Anda di halaman 1dari 23

NAMA : TANIA FEBRIA AZIZAH

NIM : G1B118042

SOAL MCQ K3

1. Jelaskan mengenai aspek legal dan etik keselamatan dan kesehatan kerja
2. Jelaskan mengenai tipe tipe kecelakaan kerja
3. Jelaskan penyebab kecelakaan kerja , pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja
4. Berikan satu contoh kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia( tukiskan sumber berita)
dan analisis penyebab Noya, apa dampak kerugiaanya, dan analisis bagaimana
penanggulangannya

Jawaban:
1) aspek legal dan etik keselamtan dan kesehatan kerja

Hak-hak tenaga kerja , meliputi:


1. Tenaga kerja berhak untuk menerima upah yang merupakan pendapatan, terdiri dari upah
pokok dari tunjangan-tunjangan. Ketentuan pemberian upah didasarkan pada tingkat pendidikan,
keahlian, status pekerja, golongan serta masa kerja.
2. Tenaga kerja berhak untuk mendapat waktu istirahat (cuti) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
3. Tenaga kerja berhak untuk diikutser-takan dalam program Jamsostek
4. Tenaga kerja berhak untuk mendapat-kan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.

Kewajiban tenaga kerja


Abadi , meliputi :
1. Setiap tenaga kerja harus melakukan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya.
2. Setiap tenaga kerja harus taat dan tun-duk pada peraturan tata tertib perusahaan dan taat
kepada perintah atasan dan petunjuk-petunjuk serta pedoman yang diberikan atau dikeluarkan
oleh perusahaan yang tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
3. Setiap tenaga kerja harus menggunakanmesin-mesin dengan sebaik-baiknya dan selalu
merawat mesin-mesin tersebut agar tidak cepat rusak.
4. Setiap tenaga kerja dalam menggunakan bahan produksi hanya untuk keperluan
perusahaan saja
5. Setiap tenaga kerja diwajibkan untuk masuk dan pulang kerja tepat waktu.Kewajiban pengurus
sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 14 Undang-Undang ini juga sudah dilaksanakan dan
diterapkan di lingkungan kerja.

ASPEK HUKUM 
Upaya pemenuhan dan perlindungan hak K3 yang dilakukan oleh Pemerintah dengan
mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan, antara lain 3 (tiga) undang-undang, 3
(tiga) Peraturan Pemerintah, 26 (dua puluh enam) Peraturan Menteri Tenaga Kerja, 11 (sebelas)
Keputusan Menteri Tenaga Kerja, 1 (satu) Instruksi Menteri Tenaga Kerja dan 3 (tiga) Surat
Edaran dan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan.

Berikut daftar sejumah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan K3


Undang-Undang K3

1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

3. Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Peraturan Pemerintah terkait K3

1. Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran,


Penyimpanan dan Peredaran Pestisida.

2. peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan


Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan.

3. Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 1979 tentang keselamatan Kerja Pada Pemurnian


dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.

Peraturan Menteri terkait K3

1. Permenakertranskop RI No 1 Tahun 1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi


Dokter Perusahaan.

2. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja


dalam Pengangkutan dan Penebangan Kayu.

3. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978 tentang Penunjukan dan Wewenang Serta


Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli
Keselamatan Kerja.

4. Permenakertrans RI No 1 Tahun 19879 tentang Kewajiban Latihan Hygienen


Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga Paramedis Perusahaan.

5. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja pada Konstruksi


Bangunan.

6. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja


Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

7. Permenakertrans RI No 4 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan


Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.

8. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat


Kerja.

9. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1982 tentang Bejana Tekan.

10. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1982 tentang Kualifikasi Juru Las.

11. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.

12. Permenaker RI No 2 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis.

13. Permenaker RI No 3 Tahun 1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pemakaian Asbes.
14. Permenaker RI No 4 Tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi.

15. Permenaker RI No 5 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.

16. Permenaker RI No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

17. Permenaker RI No 1 Tahun 1988 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat Operator


Pesawat Uap.

18. Permenaker RI No 1 Tahun 1989 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat Operator Keran
Angkat.

19. Permenaker RI No 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi-instalasi Penyalur


Petir.

20. Permenaker RI No 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan
Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

21. Permenaker RI No 4 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.

22. Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja.

23. Permenaker RI No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan


Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar
Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

24. Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan
Kecelakaan.

25. Permenaker RI No 4 Tahun 1998 tentang Pengangkatan, Pemberhentian dan tata Kerja
Dokter Penasehat.

26. Permenaker RI No 3 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan


Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang.

Keputusan Menteri terkait K3

1. Kepmenaker RI No 155 Tahun 1984 tentang Penyempurnaan keputusan Menteri


Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep 125/MEN/82 Tentang Pembentukan,
Susunan dan Tata Kerja Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Dewan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

2. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum RI No 174
Tahun 1986 No 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Tempat Kegiatan Konstruksi.

3. Kepmenaker RI No 1135 Tahun 1987 tentang Bendera keselamatan dan Kesehatan


Kerja.

4. Kepmenaker RI No 333 Tahun 1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat
Kerja.

5. Kepmenaker RI No 245 Tahun 1990 tentang Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional.

6. Kepmenaker RI No 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di


Tempat Kerja.

7. Kepmenaker RI No 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di


Tempat Kerja.

8. Kepmenaker RI No 197 Thun 1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya.

9. Kepmenakertrans RI No 75 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Standar Nasional


Indonesia (SNI) No SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik
2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja.

10. Kepmenakertrans RI No 235 Tahun 2003 tentang Jenis-jenis Pekerjaan yang


Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak.

11. Kepmenakertrnas RI No 68 Tahun 2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan


HIV/AIDS di Tempat Kerja.

Instruksi Menteri terkait K3

1. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No 11 Tahun 1997 tentang Pengawasan Khusus K3


Penanggulangan Kebakaran.

Surat Edaran dan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan terkait K3
1. Surat keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja RI No 84 Tahun 1998 tentang Cara
Pengisian Formulir Laporan dan Analisis Statistik Kecelakaan.

2. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan


Ketenagakerjaan No 407 Tahun 1999 tentang Persyaratan, Penunjukan, Hak dan
Kewajiban Teknisi Lift.

3. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan


Ketenagakerjaan No 311 Tahun 2002 tentang Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Teknisi Listrik.

2) Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja/tipe tipe kecelakaan kerja


Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis kecelakaan kerja, terdiri atas:

1. Berdasarkan Jenis Kecelakaan


Berdasarkan jenisnya, kecelakaan dapat dikategorikan sebagai berikut:

 Terjatuh
 Tertimpa benda jatuh
 Tertumbuk atau terkena benda, terkecuali benda jatuh
 Terjepit oleh benda
 Gerakan yang melebihi kemampuan
 Pengaruh suhu tinggi
 Terkena arus listrik
 Kontak dengan bahan berbahaya atau radiasi
 Jenis lain termasuk kecelakaan yang datanya tidak cukup atau kecelakaan lain yang
belum masuk klasifikasi tersebut.
2. Berdasarkan Penyebabnya
Terdiri atas:

a. Mesin
Mesin yang dapat menjadi penyebab kecelakaan, diantaranya: (1) Pembangkit tenaga
terkecuali motor listrik, (2) Mesin penyalur (transmisi), (3) Mesin-mesin untuk
mengerjakan logam, (4) Mesin pengolah kayu atau penggergaji kayu, (5) Mesin
pertanian, (6) Mesin pertambangan, (7) Mesin lain yang tak terkelompokkan.

b. Alat angkutan dan peralatan terkelompokkan


Klasifikasi ini terdiri dari: (1) Mesin pengangkat dan peralatannya, (2) Alat angkutan
yang menggunakan rel, (3) Alat angkutan lain yang beroda, (4) Alat angkutan udara, (5)
Alat angkutan air, (6) Alat angkutan lain.

c. Peralatan lain
Penyebab kecelakaan kerja oleh peralatan lain diklasifikasikan menjadi : (1) Alat
bertekanan tinggi, (2) Tanur, tungku dan kilang, (3) Alat instalasi pendingin, (4)
Instalasi listrik, termasuk motor listrik tetapi dikecualikan alat listrik (tangan), (5)
Perkakas tangan bertenaga listrik, (6) Perkakas, instrumen dan peralatan, diluar
peralatan tangan bertenaga listrik, (7) Tangga, tangga berjalan, (8) Perancah
(Scaffolding), (9) Peralatan lain yang tidak terklasifikasikan.

d. Material, Bahan-bahan dan radiasi


Material, Bahan-bahan dan radiasi yang dapat menjadi penyebab kecelakaan
diklasifikasikan menjadi: (1) Bahan peledak, (2) Debu, gas, cairan, dan zat kimia,
diluar peledak , (3) Kepingan terbang, (4) Radiasi, (5) Material dan bahan lainnya
yang tak terkelompokkan.

e. Lingkungan kerja
Faktor dari Lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan diantaranya
berupa: (1) Di luar bangunan, (2) Di dalam bangunan, (3) Di bawah tanah.
f. Perantara lain yang tidak terkelompakkan
Penyebab kecelakaan berdasarkan perantara lain yang tidak terkelompokkan terbagi
atas: (1) Hewan, (2) Penyebab lain.

g. Perantara yang tidak terklasifikan karena kurangnya data


Kurangnya data penunjang dari penyebab kecelakaan, dapat diklasifikasikan tersendiri
dalam satu kelompok.

3. Berdasarkan Sifat Luka


Menurut sifat luka atau kelainan, kecelakaan dapat dikelompokkan menjadi:

1. Patah tulang
2. Dislokasi atau keseleo
3. Regang otot atau urat
4. Memar dan luka yang lain
5. Amputasi
6. Luka lain-lain
7. Luka di permukaan
8. Gegar dan remuk
9. Luka bakar
10. Keracunan-keracunan mendadak
11. Akibat cuaca dan lain-lain
12. Mati lemas
13. Pengaruh arus listrik
14. Pengaruh radiasi
15. Luka yang banyak dan berlainan sifatnya.
4. Berdasarkan Letak Kelainan
Berdasarkan letak kelainannya, jenis kecelakaan dapat dikelompokkan pada: (1) Kepala, (2)
Leher, (3) Badan, (4) Anggota atas, (5) Anggota bawah, (6) Banyak tempat, (7) Kelainan umum,
(8) Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut.

Sedangkan menurut Bennet NB. Silalahi (1995:156) dalam analisa sejumlah kecelakaan,
kecelakaan-kecelakaan tersebut dapat dikelompokkan kedalam pembagian kelompok yang jenis
dan macam kelompoknya ditentukan sesuai dengan kebutuhannya.

5. Berdasarkan Tingkat Keparahannya


Dalam Mijin Politie Reglement Sb 1930 No. 341 kecelakaan dibagi menjadi 3 tingkat keparahan,
yakni mati, berat dan ringan. Dalam PP 11/1979 keparahan dibagi dalam 4 tingkat yakni mati,
berat, sedang dan ringan.

6. Berdasarkan Lokasi
Dalam pertambangan minyak dan gas bumi, ditentukan kelompok daerah kerja : seismik,
pemboran, produksi, pengolahan, pengangkutan, dan pemasaran.
dan perencanaan K3 pada kasus yang diambil.

Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja


Jenis-jenis kecelakaan kerja dapat digolongkan dalam lima kelompok besar, yaitu:

a. Kecelakaan karena alat pengangkutan dan lalu lintas


Penyebab Kecelakaan kerja ini pada umumnya disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

1. Penempatan alat dan material yang tidak teratur, kurang baik dan tidak pada tempatnya.
2. Kurangnya disiplin pekerja pengangkutan.
3. Kurangnya keahlian pekerja pengangkutan.
4. Kurangnya pengamanan dalam pengangkutan dan lalulintas.
5. Kesalahan cara pengangkutan material/barang.
6. Kelebihan beban/muatan dalam pengangkutan.
7. Kurang lengkapnya rambu dantanda lalu lintas serta pengaman lainnya.
b. Kecelakaan karena kejatuhan benda
Penyebab kecelakaan kerja ini adalah sebagai berikut :

1. Kesalahan dalam membuang benda dari tempat yang tinggi.


2. Penyimpanan/peletakan benda atau peralatan yang tidak pada tempatnya
3. Memasang material/peralatan yang kurang baik dan tidak pada tempatnya.
4. Tidak adanya pengamanan terhadap benda/peralatan yang jatuh.
5. Kesalahan dalam mengangkat material/peralatan ke tempat yang tinggi.
6. Mengangkat material/peralatan dengan muatan berlebihan.
7. Pekerja tidak mengenakan topi pelindung/safety helmet.
c. Kecelakaan karena tergelincir, terpukul, terkena benda tajam/ keras.
Kecelakaan kerja karena tergelincir, terpukul, terkena benda tajam/kerasumumnya sering terjadi.
Kecelakaan ini disebabkankarena:

1. Pada umumnya kecelakaan tergelincir dan terpeleset disebabkan oleh jalan yang licin
dan gelap, berdiri tidak pada tempatnya atau cara kerja yang salah.
2. Kecelakaan kerja karena terpukul disebabkan oleh cara kerja yang salah atau lalai.
d. Kecelakaan karena jatuh dari ketinggian
Kecelakaan ini bisa berakibat fatal, seperti cacat berat maupun meninggal dunia.Oleh karena itu
pengawas dan pekerja harus waspada, teliti dan hati-hati padapekerjaan dengan potensi jatuh dari
tempat tinggi. Kecelakaan terjatuh dari tempat tinggi dapat terjadi pada pekerja untuk pekerjaan
sebagai berikut :

1. Pekerjaan atap, plafon dan akustik.


2. Pekerjaan dinding dan kulit luar dengan menggunakan scaffolding atau gondola.
3. Pekerjaan instalasi listrik, telepon, data, AC dan plumbing.
4. Kecelakaan karena aliran listrik, kebakaran dan ledakan.
Kecelakaan ini juga bisa berakibat fatal yang dapat menyebabkan kematian. Kecelakaan
ini dapat terjadi pada pekerja karena :
1) Kecelakaan karena aliran listrik terjadi karena adanya kabel listrik yang rusak dan
mengenai anggota tubuh pekerja.
2) Kecelakaan karena aliran listrik terjadi karena adanya kelalaian pekerja, tidak
mengamankan aliran listrik.
3) Kecelakaan karena kebakaran terjadi karena kepanikan dan tidak berfungsinya
peralatan pendeteksian awal terhadap api atau asap dan tidak berfungsinya peralatan
pemadam kebakaran seperti sprinkler, APAR atau hydrant.
Kecelakaan karena ledakan terjadi karena kurang pengamanan terhadap
bahan/material/peralatan yang mudah dan dapat meledak

Klasifikasi kecelakaan disesuaikan dengan panduan dari ILO dan dalam Permenaker
No.03/MEN/1998 tentang Pelaporan dan Penyelidikan Kecelakaan. Ada 11 tipe kecelakaan kerja
yaitu ;

1. StruckAgainst
Tipe kecelakaan ini melibatkan kejadian dimana seorang pekerja bergerak dan membentur suatu
benda baik diam atau bergerak. Energi benturan datangnya dari pihak korban. Misal : pekerja
membentur pipa, bagian mesin yang menjorok keluar, bagian yang tajam, dll.

2. Struck By
Tipe kecelakaan ini melibatkan sesuatu (misal; forklift, truk, bagian mesin bergerak) yang
bergerak dan dengan tenaganya menabrak/membentur korban. Energi berasal dari bendanya atau
dari hasil perbuatan korban.

3. ContactWith
Tipe kecelakaan jenis ini melibatkan adanya agen (bisa beruba bahan kimia, uap panas, api,
cairan panas) yang bergerak ke arah korban.
4. Contact By
Tipe kecelakaan ini berbanding terbalik dengan contactwith, dimana pada kecelakaan ini korban
bergerak menuju dimana ada agen yang berbahaya

5. Caught In
Tipe kecelakaan ini terjadi bila seseorang atau salah satu anggota tubuhnya terperangkap/terjepit
pada sebuah bukaan/enclosure.

6. Caught On
Tipe kecelakaan ini melibatkan pakaian korban terperangkat pada bagian mesin/alat yang
bergerak. Akibatnya korban akan tertarik dan mengalami cidera akibat kontak dengan mesin/alat.

7. CaughtBetween
Tipe kecelakaan ini melibatkan anggota tubuh korban terjepit antara benda bergerak dan benda
yang diam atau diantara dua benda bergerak.

8. FallSame Level
Tipe kecelakaan yang berupa akibat kaki terantuk benda dan korban jatuh pada lantai yang sama
levelnya. Bisa pula korban tergelicir akibat menginjak cairan licin di lantai dan jatuh pada lantai
yang sama.

9. FalltoBelow
Tipe kecelakaan dimana korban bekerja di ketinggian dan jatuh ke permukaan tanah.

10. Overexertion
Tipe kecelakaan yang melibatkan cidera akibat korban melakukan kegiatan mengangkat,
menarik, dan mendorong. Korban pada tipe kecelakaan ini juga cidera akibat posisi tubuh yang
tidak normal saat melakukan kegiatan tersebut atau pekerjaan berulang-ulang dilakukan korban.

11. Exposure
Tipe kecelakaan kerja ini melibatkan korban terpapar dengan kondisi lingkungan kerja misalnya
suhu, kebisingan, gas, dll.

3) Penyebab terjadinya kecelakaan kerja, pencegahan dan penanggulangan


kecelakaan kerja

1. Penyebab kecelakaan kerja


a. Faktor teknis
Pemakaian Peralatan Kerja
a)  Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b)  Penggunaan mesin dan alat elektronik tanpa pengaman yang baik.
Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
a)  Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang
diperhitungkan keamanannya.
b)  Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c)  Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
Pengaturan Udara
a)  Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik.
b)  Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
Pengaturan Penerangan
a)  Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b)  Ruang kerja yang kurang cahaya.
b. Faktor non-teknis
Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a)  Kerusakan alat indera dan stamina pegawai yang tidak stabil.
b)  Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berpikir
dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang
ceroboh dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas
kerja yang membawa resiko bahaya.
Tindakan-tindakan yang tidak aman yang dilakukan karyawan :
a. Membuang bahan-bahan
b. Beroperasi atau bekerja dengan kecepatan yang tidak aman.
c. Membuat peralatan keamanan tidak beroperasi dengan baik.
d. Menggunakan peralatan yang tidak aman.
e. Menggunakan prosedur yang tidak aman.
f. Mengambil posisi tidak aman.
g. Mengangkat secara tidak tepat.
h. Pikiran kacau, gangguan, penyalahgunaan, kaget, berselisih, dan permainan
kasar.
c. Faktor Alam
a.Cuaca yang tidak menentu
b.Lokasi kerja ditempat berbahaya
c.kurangnya pengawasan tentang kondisi alam disekitar area kerja
d.Medan area kerja tersebut seperti pertambangan dll.

2. Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Kerja

Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban
kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (organisasi). Upaya pencegahan
kecelakaan kerja diperlukan untuk menghindari kerugian-kerugian juga untuk
meningkatkan kinerja keselamatan kerja di tempat kerja.Berdasarkan teori domino
effect penyebab kecelakaan kerja H.W. Heinrich, maka terdapat berbagai upaya untuk
mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja, antara lain :
1.Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya Di Tempat Kerja :
a. Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman
b. Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman
2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan :
a. Pelatihan dan Pendidikan
b. Konseling dan Konsultasi
c. Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi
3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen :
a. Prosedur dan Aturan
b. Penyediaan Sarana dan Prasarana
c. Penghargaan dan Sanksi

3. Penanggulangan Kecelakaan
Di dunia kerja, pasti tidak luput dari kecelakaan atau kesalahan yang dapat
menyebabkan kecelakaan.Kecelakaan dapat dicegah atau dihindari dengan cara-cara
sebagai berikut.
1. melakukan peraturan perundangan dengan penuh disiplin.
2. menerapkan standarisasi kerja yang telah digunakan secara resmi.
3. melakukan pengawasan dengan baik.
4. memasang tanda-tanda peringatan.
5. melakukan pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat.

Adapun penanggulangan kecelakaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.


1. Penanggulangan kebakaran
•jangan membuang puntung rokok yang masih menyala di tempat yang
mengandung bahan yang mudah terbakar.
•hindarkan sumber-sumber menyala di tempat terbuka.
•hindari awan debu yang mudah meledak.
2. Penanggulangan kebakaran akibat installasi listrik dan petir
•buat installasi listrik dengan aturan yang berlaku.
•gunakan kabel yang berstandar keamanan baik.
•ganti kabel yang telah usang atau cacat pada installasi atau peralatan listrik lain.
•hindari percabangan sambungan antar rumah.
•gunakan installasi penyalur petir sesuai standar.
3. Penanggulangan kecelakaan di dalam lift
•pasang rambu-rambu dan petunjuk yang mudah dibaca oleh pengguna jika
terjadi keadaan darurat.
•jangan memberi muatan lift melebihi kapasitas.
•jangan membawa sumber api terbuka di dalam lift.
•jangan merokok dan membuang puntung rokok di dalam lift.
•jika terjadi pemutusan arus listrik, maka lift akan berhenti di lantai terdekat dan
pintu lift segera terbuka. Sesaat setelah berhenti, segera keluar dari lift dengan
hati-hati.
4. Penanggulangan kecelakaan terhadap zat-zat berbahaya
•pemasangan label dan tanda peringatan.
•pengolahan, pengangkutan, dan penyimpanan harus sesuai dengan ketentuan dan
aturan yang ada.
•simpanlah bahan-bahan berbahaya di tempat yang memenuhi syarat keamanan
bagi penyimpanan bahan tersebut.

4). Contoh kasus kecelakaan kerja yang ada di Indonesia, analisis penyebabnya,
dampak kerugiannya, dan analisis bagaimana penanggulangannya!

Kecelakaan Kerja Pada Karyawan di Mesin Dinamo Pabrik


(sumber : www.cilacapmedia.com)

Musibah bermula sebelumnya sekitar pukul 07.40 saat akan dilakukan penggantian jam
kerja, korban mengambil sampel lateks dibagian produksi. Namun sebelum mengambil sampel
korban memutar arah jalan dari tempat yang dituju sehingga melintas dari bagian mesin yang
bukan area lintasan. Saat melewati salah satu mesin, tiba-tiba ujung jilbab korban yang terjuntai
kebawah tersangkut puli dinamo sehingga tergulung akibat jilbab tergulung akhirnya leher
korban tercekik ditempat kejadian perkara dalam keadaan sepi karena seluruh karyawan bersiap-
siap untuk pulang kerja untuk penggantian jam kerja sekitar pukul 08.00.

            Akibatnya tidak ada yang melihat korban sehingga tidak ada yang menolong dan
mengakibatkan korban meninggal dunia.

ANALISA :
TAHAPAN PENYEBAB

 a. Penyebab Umum

Jilbab korban yang terjuntai ke bawah tersangkut pada puli dinamo yang sedang berputar

     b. Penyebab Terperinci

Kelalaian korban dalam mengambil arah jalan yang bukan areal lintasan dan dalam memilih
penggunaan pakaian kerja.

   c. Penyebab Pokok

-Kebijakan pabrik Perusahaan

-Kurang memberikan pelatihan dan perhatian kepada pegawai mengenai keselamatan kerja agar
tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan yang beresiko tinggi.

-Kurangnya komunikasi yang baik antar pegawai

-kurangnya kepekaan pegawai terhadap lingkungannya tempat bekerja

ANALISA :

CARA PENANGGULANGAN PADA KASUS

 a. memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatati dan kesehatan kerja yang diperlukan
pekerja guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi mencegah
terjadinya kecelakaan yang sama.

 b selama melakukan proses pekerjaaan yang berbahaya, seperti pembersihan mesin,


penambahan minyak, pemeriksaan, perbaikan, pengaturan, mesin harus berhenti beroperasi.
Untuk mencegah orang lain menghidupkan mesin, maka mesin harus dikunci atau diberi tanda
peringatan, perusahaan harus memasang tutup pengaman atau peralatan pembatas.

 c.Operator mesin ataupun alat produksi lainnya sebailrnya diberi peringatan setiap sesudah dan
sebelumnya mengoperasikan apakah ada petugas yang masih disana ataupun tidak. sebaiknya
operator mesin dilatih agar tetap siaga dan tanggap dengan tanggung jawabnya.
 d. Seluruh tugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerjaa harus bertanggung jawab
menjalankan penanggulangan kecelakaan, rencanaa penanganan darurat, serta melakukan
bimbingan pelaksanaan setiap bagian.

 e.  Komunikasi antar pegawai hams selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu
sama lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan yang terjadi.

DAMPAK/KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN KERJA TERSEBUT

1. Bagi Karyawan 

Karyawan terang jadi unsur yang rasakan segera akibatnya karena kecelakaan kerja.
Serendah apa pun level kecelakaan kerja yang terjadi, tentu hal semacam itu dapat
mempengaruhi negatif pada karyawan. Terlebih bila kecelakaan yang terjadi termasuk
kelompok berat, maka akan semakin kronis efeknya untuk karyawan.

Beberapa akibat yang dirasa oleh pegawai yang alami kecelakaan kerja:

 Kematian bila memang kecelakaan yang terjadi masuk kelompok super berat
Pekerjaan dengan resiko tinggi tidak hanya membahayakan karyawan yang bekerja pada
perusahan tersebut secara fisik, lebih jauh lagi dapat merenggut nyawa karyawan yang
bersangkutan

2. Bagi keluarga karyawan

Keluarga karyawan pun jadi pihak yang terserang efek segera dari terjadinya kecelakaan
kerja. Terang semua keluarga ingin agar hal semacam ini tidak sampai terjadi. Terlebih
bila anggota keluarga ini jadi hanya satu tulang punggung keluarga. Efek ekonomi akan
segera dirasa keluarga itu.

Bila sampai terjadi kecelakaan, maka akibat yang perlu dijamin keluarga karyawan, salah
satunya mencakup :

 Rasa sedih yang mendalam karena kecelakaan yang menimpa anggota keluarga
 Berkurangnya pendapatan yang didapat keluarga
 Turunnya standard hidup keluarga
 Punya potensi menyebabkan terjadinya keretakan rumah tangga dan bikin suasana yg
tidak serasi.

3. Bagi Perusahaan

Perusahaan pun turut merasakan dampak dari terjadinya kecelakaan kerja. Walau
mungkin perusahaan dapat mencari karyawan pengganti, namun tetap harus efek
kecelakaan kerja itu harus dirasa lebih dahulu.

Beberapa akibat yang dirasa perusahaan bila terjadi kecelakaan kerja, di antaranya

 Turunnya produktivitas perusahaan atau jadi lambatnya produksi


 Perusahaan harus keluarkan biaya penyembuhan untuk karyawan
 Perusahaan harus juga keluarkan ubah rugi
 Bila kecelakaan kerja termasuk berat, dapat menyebabkan rusaknya perlengkapan atau
bangunan yang disebut aset perusahaan. Terang, perusahaan harus memikul biaya
perbaikannya.
 Kecelakaan kerja itu juga mungkin bikin rusaknya product dan bahan-bahan
 Ada gaji yang perlu dibayarkan perusahaan selama karyawan belum dapat bekerja lagi.
 Punya potensi menyebabkan turunnya kekuatan karyawan setelah kembali dapat bekerja.
Dapat karena keadaan fisik yg tidak senormal sebelumnya ataupun turunnya semagat
kerja karyawan. Dengan kata lain, hal semacam ini berpengaruh pada produktivitas
pabrik.
 Bila ingin merekrut pekerja atau karyawan baru, perusahaan pun perlu keluarkan biaya
lagi. Baik untuk biaya rekrutmen ataupun biaya untuk melatih pekerja baru. 
4. Bagi Masyarakat

Otomatis, masyarakat juga turut terserang efek negatif dari kecelakaan kerja. Walaupun
kecelakaan yang terjadi dalam taraf kecil, namun sedikit banyak orang-orang turut
rasakan pengaruhnya.

Akibat yang dirasa orang-orang itu dapat berbentuk :

 Munculnya korban jiwa/cacat/cidera yang nanti dengan cara segera dapat mempengaruhi
pada orang-orang tempat korban tinggal.
 Karena produktivitas perusahaan yang terhambatnya, maka keperluan orang-orang akan
product dari perusahaan itu juga turut terhalang. 
 Mengingat demikian banyak akibat yang dirasa kecelakaan kerja ini, maka harus untuk
kita semua untuk menghindarnya. Agar jangan pernah kecelakaan ini terjadi. Setiap pihak
dapat berperan untuk mewujudkannya, sesuai perannya semasing.
 Untuk karyawan agar selalu waspada dan ikuti ketentuan dan SOP saat bekerja
 Keluarga karyawan pun harus selalu untuk mengingatkan anggota keluarga agar selalu
siaga saat bekerja.
 Perusahaan bertindak besar menghindar terjadinya kecelakaan kerja itu melalui
ketentuan, tata terbit dan standard operational procedure yang dikeluarkannya.
Pembuatan lingkungan kerja yang ideal dapat juga menghindar terjadinya kecelakaan.
Menyediakan alat pelindung diri bagi pekerja seperti baju keselamatan, helm
keselamatan, sepatu safety, kacamata safety dll.
 Masyarakat dapat juga turut dan bertindak dalam terwujudnya keselamatan kerja dengan
membuat suatu budaya yang taat pada ketentuan. Hingga rutinitas ini pun akan terbawa
oleh anggota orang-orang ke lingkungan kerja.
PERENCANAAN K3 PADA KASUS

Ada 3 perencanaan pada kasus yaitu:


1. Identifikasi bahaya
Pada kasus sudah dikatakan bahaya karena menyebabkan kematan atau tewas pada
karyawan puli dynamo tersebut
2. Penilaian resiko
Pada kasus sangat berisiko karena ujung jilbab korban tersangkut di puli dynamo
sehingga tergulung akibat jilbabnya tergulung akhirnya leher korban tercekik dan
akhirnya meninggal dunia
3. Penentuan pengenalian
Pada kasus karyawan tidak bisa mengendalikan dirinya dari kecelakaan kerja pada mesin
dinamo

PENCEGAHAN YANG EFEKTIF

Di abad ke-21 ini semua bangsa tidak dapat lepas dari proses industrialisasi. Indikator
keberhasilan dunia industri sangat bergantung pada kualitas tenaga kerja yang produktif, sehat
dan berkualitas. Kita ambil contoh industri bidang konstruksi, yang merupakan kegiatan di
lapangan, memiliki fenomena kompleks yang menyangkut perilaku dan manajemen keselamatan.
Di dalam industri konstruksi terjadinya kecelakaan berat lima kali lipat dibandingkan industri
berbasis manufaktur.
Pekerjaan dan pemeliharaan konstruksi mempunyai sifat bahaya secara alamiah. Oleh sebab itu
masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama program keselamatan dan kesehatan. Di
sebagian besar negara , keselamatan di tempat kerja masih memprihatinkan. Seperti di
Indonesia, rata-rata pekerja usia produktif (15 – 45 tahun) meninggal akibat kecelakaan kerja.
Kenyataanya standard keselamatan kerja di Indonesia paling buruk dibandingkan dengan
negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.

Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat
dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan
penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan
tidak langsung.

Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang tidak
aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%).
Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya
pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya
mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi.
Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk merencanakan,
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan beban kerja serta faktor-
faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang
disebut roda keseimbangan dinamis.

Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para buruh
tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu:
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah calon
pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor
penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja
3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh secara
kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.
4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum
mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.
5. Penggunaan pakaian pelindung
6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses pencampuran
bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising.
7. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan dialirkan
keluar.
8. Substitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak
berbahaya sama sekali.
9. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja sesuai dengan
kebutuhan.
Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumberdaya dalam lingkungan kerja konstruksi harus
dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi. Keinginan untuk
mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi keselamatan kerja, seperti
memastikan bahwa para pekerja dalam kondisi kerja aman.

Anda mungkin juga menyukai