Anda di halaman 1dari 6

BAHASA DAN KEPRIBADIAN INDONESIA

PENGERTIAN BAHASA DAN KEPRIBADIAN

A. PENDIDIKAN WATAK ( KARAKTER ) MELALUI BAHASA


Pengantar Pendidikan merupakan hal yang sangat penting sepanjang hajat hidup manusia
karena melalui pendidikan dapat dihasilkan manusia yang handal dan bermartabat.
Pendidikan turut menentukan nasib dan masa depan suatu bangsa. Oleh karena itu, sistem
pendidikan harus terus menyesuaikan dengan perkembangan zaman (baca pula Djohar,
2003). Mengingat peran pendidikan yang sangat strategis, terlebih di era global sekarang ini,
sudah seyogianya segenap potensi bangsa turut serta berupaya meningkatkan kualitas
pendidikan. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat.
Dampaknya dapat kita rasakan dalam berbagai aspek kehidupan, tidak terkecuali dalam
bidang pendidikan. Perkembangan tersebut di satu sisi berdampak positif, tetapi di sisi lain
berdampak negatif. Dampak positif dapat kita rasakan dalam hal kemudahan mendapatkan
berbagai informasi melalui kehadiran dunia maya. Begitu pula dampak negatifnya sekaligus
dapat kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain perubahan tata nilai dan norma
yang terjadi di masyarakat. Hampir setiap saat kita menyaksikan tayangan yang
berhubungan dengan tindakan anarkistis yang dilakukan oleh sebagian masyakat kita.
Sungguh kita sangat merindukan masyarakat yang memiliki sifat (karakter) ramah, santun,
dan toleran, sebagaimana diajarkan oleh para leluhur bangsa ini. Oleh karena itulah, sangat
relevan Kementerian Pendidikan Nasional dalam rangka memperingati Hari Pendidikan
Nasional Tahun 2011 mengusung tema “Pendidikan Karakter sebagai Pilar Kebangkitan
Bangsa” dengan subtema “Raih Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti”. Bahasa sebagai Pilar
Utama Pendidikan Karakter Sebagaimana kita ketahui bersama, sistem pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008: 623) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Dengan demikian, karakter (watak;
tabiat) dapat dipahami sebagai sikap, tingkah laku, dan perbuatan baik atau buruk yang
berhubungan dengan norma sosial. Oleh karena itu, erat kaitan antara karakter dan interaksi
sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tentu melibatkan bahasa saat berinteraksi dengan
sesamanya. Bahasa merupakan unsur penting kebudayaan. Transformasi budaya selama ini
berlangsung tiada lain karena peran bahasa pula. Ungkapan ”bahasa menunjukkan bangsa”
telah terbukti. Melalui bahasa kita dapat mengetahui budaya dan pola pikir suatu
masyarakat.
Karakter seseorang tampak dari perilaku berbahasanya, sebagaimana ditegaskan oleh
Effendi (2009: 75) bahwa cara berpikir seseorang tercermin dalam bahasa yang
digunakannya. Jika cara berpikir seseorang itu teratur, bahasa yang digunakannya pun
teratur pula. Melalui data kebahasaan, kita dapat mengetahui karakter bangsa ini. Secara
umum masyarakat kita sangat mementingkan kasih sayang terhadap sesamanya. Cermatilah
muatan makna unsur yang membentuk kata bilangan sebelas, yakni se- dan belas. Dalam
bahasa daerah, seperti bahasa Sunda dan Jawa, dikenal pula bilangan ini: sawelas/sabelas
(Sunda), sewelas (Jawa). Penyebutan bilangan ini berkaitan dengan karakter budaya
masyarakat dahulu, terutama dalam hal jual-beli. Sebagai wujud sayang (belas kasih) kepada
sesama (pedagang kepada pembeli) jika seseorang membeli sesuatu sebanyak sepuluh buah,
penjual memberinya lebih (bonus) satu atau dua buah. Tegasnya, ”beli sepuluh dapat satu”.
Bahkan, bagi sebagian masyarakat Indonesia, misalnya masyarakat Sunda, cinta kasih
menjadi dasar filosofi kehidupan sehari-harinya, ”kudu silih asih, silih asah, jeung silih asuh”
yang berarti harus saling mengasihi, saling mengasah(meningkatkan), dan saling
mengasuh(mendidik) di antara sesama. Masih banyak khazanah budaya daerah yang
terkandung dalam bahasa dan belum tergali. Namun, sayang tidak sedikit pula yang sudah
hilang sehingga masyarakat sekarang tidak mengenalnya lagi. Punahnya budaya tersebut,
yang di antaranya menjadi ciri karakter masyarakat kita, seiring punahnya bahasa yang
bersangkutan. Sangat disayangkan jika hal ini terus dibiarkan terjadi karena masih
bersemayamnya anggapan keliru di benak sebagian masyarakat kita bahwa bahasa adalah
barang sehari-hari yang tidak memerlukan perhatian khusus. Padahal, sudah sepatutnyalah
kita mensyukuri kekayaan bahasa yang melimpah ini.
Situasi kebahasaan di Indonesia sangatlah kompleks. Namun, bahasa Indonesia tetap melaju
ke arah perkembangan yang pesat. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan bahasa Indonesia
dalam mengekspresikan konsep ilmu pengetahuan teknologi dan seni dewasa ini. Dalam
rentang waktu delapan puluh tahun lebih bahasa Indonesia berkembang ke arah
kemantapan dan kedinamisan. Kemantapan dapat diamati dengan adanya keajekan dalam
kaidah, misalnya kata kesimpulan. Kini disadari bahwa bentuk yang benar secara gramatikal
adalah simpulan (hasil dari kegiatan menyimpulkan). Bentukan simpulan ini diperoleh dari
memperbandingkannya secara analogis dengan bentuk yang sudah ada, seperti kata
karangan (hasil dari kegiatan mengarang) dan tulisan (hasil dari kegiatan menulis).
Kedinamisan bahasa Indonesia menunjukkan adanya perubahan ke arah pembaruan dalam
gramatika. Hal ini sesuai dengan sifat bahasa yang dinamis—mengikuti dinamika perubahan
pada masyarakat penuturnya. Sebagai contoh, dulu hanya dikenal kata rata-rata, dewasa ini
dalam bidang eksakta digunakan kata rerata sebagai padanan kata dari bahasa Inggris mean.
Bentukan rerata merupakan bentukan baru hasil beranalogi dari, antara lain lelaki (laki-laki)
dan tetamu (tamu-tamu). Kenyataan tersebut membangkitkan rasa optimistis bahwa bahasa
Indonesia dapat digolongkan sebagai bahasa yang modern. Sebagai konsekuensinya, dalam
bahasa Indonesia mutakhir sering ditemukan kosakata baru sebagai imbangan kosakata
asing, seperti kata jaminan mutu yang merupakan padanan quality assurance, pemangku
kepentingan padanan untuk stakeholder, rencana induk padanan untuk master plan, dan
pentas lorong padanan untuk catwalk (lihat Arifin dkk. (Ed.), 2003).
Pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia tidak saja ditunjang oleh semakin
banyaknya pemakai dan wilayah bahasa Indonesia di dalam negeri Indonesia sendiri, tetapi
juga di luar negeri. Hal ini tentu menggembirakan dan sekaligus membanggakan pemilik
bahasa Indonesia. Kenyataan ini sudah selayaknya menjadi pendorong untuk terus
meningkatkan kualitas bahasa Indonesia sebagai bahasa yang modern. Untuk itu, kesadaran
berbahasa yang baik dan benar para pemakainya menjadi bagian penting dari pendidikan
karakter bangsa. Penutup Bahasa sebagai wahana pendidikan karakter perlu direncanakan,
dibina, dan dimodernkan. Strategi yang efisien dan efektif untuk mewujudkannya tiada alin
adalah melalui pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu, perencanaan pengajaran
bahasa yang terpadu dan sinergis perlu diupayakan. Pemodernan melalui pengadopsian kata
serapan dari bahasa asing sudah selayaknya diimbangi dengan penggalian terhadap kosakata
bahasa Indonesia dan bahasa daerah itu sendiri sebagai penyeimbang. Dengan demikian,
masyarakat tidak hanya akrab pada kata, misalnya intrinsik dan ekstrinsik, tetapi dapat pula
memanfaatkan kosakata daerah (misalnya bahasa Sunda) yang memiliki muatan makna yang
sama dengan kata tersebut, nyamuni dan nembrak. Terlebih lagi, sebagai pengejewantahan
karakter bangsa melalui sikap positif berbahasa dalam mengekspresikan kekinian kita perlu
mempertimbangkan kembali penggunaan kata-kata asing di tempat umum.

karakter dapat dipengaruhi banyak oleh banyak


hal. Diantaranya keluarga, teman, lingkungan, dan bahasa, dan banyak
lagi lainnya. Salah satu diantaranya yang paling berpengaruh adalah
bahasa. Dalam berkomunikasi bahasa merupakan suatu keharusan
dan modal yang mampu menunjukkan identitas diri. Baik dari
situasi formal maupun non formal. Bahkan bahasa yang dianggap
sebagai budaya berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter.
Seseorang mulai mengenal bahasa sejak di lingkungan keluarga,
kemudian berlanjut ke lingkungan sekolah, dan masyarakat. Ini
semua yang disebut lingkungan pendidikan. Namun pendidikan
yang ada di lingkungan kita belum mampu memberikan nilai lebih
sehingga mampu membuat seseorang menjadi mudah menghadapi
masa depannya dengan baik.
Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam
jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam
pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,
pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai
dengan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan
nasional pada pasal 3, yang menyebutkan bahwa Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab sedangkan salah
satu untuk mendapatkan pendidikan dengan nilai-nilai mulia,
berakhlak , kreatif, dan memiliki karakter sesuai budaya bangsa
dapat diperoleh melalui penggunaan bahasa yang baik. Seperti yang
ditekankan pada pernyataan diatas, bahasa ternyata memiliki peranan
dalam pengelolaan dan menciptakan generasi penerus yang memiliki
nilai lebih. Dengan alasan itulah, perlunya menganalisa lebih jauh
bagaimana pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa.

Sebagai makhluk sosial manusia tentu melibatkan bahasa saat


berinteraksi dengan sesamanya. Bahasa merupakan unsur penting
kebudayaan. Transformasi budaya selama ini berlangsung tiada lain
karena peran bahasa pula. Ungkapan “Bahasa menunjukkan bangsa”
telah terbukti. Melalui bahasa kita dapat mengetahui budaya dan pola
pikir suatu masyarakat. Menurut Keraf (1997: 1) Bahasa adalah alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa haruslah merupakan bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi.
Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau lambang.
Menurut para ahli, Plato mengemukakan bahwa bahasa pada
dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan
onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang
merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
Carrol berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem berstruktural
mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka,
yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar
individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas
memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa dan prosesproses
dalam lingkungan hidup manusia. Sudaryono mengemukakan
bahwa bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun
tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana
komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.
Dapat disimpulkan bahwa bahasa alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa
memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas
dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan
media. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Bukan sembarang bunyi karena bunyi itu sendiri
haruslah merupakan simbol atau perlambangan.
Bahasa adalah budaya Inilah yang menjadi sorotan masyarakat,
bahasa merupakan ciri dari budaya suatu daerah atau personal yang
ada dalam diri seseorang. Bagaimana jika budaya salah satu masyarakat
menjadi suatu hal yang sulit diterima masyarakat, bisa jadi karena salah
satu faktor yaitu bahasa yang kurang tepat, dan itu bisa saja terjadi
pada anak didik kita jika tidak ditanamkan sejak dari awal pentingnya
ketepatan bahasa maka akan besar pengaruhnya terhadap budaya
mereka dan pendidikannya ke depan. Penanaman nilai dalam suatu
pendidikan harus diterapkannya, pentingnya pendidikan karakter
yang memasukkan unsur penting seperti budi pekerti, pengetahuan,
tindakan, dan kesemua itu dilakukan dengan tingkat kesadaran yang
tinggi. Penanaman sejak dini memberikan dampak besar bagi anak
ke depannya. Bahasa Indonesia sangatlah penting untuk dipelajari
karena Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang menjadi
identitas dari bangsa Indonesia. Pentingnya pendidikan karakter dan
pembelajaran Bahasa Indonesia akan diintegrasikan dalam proses
belajar mengajar.
Bahasa mencerminkan bangsa. Itulah kira-kira gambaran
bagaimana hubungan bahasa dengan pendidikan karakter. Bahasa
yang notabene alat komunikasi mempunyai dampak yang besar
terhadap perilaku manusia. Hal tersebutlah yang meyakini setiap
tuturan yang diucapkan manusia mempunyai karakter tersendiri.
Berkaitan dengan proses pembelajaran seorang guru dapat
Metahui karakter atau kepribadian peserta didiknya melalui bahasa
yang digunakan pada saat berkomunikasi baik di dalam maupun di luar
proses pembelajaran. Seseorang guru dapat mengetahui kejujuran,
daya intelektual, kesopanan dan karakter dari peserta didiknya
dapat diketahui dari tutur bahasa, ekspresi, kalimat yang efektif, dan
cara penyampaian yang digunakan pada saat berkomunikasi, baik
dengan gurunya, teman-temannya, maupun orang lain. Bahasa yang
dimaksudkan dalam berkomunikasi disini bisa lisan maupun tulisan.
Pendidikan karakter dengan proses pembelajaran Bahasa
Indonesia memiliki hubungan satu dengan yang lain. Pendidikan
karakter terkandung dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat nilai-nilai pendidikan
karakter diantaranya kejujuran, intelektualitas, sopan santun, dan
rasional. Pendidikan berbasis karakter merupakan salah satu upaya
dalam pembaharuan di dunia pendidikan, besar pengaruhnya
penanaman karakter pada anak dianggap sebagai hal pokok. Hal
ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan peserta dididk sangat
penting untuk ditingkatkan. (JURNAL YG DI DOWNLOAD 14/2/2020)

B. FUNGSI BAHASA SEBAGAI ..


A. Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan
Sumpah pemuda yang berbunyi "Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertanah air
satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bangsa Indonesia",
membuktikan bahwa pengakuan tersebut memiliki fungsi yang luar biasa dalam
mengembangkan kepribadian bangsa. Fungsi tersebut menegaskan bahwa setiap warga
negara Indonesia senantiasa berkepribadian, berperilaku, dan berbudi khas Indonesia.
Sementara itu, dampak dari pernyataan tersebut adalah persatuan pemuda yang
terpisah-pisah dalam suatu organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan menyatakan
tekadnya yang bulat untuk bersatu sebagai pemuda Indonesia dan menggunakan bahasa
indonesia dalam setiap komunikasi nasional. Kini, bahasa Indonesia berfungsi efektif sebagai
bahasa persatuan bangsa Indonesia.

B. Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara


Bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya dalam UUD 1945 yang menyatakan bahwa
bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Penegasan ini menunjukkan kedudukan dan fungsi
yang bersifat formal dalam kegiatan kenegaraan. Selain itu, bahasa Indonesia juga digunakan
sebagai bahasa nasional dalam berbagai komunikasi yang bersifat nasional, kedinasan, dan
kegiatan nasional dalam lembaga pemerintah maupun nonpemerintah.
Perkembangan selanjutnya membuktikan secara meyakinkan bahwa sejak proklamasi
setiap komunikasi nonformal pun masyarakat dan bangsa Indonesia senantiasa
menggunaklan bahasa Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa pemakaian bahasa Indonesia
telah berakar pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam suasana keakraban. Fungsi
ini berkembang menjadi lambang nasional, negara, semangat untuk bersatu, dan
kepribadian.

C. Kepribadian yang Baik dan Cerdas

Kepribadian yang Baik


Bahasa Indonesia sebagai mata kuliah pengembang kepribadian diarahkan pada
kemampuan berbahasa yang baik, yang dapat diterima oleh orang lain. Kemampuan ini
didukung penggunaan bahasa yang santun yaitu bahasa yang halus, sopan, menghargai
orang lain, tidak menunjukkan kemampuan diri berlebihan dihadapan orang lain. Selain itu,
kemampuan ini didukung penggunaan bahasa yang benar yaitu bahasa yang sesuai dengan
asturan dan kaidah bahasa Indonesia.
Seseorang dikatakan mempunyai kepribadian baik jika perilakunya ( ucapan, budi bahasa,
tindakan, perbuatan ) dapat diterima oleh orang lain. Semakin luas lingkungan masyarakat
yang dapat menerima kebaikannya, berarti kebaikan pribadinya semakin sempurna.
Perilaku seseorang dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu perilaku kurang, perilaku
rata-rata, dan perilaku unggulan ( Widjono, 2011 : 5 ).
Perilaku kurang ( harus dihindari )
Indikator:
Perilaku rata-rata ( dapat dimanfaatkan untuk mendukung perilaku unggulan )
Perilaku unggulan
Kepribadian yang Cerdas

Anda mungkin juga menyukai