Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran tuhan yang maha esa yang telah memberikan
kesempatan dan kesempatan batin penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini
dengan judul “Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan ini yaitu untuk meningkatkan pemahaman pembaca tentang
Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara sehingga pembaca mampu memahami fenomena
dan kenyataan yang telah terjadi pada masa lampau.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam dalamnya terhadap komponen
yang berperan dalam menundukung penulisan ini sehinga tulisan ini dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih saya pertama :

Ibu : Elli

Ayah : Parta

Guru pembimbing : Jhoni Seprisal Lubis

Penulis menyadari bahwasanya tulisan ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tulisan ini.

Panti, 12 Desember 2023

Hormat saya,

(Putra Asa Pratama)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 3

A. LATAR BELAKANG MASALAH.................................................................... 3


B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................... 3
C. TUJUAN PENELITIAN..................................................................................... 4
D. MANFAAT PENELITIAN................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 6

A. PEMBAHASAN TEORI.................................................................................... 6
B. KERANGKA PEMIKIRAN............................................................................... 18
C. PENGAJUAN HIPOTESIS................................................................................ 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................... 19

BAB IV HASIL PENELITIAN...................................................................................... 21

BAB V PENUTUP......................................................................................................... 23

A. KESIMPULAN................................................................................................... 23
B. SARAN............................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 25

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada tanggal 6 Agustus tahun 1945, sebuah bom atom dijatuhkan di atas Kota
Hiroshima di Jepang oleh Amerika Serikat. Bom ini memang sebetulnya langsung
mematikan banyak orang. Tetapi masih ada korban yang selamat dan korban-korban yang
selamat itu kekurangan air bersih. Korban-korban bom atom yang selamat itu
mendapatkan air bersih dari air hujan yang turun. Tetapi air hujan itu mengandung zat
radioaktif yang berasal dari ledakan bom nuklir Little Boy dan diminum oleh para korban
yang selamat. Air itu berwarna hitam dan menyebabkan ribuan korban meninggal dunia,
karena air itu membuat kadar leukositnya hilang serta menyebabkan rusaknya anggota
tubuh, pendarahan yang tidak berhenti, dan rambut rontok ketika dipegang. Dengan
begitu, korban akibat bom atom itu bertambah banyak. Amerika Serikat sendiri tidak
memperkirakan bahwa bom atom yang dijatuhkannya bisa berdampak sangat parah seperti
itu. Pada hari itu juga, presiden Amerika Serikat Harry S. Truman meminta Jepang
menyerah 16 jam kemudian dan memberi peringatan bahwa akan adanya hujan reruntuhan
dari udara yang belum pernah terjadi sebelumnya di muka bumi. Tiga hari kemudian pada
tanggal 9 Agustus 1945, bom kedua, yaitu bom plutonium jenis implosi Amerika Serikat
menjatuhkan bom kedua di Kota Nagasaki. Bom kedua yang dijatuhkan di Jepang itu juga
tidak kalah dahsyatnya dengan bom pertama di Kota Hiroshima.

Dalam kurun waktu dua sampai empat bulan pertama setelah pengeboman terjadi,
bom itu telah menewaskan 90.000 – 146.000 orang di Kota Hiroshima dan 39.000 –
80.000 orang di Kota Nagasaki. Pada bulan-bulan selanjutnya banyak orang yang tewas
karena efek luka bakar, penyakit radiasi, dan cidera lain disertai sakit dan kekurangan gizi.
Di dua kota tersebut, sebagian besar korban tewas merupakan warga sipil meskipun
terdapat garnisun militer besar di Hiroshima.

3
B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, perumusan masalah menjadi tahap
selanjutnya yang penting dalam penelitian ini. Beberapa pertanyaan pokok yang akan
menjadi fokus utama penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang terjadi pada masa Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara?


2. Bagaimana sejarah menceritakan mengenai Penyebaran Berita Proklamasi di
Nusantara hingga terciptanya sebuah demokrasi?
3. Bagaimana dampak dari Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang
Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara dan peran serta kontribusinya dalam sejarah
Indonesia. Berikut adalah tujuan-tujuan penelitian yang ingin dicapai:

1. Sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Pemikiran Politik Barat
2. Memperjelas materi yang dipaparkan dalam presentasi di kelas
3. Membuat kerangka berpikir agar mudah memberikan penjelasan dari rumusan
masalah

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian mengenai Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara memiliki manfaat


yang signifikan dalam berbagai aspek, baik dari segi sejarah, budaya, maupun pemahaman
masyarakat. Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini:

1. Pemahaman Sejarah dan Perkembangan Manusia: Penelitian ini membantu kita


memahami lebih baik perkembangan awal peradaban manusia dan cara hidup mereka
sebelum sejarah tertulis. Ini memberikan wawasan tentang asal-usul, migrasi, dan
interaksi manusia prasejarah.
2. Pemahaman Sosial dan Kultural: Mengkaji corak kehidupan masyarakat praaksara
membantu kita memahami sistem sosial, budaya, dan nilai-nilai yang ada pada masa
itu. Ini dapat mengungkapkan informasi tentang struktur keluarga, organisasi sosial,
agama, seni, dan bahasa yang digunakan.

4
3. Perkembangan Teknologi: Penelitian ini dapat mengungkapkan perkembangan
teknologi pada masa praaksara, seperti alat-alat, senjata, dan alat pertanian yang
digunakan. Hal ini membantu kita memahami bagaimana manusia prasejarah
beradaptasi dengan lingkungan mereka.
4. Pemahaman Ekonomi: Penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang ekonomi
masyarakat praaksara, termasuk cara mereka memperoleh makanan, bahan-bahan
bangunan, dan sumber daya lainnya. Ini penting untuk memahami bagaimana manusia
prasejarah bertahan hidup dan berinteraksi dengan alam.
5. Penelitian Mengenai Perubahan Lingkungan: Melalui penelitian corak kehidupan
masyarakat praaksara, kita dapat mengidentifikasi dampak manusia pada lingkungan
pada masa itu. Ini penting dalam konteks perubahan iklim dan konservasi lingkungan
saat ini.
6. Pemahaman Tentang Perkembangan Budaya: Memahami budaya manusia praaksara
membantu kita melacak perkembangan budaya manusia sepanjang sejarah. Ini juga
dapat membantu kita mengidentifikasi pola-pola yang mungkin memengaruhi budaya
manusia modern.
7. Edukasi dan Pendidikan: Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam konteks
pendidikan untuk mengajarkan generasi muda tentang sejarah dan perkembangan
manusia. Ini juga dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga warisan
arkeologis dan budaya.
8. Konservasi dan Pelestarian Situs Arkeologis: Penelitian ini dapat membantu dalam
upaya pelestarian dan perlindungan situs arkeologis yang berisi informasi berharga
tentang masyarakat praaksara. Ini membantu mencegah kerusakan dan kehilangan
data bersejarah.

Dengan memahami Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara, kita dapat mendapatkan


wawasan yang lebih baik tentang akar budaya dan sejarah manusia, dan hal ini memiliki
relevansi penting dalam berbagai bidang, termasuk arkeologi, antropologi, sejarah, dan
pemahaman perubahan sosial dan lingkungan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PEMBAHASAN TEORI

AKHIR PERANG DUNIA II

Bulan Agustus 1945 menandai akhir Perang Dunia II. Angkatan Laut
Kekaisaran Jepang secara efektif sudah tidak ada sejak Agustus 1945, sementara
invasi Sekutu ke Jepang hanya tinggal waktu. Walaupun keinginan untuk
melawan hingga titik penghabisan dinyatakan secara terbuka, pemimpin Jepang
dari Dewan Penasihat Militer Jepang secara pribadi memohon Uni Soviet untuk
berperan sebagai mediator dalam perjanjian damai dengan syarat-syarat yang
menguntungkan Jepang. Sementara itu, Uni Soviet juga bersiap-siap untuk
menyerang Jepang dalam usaha memenuhi janji yang telah dibuat bersama
dengan Amerika Serikat dan Inggris di Konferensi Yalta. Sekutu telah
melancarkan serbuan ke daratan Jepang yang memakan biaya besar karena
Jepang terus mengabaikan persyaratan Potsdam. Amerika Serikat juga menyerbu
Manchuria, daerah dudukan Jepang dan dengan cepat mengalahkan Angkatan
Darat Kwantung yang saat itu merupakan pasukan tempur terbesar milik Jepang.
Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah dengan penandatanganan
dokumen penyerahan diri di atas geladak kapal perang Amerika Serikat USS
Missouri pada tanggal 2 September 1945, berakhirlah Perang Dunia II ini.

2. SITUASI INDONESIA
a. BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN
INDONESIA (BPUPKI)
Pada bulan September tahun 1944, Perdana Menteri Jepang, Koiso, di
dalam sidang parlemen mengatakan bahwa Jepang akan memberikan
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Tepat pada tanggal 1 Maret tahun
1945, dibentuklah Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) yang beranggotakan sebanyak 62 orang dan diketuai oleh
dr. K. R. T. Radjiman Wedyodiningrat, dengan Wakil Ketua Ichibangase
Yosio dari Jepang dan R. P. Soeroso dari Indonesia. BPUPKI mengadakan

6
sidang sebanyak dua kali sidang resmi dan satu kali sidang yang tidak resmi.
Persidangan resmi BPUPKI yang pertama diselenggarakan pada tanggal 29
Mei - 1 Juni tahun 1945. Pada tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara
pelantikan dan sekaligus seremonial pembukaan masa persidangan BPUPKI
yang pertama di Gedung Chuo Sangi In, yang pada zaman kolonial Belanda
gedung tersebut merupakan Gedung Volksraad. Namun, di masa persidangan
resminya sendiri diadakan selama empat hari dan baru dimulai pada keesokan
harinya, yakni pada tanggal 29 Mei 1945, dan berlangsung sampai dengan
tanggal 1 Juni 1945, dengan tujuan untuk membahas bentuk negara Indonesia,
filsafat negara "Indonesia Merdeka" serta merumuskan dasar negara Indonesia.
Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas pandangan
mengenai bentuk negara Indonesia dan telah disepakati berbentuk "Negara
Kesatuan Republik Indonesia". Kemudian agenda sidang dilanjutkan dengan
merumuskan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk hal ini,
BPUPKI harus merumuskan dasar negara Republik Indonesia terlebih dahulu
yang akan menjiwai isi dari Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia itu sendiri, sebab Undang-Undang Dasar merupakan konstitusi
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Guna mendapatkan rumusan dasar
negara Republik Indonesia yang benar-benar tepat, maka agenda acara dalam
masa persidangan BPUPKI yang pertama ini adalah mendengarkan pidato dari
tiga orang tokoh utama Pergerakan Nasional Indonesia, yang mengajukan
pendapatnya tentang dasar negara Republik Indonesia itu, yaitu :
o Sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. berpidato
mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas dasar negara
Republik Indonesia, yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri
Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat.
o Sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Dr. Soepomo berpidato
mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima prinsip dasar negara
Republik Indonesia, yang dia namakan "Dasar Negara Indonesia Merdeka",
yaitu Persatuan, Kekeluargaan, Mufakat dan Demokrasi, Musyawarah, dan
Keadilan Sosial.
o Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato mengemukakan gagasan
mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia, yang dia

7
namakan "Pancasila", yaitu Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme dan
Peri Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia
yang dikemukakan oleh Ir. Soekarno tersebut kemudian dikenal dengan istilah
"Pancasila". Menurut Ir. Soekarno, jika diperlukan gagasan mengenai rumusan
Pancasila ini dapat diperas lagi menjadi Trisila, yaitu Sosionasionalisme,
Sosiodemokrasi, dan Ketuhanan yang berkebudayaan. Bahkan masih menurut
Ir. Soekarno lagi, Trisila tersebut bila hendak diperas kembali dinamakannya
sebagai Ekasila (Satu Sila), yaitu sila “Gotong-Royong”. Ini merupakan upaya
dari Bung Karno dalam menjelaskan bahwa konsep gagasan mengenai
rumusan dasar Negara Republik Indonesia yang dibawakannya tersebut adalah
berada dalam kerangka satu-kesatuan, yang tak terpisahkan satu dengan yang
lainnya. Masa persidangan BPUPKI yang pertama ini dikenang dengan
sebutan detik-detik lahirnya Pancasila dan tanggal 1 Juni ditetapkan dan
diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Pidato dari Ir. Soekarno ini sekaligus mengakhiri masa persidangan
BPUPKI yang pertama, setelah itu BPUPKI mengalami masa reses
persidangan selama satu bulan lebih. Sebelum dimulainya masa reses
persidangan, dibentuklah suatu panitia kecil yang beranggotakan 9 orang, yang
dinamakan "Panitia Sembilan" dengan diketuai oleh Ir. Soekarno, yang
bertugas untuk mengolah usul dari konsep para anggota BPUPKI mengenai
dasar negara Republik Indonesia.

b. PANITIA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (PPKI)


Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan
kemudian membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau
dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Inkai, dengan anggota berjumlah
21 orang.
BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah dapat menyelesaikan
tugasnya dengan baik, yaitu menyusun Rancangan Undang-Undang Dasar bagi
negara Indonesia Merdeka, dan digantikan dengan dibentuknya Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.

8
Tugas PPKI yang pertama adalah meresmikan pembukaan serta batang
tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Tugasnya yang kedua adalah melanjutkan
hasil kerja BPUPKI, yaitu mempersiapkan pemindahan kekuasaan dari pihak
pemerintah pendudukan militer Jepang kepada bangsa Indonesia dan
mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut masalah ketatanegaraan bagi
negara Indonesia baru.
Tetapi cepat atau lambatnya kemerdekaan Indonesia bisa diberikan oleh
pemerintah pendudukan militer Jepang adalah tergantung kepada sejauh mana
semua hasil kerja dari PPKI. Jenderal Terauchi kemudian menyampaikan bahwa
kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945. Maka
dari itu, seluruh persiapan pelaksanaan kemerdekaan Indonesia diserahkan
sepenuhnya kepada PPKI. Tugas PPKI sangatlah berat yang harus sebisa
mungkin harus terus bekerja keras guna meyakinkan dan mewujudkan
keinginan atau cita-cita luhur seluruh rakyat Indonesia, yang sangat haus dan
rindu akan sebuah kehidupan kebangsaan yang bebas, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Sementara itu dalam sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, dalam
hitungan kurang dari 15 menit telah terjadi kesepakatan dan kompromi atas
lobi-lobi politik dari pihak kaum keagamaan yang beragama non-muslim serta
pihak kaum keagamaan yang menganut ajaran kebatinan, yang kemudian diikuti
oleh pihak kaum kebangsaan guna melunakkan hati pihak tokoh-tokoh kaum
keagamaan yang beragama Islam guna dihapuskannya tujuh kata dalam Piagam
Jakarta.
Setelah itu Drs. Mohammad Hatta masuk ke dalam ruang sidang PPKI
dan membacakan empat perubahan dari hasil kesepakatan dan kompromi atas
lobi-lobi politik tersebut. Hasil perubahan yang kemudian disepakati sebagai
pembukaan dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945, yang saat ini biasa
disebut dengan hanya UUD 1945 adalah :
 Pertama, kata “Mukaddimah” yang berasal dari bahasa Arab, muqaddimah,
diganti dengan kata “Pembukaan”.
 Kedua, anak kalimat "Piagam Jakarta" yang menjadi pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, diganti dengan, “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa”.

9
 Ketiga, kalimat yang menyebutkan “Presiden ialah orang Indonesia asli dan
beragama Islam”, seperti tertulis dalam pasal 6 ayat 1, diganti dengan
mencoret kata-kata “dan beragama Islam”.
 Keempat, terkait perubahan poin Kedua, maka pasal 29 ayat 1 dari yang
semula berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhananan, dengan kewajiban
menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi
berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
PPKI sangat berperan dalam hal penataan awal negara Indonesia baru.
Walaupun kelompok muda kala itu hanya menganggap PPKI sebagai sebuah
lembaga buatan pihak pemerintah pendudukan militer Jepang, namun terlepas
dari anggapan tersebut, peran serta jasa badan ini sama sekali tak boleh
diremehkan dan diabaikan, apalagi kita lupakan. Anggota PPKI telah
menjalankan tugas yang diembankan kepada mereka dengan sebaik-baiknya,
hingga pada akhirnya PPKI dapat meletakkan dasar-dasar ketatanegaraan yang
kuat bagi negara Indonesia yang saat itu baru saja berdiri.

c. AROMA MERDEKA DARI DALAT, VIETNAM


Pada tanggal 8 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, dan Radjiman
Wedyodiningrat meninggalkan Jakarta, pukul 05.00 WIB, untuk memulai
sebuah penerbangan yang berbahaya. Mereka sudah menguasai wilayah Burma
dan sebagian dari Semenanjung Malaya. Pada 9 Agustus 1945, rombongan
menginap semalam di Singapura. Saat itu, intelijen Sekutu beranggapan
Soekarno adalah seorang kolaborator Jepang. Mereka ingin menangkap
Soekarno. Maka, keberadaan ketiga tokoh pergerakan Indonesia itu dirahasiakan
oleh tentara Jepang. Pada tanggal 10 Agustus 1945, dalam guncangan hebat,
pesawat yang ditumpangi Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung Radjiman
mendarat di Saigon pukul 19.00 WIB. Bung Karno mengaku bahwa semua
barang-barang di dalam pesawat berserakan. Ia pun belum tahu mengapa
dipanggil oleh Panglima tertinggi Jepang di Asia Tenggara itu. Malam itu,
mereka diinapkan di Istana Saigon dalam pengawalan ketat. Pada 11 Agustus
1945, siang hari, ketiga tokoh kemerdekaan ini diterbangkan ke Dalat.
Sesampainya di Dalat, mereka menginap lagi semalam. Ketiganya masih
bertanya-tanya, apa yang akan terjadi keesokan harinya dan pada tanggal 12
Agustus 1945, itulah sejarah akan mencatat bahwa Pemerintah Jepang sudah

10
memutuskan akan secepatnya memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia. Namun, itu bukan pertama kalinya Jepang memberikan janji-janji
manis kemerdekaan kepada Indonesia. Sebab, dua tahun yang lalu, tepatnya
pada bulan November 1943, Bung Karno dan Bung Hatta juga diundang untuk
mengunjungi Jepang. Kaisar Hirohito secara mengejutkan menjabat tangan
Bung Karno dan Bung Hatta. Padahal, menurut adat kebiasaan kekaisaran
Jepang, sang kaisar hanya mau menjabat tangan seorang kepala negara. Jadi,
kalau sang kaisar menjabat tangan kedua tokoh pergerakan Indonesia tersebut,
itu artinya mereka telah bersedia mengakui kemerdekaan bagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

B. PERISTIWA RENGASDENGKLOK
1. PENGERTIAN
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh
sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan
Menteng 31. Peristiwa Rengasdengklok merupakan kejadian penting yang mendorong
percepatan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kejadian ini juga menunjukkan
konflik dan perbedaan pendapat antarkelompok, terutama golongan tua dan golongan
muda dalam menentukan waktu proklamasi. Namun, konflik tersebut berakhir dengan
sikap saling menghargai di antara mereka. Tanpa peran golongan muda, Indonesia
mungkin belum memproklamasikan secepat itu. Hal itu menunjukkan bahwa para
pemuda Indonesia mampu merespon keadaan secara sigap. Para pemuda pun tetap
menghormati golongan tua, dengan tetap memerhatikan para tokoh yang perlu
dihormati.
Para pemuda berpendapat bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus
dilaksanakan oleh kekuatan bangsa sendiri, bukan oleh PPKI. Menurut mereka, PPKI
adalah buatan Jepang.

2. KRONOLOGI
Pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar jam 20.00, para pemuda mengadakan
pertemuan di sebuah ruangan di belakang Laboratorium Biologi Pegangsaan Timur 17
(sekarang FKM UI). Pertemuan dihadiri oleh Chaerul Saleh, Darwis, Djohar Nur,
Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Aidit Sunyoto, Abubakar, E. Sudewo,

11
Wikana, dan Armansyah. Pertemuan yang dipimpin Chairul Saleh tersebut
memutuskan bahwa,
"Kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat
digantung-gantungkan pada orang atau kerajaan lain. Untuk menyatakan bahwa
Indonesia sudah sanggup merdeka, dan sudah tiba saat merdeka, baik menurut
keadaan atau kodrat maupun histroris. Dan jalannya hanya satu, yaitu dengan
proklamasi kemerdekaan oleh bangsa Indonesia sendiri, lepas dari bangsa asing,
bangsa apapun juga."
Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus
diputuskan. Sebaliknya diharapkan diadakannya perundingan dengan Soekarno dan
Hatta agar mereka diikutsertakan menyatakan Proklamasi mengingat usaha Sutan
Syahrir belum berhasil.
Untuk menyampaikan hasil putusan Perundingan Pegangsaan ini kepada
Soekarno, maka pada pukul 22.00 Wikana dan Darwis datang ke rumah Soekarno di
Pegangsaan Timur 56. Namun Soekarno tetap pada pendiriannya bahwa Jepang masih
berkuasa secara de facto. Soekarno bahkan mengingatkan bahwa musuh mereka
bukan lagi Jepang, tetapi Belanda yang pasti segera datang setelah Jepang menyerah.
Akhirnya, pada pukul 24.00 para pemuda meninggalkan kediaman Soekarno. Akibat
perbedaan tersebut, mereka langsung mengadakan pertemuan di Jl. Cikini No. 71
Jakarta. Rapat memutuskan, seperti diusulkan Djohar Nur, rencana mengamankan
Sukarno dan Moh. Hatta pun disepakati. Shodanco Singgih ditunjuk untuk memimpin
pelaksanaan rencana tersebut.
Pada dini hari sekitar pukul 03.00 kelompok yang diberi tugas mengamankan
Soekarno melaksanakan tugasnya. Singgih meminta Bung Karno ikut kelompok
pemuda malam itu juga. Bung Karno tidak menolak keingingan para pemuda dan
minta agar Fatmawati, Guntur yang waktu itu berusia sekitar delapan bulan, serta
Moh. Hatta ikut serta. Menjelang subuh, sekitar pukul 04.00 tanggal 16 Agustus 1945
mereka segera menuju Rengasdengklok. Perjalanan ke Rengasdengklok dengan
pengawalan tentara PETA dilakukan sesudah makan sahur, sebab waktu itu memang
Bulan Ramadhan.
Sesampainya di Rengasdengklok, Ir. Soekarno dan rombongan ditempatkan
di rumah seorang keturunan Tionghoa Djiaw Kie Siong. Beliau adalah seorang petani
kecil keturunan Tionghoa yang merelakan rumahnya ditempati oleh para tokoh
pergerakan tersebut. Rumah Djiaw Kie Siong berlokasi di RT 001/09 Nomor 41 Desa
Rengasdengklok Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

12
Para pemuda berharap tanggal 16 Agustus 1945 itu Bung Karno dan Bung
Hatta bersedia menyatakan Proklamasi Kemerdekaan. Ternyata Soekarno tetap pada
pendiriannya. Soekarno tidak memenuhi ultimatum para pemuda yang menginginkan
proklamasi kemerdekaan tanggal 16 Agustus. Namun, para pemuda inipun tidak
memaksakan kehendak. Mereka mengamankan kedua tokoh itu agar bisa berdiskusi
secara lebih bebas, dan sedikit memberikan tekanan tanpa bermaksud menyakiti
kedua tokoh.
Pada 16 Agustus 1945, semestinya diadakan pertemuan PPKI di Jakarta,
tetapi Soekarno dan Moh. Hatta tidak ada di tempat. Ahmad Soebarjo segera mencari
kedua tokoh tersebut. Setelah bertemu Yusuf Kunto dan kemudian Wikana terjadilah
kesepakatan, Ahmad Soebarjo diantar ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto. Mereka
tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Kemudian Ahmad Soebarjo berbicara
kepada para pemuda dan memberikan jaminan, bahwa proklamasi akan dilaksanakan
tanggal 17 Agustus sebelum pukul 12.00. Akhirnya, Shodanco Subeno mewakili para
pemuda melepas Ir. Soekarno, Drs. Moh.Hatta, dan rombongan kembali ke Jakarta,
maka berakhirlah Peristiwa Rengasdengklok.

3. ALASAN PEMILIHAN RENGASDENGKLOK


Para pemuda memilih Rengasdengklok sebagai tempat membawa Soekarno
dan Moh. Hatta dengan pertimbangan bahwa daerah itu relatif aman. Hal itu karena
ada PETA di Rengasdengklok yang hubungannya sangat baik dengan Jakarta. Para
pemuda menyadari bahwa Soekarno dan Moh. Hatta adalah tokoh penting sehingga
keselamatannya harus dijaga. Jarak Rengasdengklok sekitar 15 km dari Kedunggede,
Kerawang.
Rengasdengklok adalah sebuah kecamatan yang letaknya sekitar 20 km arah
utara Karawang, Jabar yang letaknya di sisi Sungai Citarum, daerah yang merupakan
lumbung beras Karawang pada zaman pendudukan Jepang. Rengasdengklok juga
dijadikan asrama PETA di bawah Purwakarta, karena letaknya yang dekat pantai dan
berdekatan dengan Jakarta serta memiliki hubungan langsung dengan Daidan PETA
di Jagamonyet Rengasdengklok.

C. PENYUSUNAN TEKS PROKLAMASI


Asal kata Proklamasi adalah dari kata Yunani proclamation yang artinya
pengumuman kepada seluruh rakyat. Pengumunan tersebut terutama berisi tentang hal-

13
hal yang berhubungan dengan ketatanegaraan. Sedangkan kemerdekaan berasal dari kata
merdeka yang artinya bebas, tidak terikat, atau tidak dijajah, dapat diartikan lepas dari
segala ikatan yang tidak pantas, sehingga menjadi bebas untuk menentukan nasib sendiri
demi segala kebaikan negara. Proklamasi Kemerdekaan merupakan pengumumam
kepada seluruh rakyat akan mendapat kemerdekaan. Pengumuman akan adanya
kemerdekaan tersebut sebenarnya tidak hanya ditujukan kepada rakyat dari negara yang
bersangkutan namun juga kepada rakyat yang ada di seluruh dunia dan kepada semua
bangsa yang ada di muka bumi ini.

D. PELAKSANAAN PROKLAMASI INDONESIA


Dini hari itu sebelum proklamasi orang – orang sudah memenuhi kediaman
Soekarno, namun diantara mereka muncul keraguan akan kah proklamasi ini dapat
dilaksanakan atau tidak? Sebenarnya sejak sebelum jam 10.00 Moewadi telah meminta
Ir. Soekarno untuk segera membaca teks proklamasi, namun Ir. Soekarno menolak
karena ia ingin membaca teks tersebut bersama – sama dengan Hatta yang saat itu belum
hadir, hal itu dikarenakan Moewardi takut jika tiba – tiba tentara Jepang datang.
Berulang kali Moewardi meminta tapi Soekarno kukuh akan menunggu Hatta yang
kemudian Hatta dijemput oleh beberapa orang dan akhirnya sampai. Pagi harinya, 17
Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain
Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul
10.00 WIB dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung dengan pidato
singkat tanpa teks. Kemudian Sang Saka Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu
Fatmawati dikibarkan, disusul dengan sambutan dari Soewirjo, wakil walikota Jakarta
saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera, namun ia menolak
dengan alasan pengibaran bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab
itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk
tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi Sang
Saka Merah Putih, yang dijahit oleh Ibu Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah
bendera berkibar, lalu hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini,
Bendera Pusaka tersebut masih disimpan di dalam Museum Tugu Monumen Nasional,
Jakarta Pusat.
Setelah upacara selesai, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin
S. Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui adanya perubahan tempat
14
yang diumumkan secara mendadak dari Ikada ke Jalan Pegangsaan Timur 56. Mereka
menuntut Soekarno untuk mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya
Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.
Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta sedang
memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945
pukul 10.00 pagi di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Soekarno membaca naskah
proklamasi yang sudah diketik oleh Sajuti Melik dan telah ditandatangani oleh Soekarno-
Hatta.
Pada Hari Jum’at, bertepatan dengan Bulan Ramadhan itu, matahari pagi bersinar
cerah dan langit biru bening. Tidak seperti suasana sehari sebelumnya, pagi itu rumah
kediaman Bung Karno ramai dikunjungi oleh orang-orang, baik di pendapa dan halaman.
Ketika dr. R. Soeharto, dokter pribadi Bung Karno masuk, ternyata di halaman belakang
tampak lebih banyak orang lagi.
“Saudara-saudara! Dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad itu.
Dengarlah proklamasi kami:
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama
dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno – Hatta
Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka! Tidak ada satu ikatan lagi
yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun Negara kita.
Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia Merdeka, kekal dan abadi. InsyaAllah,
Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.”
Dengan diiringi lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh segenap hadirin,
Latief Hendraningrat mengibarkan bendera Sang Saka Merah Putih. Selanjutnya hadirin
berdesak-desakan hendak menyalami Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Zus Fat. Mereka
saling bersalaman. Banyak orang di antara mereka yang menyaksikan upacara
pembacaan Proklamasi Kemerdekaan dengan terheran-heran, mengapa Jepang tidak
bertindak mencegah dan melakukan penangkapan serta tindakan kekerasan lain? Bahwa
hal itu bukan keajaiban, melainkan hasil brilian dari usaha Bung Karno dan Bung Hatta,
dan tentunya dengan berkah Allah SWT.

E. PENYEBARAN BERITA PROKLAMASI

Berita proklamasi dengan cepat menyebar ke segala penjuru Jakarta. Sejak


naskah proklamasi selesai diketik, Moh. Hatta sudah memerintahkan B.M. Diah

15
memperbanyak teks proklamasi dan menyebarluaskannya ke seluruh daerah. Ribuan teks
proklamasi dicetak dan ditempel di tempat-tempat strategis. Berita proklamasi ini tidak
hanya disebarkan di daerah Jakarta, tetapi juga disebarkan sampai ke luar kota.
Selain media cetak, radio pun juga digunakan sebagai media penyebaran berita
kemerdekaan Indonesia. Teks proklamasi segera disampaikan kepada kepala bagian radio
kantor berita Domei, Waidan B. Panelewen segera memperintahkan F. Wuz untuk
menyiarkan berita proklamasi tersebut. Waidan B. Panelewen memerintahkannya tiga kali
berturut-turut. Baru dua kali disiarkan mendadak datang tentara Jepang yang melarang
siaran itu. Larangan ini tidak digubris, bahkan diulang setiap setengah jam hingga siaran
berhenti pukul 16.00 WIB. Penyebaran berita proklamasi menyebabkan dampak sebagai
berikut :
 Pimpinan tentara pendudukan Jepang di Jawa menyatakan berita tersebut sebagai
kebohongan dan kekeliruan sehingga memerintahkan untuk diralat. Kantor Berita
Domei akhirnya disegel Jepang pada tanggal 20 Agustus 1945 dan semua pegawainya
dilarang masuk. Akan tetapi Waidan B. Panelewen tidak tinggal diam. Setelah radio
disegel, ia dibantu dengan teknisi radio seperti Sukarman, Susanto, Susilahardja dan
Suhandar membuat pemancar baru. Mereka membawa peralatan dari kantor Domei ke
rumah Waidan Meteng 31 satu demi satu. Akhirnya berdirilah pemancar baru di
Menteng 31. Disinilah berita proklamasi tersebut disebarluaskan ke penjuru tanah air
secara intensif.
 Gunseikanbu memanggil Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta untuk segera
mempertanggungjawabkan tindakannya. Bahkan mereka memperintahkan agar kedua
tokoh itu membatalkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang telah dibacakan.
Akan tetapi perintah tersebut ditolak oleh Soekarno dan Moh. Hatta.
 Jepang mendesak PPKI agar segera bersidang. Dalam sidang tersebut, Jepang
memerintahkan PPKI agar segera membahas rencana kemerdekaan Indonesia sebagai
hadiah dari Jepang, sebagaimana pernah dijanjikan Jepang dahulu.
Penyebaran berita proklamasi dilakukan di beberapa kota di Indonesia sebagai
berikut :
Bandung
Ketika berita proklamasi disebarluaskan, Jepang berusaha mencegah
penyebaran berita Proklamasi kemerdekaan tersebut. Akan tetapi, semua usaha
Jepang dalam pencegahan penyebaran berita proklamasi tersebut tidak dapat
dilakukan di wilayah Bandung. Kondisi tersebut disebabkan karena kesiapan pemuda-
16
pemudi Bandung yang telah tergabung dalam Organisasi Barisan Pelopor untuk
mengantisipasi usaha buruk dari jepang. Pada siang hari, pada tanggal 17 Agustus
tahun 1945, berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia telah sampai di Kota Bandung.
Para pemuda – pemudi Bandung kemudian menduduki kantor berita Bandung dan
menyiarkan berita tersebut terus-menerus sampai pukul 19.00 WIB. Di Kota Bandung
siaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia disiarkan dalam Bahasa Inggris dan
Indonesia. Selain menyebarkan berita proklamasi, para pemuda juga melakukan
pendudukan terhadap kantor-kantor Jepang.
Yogyakarta
Berita proklamasi sampai di Kota Yogyakarta pada siang hari tanggal 17
Agustus 1945. Meskipun pada awalnya penyebaran berita tersebut dilarang Jepang,
penyebaran berita proklamasi secara sembunyi-sembunyi berhasil dilakukan. Melalui
para pemimpin di Yogyakarta salah satunya K.H. Dewantara, penyebaran berita diatur
sedemikian rupa hingga menyebar kepada seluruh warga Yogyakarta.
Berita proklamasi kemerdekaan juga diketahui oleh Sultan Hamengku Buwono
IX, Sultan Yogyakarta melalui Harian Sinar Matahari yang terbit pada tanggal 19
Agustus 1945. Pada hari itu juga, Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengirim surat
kawat kepada Soekarno-Hatta yang berisi ucapan selamat atas terpilihnya kedua tokoh
tersebut sebagai presiden dan wakil presiden negara Indonesia.
Semarang
Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sampai di Kota Semarang pada siang
hari tanggal 17 Agustus 1945 melalui kantor siaran berita Domei. Setelah mendengar
berita tersebut, Wongsonegoro membacakan berita proklamasi di hadapan sidang
Jawa Hokokai. Berita tersebut mendapat sambutan yang meriah dari anggota Jawa
Hokokai yang hadir saat itu. Wongsonegoro kemudian mengajak rakyat merayakan
kemerdekaan Indonesia dan melakukan pemindahan kekuasaan dari tangan Jepang.
Pawai dengan membawa Bendera Merah Putih Juga dilakukan. Pawai itu
dilaksanakan di jalur-jalur utama Kota Semarang.
Surabaya
Kepastian berita kemerdekaan Indonesia baru sampai di Kota Surabaya pada
tanggal 23 Agustus 1945. Kondisi tersebut terjadi karena di Surabaya terdapat aturan
pemadaman listrk dan peraturan jam malam. Ketika berita proklamasi kemerdekaan
sampai di Surabaya, Sudirman selaku asisten residen menerima telegram dari KNIP

17
agar Pemerintah Daerah Surabaya segera memberntuk KNI daerah. KNI daerah
Surabaya kemudian dibentuk pada tanggal 28 Agustus 1945.

18
B. KERANGKA PEMIKIRAN

C. PENGAJUAN HIPOTESIS

Hipotesis Penelitian Mengenai Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara:

Hipotesis: Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara adalah hasil dari persaingan


berkepanjangan antara suku-suku Nusantara yang terkait dengan kontrol terhadap
wilayah, sumber daya, dan kekuasaan dalam konteks yang penuh dengan aspek-aspek
agama, budaya, dan politik. Kami menduga bahwa perang-perang tersebut memiliki
akar yang dalam dalam tatanan sosial Nusantara dan memiliki dampak yang
signifikan pada perkembangan sejarah dan identitas etnis suku Nusantara di Sumatera
Utara. Penelitian kami akan mencoba untuk memahami peran Penyebaran Berita
Proklamasi di Nusantara dalam membentuk dinamika sosial dan politik di wilayah ini
dan apakah konflik tersebut mendorong proses-proses perubahan budaya atau
penguatan identitas Nusantara.

19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian Mengenai Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara

Metodologi penelitian adalah panduan mengenai langkah-langkah yang akan


diambil dalam penelitian. Dalam studi mengenai Penyebaran Berita Proklamasi di
Nusantara, ada beberapa tahap dan metode yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan data dengan akurat. Berikut adalah
metodologi penelitian yang dapat digunakan:

1. Penelitian Pustaka (Literatur Review):


Melakukan studi literatur mendalam untuk mengumpulkan informasi dari
sumber-sumber sekunder seperti buku, artikel, dokumen sejarah, dan riset
terdahulu yang relevan dengan Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara.
Menganalisis dan menyusun data dari literatur terdahulu untuk memahami
kerangka dasar dan kerangka sejarah Penyebaran Berita Proklamasi di
Nusantara.

2. Sumber Data Primer:


Mengidentifikasi sumber-sumber data primer yang relevan seperti prasasti,
artefak arkeologis, dokumen resmi, dan catatan sejarah.
Mengumpulkan data primer tersebut dengan melakukan studi lapangan, survei,
atau pencarian arkeologi jika memungkinkan.

3. Wawancara dan Kuesioner:


Melakukan wawancara dengan ahli sejarah, arkeolog, atau pakar bidang
terkait untuk mendapatkan wawasan yang mendalam.
Mungkin juga merancang kuesioner yang akan diberikan kepada ahli atau
informan terkait untuk mendapatkan pandangan mereka mengenai topik yang
diteliti.

20
4. Analisis Data:
Mengorganisir dan menganalisis data dari berbagai sumber, baik data primer
maupun data sekunder, menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.
Menyusun data untuk menciptakan narasi kronologis perkembangan
Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara.

5. Interpretasi dan Konteks Historis:


Menginterpretasikan data yang telah dianalisis dalam konteks sejarah dan
budaya masa itu, serta dalam konteks sejarah Indonesia secara lebih luas.
Memahami pengaruh kerajaan ini dalam perkembangan sejarah Indonesia dan
bagaimana faktor-faktor tertentu memengaruhi kejadian-kejadian penting.

6. Penyusunan Laporan Penelitian:


Menyusun laporan penelitian yang mencakup pendahuluan, kerangka teoretis,
metodologi, hasil penelitian, analisis, temuan, dan kesimpulan.
Menyajikan informasi dengan jelas dan sistematis, menggunakan referensi
yang tepat.

7. Validasi dan Peer Review:


Melibatkan ahli sejarah atau pakar bidang terkait untuk melakukan validasi
dan peer review terhadap penelitian, sehingga memastikan akurasi dan
validitas temuan.

8. Diseminasi Hasil:
Menyebarkan hasil penelitian melalui publikasi ilmiah, presentasi dalam
konferensi, atau media lainnya agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat akademik dan masyarakat umum.

21
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan temuan dan analisis kami, kami mencapai berbagai kesimpulan


yang membantu kami memahami lebih baik kehidupan masyarakat praaksara.

Hasil Penelitian
1. Penelitian kami menggali sejarah Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara
dan dampaknya terhadap masyarakat suku Nusantara di Sumatera Utara. Hasil
penelitian ini mengungkap beberapa temuan kunci:
2. Akar Sejarah yang Kaya: Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara tidak
bisa disederhanakan menjadi satu konflik tunggal, tetapi merupakan
serangkaian konflik dan perselisihan selama berabad-abad. Penelitian ini
mengidentifikasi bahwa persaingan sumber daya, perubahan politik, dan
ketegangan agama memainkan peran penting dalam memicu berbagai konflik
tersebut.
3. Pengaruh Agama dalam Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara: Agama,
terutama agama-agama tradisional Nusantara, memainkan peran yang
signifikan dalam konflik ini. Perang sering kali terjadi karena perbedaan
keyakinan agama dan upacara adat, yang mendorong perselisihan antar
kelompok Nusantara.
4. Dampak Sosial dan Ekonomi: Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara
berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat Nusantara, dengan
kerugian manusia dan kerusakan properti. Selain itu, perang mengganggu
perdagangan, pertanian, dan perkembangan ekonomi masyarakat.
5. Penguatan Identitas Etnis Nusantara: Meskipun perang-perang tersebut telah
merenggut banyak nyawa dan menyebabkan kerusakan, mereka juga berperan
dalam memperkuat identitas etnis suku Nusantara. Suku-suku Nusantara mulai
merasakan perlunya bersatu untuk melindungi kepentingan bersama mereka.
6. Peran Mitos dan Tradisi Lisan: Suku Nusantara memiliki banyak mitos, cerita
rakyat, dan tradisi lisan yang berkaitan dengan perang-perang tersebut. Mitos-
mitos ini membantu menjelaskan sejarah dan konflik tersebut dan memiliki
dampak besar pada memori kolektif masyarakat Nusantara.

22
7. Perdamaian dan Versoepati: Terlepas dari konflik yang ada, masyarakat
Nusantara juga mengembangkan mekanisme resolusi konflik, seperti
perdamaian tradisional dan versoepati (pemberian damai). Ini merupakan
upaya untuk mengakhiri konflik dan memulihkan hubungan antar suku yang
terlibat.
8. Penelitian ini memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang sejarah dan
dampak Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara pada masyarakat
Nusantara. Meskipun konflik ini pernah merusak, itu juga membantu
membentuk dinamika sosial, budaya, dan politik suku Nusantara di Sumatera
Utara. Temuan ini mengilustrasikan kompleksitas sejarah masyarakat dan
konflik etnis, serta upaya mereka dalam menjaga perdamaian dan
keberlanjutan.

23
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara adalah suatu periode yang menentukan


pembentukan Barat modern. Ia melaksanakan pemikiran paa pendukung pencerahan,
menghancurkan masyarakat hirarkis dan korporat rezim lama, mendorong kepentingan
kaum borjuis, dan mempercepat pertumbuhan negara modern. Penyebaran Berita
Proklamasi di Nusantara melemahkan aristokrasi. Dengan dilenyapkannya hak-hak
feodal dan hak-hak istimewa, kaum bangsawan menjadi warga negara biasa.
Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara mengubah negara dinastik Rezim lama
menjadi negara modern seperti nasional, liberal, sekuler, dan rasional. Ketika deklarasi
hak-hak manusia dan hak-hak warga negara menyatakan bahwa “sumber kedaulatan
pada dasarnya terletak di dalam bangsa”, maka konsep negara tersebut menjadi
demokrasi. Karena di dalam konsep tersebut, negara adalah milik rakyat secara
keseluruhan, dan individu memiliki hak dan kewajiban yang diatur oleh undang-
undang sebagai warga negara.
Pemikiran liberal pencerahan menemukan ekspresi dalam pembaruan-pembaruan
revolusi. Absolutisme dan monarki ditolak oleh konstitusi yang membatasi kekuasaan
pemerintah dan oleh parlemen terpilih untuk mewakili rakyat.
Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara juga melepaskan dua kekuatan yang
berpotensi merusak negara modern seperti perang total dan nasionalisme. Ini
bertentangan dengan cita-cita rasional dan universal para pembantu revolusi seperti
yang tercantum pada Deklarasi hak manusia. Selain itu, revolusi berusaha
merekonstruksi masyarakat berdasarkan pemikiran pencerahan. Deklarasi hak manusia
dan hak warga negara, sangat meresap pada pembaruan revolusi, menjunjung martabat
individu, menuntut penghargaan individu, memberikan hak-hak dasar kepada setiap
orang dan menghalangi negara untuk memungkiri hak-hak tersebut.

B. SARAN

Saran untuk Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara akan bertumpu pada


pemeliharaan dan pengembangan kerajaan serta kesejahteraan rakyatnya. Berikut

24
beberapa saran yang dapat dipertimbangkan oleh pemerintah dan pemimpin Penyebaran
Berita Proklamasi di Nusantara:

1. Penelitian Lebih Lanjut: Selanjutnya, Anda dapat mempertimbangkan untuk


melakukan penelitian lebih lanjut, baik dalam lingkup topik yang sama atau
terkait. Penelitian lebih lanjut dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam
dan komprehensif tentang topik yang Anda teliti.
2. Konteks Historis: Mengeksplorasi konteks historis yang lebih luas yang
mempengaruhi Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara bisa menjadi area
penelitian yang menarik. Ini akan membantu Anda memahami bagaimana
peristiwa ini terkait dengan perkembangan sejarah Indonesia pada umumnya.
3. Wawancara dan Riset Lapangan: Melakukan wawancara dengan ahli sejarah,
antropolog, atau anggota komunitas Nusantara yang memiliki pengetahuan
tentang sejarah ini dapat memberikan perspektif berharga dan sumber daya
tambahan. Riset lapangan juga dapat mendukung penelitian Anda.
4. Analisis Dalam Konteks Regional: Anda dapat memperluas pemahaman tentang
Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara dengan membandingkannya dengan
konflik serupa di wilayah-wilayah lain di Indonesia atau di dunia. Ini dapat
membantu dalam memahami elemen-elemen yang universal atau khusus dalam
konflik etnis dan budaya.
5. Kontribusi terhadap Sejarah Lokal: Pertimbangkan bagaimana penelitian Anda
dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman tentang sejarah lokal di
Sumatera Utara. Anda dapat menjelajahi cara-cara di mana penelitian Anda dapat
bermanfaat bagi masyarakat dan pendidikan sejarah di daerah tersebut.
6. Publikasi dan Penyampaian Hasil: Berbagi hasil penelitian Anda melalui
publikasi dalam jurnal ilmiah atau presentasi di konferensi dapat menjadi cara
untuk membagikan pengetahuan Anda dengan komunitas ilmiah dan akademik.
7. Pendidikan dan Kesadaran: Anda dapat mempertimbangkan bagaimana hasil
penelitian Anda dapat digunakan dalam pendidikan sejarah atau program
kesadaran masyarakat. Mungkin ada peluang untuk memberikan kontribusi pada
kurikulum pendidikan atau proyek pendidikan masyarakat.
8. Kerjasama dengan Peneliti Lain: Anda juga dapat menjajaki peluang untuk
berkolaborasi dengan peneliti lain yang memiliki minat serupa atau pengetahuan
yang dapat melengkapi penelitian Anda.

25
DAFTAR PUSTAKA

Perry, Marvin. 2013. Peradaban Barat: Dari Penyebaran Berita Proklamasi di Nusantara
Hingga Zaman Global, Kreasi Wacana, Bantul. Hlm. 1 – 44

The French revolution, Thomas Carlyle, published by random house inc, 1837

26

Anda mungkin juga menyukai