Bab 1-2 Bangkitan Tarikan
Bab 1-2 Bangkitan Tarikan
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan yang umum digunakan oleh
setiap orang. Pada saat sekarang ini sekolah bukan hanya memberikan pelayanan
berupa pendidikan saja, tetapi juga bersaing untuk memberikan pelayanan yang lebih
dari sekolah-sekolah lain. Hal ini bertujuan agar sekolah tersebut akan lebih diminati
oleh masyarakat karena kelebihan-kelebihannya serta untuk meningkatkan image
sekolah tersebut. Sebagai contoh, sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang
lebih lengkap dari sekolah yang lain lebih diminati daripada sekolah yang memiliki
sarana dan prasarana kurang lengkap atau sekolah yang letaknya strategis dan mudah
dijangkau dengan kendaraan umum juga lebih diminati. Untuk itu, sekolah-sekolah
perlu menyampaikan informasi mengenai keunggulan-keunggulan yang mereka
punyai agar dikenal dan diketahui oleh masyarakat luas. Terutama dengan informasi
yang cepat, tepat dan akurat dimana melibatkan banyak data dan pengolahan.
Jika semua itu dikerjakan secara manual, maka memerlukan waktu yang relatif lebih
lama dengan tingkat akurasi yang rendah.
2
mempengaruhi perjalanan pelajar. Pelajar yang bertempat tinggal dari sekolah
cenderung memilih moda yang efisien atau praktis berjalan kaki menuju sekolahnya,
beda halnya dengan pelajar yang bertempat tinggal jauh dari sekolah. Beberapa pelajar
tersebut memilih moda tertentu untuk mengantar atau menjemput mereka.
3
18. MTSN 2 PASURUAN 356 210 35
19. MTSS AN NURUL JADID 92 76 24
20. MTSS MA’ARIF 94 83 20
DURENSEWU
21. MTSS NU AL KAUTSAR 88 65 22
22. MTSS RUDLOTUL HIKMA 72 45 24
TOTAL 3.248 2.737 592
Sumber: Data Pokok Pendidikan (Kementrian Pendidikan) pada tahun 2022/2023
Terdapat beberapa lalu lintas pada sekolah yang ditinjau, diantaranya adalah
sekolah SMPN 1 Pandaan yang terletak Jl. Pahlawan Sunaryo. Permasalahan dari
sekolah ini adalah kendaraan umum yang tepat melintas di depan gerbang sekolah.
Sehingga pengemudi kendaraan umum biasanya menurunkan siswa di ruas Jl.
Pahlawan Sunaryo. MTS Siti Fatimah Pandaan yang terletak di Jl. Pahlawan Sunaryo
Permasalahan dari sekolah ini adalah kendaraan umum yang tepat melintas di depan
gerbang sekolah untuk kendaraan umum tersebut di sekitar sekolah. Sehingga
pengemudi kendaraan umum biasanya menurunkan siswa di ruas Jl. Pahlawan
Sunaryo. Sama halnya dengan SMP Yasyasan Pandaan yang situasinya hampir sama
dengan kedua sekolahan tersebut.
Jumlah Siswa
SMP NEGERI 1 PANDAAN
1073
1050
1029 1028
1024
4
Jumlah Siswa
MTS SITI FATIMAH
236
229 228
216
207
Jumlah Siswa
SMP YAYASAN PANDAAN
187
180
177
172
167
5
1.2. Rumusan Masalah
Dengan melakukan penelitian ini sangat diharapkan agar bisa bermanfaat bagi
mahasiswa khususnya mahasiswa teknik sipil untuk lebih memahami pengetahuan
tentang bangkit dan tarikan transportasi dan saya harap penelitian ini juga dapat
menambah referensi dan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
6
1.6.Sistematika Pembahasan
BAB 1. PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan
penelitian, ruang lingkup, serta sistematika penulisan.
Menyajikan teori - teori yang digunakan sebagai landasan untuk menganalisis dan
membahas permasalahan penelitian.
Menyajikan data - data hasil penelitian di lapangan, analisis data, hasil analisis data,
dan pembahasannya.
BAB 5. PENUTUP
Berisikan kesimpulan dari rangkaian penelitian dan saran - saran terkait
pengembangan hasil penelitian.
7
1.7. Kerangka Pembahasan
Latar belakang:
Pendidikan adalah hak semua warga Negara, seperti diatur dalam UU No. 20/2003. Pasal 5 ayat 1 dan pasal 5
Peningkatan jumlah siswa tiap tahun akan membawa konsekuensi pertambahan kepemilikan kendaraan yang
Fasilitas Pendidikan diduga menimbulkan tarikan pergerakan
bagaimana
Bagaimana karakteristik tarikan pergerakan,sistem lalu lintas, model
dan pada tarikan
fasilitas pergerakan yang dihasilka
pendidikan?
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Transportasi
9
Menurut Salim (2000) transportasi adalah kegiatan pemindahan barang
(muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi ada dua
unsur yang terpenting yaitu pemindahan/pergerakan (movement) dan secara fisik
mengubah tempat dari barang (comoditi) dan penumpang ke tempat lain. Menurut
Miro (2005) transportasi dapat diartikan usaha memindahkan, menggerakkan,
mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, di mana
di tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-
tujuan tertentu. Sedangkan menurut Nasution (1996) adalah sebagai pemindahan
barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Secara umum, penggolongan
moda transportasi didasarkan pada empat unsur transportasi berikut (Kamaluddin,
2003: 17-18), yaitu:
1. Jalan Jalan merupakan kebutuhan yang paling penting dalam transportasi.
Tanpa adanya jalan tidak mungkin tersedia jasa transportasi bagi pemakainya.
Jalan ditujukan dan disediakan sebagai dasar alat angkutan untuk bergerak
dari suatu tempat asal ke tempat tujuan. Unsur jalan dapat berupa jalan raya,
jalan kereta api, jalan air dan jalan udara
2. Alat Angkutan Perkembangan dan kemajuan jalan atau alat angkutan
merupakan dua unsur yang saling berkaitan satu sama lainnya. Alat angkutan
dapat digolongkan dalam angkutan jalan darat, angkutan jalan air dan
angkutan udara.
3. Tenaga Penggerak Tenaga penggerak yang dimaksudkan adalah tenaga atau
energi yang dipergunakan untuk menarik, mendorong atau menggerakkan alat
angkutan, seperti tenaga manusia, binatang, tenaga uap, batu bara, BBM,
tenaga diesel, tenaga listrik, tenaga atom dan tenaga nuklir. Penggunaan
tenaga penggerak berkembang sesuai kemajuan dan pemakaian teknologi di
daerah bersangkutan.
4. Tempat Pemberhentian Tempat pemberhentian dapat berupa terminal, stasiun,
pelabuhan, bandara yaitu tempat dimana suatu perjalanan transportasi dimulai
maupun berhenti/berakhir sebagai tempat tujuannya.
10
1. Manusia, yang membutuhkan transportasi
2. Barang, yang diperlukan manusia
3. Kendaraan, sebagai sarana transportasi
4. Jalan, sebagai prasarana transportasi
5. Organisasi, sebagai pengelola transportasi
1. Fasilitas fisik, meliputi jalan raya, jalan rel, bandara, dermaga, saluran.
2. Armada angkutan, galangan kapal.
3. asilitas operasional, meliputi fasilitas pemeliharaan angkutan, ruang kantor.
4. Lembaga, terdiri dari 2 jenis, yaitu lembaga fasilitas orientasi dan lembaga
pengoperasian.
Lembaga fasilitas orientasi adalah dasar utama dalam perencanaan,
perancangan, struktur, pemeliharaan, dan fasilitas pengoperasian.
Lembaga pengoperasian adalah dasar keterkaitan dengan
pengoperasian armada dalam pelayanan transportasi yang meliputi
perusahaan kereta api, perusahaan penerbangan, perusahaan kapal,
perusahaan truk-truk, dan lain-lain.
5. Strategi pengoperasian, meliputi rute kendaraan, jadwal, dan pengontrol
lalu lintas.
2.3.Karakteristik Pergerakan
11
memenuhi kebutuhan yang di tempat asalnya tidak dapat terpenuhi sehingga
terjadi pergerakan ke daerah lain yang dapat memenuhi kebutuhannya.
12
2.3.2. Klasifikasi Pergerakan
13
2.3.3. Faktor Pergerakan
14
lainnya biasanya dilakukan pada waktu yang lebih fleksibel atau tidak tetap
sehingga tidak memiliki pola perjalanan khusus.
Jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona disebut tarikan
pergerakan. Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang
menghasilkan pergerakan lalu lintas. Tarikan lalu lintas adalah lalu lintas yang menuju
atau tiba ke suatu lokasi. Hasil keluaran dari perhitungan tarikan lalu lintas berupa
jumlah kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya
kendaraan/jam. Kita dapat dengan mudah menghitung jumlah orang atau kendaraan
yang masuk dari suatu luas tanah tertentu dalam satu hari atau satu jam, untuk
mendapatkan tarikan pergerakan (Tamin, 2000).
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk menentukan jumlah perjalanan dari
suatu zona ke zona lain. F.D. Hobbs berpendapat bahwa Jumlah perjalanan yang
terjadi dalam satuan waktu, biasanya untuk suatu tata guna lahan tertentu, disebut laju
bangkitan perjalanan. Jumlah ini dapat diestimasikan dengan 3 cara (i) secara
tradisional dengan regresi sederhana atau ganda, (ii) dengan menjumlahkan bangkitan
atau produksi perjalanan menurut distribusi. kategori tertentu pada setiap zona, (iii)
dengan metode-metode klasifikasi keluarga (sering disebut analisa kategori) dengan
memakai daftar laju perjalanan yang dilakukan dan karakteristik suatu area. (Hobbs,
1995).
15
Model bangkitan perjalanan pada umumnya memperkirakan jumlah perjalanan
untuk setiap maksud perjalanan berdasarkan karakteristik tata guna lahan dan
karakteristik sosio-ekonomi pada setiap zona, misalnya perumahan, seperti telah
disampaikan oleh Clarkson H. Oglesby dan R. Gary Hicks. Mereka menyatakan
bahwa perkiraan bangkitan perjalanan umumnya didasarkan atas proyeksi tata guna
lahan dan aktifitas ekonomi; misalnya perumahan atau lahan terbuka yang akan diubah
menjadi perumahan atau tata guna lahan lainnya akan menghasilkan sejumlah
perjalanan tertentu selama jam-jam tertentu pula. Perjalanan ini diketahui dari survey
asal-tujuan atau data lainnya seperti yang dikumpulkan dalam studi keadaan serupa.
Selain itu, perkiraan dibuat berdasarkan pembangkit perjalanan akibat kegiatan-
kegiatan seperti bekerja, berbelanja, pendidikan, dan rekreasi. Perkiraan ini kemudian
dapat dinyatakan sebagai tingkat perjalanan (trip rates) atau dalam bentuk persamaan
(Oglesby dan Hicks, 1988).
Gunalahan dibentuk oleh 3 (tiga) unsur yaitu manusia, aktivitas dan lokasi yang
saling berinteraksi satu sama lain. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki sifat yang
sangat dinamis yang diperlihatkan dari berbagai aktivitas yang diperbuatnya. Manusia
membutuhkan ruang untuk melakukan aktivitasnya yang menjadi guna lahan. Dalam
lingkup kota, guna lahan adalah pemanfaatan lahan untuk kegiatan. Secara umum,
jenis guna lahan kota ada 4 (empat) jenis yaitu: pemukiman, jaringan transportasi,
kegiatan industri/komersil dan fasilitas pelayanan umum.
16
perjalanan yang terjadi ke pusat perdagangan akan sebanding dengan intensitas
kegiatan kawasan
17
perdagangan itu sendiri, baik dilihat dari tingkat pelayanan maupun jenis kegiatan
yang terjadi di dalamnya. Dengan kata lain, jumlah dan pola perjalanan yang terjadi
dalam kota atau dapat disebut dengan pola bangkitan dan tarikan perjalanan
tergantung pada dua aspek tata guna lahan:
Pergerakan penduduk untuk mencapai satu tempat tujuan tertentu melahirkan apa
yang disebut sebagai perjalanan. Karakteristik perjalanan penduduk yang dihasilkan
tentu akan berbeda satu sama lain, tergantung dari tujuan perjalanan itu sendiri.
Pergerakan orang dan barang di kota, menunjukkan pada arus lalu lintas, adanya
hubungan konsekuensi antara aktivitas lahan dan kemampuan sistem transportasi
untuk menangani arus lalu lintas ini. Secara alami, ada interaksi langsung antara tipe
dan intensitas tata guna lahan dan penyediaan fasilitas transportasi yang tersedia. Satu
tujuan utama perencanaan tata guna lahan dan sistem transportasi adalah untuk
memastikan bahwa ada keseimbangan yang efisien antara tata guna lahan dan
kemampuan transportasi.
Hubungan yang mendasar dalam aspek transportasi adalah keterkaitan antara guna
lahan dan transportasi. Hubungan ini memiliki sifat yang saling mempengaruhi. Pola
pergerakan, volume dan distribusi moda angkutan merupakan fungsi dari distribusi
guna lahan. Sebaliknya, pola guna lahan dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas sistem
transportasi. Sistem transportasi dipengaruhi oleh sistem kegiatan, pergerakan, dan
jaringan. Adanya sistem kegiatan akan mengakibatkan pembentukan sistem jaringan
melalui perubahan tingkat pelayanan dan sistem pergerakan. Munculnya sistem
jaringan akan mempengaruhi sistem peningkatan mobilitas dan aksesibilitas. Sistem
pergerakan dalam mengakomodir kelancaran lalu lintas akan mempengaruhi sistem
kegiatan dan sistem jaringan. Sistem transportasi dapat dilihat pada Gambar 2.1.
18
Gambar 2.1 Sistem Transportasi (Tamin, 2000).
Pengujian nilai R untuk mengetahui hasilnya signifikan atau tidak, dapat diuji
melalui tabel r-teoritik dengan jumlah pasangan data = N atau dengan derajat
bebas db = N-2. Dalam pengujian ini digunakan r- teoritik dengan taraf
signifikan 5%. Apabila R> r-teoritik, berarti korelasi antara X dan Y. Untu
mencari nilai R2:
Uji dilakukan 2 sisi karena akan dicari ada atau tidaknya hubungan / korelasi,
dan bukan lebih besar / kecil.
20
0,81 – 0,99 Tinggi
1 Sangat Tinggi
Tabel 2.1 Interpretasi nilai R
1. Variabel tak bebas, adalah fungsi linear dari variabel bebas. Jika
hubungan tersebut tidak linear, data kadang-kadang harus
ditransformasikan agar menjadi linear.
2. Variabel, terutama variabel bebas adalah tetap atau diukur tanpa
kesalahan.
3. Tidak ada korelasi antara variabel bebas.
4. Variansi dari variabel tak bebas terhadap garis regresi adalah sama
untuk seluruh nilai variabel tak bebas.
5. Nilai variabel tak bebas harus berdistribusi normal atau mendekati
normal.
6. Nilai peubah bebas sebaiknya merupakan besaran yang relatif
mudah diproyeksikan.
a. Analisis Regresi Linear
Variabel analisis regresi dibedakan menjadi dua jenis variabel yaitu
variabel bebas (X) dan variabel tak bebas (Y). Hubungan linear dari 2 jenis
variabel tersebut dituliskan dalam persamaan:
Y = a + bX
Dimana :
21
Y =
Kriterium X
= Prediktor a
= Konstanta
Y = a0 + a1X1 + a2X2
∑Y = a0 + a1∑X1 + a2∑X2
2 + a2∑X1X2
23
1. Sistem Jaringan Jalan Primer Sistem jaringan jalam primer, yaitu sistem
jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk
pengembangan semua wilayah ditingkat nasional dengan semua simpul
jasa distribusi yang kemudian berwujud pusat-pusat kegiatan.
2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder Sistem jaringan jalan sekunder, yaitu
sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan. Sedangkan pengelompokan jalan
berdasarkan peranannya dapat digolongkan menjadi :
a. Jalan arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, dengan kecepatan rata-rata tinggi dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
b. Jalan kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul dan
pembagi dengan ciri-ciri merupakan perjalanan jarak dekat, dengan
kecepatan rata-rata rendah dan jumlah masuk dibatasi.
c. Jalan lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dengan jumlah
jalan masuk tidak dibatasi.
a. Jalan arteri primer, yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu
yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan kota jenjang kedua.
b. Jalan kolektor primer, yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua
dengan kota jenjang ketiga.
c. Jalan lokal primer, yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan persil atau
kota di bawah jenjang ketiga dengan persil.
24
kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kedua.
b. Jalan kolektor sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
c. Jalan lokal sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan perumahan,kawasan sekunder kedua dengan perumahan,
kawasan sekunder ketiga dengan perumahan dan seterusnya.
25
1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna.
2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata- rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-
rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan
rata-rata rendah.
B. Klasifikasi Berdasarkan Administrasi Pemerintahan
26
4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder
yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota,
menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar
persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di
dalam kota.
5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan
antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
C. Klasifikasi berdasarkan muatan sumbu
27
4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
C = Kapasitas (smp/jam).
28
Kapasitas
Tipe Jalan Catatan
Dasar
(smp/jam)
1500
Empat Lajur Tak Terbagi Per Lajur
29
Faktor penyesuaian untuk kapasitas jalan 6-lajur dapat ditentukan
denganmenggunakan nilai FCsf untuk jalan 4-lajur dengan menggunakan :
FC6,SF. = 1 - 0.8 x (1 – FC4,SF)
Dimana:
Keterangan : Untuk jalan terbagi dan jalan satu arah, faktor penyesuaian
kapasitas tidak dapat diterapkan dan nilai nya 1,0.
30
Apabilah volume lalu lintas pada suatu jalan meningkat dan tidak dapat
mempertahankan suatu kecepatan konstan.
Maka pengemudi akan mengalami kelelahan dan tidak dapat memenuhi
waktu perjalan yang direncanakan. Standarisasi nilai tingkat pelayanan jalan
dapat di lihat pada (Tabel 2.6).
LEVEL Nilai VCR
OFSERVICE
(LOS)
A < 0,6
B 0.6-0.7
C 0,7-0,8
D 0,8-0,9
E 0,9-1
F >1
Sumber MKJI,1997
Tabel 2.6 Standarisasi nilai tingkat pelayanan jalan (MKJI, 1997).
4. Kenyamananpengemudi.
5. Biaya operasionalkenderaan
31
tingkat pelayanan tertinggi. Apabila volume bertambah maka kecepatan
berkurang oleh bertambah banyak kenderaan sehingga kenyamanan pengemudi
menjadi berkurang.Hubungan kapasitas dengan pelayanan dapat dilihat dalam
Tabel 2.7.
TingkatPelayanan Karakteristik
32
Emp
Arus lalu-lintas MC
Tipe jalan : Total dua arah Lebar jalur
Jalan terbagi Kend / Jam) HV lalu-lintas
Wce (m)
≤ >
Dua-jalur tak 0 1,3 0,5 0,40
terbagi
(2/2 UD) ≥ 18000 1,2 0,35 0,25
Empat-lajur tak 0 1,3 0,40
terbagi
(4/2 UD) ≥ 3700 1,2 0,25
Sumber : MKJI 1997 hal : 5-38
Tabel 2.8 Daftar Besaran Ekivalensi Mobil Penumpang
Tipe kendaraan yang diamati disesuaikan dengan tiga kelompok kendaraan
di atas, yaitu :
33
c) Truk: semua kendaraan angkutan bermotor beroda empat atau
lebih dengan berat total lebih dari 2,5 ton. Termasuk di sini Truk
2- as, Truk 3- as, Truk Tanki, Mobil Gandeng, Semi Trailer, dan
Trailer.
34
kecamatan Wenang adalah
merupakan kawasan CBD
Kota Manado , pusat
perdagangan dan
pendidikan . Alasan
terbanyak dalam
melakukan pergerakan
adalah dengan tujuan
bekerja
dan sekolah
Ridho Amran Pohan, Nuril Analisa Bangkitan Dan Memperhatikan rencana
Mahda Rangkuti, Marwan Tarikan Pada Pembangunan pembangunan Universitas
Lubis Kampus II Medan Area
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Universitas Medan Area (Kampus 2)yang akan
Teknik Universitas Medan dibangun dengan
Area asumsi jumlah mahasiswa
sebanyak
3.112mahasiswa, maka
diprediksi
Universitas Medan Area
(Kampus 2)
tersebut jika beroperasi
akan
membangkitkan perjalanan
sebanyak
700,2 smp/jam
Tabel 2.9 Hasil Penelitian Terdahulu
35