Anda di halaman 1dari 8
PERENCANAAN PRECAST CONCRETE I GIRDER PADA JEMBATAN PRESTRESSED POST-TENSION DENGAN BANTUAN PROGRAM MICROSOFT OFFICE EXCEL Dini Fitria Annur! dan Johannes Tarig " Departemen Tekaik Sipil, Universitas Sumatera Utara. J.Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan Email: dini_fria_annur@yahoo.co.id * Staf Pengajar Departemen TekuikSipil, Universitas Sumatera Utara, J Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan Email : ohanmes.arigan(@usu ae td ABSTRAK Pada jembatan beton pratekan, kekuatan dan kehandalan sebuah jembatan sangat dipengaruhi oleh jenis dan mutu balok girder. Pada tgas akbir ini, pemulis merencanakan sebuah jembatan beton pratekan dengan metode post rension yang menggunakan I girder scbagai struktur utamanya. Dasar-dasar pereucanaan PCT girder ini mengacu pada Percacanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SNIT-12-2004), Pembebanan untuk Jembatan (SNI 1-02-2005), Bridge Management System (BMS), AASHTO 1992 dan ACL Kabel presiress pada desain PCI Girder ini menggunakan kawat jenis Uncoated Stress Relieve Seven Wires Strand, ASTM A 416 Grade 270 Low Relavation. Analisa beban yang terjadi yaitu analisa beban mati, beban mati tambahan, beban hidup, beban angin dan analisa pengaruh waktu seperti rangkak dan susut serta Kehilangan prategang. Kemndian hasil dari analisa tersebmt dilakukan Kontrol tegangan ‘yang terjadi pada struktur. Untuk mempermmdah perhitmngan, penulis menggunakan bantian Program Microsoft Office Excel. Hasil akhir dari perencanaan ini adalah didapat bentuk dan dimensi penampang I girder yang mampu menahan beban-beban yang bekerja pada jembatan sehingea didapar swarm struktar Jembatan yang aman. Kata kunei : jembatan, beton pratekan, PCT girder, posttension, microsoft office excel ABSTRACT Strength and reliability on a prestressed concrete bridge is strongly influenced by the type and strength of it’s girder beam. In this thesis, the author design a prestressed concrete bridge post tension method thet uses I girder as the main structural beam. The basic design calculation refers to Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SNI T-12-2004), Pembebanan untuk Jembatan (RSNI T-02-2005), Bridge Management System (BMS), AASHTO 1992 and ACI. Prestress cable on the PCI girder design used of Uncoated Stress Relieve Seven Wires Strand, ASTM A 416 Grade 270 Low Relaxation. Analysis of loading that occur are the analysis of dead load, an additional dead load, live load, wind load, and analyzes the influence of the time such as creep and shrinkage and loss of presiressed others. The results of the anaiysis carried out control of stress that occur in the structure. To simplify the caiculation, the author uses the aid program of Microsoft Office Excel. The end resuit of the design isto get the shape and dimension of the crass section of I girder which is capable of withstanding the loads on the bridge in order to get a safe bridge structure. Keywords : bridge, prestressed concrete, PCI girder, posttension, microsoft office excel 1, PENDAHULUAN ‘Kemampuan sebuah jembatan beton pratezang sangat dipengaruhi oleh kekuatan girdemya, Oleh karena itu dalam tugas akhir ini penulis akan merencanakan struktur I girder prestressed segmental pada jembatan beton prategang dengan metode post-fensioning. Struktur beton prategang lebih ekonomis karen pada beban dan bentang yang sama dapat digunakan profil girder yang lebih kecil. Penggunan profil I girder dipilih karena dian; proses pembuatan, lebih efisien dan mudsh pelaksansannya di lapangan. Proses perhitungan ‘bantuan program microsoft office excel, hal ini dikarenakan program tersebut mudah didapat, mudeh digunakan dan smudah dipahami, Adapun tulisan ini merupakan suatu perencanaan dari sebuah tugas akhir (Dini Fitia Annur, 2013). 2, TINJAUAN PUSTAKA. Jembatan adalah bagian jalan yang berfungsi untuk menghubungkan antara dua jalan yang terpisah karena suatu rintangan seperti sungai, lembab, laut, jalan raya dan rel kereta api. Jembatan sangat vital fungsinya terhadap kehidupan manusia, dan mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi tingkat kepentingannya tidak sama bagi tiap orang, sehingza akon menjadi suatu bahan studi yang menarik (Bambang Supriyadi, 2007), Beton adalah material yang kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam kondisi tarik. Kuat tariknya bervariasi dari 8-14 persen dari Kuat tekannya. Beton tidak selamanya bekerja secara efektif di dalam penampang-penampang struktur beton bertulang, hanya bagian tertckan saja yang cfektif bekerja, sedangkan bagian beton yang retak di bagian tertark tidak bekerja efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfoat. Selain itu, retak-retak di sekitar baja tulangan berbahaya bagi straktur karena merupakan tempat meresapnya air dan udara Iuar ke dalam baja tulangan sehingga terjadi keratan. Putusuya baja tulangan akibet keratan akan berakibat fatal bagi struktur, Hal inilah yang menyebabken tidak dapatnya diciptakan struktur-struktur beton bertulang dengan bentang yang panjang secara ekonomis, Karena terlalu banyak beban mati yang tidak efektif. Akibat kekurangan-kekurangan tersebut maka timbullah gagasan untuk menggunakan kombinasi balan beton, yaitu dengan memberikan pratekanan pada beton ‘melalui kabel baja (rendon) yang ditarik atau biasa disebut beton pratekan, Beton pratekan pertama kali ditemokan oleh Eugene Freyssinet, seorang insinyur Perancis. Ta mengemukakan bahwa untuk mengatasi rangkak, relaksasi dan slip pada jangkar kawat atau pada kabel maka digunakan beton dan baja bermutu tinggi Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan intemal dengan besar (akibat stressing) dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas terfentu tegangan yang terjadi akibat beban eksternal (LY Lin, 2000). Pada beton pratezang, baja sebelumnya ditarik terlebih dehniu untuk mencegah terjadinya pemanjangan yang berlebihan pada saat pembebanan, sementara beton ditekan terlebih dahulu untuk mencegah retakeretak akibat tegangan tarik. Dengan memanfaatkan momen sekunder akibat stressing untuk mengimbangi ‘momen akibat beban luar tinggi Komponen beton prategang berkisar antara 65% sampai $0% tinggi komponen ‘beton bertulang pada bentang den beban yang sama, dengan demikian beton prategang membutubkan lebih sedikit bbeton dan sekitar 20% sampai 30% banyaknya tulangan (Edward G. Nawy, 2001). 3. METODE ANALISA MULAT I ‘Pemilihan Sistem Beton Prategang I “Tafsiran Dimensi 1 Girder 1 Perhitungan Lintang dan Momen y [> [ Menentukan Gaya Prategzeng t ‘Tata Letak Kabel (Tendon) 1 Gaya Pratezang. ‘Kehilans NOT OK ‘ontrol tegangan setelah kehilangan prategang Kontrol lendutan SELESAT 3.1. Pemilihan sistem beton prategang ‘Menurut Ir. Winami Hadipratomo, 1994, terdapat dua prinsip yang berbeda dalam sistem penegangan pada beton prategang, yaitu a. Konstruksi dimana tendon ditegangkan dengan pertolongan alat pembantu sebelum beton dicor atau sebalum beton mengeras dan gaya prategang dipertabankan sampai beton cukup keras, Untuk ini dipakai istilah Pre-tensioned Prestress Concrete. b, Konstruksi dimana setelah betonnya cukup Keras, barulah bajanya yang tidak melekat pada tendon diberi ‘Konstruksi ini disebut Post-tensioned Prestress Concrete 3.2, Tafsiran dimensi I girder Perencanaan dimensi girder berdasarkan tabel WIKA dimana girder yang digunakan adalah I girder H-170 3.3, Perhitungan lintang dan momen Dalam hal ini digunakan persamaan untuk mengetabui lintang dan momen tengah bentang balok diatas dua perletakan. 3.4, Menentukan gaya prategang Perhitungan tegangan ijin beton mengacu pada Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan SNI T-12-2004. Gaya dongkrak awal = Saat transfer di tengah bentang PL pe ‘Tegangan atas Oiap = 2 PE wo ‘Tegangan bawah Cre = 4 et @ = Saat servis di tengah bentang ‘Tegangan atas won @ ‘Tegangan bawah ea ® 3.8. Tata letak kabel Kabel didesain sesuai gaya konsentris atau eksentris, hal ini bertujuan untuk mencegah berkembangnya retak, yyaitu dengan cara mengurangi tegangan tarik di tumpuan dan daerah kritis pada saat kondisi beban kerja, sehingga dapat meningkafken kapasitas lentur, geser dan torsional penampang struktur. Penampang dapat berprilaku elastis dan hampir semua kapasitas beton yang memikul tekan dapat secara efektif dimanfaatkan di seluruh tinggi penampang beton pada saat semua beban bekerja di struktur. 3.6, Kehilangan gaya prategang Pada perencanaan beton pratekan, analisis gaya-gaya efektif dari tendon penting sekali untuk diketahui, Edward G. Nawy dalam buku Kerangannya menyebutkan bahwa kehilangan gaya prategang dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori 1, Kebilangan elastis segera yang terjadi pada saat proses fabrikasi atau konstruksi, termasuk perpendekan beton secara elastis, kehilangan kerena pengangkeran dan kehilangan karena gesekan, 2. Kehilangan yang bergantung pada waktu, seperti rangkak, susut dan kehilangan yang diakibatkan karena cefek temperstur dan relaksasi baja, yang kesemuanya dapat ditentukan pada kondisi limit tezangan akibat bbeban kerja di dalam elemen beton prategana, 3.7. Pembebanan Pembebanan pada balok prategang digunakan untuk mengetaluui apakah penampang balok prategang tersebut bisa menahan beban-beban yang bekerja pada penampang, Beban-beban yang bekerja pada desain struktur airder dalam tugas akhir ini adalah beban mati tetap, beban mati tambahan dan beban hidup yang mengacu pada RSNIT-02-2005. ‘Beban-beban yang bekerja adalah « Beban mati adalah beban semua bagian dari suatu jembatan yang bersifat tetap, termasuk segala beban ‘tambehan yang tidak terpisahkan dari suatu struktur jembatan, Beban mati tetap dan beban mati tambahan ‘merupakan berat sendiri beton girder, slab lantai, aspal dan diaphragma. b. Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penggunaan jembatan berupa beban Lalu lintas ‘kendaraan sesuai dengan peraturan pembebanan untuk: jembatan jalan raya yang berlals, + Beban“D' Beban Lajur “D" terdiri atas beban tersebar merata, Uniform Distributed Load (UDL) yang digabung dengan beban garis, Knife Edge Load (KEL) 4 + Beban Tersebar Merata (UDL), mempunyai intensitas q tim? dimana besarnya q tergantung pada ‘panjang total wilayah yang dibebani,L (span), seperti berikut, a= 0.9 vm" > span 30m 4=0.9x (05+ 15/L) vm? >>30m + Beban Garis atau Knife Edge Load (KEL) dengan intensitas p tow” harus ditempatkan tegak Jurus terhadap Tale lintas jembatan, Besamya intensitas p adalah 4.90 ton/m’ ©. Gaya angin Apabila suatu kendaraan sedang berada diatas jembatan, beban garis merata tambahan arah horizontal harus

Anda mungkin juga menyukai