REPUBLIK INDONESIA
3. Undang-Undang …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5256);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN PRESIDEN TENTANG JAMINAN KESEHATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
-3-
4. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing
yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran.
10. Gaji atau Upah adalah hak Pekerja yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
Pemberi Kerja kepada Pekerja yang ditetapkan dan
dibayar menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan,
atau peraturan perundang-undangan, termasuk
tunjangan bagi Pekerja dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan
dilakukan.
11. Pemutusan …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
16. Pegawai …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
16. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri adalah
pegawai tidak tetap, pegawai honorer, staf khusus dan
pegawai lain yang dibayarkan oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
21. Pemerintah …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
21. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
BAB II
PESERTA DAN KEPESERTAAN
Bagian Kesatu
Peserta Jaminan Kesehatan
Pasal 2
Pasal 3 …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
-7-
Pasal 3
Pasal 4
f. pegawai …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
f. pegawai swasta; dan
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai
dengan huruf f yang menerima Upah.
(3) Pekerja Bukan Penerima Upah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja
mandiri; dan
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan
penerima Upah.
(4) Bukan Pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c terdiri atas:
a. investor;
b. Pemberi Kerja;
c. penerima pensiun;
d. Veteran;
e. Perintis Kemerdekaan; dan
f. bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai
dengan huruf e yang mampu membayar iuran.
(5) Penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf c terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak
pensiun;
b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti
dengan hak pensiun;
c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
d. penerima pensiun selain huruf a, huruf b, dan
huruf c; dan
e. janda …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-
e. janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima
pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf a
sampai dengan huruf d yang mendapat hak
pensiun.
Pasal 5
Bagian …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -
Bagian Kedua
Kepesertaan Jaminan Kesehatan
Pasal 6
Bagian ...
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 -
Bagian Ketiga
Peserta yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja dan
Cacat Total Tetap
Pasal 7
Pasal 8
Bagian ...
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -
Bagian Keempat
Perubahan Status Kepesertaan
Pasal 9
BAB III
PENDAFTARAN PESERTA DAN PERUBAHAN
DATA KEPESERTAAN
Pasal 10
Pasal 11 …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -
Pasal 11
Pasal 12
(3) Nomor …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -
(3) Nomor identitas Peserta sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) merupakan nomor identitas tunggal yang
berlaku untuk semua program jaminan sosial.
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15…
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -
Pasal 15
BAB IV
IURAN
Bagian Kesatu
Besaran Iuran
Pasal 16
- 16 -
Bagian Kedua
Pembayaran Iuran
Pasal 17
(7) Ketentuan …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 -
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan
denda administratif diatur dengan Peraturan BPJS
Kesehatan.
Bagian Ketiga
Kelebihan dan Kekurangan Iuran
Pasal 18
Pasal 19
BAB V …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 18 -
BAB V
MANFAAT JAMINAN KESEHATAN
Pasal 20
Pasal 21 …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 -
Pasal 21
(6) Pelayanan …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 20 -
(6) Pelayanan skrining kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d diberikan secara selektif yang
ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan
mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit
tertentu.
(7) Ketentuan mengenai tata cara pemberian pelayanan
skrining kesehatan jenis penyakit, dan waktu
pelayanan skrining kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 22
7. pemeriksaan …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 21 -
7. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium
tingkat pratama; dan
8. rawat inap tingkat pertama sesuai dengan
indikasi.
b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,
meliputi pelayanan kesehatan yang mencakup:
1. rawat jalan yang meliputi:
a) administrasi pelayanan;
b) pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
spesialistik oleh dokter spesialis dan
subspesialis;
c) tindakan medis spesialistik sesuai dengan
indikasi medis;
d) pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai;
e) pelayanan alat kesehatan implan;
f) pelayanan penunjang diagnostik lanjutan
sesuai dengan indikasi medis;
g) rehabilitasi medis;
h) pelayanan darah;
i) pelayanan kedokteran forensik; dan
j) pelayanan jenazah di Fasilitas Kesehatan.
2. rawat inap yang meliputi:
a) perawatan inap non intensif; dan
b) perawatan inap di ruang intensif.
c. pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh
Menteri.
(2) Dalam …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 22 -
(2) Dalam hal pelayanan kesehatan lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c telah ditanggung dalam
program pemerintah, maka tidak termasuk dalam
pelayanan kesehatan yang dijamin.
Pasal 23
2. Anggota …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 23 -
2. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI
yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I
dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
3. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri
yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I
dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
4. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan
ruang II beserta anggota keluarganya;
5. Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan sampai
dengan 2 (dua) kali penghasilan tidak kena pajak
dengan status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta
anggota keluarganya; dan
6. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta
bukan Pekerja dengan iuran untuk Manfaat
pelayanan di ruang perawatan kelas II;
c. ruang perawatan kelas I bagi:
1. Pejabat Negara dan anggota keluarganya;
2. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun pegawai
negeri sipil golongan ruang III dan golongan ruang
IV beserta anggota keluarganya;
3. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI
yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III
dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;
4. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri
yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III
dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;
5. Pegawai …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 -
5. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III dan
golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;
6. Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota
keluarganya;
7. Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan lebih dari 2
(dua) kali penghasilan tidak kena pajak dengan
status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota
keluarganya; dan
8. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta
bukan Pekerja dengan iuran untuk Manfaat
pelayanan di ruang perawatan kelas I.
Pasal 24
Pasal 25
- 25 -
b. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas
Kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat;
c. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program
jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau
cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja;
d. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
e. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
f. pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
g. pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
h. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan
obat dan/atau alkohol;
i. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri
sendiri, atau akibat melakukan hobi yang
membahayakan diri sendiri;
j. pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional,
termasuk akupuntur, shin she, chiropractic, yang
belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian
teknologi kesehatan (health technology assessment);
k. pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan
sebagai percobaan (eksperimen);
l. alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
m. perbekalan kesehatan rumah tangga;
n. pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa
tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah; dan
o. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan
dengan Manfaat Jaminan Kesehatan yang diberikan.
Pasal 26 ...
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 26 -
Pasal 26
BAB VI
KOORDINASI MANFAAT
Pasal 27
Pasal 28 …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 27 -
Pasal 28
BAB VII
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN
Bagian Kesatu
Prosedur Pelayanan Kesehatan
Pasal 29
a. berada …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 28 -
Pasal 30
Pasal 31 …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 29 -
Pasal 31
Bagian Kedua
Pelayanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pasal 32
Bagian Ketiga
Pelayanan Dalam Keadaan Gawat Darurat
Pasal 33
(2) Peserta …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 30 -
(2) Peserta yang menerima pelayanan kesehatan di
Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan, harus segera dirujuk ke Fasilitas
Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien
dalam kondisi dapat dipindahkan.
Bagian Keempat
Pelayanan Dalam Keadaan Tidak Ada Fasilitas Kesehatan
Yang Memenuhi Syarat
Pasal 34
BAB VIII …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 31 -
BAB VIII
FASILITAS KESEHATAN
Bagian Kesatu
Tanggung Jawab Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
dan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Pasal 35
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung
jawab atas ketersediaan Fasilitas Kesehatan dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk
pelaksanaan program Jaminan Kesehatan.
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat
memberikan kesempatan kepada swasta untuk
berperan serta memenuhi ketersediaan Fasilitas
Kesehatan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Bagian Kedua
Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
Pasal 36
- 32 -
(3) Fasilitas Kesehatan milik swasta yang memenuhi
persyaratan dapat menjalin kerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
Bagian Ketiga
Besaran dan Waktu Pembayaran
Pasal 37
Pasal 38 …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 33 -
Pasal 38
Bagian Keempat
Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan
Pasal 39
- 34 -
(4) Besaran kapitasi dan Indonesian Case Based Groups
(INA-CBG’s) ditinjau sekurang-kurangnya setiap 2
(dua) tahun sekali oleh Menteri setelah berkoordinasi
dengan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan.
Pasal 40
BAB IX …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 35 -
BAB IX
KENDALI MUTU DAN BIAYA
PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN
Pasal 41
Pasal 42
- 36 -
(3) Ketentuan mengenai penerapan sistem kendali mutu
pelayanan Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dengan Peraturan BPJS.
Pasal 43
Pasal 44
BAB X …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 37 -
BAB X
PENANGANAN KELUHAN
Pasal 45
BAB XI …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 38 -
BAB XI
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 46
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 47
Agar …
PRE SI DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 39 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Presiden ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 Januari 2013
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 23 januari 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
Siswanto Roesyidi