Anda di halaman 1dari 5
Nomor Sifat Lampiran Perihal PEMERINTAH KOTA BLITAR DINAS PENDIDIKAN JI. A. Yani Nomor 100 Telp. (0342) 801525, FAX. (0342) 808832 Kode Pos 66137 Website : htto://dispendik. bitarkota.ao.id e-mail: disnendix@blitarkota.oo.id Blitar, 13 Februari 2024 420/ 2.49 1410.101.2/2024 Kepada Penting Yth. Sdr. 1. Kepala UPT Satuan 1 (satu) berkas Pendidikan, SD, SMP Pelaksanaan Upacara Negeri se-Kota Bitar; Peringatan Hari Cinta 2. Kepala, SD, SMP Swasta Tanah Air Tahun 2024 se-Kota Bitar. Dalam rangka memperingati Hari Cinta Tanah Air Tahun 2024, serta meningkatkan rasa nasionalisme pada peserta didik sebagai bentuk implementasi Profil Pelajar Pancasila, maka mohon bantuan Saudara untuk melaksanakan Upacara Peringatan Hari Cinta Tanah Air pada: Hari : Jumat Tanggal 216 Februari 2024 Pukul : 07.00 WIB s.d selesai Tempat : Satuan Pendidikan masing-masing Pakaian + Siswa-siswi memakai Pakaian Kepahlawanan - Bapak-Ibu Guru atasan kaos putih, bawahan berwara hijau, memakai ikat kepala merah putih, untuk yang berjilbab warna jilbab krem. Adapun tata upacara dan naskah pembacaan sejarah Hari Cinta Tanah Air sebagaimana terlampir. Demikian atas perhatiannya disampaikan terima kasih. Lampiran1 : Surat Pit. Kepala Dinas Pendidikan Kota Bitar Nomor 420/ 349 /410.101.2/2024 Tanggal =: © 13 Februari 2024 TATA UPACARA HARI CINTA TANAH AIR KE-2 TAHUN 2024 4. Acara Persiapan a. Bendera Merah Putih sudah berkibar b. Persiapan Pasukan, masing-masing pemimpin pasukan menyiapkan pasukannya 2. Acara Pendahuluan a. Komandan Upacara, memasuki lapangan upacara b. Pembina Upacara memasuki lapangan Upacara 3. Acara Pokok : . Penghormatan kepada Pembina Upacara . Laporan Komandan Upacara Lagu Kebangsaan Indonesia Raya Pembacaan Sejarah Hari Cinta Tanah Air .. Mengheningkan Cipta dipimpin oleh Pembina Upacara Pembacaan Teks Pancasila oleh Pembina Upacara ditirukan seluruh peserta Upacara g. Pembacaan Teks Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 h, Amanah Pembina Upacara. means ep i. Pembacaan Do'a j. Laporan Komandan Upacara kepada Pembina Upacara k. Penghormatan pasukan kepada Pembina Upacara 4, Acara Penutupan a. Pembina Upacara meninggalkan lapangan upacara b. Komandan Upacara membubarkan pasukan upacara, Lampiran 2 Surat Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kota Blitar Nomor 420/349/410.101.2/2024 Tanggal 13 Februari 2024 SEJARAH SINGKAT PEMBERONTAKAN PETA BLITAR DAN LAHIRNYA HARI CINTA TANAH AIR Pemberontakan PETA di Blitar adalah sebuah peristiwa pemberontakan yang dilakukan oleh Daidan atau Batalyon PETA di Blitar Jawa Timur, pada tanggal 14 Februari 1945. Pemberontakan ini dipimpin oleh Shodancho Soeprijadi terhadap Pasukan Jepang. Perlawanan dan perjuangan Shodancho Soeprijadi dan kawan- kawan Pasukan PETA Blitar tersebut, dilatarbelakangi oleh rasa keprihatinan dari para pemuda melihat kesengsaraan rakyat Indonesia akibat pendudukan Tentara Jepang, dimana Bangsa Jepang pada awalnya datang dengan mencari simpati rakyat Indonesia dengan memberi janji kemerdekaan, justru melakukan pemerintahan yang kejam dan sangat menyengsarakan rakyat pribumi. Peristiwa heroik tersebut secara nyata dapat menunjukkan rasa kecintaan kepada bangsa dan semangat yang berkobar-kobar dari para pemuda Blitar sebagai anak bangsa, yang terpanggil untuk membela dan memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan kebebasan penderitaan rakyat dari penindasan para penjajah. Tekad Shodhanco Soeprijadi dan kawan-kawan begitu kuat untuk melakukan perlawanan guna merebut kemerdekaan Indonesia dari Bumi Blitar, yang ditunjukkan dengan keberanian dari Shodhanco Parto Hardjono, yang berhasil menurunkan Bendera Jepang Hinomaru dan menggantinya dengan Bendera Merah Putih yang berhasil dikibarkan di tiang Lapangan Militer Daidan Blitar. Meskipun Bendera Merah Putih tersebut hanya berkibar selama 6 jam, namun keberanian dari para pemuda Blitar untuk melakukan perlawanan kepada Penjajah Jepang menjadi pemicu dan pemacu semangat bagi para pemuda, pejuang dan rakyat Indonesia untuk melakukan perlawanan kepada penjajah dan perjuangan untuk meraih kemerdekaan Indonesia, sehingga sampai terwujudnya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno dan Mohammad Hatta di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. Kebesaran perjuangan Shodancho Soeprijadi beserta Pasukan PETA di Blitar sangat disegani dan dihargai oleh Presiden Soekarno beserta Pemerintahan Indonesia, hal ini ditunjukkan dengan diangkatnya Soeprijadi sebagai Menteri Keamanan Rakyat pada Tanggal 6 Oktober 1945 oleh Presiden Soekamo, meskipun 14 hari berikutnya jabatan tersebut digantikan oleh Imam Muhammad Suliyoadikusumo sebagai Menteri ad interim pada Tanggal 20 Oktober 1945, dikarenakan Soeprijadi tidak kunjung datang ke Jakarta untuk dilantik. Penghargaan Pemerintahan Indonesia terhadap perjuangan Soeprijadi terus berlanjut dengan dibangunkannya Monumen yang berbentuk Tugu Potlot di Lapangan Daidan Blitar persis di lokasi tempat berkibarnya Bendera Merah Putih oleh Shodancho Parto Hardjono pada tanggal 14 Februari 1945, dan Monumen Pottot tersebut diresmikan oleh Panglima TNI Jenderal Soedirman pada tanggal 16 Juli 1946. Peresmian Monumen Potlot sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan oleh Pemerintah Indonesia, bahwa di tempat tersebut sebagai saksi untuk pertama kalinya Bendera Merah Putih berhasil dikibarkan pada masa Pemerintahan Jepang di Indonesia. Tidak salah apabila pemberontakan PETA Blitar dapat disejajarkan dengan peristiwa perang yang heroik dan monumental pada beberapa daerah lain di Indonesia seperti Peristiwa Bandung Lautan Api, Pertempuran (5) Lima Hari di Semarang, Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, Peristiwa Yogya Kembali dan lain sebagainya, dikala pasukan PETA juga merupakan salah satu unsur cikal bakal dari terbentuknya mulai dari BKR menjadi TKR dan berubah menjadi TRI serta TNI saat ini Dan pada tanggal 9 Agustus 1975 melalui SK Presiden Soeharto No. 063/TK/1975, Soeprijadi diangkat menjadi Pahlawan Nasional, penetapan Soeprijadi sebagai Pahlawan Nasional merupakan Penghargaan atas Jasa yang begitu besar bagi perjuangan Bangsa Indonesia Sebagai wujud penghormatan perjuangan PETA Blitar pada 15 Februari 1963 dibangunlah patung seorang prajurit PETA Daidan Blitar dalam posisi siap siaga. Monumen PETA Daidan Blitar itu menggambarkan seorang prajurit membawa sepucuk senapan dengan sangkur yang terhunus. Kemudian pada Tahun 1998, monumen itu dipugar Kembali menjadi sosok patung Shodancho Soeprijadi_sebagai pemimpin perjuangan Pasukan PETA Daidan Blitar yang diresmikan pada 14 Februari 1998 oleh Gubernur Jawa Timur M. Basofi Soedirman. Selanjutnya, diadakan renovasi dan pembangunan monument yang baru berupa tujuh patung pemimpin pasukan PETA Daidan Blitar yaitu: Cudanco dr. Ismangil; Bundancho Halir Mangkudijaya; Shodancho Suparjono ; Shodancho Soepriadi; Bundancho Soedarmo; Shodancho Moeradi; dan Bundancho Soenanto yang diresmikan oleh Guberur Jawa Timur Bapak Imam Utomo pada tanggal 13 Februari 2008. Bertitik tolak dari sejarah perjuangan bangsa di atas, dapat diambil nilai penting yaitu rasa kecintaan kepada tanah air Indonesia yang begitu besar dan mendalam. Rasa cinta tanah air adalah sebuah tekad, sikap dan tindakan warga negara untuk membela dan menjaga kedaulatan negara serta keselamatan Bangsa dan Negara Republik Indonesia. Mulai era tahun 1992 di area Monumen PETA, pada setiap tanggal 14 Februari selalu diselenggarakan pertunjukan drama kolosal pemberontakan PETA Blitar dan kegiatan-kegiatan lain untuk memperingati peristiwa tersebut. Dan pada Tahun 2023 Pemerintah Kota Blitar memandang perlu mengambil keputusan strategis yaitu dengan menetapkan tanggal 14 Februari sebagai Hari Cinta Tanah Air dengan Peraturan Walikota Blitar Nomor 10 Tahun 2023. Untuk menggelorakan Blitar sebagai Bumi Bung Karno serta guna menguatkan Kota Blitar sebagai dapurnya nasionalisme dan patriotisme Indonesia, maka sejak Tahun 2023 Pemerintah Kota Blitar memprakarsai Upacara Hari Cinta Tanah Air dan mewajibkan semua lembaga pemerintah/swasta dan sekolah se-Kota Blitar untuk mengadakan Upacara Bendera. Pemerintah Kota Blitar berharap semoga apa yang telah dilakukan di Kota Blitar dapat dijadikan referensi oleh Bapak Presiden Republik Indonesia agar tanggal 14 Februari ditetapkan sebagai Hari Cinta Tanah Air yang diberlakukan dan diterapkan untuk seluruh Indonesia. Penetapan ini dipandang sangat penting guna menguatkan dan menggelorakan rasa nasionalisme dan patriotisme bagi segenap elemen bangsa dalam menjaga keutuhan NKRI, dari berbagai ancaman disintegrasi bangsa dan ekses negatif globalisasi yang dapat memudarkan rasa cinta kepada tanah air. Sudah sepatutnya kita teladani dan teruskan perjuangan para pahlawan peta, karena hanya bangsa yang besar yang menghargai jasa para pahlawannya.

Anda mungkin juga menyukai