Anda di halaman 1dari 4

3.b.

Langkah-langkah analisis multivariat


Langkah-langkah analisis multivariat adalah sebagai berikut.
1.Menyeleksi variabel yang akan dimasukkan dalam analisis multivariat,Variabel yang dimasukkan
dalam analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai p < 0,25.
2.Melakukan analisis multivariat. Analisis multivariat baik regresi logistik maupun regresi linier
menjadi 3 metode,yaitu enter,forward,dan backward. Ketiga metode ini akan memberikan hasil
yang sama namun prosesnya berbeda. Metode enter dilakukan secara manual sedangkan
merode forward dan backward secara otomatis. Pada metode forrward, pertama-tama, software
secara otomatis akan memasukkan variabel yang paling berpengaruh kemudian memasukan
variabel berikutnya yang berpengaruh tetapi ukuran kekuatannya lebih rendah daripada variabel
pertama.
Proses akan berhenti ketika tidak ada lagi variabel yang dapat dimasukkan ke dalam analisis. Pada
metode backward, software secara otomatis akan memasukkan semua variabel yang terseleksi
untuk dimasukkan ke dalam multivariat. Secara bertahap, variabel yang tidak berpengaruh akan
dikeluarkan dari analisis. Proses akan berhenti sampai tidak ada lagi variabel yang dapat
dikeluarkan dari analisis. Metode enter dapat dilakukan menyerupai metode forward dan
backward, akan tetapi prosesnya dilakukan secara
manual, tidak otomatis.

3.a. Ukuran kekuatan hubungan bisa dilihat dengan menggunakan rasio odds (RO), risiko relatif
(RR), dan koefsien korelasi. Pada analisis bivariat, RO dan RR digunakan pada analisis komparatif
kategorik sementara koefisien korelasi diganakan pada analisis korelatif, RO digunakan pada
desain kasus kontrol sementara R digunakan pada desain kohort. Bagaimana cara memperoleh
koefisien korelasi telah dibahas pada Bab VI. Pada bagian ini, akan ditunjukkan bagaimana
cara memperoleh nilai RO dan nilai RR.

b. Contoh kasus:
Seorang peneliti ingin mengetahui hubungan antara hepatomegali dengan terjadinya syok pada
pasien anak yang mengalami demam berdarah dengue. Desain penelitian yang digunakan adalah
kasus kontrol. Data penelitian sudah dikumpulkan dan disimpan dengan nama data o_ddrasio. Uji
hipotesis apa yang sesuai dengan masalah ini?
Bagaimana mengukur kekvaran hubungannya dan berapakah besar kekuatan hubungannyn?
Jawab:
Variabe, hepatomegali dan terjadiny a syok termasuk variabel kategorik, maka uji hipotesis yang
digunakan adalah uji Chi-Square. Apabila uji Chi-Square tidak memenuhi syarat, maka akan
digunakan uji alternatifnya, yaitu uji Fisher. Besarnya kekuatan hubungan diketahui dari
parameter nilai RO karena desain yang digunakan adalah kasus kontrol.

Langkah-langkah uji hipotesis dan memperoleh nilai OR dengan menggunakan SPSS sama dengan
apa yang sudah dibahas pada Bab V. Perbedaannya adalah pada pilihan risk yang harus dipilih
untuk mendapatkan nilai RO.
-Buka file data rasioodds,
-Klik Analyze.
-Klik Descriptives statistics.
-Klik Crosstabs.
-Masukan syok ke dalam Column
-Masukan hepatomegali ke dalari Row(s).
-Klik kotak Statistic, pilih Chi-Square di sebelah kiri atas dan Risk di karan bawah.
-Klik kotak Cell, pilih Column pada Percentages.
-Klik Continue dan OK.
Akan didapatkan hasil sebagai herikut.

Interpretasi
1. Dari semua pasien yang menderita syok, sebanyak 56,3% mengalami hepatomegali. Sedangkan
dari semua pasien yang tidak syok, hanya 26,6% yang mengalami hepatomegali.
2. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi- Square, dengan nilai p sebesar 0,001. Artinya,
secara statistik,terdapat hubungan yang bermakna antara hepatomegali dengan syok.
3. Parameter kekuatan hubungan yang digunakan adalah RO (lihat haris pertama pada risk
estimate), yaitu sebesar 3,55 dengan IK 95% 1,59-7,91. Artinya, pasien dengan hepatomegali
mempunyai kemungkinan 3,55 kali ungule mengalami syok dibandingkan dengan pasien yang
tidak hepatomegali. Nilai RO schesar 3,55 dapat juga dinterpretasikan bahwa probabilitas pasien
yang mengalami hepatomegali untuk menderita syok adalah sebesar 78%. Dari manakah angka
787 diperolch? Probabilitas dapat dihitun;, apabila kita mengetahui berapa besar
nilai RO-nya, yaitu dengan rumus:
p= RO/1+RO)
Dengan demikian,
bila RO = 1, maka probabilitas = 50%
bila RO = 2, maka probabilitas = 66,6%
bila RO = 3, maka probabilitas = 75%
bila RO = 3,55 maka probabilitas = 78%

Beberapa catatan:
1. Besar nilai RO dan RR bisa dihitung secara manual Rumus milai RO adalah ad/be sementara
rumus nilai RR adal, Ct a/(a+b) : c/(c+d). Cobalah hitung, mila RO dan RR dari tabel di atas secara
manual! Nilat a, b, c, dan d dapat diketahui dengan melihat tabel berikut.

2. Rumus umum untuk membaca RO dan RR adalah sebagai berikut.


Perbandingan kemungkinan kategori atas dibandingkan dengan kategori bawah untuk mengalami
kolom kiri adalah sebesa....... ???
Pada kasus di atas, kemungkinan kategori atas (hepatomegali) dibandingkan dengan kategori
bawab (tidak hepatomegali) untuk mengalami kolom kiri (syok) adalah sehesar 3,55.

*hepatomegali "ya" disebut sebagai kategori atas, hepatomegali "tidak" disebut sebagai kategori
bawah, dan syok "ya" disebut sebagai kolom kiri, maka syok "tidak" disebut sebagai kolom kanan.
3. Sebagai konsekuensi dari interpretasi poin 2, pemberian kode saat melakukan entry data,
kode hepatomegali harus lebih kecil daripada tidal hepatomegali, misalnya 1 untuk hepatomegali,
dan 2 untuk tidak hepatomegali. Begitu juga kode syok harus lebih kecil daripada tidak syok,
misalnya 1 untuk syok, dan 2 untuk tidak syok.
4. Pada kasus ini, persentase dibuar bentuk kolom, bukan bentuk baris. Hal in karena desain
penelitian adalah desain kasus kontrol. Apabila desain penelitian adalah kohort, maka persentase
dibuat bentuk baris seperti tabel herikut.

Anda mungkin juga menyukai