Perundang-undangan K3 ialah salah satu alat kerja yang penting bagi para Ahli K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) guna menerapkan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) di tempat kerja. Kumpulan perundang-undangan K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Republik Indonesia tersebut antara lain :
Undang-Undang K3
K3RS (Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit) adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah
sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui
upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit. Pengertian
tersebut merupakan pengertian yang ada pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66
Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
Ilus
trasi Rumah Sakit
K3RS sangat perlu untuk dilaksanakan karena banyaknya risiko yang dialami oleh tenaga
medis di fasilitas rumah sakit. Selain itu, K3RS juga disyaratkan oleh regulasi-regulasi di
Republik Indonesia.
Daftar Isi
Dasar Hukum K3RS
Dasar hukum K3 Rumah Sakit diantaranya adalah:
12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 413);
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1221);
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis
Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1197);
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
Pe
meriksaan Anak di Rumah Sakit
Tujuan K3RS ( Keselamatan dan kesehatan kerja
rumah sakit)
Berdasarkan Permenkes nomor 66 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit, beberapa tujuan dalam pelaksanaan K3RS dapat dirangkum:
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit bertujuan untuk melindungi sumber daya manusia Rumah
Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari
pajanan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja
bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan memastikan
kehandalan sistem utilitas dan meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi.
Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit bertujuan untuk melindungi SDM Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari potensi bahaya peralatan medis baik
saat digunakan maupun saat tidak digunakan.
Ilus
trasi Operasi di Rumah Sakit
2. perencanaan K3RS;
Te
naga kesehatan dipandang sebagai malaikat
Kebutuhan untuk membentuk unit kerja fungsional tersebut disesuaikan dengan besarnya
tingkat risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja, sehingga pada Rumah Sakit dapat memiliki
komite atau instalasi K3RS, atau memiliki keduanya.
Ala
t-alat di rumah sakit sebagai prasarana
Pengalokasian anggaran pada program K3RS jangan dianggap sebagai biaya pengeluaran
saja, namun anggaran K3RS perlu dipandang sebagai aset atau investasi dimana upaya
K3RS melakukan penekanan pada aspek pencegahan terjadinya berbagai masalah besar
keselamatan dan kesehatan yang apabila terjadi akan menimbulkan kerugian yang sangat
besar.
2. Perencanaan K3RS
Rumah Sakit harus membuat perencanaan K3RS yang efektif agar tercapai keberhasilan
penyelenggaraan K3RS dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan K3RS
dilakukan untuk menghasilkan perencanaan strategi K3RS, yang diselaraskan dengan
lingkup manajemen Rumah Sakit.
Per
lengkapan untuk pengobatan harus direncanakan dengan baik
Perencanaan K3RS tersebut disusun dan ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit dengan
mengacu pada kebijakan pelaksanaan K3RS yang telah ditetapkan dan selanjutnya
diterapkan dalam rangka mengendalikan potensi bahaya dan risiko K3RS yang telah
teridentifikasi dan berhubungan dengan operasional Rumah Sakit. Dalam rangka
perencanaan K3RS perlu mempertimbangkan peraturan perundangundangan, kondisi yang
ada serta hasil identifikasi potensi bahaya keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari Aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
6. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari Aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja;
7. Pengelolaan peralatan medis dari Aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja; dan
Kemajuan program K3RS ini dipantau secara periodik guna dapat ditingkatkan secara
berkesinambungan sesuai dengan risiko yang telah teridentifikasi dan mengacu kepada
rekaman sebelumnya serta pencapaian sasaran K3RS yang lalu. Penerapan inspeksi tempat
kerja dengan persyaratan, antara lain:
3. Inspeksi mencari masukan dari petugas yang melakukan tugas ditempat yang
diperiksa.
4. Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada saat
inspeksi.
5. Laporan inspeksi diajukan kepada organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang
K3RS sesuai dengan kebutuhan.
7. Pimpinan Rumah Sakit atau organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3RS
menetapkan penanggung jawab untuk pelaksanaan tindakan perbaikan dari hasil laporan
pemeriksaan/inspeksi.
Psikososial, contohnya beban kerja, hubungan atasan dan bawahan, hubungan antar
pekerja yang tidak harmonis.
Limbah, contohnya limbah padat medis dan non medis, limbah gas dan limbah cair.
Analisis risiko bertujuan untuk mengevaluasi besaran (magnitude) risiko kesehatan pada
pekerja. Dalam hal ini adalah perpaduan keparahan gangguan kesehatan yang mungkin
timbul termasuk daya toksisitas bila ada efek toksik, dengan kemungkinan gangguan
kesehatan atau efek toksik dapat terjadi sebagai konsekuensi pajanan bahaya potensial.
Beberapa contoh pengendalian risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit:
1. Containment, yaitu mencegah pajanan dengan: a) Desain tempat kerja b) Peralatan
safety (biosafety cabinet, peralatan centrifugal) c) Cara kerja d) Dekontaminasi e)
Penanganan limbah dan spill management
2. Tenaga dokter spesialis okupasi atau dokter Kesehatan Kerja atau dokter umum yang
terlatih Kesehatan Kerja dan diagnosis penyakit akibat kerja.
4. Tenaga S1 bidang lainnya yang terlatih keselamatan dan Kesehatan Kerja konstruksi,
keselamatan dan Kesehatan Kerja radiasi, dan keselamatan dan Kesehatan Kerja
kelistrikan, dan lain-lain.
5. Tenaga DIII/DIV jurusan/peminatan keselamatan dan Kesehatan Kerja atau tenaga
kesehatan lain yang terlatih K3RS atau jabatan fungsional pembimbing Kesehatan Kerja.
Pengertian K3
1. Pengertian secara Filosofis
K3 merupakan suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
terhadap hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
2. Pengertian secara Keilmuan
Dalam ilmu pengetahuan dan penerapannya, K3 adalah usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan dan pencemaran
lingkungan.
Tujuan K3
K3 bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat dan bebas dari
pencemaran lingkungan dengan memelihara kesehatan dan keselamatan, keamanan dan
keselamatan tenaga kerja di dalam perusahaan untuk dapat mencegah atau mengurangi terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan pada akhirnya dapat meningkatkan sistem efisiensi dan
produktivitas kerja. Jadinya kerja keluarga pekerja konsumen dan kesejahteraan manusia yang
bekerja bisa terjaga. Mereka juga terpengaruh kondisi lingkungan kerja yang mementingkan
keselamatan.
Sasaran K3
1. Menjamin keselamatan pekerja dan orang lain
2. Menjamin keamanan peralatan yang digunakan
Norma K3
Norma yang harus dipahami dalam K3:
Dasar Hukum K3
K3 ditentukan berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja:
Bahaya akibat keadaan yang sangat bising yang menyebabkan terjadi kerusakan
pendengaran.
Bahaya dari pengangkutan barang serta penggunaan peralatan yang kurang lengkap dan
aman yang mengakibatkan cedera pada pekerja dan orang lain.
Incident adalah munculnya kejadian bahaya yang dapat atau telah mengadakan kontak
dengan sumber energi yang melebihi ambang batas normal.
Accident adalah kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan/atau kerugian baik
manusian maupun benda.
4. Pengamanan ruangan, salah satunya meliputi sistem alarm. Selain itu ada juga alat
pemadam kebakaran, penerangan yang cukup, ventilasi yang baik dan jalur evakuasi
khusus yang memadai
Hearing Protection atau penutup telinga untuk melindungi dari kebisingan ataupun tekanan.
Safety Mask atau masker yang berfungsi sebagai alat pelindung pernafasan saat berada di
area yang kualitas udaranya tidak baik.
Face Shield atau pelindung wajah untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia,
percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas, benturan atau pukulan benda keras
dan tajam.
Safety Clothing atau alat pelindung tubuh untuk melindungi rekan kerja keluarga dari hal-hal
yang membahayakan saat bekerja, mengurangi resiko terluka dan juga digunakan sebagai
identitas pekerja.
Safety Boot/Shoes adalah sepatu boot atau sepatu pelindung untuk melindungi kaki dari
benturan, tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap
panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin.
Demikian beberapa yang perlu kita ketahui tentang K3 yang penting untuk memelihara kesehatan
dan keselamatan pekerja konsumen dan orang lain. Melalui budaya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) mendorong terbentuknya bangsa yang berkarakter (tema K3 Nasional tahun 2018)
Keselamatan Kerja
Oleh Dosen Pendidikan 2Diposting pada 01/06/2020
Latar Belakang
Daftar Isi Artikel Ini :
o Latar Belakang
Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja ( K3 )
o Sejarah Undang-undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja
o Tujuan Keselamatan Kesehatan Kerja ( K3 )
o Aspek, Faktor Dan Prinsip Keselamatan Kesehatan Kerja ( K3 )
o Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam UU K3
o Peran Pemerintah Dalam Menanggulangi Masalah K3
o Posting terkait:
Keselamatan Kerja -Pengertian, Kesehatan, Tujuan, Faktor, Prinsip – K3
atau Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam suatu pekerjaan, karena dengan tidak adanya K3 atau
Kesehatan dan Keselamatan Kerja akan tidak diragukan lagi banyak terjadi
kecelakaan dalam kerja yang bersifat ringan sampai yang berat.
keselamatan-kerja
Menurut Abduh (dalam Labib, 2012: 2) “di Indonesia tingkat kecelakaan kerja
merupakan salah satu yang tertinggi di dunia, sedikitnya pada tahun 2007
terjadi 65.000 kasus kecelakaan kerja. Data tersebut diperkirakan 50% yang
tercatat oleh Jamsostek dari jumlah sebenarnya”. Menyadari akan pentingnya
peranan pekerja bagi perusahaan, maka perlu dilakukan pemikiran agar
pekerja dapat menjaga keselamatannya dalam menjalankan pekerjaan.
Menurut Mangkunegara (2002: 163) “K3 adalah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun
rohaniah. Keutuhan dan kesempurnaan tersebut ditujukan secara khusus
terhadap tenaga kerja, sehingga menghasilkan suatu hasil karya dan budaya
untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur”.
Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang, alat-
alat kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam melakukan
kegiatan proses produksi dan disamping itu ialah bahan-bahan utama yang
akan dijadikan barang.
4. Menganalisa Kecelakaan
Menurut Basir Barthos (2001: 150) upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam
hal mengurangi penyakit akibat kerja antara lain sebagai berikut:
Pengaturan Jam Kerja
Pemberian Perhatian Terhadap Daya Tahan Tubuh Pekerja
Memperhatikan Kenyamanan Kerja
Memperhatikan Keamanan Kerja
Lalu dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, melindungi tenaga kerja dalam
bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti dari sebagian penghasilan
yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau
keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit,
hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia. Program Jamsostek sebagai
pengejawantahan dari program K3 diwajibkan berdasarkan Pasal 2 Ayat 3 PP
No. 14 Tahun 1993 bagi setiap perusahaan.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau yang disingkat dalam K3 merupakan elemen
penting yang harus disediakan perusahaan untuk melindungi pekerjanya. Atas dasar itulah
kemudian penerapan K3 ditetapkan oleh pemerintah.
Pelaksanaan dan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengacu kepada
Veiligheidsreglement tahun 1919 (Stbl. No. 406) yang kemudian direvisi ke dalam Undang-
Undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Pekerja.
Dengan demikian, penyusunan undang-undang ini memuat berbagai ketentuan umum
terhadap keselamatan kerja sesuai dengan perkembangan masyarakat, teknologi, dan
industrialisasi.
Jika dikelompokkan, standarisasi dan penerapan K3 memiliki beberapa dasar hukum yang
kuat. Untuk itu, mau tidak mau, suka tidak suka, Keselamatan dan Kesehatan kerja haruslah
menjadi perhatian bagi setiap perusahaan, pemerintah, dan para pekerja. Adapun dasar
hukum pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja jika diurutkan dari yang tertinggi
adalah sebagai berikut.
1. Undang-Undang (UU)
Yakni, Undang-undang yang mengatur mengenai K3, yang meliputi tempat kerja, hak dan
kewajiban pekerja, serta kewajiban pimpinan tempat kerja.
Produk hukum yang mengatur tentang K3 di antaranya adalah UU No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dan UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Produk hukum yang umum untuk diketahui adalah (1) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi; (2) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan
Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida; (3) Peraturan Pemerintah Nomor
13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang
Pertambangan, (4) dan lain sebagainya.
Produk hukum yang umum untuk diketahui adalah Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun
1993 tentang Penyakit yang Timbul Akibat Hubungan Kerja.
Produk hukum yang umum untuk diketahui adalah Peraturan Menteri No. 5 tahun 1996
mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Peraturan dari Departemen Kesehatan (Permenkes)
Yakni, peraturan yang mencakup aspek K3 di rumah sakit atau lebih terkait pada aspek
kesehatan kerja dibandingkan dengan keselamatan kerja. Hal tersebut disesuaikan
terhadap tugas dan fungsi dari Departemen Kesehatan.
Referensi:
1. Undang-undang RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Himpunan Peraturan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) RI Versi
01. Diterbitkan oleh PortalK3.com tahun 2015