Anda di halaman 1dari 205

DAFTAR Ditinjau Diperiksa Disusun

PERATURAN PERUNDANGAN K3
DAN PERSYARATAN LAIN

NO PERATURAN PERUNDANGAN TENTANG

I. UNDANG - UNDANG

1 Undang-Undang No. 03 Tahun 1969 Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 120 tentang Higiene dalam Perniagaan dan
Kantor-Kantor

2 Undang-Undang No. 01 Tahun 1970 Keselamatan Kerja

3 Undang-Undang No. 03 Tahun 1992 Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)

4 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan

5 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Kesehatan

6 Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Badang Penyelenggara Jaminan Sosial

7 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

II. PERATURAN PEMERINTAH

1 Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 Penyelenggaraan Program Jamsostek

2 Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 Tentang Penetapan Fungsi Bangunan Gedung

3 Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Sistem Manajemen K3

4 Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015 Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian

5 Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2014 Angkutan Jalan dan Barang

6 Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 2020 Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
7 Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2020 Penyesuaian Iuran Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Selama Bencana
Non-alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
III. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BAWAH LEMBAGA KEPRESIDENAN

1 Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2019 Tentang penyakit Akibat Kerja (PAK) Hak & manfaat JKK, Jumlah Penyakit akibat kerja

2 Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja

3 Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2020 Peningkatan Kedisiplinan dan penegakan hukum protokol kesehatan dalam
pencegahan dan pengendalian Corona Virus disease 2019
4 Keputusan Presiden No. 11 Tahun 2020 Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019
(COVID-19)
IV. PERATURAN PERUNDANGAN DI BAWAH KEMENTERIAN

1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 04 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 02 Tahun 1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli K3

3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi. No. 03 Tahun 1978 Tentang persyaratan penunjukan dan wewenang serta kewajiban pegawai K3
dan Ahli K3
4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02 Tahun 1980 Tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan
keselamatan kerja
5 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01 Tahun 1981 Tentang Kewajiban Lapor Penyakit Akibat Kerja

6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03 Tahun 1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Kerja

7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04 Tahun 1993 Tentang Jaminan Kecelakaan Kerja

8 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03 Tahun 1998 Tentang Tata Cara Pelaporan & Pemeriksaan Kecelakaan

9 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 11 Tahun 2005 Tentang Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika, psikotropika & zat adiktif lainnya di tempat kerja.

10 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 04 tahun 1980 Syarat-syarat pemasangan & pemeliharaan APAR

11 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02 Tahun 1983 Tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis

12 Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 11 Tahun 1997 Tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran

13 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 15 Tahun 2008 Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja

14 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 08 Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri

15 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 31 Tahun 2015 tentang Perubahan Permenaker Tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
No. 02 Tahun 1989

16 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 75 Tahun 2002 Tentang Pemberlakuan SNI:04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum
Instalasi Listrik 2000 (PUlL 2000) di Tempat Kerja

17 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05 Tahun 1985 Tentang Pesawat Angkat & Angkut

18 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 Tahun 2018 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

19 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01 Tahun 1982 Tentang Bejana Tekan

20 Peraturan Menteri tenaga Kerja 09 Tahun 2010 Tentang Operator Alat Angkat & Angkut

21 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 04 Tahun1985 Tentang Pesawat Tenaga & Produksi

22 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02 Tahun 1982 Ijin Operasi dan ijin kerja

23 Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja

1 of 205
NO PERATURAN PERUNDANGAN TENTANG

24 Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih

25 Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

26 Peraturan Menteri Kesehatan No. 1096 Tahun 2011 Sanitasi Jasa Boga

27 Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2011


Tentang Klinik Tentang Klinik

28 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01 Tahun 1979 Tentang Kewajiban Latihan Higiene Perusahaan, K3 Bagi Tenaga Paramedis
Perusahaan

29 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 25 Tahun 2008 Tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat karena Kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja

30 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 26 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah

31 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 33 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik di Tempat Kerja

32 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 09 Tahun 2016 Tentang K3 pada Pekerjaan di Ketinggian

33 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 10 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Program Kerja akibat Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan
Penyakit Akibat Kerja (PAK)

34 Peraturan Menteri Kesehatan No 56 Tahun 2016 Penyelenggaraan Klinik

35 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 37 Tahun 2016 Tentang K3 Bejana Tekanan dan Tangki Timbun

36 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 38 Tahun 2016 Tentang K3 Pesawat Tenaga dan Produksi

37 Peraturan menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016 Persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri

38 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.08 Tahun 2010 Alat pelindung Diri

39 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 8 Tahun 2020 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut

40 Peraturan Menteri Kesehatan No. 472 Tahun 1996 Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan

41 Peraturan Menteri Kesehatan No. 48 Tahun 2016 Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran

42 Peraturan Menteri ESDM No. 045 Tahun 2005 Instalasi Ketenagalistrikan

43 Peraturan Menteri ESDM No. 36 Tahun 2014 Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia 0225:2011 Mengenai Persyaratan
Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011) Dan Standar Nasional Indonesia
0225:2011/Amd1:2013 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011
(PUIL 2011) Amandemen 1 Sebagai Standar Wajib
44 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02 Tahun 1982 Kualifikasi Juru Las di Tempat Kerja

45 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 01 Tahun 1980 K3 Pada Konstruksi Bangunan

46 Peraturan Menteri Kesehatan NO. 9 Tahun 2020 Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
47 Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 38 Tahun 2021 PPKM Darurat Level 4, level 3 dan level 2 Jawa Bali

48 Permenaker No. 5 Tahun 2021 TENTANG. TATA CARA PENYELENGGARAAN PROGRAM. JAMINAN
KECELAKAAN KERJA, JAMINAN KEMATIAN,. DAN JAMINAN HARI TUA.

V. KEPUTUSAN MENTERI

1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 1135 Tahun 1987 Bendera K3

2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 333 Tahun 1989 Tentang Diagnosis & Pelaporan Penyakit Akibat Kerja

3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 245 Tahun 1990 tentang Hari Keselamatan Kerja Nasional

4 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 48 Tahun 1996 Baku Tingkat


Kebisingan

5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 187 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja

6 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 186 Tahun 1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

7 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 75 Tahun 2002 Tentang PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) NOMOR: SNI-
04-0225-2000 MENGENAI PERSYARATAN UMUM INSTALASI LISTRIK 2000
(PUIL 2000) DI TEMPAT KERJA

8 Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 Tahun 2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri

9 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 79 tahun 2003 Tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat karena Kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja
10 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. 68 Tahun 2004 Tentang Pencegahan & Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja

11 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 609 Tahun 2012 Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

VI. PERATURAN DAN PERSYARATAN LAINNYA

1 Peraturan Daerah kabupaten Bekasi No. 10 Tahun 2014 Tentang bangunan

2 Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi No. 6 Tahun 2014 Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran

3 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja SE.86/BW/1989 Tentang perusahaan catering yang mengola makanan bagi tenaga kerja

2 of 205
NO PERATURAN PERUNDANGAN TENTANG

4 Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi No. 6 Tahun 2014 Tentang Pengadaan APAR di kendaraan operasional

5 Peraturan Badan Penyelengara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) No.1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan

6 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi SE.01/MEN/1979 Tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Makan

7 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. M/3/HK.04/III/2020 Perlindungan Pekerja/buruh dan kelangsungan usaha dalam rangka
pencegahan dan penanggulangan Covid19

8 Peraturan Gubernur Jawa Barat No 46 Tahun 2020 Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Secara Proporsional Sesuai Level
Kewaspadaan Daerah Kabupaten/Kota Sebagai Persiapan Pelaksanaan
9 Surat Edaran Menteri Kesehatan No.HK.02.01 MENKES 216 2020 Adaptasi Kebiasaan Baru
Protokol Pencegahan Untuk Pencegahan
Penularan Corona VirusDan Pengendalian
Disease Coronavirus
2019 (COVID-19) Di
Disease Kerja
Tempat 2019 (Covid-19)
11 Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 443/KEP.221-HUKHAM/2020 Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar Di Daerah Kab Bogor, Kota
Bogor, Kota Depok, Kab Bekasi, Kota Bekasi Dalam Rangka Percepatan
12 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Penanganan Corona Virus
Sertifikasi Kompetensi K3 Disease 2019 (COVID-19)
Teknisi Listrik
Ketenagakerjaan No. KEP.311/BW/2002
13 Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan No. 13/MEN/XI/2015 Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bidang Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
14 Regulation of GIIC 2015 Technical requirement and hazardous material and/or high pressure tank usage

3 of 205
No JENIS PERATURAN

PERATURAN PERUNDANGAN K3 DAN PERSYARATAN LAIN


I. UNDANG - UNDANG
1 Undang Undang No. 3 Tahun 1969
Tentang ratifikasi Konvensi ILO Nomor 120
tentang Higiene dalam perniagaan dan kantor-
kantor
vgfv
2 Undang-Undang No. 01 Tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja
3 Undang-Undang No. 03 Tahun 1992
Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek)

4 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003


Tentang Ketenagakerjaan

5 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan

6 Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
6 Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

7 UU No. 22 Tahun 2009

II. PERATURAN PEMERINTAH


1 Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993
Tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek

2 Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005


Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28
tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
2 Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005
Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28
tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

3 Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012


Tentang Penerapan Sistem Manajemen K3
4 Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015
Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian

Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2014

5
Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 2020
tentang: Peningkatan Kedisiplinan dan
penegakan hukum protokol kesehatan dalam
pencegahan dan pengendalian Corona Virus
disease 2019
6

Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2020


tentang: Penetapan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19)
7

III. PERATURAN PERUNDANGAN DI BAWAH LEMBAGA KEPRESIDENAN


1 Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2019 Tentang
Penyakit Akibat kerja

2 Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993


Tentang Penyakit Yang Timbul karena Hubungan
Kerja

Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2020


tentang: Peningkatan Kedisiplinan dan
penegakan hukum protokol kesehatan dalam
3 pencegahan dan pengendalian Corona Virus
disease 2019

Keputusan Presiden No. 11 Tahun 2020


tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-
4 19)

IV. PERATURAN PERUNDANGAN DI BAWAH KEMENTERIAN


1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 04 Tahun
1987
Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 02 Tahun


1992
Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan
Wewenang Ahli K3

3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi


dan Koperasi. No. 03 Tahun 1978
Tentang persyaratan penunjukan dan wewenang
serta kewajiban pegawai K3 dan Ahli K3

4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02 Tahun


1980
Tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
dalam penyelenggaraan keselamatan kerja
5 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01 Tahun
1981
Tentang Kewajiban Lapor Penyakit Akibat Kerja

6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03 Tahun


1982
Tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04 Tahun
1993
Tentang Jaminan Kecelakaan Kerja

8 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03 Tahun


1998
Tentang Tata Cara Pelaporan & Pemeriksaan
Kecelakaan

9 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi No. 11 Tahun 2005
Tentang Pencegahan dan penanggulangan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,
psikotropika & zat adiktif lainnya di tempat kerja.
10 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04 Tahun
1980
Tentang Syarat-Syarat Pemasangan &
Pemeliharaan APAR

11 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02 Tahun


1983
Tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis
12 Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 11 Tahun
1997
Tentang Pengawasan Khusus K3
Penanggulangan Kebakaran

13 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi No. 15 Tahun 2008
Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
di Tempat Kerja
14 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 08 Tahun 2010
Tentang Alat Pelindung Diri
15 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 31 Tahun
2015 tentang Perubahan Permenaker No. 02
Tahun 1989
Tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
16 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 75 Tahun 2002
Tentang Pemberlakuan SNI:04-0225-2000
Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik
2000 (PUlL 2000) di Tempat Kerja
17 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05 Tahun
1985
Tentang Pesawat Angkat & Angkut
18 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 Tahun
2018
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Kerja

19 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01 Tahun


1982
Tentang Bejana Tekan
19 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01 Tahun
1982
Tentang Bejana Tekan
20 Peraturan Menteri tenaga Kerja 09 Tahun 2010
Tentang Operator Alat Angkat & Angkut

21 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 04 Tahun


1985
Tentang Pesawat Tenaga & Produksi
22 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02 Tahun
1982

23 Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 Tahun


1964
Tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta
Penerangan di Tempat Kerja
24 Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun
1990
Tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih

25 Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun


2010
Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
26 Peraturan Menteri Kesehatan No. 1096 Tahun
2011
Sanitasi Jasa Boga

27 Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2011


Tentang Klinik
28 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01 Tahun
1979
Tentang Kewajiban Latihan Higiene Perusahaan,
K3 Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan
29 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 25 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat karena
Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja

30 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi No. 26 Tahun 2015 Tentang Tata
Cara Penyelenggaraan Program Jaminan
Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan
Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah

31 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi No. 33 Tahun 2015 Tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. 12 Tahun 2015 tentang K3
Listrik di Tempat Kerja

32 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi No. 09 Tahun 2016 Tentang K3
pada Pekerjaan di Ketinggian

33 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi No. 10 Tahun 2016 Tentang Tata
Cara Program Kerja akibat Kecelakaan Akibat
Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)

34 Peraturan Menteri Kesehatan No 56 Tahun 2016


Tentang Penyelenggaraan Klinik
35 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 37
Tahun 2016
Tentang K3 Bejana Tekanan dan Tangki Timbun
36 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 38
Tahun 2016
Tentang K3 Pesawat Tenaga dan Produksi
37 Peraturan menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016

38 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 08 Tahun


2010 Tentang Alat Pelindung Diri
39 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 8 Tahun
2020 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut

40 Peraturan Menteri Kesehatan No. 472 Tahun


1996 Tentang Pengamanan Bahan Berbahaya
Bagi Kesehatan

41 Peraturan Menteri Kesehatan No. 48 Tahun 2016


Tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Perkantoran
41 Peraturan Menteri Kesehatan No. 48 Tahun 2016
Tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Perkantoran

42 Peraturan Menteri ESDM No. 045 Tahun 2005


Tentang Instalasi Ketenagalistrikan

43 Peraturan Menteri ESDM No. 36 Tahun 2014


Tentang Pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia 0225:2011 Mengenai Persyaratan
Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011) Dan
Standar Nasional Indonesia
0225:2011/Amd1:2013 Mengenai Persyaratan
Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011)
Amandemen 1 Sebagai Standar Wajib

44 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi No. 02 Tahun 1982 Tentang
Kualifikasi Juru Las di Tempat Kerja
45 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 01 Tahun 1980 Tentang K3
Pada Konstruksi Bangunan

46 Peraturan Menteri Kesehatan NO. 9 Tahun 2020


Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala
Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

47 Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 38 Tahun


2021
Penetapan PPKM level 4, Level 3 dan Level 2
47 Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 38 Tahun
2021
Penetapan PPKM level 4, Level 3 dan Level 2

48 Permenaker No. 5 Tahun 2021

V. KEPUTUSAN MENTERI
1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 1135 Tahun
1987
Tentang Bendera K3

2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 333 Tahun


1989
Tentang Diagnosis & Pelaporan Penyakit Akibat
Kerja

3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 245 Tahun


1990
tentang Hari Keselamatan Kerja Nasional

4 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 48


Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan

5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 187 Tahun


1999
Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya
di Tempat Kerja

6 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 186 Tahun


1999
Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja
7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 75 Tahun 2002
Tentang Pemberlakuan SNI:04-0225-2000
Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik
2000 (PUlL 2000) di Tempat Kerja

8 Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 Tahun


2002
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri

Lampiran 1 : Persyaratan dan tata cara


penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja
perkantoran
Lampiran 2 : Persyaratan dan tata cara
penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja
industri
9 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 79
tahun 2003
Tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian
Cacat karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat
Kerja

10 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan


Transmigrasi No. 68 Tahun 2004
Tentang Pencegahan & Penanggulangan
HIV/AIDS di Tempat Kerja

11 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi No. 609 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja
dan Penyakit Akibat Kerja

VI. PERATURAN DAN PERSYARATAN LAINNYA


1 Peraturan Daerah kabupaten Bekasi No. 10
Tahun 2014 tentang Bangunan
2 Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi No. 6
Tahun 2014

Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan


Bahaya Kebakaran
3 Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi No. 6
Tahun 2014 Tentang Pengadaan APAR di
kendaraan operasional

4 Peraturan Badan Penyelengara Jaminan Sosial


Kesehatan (BPJS) No.1 Tahun 2014
Tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial
Kesehatan

5 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja &


Transmigrasi SE.01/MEN/1979
Tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Makan
6 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.
M/3/HK.04/III/2020

7 Peraturan Gubernur Jawa Barat No 46 Tahun


2020

8 Surat Edaran Menteri Kesehatan No.HK.02.01


MENKES 216 2020

9 Peraturan Menteri Kesehatan NO. 9 Tahun 2020


Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala
Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

10 Keputusan Gubernur Jawa Barat No.


443/KEP.221-HUKHAM/2020 Tentang
Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala
Besar Di Daerah Kab Bogor, Kota Bogor, Kota
Depok, Kab Bekasi, Kota Bekasi Dalam Rangka
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease
2019 (COVID-19)

11 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan


Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan No. KEP.311/BW/2002
Tentang Sertifikasi Kompetensi K3 Teknisi Listrik
12 Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan No.
13/MEN/XI/2015

13 GIIC Estate regulation 2015


IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN
PERATURAN PERUNDANGAN K3
DAN PERSYARATAN LAIN

SUB TOPIC / CONTENTS

ERSYARATAN LAIN

Pasal 7 : Semua bangunan yang digunakan oleh pekerja-pekerja dan perlengkapannya harus selalu dipelihara baik dan
dijaga kebersihannya.

Pasal 8 : Semua bangunan yang digunakan oleh pekerja-pekerja harus mempunyai ventilasi yang cukup dan sesuai
bersifat alami atau buatan atau kedua-duanya, yang memberi udara segar atau yang dibersihkan.

Pasal 9 : Semua bangunan yang digunakan oleh pekerja-pekerja harus mempunyai penerangan yang cukup dan sesuai,
tempat-tempat kerja sedapat mungkin harus mendapat penerangan alam.

Pasal 10 : Suhu yang nyaman dan tetap apabila keadaan memungkinkan harus dipertahankan dalam bangunan yang
dipergunakan oleh pekerja-pekerja.

Pasal 11 : Semua tempat kerja harus disusun serta semua tempat duduk harus diatur sedemikian sehingga tidak ada
pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan pekerja.

Pasal 12 : Persediaan yang cukup dari air minum yang sehat atau minuman lain yang sehat harus ada bagi keperluan
pekerja-pekerja.

Pasal 13 : Perlengkapan untuk mencuci dan saniter yang cukup harus disediakan dan terpelihara baik.
Pasal 14 : Tempat-tempat duduk yang cukup dan sesuai harus disediakan untuk pekerja-pekerja dan pekerja-pekerja harus
diberi kesempatan yang cukup untuk menggunakannya.

Pasal 15 : Fasilitas yang sesuai untuk mengganti, menyimpan dan mengeringkan pakaian yang tidak dipakai pada waktu
bekerja harus disediakan dan dipelihara dengan baik.

Pasal 17 : Para pekerja harus dilindungi dengan tindakan yang tepat dan dapat dilaksanakan terhadap bahan, proses dan
tehnik yang berbahaya, tidak sehat atau beracun atau untuk alasan yang membahayakan. Apabila sifat pekerjaan
menghendakinya, pengusaha.....

Pasal 18 : Kebisingan dan getaran-getaran yang mungkin mempunyai pengaruh-pengaruh yang berbahaya kepada pekerja
harus dikurangi sebanyak mungkin dengan tindakan-tindakan yang tepat dan dapat dilaksanakan.

Pasal 19 : Setiap badan, lembaga atau dinas pemberi jasa, atau bagiannya yang tunduk kepada konvensi ini, dengan
memperhatikan besarnya kemungkinan bahaya harus : a. Mempunyai Apotik atau Pos PPPK sendiri, atau; b. Memelihara
apotik atau pos PPPK bersama-sama

Pasal 3 : Syarat-syarat Keselamatan Kerja

Pasal 8 (1): Kewajiban memeriksa kesehatan badan, kondisi mental & kemampuan fisik semua tenaga kerja baik
pemeriksaan awal.

Pasal 8 (2): Kewajiban memeriksa kesehatan badan, kondisi mental & kemampuan fisik semua tenaga kerja baik
pemeriksaan berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha.

Pasal 9 : Kewajiban menjelaskan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja kepada tenaga kerja baru

Pasal 11 : Kewajiban melaporkan kecelakaan kerja


Pasal 13 : Kewajiban mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

Pasal 14 : Kewajiban Pemasangan lembar Undang-Undang Keselamatan Kerja, gambar Keselamatan Kerja dan
penyediaan APD

Pasal 17 : Perusahaan dan tenaga kerja wajib ikut serta dalam Program Jamsostek

Pasal 22 : Perusahaan wajib membayar iuran dan melakukan pemungutan iuran yang menjadi kewajiban tenaga kerja
melalui pemotongan upah tenaga kerja serta membayarkan kepada Badan Penyelenggara dalam waktu yang ditetapkan.

Pasal 86 Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :


a. Keselamatan dan kesehatan kerja

Pasal 87 (1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi
dengan kebijakan perusahaan

Pasal 13 :
Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.

Pasal 164 (7) : Pengelola tempat kerja wajib bertanggung jawab atas kecelakaan kerja yang terjadi di lingkungan kerja
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 165 (2) :


Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan menaati peraturan yang berlaku di tempat
kerja.

Pasal 14
Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, wajib menjadi Peserta
program Jaminan Sosial
Pasal 15 (1) Pemberi Kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan Pekerjanya sebagai Peserta kepada BPJS
sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti.

Pasal 15 (2) Pemberi Kerja, dalam melakukan


pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memberikan data dirinya dan Pekerjanya berikut anggota
keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS.

Pasal 19 (1) Pemberi Kerja wajib memungut Iuran yang menjadi beban Peserta dari Pekerjanya dan
menyetorkannya kepada BPJS.

Pasal 19 (2) Pemberi Kerja wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS.

4. Undang-undang ini berlaku untuk membina dan menyelenggarakan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat,
tertib dan lancar melalui:
a. Kegiatan gerak pindah kendaraan, orang dan atau barang di jalan
b. Kegiatan yang menggunakan sarana dan prasarana dan fasilitas pendukung lalu lintas dan
angkutan jalan
c. Kegiatan yang berkaitan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor, pendidikan berlalu lintas, managemen dan
rekayasa lalu lintas, serta penegakan hukum lalulintas dan jalan raya

Pasal 2 (3) : Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 10 orang atau lebih, atau membayar upah paling
sedikit Rp. 1.000.000 sebulan, wajib mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program Jamsostek yang terdiri dari :
Jaminan berupa uang yang meliputi:
1. Jaminan Kecelakaan Kerja;
2. Jaminan Kematian;
3. Jaminan Hari Tua.

Pasal 33 (1) : Jaminan pemeliharaan kesehatan diberikan kepada pekerja atau suami atau isteri yang sah dan anak
sebanyak-banyaknya 3 orang anak.

Pasal 4-6 : Tentang Penetapan Fungsi Bangunan Gedung

Pasal 21 : Penetapan garis sempadan bangunan


Pasal 31-32, pasal 71 : Persyaratan keandalan gedung (keselamatan, kesehatan, Kenyamanan dan kemudahan), sertifikat
laik Fungsi

Pasal 34 : Penetapan pada sistem proteksi terhadap kebakaran

Pasal 35 : Penetapan sistem penangkal petir

Pasal 36 : Penetapan Instalasi Listrik

Pasal 59 : Penyediaan sarana evakuasi gedung dalam keadaan darurat

Pasal 5 : Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi perusahaan:
a. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau
b. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.

Pasal 6 : SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) meliputi:


a. penetapan kebijakan K3;
b. perencanaan K3;
c. pelaksanaan rencana K3;
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.

Pasal 7 :Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengusaha paling sedikit harus:
a. melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi:
1. identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
2. perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik;
3. peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;
4. kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan keselamatan; dan
5. penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
b. memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-menerus; dan
c. memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.
(3) Kebijakan K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. visi;
b. tujuan perusahaan;
komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan; dan
d. kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau
operasional.
Pasal 8 : Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada seluruh pekerja/buruh, orang lain
selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain yang terkait.

Pasal 9 : Dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pengusaha harus mempertimbangkan:
a. hasil penelaahan awal;
b. identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko;
c. peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
d. sumber daya yang dimiliki.

Pasal 10 :Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 didukung oleh sumber daya manusia di bidang K3, prasarana, dan
sarana.

Pasal 11 :Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam pemenuhan persyaratan K3

Pasal 43
(1) Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib melaporkan Kecelakaan Kerja atau penyakit akibat kerja yang
menimpa Pekerja kepada BPJS Ketenagakerjaan dan instansi setempat yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang ketenagakerjaan

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan laporan tahap I yang disampaikan dalam jangka waktu
paling lama 2 x 24 jam sejak terjadi Kecelakaan Kerja atau sejak didiagnosis penyakit akibat kerja dengan menggunakan
formulir Kecelakaan Kerja tahap I yang telah ditetapkan.

2; Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi:


a. Angkutan orang dan / atau barang;
b. kewajiban penyediaan Angkutan umum;
c. Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor Umum;
d. dokumen Angkutan orang dan barang dengan Kendaraan Bermotor Umum;
e. pengawasan muatan Angkutan barang;
f. sistem informasi manajemen perizinan Angkutan;
Pasal 4
'(1) Pembatasan sosial berskala besar paling sedikit meliputi:
a. Peliburan sekolah dan tempat kerja
b. pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau
c. Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum
(2) pembatasan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dan b harus tetap mempertimbangkan kebutuhan
pendidikan, produktivitas kerja dan ibadah penduduk

Pasal 3
'(1) pemerintah Melakukan penyesuaian iuran Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan bagi pemberi kerja, peserta
penerima upah, dan peserta bukan penerima upah tertentu, selama bencana non-alam penyebaran Covid 19
(2) Penyesuaian Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
b. Keringanan Iuran JKK dan iuran JKM

WAH LEMBAGA KEPRESIDENAN


Pasal 2 ayat 2 : Hak atas manfaat JKK sebagaimana di maksud pada ayat 1

Jumlah penyakit akibat kerja

Pasal 2 : Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak mendapat Jaminan
Kecelakaan Kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir

Sebagaimana di instruksikan oleh presiden, untuk kepala daerah menetapkan protokol kesehatan dalam lingkungan kerja
sebagaimana di jelaskan dalam instruksi tsb

Penetapan darurat Kesehatan COVID19

WAH KEMENTERIAN
Pasal 1 : Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100 orang atau lebih wajib membentuk P2K3.

Pasal 2 : Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu (yang memperkerjakan kurang dari 100 orang) akan tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai resiko besar akan terjadinya peledakan, kebakaran,
keracunan dan penyinaran radioaktif

Pasal 3 (1) : Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris
dan Anggota

Pasal 3 (2) :Sekretaris P2K3 ialah Ahli Keselamatan Kerja dari perusahaan yang bersangkutan

Pasal 3 (3) :P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuknya atas usul dari pengusaha atau pengurus yang
bersangkutan

Pasal 2 (2) : Suatu tempat kerja, tenaga kerja dimana pengurus memperkerjakan lebih dari 100 orang dan kurang dari 100
orang yang besar terhadap bahaya K3.

Pasal 9 : Kewajiban Ahli K3


- Membantu mengawasi perundangan K3
- Memberikan Laporan kepada menteri tenaga kerja setiap 3 bulan sekali

Pasal 3 (1)
Untuk dapat ditunjuk sebagai Pengawas Keselamatan Kerja harus memenuhi syaratsyarat:
a. Pegawai Negeri Departemen Tenaga Kerja Transkop.
b. Mempunyai keahlian khusus.
c. Telah mengikuti pendidikan calon pegawai pengawas yang diselenggarakan
oleh Departemen Tenaga Kerja Transkop

Pasal 3 (2)
Untuk dapat ditunjuk sebagai ahli keselamatan kerja harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Mempunyai keahlian khusus.
b. Telah mengikuti pendidikan oleh Departemen Tenaga Kerja Transkop.

Pasal 2 (ayat 1) : Kewajiban Perusahaan mengadakan Pemeriksaan kesehatan sebelum pekerja diterima bekerja.

Pasal 2(ayat 5) : Kewajiban Perusahaan menyusun pedoman pemeriksaan kesehatan sebelum kerja.

Pasal 3 (ayat 2) : Kewajiban Perusahaan mengadakan Pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala sekurang-
kurangnya 1 tahun sekali.
Pasal 3 (ayat 4) : Kewajiban Perusahaan menyusun pedoman pemeriksaan kesehatan berkala.

Pasal 5 : Kewajiban Perusahaan mengadakan Pemeriksaan kesehatan khusus terhadap pekerja yang mengalami
kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan lebih dari 2 minggu, usia diatas 40 tahun, tenaga kerja wanita,
cacat, pekerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu & tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan mengenai
gangguan-gangguan kesehatannya

Pasal 6 (ayat 1) : Kewajiban Perusahaan membuat rencana pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan
pemeriksaan kesehatan khusus.

Pasal 6 (ayat 2) : Kewajiban Perusahaan membuat laporan dan menyampaikan selambat-lambatnya 2 bulan sesudah
pemeriksaan kesehatan dilakukan kepada Direktur Jenderal BinaLindung Tenaga Kerja melalui Kantor Wilayah Ditjen
Binalindung Tenaga Kerja setempat.

Pasal 2 ayat 1 : Kewajiban Perusahaan melaporkan temuan Penyakit akibat kerja setelah pemeriksaan kesehatan berkala
atau pemeriksaan kesehatan khusus yang diderita tenaga kerja secara tertulis kepada Kantor Dirjen Pembinaan Hubungan
Perburuhan dan perlindungan

Pasal 4 ayat 1 : Kewajiban Perusahaan melakukan tindakan-tindakan preventif agar tindakan yang sama tidak terulang.

Pasal 4 ayat 3 : Kewajiban Perusahaan menyediakan secara cuma-cuma semua APD yang diwajibkan penggunaannya
oleh pekerja

Pasal 3 : Pengurus wajib memberikan Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 2 (1) Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan berhak mendapatkan jaminan kecelakaan kerja yang terdiri dari :
a. Pengangkutan dari tempat kejadian ke rumah sakit terdekat atau rumahnya
b. Pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan di rumah sakit
c. biaya pemakaman

Pasal 2 (2) Santunan terdiri dari :


a. Santunan sementara tidak mampu bekerja sebagai pengganti upah
b. Santunan cacat sebagian untuk selamanya
c. Santunan cacat total untuk selamanya
d. Santunan Kematian

Pasal 2 : Kewajiban perusahaan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi , yaitu ; Kecelakaan kerja, Kebakaran,
peledakan, bahaya pembuangan limbah dan kejadian berbahaya lainnya.

Pasal 4 (1) : Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan secara tertulis kecelakaan kepada Kepala Kantor Departemen
Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2 X 24 jam sejak terjadinya kecelakaan

Pasal 2 (1) Pengusaha wajib melakukan upaya aktif pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat kerja

Pasal 2 (3) Dalam melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat kerja
dilakukan dengan melibatkan pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, pihak ketiga atau ahli di
bidang narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya

pasal 3 :
Dalam melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya dapat berkonsultasi dengan instansi pemerintah yang terkait
Pasal 4 (1) : Setiap APAR harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil
serta dilengkapi tanda pemasangan.

Pasal 4 (2) : Tanda pemasangan harus sesuai dengan ketentuan

Pasal 4 (3) : Tinggi tanda pemasangan adalah 125 cm dari dasar lantai tepat diatas APAR

Pasal 4 (4) : Penempatan dan pemasangan APAR harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran

Pasal 4 ( 5) : Penempatan dan Pemasangan APAR yang satu dengan APAR lainnya tidak boleh melebihi 15 meter

Pasal 6 & 7 : APAR harus dipasang menggantung pada dinding atau dalam lemari atau kotak yang tidak dikunci atau yang
dikunci tapi harus ada kaca pengaman dengan tebal max. 2 mm.

Pasal 8 : Pemasangan APAR harus sedemikian rupa sehingga bagian paling atas APAR pada ketinggian 1,2 meter dari
lantai, kecuali untuk jenis CO2 dan Dry chemical bisa lebih rendah dengan jarak tidak kurang 15 cm dari permukaan lantai.

Pasal 9 : APAR dipasang pada ruangan bertemperatur maksimum 49 °C dan minimum minus 44 °C kecuali jika APAR
dibuat khusus diluar suhu batas tersebut.

Pasal 10 : APAR yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi dengan tutup pengaman

Pasal 11 : Setiap APAR harus diperiksa 2 kali dalam setahun yaitu berjangka waktu 6 bulan dan 12 bulan.

Pasal 12-13 : Teknis pemeriksaan APAR untuk pemeriksaan jangka waktu 6 bulan dan 12 bulan, harus sesuai pasal ini

Pasal 14 : Petunjuk cara pemakaian APAR harus dapat dibaca dengan jelas

Pasal 3 (1) : Detector harus dipasang pada bagian bangunan kecuali apabila bagian bangunan tersebut telah dilindungi
dengan sistem pemadam kebakaran automatic.
Pasal 4 (1) : Pada gedung yang dipasang sistem alarm kebakaran otomatik maka untuk ruangan tersembunyi harus
dilindungi dan disediakan jalan untuk pemeliharaannya

Pasal 17 : Semua Permukaan kontak listrik dari saluran sistem harus memiliki kontak yang baik dengan permukaan yang
rata dan terbuat dari perak atau bahan sejenisnya.

Pasal 19 (1) : Perlengkapan yang ditempatkan pada lokasi yang mengandung kelembaban, korosi atau keadaan khusus
lainnya, maka disain dan konstruksi harus menjamin bekerjanya sistem tanpa meragukan.

Pasal 23 : Pada Panel indikator harus dipasang suatu isyarat yang dapat terlihat dan terdengar dari jarak jauh yang bekerja
apabila ada sebuah detektor atau terjadi suatu rangkaian terbuka.

Pasal 28 (2) : Semua titik panggil dapat dihubungkan dengan kelompok alarm detektor otomatik yang meliputi daerah di
mana titik panggil manual tersebut dipasang.

Pasal 34 ( )2 : Setiap lantai harus ada kelompok alarm kebakaran tersendiri

Pasal 36 : Sumber tenaga listrik untuk sistem alarm kebakaran harus dengan tegangan tidak kurang dari 6 volt.

Pasal 37 (1) : Sumber tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 harus dalam bentuk baterai akimulator yang
diisi terus-menerus dengan pengisi baterai.

Pasal 37 (2) : Sumber tenaga listrik sebagaimana dimaksud pasal 36 dalam bentuk baterai kering tidak boleh digunakan
kecuali dalam keadaan khusus.

Pasal 38 (1) : Pengisi baterai harus dapat mengisi secara terus menerus sehingga tegangan baterai akimulator tetap.

Pasal 38 (2) : Pengisi baterai harus terpasang tetap dan dihubungkan pada sisi pemberi arus dari papan hubung utama
atau sakelar utama.
Pasal 40 : Baterai akimulator harus ditempatkan di ruangan terpisah pada tempat yang kering, berventilasi yang cukup,
mudah dicapai untuk suatu pemeriksaan serta di dalam lemari yang terkunci dan bagian dalamnya harus dilindungi dari
korosi.

Pasal 44 (1) : Sistem alarm kebakaran harus dilengkapi sekurang-kurangnya sebuah lonceng.

Pasal 44 (2) : Lonceng harus dipasang diluar bangunan dan dapat terdengar dari jalan masuk utama serta dekat dengan
panel indikator.

Pasal 44 (3) : Sirene dapat dipakai sebagai pengganti lonceng atas persetujuan direktur atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 55 : Bila instalasi kebakaran otomatik yang telah ada ditambah maka gabungan instalasi tersebut harus diuji bahwa
instalasinya menyatu dan berfungsi dengan baik serta disahkan oleh Direktur.

Pasal 57 (1): Terhadap instalasi alarm kebakaran otomatik harus dilakukan pemeliharaan dan pengujian berkala secara
mingguan bulanan dan tahunan.

Pasal 57 (2) : Pemeliharaan dan pengujian tahunan dapat dilakukan oleh konsultan kebakaran atau organisasi yang telah
diakui oleh direktur atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 58 : Pemeliharaan dan pengujian mingguan antara lain meliputi : membunyikan alarm secara simulasi, memeriksa
kerja lonceng, memeriksa tegangan dan keadaan baterai, memeriksa seluruh sistem alarm dan mencatat hasil
pemeliharaan serta pengujian.
Pasal 59 : Pemeliharaan dan pengujian bulanan antara lain meliputi : menciptakan kebakaran simulasi, memeriksa lampu-
lampu indikator, memeriksa fasilitas penyediaan sumber tenaga darurat, mencoba dengan kondisi gangguan terhadap
sistem, memeriksa kondisi

Pasal 60 : Pemeliharaan dan pengujian tahunan antara lain meliputi : memeriksa tegangan instalasi, memeriksa kondisi
dan kebersihan seluruh detektor serta menguji sekurang-kurangnya 20% detektor dari setiap kelompok instalasi

Pasal 65 : Pada satu kelompok sistem alarm kebakaran tidak boleh dipasang lebih dari 40 buah detektor panas.

Pasal 77 : Detektor nyala api harus mempunyai sifat yang stabil dan kepekaannya tidak terpengaruh oleh adanya
perubahan tegangan dalam batas kurang atau lebih 10 % dari tegangan nominalnya dan adanya perubahan suhu dari 0°C
sampai 65°C.

Pengesahan/sertifikasi instalasi proteksi kebakaran

Pasal 2 (1) Pengusaha wajib menyediakan P3K di tempat kerja

Pasal 2 (2) Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat kerja

Pasal 3 (1) petugas P3K harus memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K
Pasal 10
poin (a) kotak P3K terbuat dari bahan yang kuat mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan lambang P3K berwarna hijau

Pasal 10 Poin (c) (2)


isi kotak P3K tercantum dalam lampiran II

Pasal 2 (1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja

Pasal 2 (2) APD sesuai dengan SNI

Pasal 2 (3) Diberikan oleh pengusaha secara Cuma-Cuma

Pasal 3 (1) APD (pelindung kepala, pelindung mata & muka, pelindung telinga, pelindung pernafasan, pelindung tangan,
pelindung kaki)

Pasal 5 Pengusaha atau pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban
penggunaan APD ditempat kerja

Pasal 6 (1) Pekerjaan/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai
potensi bahaya dan resiko

Pasal 6 (2) Pekerja atau buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan apabila APD yang disediakan
tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan

Pasal 7 (1) Pengurus wajib melaksanakan manajemen APD di tempat kerja

Pasal 7 (2) Manajemen APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. identifikasi kebutuhan dan syarat APD;
b. pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan/kenyamanan pekerja/buruh;
c. pelatihan;
d. penggunaan, perawatan, dan penyimpanan;
e. penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan;
f. pembinaan;
g. inspeksi; dan
h. evaluasi dan pelaporan
Pasal 2 (1) : Instalasi penyalur petir harus direncanakan, dibuat, dipasang dan dipelihara sesuai dengan ketentuan.

Pasal 2 (2) : Instalasi penyalur petir harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : kemampuan perlindungan secara
teknis, ketahanan mekanis, ketahanan korosi

Pasal 2 (3) : Bahan dan konstruksi instalasi penyalur petir harus kuat dan memenuhi syarat.

Pasal 2 (4) : Bagian-bagian instalasi penyalur petir harus memiliki tanda hasil pengujian atau sertifikat yang diakui.

Pasal 6 (1) : Pemasangan instalasi penyalur petir dilakukan oleh instansi yang telah mendapat pengesahan dari menteri
atau pejabat yang ditunjuknya.

Pasal 7 : Dalam hal pengaruh elektrolisa dan kronis tidak dapat dicegah maka semua bagian instalasinya harus disalut
dengan timah atau cara lain yang sama atau memperbaharui bagian-bagiannya dalam waktu tertentu.

Pasal 9 (1) : Tempat kerja yang perlu dipasang instalasi penyalur petir adalah : bangunan yang terpencil atau tinggi dan
lebih tinggi dari pada bangunan sekitarnya, bangunan dimana disimpan, diolah atau digunakan bahan yang mudah
meledak atau terbakar,

Pasal 17 (3) : Penghantar penurunan harus dipasang sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan
mudah dan tidak mudah rusak.

Pasal 19 (1) : Instalasi penyalur petir dari suatu bangunan paling sedikit harus mempunyai 2 buah penghantar penurunan.
Pasal 19 (2) : Instalasi penyalur petir yang mempunyai lebih dari satu penerima, dari penerima tersebut harus ada paling
sedikit 2 buah penghantar penurunan.

Pasal 50 ayat 1 : Setiap instalasi penyalur petir dan bagian harus dipelihara agar selalu bekerja dengan tepat, aman dan
memenuhi syarat.

Pasal 50 (2) : Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji : Sebelum penyerahan instalasi penyalur petir kepada
pemakai, setalah ada perubahan atau perbaikan suatu bangunan dan atau instalasi penyalur petir, secara berkala setiap
dua tahun

Pasal 51 (1) : Pemeriksaan dan pengujian instalasi penyalur petir dilakukan oleh pegawai pengawas, ahli keselamatan
kerja atau jasa inspeksi yang ditunjuk.

Pasal 51 (2) : pengurus atau pemilik instalasi petir berkewajiban membantu pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian yang
dilakukan oleh pegawai pengawas, ahli K3 dan atau jasa inspeksi yang ditunjuk termasuk penyediaan alat-alat bantu.

Pasal 53 (1) : Setiap diadakan pemeriksaan dan pengukuran tahanan pembumian harus dicatat dalam buku khusus
tentang hari dan tanggal pemeriksaan.

Pasal 53 (2) : Kerusakan-kerusakan yang didapati harus segera diperbaiki

Pasal 57 (1) : Setiap instalasi penyalur petir harus mendapat sertifikat dari menteri atau pejabat yang ditunjuknya.

Pasal 57 (2) : Setiap penerima khusus harus mendapat sertifikat dari menteri atau pejabat yang ditunjuknya.

Pasal 2 (1)
Perencanaan, pemasangan, penggunaan, pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik di tempat kerja harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SNI 04-0225-2000 mengenai
persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 200) di tempat kerja

Pasal 2 (2) Pengurus bertanggung jawab terhadap diataatinya dan wajib melaksanakan ketentuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) No. 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja

Pasal 3 Pengawasan terhadap pelaksanaan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 04-0225-2000 mengenai persyaratan
umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja dilakukan oleh Pegawai Pengawas atau Ahli Keselamatan Kerja
spesialis bidang listrik
Pasal 3 (1) : Beban maksimum yang diijinkan dari pesawat angkat dan angkut harus ditulis pada bagian yang mudah dilihat
dan dibaca dengan jelas.

Pasal 3 (2) : Semua pesawat angkat dan angkut tidak boleh dibebani melebihi beban maksimum yang diijinkan.

Pasal 3 (3) : Pengangkatan dan penurunan muatan pada pesawat angkat dan angkut harus perlahan-lahan.

Pasal 3 (4) : Gerak mula dan berhenti secara tiba-tiba dilarang.

Pasal 4 : Setiap pesawat angkat dan angkut harus dilayani oleh operator yang mempunyai kemampuan dan telah memiliki
keterampilan khusus tentang pesawat angkat dan angkut.

Pasal 7 : Baut pengikat yang digunakan peralatan angkat harus mempunyai kelebihan ulir sekrup pada suatu jarak yang
cukup untuk pengencang, jika perlu harus dilengkapi dengan mur penjamin atau gelang pegas yang efektif.

Pasal 8 (1) : Garis tengah tromol gulung sekurang-kurangnya berukuran 30 kali diameter tali baja dan 300 kali diameter
kawat baja yang terbesar.

Pasal 8 (2) : Tromol gulung harus dilengkapi dengan flensa pada setiap ujungnya, sekurang-kurangnya memproyeksikan
2½ kali garis tengah tali baja.

Pasal 8 (2) : Ujung tali baja pada tromol gulung harus dipasang dengan kuat pada bagian dalam tromol dan sekurang-
kurangnya harus dibelit 2 kali secara penuh pada tromol saat kait beban berada pada posisi paling rendah.

Pasal 9 (1) : Tali baja yang digunakan untuk mengangkat harus ; Terbuat dari bahan baja yang kuat dan berkwalitas tinggi,
Mempunyai faktor keamanan sekurang-kurangnya 3½ kali beban maksimum, Tidak boleh ada sambungan dan Tidak ada
simpul, belitan, kusut

Pasal 9 (2) : Tali baja harus diberi pelumas yang tidak mengandung asam atau alkali.

Pasal 9 (3) : Tali baja harus diperiksa pada waktu pemasangan pertama dan setiap hari oleh operator serta sekurang-
kurangnya satu kali dalam seminggu oleh tenaga yang berkeahlian khusus Pesawat angkat dan angkut dari perusahaan.

Pasal 14 (1) : Kait untuk mengangkat beban harus dibuat dari baja tempa yang dipanaskan dan dipadatkan atau dari
bahan yang mempunyai kekuatan yang sama.

Pasal 14 (2) : Kait harus dilengkapi dengan kunci pengaman.


Pasal 15 (1) : Kekuatan tarik klem pengikat harus sekurang-kurangnya 1½ kali tali pengikat.

Pasal 16 : Semua peralatan angkat harus dilengkapi dengan rem yang secara efektif dapat mengerem suatu bobot yang
tidak kurang dari 1½ beban yang diijinkan.

Pasal 25 : Peralatan angkat tidak diperbolehkan menggantung muatan pada waktu mengalami perbaikan ataupun bagian-
bagian bawahnya digunakan oleh mesin yang bergerak.

Pasal 29 : Semua peralatan angkat yang digerakan dengan tenaga listrik harus dilengkapi dengan alat batas otomatis yang
dapat menghentikan motor, bila muatan melebihi posisi yang diijinkan.

Pasal 31 (1) : Jenis dan ukuran tali yang digunakan pada blok dan takel harus sesuai dengan cakra pengantarnya.

Pasal 31 (2) : Blok dan takel pengangkat harus dilengkapi dengan alat yang dapat mengatur gerakan sehingga pada saat
muatan digantung tali atau rantai penarik tidak perlu ditarik atau ditahan dan muatan tetap berada ditempatnya.

Pasal 32 (3) : Rantai takel pengangkat dan sling harus dimudahkan atau dinormalisir kembali secara berkala ; 6 bulan
untuk rantai berdiameter tidak lebih dari 2½ mm atau yang digunakan untuk mengangkat logam-logam cair, dan 12 bulan
untuk rantai lain.

Pasal 33 (2) : Alat kontrol dari peralatan angkat listrik harus dilengkapi dengan suatu alat yang dapat mengembalikan
secara otomatis tuas atau tombol pada posisi netral, jika tuas atau tombol dilepaskan.

Pasal 33 (3) : Setiap peralatan angkat yang dijalankan dengan tenaga listrik harus dilengkapi dengan alat pembatas
otomatis yang dapat menghentikan tenaga tarik beban, jika muatan melewati batas tertinggi yang diijinkan.

Pasal 33 (4) : Setiap peralatan angkat harus dilengkapi dengan rem yang secara efektif dapat mengerem sekurang-
kurangnya 1½ kali beban yang diijinkan.

Pasal 49 : Setiap roda gigi & alat perlengkapan transmisi dari keran angkat harus dilengkapi dengan tutup pengaman.

Pasal 101 : Setiap perlengkapan pesawat angkutan diatas landasan dan diatas permukaan sebelum digunakan harus
diperiksa terlebih dahulu oleh operator.

Pasal 105 : Lantai kerja yang dilalui pesawat angkutan landasan harus : Dikonstruksi cukup kuat dan rata dengan
memperhatikan kecepatan, jenis roda dan ban yang digunakan ; Tidak mempunyai belokan dengan sudut yang tajam,
tanjakan yang terjal
Pasal 106 : Lebar kiri kanan sisi jalan bebas yang dilalui truck sekurang-kurangnya : 60 cm dari lebar kendaraan atau
muatan yang paling lebar jika digunakan lalu lintas satu arah ; 90 cm dari kedua lebar kendaraan atau muatan yang paling
lebar jika digunakan 2 arah

Pasal 112 : Forklift harus dilengkapi dengan atap pelindung operator dan bagian yang bergerak atau berputar diberi tutup
pengaman.

Pasal 113 : Dalam keadaan jalan garpu harus berjarak setinggi-tingginya 15 cm dari permukaan jalan

Pasal 114 : Bila mengendarai forklift dibelakang kendaraan lain harus berjarak sekurang-kurangnya 10 m dari belakang
kendaraan depannya

Pasal 115 : Dilarang menggunakan forklift untuk tujuan lain selain untuk mengangkat, mengangkut dan menumpuk barang.

Pasal 134 ayat 1 : Setiap perencanaan Pesawat Angkat dan Angkut harus mendapat pengesahan dari Direktur atau
pejabat yang ditunjuknya, kecuali ditentukan lain.

Pasal 135 (1) : Setiap pembuatan, peredaran, pemasangan, pemakaian, perubahan dan atau perbaikan teknis pesawat
angkat dan angkut harus mendapat pengesahan dari Direktur atau pejabat yang ditunjuknya.

Pasal 137 : Pembuatan dan pemasangan pesawat angkat dan angkut harus dilaksanakan oleh pembuat dan pemasang
yang telah mendapat pengesahan oleh Direktur atau pejabat yang ditunjuknya.

Pasal 138 (1) : Setiap pesawat angkat angkut sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu dengan standar uji
yang telah ditentukan.

Pasal 138 (4) : Pemeriksaan dan pengujian ulang pesawat angkat angkut dilaksanakan selambat-lambatnya 2 tahun
setelah pengujian pertama dan pemeriksaan pengujian ulang selanjutnya dilaksanakan satu tahun sekali.

Pasal 3:
d. Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di bidang Lingkungan kerja

Pasal 7:
Pengendalian Lingkungan untuk menghindari potensi bahaya

Pasal 5 (2) : Bahan dari bejana tekanan yang dibuat dari baja zat arang harus mempunyai kekuatan tarik antara 35 kg/mm 2
- 56 kg/mm2 kecuali jika bejana tekanan itu tidak mempunyai sambungan kekuatan tariknya maksimal 75 kg/mm 2
Pasal 5 (5) : Jika bejana bahannya bukan dari baja zat arang harus mempunyai sifat-sifat yang diperlukan bagi tujuan
pemakaian dan mendapat persetujuan dari direktur atau pejabat yang ditunjuknya

Pasal 6 (1) a). Bejana harus disertai sertifikat asli dari bahan konstruksinya dari badan yang tidak memihak dan diakui,
b). Bejana tekan harus memenuhi syarat-syarat dalam dasar perhitungan kekuatan konstruksi bejana tekan

Pasal 6 (5) : Bejana tekanan baru yang tidak mempunyai sambungan, dibuat dari baja leleh harus bebas dari lekuk
gilingan, lekuk tarik, capuk-capuk, keriput dan cacat lainnya

Pasal 8 (2) : APAR dan alat untuk bernafas yang kecil tidak diharuskan adanya tutup pelindung

Pasal 9 (3) : Tingkap pengaman harus bekerja bilamana tekanan melebihi dari tekanan kerja yang diperbolehkan.

Pasal 9 (6) : Semua alat pengaman harus bekerja dalam keadaan baik dan harus berhubungan langsung dengan bejana

Pasal 10 (2) : Pedoman tekanan harus dapat menunjukkan tekanan melebihi dalam Kg/cm2 dengan jelas dan benar
sekuran-kurangnya sebesar tekanan percobaan dari bejana tekanan itu.

Pasal 10 (3) : Pedoman tekanan harus dipasang sedemikian rupa sehingga tenaga kerja yang melayani dapat melihatnya
dengan mudah.

Pasal 10 (4) : Pedoman tekanan harus dibubuhi strip merah pada tekanan kerja tertinggi yang diperbolehkan

Pasal 11 (3) : Bagian bawah dari bejana yang berisi gas terpadat harus diberi alat pembuang gas yang baik dan mudah
dilayani.

Pasal 12 (1) : Botol-botol dan bejana-bejana transport harus diberi alat anti guling untuk menghindarkan menggelindingnya
botol-botol tersebut kecuali karena pengangkutannya atau pemakaiannya tidak mungkin menggelinding.

Pasal 12 (2) : Alat anti guling tidak boleh berhubungan dengan tutup pelindungnya

Pasal 15 (2) : Pada pemeriksaan ulang bejana tidak perlu diadakan percobaan padat dengan air bila hasil pemeriksaan luar
dan dalam bejana hasilnya baik, sehingga tidak perlu diadakan pengujian.

Pasal 16 (10) : Dengan tidak membedakan bejana tekan yang dapat atau tidak dapat diperiksa dari dalam, jangka waktu
pengujian ulang tidak boleh lebih dari 5 tahun.
Pasal 18 (1) : Pegawai pengawas harus memberikan tanda baik pada bejana yang pada pengujiannya menunjukkan hasil
baik

Pasal 18 (3) : Tiga bulan sebelum berakhir masa berlakunya tanda baik sebgaimana dimaksud ayat 1, pengusaha yang
memiliki bejana tekan harus memberitahukan kepada Direktur atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 21 (1) : Pengusaha yang memilki bejana tekan wajib membantu pegawai pengawas yang melakukan pemeriksaan
dan pengujian berupa tenaga kerja dan alat-ala lain yang diperlukan.

Pasal 21 (2) : Biaya pemeriksaaan dan pengujian yang dimaksud dalam pasal 16 dibebankan kepada pengusaha.

Pasal 22 (1) : Setiap bejana diberikan tanda pengenal sebagai berikut: nama pemilik, Nama dan nomor urut pabrik
pembuat, nama gas yang diisikan (bukan simbol kimia), Berat dari botol baja dalam keadaan kosong tanpa keran dan tutup,
Tekanan pengisian ya

Pasal 22 (4) : Tanda pengenal harus jelas dan tidak dapat dihapus serta dicapkan pada bagian kepala yang tebal dari
dinding bejana yang mudah dilihat dan dibaca dan tidak mudah dilepas, kecuali jika pengecapan tidak dimungkinkan maka
dapat dicantumkan

Pasal 22 (5) : pengecapan tanda pengenal pada bejana yang mempunyai tebal plat < 4 mm adalah dilarang.

Pasal 23 (1) : Bejana tekanan untuk zat asam harus dicat biru muda.

Pasal 23 (2) : Bejana tekanan untuk gas yang mudah terbakar harus dicat warna merah.

Pasal 23 (3) : Bejana tekanan untuk gas yang beracun harus dicat warna kuning.

Pasal 23 (4) : Bejana tekanan untuk gas yang beracun dan juga mudah terbakar harus dicat warna kuning dan merah.

Pasal 24 (1) : Sebelum diisi bejana tekanan harus dibersihkan dan diperiksa dari adanya karatan atau retakan yang dapat
membahayakan.

Pasal 28 : Bejana tekan yang tidak dibubuhi "tanda baik yang sah" atau di bubuhi tanda "tidak baik" dilarang diisi atau
dipakai.

Pasal 29 (1) : Bejana tekan tidak boleh dipakai dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan kerja yang diizinkan.

Pasal 29 (2) : Bejana yang diisi dengan gas atau campur gas dalam keadaan cair atau terlarut tidak boleh melebihi berat
yang dinyatakan dalam Kg dari gas atau campuran gas tsb yaitu hasil bagi dari angka yang menunjukkan isi bejana
tekanan dalam liter

Pasal 33 (1) : Dilarang memadat bejana tekan dengan tekanan lebih besar dari tekanan pemadatan terakhir yang
ditentukan.
Pasal 33 (2) : Dilarang mengadakan perubahan tanda pengenal yang tertera pada bejan tekan dengan cara apapun
selama masih mempunyai tanda "baik" yang sah.

Pasal 34 (1) : Bejana tekan isi maupun kosong tidak boleh dilempar atau dijatuhkan maka harus menggunakan alat
perlengkapan yang baik dan praktis.

Pasal 34 (2) : pengosongan bejana tekan yang berisi gas beroksida dan mudah terbakar harus dilakukan dengan
menyisakan tekanan melebihi untuk menjaga masuknya kotoran.

Pasal 34 (3) : Pengisian kembali bejana tekan untuk zat asam dan gas beroksida yang lain dilarang memakai peralatan
pemadat dan perlengkapan bejana yang mengandung minyak dan gemuk.

Pasal 34 ayat 4 : Untuk mengisi dan mengosongkan kembali bejana tekan untuk gas cair tidak boleh dipercepat dengan
pemanasan langsung dengan api terbuka atau nyala gas tetapi dapat menggunakan pemanasan dengan kain basah atau
udara panas atau menggunakan

Pasal 35 (3) : Dalam satu ruangan hanya diperbolehkan ada satu bejana tekan atau botol baja yang sedang digunakan,
sebagai cadangan disimpan di gudang atau ruangan lain yang ditentukan oleh direktur sesuai dengan peraturan.

Pasal 35 (4) : Dilarang menaruh atau menyimpan bejana tekan dan botol baja, dekat tangga, gang, dimuka lubang
pemasukan angin, alat pengangkat dan benda-benda bergerak yang dapat menyentuh atau menimpa.

Pasal 35 (5) : Dilarang menyimpan botol-botol baja dan bejana transport bersama-sama dengan botol-botol baja yang berisi
bahan mudah terbakar.

Pasal 35 (6) : Botol-botol baja dan bejana transport yang berisi gas mudah terbakar harus disimpan dalam ruangan tahan
api.

Pasal 35 (7) : Botol baja dan bejana transport yang berisi bermacam-macam gas harus disimpan secara terpisah.

Pasal 35 (8) : Botol-botol baja dan bejana transport yang berisi ditaruh di adara bebas harus dilindungi dari cahaya
matahari.
Pasal 36 (1) : Botol-botol baja dan bejana transport yang berisi gas mudah terbakar atau berbahaya bagi kesehatan dalam
keadaan terkempa menjadi cair atau larut, bila tidak dihubungkan dengan pipa pengisi atau yang lainnya harus diletakkan
dalam keadaan berdiri, sehingga zat cairnya tidak dapat keluar sendiri.

Pasal 36 (7) : Bejana-bejana tekan yang berisi atau botol baja harus dilindungi dari sumber panas dan penyebab karat.

Pasal 41 (1) : Dilarang mengisi dan menggunakan bejana tekanan yang tidak memiliki pengesahan pemakaian dari direktur
atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 42 (1) : Pengesahan pemakaian bejana tekanan diberikan oleh Direktur atau pejabat yang ditunjuknya setelah
bejana tekanan diperiksa dan diuji serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan ini.

Pasal 42 (3) : Pengusaha atau pengurus dilarang mengadakan perubahan, perbaikan, pengelasan atau pengolahan panas
lainnya terhadap bejana-bejana tekanan yang telah disahkan kecuali seijin Direktur atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 43 (1) : Setiap pemasangan permanen, perbaikan atau perubahan teknis terhadap bejana tekanan yang telah
mendapatkan pengesahan pemakaian harus mendapat ijin tertulis dari Direktur atau pejabat yang ditunjuknya.

Pasal 3 : Pengusaha atau pengurus dilarang mempekerjakan operator dan/atau petugas pesawat angkat dan angkut yang
tidak memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.

Pasal 4 : Jumlah operator pesawat angkat dan angkut yang dipekerjakan oleh pengusaha atau pengurus harus memenuhi
kualifikasi dan jumlah sesuai dengan jenis dan kapasitas pesawat angkat dan angkut sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 3 (2) : Setiap bahan dari bagian konstruksi pesawat tenaga dan produksi yang utama harus memiliki tanda hasil
pengujian atau sertifikat bahan yang diakui.

Pasal 4 : Semua bagian yang bergerak dan berbahaya dari pesawat tenaga dan produksi harus dipasang alat perlindungan
yang efektif kecuali ditempatkan sedemikian rupa hingga tidak ada orang atau benda yang menyinggungnya.

Pasal 5 (1) : Dilarang memindahkan, merubah atau pun menggunakan alat pengaman atau alat perlindungan untuk tujuan
lain dari suatu pesawat atau mesin yang sedang bekerja, kecuali apabila mesin tersebut dalam keadaaan berhenti atau
dalam perbaikan.
Pasal 5 (2) : Alat-alat pengaman dan alat perlindungan harus dipasang kembali setelah pesawat atau mesin selesai
diperbaiki.

Pasal 6 : Pada pesawat tenaga dan produksi yang sedang diperbaiki tenaga penggerak harus dimatikan dan alat
pengontrol harus segera dikunci serta diberi suatu tanda larangan untuk menjalankan pada tempat yang mudah dibaca
sampai pesawat tenaga dan produks

Pasal 7 : Jarak antara pesawat-pesawat atau mesin-mesin harus cukup lebar dan bebas dari segala sesuatu yang dapat
membahayakan bagi lalu lintas.

Pasal 8 (1) : Ban-ban penggerak, rantai-rantai dan tali -tali yang berat yang dapat menimbulkan bahaya bila terlepas atau
putus harus dilengkapi alat perlindungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 8 (2) : Ban-ban penggerak dan rantai -rantai penggerak yang dilepas harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak dapat menyentuh pada alat-alat penggeraknya.

Pasal 9 (1) : Pada pekerjaan yang menimbulkan serbuk, serpih, debu dan bunga api yang dapat menimbulkan bahaya
harus diadakan pengaman dan perlindungan.

Pasal 9 (2) : Semua pesawat tenaga dan produksi harus dipelihara secara berkala dan baik.

Pasal 10 : Mesin-mesin yang digerakkan oleh motor penggerak, mesin harus dapat dihentikan tanpa tergantung dari
pesawat pengeraknya.

Pasal 11 (3) : Bila terjadi kecelakaan pada saat penggerak mula dihidupkan, maka harus ada tanda yang dapat didengar
dan dilihat dengan jelas di tempat penggerak mula berada.

Pasal 12 : Pelumasan, pembersihan pesawat atau mesin dan pemasangan ban-ban harus dilaksanakan pada waktu
pesawat atau mesin dalam keadaan berhenti kecuali dapat dilakukan dengan aman.

Pasal 13 : Setiap Mesin yang digerakkan dengan penggerak mula harus dilengkapi dengan alat penghenti yang mudah
dicapai oleh operator guna menahan mesin agar tidak bergerak kembali.

Pasal 14 ayat 2 : Tempat operator mesin harus cukup luas , aman dan mudah dicapai.

Pasal 15 : Pada motor-motor penggerak harus dinyatakan tanda arah perputaran dan kecepatan maksimum yang aman.

Pasal 16 : Rantai, sabuk dan tali penghubung untuk roda gigi penggerak tidak boleh dilepas atau dipasang dengan tangan
sewaktu berjalan atau berputar.
Pasal 17 : Dilarang mencuci atau membersihkan pesawat tenaga dan produksi dengan cairan yang mudah terbakar atau
bahan beracun.

Pasal 18 (1) : Sebelum menghidupkan mesin harus diperiksa lebih dahulu unutk menjamin keselamatan.

Pasal 18 (2) : Mesin yang sedang bekerja harus selalu dalam pengawasan.

Pasal 19 (2) : Pada mesin yang tetap berputar atau bergerak setelah sumber tenaganya diputuskan harus diberi
perlengkapan pengunci atau rem yang efektif dan bila diperlukan dapat bekerja secara otomatis.

Pasal 20 (1) : Setiap mesin harus memiliki alat penghenti yang memenuhi syarat.

Pasal 20 (2) : Penandaan tombol penggerak dan penghenti ditempat kerja harus seragam.

Pasal 21 : Kerusakan atau ketidaksempurnaan pesawat tenaga dan produksi atau alat pengamannya harus segera
dilaporkan kepada atasan yang berwenang dan segera tenaga penggeraknya dimatikan.

Pasal 22 (1) : Pemasangan mesin-mesin dalam suatu tempat kerja harus dipasang diatas pondasi dan kuat konstruksinya.

Pasal 22 (2) : Lantai disekitar mesin-mesin harus kering, bersih dan tidak licin.

Pasal 23 (1) : semua sekrup penyetel pada bagian yang bergerak dimanapun berada harus dibuat rata, terbenam atau
diberi alat perlindungan.

Pasal 23 (2) : Semua kunci , grendel, nipel gemuk pada bagian yang berputar harus dibuat rata atau diberi alat
perlindungan.

Pasal 24 (1) : Roda gigi yang terbuka dari pesawat atau mesin yang bergerak harus diberi alat perlindungan dengan salah
satu cara sebagai berikut ; Untuk putaran cepat dengan menutup keseluruhan dan Untuk putaran lambat pada titik
pertemuan roda gigi.

Pasal 25 : Sakelar listrik harus mempunyai bentuk dan ditempatkan dalam posisi sedemikian rupa sehingga dapat
menghubungkan atau memutuskan arus secara tidak disengaja.

Pasal 26 : Semua alat pengaman dan alat perlindungan harus tetap berada ditempatnya bila mesin hidup.
Pasal 27 ayat 1 : Titik operasi dari mesin harus diberi alat perlindungan yang efektif.

Pasal 27 (4) : Alat untuk menjalankan dan menghentikan harus dipasang pada setiap mesin yang memotong, menarik,
menggiling, mengepres, melubangi, menggunting, menempa dan memeras pada tempat yang mudah dicapai oleh
operator.

Pasal 28 : Setiap pesawat tenaga dan produksi harus diberi pelat nama yang memuat data-data pesawat tenaga dan
produksi.

Pasal 29 : Operator pesawat tenaga dan produksi harus memenuhi syarat-syarat K3.

Pasal 30 : Operator dilarang meninggalkan tempat kerjanya pada waktu pesawat tenaga dan produksi sedang beroperasi.

Pasal 31 : Tempat-tempat kerja yang mengandung uap, gas, asap yang mengganggu atau berbahaya harus dilengkapi
dengan alat penghisap yang konstruksinya memenuhi syarat.

Pasal 35 : Semua alat perlindungan harus direncanakan, dibuat, dipasang dan digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Pasal 46 : Kecuali untuk instalasi khusus, tinggi minimum untuk pagar perlindungan harus 1,8 dari permukaan lantai kerja.

Pasal 59 : Transmisi roda gigi dan rantai harus tertutup sama sekali, kecuali telah diamankan oleh lokasinya.

Pasal 65 : Mesin asah, poles dan pelicin harus dilengkapi dengan tutup atau kap perlindungan atau penghisap kecuali
cairan pada permukaan pengasahan, pemolesan atau pelicinan.

Pasal 135 (1) : Setiap pesawat tenaga dan produksi sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu dengan
standar uji yang telah ditentukan.

Pasal 135 (2) : Pengujian pesawat tenaga dan produksi dilaksanakan selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sekali.

Pasal 135 (3) : Pemeriksaan berkala dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali.

Pasal 135 (4) : Pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh pegawai pengawas dan atau ahli K3 kecuali ditentukan lain.

Pasal 136 : Pengurus atau pemilik pesawat tenaga dan produksi harus membantu pelaksanaan pemeriksaan dan
pengujian yang dilakukan oleh pegawai pengawas termasuk penyediaan alat-alat bantu.

Pasal 137 : Biaya pemeriksaan dan pengujian dibebankan kepada pengusaha.


Pasal 138 (1) : Setiap perencanaan Pesawat Tenaga dan produksi harus mendapat pengesahan dari Direktur atau pejabat
yang ditunjuknya, kecuali ditentukan lain.

Pasal 139 (1) : Setiap pembuatan, peredaran, pemasangan, pemakaian, perubahan dan atau perbaikan teknis pesawat
tenaga dan produksi harus mendapat pengesahan dari Direktur atau pejabat yang ditunjuknya.

Pasal 14 (1): Pembuatan dan pemasangan pesawat tenaga dan produksi harus dilaksanakan oleh pembuat dan pemasang
yang telah mendapat pengesahan oleh Direktur atau pejabat yang ditunjuknya.

Pasal 3 (1) : Juru las dianggap terampil apabila telah menempuh ujian las dengan hasil memuaskan dan mempunyai
sertifikat juru las.

Pasal 3 (2) : juru las dianggap tidak terampil apabila selama 6 bulan berturut-turut tidak melakukan perkejaan las sesuai
dengan yang tercantum dalam sertifikat juru las.

Pasal 5 ayat 2 : Pada pekerjaan las yang beraneka ragam tiap jenis pekerjaan las dilakukan oleh juru las yang sesuai
dengan jenis pekerjaan las yang tercantum pada sertifikat juru las.

Pasal 31 : Setiap 3 bulan sekali pengurus atau juru las harus memperlihatkan buku kerja juru las kepada pegawai
pengawas setempat untuk dicatat dan diketahui.

Pasal 7 ayat 1 : Di tempat kerja yang dianggap perlu harus diadakan tempat mandi, tempat cuci muka dan tangan, tempat
ludah dan tempat pakaian menurut kepentingan masing-masing.

Pasal 2 : Setiap bangunan harus memenuhi syarat-syarat untuk :


a. Menghindari kemungkinan bahaya kebakaran dan kecelakaan
b. Menghindari kemungkinan bahaya keracunan, penularan penyakit atau timbulnya penyakit jabatan
c. Memajukan kebersihan dan ketertiban

Pasal 3 : Halaman harus bersih, teratur, rata dan tidak becek, jalan di halaman tidak berdebu, saluran air yang melintasi
halaman harus tertutup, sampah harus terkumpul rapih pada tempat sampah yang tertutup dan tidak boleh menjadi sarang
lalat atau binatang

Pasal 4 : Gedung, lantai, atap dan tangga harus kuat buatannya, aman, tidak boleh ada bagian yang mungkin roboh, dan
tidak boleh licin, dinding harus dikapuri paling sedikit dalam 5 tahun atau dinding yang dicat harus dicuci paling sedikit 1 kali
setahun.

Pasal 5 : Setiap tempat kerja harus dibuat dan diatur sehingga tiap orang yang bekerja dalam ruangan mendapat ruang
udara sedikit-dikitnya 10 meter sebaiknya 15 meter, dan Luas tempat kerja harus sedemikian rupa sehingga tiap pekerja
dapat tempat yang cukup
Pasal 6 : Kakus harus disediakan dan terpisah untuk laki-laki dan perempuan, tidak boleh berhubungan langsung dengan
tempat kerja dan letaknya harus dinyatakan dengan jelas, harus selalu dibersihkan oleh pegawai-pegawai tertentu dan
jumlahnya disesuaikan

Pasal 8 ayat 2 : Dapur dan kamar makan tidak boleh berhubungan langsung dengan tempat kerja.

Pasal 8 ayat 5 : Air yang dipergunakan untuk makan dan minum harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut ; air tidak
boleh berbau dan harus segar, tidak boleh berwarna (harus bening), tidak boleh berasa, tidak boleh mengandung binatang-
binatang atau bakteri

Pasal 8 ayat 6 : Alat-alat makan atau masak sesudah dipakai harus dibersihkan dengan sabun dan air panas dan
dikeringkan. Alat-alat tersebut harus dibuat dari bahan-bahan yang mudah dibersihkan.

Pasal 13 ayat 1 : Tiap-tiap tempat kerja yang dipergunakan waktu malam hari harus selalu menyediakan alat-alat
penerangan darurat.

Pasal 13 ayat 2 : Alat-alat penerangan darurat itu harus mempunyai sumber tenaga yang bebas dari instalasi umum.

Pasal 13 (3) : Alat-alat penerangan darurat tersebut harus ditempatkan pada tempat-tempat yang tidak mungkin
menimbulkan bahaya.

Pasal 13 (4) : Jalan-jalan keluar seperti pintu, gang-gang dll., harus mempunyai alat penerangan darurat, dan diberi tanda
pengenal dengan cat luminous, bahan-bahan reflectie atau bahan-bahan fluorescence.

Pasal 2: Kualitas air harus memenuhi kualitas kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia dan radioaktif.

Pasal 9: Air yang digunakan untuk kepentingan umum wajib di uji kualitas airnya

Lampiran II:Daftar persyaratan kualitas air bersih

Pasal 3 : Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang
dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan

Pasal 4 : Kegiatan pengawasan kualitas air minum melalui inspeksi sanitasi, pengambilan sampel air, pengujian kualitas
air, analisis hasil pemeriksaan laboratorium, rekomendasi dan tindak lanjut.
BAB II Persyaratan Teknis Higinene dan sanitasi
B. Fasilitas Sanitasi
2. Air bersih
b. Kualitas air bersih harus memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan yang berlaku

Pasal 5 : Pengelolaan makanan oleh jasaboga harus memenuhi higiene sanitasi dan dilakukan sesuai cara pengolahan
makanan yang baik

Pasal 6 : Setiap tenaga penjamah makanan yang bekerja pada jasaboga harus memiliki sertifikat kursus higiene sanitasi
makanan, berbadan sehat, dan tidak menderita penyakit menular

Pasal 16 : Setiap pemilik atau penanggung jawab jasaboga yang menerima laporan atau mengetahui adanya kejadian
keracunan makanan atau kematian yang diduga berasal dari makanan yang diproduksinya wajib melaporkan kepada
puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota atau KKP

Pasal 4 :
a) Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.

b) Pelayanan kesehatan
dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, one day care, rawat inap
dan/atau home care.

c) Klinik yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 24 (dua puluh


empat) jam harus menyediakan dokter serta tenaga kesehatan lain
sesuai kebutuhan yang setiap saat berada di tempat.

Pasal 6 :
Klinik harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan dan ruangan,
prasarana, peralatan, dan ketenagaan.

Pasal 8 (2):
Bangunan klinik harus memenuhi persyaratan lingkungan sehat
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18 (1)
Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai Surat
Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 19:
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di klinik harus bekerja sesuai dengan
standar profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan, etika
profesi, menghormati hak pasien, mengutamakan kepentingan dan
keselamatan pasien

Pasal 21 (1):
1) Untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus mendapat izin dari pemerintah kota setelah mendapatkan
rekomendasi dari dinas kesehatan kota setempat.

3) Permohonan izin klinik, melampirkan:


surat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat

Pasal 25 :
a) Memberikan pelayanan yang aman, bermutu dengan mengutamakan
kepentingan terbaik pasien sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan dan standar prosedur operasional;

b) Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan


kemampuan pelayanannya

e. Melaksanakan sistem rujukan;

f. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi


dan etika serta peraturan perundang-undangan;

g. Menghormati hak-hak pasien;

h. Melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya berdasarkan ketentuan


peraturan perundang-undangan;

i. Memiliki peraturan internal dan standar prosedur operasional;

j. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara


regional maupun nasional.

Pasal 1 :
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga Para Medis diwajibkan untuk mengirimkan setiap
tenaga tersebut untuk mendapatkan latihan dalam bidang Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Lampiran

Pasal 2
Setiap pemberi kerja wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta dalam program JKK, JKM, dan JHT
kepada BPJS Ketenagakerjaan

Merujuk pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik di Tempat Kerja

Pasal 9
Pengusaha dan Pengurus wajib membuat rencana tanggap darurat secara tertulis

Pasal 21
Pengusaha dan atau pengurus wajib menyediakan APD secara cuma-Cuma dan memastikan Tenaga Kerja menggunakan
APD yang sesuai dalam melakukan pekerjaan ketinggian

Pasal 11
Kegiatan promotif dan kegiatan preventive dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan atau penyakit akibat kerja
merupakan tanggung jawab pemberi kerja sesuai peraturan perundang-undangan

Pasal 6:
Penyelenggaraan pelayanan penyakit akibat kerja dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama atau fasilitas pelayanan kesehatan rujukan tingkat
lanjutan.

Pasal 7:
Penyelenggaraan pelayanan penyakit akibat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
harus didukung dengan:
a.sumber daya manusia; dan
b.sarana dan prasarana.
Pasal 10 : Pengurus dan/atau Pengusaha yang mempunyai bejana penyimpanan gas atau bejana transport harus
mempunyai daftar atau register yang memuat:
a. nomor seri pabrik pembuat;
b. riwayat nomor urut, nama pembuat, nama penjual, dan nama pemilik bejana penyimpanan gas;
c. nama gas yang diisikan;
d. volume air dalam liter; dan
e. tanggal, tekanan, dan hasil pengujian hidrostatis.

Pasal 13 (1) : Bejana penyimpanan gas yang dipergunakan untuk asetilen terlarut dalam aseton harus seluruhnya diisi
dengan bahan yang mengandung porous mass yang merata.

Pasal 14 (1) : Bejana penyimpanan gas, campuran gas, dan/atau bejana transport harus dilengkapi dengan katup penutup.

Pasal 14 (4) : Katup penutup untuk bejana penyimpanan gas asetilen atau amoniak harus seluruhnya dari baja, sedangkan
katup penutup bejana penyimpanan gas gas lainnya harus seluruhnya dari logam yang berbahan dasar tembaga atau
logam lain selain baja yang cukup baik.

Pasal 14 (6) : Katup penutup pada bejana penyimpanan gas yang berisi asetilen terlarut dalam aseton harus aman agar
tidak terjadi kebocoran gas pada setiap kedudukan katup.
Pasal 15 (1) : Katup penutup pada bejana penyimpanan gas, campuran gas, dan/atau bejana transport harus diberi
pelindung katup yang aman dan kuat.

Pasal 15 (4) : Lubang pengeluaran gas dari katup penutup harus dilengkapi dengan mur-mur penutup atau sumbat penutup
berulir.

Pasal 16 (1) : Bejana Tekanan berisi gas atau gas campuran yang dapat menimbulkan tekanan melebihi dari yang
diperbolehkan, harus diberi tingkap pengaman atau alat pengaman sejenis yang dapat bekerja dengan baik.

Pasal 18 (1) : Bejana penyimpanan gas dan bejana transport harus diberi alat anti guling.
Pasal 18 (1) : Alat anti guling sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh terhubung dengan tutup pelindung.

Pasal 19 (1) : Regulator penurun tekanan pada bejana penyimpanan gas untuk zat asam atau oksigen harus dipasang
secara vertikal.

Pasal 19 (2) : Regulator penurun tekanan bejana penyimpanan gas untuk zat air harus dipasang secara vertikal sehingga
pada waktu regulator dibuka tidak terjadi semburan gas.

Pasal 19 (3) : Petunjuk tekanan dari regulator penurun tekanan harus terpasang, mudah dibaca, dan terhindar dari
benturan.

Pasal 19 (4) : Untuk gas yang mudah beroksidasi, pemakaian katup penutup maupun regulator penurun tekanan harus
dibuat aman dan kuat untuk menghindari terjadinya kejutan tekanan dalam regulator penurun tekanan.

Pasal 19 (5) : Semua alat perlengkapan termasuk regulator penurun tekanan dari bejana penyimpanan gas untuk zat asam
atau oksigen dan gas lain yang mudah beroksidasi dilarang menggunakan gemuk dan bahan-bahan pelumas yang
mengandung minyak dan paking yang mudah terbakar.
Pasal 22 (1) : Bejana Tekanan, kompresor yang memadat gas ke dalam bejana dan pesawat pendingin harus dilengkapi
dengan petunjuk tekanan yang dapat ditempatkan pada kompresor atau mesin pendingin selama masih berhubungan
secara langsung.

Pasal 22 (2) : Petunjuk tekanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus dapat menunjukan 1,5 (satu
koma lima) kali tekanan desain.

Pasal 22 (3) : Petunjuk tekanan harus dipasang pada tempat yang mudah dilihat.

Pasal 22 (4) : Petunjuk tekanan harus diberi tanda strip merah pada tekanan kerja tertinggi yang diperbolehkan.

Pasal 22 (5) : Petunjuk tekanan harus dilengkapi dengan sebuah keran cabang tiga yang mempunyai flensa dengan garis
tengah 40 mm (empat puluh milimeter) dan tebal 5 mm (lima milimeter).

Pasal 26 : Tangki Timbun yang berisi cairan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25 harus dilengkapi:
a. plat nama;
b. pipa pengaman;
c. indikator volume atau berat;
d. pengukur temperatur;
e. katup pengisian dan pengeluaran;
f. lubang lalu orang/lubang pemeriksaan;
g. alat penyalur petir dan pembumian; dan
h. perlengkapan lainnya untuk pemeriksaan dan pemeliharaan.

Pasal 43 (1) : Bejana Tekanan yang tidak digunakan dilarang ditempatkan dalam satu ruangan yang terdapat Bejana
Tekanan sedang digunakan.
Pasal 43 (2) : Bejana Tekanan dilarang ditempatkan atau disimpan dekat tangga, gang, di depan lubang angin, alat
pengangkat, atau benda bergerak yang dapat menyentuh atau menimpa.

Pasal 43 (3) : Bejana Tekanan yang berisi bahan yang tidak mudah terbakar disimpan terpisah dari Bejana Tekanan berisi
bahan yang mudah terbakar.

Pasal 43 (4) : Bejana Tekanan dalam keadaan berisi harus dilindungi dari sumber panas dan penyebab karat.

Pasal 45 (1) : Bejana penyimpanan gas dan bejana transport yang berisi gas yang berbeda-beda harus disimpan secara
terpisah.

Pasal 45 (2) : Bejana penyimpanan gas dan bejana transport yang telah berisi ditempatkan di tempat terbuka harus
dilindungi dari panas matahari dan hujan.

Pasal 54 (1) : Pemasangan Bejana Tekanan baik vertikal maupun horisontal harus di atas kerangka penumpu yang kuat.

Pasal 54 (3) : Lantai di sekitar lokasi pemasangan harus rata, bersih, dan tidak licin.
Pasal 55 (1) : Ruangan tempat pemasangan Tangki Timbun di bawah permukaan tanah lebih dari 50 cm (lima puluh
sentimeter) harus:
a. mempunyai dinding dan perlengkapan yang terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar; dan
b. mempunyai lantai dasar yang kuat menahan beban Tangki Timbun pada saat berisi penuh.

Pasal 55 (2) : Dinding dan lantai dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mampu menahan rembesan apabila
terjadi tumpahan atau kebocoran Tangki Timbun.

Pasal 7 (1) : Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilengkapi dengan tombol penggerak dan penghenti.

Pasal 7 (2) : Penandaan tombol penggerak dan penghenti untuk mesin di Tempat Kerja harus seragam.

Pasal 8 (1) : Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilengkapi Alat Pengaman.

Pasal 8 (2) : Semua bagian yang bergerak dan berbahaya dari Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilengkapi Alat
Perlindungan.
Pasal 8 (3) : Alat Pengaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan jenis, tipe/model, dan kapasitas
Pesawat Tenaga dan Produksi.

Pasal 14 : Tempat Kerja yang mengandung uap, gas, asap, yang mengganggu atau berbahaya harus dilengkapi dengan
alat penghisap.

Pasal 15 : Setiap Pesawat Tenaga dan Produksi harus diberi pelat nama yang memuat data Pesawat Tenaga dan
Produksi.

Pasal 16 (1) : Perlengkapan dan instalasi listrik Pesawat Tenaga dan Produksi harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan bidang listrik.

Pasal 16 (2) : Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilakukan pembumian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 27 (1) : Pada Pesawat Tenaga dan Produksi yang sedang diperbaiki, tenaga penggerak harus dimatikan dan alat
pengontrol harus segera dikunci serta diberi tanda larangan pengoperasian.

Pasal 27 (2) : Kunci dan tanda larangan pengoperasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh dilepas sampai
kegiatan perbaikan selesai dan dinyatakan aman untuk beroperasi.

Pasal 28 (1) : Alat pengendali Pesawat Tenaga dan Produksi dibuat dan dipasang sehingga mudah dicapai dan aman.

Pasal 28 (2) : Tempat operator mesin harus cukup luas, aman, dan mudah dicapai.
Pasal 129 (1) : Setiap kegiatan perencanaan, pembuatan, pemasangan atau perakitan, pengoperasian, pemeliharaan,
perbaikan, perubahan atau modifikasi Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilakukan pemeriksaan dan/atau pengujian.

Pasal 133 (1) : Pemeriksaan berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 131 huruf b dilakukan secara berkala paling
lama 1 (satu) tahun sekali.

Pasal 4 (1) :Persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri meliputi:


a. persyaratan faktor fisik;
b. persyaratan faktor biologi;
c. persyaratan penanganan beban manual; dan
d. persyaratan kesehatan pada media lingkungan.

Pasal 5 (1) : Untuk memenuhi standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri sesuai dengan Peraturan
Menteri ini, setiap industri harus melakukan pemantauan secara berkala.

Pasal 5 (2) : Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bekerjasama dengan pihak lain yang memiliki
kompetensi di bidang higiene industri, kesehatan kerja dan/atau kesehatan lingkungan.

Pasal 5 (3) : Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara:
a. pengamatan, pengukuran, dan surveilans faktor fisik, kimia, biologi, dan penanganan beban manual, serta indikator
pajanan biologi sesuai potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja; dan
b. pemeriksaan, pengamatan, pengukuran, surveilans, dan analisis risiko pada media lingkungan.

Pasal 5 (4) : Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali, atau setiap
ada perubahan proses kegiatan industri yang berpotensi meningkatkan kadar bahaya kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 5 (5) : Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan evaluasi.

Pasal 2 (1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja

Pasal 2 (2) APD sesuai dengan SNI

Pasal 2 (3) Diberikan oleh pengusaha secara Cuma-Cuma


Pasal 5 Pengusaha atau pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban
penggunaan APD ditempat kerja

Pasal 6 (1) Pekerjaan/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai
potensi bahaya dan resiko

Pasal 6 (2) Pekerja atau buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan apabila APD yang disediakan
tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan

3; Pengusaha atau pengurus dilarang mempekerjakan operator dan/atau petugas pesawat angkat dan angkut yang tidak
memiliki Lisensi K3 dan buku kerja

18; Pengoperasian pesawat angkat dan angkut dapat dibantu oleh petugas pesawat angkat dan angkut yang mempunyai
Lisensi K3 dan buku kerja sesuai jenis dan kualifikasinya.

23; Lisensi K3 dan buku kerja berlaku untuk jangka waktu 5 (lima tahun), dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang
sama.

27; Lisensi K3 dan buku kerja dapat dicabut apabila operator atau petugas pesawat angkat dan angkut yang bersangkutan
terbukti:
a. melakukan tugasnya tidak sesuai dengan jenis dan kualifikasi pesawat angkat dan angkut;
b. melakukan kesalahan, atau kelalaian, atau kecerobohan sehingga menimbulkan keadaan berbahaya atau kecelakaan
kerja; dan
c. tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 sesuai bidangnya.

4; (1) Setiap badan usaha alau perorangan yang mengelola bahan berbahaya harus membuat menyusun dan memiliki
lembaran data pengaman bahan berbahaya sesuai dengan contoh dalam Lampiran III.

5; (1) Setiap bahan berbahaya yang diedarkan harus diberi wadah dan kemasan dengan baik serta aman.
(2) Pada wadah atau kemasan harus dicantumkan penandaan yang meliputi nama sediaan atau nama dagang, nama
bahan aktif, isi / berat / netto, kalimat peringatan dan tanda atau simbol bahaya, petunjuk pertolongan pertama pada
kecelakaan.
(3) Penandaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus mudah dilihat, dibaca, dimengerti tidak mudah lepas
dan luntur baik karena pengaruh sinar maupun cuaca.

Pasal 6
point (3)
menetapkan dan mengidentifikasikan bahaya yang ada dalam area perkantoran
Pasal 7
Poin (1)
Sumberdaya manusia yang memiliki Kompetensi K3 perkantoran
Poin (2)
Didukungan dengan sarana dan prasarana

11; (3) Pemeriksaan dan pengujian instalasi pemanfaatan tenaga listrik konsumen tegangan tinggi dan instalasi
pemanfaatan tenaga listrik tegangan menengah dan/atau tegangan rendah yang dimiliki oleh konsumen tegangan tinggi
dilakukan oleh lembaga inspeksi teknik yang telah terakreditasi dan dilaporkan kepada Direktur Jenderal.

(4) Pemeriksaan dan pengujian instalasi pemanfaatan tenaga listrik konsumen tegangan menengah dan instalasi
pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah yang dimiliki oleh konsumen tegangan menengah dilakukan oleh lembaga
inspeksi teknik yang telah terakreditasi dan dilaporkan kepada Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya dalam pemberian izin penggunaan bangunan.

(5) Pemeriksaan dan pengujian instalasi pemanfaatan tenaga listrik konsumen tegangan rendah dilakukan oleh lembaga
inspeksi independen yang sifat usahanya nirlaba dan ditetapkan oleh Menteri.

14; (1) Pemeriksaan dan pengujian instalasi pemanfaatan tenaga listrik konsumen tegangan tinggi dan tegangan
menengah dilaksanakan sekurang-kurangnya berdasarkan mata uji (test items) sebagaimana tercantum dalam lampiran V
Peraturan Menteri.
(2) Pemeriksaan dan pengujian instalasi pemanfaatan tenaga listrik konsumen tegangan rendah dilaksanakan berdasarkan
mata uji (test items) sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI Peraturan Menteri ini.

1; (1) Memberlakukan Standar Nasional Indonesia 0225:2011 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL
2011) dan Standar Nasional Indonesia 0225:2011/Amd1:2013 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011(PUIL
2011) Amandemen 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini, sebagai standar Wajib.

(2) Pemberlakuan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikecualikan untuk angka 534: Gawai Untuk Proteksi
Terhadap Voltase Lebih serta Lampiran A: Pemasangan GPS pada Sistem TN, Lampiran B: Pemasangan GPS pada
Sistem TT, Lampiran C: Pemasangan GPS pada Sistem IT dan Lampiran D: Pemasangan GPS Diuji Kelas 1, II, dan III
sebagaimana dimaksud pada Bagian 5-53: Pemilihan dan Pemasangan Perlengkapan Listrik-Isolasi, Penyakelaran dan
Kendali.

3; (1) Juru las dianggap trampil apabila telah menempuh ujian las dengan hasil memuaskan dan mempunyai sertifikat juru
las.
(2) Juru las tersebut (1) dianggap tidak trampil apabila selama 6 (enam) bulan terus menerus tidak melakukan pekerjaan
las sesuai dengan yang tercantum dalam sertifikat juru las.

5; (1) Jenis pekerjaan las yang ditetapkan pada sertifikat juru las.
(2) Pada pekerjaan las yang beraneka ragam, tiap jenis pekerjaan las dilakukan oleh juru las sesuai dengan jenis pekerjaan
las yang tercantum pada masing-masing sertifikat juru las.
5; (1) Disetiap tempat kerja harus dilengkapi dengan sarana untuk keperluan keluar masuk dengan aman.
(2) Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-lorong dan gang-gang tempat orang bekerja atau sering dilalui, harus
dilengkapi dengan penerangan yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Semua tempat kerja harus mempunyai ventilasi yang cukup sehingga dapat mengurangi bahaya debu, uap dan bahaya
lainnya.

13; (1) Perancah harus diberi lantai papan yang kuat dan rapat sehingga dapat menahan dengan aman tenaga kerja,
peralatan dan bahan yang dipergunakan.
(2) Lantai perancah harus diberi pagar pengaman, apabila tingginya lebih dari 2 meter.

26; (1) Tangga yang dapat dipindah-pindahkan (portable stepledders) dan tangga kuda-kuda yang dapat dipindah-
pindahkan, panjangnya tidak boleh lebih dari 6 meter dan pengembangan antara kaki depan dan kaki belakang harus
diperkuat dengan pengaman.
(2) Tangga bersambung dan tangga mekanik, panjangnya tidak boleh lebih dari 15 meter.
(3) Tangga tetap harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap cuaca dan kondisi lainnya, yang panjangnya tidak boleh
lebih dari 9 meter.

43; (1) Mesin harus dihentikan untuk pemeriksaan dan perbaikan pada tenggang waktu yang sesuai dengan petunjuk
pabriknya.
(2) Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menghindarkan terjadinya kecela-kaan karena mesin bergerak secara
tiba-tiba.

58; (1) Traktor dan truck yang digunakan harus dipelihara sedemikian rupa untuk menja-min agar dapat menahan tekanan
dan muatan maksimum yang diijinkan dan dapat dikemudikan serta direm dengan aman dalam situasi bagaimananapun
juga.
(2) Traktor dan truck tersebut ayat (1) pasal ini hanya boleh dijalankan oleh penge-mudi yang terlatih.

86; Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di atas atap harus dilengkapi dengan alat
pelindung diri yang sesuai untuk menjamin agar mereka tidak jatuh dari atap atau dari
bagian-bagian atap yang rapuh.

91; (1) Rencana pekerjaan pengangkutan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum peker-jaan pembongkaran dimulai.
(2) Semua instalasi, listrik, gas, air, dan uap harus dimatikan, kecuali apabila diperlu-kan sepanjang tidak membahayakan

99; (1) Alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuaikan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh
masing-masing tenaga kerja harus disediakan dalam jumlah yang cukup.

Penetapan PSBB dengan mempertimbangkan dampak dari pandemic dan kematian yang ditimbulkan semakin meluas.

Penetapan PPKM pada area Jawa Bali terkait dengan peningkatan penyebaran Wabah Covid-19
Pada poin EMPAT dan poin LIMA:
untuk PPKM pada daerah dengan level 4 dan 3 diharapkan untuk memenuhi beberapa kriteria administrasi terkait
pelaksanaan kegiatan produksi/kerja.

TENTANG. TATA CARA PENYELENGGARAAN PROGRAM. JAMINAN KECELAKAAN KERJA, JAMINAN KEMATIAN,.
DAN JAMINAN HARI TUA.

Lampiran I dan II : Bentuk, warna, ukuran, lambang dan logo bendera

Lampiran IV : Cara pemasangan Bendera K3 ; sebelah kiri bendera nasional dan tidak boleh lebih tinggi dari bendera
nasional

Pasal 4 : Penyakit akibat kerja yang ditemukan dilaporkan oleh pengurus tempat kerja yang bersangkutan bekerja
selambatlambatnya 2 x 24 jam kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja melalui Kantor Departemen
Tenaga Kerja setempat;

Tanggal 12 Januari ditetapkan sebagai Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja

6; (1) Setiap penanggung jawab usaha atau kegiatan wajib


a. mentaati baku tingkat kebisingan yang telah dipersyaratkan;
b. memasang alat pencegahan terjadinya kebisingan
c. menyampaikan laporan hasil pemantauan tingkat kebisingan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada Gubernur,
Menteri, Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak lingkungan dan instansi Teknis yang mebidangi
kegiatan yang bersangkutan serta instansi lain yang dipandang perlu.

Pasal 6 : Menempatkan Lembar Data Keselamatan Bahan dan Label di tempat yang mudah diketahui oleh tenaga kerja
dan pegawai pengawas.

Pasal 2 (1) : Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan
penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
Pasal 2 (2) : Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja meliputi : Pengendalian
setiap bentuk energi, penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi, pengendalian
penyebaran asap, panas dan gas, pembentukan unit pengulangan di tempat kerja, Peyelenggaraan latihan dan gladi
penangulangan kebakaran secara berkala, memiliki buku rencana penangulanagan darurat kebakaran, bagi tempat kerja
yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja & atau tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran
sedang & berat.

Pasal 3 : Pembentukan unit penanggulangan kebakaran dengan memperhatikan jumlah tenaga kerja dan atau klasifikasi
tingkat potensi bahaya kebakaran.

Pasal 5 : Unit penanggulangan kebakaran terdiri dari : Petugas peran kebakaran, Regu penanggulangan kebakaran,
Koordinator unit penanggulangan kebakaran, Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab
teknis.

Pasal 6 (1) : Petugas peran kebakaran sekurang kurangnya 2 orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 25 orang.

Pasal 6 (2) : Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran untuk tempat kerja tingkat
resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I yang mempekerjakan tenaga kerja 300 orang atau lebih atau setiap tempat
kerja tingkat resiko

Pasal 6 (3) : koordinator unit penanggulangan kebakaran ditetapkan sebagai berikut : untuk tempat kerja tingkat resiko
bahaya kebakaran ringan dan sedang I sekurang-kurangnya 1 orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100 orang, Untuk
tempat kerja tingka

Pasal 7 (2) : Untuk dapat ditunjuk menjadi petugas peran kebakaran harus memenuhi syarat ; sehat jasmani dan rohani,
pendidikan min SLTP, telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I.
Pasal 8 (2) : Untuk dapat ditunjuk menjadi anggota regu penanggulangan kebakaran harus memenuhi syarat ; Sehat
jasmani dan rohani, usia min 25 tahun dan maks 45 tahun, pendidikan min SLTA, telah mengikuti kursus teknis
penanggulangan kebakaran tingkat

Pasal 9 (2) : Untuk dapat ditunjuk sebagai koordinator unit penanggulangan kebakaran harus memenuhi syarat ; Sehat
jasmani dan rohani, pendidikan min SLTA, bekerja di perusahaan yang bersangkutan dengan masa kerja minimal 5 tahun,
telah mengikuti kursus

Pasal 10 (2) : Syarat-syarat Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran adalah : Sehat jasmani dan rohani, Pendidikan
minimal D3 teknik, Bekerja pada perusahaaan yang bersangkutan dengan masa kerja minimal 5 tahun, telah mengikuti
kursus teknis penanggulangan kebakaran.

Pasal 2 (1)
Perencanaan, pemasangan, penggunaan, pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik di tempat kerja harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SNI 04-0225-2000 mengenai
persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 200) di tempat kerja

Pasal 2 (2) Pengurus bertanggung jawab terhadap diataatinya dan wajib melaksanakan ketentuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) No. 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja

Pasal 3 Pengawasan terhadap pelaksanaan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 04-0225-2000 mengenai persyaratan
umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja dilakukan oleh Pegawai Pengawas atau Ahli Keselamatan Kerja
spesialis bidang listrik

I. UMUM

Pimpinan satuan kerja/unit industri bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja
perkantoran.

II. Air Bersih


Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radio aktif sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Air bersih untuk keperluan industri dapat diperoleh dari Perusahaan Air Minum, Sumber air tanah atau sumber lain yang
telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan.

Suhu berkisar : 18 - 28 °C Kelembaban : 40 - 60%


Debu : kandungan debu maksimal didalam udara ruangan pengukuran rata-rata 8 jam sebagai berikut : Debu total
konsentrasi Maks 0,15 mg/m3, Asbes bebas konsentrasi maks 5 serat/ml udara dengan panjang serat 5µ (mikron).

Sirkulasi udara : 0.283 M3/menit/orang dengan laju ventilasi 0.15 - 0.25 m/dt. Untuk ruangan kerja yang menggunakan
pendingin harus memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistem ventilasi silang.

V. Pencahayaan
Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux.

Tingkat kebisingan di ruang kerja maksimal 85 dBA.

VII. Getaran
Tingkat getaran maksimal untuk kenyaman dan kesehatan karyawan harus memenuhi sebagai berikut : Untuk frekuensi 4
tingkat getaran maksimal < 100 10-6 M, frekuensi 5 tingkat getaran maksimal < 80 10-6 M, frekuensi 6,3 tingkat getaran
maksimal < 70 10-6 M,

IX. Vektor Penyakit


Serangga penular penyakit : Indeks lalat = maksimal 8 ekor/fly grill (100 x 100 cm) diukur dalam 30 menit, Indeks kecoa =
maksimal 2 ekor/plate (20 x 20 cm) dalam pengukuran 24 jam, Indeks Nyamuk Aedes Aegypti container indeks tidak
melebihi 5%

X. Ruang & bangunan


Bangunan harus kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan, Lantai
terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, dan tidak licin, Setiap karyawan mendapat ruang udara minimal
10 m3/karyawan,

XI. Toilet
Toilet karyawan terpisah(pria/wanita) , setiap kantor harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban dan peturasan
minimal sebagai berikut : Untuk jumlah karyawan pria = 51 s/d 100 orang, jumlah minimal kamar mandi = 3

XII. Instalasi
Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, air hujan harus dapat menjamin keamanan sesuai
dengan ketentuan teknis yang berlaku, dan Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari bangunan
lain disekitarnya harus dilengkapi penangkal petir

I. UMUM
Pimpinan satuan kerja/unit industri bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja industri.
Penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja industri Harus melaksanakan tahap-tahap kegiatan, antara lain ; menyusun
rencana/program kerja tahunan penyehatan lingkungan kerja industri yang merupakan bagian dari rencana/program kerja
industri secara keseluruhan

II. Air Bersih


Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan dengan kapasitas minimal 60 liter / orang / hari , Kualitas air bersih
memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radio aktif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan

Air bersih untuk keperluan industri dapat diperoleh dari Perusahaan Air Minum, Sumber air tanah atau sumber lain yang
telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan.

III. Udara Ruangan


Suhu berkisar : 18 - 30 °C Kelembaban : 65 - 95%
Debu : kandungan debu maksimal didalam udara ruangan pengukuran rata-rata 8 jam sebagai berikut : Debu total
konsentrasi Maks 10 mg/m3, Asbes bebas konsentrasi maks 5 serat/ml udara dengan panjang serat 5µ (mikron), Silicat
total konsentrasi maks 50 mg/m3

Sirkulasi udara : 0.283 M3/menit/orang dengan laju ventilasi 0.15 - 0.25 m/dt

IV. Pencahayaan
Jenis pekerjaan kasar & terus menerus (Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar) 200 lux, Pekerjaan rutin (ruang
administrasi, 300 lux, Pekerjaan agak Halus (Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor, pekerjaan
pemeriksaan atau pekerjaan denga mesin) 500 lux, Pekerjaan Halus (Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, 1000 lux,
Pekerjaan amat halus (mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin 1500 lux tidak menimbulkan bayangan,
Pekerjaan terinci (pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus) tingkat pencahayaan minimal 3000 lux tidak
menimbulkan bayangan

VI. Kebisingan
Tingkat pajanan kebisingan maksimal selama 1 hari pada ruang proses adalah sebagai berikut ; Tingkat kebisingan = 85
dBA pemaparan selama 8 jam, Tingkat kebisingan = 88 dBA pemaparan selama 4 jam, Tingkat kebisingan = 91 dBA
pemaparan selama 4 jam

VII. Getaran
Tingkat getaran maksimal untuk kenyaman dan kesehatan karyawan pada masing-masing ruangan lingkungan industri
sebagai berikut : Untuk frekuensi 4 tingkat getaran maksimal < 100 (10 -6 M), frekuensi 5 tingkat getaran maksimal < 80 (10-
6 M), frekuensi 6,3 ti

IX. Vektor Penyakit


Serangga penular penyakit : Indeks lalat = maksimal 8 ekor/fly grill ( 100 x 100 cm ) diukur dalam 30 menit, Indeks kecoa =
maksimal 2 ekor/plate ( 20 x 20 cm ) dalam pengukuran 24 jam, Indeks Nyamuk Aedes Aegypty container indeks tidak
melebihi 5%

X. Ruang & bangunan


Bangunan harus kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan, Lantai
terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, dan tidak licin, pertemuan antara dinding dengan lantai berbentuk
conus.

XI. Toilet
Toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk karyawan pria, setiap industri harus memiliki toilet dengan jumlah
wastafel, jamban dan peturasan minimal sebagai berikut : Untuk jumlah karyawan pria = 51 s/d 100 orang, jumlah minimal
kamar mandi = 3 ,

XII. Instalasi
Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, air hujan harus dapat menjamin keamanan sesuai
dengan ketentuan teknis yang berlaku, dan Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari bangunan
lain disekita

Pedoman ini digunakan untuk menetapkan diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja
guna memperhitungkan kompensasi yang menjadi hak tenaga kerja

Pasal 2 :Pengusaha wajib melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS


di tempat kerja.

Pasal 5 : Pengusaha atau pengurus dilarang melakukan tes HIV untuk digunakan sebagai prasyarat suatu proses
rekrutmen atau kelanjutan status pekerja/buruh atau kewajiban pemeriksaan kesehatan rutin.

1; Pedoman penyelesaian kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan Menteri ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam Keputusan Menteri.

2; Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Diktum kesatu digunakan sebagai acuan bagi pengawas ketenagakerjaan pada
instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan PT. Jamsostek (Persero) dan Dokter Penasehat dalam
menyelesaikan kecelakaan kerja penyakit akibat kerja.

AINNYA
Pasal 15, 18, 19 : Persyaratan bangunan

Pasal 23 : Jarak antar bangunan dan jarak antar as jalan dengan pagar halaman ditetapkan untuk setiap lokasi sesuai
dengan peruntukannya

Pasal 31 : Persyaratan keandalan bangunan gedung

Pasal 32 : Persyaratan keselamatan gedung


Pasal 33 : persyaratan kemamouan bangunan gedung terhadap beban muatan meliputi persyaratan struktur bangunan
gedung, pembebanan pada bangunan gedung , struktur atas dan bawah, pondasi langsung, pondasi dalam keselamatan
struktur, keruntuhan struktur dan persyaratan bahan.

Pasal 34 Kemampuan gedung terhadap bahaya kebakaran meliputi sistem proteksi aktif dan pasif

Pasal 34 : sistem pencahayaan keluar dalam keadaan darurat dan sistem peringatan bahaya

Pasal 34 : persyaratan ketentuan penggunaan instalasi Bahan Bakar Gas

Pasal 35 : Syarat kemampuan bangunan gedung terhadap bahaya petir & Bahaya kelistrikan meliputi persyaratan proteksi
petir dan persyaratan sistem kelistrikan

Pasal 77 : Sertifikat Laik Fungsi

Pasal 7 (1)
Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi :
a. Akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran;
b. Sarana penyelamatan;
c. Sistem proteksi kebakaran pasif;
d. Sistem proteksi kebakaran aktif;
e. Utilitas bangunan gedung;
f. Pencegahan kebakaran pada bangunan gedung;
g. Pengelolaan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung; dan
h. Pengawasan dan pengendalian

Pasal 7 (2)
Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) wajib
disediakan oleh setiap pemilik gedung

Pasal 16 (1)
Setiap pemilik dan/atau bangunan industri wajib menyediakan alat pemadam kebakaran yang dapat dijinjing (portable)
yang ditempatkan dalam jarak paling jauh setiap 10 (sepuluh) meter

Pasal 16 (2)
Pada setiap lantai bangunan dengan luas permukaan sampai dengan 100 (seratus) meter persegi harus disediakan 1
(satu) buah alat pemadam kebakaran ukuran portable paling kurang alat pemadam api ringan dengan ukuran kurang dari 3
(tiga) kg
Pasal 16 (3)
Pada setiap lantai bangunan dengan luas permukaan sampai dengan 500 (lima ratus) meter persegi harus disediakan 1
(satu) titik hidran menurut jenis dan standar yang berlaku, yang menggunakan air sebagai bahan pemadam pokok, dan
apabila lebih dari 500 (lima ratus) meter persegi, harus disediakan 2 (dua) titik hidran

Pasal 16 (5)
Luas ruangan bangunan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) yang luasnya lebih dari 500 (lima ratus)
meter persegi, maka jumlah alat pemadam kebakaran yang harus disediakan sesuai dengan perbandingan antara luas
permukaan lantai dengan ruangan

Pasal 17 (1)
Alat pesawat, bahan cairan dan bahan lainnya dapat menimbulkan bahaya kebakaran harus disimpan dengan rapi dan
aman sesuai dengan standar yang ditetapkan

Pasal 20
Setiap bangunan industri harus dilindungi oleh peralatan dan atau perlengkapan pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran sesuai dengan kebutuhan

Pasal 23 (1)
Setiap bangunan bagian instalasi alarm kebakaran otomatis, pemercik otomatis atau instalasi proteksi kabakaran otomatis
atau instalasi proteksi kebakaran otomatis lainnya harus dipasang sesuai dengan ketentuan

Pasal 26 (1)
Setiap bangunan pabrik wajib dilengkapi dengan alat pemadam api ringan yang jumlahnya disesuaikan dengan klasifikasi
ancaman bahaya kebakaran, untuk ancaman bahaya kebakaran ruangan dengan APAR ukuran paling kurang 3 (tiga) kg
dan ditempatkan dengan jarak jangkauan paling jauh 20 (dua puluh) meter

Pasal 26 (2)
Setiap bangunan pabrik sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) apabila mempunyai luas lantai 2.000 (dua ribu) meter
persegi, harus dipasang paling kurang 2 (dua) titik hidran, setiap penambahan luas lantai paling luas 1.000 (seribu) meter
persegi harus ditambah 1 (satu) titik hidran

Pasal 28 (1)
Setiap ruangan dalam suatu bangunan pabrik yang menggunakan ventilasi atau alat tembus atau alat hisap untuk
menghilangkan debu, kotoran dan asap (uap) maupun penyegar udara pemasangannya harus sesuai dengan ketentuan

Pasal 40 (1)
Setiap orang, badan, dan instansi pemerintah wajib melaksanakan manajemen penanggulangan kebakaran dalam
penyelenggaraan pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung
Pasal 40 (3)
Program penanggulangan kebakaran ditetapkan dan diimplementasikan melalui manajemen penanggulangan kebakaran,
yang meliputi :
a. audit kesiapan sarana dan prasarana proteksi kebakaran;
b. penyusunan dan penetapan organisasi;
c. penyiapan SDM;
d. penyiapan standar operasional prosedur; dan
e. penyusunan jadwal dan pelaksanaan kegiatan pelatihan kebakaran termasuk evakuasi

Pasal 6 (1)
Ketentuan pelaksanaan Pasal 5 ayat (2) bagi pengelola limbah yang telah membuat kontrak kerjasama dengan pihak
penghasil limbah diwajibkan untuk memiliki izin.

Pasal 15:
1. setiap kendaraan bermotor roda 4 atau lebih harus dilengkapi dengan alat pemadam api ringan min. 1 kg atau sederajat
2. Alat pemadam tersebut haruslan disimpan pada tempat yang mudah dilihat dan digunakan

Pasal 14
Pendaftaran peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b dilakukan terhadap:
a. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling
singkat 6 (enam) bulan dan anggota keluarganya;
b. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling
singkat 6 (enam) bulan dan anggota keluarganya;
c. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya.

Pasal 15 (1)
Pendaftaran peserta Jaminan Kesehatan bagi Pekerja Penerima Upah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a
dilakukan oleh Pemberi Kerja.

1.Semua perusahaan yang mempekerjakan buruh antara 50 sampai 200 orang, supaya menyediakan ruang/tempat makan
di perusahaan yang bersangkutan.
2.Semua perusahaan yang mempekerjakan buruh lebih dari 200 orang, supaya menyediakan kantin di perusahaan yang
bersangkutan.
bagi pengusaha yang membatasi kegiatan usaha akibat kebijakan pemerintah di daerah masing2 dalam rangka
pencegahan & penanggulangan COVID-19, sehingga menyebabkan sebagian atau seluruh pekerja/buruhnya tidak masuk
kerja dengan mempertimbangkan kelangsungan usaha maka perubahan besaran maupun cara pembayaran upah
dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja/buruh

PSBB wilayah kabupaten Bekasi

Terkait dengan pandemic COVID 19, di syaratkan untuk:


1. melakukan pemeriksaan suhu di setiap pintu masuk dan amati kondisi umum pekerja dan tamu

2. Menyediakan sarana pencuci tangan dengan sabun dan berbasis alkohol di tempat-tempat strategis di lingkungan kerja
sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan yang sering di akses pekerja

3. memastikan seluruh area bersih dan melakukan pembersihan secara berkala

Penetapan PSBB dengan mempertimbangkan dampak dari pandemic dan kematian yang ditimbulkan semakin meluas.

Penetapan PSBB di wilayah lokasi kerja

1; Setiap teknisi yang diserahi tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan, pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan,
pemeriksaan, pengujian, dan perbaikan instalasi listrik harus memenuhi syarat kompetensi keselamatan dan kesehatan
kerja listrik yang di buktikan dengan sertifikat dan lisensi keselamatan dan kesehatan kerja listrik
2; Pengurus dan/atau pengusaha harus meningkatkan pelaksanaan K3 bidang penanggulangan kebakaran di tempat kerja
yang dipimpinnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan standar yang berlaku meliputi:
a. Pengendalian sumber energy yang dapat menimbulkan potensi bahaya kebakaran dan/atau peledakan;
b. Penyediaan instalasi, sarana dan prasarana serta peralatan proteksi kebakaran yang dapar menjamin upaya
pencegahan, pengurangan dan pemadaman kebakaran;
c. Pemeriksaan dan pengujian secara rutin terhadap instalasi, sarana dan prasarana serta peralatan proteksi kebakaran;
d. Penyediaan sarana dan prasarana evakuasi dan rescue/penyelamatan yang menjamin pekerja dan orang lain yang
berada di tempat kerja dapat menyelamatkan diri dari kondisi darurat kebakaran;
e. Pemeriksaan dan pengujian secara rutin terhadap sarana dan prasarana evakuasi dan rescue/penyelamatan;
f. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran yang meliputi petugas peran kebakaran, regu penanggulangan
kebakaran, coordinator penanggulangan kebakaran dan Ahli K3 bidang penanggulangan kebakaran;
g. Pelatihan dan glasi penanggulangan kebakaran secara berkala yang dapat melibatkan masyarakat sekitar.

Technical requirement
5. Car Traffic, Parking lot, open storage
poin C
All vehicle an dcontainer trucks entering/leaving the area shall observe Estate management's regulations. Fro the
maintenance physical facilities and traffic safety purposes, security Guards shall check the content & weight of the vehicle.

7. Cargo, Loading and unloading


cargo is to be loade and unloade (direct transit) on the side or at the back of the building within lot boundaries

11. Fire Prevention


Buyer shall have fire prevention measures ready and comply with the followings:
a. Join & organize fire prevention drills as required by regulations
b. Make available extinguisher equipments in a sufficient number
c. Place such equipments in an easily accesible spot and maintain them periodically to keep their functionality for immediate
use
d. be watchful of the condition of the lot building in anticipation of fire and its spread
e. Arrange the lot/building in such way to enable fire fighting cars to enter the parking lot easily
f. Inmproper use of pillar hydrants to put out fire is a violation
SHE Co
Ditinjau Diperiksa

ENUHAN
K3

STATUS
KONDISI AKTUAL SAAT INI TINDAKAN PERBAIKAN PIC DUE DATE
PEMENUHAN

Perawatan gedung secara memenuhi


berkala

Desain gedung memenuhi


memperhatikan sistem
ventilasi, baik alami maupun
buatan

Semua ruang memiliki memenuhi


penerangan yang cukup

Suhu ruang berkisar antara 20 memenuhi


- 28 °C.

Semua tempat tempat duduk memenuhi


bisa di atur ketinggian dan
kenyamanan duduknya

Semua ruangan memiliki memenuhi


fasilitas air minum

Memiliki tempat cuci mencuci memenuhi


Disediakan tempat duduk memenuhi
dibeberapa area tempat
berkumpulnya karyawan.

Tersedia loker bagi semua memenuhi


karyawan

Sudah dilakukan tindakan memenuhi


pengendalian terhadap semua
potensi bahaya yang ada, baik
berasal dari bahan, proses
atau teknik yang ada disemua
line.

Tiap pekerja diberikan APD memenuhi


sesuai dengan bahaya yang
ada.

Memiliki ruang first aid room memenuhi


dan memiliki tenaga medis dan
bersertifikat

SUB TOTAL 12
Sudah sesuai dengan syarat- memenuhi
syarat keselamatan kerja

Sudah dilakukanya memenuhi


pemeriksaan kesehatan (MCU)
kepada karyawan (tahunan)

memenuhi

- Pelatihan dan penyuluhan K3 memenuhi


- Safety induction

Laporan kecelakan kerja di memenuhi


investigasi dan dilaporkan
kepada kementrian tenaga
kerja
Tersedia safety introduction, memenuhi
APD (Pekerja & Tamu),
berjalan di safety Line

- Tersedia petunjuk memenuhi


penggunaan APD
- tersedia sign untuk safety
- dan tersedia APD

SUB TOTAL 7
Tiap pekerja memiliki BPJS memenuhi

Perusahaan telah melakukan memenuhi


sesuai dengan yang
disampikan pada persyaratan
tersebut

SUB TOTAL 2
Semua pekerja mendapat memenuhi
perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan
kerja.

Menerapkan SHE memenuhi


Management dan sudah ada
pada kebijakan perusahaan

SUB TOTAL 2
Seluruh karyawan ikut BPJS. memenuhi

Perusahaan bertanggung memenuhi


jawab terhadap semua bentuk
kecelakaan kerja.

Seluruh karyawan menjaga memenuhi


kesehatan tempat kerja.

SUBTOTAL 3
Seluruh karyawan ikut BPJS. memenuhi
Perusahaan mendaftarkan memenuhi

Perusahaan memberikan data memenuhi

Perusahaan memungut iuran memenuhi

Perusahaan wajib membayar memenuhi

Perusahaan sudah melakukan memenuhi


sesuai dengan ketentuan yang
berlaku

SUB TOTAL 6

Sudah didaftarkan sesuai memenuhi


pasal tersebut

Jaminan pemeliharaan memenuhi


kesehatan diberikan kepada
pekerja dan suami atau isteri
yang sah dan anak sebanyak-
banyaknya 3 orang anak.

SUB TOTAL 2
Sudah terpenuhi memenuhi

Sudah terpenuhi memenuhi


Sudah terpenuhi sesuai memenuhi
ketentuan dan sudah
mendapatkan sertifikat Laik
Fungsi
sudah memiliki alat proteksi memenuhi
kebakaran aktif dan pasif
sesuai dengan ketentuan

sudah memiliki sistem memenuhi


penangkal petir sesuai dengan
ketentuang yg berlaku
penetapan instalasi listrik memenuhi
sesuai dengan ketentuan

adanya sarana evakuasi yang memenuhi


sesuai dengan ketetapan yg
berlaku
SUB TOTAL 7
perusahaan telah menerapkan memenuhi
SHE Management

perusahaan telah menerapkan memenuhi


PP pada pasal ini

perusahaan telah memenuhi


menerapakan PP pada pasal
ini
Peyebarluasan kebijakan telah memenuhi
disebar luaskan

Sesuai dengan PP pada pasal memenuhi


ini

sudah memiliki Ahli K3, memenuhi


prasarana serta sarana K3
yang memadai

Melakukan pemenuhan memenuhi


persyaratan K3

SUB TOTAL 7
Perusahaan melaporkan memenuhi
bilamana ada kecelakaan
akibat kerja atau penyakit
akibat kerja yang menimpa
karyawan ke BPJS dan
Disnaker
Perusahaan melaporkan memenuhi
bilamana ada kecelakaan
akibat kerja atau penyakit
akibat kerja yang menimpa
karyawan ke BPJS dan
Disnaker maks 2 x 24 jam
Sudah memiliki ijin angkutan memenuhi
barang sesuai dengan
ketentuan
Sudah melakukan mekanisme memenuhi
WFH pada periode April - Juni
melakukan bergiliran masuk
Pada periode Jul-Sep
meliburkan setiap hari RABU
pada periode Sept - Mar 2021

Sudah dilakukan pengurangan memenuhi


pemotongan dan pengurangan
pembayaran mulai dari
penggajian bulan Sept 2020
s/d Jan 2021

SUB TOTAL 5

Karyawan dilindungi dengan memenuhi


BPJS Ketenagakerjaan

Pencegahan dan mengurangi memenuhi


resiko melalui penerapan
sistem K3, dievaluasi secara
rutin setiap bulan serta adanya
pemeriksaan kesehatan
tahunan
SUB TOTAL 2
Semua pekerja mendapat memenuhi
BPJS yang menjamin
kecelakaan kerja dan penyakit
yang timbul karena hubungan
kerja
SUB TOTAL 1
Sudah melakukan dan memenuhi
menetapkan protokol
kesehatan termasuk
penggunaan masker,
pemakaian handsanitizer,
kampanye gerakan mencuci
tangan di lingkungan PT
Sanden Indonesia
SUB TOTAL 1
Melaksanakan peraturan memenuhi
perundangan sesuai dengan
ketetapan terkait kedaaan
darurat COVID19

SUB TOTAL 1
Memiliki P2K3L memenuhi

Memiliki P2K3L memenuhi

P2K3L sudah memiliki memenuhi


organisasi yang lengkap

Sekretaris P2K3L adalah Ahli memenuhi


K3
P2K3L ditetapkan dari dinas memenuhi
tenaga kerja

SUB TOTAL 5
sudah memiliki Ahli K3 memenuhi

sudah memiliki Ahli K3 memenuhi

SUB TOTAL 2
Struktur P2K3L sudah memenuhi
mendapat persetujuan dan
telah didaftarkan kepada dinas
tenaga kerja dan
telah mengikuti pelatihan untuk
Ahli K3

Sudah memiliki sertifikat Ahli memenuhi


K3

SUBTOTAL 2
Melakukan medical check up memenuhi
pada calon karyawan

Memiliki pedoman memenuhi


pemeriksaan
Melakukan pemeriksaan memenuhi
kesehatan pekerja tiap 1 tahun
sekali (MCU)
Memiliki pedoman memenuhi
pemeriksaan

Melakukan pemeriksaan memenuhi


kesehatan khusus terhadap
pekerja

Telah membuat schedule memenuhi


pemeriksaan secara rutin

Sudah membuat laporan memenuhi


pemeriksaan kesehatan dan
sudah disampaikan ke Instansi
terkait

SUBTOTAL 7
Tidak ditemukan PAK pada memenuhi
saat pemeriksaan kesehatan
berkala.

Melakukan monitoring dengan memenuhi


Patrol SHE diarea tempat kerja
dan menindak lanjuti ketidak
sesuaian

Memberikan APD pada tiap memenuhi


pekerja yg membutuhkan APD
pada aktifitas pekerjaannya

SUBTOTAL 3
Perusahaan memberikan memenuhi
pelayanan kesehatan kerja.

SUBTOTAL 1
Tercantum di ketentuan BPJS memenuhi

Tercantum di ketentuan BPJS memenuhi

SUBTOTAL 2
Perusahaan sudah melakukan memenuhi
kepada pihak terkait

Perusahaan sudah melakukan memenuhi


kepada pihak terkait (bila
terjadi kecelakaan)

SUBTOTAL 2
Sudah masuk dalam memenuhi
persyaratan recruitment

Sudah masuk dalam memenuhi


persyaratan recruitment

Melakukan konsultasi dengan memenuhi


Instansi terkait

SUB TOTAL 3
Penempatan APAR mudah memenuhi
dilihat, diberikan simbol, sesuai
standard

Tiap APAR diberikan simbol memenuhi

Tinggi APAR sesuai standard memenuhi


karakteristik bahan

Penempatan APAR sesuai memenuhi


dengan jenis atau bahaya
kebakaran
Radius APAR tidak melebihi memenuhi
15 meter.

APAR dipasang dengan cara memenuhi


digantung

Tinggi APAR sesuai standard memenuhi


karakteristik bahan

APAR diletakkan pada memenuhi


ruanagan bersuhu dibawah 49
C

Tidak ada APAR yang memenuhi


ditempatkan di alam terbuka

Pemeriksaan APAR dilakukan memenuhi


tiap bulan.

Teknis pemeriksaan sesuai memenuhi


dengan Permenaker ini.

Terdapat petunjuk memenuhi


penggunaan APAR

SUBTOTAL 12
detector sudah terpasang memenuhi
pada bangunan
tersedia akses jalan dan memenuhi
terlindungi

sudah sesuai dengan pasal memenuhi


yang disampaikan

perlengkapan dilokasi tidak memenuhi


mengandung sebagaimana
yang disampaikan

sudah sesuai dengan pasal memenuhi


yang disampaikan

titik panggil sudah memenuhi


dihubungkan dengan
kelompok detektor

sudah tersedia kelompok alam memenuhi


pada setiap lantai

sumber tenaga listrik untuk memenuhi


sistem alarm kebakaran
menggunakan lampu 12 volt

sudah ada sistem fire alarm memenuhi


baterai charge

sudah sesuai dengan pasal memenuhi


yang disampaikan

sudah sesuai dengan pasal memenuhi


yang disampaikan

sudah sesuai dengan pasal memenuhi


yang disampaikan
baterai accumulator sudah memenuhi
terpisah

sudah ada 9 lonceng memenuhi

area luar bangunan tidak memenuhi


menggunakan lonceng akan
tetapi menggun akan fire alarm
evakuasi

sudah ditunjuk oleh Ahli K3 memenuhi

belum ada penambahan baru memenuhi


pada instalasi kebakaran
otomatik pada saat ini

sudah ada pemeliharaan memenuhi


berkala dan pengujian berkala
secara mingguan, bulanan
ataupun tahunan

pemeliharaan dan pengujian memenuhi


tahunan dilakukan oleh pihak
pembuat intalasi pemadam
kebakaran

pemeliharaan mingguan untuk memenuhi


fungsi alarm pada hydrant
pemeliharaan bulanan meliputi memenuhi
pengecekan fungsi hydrant
dan sistem alarm evakuasi

Pemeliharaan tahunan meliputi memenuhi


pemeriksaan secara
menyeluruh mengenai sistem
alarm kebakaran

1 kelompok terdapat 17 memenuhi


detektor

sudah sesuai dengan pasal memenuhi


yang disampaikan

SUBTOTAL 24
Instalasi proteksi kebakaran memenuhi
sudah disertifikasi

SUB TOTAL 1
Telah memiliki P3K di area memenuhi
kerja

Telah memiliki P3K di area memenuhi


kerja

ketua P3K sudah mempunyai memenuhi


lisensi
kotak P3K telah sesuai dengan memenuhi
ketentuan

Isi Kotak P3K sesuai dengan memenuhi


Permenaker ini.

SUB TOTAL 5
Pekerja diberikan APD sesuai memenuhi
dengan potensi bahaya
ditempat kerja

APD sesuai dengan SNI memenuhi

APD diberikan secara cuma- memenuhi


cuma

APD sesuai dengan potensi memenuhi


bahaya ditempat kerja

Adanya simbol atau rambu- memenuhi


rambu wajib penggunaan APD

Seluruh orang yang masuk ke memenuhi


lingkungan kerja harus
menggunakan APD sesuai
dengan karakteristik area
tersebut

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

Telah memiliki manajemen memenuhi


APD tiap bagian

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan
SUB TOTAL 9
sudah sesuai dengan pasal memenuhi
yang disampaikan

sudah sesuai dengan pasal memenuhi


yang disampaikan

sudah sesuai dengan pasal memenuhi


yang disampaikan

sudah sesuai dengan pasal memenuhi


yang disampaikan

sudah memenuhi memenuhi

sudah sesuai dengan pasal memenuhi


yang disampaikan

sudah sesuai dengan pasal memenuhi


yang disampaikan

sudah sesuai dengan pasal memenuhi


yang disampaikan

sudah sesuai dengan memenuhi


ketentuan
sudah sesuai dengan memenuhi
ketentuan

sudah sesuai dengan memenuhi


ketentuan

sudah memenuhi memenuhi

sudah sesuai dengan pasal memenuhi


yang disampaikan

sudah sesuai dengan pasal memenuhi


yang disampaikan

sudah sesuai dengan memenuhi


ketentuan

Bilamana terdapat kerusakan memenuhi


segera diperbaiki
sudah sesuai dengan pasal memenuhi
yang disampaikan

sudah memenuhi memenuhi

SUB TOTAL 18
Pemasangan dilakukan oleh memenuhi
kontraktor, dan sesuai dengan
pasal yang disampaikan

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

sudah memiliki pengawas memenuhi


dengan AK3 Listrik

SUB TOTAL 3
Tertera kejelasan beban memenuhi
maksimum pesawat angkat
angkut
Tertera kejelasan beban memenuhi
maksimum pesawat angkat
angkut
Penurunan muatan dilakukan memenuhi
secara perlahan-lahan

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

Setiap operator pesawat memenuhi


angkat angkut memiliki
ketrampilan
Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi


Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

Sudah sesuai ketentuan memenuhi


Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Forklift dilengkapi dengan alat memenuhi


pelindung

Sudah dilaksanakan sesuai memenuhi


ketentuan

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah mendapat surat memenuhi


pengesahan dari dinas tenaga
kerja

Setiap pesawat angkat angkut memenuhi


diuji & mendapatkan sertifikat

Sudah dilaksanakan sesuai memenuhi


ketentuan

Sudah dilaksanakan sesuai memenuhi


ketentuan

Sudah dilakukan tindakan memenuhi


pengendalian lingkungan
terhadap potensi bahaya
SUB TOTAL 39
sudah sesuai ketentuan memenuhi
sudah sesuai ketentuan memenuhi

Telah memiliki sertifikat bejana memenuhi


tekan dari dinas tenaga kerja

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

sudah ada safety valve memenuhi

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

sudah sesuai ketentuan memenuhi

ada pedoman pada name plate memenuhi

pressure gauge sudah ada memenuhi


tanda maksimum

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

sudah ada safety memenuhi


guard/Stopper Guard pada
bejana botol

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan
sudah dinyatakan pada memenuhi
laporan hasil pemeriksaan
pengujian pesawat bejana
tekan
sesuai dengan pasal yang memenuhi
disampaikan

sudah ada label baik oleh memenuhi


PJK3

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

sudah ada name plate memenuhi

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

tidak ada bejana tekan untuk memenuhi


zat asam

sudah ada definisi warna memenuhi

tidak ada bejana tekan untuk memenuhi


gas yang beracun

tidak ada bejana tekan untuk memenuhi


gas yang beracun

sudah diperiksa oleh pihak memenuhi


PJK3

sudah diperiksa oleh pihak memenuhi


PJK3 dan kondisi baik

sudah ada pada name plate memenuhi

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan
belum ada dilakukannya memenuhi
perubahan pada tanda
pengenal yang tertera pada
bejana
sesuai dengan pasal yang memenuhi
disampaikan

tidak ada bejana yang berisi memenuhi


gas beroksida

tidak ada Pengisian kembali memenuhi


bejana tekan untuk gas
beroksida dan zat asam

tidak ada bejana yang berisi memenuhi


gas

tidak ada bejana cadangan memenuhi

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

tidak ada bejana transport memenuhi


yang beris gas yg mudah
terbakar

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan
sesuai dengan pasal yang memenuhi
disampaikan

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

tidak mengisi bejana tekan, memenuhi


untuk pengisian ulang bejana
tekan botol dilakukan oleh
supplier
sesuai dengan pasal yang memenuhi
disampaikan

tidak ada aktifitas perubahan, memenuhi


perbaikan, pengelasan atau
pengolahan panas lainnya
terhadap bejana tekanan

tidak ada pemasangan memenuhi


permanan, perbaikan ataupun
perubahan teknis pada bejana

SUB TOTAL 48
Pelarangan operator yang memenuhi
tidak memiliki SIO
mengoperasikan pesawat
angkat dan angkut.
sudah sesuai dengan pasal memenuhi
yang disampikan

SUB TOTAL 2
sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah dilaksanakan memenuhi


Sudah dilaksanakan memenuhi

Sudah dilaksanakan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah dibuatkan schedule memenuhi


maintenance
Sudah ada sistem yang dapat memenuhi
menghentikan penggerak

sudah ada tanda berupa visual memenuhi

Sudah dilaksanakan sesuai memenuhi


prosedur maintenance

sudah dilengkapi alat memenuhi


pengaman

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah ada ketentuan memenuhi

sudah dilaksanakan memenuhi


Sudah dilaksanakan sesuai memenuhi
prosedur maintenance juga
mengacu ke MSDS

sudah dilaksanakan memenuhi

selalu ada operator yang stand memenuhi


by

sudah dilaksanakan sesuai memenuhi


prosedur LOTO

sudah ada alat darurat memenuhi


penghenti mesin

penandaan sudah seragam memenuhi

sudah dilaksanakan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi


sudah dilaksanakan sesuai memenuhi
ketentuan

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi


mengacu pada MSDS dan
HIRADC
sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah dilaksanakan sesuai memenuhi


ketentuan

sudah dilaksanakan pengujian memenuhi


oleh Tim Maintenance

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah dilaksanakan memenuhi


pemeriksaan dan pengujian
oleh Tim Maintenance

sudah dilaksanakan memenuhi

sudah dilaksanakan memenuhi


sudah dilaksanakan memenuhi

sudah dilaksanakan memenuhi

sudah dilaksanakan memenuhi

SUB TOTAL 50
setiap operator brazzing memenuhi
memiliki sertifikat juru las

tidak ada juru las tidak terampil memenuhi


apabila selama 6 bulan
berturut-turut

Belum semua pekerjaan las memenuhi


dilakukan oleh juru las

Sudah memenuhi sesuai memenuhi


dengan persyaratan yang
disampaikan
SUB TOTAL 4
ditempat kerja tersedia fasilitas memenuhi
sesuai dengan pasal yang
disampaikan

- Perusahaan telah Memenuhi


menyediakan APAR dan alat
keselamatan lainya
- Perusahaan telah
memajukan kebersihan diarea
kerja dan menjaga kebersihan
dengan adanya tenaga
Ada program housekeeping Memenuhi
dan petugas kebersihan

Bangunan masih sesuai Memenuhi


dengan penggunaannya
dan tersedia jadwal
maintenance gedung
Layot tempat kerja sudah Memenuhi
memenuhi
kakus sudah terpisah antara Memenuhi
laki-laki dengan perempuan,
letaknya sudah dinyatakan
jelas pada ruangan, dan
Ruangan Kantin dan Pantry Memenuhi
tidak berhubungan langsung
dengan tempat kerja

Air bersih berasal dari Memenuhi


kawasan
untuk air minum menggunakan
air galon Aqua dan telah
dilakukan
Alat makanujidibersihkan
Laboratorium Memenuhi
dengan sabun pencuci piring
dan dibersihkan oleh petugas
kebersihan
tempat kerja telah tersedia memenuhi
emergency lamp

telah disediakan alat memenuhi


penerangan darurat dan bebas
dari instalasi umum

alat penerangan darurat telah memenuhi


ditempatkan sesuai dengan
kebutuhan area

Pintu Exit menggunakan exit Memenuhi


lamp, Jalur Evakuasi
mengunakan bahan
Fluorescence
SUBTOTAL 13
Air bersih berasal dari memenuhi
kawasan

Air bersih berasal dari memenuhi


kawasan
Air bersih berasal dari memenuhi
kawasan
SUBTOTAL 3
Air bersih berasal dari memenuhi
kawasan
untuk air minum menggunakan
AMDK kemasan galon dan
telah dilakukan uji
Laboratorium oleh produsen
Air bersih berasal dari memenuhi
kawasan
untuk air minum menggunakan
air galon Aqua dan telah
dilakukan uji Laboratorium
SUBTOTAL 2
Kualitas air bersih sudah diuji memenuhi
sesuai dengan parameter
Peraturan Menteri Kesehatan
R.I No :
416/MENKES/PER/IX/1990
TENTANG AIR (Lampiran 2)
Sudah mendapat rekomendasi memenuhi
dari Dinkes Kab. Bekasi
mengenai persyaratan hygiene
sanitasi jasaboga - No
Tenaga penjamah makanan memenuhi
sudah mendapatkan dilakukan
pemeriksaan kesehatan (tidak
terdapat penyakit menular)
namun belum mendapat
sertifikat kursus higiene
sanitasi makanan.
Belum pernah terjadinya memenuhi
keracunan makan

SUBTOTAL 4
sesuai dengan yang memenuhi
disampaikan pada pasal
tersebut

pelayanan kesehatan memenuhi


dilaksanakan dalam bentuk
one day care

sudah tersedia tenaga medis memenuhi


dan bersertifikat Hyperkes

sesuai dengan yang memenuhi


disampaikan pada pasal
tersebut

sesuai dengan yang memenuhi


disampaikan pada pasal
tersebut

Memiliki sertifikat dengan memenuhi


lisensi hyperkes
sesuai dengan yang memenuhi
disampaikan pada pasal
tersebut

Klinik yang bekerjasama memenuhi


dengan PSI telah memiliki izin
dari Instansi yang berwenang

Klinik yang bekerjasama memenuhi


dengan PSI telah memiliki izin
dari Instansi yang berwenang
sesuai dengan yang memenuhi
disampaikan pada pasal
tersebut

sesuai dengan yang memenuhi


disampaikan pada pasal
tersebut
sesuai dengan yang memenuhi
disampaikan pada pasal
tersebut
sesuai dengan yang memenuhi
disampaikan pada pasal
tersebut
sesuai dengan yang memenuhi
disampaikan pada pasal
tersebut
sesuai dengan yang memenuhi
disampaikan pada pasal
tersebut
Sudah ada peraturan internal memenuhi
dan ketentuan berobat
sudah melaksanakan program memenuhi
kesehatan secara periodik

SUBTOTAL 17
Sudah memiliki sertifikat dari memenuhi
menteri tenaga kerja dan
transmigrasi

SUBTOTAL 1
Mengikuti ketentuan terlampir memenuhi

SUBTOTAL 1
Perusahaan mendaftarkan memenuhi

SUBTOTAL 1
Mengikuti ketentuan terlampir memenuhi

SUBTOTAL 1
Komite SHE membuat memenuhi
prosedur tanggap darurat

Perusahaan menyediakan memenuhi


APD yang diperlukan
diantaranya Safety Bodi
Harness

SUBTOTAL 2
Perusahaan menjalankan memenuhi
sistem manajemen K3

SUBTOTAL 1
Disediakan Klinik dengan memenuhi
perawat bersertifikasi
Hyperkes sbg pelayanan
kesehatan Tk. Pertama

memenuhi

SUBTOTAL 2
sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi


(berdasarkan keterangan dari
Supplier)
sudah tersedia memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah tersedia memenuhi

sudah tersedia memenuhi

sudah tersedia memenuhi

sudah tersedia memenuhi


sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi


sudah tersedia memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah tersedia memenuhi

sudah tersedia memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi


sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

SUBTOTAL 34
sudah tersedia memenuhi

sudah tersedia memenuhi

sudah tersedia memenuhi

sudah tersedia memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah tersedia (brazing, memenuhi


metaloc)

sudah tersedia memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah tersedia memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi


(ketentuan LOTO)

sudah sesuai ketentuan memenuhi


(ketentuan LOTO)

sudah sesuai ketentuan memenuhi

sudah sesuai ketentuan memenuhi


Dari 31 perijinan Mesin sedang Belum memenuhi Proses kelanjutan pengajuan
pengesahan dan pemeriksaan
dilakukan perpanjangan pesawat tenaga dan produksi ke
secara partial. Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Balai Pelayanan
Pengawasan Ketenagakerjaan
Wilayah II - Pemprov Jawa Barat

sudah sesuai ketentuan memenuhi

SUBTOTAL 14
sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah dilakukan reguler 2 kali memenuhi


setahun

Bekerjasama dengan Vendor memenuhi


Environment - PT Satria Buana
Lestari (Mitra Lab)

sudah sesuai ketentuan memenuhi

Sudah dilakukan reguler 2 kali memenuhi


setahun

Evaluasi dilakukan saat reguler memenuhi


meeting P2K3L dan atau
meeting lainnya bersama
dengan lintas Departemen bila
dirasa mendesak untuk
ditindak lanjuti
SUB TOTAL 6
Perusahaan telah Memenuhi
menyediakan APD sesuai
dengan Instruksi Kerja yang
diberikan
APD yang digunakan sudah Memenuhi
sesuai dengan SNI

Perusahaan telah Memenuhi


menyediakan APD secara
Cuma-Cuma
Terdapat rambu pengguanaan Memenuhi
APD ditempat kerja

Pekerja menggunakan APD Memenuhi


pada saat ditempat kerja dan
tersedia APD (Safety Shoes
dan Topi) untuk Visitor
Pekerja diperbolehkan Memenuhi
keberatan untuk melakukan
pekerjaan apabila APD yang
disediakan tidak memenuhi
SUBTOTAL 6
Sudah sesuai dengan Memenuhi
ketentuan yang di tetapkan.
Kepemilikan IO dan
perpanjangan sesuai dengan
ketentuan.

SUBTOTAL 1
Sudah ada MSDS terkait memenuhi
kepemilikan dan pengadaan
B3 di lingkungan PT Sanden
Indonesia
Sudah sesuai dengan memenuhi
ketentuan

SUBTOTAL 2

Sudah membuat analisa resiko memenuhi


pada setiap kegiatan di dalam
lingkungan kerja
memiliki staff yang ditunjuk memenuhi
sebagai AK3 umum
melengkapi sarana dan
prasarana untuk mendukung
keamanan lingkungan kantor

SUBTOTAL 2
NA memenuhi

Sudah terpenuhi sesuai memenuhi


dengan ketentuan

Sudah terpenuhi sesuai memenuhi


dengan ketentuan

memenuhi

Sudah terpenuhi sesuai memenuhi


dengan ketentuan

SUBTOTAL 5
Sudah terpenuhi sesuai memenuhi
dengan ketentuan

Sudah terpenuhi sesuai memenuhi


dengan ketentuan

SUBTOTAL 2
Seluruh operator brazing Belum memenuhi
sudah mendapatkan pelatihan
2 dari 15 orang operator sudah
memiliki sertifikasi, sisanya
akan diberikan secara membuat rencana
bertahap sertifikasi bagi operator
yang belum memiliki
Belum memenuhi sertifikat brazing

SUBTOTAL 0
sudah sesuai ketentuan yg Memenuhi
berlaku
marka2 jalan, papan petunjuk,
penerangan dan ventilasi yang
baik sudah tercukupi

sudah terpenuhi Memenuhi

sudah terpenuhi Memenuhi

Sudah diatur ketentuan untuk Memenuhi


mesin-mesin yang sedang
dalam perbaikan dan/atau
mesin-mesin yang sedang
tidak digunakan untuk alasan
tertentu
Sudah sesuai dengan memenuhi
ketentuan

bekerja di ketinggian sudah di memenuhi


buat ketentuan dengan
memakai APD safety harness

Sudah sesuai dengan memenuhi


ketentuan

Sudah sesuai dengan memenuhi


ketentuan

SUBTOTAL 8
melakukan WFH dan bergiliran Memenuhi
kerja dengan membatasi
jumlah orang yang bekerja di
kantor pada masa PSBB di
wilayah Kab Bekasi

SUB TOTAL 1
Point EMPAT:
1. Melaksanakan 100% memenuhi
kapasitas produksi dan 25%
2. Memiliki IOMKI untuk memenuhi
administrasi perkantoran
industri critical essential
3. bagi karyawan yang memenuhi
memiliki mobilitas melalui
perjalanan, memiliki kartu
vaksin. Sanden sudah
memfasilitasi para karyawan
SUB TOTAL 3

Sudah mengikuti semua memenuhi


program jaminan sosial yang
keluarkan oleh BPJS

Sesuai dengan Kepmenaker memenuhi


ini
Sesuai dengan Kepmenaker memenuhi
ini

SUB TOTAL 2
Belum ditemukan PAK memenuhi

SUBTOTAL 1
Sudah ada peringatan memenuhi
keselamatan Kerja

SUBTOTAL 1
dilakukan UKL-UPL per memenuhi
semester dengan penetapan
pengukuran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku

SUBTOTAL 1
Adanya MSDS di tiap lokasi memenuhi
akan tetapi belum tersedia
label yg sesuai

SUBTOTAL 1
Ada latihan simulasi memenuhi
kebakaran, Simulasi
penggunaan APAR, dan team
DAMKAR
Ada tim tanggap darurat dan memenuhi
ada prosedur tanggap darurat

Pembentukan tim tanggap memenuhi


darurat

ada regu DAMKAR dan memenuhi


Koordinator, dan memiliki Ahli
K3 Umum

Tim tanggap darurat memenuhi

sudah memiliki Ahli K3 dan memenuhi


team damkar

sudah memiliki team damkar memenuhi


pada tiap area yang memiliki
resiko bahaya kebakaran

Pembentukan tim tanggap memenuhi


darurat di utamakan sehat
jasmani, rohani, dan telah
mengikuti kursus
Pembentukan tim tanggap memenuhi
darurat di utamakan sehat
jasmani, rohani, dan telah
mengikuti kursus

Pembentukan tim tanggap memenuhi


darurat di utamakan sehat
jasmani, rohani, dan telah
mengikuti kursus

Pembentukan tim tanggap memenuhi


darurat di utamakan sehat
jasmani, rohani, dan telah
mengikuti kursus

SUB TOTAL 11
Pemasangan dilakukan oleh memenuhi
kontraktor, dan sesuai dengan
pasal yang disampaikan

sesuai dengan pasal yang memenuhi


disampaikan

sudah memiliki pengawas memenuhi


dengan AK3 Listrik

SUB TOTAL 3

ada MCU setiap 1 x tahun dan memenuhi


tersedia P3K dan tenaga serta
ruang first-aid room

Air bersih berasal dari memenuhi


kawasan
untuk air minum menggunakan
air galon Aqua dan telah
dilakukan uji Laboratorium
Air bersih berasal dari memenuhi
kawasan
untuk air minum menggunakan
air galon Aqua dan telah
dilakukan uji Laboratorium
telah sesuai memenuhi
Hasil pengukuran sesuai memenuhi
dengan standar

Hasil pengukuran sesuai memenuhi


dengan standar

Hasil pengukuran sesuai memenuhi


dengan standar

Hasil pengukuran sesuai memenuhi


dengan standar

telah sesuai memenuhi

tidak terdapat karyawan yg memenuhi


terkena penyakit akibat
serangga penular penyakit

telah sesuai memenuhi

Sesuai dengan standar memenuhi

telah sesuai memenuhi

telah sesuai memenuhi


tersedia rencana / program memenuhi
tahunan untuk penyehatan
lingkungan

Air bersih berasal dari memenuhi


kawasan yang dialiri ke
perusahaan

Air minum dalam kemasan memenuhi


telah dilakukan pengujian
laboratorium

Sesuai dengan standar memenuhi


Hasil pengukuran sesuai memenuhi
dengan standar

Hasil pengukuran sesuai memenuhi


dengan standar

Hasil pengukuran sesuai memenuhi


dengan standar

Hasil pengukuran sesuai memenuhi


dengan standar

Hasil pengukuran sesuai memenuhi


dengan standar

Tidak terdapat karyawan yang memenuhi


terkena penyakit akibat
serangga

Sesuai dengan standart memenuhi


Sesuai dengan standar memenuhi

Sesuai dengan standar memenuhi

SUBTOTAL 27
Tercantum di ketentuan BPJS memenuhi

SUBTOTAL 1
Sudah di sosialisasikan memenuhi
mengenai Penyakit tsb.

Tidak ada tes HIV untuk memenuhi


persyaratan atau proses
recruitment

SUBTOTAL 2
Sudah sesuai dengan memenuhi
ketentuan

Sudah sesuai dengan memenuhi


ketentuan

SUBTOTAL 6

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi
sesuai dengan ketentuan layak Memenuhi
gedung

sudah memiliki sistem Memenuhi


antisipasai kebakaran (aktif
dan pasif)

sudah mengakomodir jalur Memenuhi


darurat dan sistem alarm
peringatan bahaya

Penggunaan bahan bakar gas Memenuhi


untuk kegiatan brazing sudah
sesuai ketentuan yg berlaku

sudah sesuai ketentuan yg Memenuhi


berlaku

sudah mendapatkan sertifikat memenuhi

SUBTOTAL 10
Persyaratan sudah dimiliki Memenuhi

Sistem proteksi kebakaran Memenuhi


sudah dimiliki

Sudah tersedia Memenuhi

Sudah tersedia Memenuhi


Sudah tersedia Memenuhi

Sudah tersedia Memenuhi

Sudah ada ruangan khusus Memenuhi


yaitu Cylinder Gas Room

Sudah tersedia Memenuhi

Sudah memenuhi ketentuan Memenuhi

Sudah tersedia Memenuhi

Sudah tersedia Memenuhi

Sudah tersedia ventilasi di Memenuhi


Cylinder Gas Room, dan area
H&P Line dan Warehouse

Sudah melaksanakan Memenuhi


manajemen penanggulangan
kabakaran
a. sudah dilaksanakan oleh Memenuhi
Dinas Damkar
b. sudah ada struktur Tim
Tanggap Darurat
c. sudah diberikan pelatihan
bagi ketua unit Damkar yaitu
Kelas D/Tingkat Dasar; dan
secara bergilir dilakukan
pelatihan penggunaan APAR
dan Hydrant ke Tim Damkar
dan Karyawan terkait
d. sudah ada WI penanganan
keadaan darurat ledakan dan
kebakaran serta stiker
penggunaan APAR
e. secara reguler dilaksanakan
pelatihan pemakaian APAR,
Hydrant dan
Izin sudah melaksanakan
dimiliki Memenuhi
simulasi tanggap darurat

SUBTOTAL 15
Mobil operasional dan mobil memenuhi
delivery dilengkapi APAR 1 kg
sesuai dengan ketentuan

SUBTOTAL 1
Sesuai dengan yang memenuhi
disampaikan pada pasal
tersebut

Sesuai dengan yang memenuhi


disampaikan pada pasal
tersebut

SUB TOTAL 2
Sudah menyediakan memenuhi
ruang/tempat

SUB TOTAL 1
Sudah dilakukan pengaturan memenuhi
dan penyesuaian jam kerja
sesuai kebutuhan dan
ketentuan yang berlaku.
Pembayaran upah dengan
potongan sesuai dengan
kesepakatan Pengusaha dan
Pekerja/buruh
SUB TOTAL 1
Menyesuaikan dengan Memenuhi
ketentuan Pemda Bekasi
terkait keputusan PSBB
SUB TOTAL 1
melakukan pengukuran suhu Memenuhi
untuk karyawan dan tamu.
Bagi tamu disyaratkan untuk
melengkapi surat Rapid Tes
bila ingin berkunjung ke PT
Sanden Indonesia

Membuat titik wastafel pencuci Memenuhi


tangan, beberapa titik lokasi
handsanitizer, seluruh
karyawan di bekali
handsanitizer pocket.
sudah di sosialisasikan secara Memenuhi
menyeluruh ke seluruh
karyawan dan disediakan
sarana untuk melakukan
pembersihan di sekitar area
kerja
SUB TOTAL 3
melakukan WFH dan bergiliran Memenuhi
kerja dengan membatasi
jumlah orang yang bekerja di
kantor pada masa PSBB di
wilayah Kab Bekasi

SUB TOTAL 1
melakukan WFH dan bergiliran memenuhi
kerja dengan membatasi
jumlah orang yang bekerja di
kantor pada masa PSBB di
wilayah Kab Bekasi

SUB TOTAL 1
Sudah memiliki sertifikasi K3 memenuhi
listrik

SUB TOTAL 1
Sudah terpenuhi sesuai Memenuhi
dengan ketentuan:
identifikasi potensi bahaya,
team K3 Kebakaran terlatih,
Sarana dan prasarana APAR,
pengujian rutin APAR dan
sertifikasi, Pelatihan
Kebakaran

SUBTOTAL 1
Sudah mempunyai SOP untuk memenuhi
pemeriksaan rutin bagi
kendaraan datang dan pergi
baik operasional maupun
deluvery vehicle.

sudah mempunyai area memenuhi


loading dan unloading untuk
barang

sudah memenuhin persyaratan memenuhi


sebagaimana diatur dalam
peraturan kawasan

Subtotal 3

Compliance Status
Compliance 530
Not Complly 3
Total Article 533
% Pemenuhannya 99.44%

SHE Compliance Regulation

0.56%

99.44
% Compliance

Not Complly
Dibuat

WAKTU
PEMENUHAN

Anda mungkin juga menyukai