UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN
Jumlah Pasal : 70 Pasal
No Pengaturan Dimensi Variabel Indikator Analisis Rekomendasi 1 Judul - - - - Tetap
Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan termasuk Undang-Undang yang tidak diamanatkan secara tegas oleh UUD NRI Tahun 1945, namun k Mengatur lebih arena Kepariwisataan ini merupakan salah Ketepatan Jenis lanjut ketentuan satu pendukung pertumbuhan ekonomi Konsideran Peraturan UUD NRI TAHUN Terkait keuangan negara, merupakan sektor utama 2 Tetap Menimbang Perundang- 1945 yang tidak negara Undangan diamanatkan secara pembangunan ekonomi nasional dan juga tegas memanfaatkan SDA, maka bentuk Undang- Undang sudah tepat. Oleh karena pariwisata ini juga sebagai salah satu pendukung pertumbuhan ekonomi, maka di dalam konsideran mengingat perlu/bisa ditambahkan Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945. Dasar 3 Hukum - - - - Tetap Mengingat 4 Pasal 1 - - - - Tetap 5 Pasal 2 - - - - Tetap 6 Pasal 3 - - - - Tetap 7 Pasal 4 - - - - Tetap 8 Pasal 5 - - - - Tetap 9 Pasal 6 - - - - Tetap 10 Pasal 7 - - - - Tetap 11 Pasal 8 - - - - Tetap 12 Pasal 9 - - - - Tetap 13 Pasal 10 - - - - Tetap 14 Pasal 11 - - - - Tetap 15 Pasal 12 - - - - Tetap 16 Pasal 13 - - - - Tetap No Pengaturan Dimensi Variabel Indikator Analisis Rekomendasi
Pasal 14 ayat (1) huruf l Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan berpotensi disharmoni dengan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan; Pasal 19 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Jo. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang PWP3K dan Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah PP Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Dan Taman Wisata Alam. Pengaturan terkait wisata bahari diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan di Pasal 14, di mana wisata bahari disebutkan dengan istilah wisata tirta sebagai salah satu usaha pariwisata. Di dalam penjelasan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan bahwa yang dimaksud dengan “usaha wisata tirta” merupakan usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana Pengaturan serta jasa lainnya yang dikelola secara mengenai hal yang komersial di perairan laut, pantai, sungai, sama pada 2 (dua) danau, dan waduk. Pengaturan terkait wisata Disharmoni atau lebihperaturan 17 Pasal 14 Pengaturan Kewenangan setingkat,tetapi bahari juga diatur dalam Undang-Undang Ubah memberikan Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan kewenangan yang (Pasal 28) dengan istilah wisata bahari. berbeda Selain itu dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Jo Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang PWP3K Pasal 19 ayat (1) huruf e diatur pula wisata bahari sebagai salah satu kegiatan pemanfaatan wilayah pesisir. Dengan demikian terdapat potensi tumpang- tindih dalam hal kewenangan dan kelembagaan yang menangani wisata bahari No Pengaturan Dimensi Variabel Indikator Analisis Rekomendasi
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan Jo. Permenpar Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pendaftaran Usaha Pariwisata, berpotensi disharmoni dengan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang PWP3K Jo. Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2014 dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Dan Taman Wisata Alam. Adanya potensi disharmoni terkait perizinan di bidang industri wisata bahari. Pengaturan terkait wisata bahari juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang PWP3K Jo Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 . Di dalam Pasal 16 Undang- Undang PWP3K dikatakan bahwa setiap orang yang melakukan pemanfaatan ruang dari sebagaian perairan pesisir dan pemanfaatan sebagaian pulau pulau kecil secara menetap wajib memiliki izin lokasi. Demikian pula dalam Pasal 19 Undang- Undang PWP3K bahwa setiap orang yang melakukan pemanfaatan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau pulau kecil untuk kegiatan: a. produksi garam; b. biofarmakologi laut; c. bioteknologi laut; d. pemanfaatan air laut selain energi; e. wisata bahari; f. pemasangan pipa dan kabel bawah laut; dan/atau g. pengangkatan benda Pengaturan muatan kapal tenggelam, wajib memiliki Izin mengenai Pengelolaan. Dengan demikian setiap pelaku kewajiban yang usaha yang akan membuka industri wisata sama pada 2 (dua) Disharmoni bahari harus memiliki izin lokasi dan izin 18 Pasal 15 Kewajiban atau lebihperaturan Ubah Pengaturan setingkat,tetapi pengelolaan yang dikeluarkan oleh Menteri memberikan Kelautan dan Perikanan. Sementara itu, kewajiban yang No Pengaturan Dimensi Variabel Indikator Analisis Rekomendasi 19 Pasal 16 - - - - Tetap 20 Pasal 17 - - - - Tetap 21 Pasal 18 - - - - Tetap 22 Pasal 19 - - - - Tetap 23 Pasal 20 - - - - Tetap 24 Pasal 21 - - - - Tetap 25 Pasal 22 - - - - Tetap 26 Pasal 23 - - - - Tetap 27 Pasal 24 - - - - Tetap 28 Pasal 25 - - - - Tetap 29 Pasal 26 - - - - Tetap 30 Pasal 27 - - - - Tetap 31 Pasal 28 - - - - Tetap 32 Pasal 29 - - - - Tetap 33 Pasal 30 - - - - Tetap 34 Pasal 31 - - - - Tetap 35 Pasal 32 - - - - Tetap 36 Pasal 33 - - - - Tetap 37 Pasal 34 - - - - Tetap 38 Pasal 35 - - - - Tetap 39 Pasal 36 - - - - Tetap 40 Pasal 37 - - - - Tetap 41 Pasal 38 - - - - Tetap 42 Pasal 39 - - - - Tetap 43 Pasal 40 - - - - Tetap 44 Pasal 41 - - - - Tetap 45 Pasal 42 - - - - Tetap 46 Pasal 43 - - - - Tetap 47 Pasal 44 - - - - Tetap 48 Pasal 45 - - - - Tetap 49 Pasal 46 - - - - Tetap 50 Pasal 47 - - - - Tetap 51 Pasal 48 - - - - Tetap 52 Pasal 49 - - - - Tetap 53 Pasal 50 - - - - Tetap 54 Pasal 51 - - - - Tetap 55 Pasal 52 - - - - Tetap 56 Pasal 53 - - - - Tetap 57 Pasal 54 - - - - Tetap 58 Pasal 55 - - - - Tetap 59 Pasal 56 - - - - Tetap 60 Pasal 57 - - - - Tetap 61 Pasal 58 - - - - Tetap 62 Pasal 59 - - - - Tetap No Pengaturan Dimensi Variabel Indikator Analisis Rekomendasi 63 Pasal 60 - - - - Tetap 64 Pasal 61 - - - - Tetap 65 Pasal 62 - - - - Tetap 66 Pasal 63 - - - - Tetap 67 Pasal 64 - - - - Tetap 68 Pasal 65 - - - - Tetap 69 Pasal 66 - - - - Tetap 70 Pasal 67 - - - - Tetap 71 Pasal 68 - - - - Tetap 72 Pasal 69 - - - - Tetap 73 Pasal 70 - - - - Tetap 74 Judul - - - - Tetap Konsideran 75 - - - - Tetap Menimbang Dasar 76 Hukum - - - - Tetap Mengingat