SOP Fisik Head To Toe Dan SOP Tanda-Tanda Vital - Kel 3-5
SOP Fisik Head To Toe Dan SOP Tanda-Tanda Vital - Kel 3-5
Di susun oleh:
Adipa Renanda lutfi C.0105.23.028
Afif Dzaki Rouf C.0105.23.239
Reka Haryati C.0105.23.130
Delia Sri Astuti C.0105.23.122
Rifa Awalani Agustin C.0105.23.176
Zalika Sachra A C.0105.23.107
Nurasri Pebrianti C.0105.23.129
Irfa Amalina S C.0105.23.126
Siti Cintia C.0105.23.178
Rizky Regisya Putri C.0105.23.131
Sifa Nurlaela C.0105.23.177
Shania Salsabila Putri C.0105.23.209
Imam Abdullah C.0105.23.118
Dinda Siti Ghaida C.0105.23.110
Ilham Nazwa Aulia C.0105.23.124
Rahma Salsabila C.0105.23.108
Salwa Salsyabilla Risky C.0105.23.134
Noviaranti Cintaning C.0105.23.204
Anzas Junjun Bardiana C.0105.23.160
Bella Siti Sabila C.0105.23.109
Riska Amelia C.0105.23.226
Riska Ayu Pratiwi C.0105.23.227
Sri Ayu Safitri C.0105.23.179
Zahra Ardika Zanuba C.0105.23.180
Salsabila Syifa Adha C.0105.23.132
Nuraeni Nurillah Wiguna C.0105.23.205
Sherly Sabilla Arifin C.0105.23.228
2023-2024
SOP TANDA - TANDA VITAL (TTV)
A. Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur suhu tubuh yang dilakukan
dengan meletakkan alat pengukur suhu (thermometer) di bawah ketiak pasien.
Suhu adalah suatu ukuran derajat panas dengan menggunakan alat yang disebut
termometer dan suhu yang dihasilkan tergantung dari aktivitas yang dilakukan,
cuaca, metabolisme tambahan karena pengaruh hormon, konsumsi cairan
maupun jenis kelamin. Suhu tubuh normal yaitu antara 36,5 sampai dengan 37,2
derajat celcius. Metode pengukuran suhu tubuh antara lain dengan cara oral atau
melalui mulut (disarankan pada bayi/anak), melalui rectal atau anus, melalui
ketiak/axilla, melalui kulit di dahi, dan tidak melalui telinga.
B. Tujuan
Mengetahui suhu tubuh pasien.
C. Indikasi
Pasien dengan keadaan demam (suhu tubuh > 37ºc).
D. Prosedur Tindakan
2. Tahap Orientasi
a. Melalui oral:
1) Bersihkan termometer
2) Turunkan batas angka pada termometer hingga menunjukkan angka 35°C
3) Letakkan termometer di bawah lidah
4) Minta klien untuk menahan termometer dengan bibir hingga 3-8 menit
5) Angkat dan baca termometer
6) Bersihkan termometer
7) Cuci termometer dengan air antiseptik, air sabun, bilas dengan air DTT
(desinfeksi tingkat tinggi), keringkan, serta letakkan kembali di tempatnya
8) Cuci tangan
b. Melalui rektal :
1) Mengatur lingkungan
2) Bersihkan termometer
3) Turunkan batas angka pada termometer hingga menunjukkan angka
35°C
4) Beri gel pada ujung termometer
5) Atur posisi klien dengan posisi Sims
6) Masukkan termometer ke dalam anus
7) Tahan termometer selama 2-4 menit
8) Angkat termometer
9) Bersihkan termometer
10) Baca dengan teliti
11) Bersihkan anus klien dari pelumas/gel
12) Bantu klien ke posisi semula
13) Cuci termometer dan letakkan kembali ke tempatnya
c. Mengukur suhu melalui aksila/ketiak :
1) Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan dikeringkan
dengan handuk/ lap kering
2) Membasuh termometer dengan air dingin bila termometer direndam
dalam larutan disinfektan
3) Mengeringkan termometer dengan tissu/kassa kering dari ujung (berisi air
raksa) ke arah pegangan
4) Membuang kasa/tissu kotor ke dalam bengkok
5) Menurunkan air raksa di dalam termometer sampai angka 35 atau di
bawahnya
6) Memberi tahu klien bahwa tindakan akan segera dilaksanakan.
7) Membawa alat-alat ke dekat pasien
8) Meminta dan membantu pasien membuka pakaian pada daerah ketiak
9) Mengeringkan salah satu ketiak pasien dengan lab/handuk kering
10) Memasang termometer pada tengah ketiak
11) Menutup lengan atas dan menyilangkan lengan bawah di dada
12) Membiarkan termometer di ketiak selama 6-8 menit
13) Mengambil termometer dari ketiak pasien
14) Membersihkan termometer dengan tissu/kassa dari pangkal ke arah
ujung
15) Membuang tissu/kassa kotor ke dalam bengkok
16) Membaca tinggi air raksa di dalam termometer
17) Mencatat hasil pengukuran pada buku atau catatan keperawatan
18) Menurunkan air raksa di dalam termometer
19) Memasukkan termometer ke dalam larutan disinfektan
20) Merapikan kembali pakaian pasien
21) Mengembalikan posisi pasien pada posisi yang nyaman
22) Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan
23) Membilas termometer dengan kassa/tissu yang dibasahi larutan sabun
24) Membuang tissu/kassa kotor ke dalam bengkok
25) Mencelupkan termometer ke dalam air bersih
26) Mengeringkan termometer dengan kassa/tissu kering
27) Membuang kassa / tissu kotor ke dalam bengkok.
4. Tahap terminasi
A. Pengertian
B. Tujuan
Mengetahui tekanan darah
C. Indikasi
1. Semua pasien baru datang ataupun di rawat
2. Pasien yang memiliki penyakit hipertensi, jantung dan penyakit kronis
lainnya.
D. Prosedur Tindakan
1. Tahap Preinteraksi
2. Tahap Orientasi
3. Tahap Kerja
4. Tahap Terminasi
1) Evaluasi respon dan perasaan pasien
2) Sampaikan hasil kegiatan tekanan darah
3) Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Cuci tangan
5) Dokumentasi : catat waktu melakukan tindakan pengukuran tekanan
darah, respon klien dan hasil pengukuran.
A. Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui Denyut nadi. Denyut nadi
adalah gelombang tekanan yang ditransmisikan dalam bentuk gelombang saat
darah dipompa jantung ke seluruh tubuh. Denyut nadi dapat dirasakan di
pembuluh darah arteri yang dekat dengan permukaan kulit, seperti di pergelangan
tangan, leher, pangkal paha, dan kaki.
Perawat secara rutin mengkaji frekuensi, irama, kekuatan, dan kesetaraan
dari setiap denyutan. Denyut abnormal yang lambat, cepat atau tidak teratur dapat
menandakan masalah dalam pengaturan sirkulasi darah, keseimbangan cairan,
atau metabolisme.
Denyut jantung (heart rate) normalnya kurang lebih 70 kali per menit.
Demam dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung. Pada saat kondisi klien
tiba tiba memburuk, area karotid adalah yang terbaik untuk menemukan nadi
dengan cepat. Jantung ajan mengantar darah melalui arteri karotid secara terus
menerus ke otak. Bila curah jantung menurun secara signifikan, nadi perifer akan
melemah dan sulit diraba.
Denyut nadi juga yaitu ukuran untuk mengetahui berapa kali pembuluh
darah arteri mengembang dan berkontraksi dalam 1 menit sebagai respons
terhadap detak jantung. Denyut nadi normal memberitahukan bahwa organ
jantung dalam tubuh telah melakukan tugasnya dengan baik. Sementara itu,
denyut nadi yang terlalu cepat atau lambat bisa mengindikasikan beberapa kondisi
tertentu.
B. Tujuan
Mengetahui denyut nadi
C. Indikasi
1. Semua pasien baru
2. Pasien yang memiliki penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya
D. Prosedur Tindakan
1. Tahap Pre Interaksi
1) Persiapan diri perawat
2) Verifikasi catatan keperawatan medis
3) Persiapan alat :
a. Arloji tangan yang mempunyai petunjuk detik atau pols-teller
b. Buku catatan
c. Alat tulis.
2. Tahap orientasi
3. Tahap kerja
1) Mencuci tangan
2) Mempersilakan pasien untuk berbaring/duduk dengan tenang di tempat
tidur
3) Membawa alat-alat ke dekat pasien
4) Meraba tangan pasien pada pergelangannya dengan jari telunjuk, jari
tengah dan manis sampai teraba denyut nadi arteri radialis
5) Tangan yang lain memegang alat penghitung nadi /arloji
6) Menghitung denyut nadi selama 1 menit
7) Mencatat hasilnya.
4. Tahap terminasi
A. Pengertian
B. Tujuan
Mengetahui frekuensi pernafasan klien.
C. Indikasi
D. Prosedur Tindakan
2. Tahap Orientasi
3. Tahap kerja
4. Tahap terminasi
A. Pengertian
Nafas dalam adalah bernapas (inhalasi dan ekhalasi) untuk mengambil
oksigen secara maksimal.
B. Tujuan
1. Mengurangi nyeri
2. Memberikan kenyamanan
3. Meningkatkan kapasitas paru
4. Mencegah terjadinya atelektasis
C. Prosedur Tindakan :
1. Tahap Preinteraksi
2. Tahap Orientasi
3. Tahap Kerja
1) Atur posisi yang dirasa enak oleh klien (semi fowler) dengan lutut ditekuk,
punggung dan kepala diberi bantal atau posisi supine dengan kepala
diberi bantal dan lutut ditekuk, untuk membantu otot abdomen rileks.
2) Anjurkan klien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di
abdomen, untuk menambah kekuatan dan tahanan pada bagian otot perut
3) Latih pasien melakukan pernapasan perut (perintahkan klien menarik
napas dalam melalui hidung dengan mulut ditutup hingga 3 hitungan)
4) Anjurkan klien tetap rileks. Meminta klien menahan napas hingga 3
hitungan
5) Perintahkan klien untuk mengerutkan bibir seperti sedang bersiul dan
mengeluarkan udara dengan pelan dan tenang hingga 3 hitungan
6) Anjurkan klien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi otot.
7) Menginstruksikan ke klien untuk melakukan nafas dalam saat nyeri yang
dirasakan timbul dan anjurkan klien melakukan latihan napas dalam paling
sedikit 5 pernafasan empat kali perhari
8) Rapikan klien.
4. Tahap Terminasi
A. Pengertian
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli
medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar
penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan
dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang
lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ
yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu,denyut dan
tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
B. Konsep Teori
1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera
penglihatan, pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat
pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai
keadaan kesehatan yang di bentuk.P emeriksaan kemudian maju ke suatu
inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan
biasanya mengguankan alat khusus seperti optalomoskop, otoskop, speculum
dan lain-lain. Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca
pembesar).
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh,
warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan\pembengkakan.
Setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh
satu dengan bagian tubuh lainnya.
2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba
dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan.
Data hasil pemeriksaan yang dapat dikumpulkan dan dicatat oleh asisten
perawat adalah sebagai berikut.
a. SI: Bunyi jantung pertama, lebih keras dari S2, nada rendah, terdengar
bunyi "LUB", timbul akibat pe nutupan katup mitralis dan trikuspidalis.
b. S2: Bunyi jantung kedua, nada tinggi, terdengar bunyi "DUB", timbul
akibat penutupan aorta dan pulmonalis.
a. S3: Bunyi jantung ketiga, timbul pada awal diastole normal pada anak-
anak, terdengar bunyi "LUB DUB-EE", patologis (kegagalan jantung)
pada dewasa.
b. S4: Bunyi jantung keempat, timbul pada akhir diastole, jarang, sebelum
SI terdengar bunyi "DEE-LUB- DUB", pertanda hipertensi.
https://www.academia.edu/11154038/PEMERIKSAAN_FISIK_HEAD_TO
_TOE
http://repository.pkr.ac.id/1467/12/12.%20Lampiran.pdf