lembah. Hasilnya ditampilkan dalam warna
tertentu, di mana warna-warna tersebut menunjukkan arah tertentu dan nilai positif
menunjukkan kontur yang cekung, sementara nilai negatif menunjukkan kontur yang cembung.
Oleh karena itu, plan curvature sangat berguna dalam membedakan antara punggungan dan
lembah.

5. Profile Curvature

Profile curvature dihasilkan melalui pengukuran perubahan kemiringan pada data DEM
yang dimasukkan ke dalam software Saga GIS dengan arah vertikal, sehingga hasilnya
dinyatakan sebagai perubahan kedalaman pada jarak tertentu. Profile curvature dapat
menunjukkan kecepatan aliran air di permukaan, yang dapat mempengaruhi erosi dan
pengendapan. Jika nilai profile curvature negatif, maka wilayah tersebut didominasi oleh erosi,
sedangkan jika nilai positif, maka wilayah tersebut didominasi oleh pengendapan. Dengan
demikian, profile curvature sangat berguna untuk menganalisis proses erosi dan pengendapan
di suatu wilayah.
6. Convergence Index

Convergence Index didasarkan pada perhitungan aspect pada software Saga GIS.
Indeks ini dihitung dengan cara menentukan rata-rata perbedaan arah kemiringan sel tetangga
dari arah kemiringan sel pusat, dan dikurangi dengan 90 derajat. Nilai indeks dapat berkisar
antara -90° hingga +90°. Nilai positif pada indeks ditunjukkan dengan warna merah, sedangkan
nilai negatif ditunjukkan dengan warna biru. Dengan menggunakan Convergence Index, kita
dapat menganalisis pola kemiringan pada suatu wilayah, dan mengetahui di mana titik-titik
yang memiliki kemiringan curam, serta mengidentifikasi wilayah yang lebih rawan terhadap
bencana alam, seperti longsor atau banjir.

7. Closed Depressions

Closed depressions adalah hasil dari proses tool Basic Terrain Analysis pada software
Saga GIS yang menunjukkan suatu depresi atau daerah merosot akibat terbentuknya antiklin
dan sinklin secara tertutup di dalam Digital Elevation Model (DEM) yang telah diinputkan.
Hasilnya, daerah yang berada di dalam depresi tertutup akan diberi nilai yang sama untuk
menunjukkan elevasi yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang tidak termasuk
dalam depresi tertutup. Closed depressions ini dapat berguna untuk menganalisis daerah-daerah
yang rawan terhadap banjir atau genangan air, karena daerah-daerah tersebut memiliki elevasi
yang lebih rendah dan cenderung menjadi tempat akumulasi air. Selain itu, closed depressions
juga dapat digunakan untuk memahami pola aliran air pada suatu wilayah, sehingga dapat
membantu dalam pengelolaan sumber daya air.

8. Total Catchment Area

Proses penghitungan total catchment area yang dilakukan oleh tool basic analysis pada
software saga gis, memungkinkan pengguna untuk mengetahui luas daerah aliran yang menuju
ke suatu titik pada DEM yang diinputkan. Hasilnya dapat digunakan untuk menentukan titik
awal aliran dan memvisualisasikan peta luas daerah aliran yang terhubung dengan titik tersebut,
sehingga sangat berguna dalam analisis dan pemetaan hidrologi.

9. Topographic Witness Index


Topographic witness index menghitung nilai indeks pada setiap sel DEM dengan
membandingkan elevasi sel tersebut dengan elevasi sel-sel di sekitarnya yang terhubung
dengan aliran air. Dengan begitu, proses ini berguna untuk menentukan apakah suatu daerah
memiliki kemampuan penyerapan yang tinggi atau tidak.

10. LS-Factor

LS-factor atau faktor kestabilan lereng (Lambert and Taylor slope-stability factor) dapat
menghitung faktor pengali pada persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation) dengan
memperhitungkan kemiringan lereng (S-factor) dan panjang cerun (L-factor) pada setiap sel
dalam grid DEM yang telah diinputkan pada software saga gis. Hal ini dilakukan untuk
menghitung erosi tanah yang dapat terjadi di daerah tersebut.

11. Channel Network Base Level


Channel network base level pada software saga gis berfungsi untuk memetakan dan
mengidentifikasi pola aliran air permukaan dan jaringan saluran air dengan memanfaatkan data
elevasi pada DEM. Proses ini dilakukan dengan menentukan ketinggian dasar sungai atau titik
terendah di suatu wilayah tertentu dan menetapkan tingkat dasar saluran sungai berdasarkan
ketinggian tersebut. Selanjutnya, hasilnya dapat divisualisasikan dalam bentuk peta warna, di
mana semakin coklat warnanya, maka semakin tinggi ketinggian dasar sungai, dan sebaliknya,
semakin hijau warnanya maka semakin rendah ketinggian dasar sungai.

12. Channel Network Distance

Channel network distance pada software saga gis bekerja dengan memanfaatkan data
elevasi pada DEM untuk menghitung jarak antara setiap sel pada grid dengan saluran air
terdekat. Proses ini berguna untuk memetakan pola aliran air permukaan dan jaringan saluran
air secara lebih detail. Hasil visualnya menunjukkan warna yang semakin coklat menandakan
jarak yang semakin jauh dari saluran air terdekat, dan warna yang semakin hijau menandakan
jarak yang semakin dekat. Proses ini dapat digunakan untuk analisis hidrologi dan perencanaan
pengelolaan sumber daya air.
13. Valley Depth

Valley depth adalah sebuah proses analisis yang bertujuan untuk menghitung
kedalaman lembah dari permukaan tanah dengan menggunakan titik tertinggi di sekitarnya
sebagai patokan. Proses ini berguna untuk mempelajari topografi dan kondisi hidrologi suatu
wilayah. Untuk menghitung valley depth, ketinggian titik tertinggi di sekitar suatu sel raster
dibandingkan dengan ketinggian sel tersebut, dan hasilnya merupakan nilai kedalaman lembah
dari permukaan tanah ke titik tertinggi di sekitarnya. Hasil dari proses ini akan ditampilkan
dalam bentuk visualisasi dengan warna yang semakin coklat menunjukkan kedalaman lembah
yang semakin dalam.

14. Relative Slope Position

Proses relative slope position adalah proses yang menghitung posisi relatif suatu lokasi
di lereng berdasarkan ketinggian absolutnya dengan mengacu pada indeks topografi. Indeks ini
memberikan informasi apakah suatu lokasi berada di lereng bawah, tengah, atas, atau puncak.
Warna hasilnya menunjukkan posisi relatif tersebut, dengan warna merah menunjukkan daerah
di lereng atas atau puncak, sedangkan warna biru menunjukkan daerah di lereng tengah atau
bawah.
Daftar Pustaka
Kiss, R. (2004). Determination of Drainage Network in Digital Elevation Models, Utilities and
Limitations, Journal of Hungarian Geomathmatics, 2, 16-29.
Olaya, V. (2004). A Gentle Introduction to SAGA GIS. Proceedings of the 9th International
Conference on GeoComputation. University of Southampton, UK.
Zevenbergen, L. W., & Thorne, C. R. (1987). Quantitative analysis of land surface topography.
Earth surface processes and landforms, 12(1), 47-56.

Anda mungkin juga menyukai