LP Kolelitiasis Yudi
LP Kolelitiasis Yudi
G
DENGAN DIAGNOSA CHOLETIASIS DI RUANG ICU RSUD dr SOEKARDJO
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Gawat Darurat
Disusun Oleh :
Yudi Supriyadi
221FK09022
2. Manifestasi Klinis
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) tanda dan gejala kolelitiasis adalah :
Gejala (komplikasi) :
a. Nyeri Kolik.
b. Radang kantung dan saluran empedu.
c. Ikterus/Jaundice
d. Pancreatitis.
e. Ileus (gallstone ileus) (Handaya, 2018).
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Pathway
6. Klasifikasi
a. Batu Kolesterol
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudahdihancurkan dan mengandung kalsium-
bilirubinat sebagai komponen utama.
Berwarna hitam atau hitamkecoklatan, tidakberbentuk, seperti bubuk dan kaya akan sisa zat
- Tes darah, untuk mendeteksi infeksi empedu dan mengetahui fungsi hati – Pemindaian
- USG
- Rontgen
- MRI, atau CT scan, untuk memeriksa ada tidaknya gangguan pada kantong empedu atau
sumbatan saluran empedu
8. Penatalaksanaan Medis
a. Obat ursodeoxycholic acid (urdafalx) masih berwujud lumpur
b. Operasiletak batu, ukuran dan faktor lain.
- Laparoscopy (Keyhole surgery).
- Open (traditional operation) (Handaya, 2018)
Kurang lebih 80% dari pasien-pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh
dengan istirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik.
Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala akut mereda dan evalusi yang lengkap
dapat dilaksanakan, kecuali jika kondisi pasien memburuk. Manajemen terapi :
- Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
- Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut.
- Observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign.
- Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok.
- Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati).
b) Disolusi medis Oral
c) Disolusi kontak
9. Komplikasi
D. Diagnosa Keperawatan
(NANDA, 2018)
a. Nyeri akut b.d respon tubuh kerusakan jaringan lunak pasca bedah
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan
yang kurang adekuat
c. Defisiensi pengetahuan b.d kurang paparan informasi,tidak familiar dengan sumber
informasi,kurang mengingat kembali
d. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan drainase kandung empedu, intake,
gangguan koagulasi
e. Resiko tinggi infeksi b.d adanya port de entree luka pasca bedah
E. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Melakukan pengkajian 1. Mengetahui tingkat
respon tubuh keperawatan selama 3x24 jam Pasien secara komperhensif, nyeri yang di rasakan
kerusakan jaringan menyatakan nyeri hilang berkurang observasi dan catat lokasi, dapat membantu
lunak pasca bedah atau menurun dengan kriteria hasil: beratnya (skala menentukan intervensi
1. Keluhan nyeri menurun 1-10) dan karakteristik nyeri yang tepat.
2. Meringis menurun (menetap, hilang timbul). 2. Untuk mengetahui
perubahan TTV
3. Kesulitan tidur menurun 2. Observasi tanda - tanda vital
terutama suhu dan nadi
4. Gelisah menurun tiap 8 jam.
3. Ciptakan lingkungan yang merupakan salah satu
5. TTV dalam batas normal
nyaman dan tenang. indikasi peningkatan
4. Beri posisi yang nyaman. nyeri yang di alami
5. Anjurkan pasien untuk oleh klien.
melakukan teknik 3. Lingkungan yang
relaksasi. nyaman dapat
membuat klien
6. Kolaborasi dengan dokter
beristirahat dengan
pemberrian terapi secara
tenang.
farmakologis.
4. Posisi yang nyaman
dapat menghindarkan
penekanan pada area
nyeri.
5. Teknik relaksasi dapat
membuat klien merasa
nyaman dan distraksi
dapat mengurangi
nyeri yang di rasakan.
6. Obat-obat analgetik
akan memblok
reseptor nyeri sehingga
nyeri tidak dapat
dipersepsikan.
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Catat status nutrisi pasien, BB, 1. Dapat menentukan
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam status integritas mukosa oral, intervensi yang
kebutuhan tubuh b.d nutrisi pasien membaik dengan kriteria kemampuan menelan, tonus tepat.
intake makanan yang hasil: otot, mual muntah. 2. Membantu
kurang adekuat 1. Porsi makanan yang dihabiskan 2. Perhatikan diet. mengidentifikasi
meningkat 3. Awasi masukan serta kebutuhan/kekuatan
2. Berat badan membaik BB secara periodic. khusus.
3. Indeks massa tubuh membaik 4. Beri makanan dalam porsi 3. Mengukur keefektifan
nutrisi dan cairan.
4. Frekuensi makan membaik sedikit pada awalnya. 4. Merangsang nafsu
5. Nafsu makan membaik 5. Beri makannan dengan cara makan.
yang menarik. 5. Meningkatkan
keinginan untuk
makan.
Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Monitor status hidrasi (mis.
volume cairan b.d keperawatan selama 3x24 jam Frekuensi nadi, kekuatan
kehilangan drainase Pasien menyatakan keseimbangan nadi,akral,pengisian
kandung empedu, cairan meningkat dengan kriteria kapiler,kelembapan
intake, gangguan hasil: mukosa, turgor kulit,
koagulasi 1. Asupan cairan meningkat tekanan darah)
2. Keluaran urin meningkat 2. Monitor berat badan harian
3. Monitor hasil pemeriksaan
3. Kelembapan membrane
laboratorium
Mukosa
4. Monitor status hemodinamik
4. Asupan makanan meningkat
5. Catat intake dan output lalu
5. Edema menurun
hitung balance cairan 24 jam
6. Dehidrasi menurun 6. Berikan asupan cairan ,
7. Asites menurun sesuai kebutuhan
8. Konfusi menurun 7. Berikan cairan intravena , jika
9. Tekanan darah membaik diperlukan
10. Denyut nadi radial membaik
8. Kolaborasi pemberian
11. Tekanan arteri rata-rata
diuretic,jika diperlukan
membaik
12. Mata cekung membaik
13. Turgor kulit membaik
14. Berat badan membaik
Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya tanda-tanda 1. Untuk mengetahui
b.d adanya port de asuhan keperawatan selama infeksi. adanya gejala awal
entree luka pasca 3x24 jam pasien tidak 2. Observasi tanda-tanda vital dar proses infeksi.
bedah mengalami infeksi dengan 3. Observasi kulit yang 2. Perubahan TTV
kriteria hasil: mengalami kerusakan(luka, merupakan satu
1. Demam menurun garis jahitan), alat infasif indikator dan
2. Kemerahan menurun (infus, kateter). terjadinya proses
3. Nyeri menurun 4. Kolaborasi dengan tim medis infeksi dalam tubuh.
4. Bengkak menurun untuk pemberian obat 3. Deteksi dini
5. Vesikel menurun antibiotik. perkembangan
6. Cairan berbau busuk infeksi.
menurun 4. Antibiotik dapat
7. Letargi menghambat
8. Kebersihan tangan pembentukan sel
bakteri sehingga
meningkat proses infeksi tidak
9. Kebersihan badan terjadi.
meningkat
10. Kadar sel darah putih
membaik
F. Evidence Based Practice
Judul : PENERAPAN RELAKSASI NAFAS DALAM DAN AROMATERAPI
LAVENDER PADA PASIEN NYERI POST OPERASI CHOLELITHIASIS DI
RUANG MELATI LANTAI 4 RSUD DR SOEKARDJO KOTA
TASIKMALAYA
Penulis : Deden Miftahul Hidayat, Arif Rahman, SST, MTr.Kep, Yanti Cahyati,
S.Kep, Ners, M.Kep
Tujuan : Untuk mendapatkan gambaran yang jelas serta komprehensif mengenai
pengaruh latihan teknik relaksasi nafas dalam serta aromaterapi lavender guna
menurunkan skala nyeri pada pasien post operasi cholelithiasis
Hasil : Hasil pengukuran dengan format pengakajian nyeri PQRST dan lembar
observasi skala nyeri numerik pada responden menunjukkan skor total yang
mengalami penurunan skala nyeri. Dalam studi kasus ini, masalah nyeri akut
yang dialami responden teratasi sebagian karena beberapa faktor yang
mempengaruhi nyeri diantarany usia, daya koping
Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh teknik relaksasi nafas
dalam dan aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat nyeri yang terjadi
pada pasien post operasi cholelithiasis yaitu dari nyeri sedang menjadi nyeri
ringan
DAFTAR PUSTAKA