18
ANALISIS
ISU TERKINI
PROVINSI LAMPUNG
2023
o.id
.g
ps
.b
ng
pu
am
//l
s:
tp
ht
i
. id
go
p s.
.b
ng
pu
am
//l
s:
tp
ht
ii
Tim Penyusun
Pengarah:
Atas Parlindungan Lubis
Penanggungjawab:
Drisnaf Swastyardi
. id
go
Penyunting:
s.
Gun Gun Nugraha
p
.b
ng
Penulis Naskah:
Dita C. Simorangkir
pu
Pengolah Data:
//l
Dita C. Simorangkir
s:
Penata Letak:
Gun Gun Nugraha
iii
iv
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.b
ps.
go
. id
Kata Pengantar
Analisis Isu Terkini Provinsi Lampung 2023 merupakan salah satu publikasi Badan
Pusat Statistik Provinsi Lampung tahun 2023. Publikasi ini menyajikan
pembahasan beberapa tema atau isu penting yang sedang berkembang. Pada edisi
kedua ini, publikasi Analisis Isu Terkini membahas dua tema. Tema pertama
berkaitan dengan pembangunan gender yang difokuskan pada penghitungan dan
analisis indeks ketimpangan gender (IKG) di Provinsi Lampung dan yang kedua
id
berkaitan dengan kondisi perumahan masyarakat perkotaan di Provinsi Lampung
.
hasil Long Form Sensus Penduduk 2020.
go
s.
Indeks Ketimpangan Gender (IKG) merupakan salah satu indikator yang baru dirilis
BPS tahun 2023. Indikator ini ke depan menjadi pengganti indikator Indeks
p
.b
Pemberdayaan Gender (IDG) yang dianggap masih memiliki beberapa kelemahan.
Selain digunakan sebagai indikator dalam SDGs, IKG juga digunakan sebagai salah
ng
satu indikator dalam RPJPN 2025-2045. Terkait tema kedua, yaitu perumahan,
pu
juga tidak kalah menarik. Dalam publikasi ini kita akan dapat melihat bagaimana
kondisi perumahan masyarakat Lampung terutama yang berada di wilayah
am
perkotaan.
//l
Saya ucapkan apresiasi kepada tim penyusun. Saya menyadari publikasi ini masih
s:
belum sempurna. Oleh sebab itu, masukan dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan dari para pengguna data dan pembaca. Ucapan terima kasih kami
tp
publikasi ini. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
menggunakannya.
v
vi
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.b
ps.
go
. id
Daftar Isi
Analisis Isu Terkini Provinsi Lampung 2023
Halaman
id
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………… vii
.
go
Daftar Tabel ………………………………………………………………………………………… ix
p s.
Daftar Gambar ……………………………………………………………………………………..
.b xi
ng
1. Ketimpangan Gender di Provinsi Lampung: Sebuah Kajian
Pendahuluan ………………………………………………………………………………... 3
pu
vii
viii
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.b
ps.
go
. id
Daftar Tabel
Halaman
id
Komponen Penyusunnya, 2018-2022 ……….................... 11
.
go
Tabel 3 Perkembangan IKG Kabupaten/Kota di Provinsi
Lampung, 2018-2022 ………………………………………………. 12
s.
Tabel 4 Perubahan IKG Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung,
p
2018-2022 ………………………………………..............................
.b 13
Tabel 5 Perkembangan Proporsi Perempuan Usia 15–49
ng
Tahun yang Melahirkan Hidup Tidak di Fasilitas
Kesehatan (MTF) Kabupaten/Kota di Provinsi
pu
ix
Halaman
id
(Persen), 2022 ……………........................................................ 46
Tabel 4 Persentase Rumah Tangga Menurut Kabko dan
.
go
Sumber Penerangan Utama (Persen), 2022 ………........... 50
p s.
.b
ng
pu
am
//l
s:
tp
ht
x
Daftar Gambar
Halaman
id
2021-2022 ……………………………………………………........... 7
.
Gambar 3 Perkembangan Indeks Ketimpangan Gender, 2018-
go
2022 ……………………………………………………....................... 8
s.
Gambar 4 Dimensi Kesehatan Reproduksi Provinsi Lampung,
2018-2022 …………………………………….............................. 8
p
Gambar 5
.b
Persentase Anggota Legislatif Provinsi Lampung,
2018-2022 …………………………………….............................. 9
ng
xi
Halaman
id
dan Bahan Bangunan Utama Dinding Terluas
(Persen), 2022 ……………………………………………………….. 40
.
go
Gambar 9 Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupate/Kota
dan Bahan Bangunan Utama Lantai Terluas (Persen),
s.
2022 ……………………………………………………………………… 41
p
Gambar 10 Persentase Rumah Tangga Menurut .b
Kabupaten/Kota dan Sumber Air Utama yang
ng
Digunakan Rumah Tangga untuk Minum (Persen),
2022 ……………………………………………………………………… 44
pu
xii
. id
go
p s.
.b
ng
1
pu
am
//l
s:
tp
ht
id
terkategori indikator yang belum cukup familiar di telinga. Dimulai pada tahun
.
2010, United Nations Development Programme (UNDP) memperkenalkan GII
go
sebagai ukuran ketimpangan gender. Gender Inequality Index menggambarkan
s.
pembangunan manusia yang hilang sebagai dampak dari ketimpangan pencapaian
pembangunan antara laki-laki dan perempuan (UNDP, 2016). Gender Inequality
p
.b
Index dapat menyempurnakan kelemahan ukuran ketimpangan gender sebelumnya
seperti Gender Empowerment Measure (GEM) dan Gender Development Index (GDI)
ng
(BPS, 2019).
pu
Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate) sebagai indikator faktor risiko kematian ibu
melahirkan dan Tingkat Fertilitas Remaja (Adolescent Birth Rate) sebagai indikator
tp
fertilitas remaja. BPS menggunakan indikator proporsi wanita pernah kawin usia
ht
15-49 tahun yang pernah melahirkan hidup dalam dua tahun terakhir tidak di
fasilitas kesehatan sebagai faktor risiko kematian ibu melahirkan, sedangkan
fertilitas remaja didekati dengan proporsi wanita pernah kawin usia 15-49 tahun
yang melahirkan hidup pertama kali di usia kurang dari 20 tahun. Pada dimensi
pemberdayaan, indikator pendidikan yang digunakan oleh UNDP adalah
persentase penduduk berusia 25 tahun ke atas yang berijazah terakhir minimal
SMP, sementara BPS menggunakan batasan minimal SMA.
Kajian pengukuran IKG telah dilakukan BPS sejak tahun 2017 dengan tujuan agar
memperoleh hasil yang optimal dengan memantapkan metodologi penghitungan.
Tahun 2023, IKG pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota telah resmi dirilis
sebagai persiapan pengganti IDG tahun depan.
id
pembangunan yang ada, serta menerima manfaat dari pembangunan yang setara
.
go
dan adil.
s.
Indeks Ketimpangan Gender (IKG) menggambarkan kerugian/kegagalan (loss) dari
p
pencapaian pembangunan manusia akibat adanya ketidaksetaraan gender yang
.b
diukur dari aspek kesehatan, pemberdayaan, serta akses dalam pasar tenaga kerja.
ng
Pengukuran IKG dilakukan untuk membantu pemerintah dan pemangku
kepentingan dalam mengevaluasi capaian pembangunan menurut gender dan
pu
Analisis IKG dalam buku ini menggunakan data tahun 2018-2022 dengan lima
indikator yang mewakili tiga dimensi, yaitu kesehatan, pemberdayaan, dan akses
//l
dalam pasar tenaga kerja. Kelima indikator tersebut bersumber dari Survei Sosial
s:
Analisis yang dijelaskan mulai dari angka nasional, Provinsi Lampung, dan
ht
Hasil penghitungan menunjukkan bahwa nilai IKG nasional tahun 2022 sebesar
0,459 (perhatikan Tabel 1). Nilai ini mencerminkan bahwa kerugian/kegagalan
pencapaian pembangunan manusia akibat dari adanya ketidaksetaraan gender
adalah sebesar 45,90 persen. Angka tersebut lebih rendah dari hasil penghitungan
GII UNDP. Hal ini disebabkan perbedaan indikator yang digunakan, yaitu indikator
proksi MMR, proksi ABR, dan tingkat pendidikan. Gambaran tingkat pendidikan
dalam IKG menggunakan indikator persentase penduduk 25 tahun ke atas
berpendidikan minimal SMA. Sementara itu, UNDP menggunakan batasan tingkat
pendidikan SMP. Ada beberapa alasan yang mendasari perbedaan penggunaan
indikator pendidikan tersebut. Pertama, gap capaian pendidikan dengan batasan
SMP di Indonesia antara laki-laki dan perempuan sudah relatif kecil. Kedua,
kecukupan sampel untuk melakukan disagregasi hingga tingkat kabupaten/kota
lebih terpenuhi dengan batasan SMA. Ketiga, berdasarkan hasil Focus Group
Discussion (FGD) yang dilakukan pada tahun 2016, pemilihan batasan SMA dalam
indikator yang digunakan relevan dengan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia
saat ini, yaitu prasyarat untuk memasuki dunia kerja di sektor formal minimal
berpendidikan SMA.
id
2022 0.140 0.265 78.26 21.74 42.06 36.93 83.87 53.34 0.459
.
Sumber: BPS
go
Ketimpangan gender di Indonesia selama lima tahun terakhir secara konsisten
s.
menurun. Sejak tahun 2018 hingga 2022, Indeks Ketimpangan Gender (IKG)
p
berkurang sebesar 0,040 poin, rata-rata turun 0,01 poin per tahun. Hal ini
.b
mengindikasikan bahwa ketimpangan gender semakin menyempit atau kesetaraan
ng
perempuan meningkat dari 51,81 persen pada tahun 2019 menjadi 53,13 persen
pada tahun 2020, sementara tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki turun dari
//l
83,25 persen pada tahun 2019 menjadi 82,41 persen pada tahun 2020.
s:
Gambar 1
tp
0.499
0.488
0.472
0.465
0.459
-0.011 -0.007
-0.006
-0.016
IKG Perubahan
Sumber: BPS
Indeks Ketimpangan Gender (IKG) pada tahun 2022 sebesar 0,459, turun 0,006
poin dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 0,465 (Gambar 1). Perbaikan ini
dipengaruhi oleh peningkatan capaian dimensi kesehatan reproduksi dan
pemberdayaan. Perbaikan dimensi kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh
Jika dibandingkan dengan GII UNDP, IKG yang dihitung BPS memang lebih rendah.
Namun, pola perubahan dari waktu ke waktu menunjukkan arah yang sama, yaitu
terjadi penurunan. Hal ini terlihat dari estimasi tren GII yang secara linear searah
dengan IKG.
id
B. Gambaran Ketimpangan Gender Provinsi Lampung
.
go
1. Gambaran Ketimpangan Gender Antarprovinsi
p s.
Kesetaraan gender (gender equity) sendiri dapat dimaknai sebagai kesamaan
.b
kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-
ng
haknya sebagai manusia dalam berperan dan berpartisipasi dalam segala bidang.
IKG yang dihitung oleh BPS menujukkan ketidakoptimalan pencapaian
pu
perempuan dan laki-laki. Semakin rendah nilai IKG maka semakin baik kesetaraan
antara laki-laki dan perempuan.
//l
perbandingan antarwilayah.
ht
Capaian Indeks Ketimpangan Gender (IKG) di tingkat provinsi selama kurun waktu
2018–2022 mengindikasikan perkembangan ketimpangan gender yang semakin
baik. Setiap tahun sebagian besar provinsi mengalami penurunan ketimpangan
gender.
Pada tahun 2022, ketimpangan gender paling rendah dicapai oleh DI Yogyakarta
(0,240), diikuti oleh DKI Jakarta (0,320), Bali (0,321), Jawa Tengah (0,371), dan
Sulawesi Selatan (0,390). Sebanyak 25 provinsi mengalami penurunan
ketimpangan gender dibandingkan 2021. Sulawesi Tenggara mengalami
penurunan ketimpangan gender paling tinggi sebesar 0,064 poin. Penurunan
ketimpangan gender di Sulawesi Tenggara terutama didorong oleh perbaikan
dimensi kesehatan reproduksi dan dimensi pemberdayaan. Pada dimensi
kesehatan reproduksi didorong oleh indikator perempuan usia 15–49 tahun yang
melahirkan hidup tidak di fasilitas kesehatan (MTF) yang turun sebesar 27,1
persen poin. Pada dimensi pemberdayaan dipengaruhi oleh perbaikan indikator
persentase perempuan 25 tahun ke atas yang berpendidikan SMA ke atas yang
meningkat. Persentase perempuan meningkat dari 36,18 persen tahun 2021
menjadi 38,11 persen pada tahun 2022, sedangkan persentase laki-laki menurun
dari 43,10 persen menjadi 42,12 persen. Hal ini menunjukkan adanya penurunan
Gambar 2
Indeks Ketimpangan Gender Menurut Provinsi, 2021-2022
Banten
Papbar
Sulsel
Kalsel
Papua
Bali
Sumbar
Sumut
Kaltim
Kaltara
Jatim
Sulut
Aceh
NTB
DKI Jakarta
Kepri
Gorontalo
NTT
Lampung
Riau
DIY
Sulteng
Jabar
Kep. Babel
Sumsel
Kalteng
Maluku
Malut
Jambi
Bengkulu
Jateng
Sultra
Sulbar
Kalbar
. id
go
s.
2021 2022 Indonesia 2021 Indonesia 2022
p
Sumber: BPS
.b
ng
Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Provinsi Lampung tahun 2022 sebesar 0,456,
am
turun 0,002 poin dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 0,458. Menurunnya
Indeks Ketimpangan Gender (IKG) terutama dipengaruhi oleh perbaikan dimensi
//l
perbaikan indikator proporsi perempuan 15-49 tahun yang saat melahirkan hidup
tp
pertama berusia < 20 tahun yang turun dari 27,5 persen tahun 2021 menjadi 26,9
persen pada tahun 2022.
ht
Penurunan ketimpangan gender terbesar terjadi pada tahun 2020 yang turun 0,02
poin yang utamanya dipengaruhi oleh menurunnya ketimpangan dalam pasar
tenaga kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan meningkat dari 50,95
persen pada tahun 2019 menjadi 54,13 persen pada tahun 2020, sementara
tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki turun dari 86,24 persen pada tahun 2019
menjadi 85,41 persen pada tahun 2020.
0.474
0.458 0.456
-0.016
-0.010
-0.020 -0.002
id
IKG Perubahan
.
go
Sumber: BPS
p s.
Ketiga dimensi pembentuk Indeks Ketimpangan Gender (IKG) secara konsisten
.b
mengalami perbaikan. Dimensi kesehatan reproduksi membaik, risiko perempuan
dalam kesehatan reproduksi semakin menurun. Sementara, dimensi pemberdayaan
ng
dan dimensi pasar tenaga kerja semakin setara. Perkembangan indikator penyusun
pu
Gambar 4
tp
0.188 0.176
0.143
0.111 0.114
MTF MHPK20
Sumber: BPS
b. Dimensi Pemberdayaan
id
Selama periode 2018-2022, persentase perempuan anggota legislatif cenderung
.
go
meningkat, meskipun di tahun 2021-2022 sedikit menurun dibanding 2020.
Terjadinya penurunan atau peningkatan pada rentang periode tersebut terjadi
s.
karena adanya proses pergantian antarwaktu (PAW). Kondisi ini
p
merepresentasikan peran perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan
.b
turut memberikan kontribusi terhadap pembangunan di Provinsi Lampung.
ng
Gambar 5
pu
85.88
80.00 80.00 81.18 81.18
//l
s:
tp
ht
Laki-Laki Perempuan
Sumber: BPS
id
2018 2019 2020 2021 2022
.
go
Laki-Laki Perempuan
s.
Sumber: BPS
p
.b
c. Dimensi Pasar Tenaga Kerja
ng
menjadi 53,54 persen pada tahun 2022 (meningkat 2,32 persen poin), sementara
TPAK laki-laki menurun dari 87,03 persen pada tahun 2018 menjadi 85,84 persen
//l
pada tahun 2022 (menurun 1,19 persen poin). Peningkatan TPAK perempuan yang
s:
Gambar 7
Perkembangan Dimensi Pasar Tenaga Kerja Provinsi Lampung,
2018-2022
Laki-Laki Perempuan
Sumber: BPS
id
2021 0.111 0.275 81.18 18.82 33.72 28.77 85.55 52.36 0.458
.
2022 0.114 0.269 81.18 18.82 34.88 30.44 85.84 53.54 0.456
go
Sumber: BPS
p s.
C. Gambaran Ketimpangan Gender Kabupaten/Kota di Provinsi
.b
Lampung
ng
pu
Sama halnya dengan gambaran IKG pada tingkat provinsi, capaian IKG di tingkat
kabupaten/kota di Indonesia juga bervariasi, bahkan memiliki disparitas yang lebih
//l
menurut provinsi. Pada tahun 2022 disparitas terkecil dan rentang terkecil terjadi
tp
di Sulawesi Barat dengan jarak antara IKG tertinggi dan terendah sebesar 0,070
poin.
ht
Gambar 8
Disparitas IKG Antarkabupaten/kota Menurut Provinsi di Indonesia, 2022
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
Sumut
Sumbar
Banten
Papbar
Aceh
Jatim
Kalsel
Kaltim
Kaltara
Sulut
Sulsel
Papua
Kepri
Bali
NTB
NTT
Gorontalo
Riau
Malut
Lampung
DKI Jakarta
Kalbar
Kalteng
Sulteng
Sulbar
Jambi
Sumsel
Jabar
Maluku
DIY
Bengkulu
Kep. Babel
Jateng
Sultra
Sumber: BPS
Tabel 3
id
Perkembangan IKG Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung,
2018-2022
.
go
IKG
Kabupaten/Kota
2018 2019 2020 2021 2022
s.
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
p
Lampung Barat 0.570 0.575 0.526
.b 0.495 0.505
Tanggamus 0.498 0.572 0.539 0.524 0.557
ng
Pada tahun 2022, ketimpangan gender paling rendah dicapai oleh Kabupaten
Pringsewu sebesar 0,275, diikuti oleh Kota Bandar Lampung sebesar 0,298, dan
Kota Metro sebesar 0,315. Sebanyak sembilan kabupaten/kota mengalami
penurunan ketimpangan gender. Kabupaten Pringsewu mengalami penurunan
ketimpangan gender paling tinggi, terutama disebabkan oleh perbaikan dimensi
pemberdayaan. Persentase perempuan usia 25 tahun ke atas dengan pendidikan
SMA ke atas meningkat sebesar 4,38 persen poin, sementara laki-laki meningkat
2,09 persen poin.
id
Tulangbawang -0.008 0.031 0.003 -0.006
.
go
Pesawaran 0.019 -0.017 -0.046 0.046
Pringsewu 0.066 -0.007 0.019 -0.120
s.
Mesuji -0.037 -0.005 -0.067 -0.040
Tulang Bawang Barat
p 0.051 -0.025 0.011 -0.075
.b
Pesisir Barat 0.043 -0.016 -0.018 -0.005
ng
Sumber: BPS
//l
Gambar 9
s:
Way Kanan
Lampung Selatan
Bandar Lampung
Metro
Lampung Utara
Pringsewu
Tanggamus
Lampung Tengah
Mesuji
Tulangbawang
Tulang Bawang
Lampung Barat
Lampung Timur
Pesawaran
Pesisir Barat
Barat
Sumber: BPS
Pada tahun 2022, IKG terendah di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Pringsewu
dengan capaian 0,275 sedangkan tertinggi adalah Kabupaten Pesisir Barat dengan
capaian 0,597. Dengan demikian, besarnya rentang atau disparitas IKG di
id
tersebut menghasilkan koefisien korelasi yang negatif, atau memiliki hubungan
.
yang berlawanan arah seperti yang diharapkan.
go
s.
Gambar 10
a. Hubungan IKG dengan IPM di Provinsi Lampung, 2022
p
.b
80
ng
Indeks Pembangunan Manusia
75
pu
70
am
65
//l
60
r = -0.770
s:
55
tp
50
ht
98
Indeks Pembangunan Gender
96
94
92
90
88
86
r = -0.375
84
82
0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Indeks Ketimpangan Gender
80
70
65
60
r = -0.678
55
50
0.3 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5 0.6 0.6 0.7
Indeks Ketimpangan Gender
. id
go
Sumber: BPS
s.
Dari Gambar 10 terlihat adanya kecenderungan bahwa semakin tinggi IPM,
p
semakin rendah IKG, demikian halnya dengan IPG dan IDG. Hal ini terlihat dari
.b
nilai korelasi yang negatif antara IKG dengan IPM, IKG dengan IDG, dan IKG
ng
dengan IDG. Korelasi yang paling tinggi adalah hubungan antara IKG dengan IPM.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di wilayah dengan pembangunan
pu
manusia yang sudah baik, cenderung sudah merata kesempatan akses dalam hal
am
Gender Inequality Index (GII) dari United Nations Development Programme (UNDP)
dengan beberapa penyesuaian. Indikator Maternal Mortality Rate (MMR) atau
Angka Kematian Ibu (AKI) yang tidak tersedia secara kontinu setiap tahun didekati
dengan indikator proporsi perempuan 15–49 tahun yang melahirkan hidup tidak di
fasilitas kesehatan (MTF). Penggunaan indikator MTF sebagai proksi didasari oleh
pertimbangan bahwa indikator tersebut memiliki korelasi yang kuat dengan
indikator AKI dan tersedia di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota secara
rutin setiap tahun. Di samping itu, persalinan di fasilitas kesehatan dapat menekan
risiko kematian ibu dalam melahirkan sehingga diharapkan dapat menggambarkan
capaian AKI.
Untuk indikator Adolescent Birth Rate (ABR) yang digunakan oleh UNDP dalam
penghitungan GII didekati dengan indikator proporsi perempuan berusia 15–49
tahun yang saat melahirkan hidup pertama berusia kurang dari 20 tahun
(MHPK20). Penggunaan indikator MHPK20 sebagai proksi didasari oleh
pertimbangan bahwa indikator tersebut memiliki korelasi yang kuat dengan
indikator ABR dan tersedia di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota secara
rutin setiap tahun.
Indeks Ketimpangan Gender (IKG) terdiri dari 3 (tiga) dimensi, yaitu dimensi
kesehatan reproduksi perempuan yang dibentuk dari indikator MTF dan MHPK20,
dimensi pemberdayaan yang dibentuk dari persentase penduduk usia 25 tahun ke
atas dengan pendidikan SMA ke atas dan persentase anggota legislatif, dan dimensi
pasar tenaga kerja yang diwakili dengan indikator TPAK. Indeks Ketimpangan
Gender (IKG) bernilai antara 0 dan 1. Semakin kecil nilainya maka tingkat
ketimpangan gender di suatu wilayah akan semakin setara dan sebaliknya.
id
Langkah-langkah penghitungan IKG berikut formula yang digunakan adalah
sebagai berikut:
.
go
1. Menghitung Indeks Perempuan dan Indeks Laki-laki
s.
1
p
3
0.005 0.01 2 1
𝐺𝑃 = √( ×
.b
) × (𝑃𝑅𝑃 × 𝑆𝐸𝑃 )2 × 𝑇𝑃𝐴𝐾𝑃
𝑀𝑇𝐹 𝑀𝐻𝑃𝐾20
ng
3 1
pu
−1
(𝐺𝑃 )−1 + (𝐺𝐿 )−1
tp
𝐻𝐴𝑅𝑀(𝐺𝑃 , 𝐺𝐿 ) = ( )
2
ht
√0.005 × 0.01 + 1
𝑀𝑇𝐹 𝑀𝐻𝑃𝐾20
𝐼𝐾𝑅 =
2
𝑇𝑃𝐴𝐾𝑃 + 𝑇𝑃𝐴𝐾𝐿
𝐼𝑃𝐾 =
2
𝐻𝐴𝑅𝑀(𝐺𝑃 , 𝐺𝐿 )
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛 𝐺𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟 =
𝐺𝑃,𝐿
𝐻𝐴𝑅𝑀(𝐺𝑃 , 𝐺𝐿 )
𝐼𝐾𝐺 = 1 −
𝐺𝑃,𝐿
Penjelasan:
𝐺𝑃 = Indeks Perempuan
𝐺𝐿 = Indeks Laki-laki
id
𝑀𝑇𝐹 = Proporsi perempuan usia 15–49 tahun yang melahirkan hidup
.
tidak di fasilitas kesehatan
go
𝑀𝐻𝑃𝐾20 = Proporsi perempuan usia 15–49 tahun yang melahirkan hidup
pertama berusia kurang dari 20 tahun
s.
𝑃𝑅𝑃 = Persentase perempuan di legislatif
p
= Persentase laki-laki di legislatif
𝑃𝑅𝐿
.b
𝑆𝐸𝑃 = Persentase perempuan usia 25 tahun ke atas dengan pendidikan
ng
SMA ke atas
= Persentase laki-laki usia 25 tahun ke atas dengan pendidikan
pu
𝑆𝐸𝐿
SMA ke atas
am
usia kerja
𝐻𝐴𝑅𝑀(𝐺𝑃 , 𝐺𝐿 ) = Agregasi indeks perempuan dan laki-laki dengan rata-rata
tp
harmonik
ht
F. Kesimpulan
id
dan Kota Metro sebesar 0,315. Sebanyak sembilan kabupaten/kota
mengalami penurunan ketimpangan gender.
.
go
s.
p
.b
ng
pu
am
//l
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
ng
pu
am
//l
s:
tp
ht
Tabel 5
Perkembangan Proporsi Perempuan Usia 15–49 Tahun
yang Melahirkan Hidup Tidak di Fasilitas Kesehatan (MTF)
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, 2018-2022
MTF
Kabupaten/Kota
2018 2019 2020 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Lampung Barat 0.449 0.448 0.257 0.190 0.260
Tanggamus 0.216 0.195 0.188 0.125 0.198
Lampung Selatan 0.162 0.186 0.213 0.156 0.101
Lampung Timur 0.044 0.070 0.019 0.114 0.115
id
Lampung Tengah 0.207 0.179 0.047 0.082 0.038
.
go
Lampung Utara 0.302 0.280 0.089 0.086 0.054
Way Kanan 0.449 0.240 0.299 0.241 0.272
s.
Tulangbawang 0.070 0.075 0.148 0.143 0.113
Pesawaran 0.267 0.306
p
0.248 0.125 0.258
.b
Pringsewu 0.036 0.068 0.075 0.070 0.024
ng
Sumber: BPS
tp
ht
id
Way Kanan 0.298 0.364 0.348 0.383 0.347
.
go
Tulangbawang 0.380 0.330 0.326 0.378 0.339
Pesawaran 0.165 0.250 0.264 0.272 0.279
s.
Pringsewu 0.160 0.227 0.188 0.228 0.165
Mesuji
p
0.389 0.335 0.342 0.354 0.355
.b
Tulang Bawang Barat 0.301 0.339 0.309 0.341 0.309
ng
id
Tulangbawang 84.44 80.00 80.00 80.00 80.00
.
go
Pesawaran 82.22 75.56 75.56 73.33 73.33
Pringsewu 75.00 70.00 70.00 72.50 72.50
s.
Mesuji 85.71 77.14 77.14 77.14 77.14
Tulang Bawang Barat 90.00 96.67
p
96.67 96.67 93.33
.b
Pesisir Barat 88.00 96.00 96.00 96.00 96.00
ng
Sumber: BPS
//l
s:
tp
ht
id
Tulangbawang 15.56 20.00 20.00 20.00 20.00
.
go
Pesawaran 17.78 24.44 24.44 26.67 26.67
Pringsewu 25.00 30.00 30.00 27.50 27.50
s.
Mesuji 14.29 22.86 22.86 22.86 22.86
Tulang Bawang Barat
p
10.00 3.33 3.33 3.33 6.67
.b
Pesisir Barat 12.00 4.00 4.00 4.00 4.00
ng
Sumber: BPS
//l
s:
tp
ht
id
Tulangbawang 24.98 27.33 26.83 25.43 28.50
.
go
Pesawaran 28.27 30.31 29.02 27.68 29.71
Pringsewu 28.90 33.22 33.26 30.85 32.94
s.
Mesuji 15.61 12.30 20.52 21.04 20.94
Tulang Bawang Barat 18.07 24.06
p
21.21 22.75 28.86
.b
Pesisir Barat 28.01 32.35 31.48 37.18 35.17
ng
Sumber: BPS
//l
s:
tp
ht
id
Tulangbawang 20.17 17.55 20.49 23.80 22.57
.
go
Pesawaran 22.53 24.48 23.88 22.03 23.15
Pringsewu 26.28 28.63 28.12 25.52 29.90
s.
Mesuji 13.19 9.92 14.22 17.86 19.96
Tulang Bawang Barat
p
15.72 18.81 21.27 20.77 26.87
.b
Pesisir Barat 25.85 25.81 26.74 28.78 30.49
ng
Sumber: BPS
//l
s:
tp
ht
id
Tulangbawang 88.68 87.65 87.38 86.87 87.17
.
go
Pesawaran 86.60 85.95 85.92 81.72 86.41
Pringsewu 84.98 85.48 85.42 84.66 88.72
s.
Mesuji 87.20 90.12 89.27 88.99 86.55
Tulang Bawang Barat 88.44 90.60
p
86.81 86.23 87.71
.b
Pesisir Barat 89.36 87.26 86.83 86.34 87.64
ng
Sumber: BPS
//l
s:
tp
ht
id
Tulangbawang 48.02 47.17 50.74 48.17 42.74
.
go
Pesawaran 48.77 48.14 52.08 48.02 55.28
Pringsewu 50.02 50.87 51.18 48.61 56.96
s.
Mesuji 39.77 44.53 49.76 47.20 52.67
Tulang Bawang Barat
p
50.85 49.77 55.59 57.66 51.81
.b
Pesisir Barat 42.94 52.50 52.32 61.52 53.05
ng
Sumber: BPS
//l
s:
tp
ht
2
pu
am
//l
s:
tp
ht
Dalam teori kebutuhan terdapat 3 kebutuhan yang harus dipenuhi manusia, yaitu
id
kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier. Kebutuhan primer
.
merupakan kebutuhan utama yang harus dipenuhi karena bila kebutuhan ini tidak
go
dimiliki maka akan mengganggu kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan primer
diantaranya pangan (makanan), sandang (pakaian), dan papan (tempat
s.
tinggal/rumah). Pangan merupakan makanan, sandang merupakan pakaian, dan
p
papan merupakan tempat tinggal. Tiga kebutuhan ini merupakan kebutuhan
.b
prioritas utama yang wajib terpenuhi oleh semua manusia.
ng
adalah alat komunikasi, hiburan, alat elektronik, alat transportasi, dan lain-lain.
Sedangkan kebutuhan tersier merupakan kebutuhan yang dipenuhi ketika
//l
kebutuhan tersier dan sekunder sudah terpenuhi. Kebutuhan jenis ini lazimnnya
berkaitan dengan kebutuhan akan barang mewah dengan tujuan memenuhi
s:
mewah, dan lain-lain. Kebutuhan ini bisa dikategorikan sebagai pelengkap bukan
ht
sebagai prioritas. Sehingga ketika tidak terpenuhi maka tidak akan mempengaruhi
kehidupan manusia secara signifikan.
Sebagai salah satu kebutuhan prioritas yang harus dipenuhi, rumah bukan hanya
berfungsi sekadar tempat tinggal untuk berteduh, melainkan juga sebagai sarana
pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta berfungsi
sebagai aset bagi pemiliknya. Rumah didefinisikan sebagai tempat tinggal memiliki
makna bahwa rumah merupakan tempat berkumpul anggota keluarga dan tempat
beristirahat (Wijayanti, 2019), sehingga peran rumah sangatlah vital bagi
kehidupan manusia.
id
sebanyak 57,63% penduduk Indonesia berumur 10 tahun ke atas berstatus kawin.
Tingginya jumlah perkawinan di Indonesia ini memberi dampak positif terhadap
.
go
permintaan akan rumah karena rumah tangga baru/lama tentunya memerlukan
tempat tinggal untuk keluarganya (Afmi Afika, 2019). Hal ini tercermin dengan
s.
adanya peningkatan pengeluaran terhadap perumahan dan fasilitas rumah tangga
p
(Lihat Gambar 1). .b
ng
Gambar 1
Persentase Pengeluaran Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga
pu
26.95 26.6
26.33 26.74
s:
19.91
Sumber: BPS RI
id
meningkatkan permintaan atas rumah di daerah perkotaan terlebih di masa yang
akan datang, sehingga penyediaan perumahan yang layak, aman, dan sehat perlu
.
go
dilakukan.
s.
Berdasarkan kelompok umur 5 tahunan, penduduk Indonesia paling berada pada
p
rentang umur 20 – 29 tahun. Kelompok umur ini dikategorikan sebagai kelompok
.b
umur produktif. Umur produktif ditandai dengan kemampuan untuk melakukan
ng
aktivitas sehari-hari dengan efektif dan efisien. Biasanya penduduk umur produktif
adalah penduduk yang baru memulai kehidupan sebagai manusia “dewasa”, baik
pu
dari sisi ekonomi, sosial, keluarga, dan lain-lain. Untuk itu, pada usia ini permintaan
am
Gambar 2
Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur 5 Tahunan (Juta Jiwa), 2022
s:
tp
25
22.09 22.01 22.09 22.16 22.49 22.46 22.07
ht
21.25
20.30
20 18.73
16.50
15 13.96
11.06
10 8.20
5.27 5.13
5
0
0-4
5-9
75+
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
Sumber: BPS RI
Rumah yang aman, sehat, dan layak merupakan impian semua orang. Sebagai
tempat tinggal, rumah juga berperan sebagai pusat pendidikan dan pengasuhan
keluarga terutama dalam penyiapan generasi masa depan, sehingga rumah yang
aman, sehat, dan layak menjadi media pengembangan sumber daya masyarakat
Indonesia di masa depan, terlebih tahun 2045 Indonesia memasuki Generasi
Kepastian bermukim tergambar dalam Indikator 1.4.2 SDGs, yaitu proporsi dari
penduduk dewasa yang menempati hak atas tanah yang didasari oleh dokumen
hukum dan yang memiliki hak atas tanah berdasarkan jenis kelamin dan tipe
kepemilikan. Indikator ini mencakup penggunaan lagan untuk perumahan dan
hunian, yaitu hunian yang memberikan kepastian bermukim bagi para
penguhuninya (Badan Pusat Statistik, 2022).
Gambar 3
a. Status Kepemilikan Rumah Milik Sendiri (Persen),
2020-2022
. id
91.76%
go
90.35% 90.75%
p s.
.b 78.31%
73.73%
72.04%
ng
pu
am
Perkotaan Perdesaan
s:
tp
15.34%
14.19%
9.77%
Perkotaan Perdesaan
Sumber: BPS RI
Gambar 4
Persentase Rumah Tangga yang Menempati Bangunan Menurut Status
Kepemilikan Rumah (Persen), 2013-2022
83.99%
80.10% 81.08%
id
76.88% 74.97% 76.99% 77.40% 75.26% 76.54%
73.29%
.
go
p s.
.b
ng
17.53% 15.01%
13.90% 15.48% 13.58% 14.07% 13.57% 13.71% 13.98%
6.53%
pu
am
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
//l
Sumber: BPS RI
tp
Kepemilikan rumah dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor
ht
Gambar 5
Persentase Rumah Tangga di Provinsi Lampung
Menurut Status Kepemilikan Rumah dan Daerah Tempat
Tingggal (Persen), 2020
id
51.79%
.
go
p s.
.b
ng
pu
am
22.84%
//l
17.09%
s:
tp
ht
5.20%
2.01%
0.30% 0.44% 0.33%
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perdesaan
Perdesaan
Perdesaan
Perdesaan
Sumber: BPS RI
30.61%
40.07%
59.93%
69.39%
. id
go
c. Akta (Jual Beli/Waris/Hibah/Lelang) d. Tidak Ada Bukti
p s.
.b
ng
14.21%
23.34%
pu
am
76.66%
//l
85.79%
s:
tp
ht
Sumber: BPS RI
id
perdesaan tidak memiliki bukti kepemilikan. Ini menjadi pertanda bahwa mayoritas
rumah tangga di daerah perdesaan kurang memiliki pengetahuan tentang
.
go
pentingnya dokumen resmi terkait kepemilikan rumah dan bangunan tempat
tinggal dibandingkan di daerah perkotaan.
p s.
.b
C. Aspek Kenyamanan yang Harus Dimiliki Bangunan Tempat
ng
Tinggal
pu
Rumah yang layak dan nyaman menjadi idaman setiap manusia karena rumah
am
bukan hanya sebagai tempat tinggal namun juga menjadi tempat berlindung dan
tempat membina keluarga. Sehingga rumah tangga mengusahakan berbagai cara
//l
untuk memperoleh rumah idaman. Bisa dengan cara membelinya dengan tunai
s:
Rumah sendiri merupakan bangunan yang dibatasi oleh dinding, atap, dan lantai.
ht
Menurut Badan Pusat Statistik, atap adalah penutup bagian atas suatu bangunan
sehingga rumah tangga yang mendiami dibawahnya terlindung dari terik matahari,
hujan, dan sebagainya. Untuk bangunan bertingkat, atap yang dimaksud adalah
bagian teratas dari bangunan tersebut. Dinding adalah sisi luar/batas dari suatu
bangunan atau penyekat dengan bangunan fisik lain. Lantai adalah
bagian/dasar/alas suatu ruangan, baik terbuat dari marmer, keramik, granit,
tegel/teraso, semen, kayu, tanah dan lainnya seperti bambu. Tradisi dan budaya
daerah dapat mempengaruhi pemilihan jenis bahan untuk komponen bangunan,
seperti atap dari rumbia/ijuk, lantai dari kayu, ataupun dinding dari papan. Sesuai
dengan tradisi dan budaya daerah. Namun hal yang paling penting adalah rumah
atau tempat tinggal haruslah dibangun sesuai standar dan syarat rumah layak huni.
Atap merupakan komponen penting dalam suatu bangunan yang memiliki peran
melindungi penghuni dari hujan, panas, debu, dan lainnya. Dahulu, atap rumah di
Indonesia masih berupa atap tradisional, seperti rumbia, ijuk, jerami, daun kelapa,
dan lain-lain yang berasal dari bahan organik. Karena perkembangan zaman dan
meningkatnya ilmu pengetahuan, muncullah variasi atap jenis non organik. Atap
dengan jenis non organik ini lebih kokoh dan lebih awet. Berbeda dengan atap
tradisional yang bersifat organik yang lebih rentan terhadap perubahan cuaca,
sehingga atap menjadi tidak tahan lama. Bahan atap tradisional juga sulit temui di
Berdasarkan Gambar 7, jenis atap yang paling banyak digunakan rumah tangga di
Provinsi Lampung adalah jenis atap genteng. Nilainya mencapai 84,66%, artinya
sebagian besar rumah tangga di Provinsi Lampung mengggunakan genteng sebagai
atap rumahnya. Salah satu alasan atap genteng menjadi pilihan utama adalah
karena genteng mampu membuat rumah terasa lebih sejuk ketika cuaca sedang
terik atau sedang dalam musim kemarau. Genteng yang berasal dari tanah liat
mampu menyerap panas dengan baik serta menyimpan dan menyebarkan panas
tersebut secara perlahan ketika suhu udara turun. Genteng juga cocok dijadikan
id
atap untuk lingkungan tropis, seperti di Provinsi Lampung. Atap genteng dipilih
terutama karena alasan kenyamanan dan keterjangkauan harga (Nirmalasari et al.,
.
go
2021). Wilayah yang paling banyak menggunakan genteng sebagai atap bangunan
tempat tinggal adalah Kabupaten Prinngsewu dan Kabupaten Lampung Timur,
s.
sedangkan yang paling sedikit adalah Kabupaten Lampung Barat.
p
.b
Berdasarkan Gambar 7, jenis atap asbes masih digunakan oleh rumah tangga di
ng
Provinsi Lampung. Padahal, menurut beberapa penelitian, jenis atap ini sangatlah
berbahaya bagi kesehatan terutama kesehatan paru-paru karena dapat
pu
udara sangat berbahaya apabila terhidup dan masuk ke paru-paru (Thamrin &
Mukhlis, 2014). Meskipun berbahaya, atap asbes telah lama digunakan di
//l
masyarakat sebagai pilihan atap yang murah, kuat, dan mudah ditemukan padahal
s:
Gambar 7
Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupate/Kota dan Bahan
Bangunan Utama Atap Rumah Terluas (Persen), 2022
84.66
9.49
4.51
0.79 0.42 0.13
Selain atap, komponen penting lainnya dalam sebuah bangunan adalah dinding.
Komponen ini dapat membentuk, membatasi setiap ruangan, dan berperan sebagai
penopang atap. Dinding juga dapat melindungi penghuni dari panas, hujan, dan
bahaya lain dari luar bangunan. Karena peranannya yang sangat vital, dinding
haruslah terbuat dari bahan yang kuat dan kokoh. Dalam publikasi ini, jenis dinding
yang didata merupakan jenis dinding terluas bangunan utama.
id
Tingginya persentase ini menandakan dinding tembok menjadi favorit rumah
tangga di Provinsi Lampung. Dinding tembok dipilih karena dinding tembok
.
go
memilki ketahanan yang lebih baik dibandingkan jenis dinding lainnya. Selain
tembok, jenis dinding yang menjadi pilihan rumah tangga di Provinsi Lampung
s.
adalah kayu/papan dan batang kayu, persentasenya sebesar 12,90%. Dinding jenis
p
ini paling banyak terdapat di Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pesisir
.b
Barat, sedangkan paling sedikit di Kota Metro.
ng
Gambar 8
pu
83.63
//l
s:
tp
ht
12.9
0.25 2.36 0.86
Komponen penting lainnya adalah lantai. Lantai merupakan bagian dasar dari
sebuah bangunan dan paling sering bersentuhan langsung dengan penghuni
bangunan, sehingga kebersihan dan kenyamanannya haruslah menjadi perhatian.
Terdapat 8 jenis lantai di Indonesia, diantaranya marmer/granit, keramik,
parket/vinil, kayu/papan, semen/bata merah, bambu, tanah, dan lainnya. Dari 8
jenis lantai ini, jenis semen/bata merah menjadi pilihan utama sebesar 51,97% dan
paling banyak di Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Tanggamus,
sedangkan paling sedikit di Kota Bandar Lampung. Plihan jenis lantai kedua bagi
Jenis lantai yang direkomendasikan sebagai lantai bangunan tempat tinggal karena
memenuhi ketahanan bangunan diantaranya jenis lantai marmer/granit, keramik,
parket/vinil/karpet, ubin/tegel/teraso, kayu/papan, dan semen/bata merah,
sedangkan jenis lantai yang tidak memenuhi syarat adalah jenis lantai bambu,
tanah, dan lainnya.
id
Berdasarkan hasil Sensus Maret 2022, di Provinsi Lampung masih ditemukan
rumah tangga berlantai bambu, tanah, dan lainnya. Persentasenya masing-masing
.
go
sebesar 0,22%, 2,69%, dan 0,16%. Paling banyak ketiga jenis lantai ini ditemui di
Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Mesuji, dan Kabupaten Pesisir Barat. Hal
s.
ini tentu menjadi perhatian karena jenis lantai bambu dan tanah merupakan jenis
p
lantai yang tidak kedap air dan tidak mudah dibersihkan. Menurut Adinda Mega
.b
Putri et al. (2022), suatu ruangan yang lembab dapat dijadikan tempat hidup dan
ng
perkembangbiakan bakteri dan vektor penyakit. Hal ini perlu menjadi perhatian
melihat cukup tingginya penggunaan jenis lantai tanah di Kabupaten Lampung
pu
Barat dan Kabupaten Pesisir Barat, nilainya masing-masing 7,35% dan 7,85%.
am
Gambar 9
Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupate/Kota dan Bahan
//l
51.97
ht
38.54
Komponen kenyamanan lain selain atap, dinding, dan lantai yang menentukan
layak dan sehat sebuah bangunan tempat tinggal adalah kecukupan luas lantai. Hal
ini dikarenakan luas lantai per kapita menjadi salah satu indikator bangunan tempat
tinggal tersebut layak huni ataupun tidak layak huni. Hal ini karena luas lantai
id
(Badan Pusat Statistik, 2022).
.
go
Tabel 1 terlihat luas lantai per kapita di Provinsi Lampung 91,93% seluas ≥ 10 m2.
Hal ini sesuai dengan Buku Panduan Perhitungan Indikator Bappenas yang
s.
menyatakan luas lantai lebih 7,2 m2 termasuk dalam kategori rumah layak huni dan
p
memenuhi syarat luas lantai rumah. Namun berdasarkan tabel tesebut masih
.b
ditemukan luas lantai per kapita kurang dari 7,2 m 2 sebesar 2,79%, paling banyak
ng
ditemukan di Kabupaten Pesisir Barat, Kota Bandar Lampung, dan Kabupaten
Lampung Barat besarnya masing-masing sebesar 7,95%, 7,04%, dan 6,25%.
pu
Artinya masih ditemukan rumah dalam kategori rumah tidak layak huni karena
tidak memenuhi syarat luas lantai rumah termasuk di Kota Bandar Lampung. Luas
am
lahan yang sempit dan jumlah penduduk yang relatif banyak menyebabkan luas
lantai per kapita wilayah Kota Bandar Lampung tidak memenuhi syarat layak huni
//l
berdasarkan Buku Panduan Perhitungan Indikator Bappenas. Hal ini perlu menjadi
s:
Luas lantai rumah berkaitan dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga. Rumah
tangga dengan status ekonomi yang lebih baik dapat memiliki rumah dengan luas
lantai yang lebih besar (Badan Pusat Statistik, 2022). Berdasarkan tabel tersebut
Kabupaten Lampung Timur memiliki persentase luas lantai per kapita lebih dari 10
m2 paling tinggi sebesar 97,78% dan paling kecil di Kabupaten Pesisir Barat.
Selain batasan 7,2 m2 terdapat juga batasan 10 m2 yang mengikuti American Public
Health Association (APHA) yang memiliki standar yang telah disesuaikan dengan
kondisi di Indonesia, yaitu idealnya luas lantai tidak kurang dari 10 m 2, artinya jika
anggota rumah tangga ber jumlah 4 orang maka setidaknya luas lantai rumah
minimal 40 m2.
id
Lampung Utara 2,68 5,9 91,42
.
Way Kanan 3,71 3,8 92,49
go
Tulang Bawang 2,56 5,62 91,82
s.
Pesawaran 1,46 4,25 94,28
Pringsewu
p1,81 6,25 91,94
.b
Mesuji 2,25 6,97 90,79
ng
Air merupakan sumber kehidupan. Selain digunakan untuk minum air juga
digunakan untuk kebutuhan lainnya, seperti untuk memasak, mencuci, mandi, dan
lain-lain. Ketersediaan air menjadi penting karena tanpa air, aktivitas rumah tangga
menjadi terganggu. Pemerataan akses air layak haruslah menjadi perhatian karena
penggunaan air dengan sanitasi buruk berhubungan dengan tranmisi berbagai
penyakit, seperti kolera, diare, disentri, hepatitis A, tifus, dan polio, serta keravunan
bahan timbal (World Health Organization, 2018).
21.73
18.00
12.52
6.71
2.21 0.97
id
Air Kemasan Leding Sumur Sumur Sumur Tak Mata Air Lainnya
.
Bermerek, Air Bor/Pompa Terlindung Terlindung Terlindung,
go
Isi Ulang Mata Air Tak
Terlindung
p s.
Sumber: BPS Provinsi Lampung .b
ng
Berdasarkan hasil Susenas Maret 2022, terdapat 9 jenis sumber air utama yang
digunakan rumah tangga untuk minum, yaitu air kemasan bermerek/air isi ulang,
pu
leding, sumur bor/pompa, sumur terlindung, sumur tak terlindung, mata air
terlindung/ mata air tak terlindung, air permukaan, air hujan, dan lainnya. Dari 9
am
jenis sumber air utama untuk minum, yang paling banyak digunakan oleh rumah
tangga di Provinsi Lampung adalah sumur terlindung persentasenya sebesar
//l
37,86%. Menurut Badan Pusat Statistik, sumur terlindung adalah air yang berasal
s:
dari dalam tanah yang digali dan lingkar sumur tersebut dilindungi oleh tembok
tp
paling sedikit 0,8 meter di atas tanah dan 3 meter ke bawah tanah, serta ada lantai
semen sejauh 1 meter dari lingkar sumur. Wilayah yang menggunakan sumber air
ht
minum sumur terlindung terbanyak adalah Kabupaten Lampung Tengah dan paling
kecil adalah Kota Bandar Lampung.
Jenis sumber air minum yang paling baik adalah berasal dari air kemasan
bermerek/air isi ulang. Karena sumber air minum jenis ini telah melewati
penjernihan dan penyulingan yang lebih baik dibandingkan sumber air minum
lainnya. Wilayah dengan persentase rumah tangga dengan sumber air minum jenis
ini terbesar adalah Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan.
Sedangkan paling kecil terdapat di Kabupaten Way Kanan.
Merujuk metadata SDGs, rumah tangga dengan akses minum layak jika sumber air
utama yang digunakan untuk minum berasal dari air kemasan/ air isi ulang, air
leding, air terlindungi, dan air hujan. (Putri & Yuniasih, 2022). Berdasarkan Gambar
14 sebagian besar rumah tangga di Provinsi Lampung telah menggunakan sumber
air minum layak. Namun demikian, masih terdapat rumah yangga yang
menggunakan sumber air minum tidak layak, nilainya pun relatif tinggi, yaitu sumur
tak terlindung sebesar 12,52%, mata air tak terlindung 6,71%, dan air permukaan
sebesar 0,71%. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian karena akses sumber air
minum yang layak adalah hak setiap orang.
Tabel 2
Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum
dari Sumur Bor/Pompa, Sumur Terlindung, Sumur Tak Terlindung,
Mata Air Terlindung, Mata Air Tak Terlindung Menurut Kabupaten/Kota dan
Jarak ke Tempat Penampungan Limbah/Kotoran/Tinja (Persen), 2022
id
Jarak ke Tempat Penampungan
Kabupaten/Kota
.
< 10 m ≥ 10 m Tidak Tahu
go
(1) (2) (3) (4)
s.
Lampung Barat 41,85 54,19 3,97
p
Tanggamus .b37,24 58,85 3,91
Lampung Selatan 30,84 67,54 1,62
ng
Tabel 3
id
Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota,
Sumber Air Minum Bersih dan Akses Air Minum Layak (Persen), 2022
.
go
Sumber Air Minum
Kabupaten/kota Akses Air Minum Layak
Bersih
s.
(1) (2) (3)
p
Lampung Barat 42,58 .b 65,08
Tanggamus 44,93 59,82
ng
Selain kompenen air untuk minum, komponen penting lainnya yang berkaitan
kesehatan dan kesejahteraan rumah tangga adalah sanitasi. Santasi berhubungan
dengan perilaku kebersihan sesuai dengan Target 6.2 SDGs yang menyebutkan
bahwa pada tahun 2030 capaian akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang
memadai dan merata bagi semua, dan menghentikan praktik buang air besar
sembarangan di tempat terbuka, memberikan perhatian khusus pada kebutuhan
kaum perempuan, serta kelompok masyarakat rentan (Badan Pusat Statistik, 2022).
Hal ini sejalan dengan International Covenant on Economic Social, and Cultural Rights
(ICESCR) Pasal 12 yang menyebutkan bahwa tercapainya berbagai determinan
kesehatan dasar, seperti akses ke air yang aman diminum, akses terhadap ke
id
sanitasi layak, nutrisi dan perumahan yang aman, dan lainnya merupakan bagian
dari hak dasar manusia, yaitu hak atas kesehatan.
.
go
Berdasarkan Gambar 11, sebagian besar rumah tangga di Povinsi Lampung telah
s.
memiliki fasilitas pembuangan air besar di rumah masing-masing sebesar 93,10%.
p
Angka sejalan dengan Pilar 1 Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
.b
yang digalakkan oleh Kementrian Kesehetan, yaitu Stop Buang Air Besar
ng
Sembarangan.
pu
Gambar 11
Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota serta Penggunaan
am
93.1
s:
tp
ht
Namun berdasarkan Gambar 11, masih ditemukan rumah tangga yang tidak
memiliki fasilitas buang air besar, yang terbesar ditemukan di Kabupaten
Tanggamus dan Kabupaten Pesisir Barat, nilainya masing-masing 12,97% dan
12,73%. Hal ini perlu menjadi perhatian karena rumah yang tidak memiliki fasilitas
buang air besar rentan terhadap perilaku tidak higienis. Tidak adanya fasilitas
buang air besar memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Kontaminasi kotoran
manusia akibat buang air besar sembarangan serta perilaku tidak higienis dapat
Selain penggunaan fasilitas buang air besar, sanitasi yang layak juga berkaitan
dengan tempat pembuangan akhir tinja. Badan Pusat Statistik (2022) menjelaskan
bahwa limbah yang berasal dari tempat buang air besar (BAB) baik tinja maupun air
limbah seharusnya diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai maupun ke
tanah. Air limbah tinja mengandung bakteri berbahaya yang dapat menimbulkan
berbagai penyakit, seperti diare dan tifus. Air limbah yang tidak dioleh dan langsung
dibuang akan menyebabkan tercemarnya sumber air terutama air yang digunakan
untuk minum. Dalam publikasi ini, terdapat 5 tempat pembuangan akhir tinja, yaitu
tangki septik, Instalasi Pembuangan Akhir Limbah (IPAL), kolam/sawah/Sungai/
danau/laut, lubang tanah, dan pantai/tanah lapang/kebun/lainnya. Dari kelima
id
tempat pembuangan tersebut, tangki septik dan IPAL merupakan tempat
pembuangan tinja yang masuk ke dalam kategori sanitasi layak.
.
go
Gambar 12
s.
Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Tempat Pembuang
p
Akhir Tinja (Persen), 2022 .b
ng
61.33
pu
35.43
am
//l
Berdasarkan Gambar 12, sebagian besar rumah tangga di Provinsi Lampung telah
menggunakan tangki septik untuk tempat pembuangan akhir tinja persentasenya
sebesar 61,33%. Persentase ini paling besar berada di Kota Metro dan Kota Bandar
Lampung, masing-masing persentasenya sebesar 99,10% dan 94,44%. Hal ini
menandakan bahwa daerah perkotaan di Provinsi Lampung telah memiliki sanitasi
layak karena limbah melalui memprosesan terlebih dahulu sebelum dibuang.
Dari gambar tersebut (Lihat Gambar 12), masih terdapat rumah tangga yang tidak
memiliki sanitasi layak, diantaranya kolam/sawah/sungai/danau/laut, lubang
tanah, dan Pantai/tanah lapang/kebun/lainnya. Bila ditotalkan, persentasenya
mencapai 38,34%. Dari 3 tempat pembuangan limbah ini, lubang tanah memiliki
persentase tertinggi sebesar 35,43%. Tempat pembuangan akhir tinja berupa
lubang tanah paling banyak ditemukan di Kabupaten Way Kanan, Kabupaten
Tulang Bawang Barat, Kabupaten Lampung Barat, dan Lampung Timur. Dari 4
Salah satu aspek aman dalam penggunaan tangki septik adalah penyedotan tangki
septik. Tangki septik yang aman apabila dilakukan penyedotan maksimal 5 tahun
sekali. Tangki septik yang tidak disedot dalam 5 tahun mengindikasikan tangki
septik tersebut tidak kedap sehingga berpotensi mencemari sumber air di
sekitarnya terutama sumber air tanah.
id
Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi, energi memiliki
.
go
peran yang sangat penting dan sangat strategis bagi hajat hidup orang banyak
terutama dalam peningkatan kegiatan ekonomi, kesempatan kerja, dan ketahanan
s.
nasional. Pengelolaan energi juga haruslah memegang prinsip keadilan,
p
berkelanjutan, rasional, optimal, dan terpadu. Sehingga energy haruslah dikuasai
.b
negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat sesuai dengan
ng
Energi yang berkaitan langsung dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah
am
tersedia tenaga listrik yang cukup, merata, dan bermutu mengingat wilayah
Indonesia merupakan wilayah kepulauan (Badan Pusat Statistik, 2022). Listrik
s:
dalam publikasi ini bukan hanya listrik yang dihasilkan oleh BUMN PT. PLN, namun
tp
juga dihasilkan oleh instansi/pihak lain. Sedangkan kategori bukan listrik, berupa
ht
petromak, aladin, pelita, sentir, obor, biji jarak, dan sumber energi lainnya.
Tujuan 7 SDGs, yaitu menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan,
dan modern untuk semua adalah rasio penggunaan gas rumah tangga. Indikator ini
digunakan untuk melihat proporsi rumah tangga yang sudah memanfaatkan
penggunaan gas sebagai bahan bakar untuk memasak yang lebih bersih dan aman
(Badan Pusat Statistik, 2022).
id
Lampung Utara 99,26 0,74 0,00
.
Way Kanan 98,83 1,17 0,00
go
Tulang Bawang 98,36 1,64 0,00
s.
Pesawaran 98,45 1,55 0,00
Pringsewu 100,00
p
0,00 0,00
.b
Mesuji 98,25 1,60 0,15
ng
Dalam publikasi ini, terdapat 4 jenis kategori bahan bakar utama yang digunakan
ht
Berdasarkan hasil Susenas Maret 2022 diketahui bahwa hampir seluruh rumah
tangga di 15 kabupaten/kota di Provinsi Lampung menggunakan bahan bakar
bakar utama jenis elpiji/gas kota/biogas bahkan persentasenya lebih dari 79,00%.
Wilayah paling banyak menggunakan elpiji/gas kota/biogas sebagai bahan bakar
utama adalah Kota Bandar Lampung dan Kota Metro. Hal ini menandakan
kebijakan penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan telah dilakukan dengan
baik di daerah perkotaan Provinsi Lampung. Ketergantungan terhadap energi fosil
yang menjadi salah satu tantangan ketahanan energi nasional perlahan mulai dapat
diatasi. Bahkan, tahun 2007 pemerintah Indonesia melaksanakan kebijakan
konversi minyak tanah ke elpiji untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi
fosil (Kaharudin Gobel et al., 2023).
8.24
0.66 0.01 0.1
. id
go
p s.
Sumber: BPS Provinsi Lampung
.b
Berdasarkan Gambar 13, terdapat rumah tangga yang tidak memasak di rumah
ng
tertinggi kategori tidak memasak di rumah adalah Kota Bandar Lampung. Hal ini
dapat bisa dipahami mengingat Kota Bandar Lampung memiliki banyak pusat-pusat
am
F. Kesimpulan
tp
ht
Adinda Mega Putri, Imam Thohari, & Ernita Sari. (2022). Kondisi Fisik Rumah (Jenis
Dinding, Jenis Lantai, Pencahayaan, Kelembaban, Ventilasi, Suhu, dan
Kepadatan Hunian) Mempengaruhi Kejadian Penyakit Tuberkolusis di
Wilayah Kerja Puskesmas Krian Sidoarjo Tahun 2021. Gema Lingkungan
Kesehatan, 20(1). https://doi.org/10.36568/gelinkes.v20i1.5
Afmi Afika, Y., & Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Padang Jl Hamka Air Tawar Padang, A. (2019). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Permintaan Rumah di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi dan
Pembangunan.
Badan Pusat Statistik. (2022). Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan 2022.
BPS
id
Badan Pusat Statistik (2023). Statistik Perumahan dan Permukiman 2022. BPS
Carliner, G. (1974). Determinants of Home Ownership. Land Economics, 50(2).
.
go
https://doi.org/10.2307/3145360
Dinka Hermawati, R., Nyoman, I., Wijaya, S., & Basuki, E. (2021). Faktor- Faktor
s.
yang Mempengaruhi Generasi Y dan Z dalam Memilih Perumahan di Kota
p
Kediri. Planning for Urban Regionand Environment, 10(4), 161–168.
.b
https://purejournal.ub.ac.id/index.php/pure/article/view/92/62
ng
Kaharudin Gobel, R., Shergi Laksmono, B., Huseini, M., Siscawati, M., & Prajudi
Atmosudirdjo Lantai, G. (2023). SUBSIDI ELPIJI UNTUK SIAPA?
pu
https://doi.org/10.24167/tesa.v18i1.1199
ht
Putri, M., & Yuniasih, A. F. (2022). Determinan Akses Sumber Air Minum Layak di
Provinsi Bengkulu Tahun 2021. Seminar Nasional Official Statistics, 2022(1).
https://doi.org/10.34123/semnasoffstat.v2022i1.1239
Struyk, R. J., & Marshall, S. (1974). The Determinants of Household Home
Ownership. Urban Studies, 11(3).
https://doi.org/10.1080/00420987420080551
Susilawati, Y., Tarmilah, M., & Sukmana, V. W. (2014). JARAK AMAN PEMBUATAN
SUMUR GALI DENGAN SUMBER PENGOTOR SECARA BAKTERIOLOGI DI
DUSUN SANGGRAHAN DESA PISANG KECAMATAN PATIANROWO
KABUPATEN NGANJUK.
Thamrin, M. T., & Mukhlis, A. (2014). Dampak Radiologis Pelepasan Serat Asbes.
Puslitbang Keselamatan Radiasi Dan Biomedika Nuklir – BATAN, 6(2).
Wijayanti, T. N. (2019). Pengaruh Religuitas, Promosi, dan Reputasi Terhadap
Minat Generasi Milenial Menggunakan Produk Pembiayaan KPR pada Bank
Syariah (Studi Kasus di Kota Yogyakarta). In Skripsi.
DATA
//l
s:
MENCERDASKAN BANGSA
tp
ht