Anda di halaman 1dari 7
Berta Kedokteran Masyarakat Vol. 22. No. 2, Juni 2006 halaman 61 - 67 PROMOS! KESEHATAN PADA KELUARGA PENDERITA DALAM DETEKS! AWAL KEKAMBUHAN SKIZOFRENIA. PASCAPENGOBATAN Jaya Susanto’, Yayi Suryo Prabandari?, Sumarni DW? ‘Rumah SakitJiva ,Bengkuly 2=Mfinat Perilaku dan Promosi Kesehatan, UGM, Yogyakarta sBagian Psikiolog, Psikiatri/imu Kesehatan Jiwa, FK UGM, Yogyakarta ABSTRACT Background: Schizophrenia is a severe mental disorder that is expected could have a great relapse risk Number of schizophrenic’s patient in Bengkulu in the year of 2003 was 144 people, 42 people (29,17%)¢id not re-control post treatment in the mental hospital. The role of patient's family in early detection of schizophrenia patient's relapse is necessary for patient's recovery. Giving proportional information to the family effectiveness. therefore is an effort that should be done. One of the way to give infosmation is giving health education and distributing leafet. ‘Objective: This research was aimed to find cut the influence of mental health promotion by using group heath ‘education and disisiouting leaflet on knowledge and attitude of patients family regarding early detection of ‘schizophrenia patient's mentai hsital in Bengkutu ‘Method: this study was a quasi experiment with nonrandomized pretest-postest kontrol group design. Ths research was done group health education and distributing leaflet regarding early detection of schizophrenia rwiapse in the group of schizophrenia patient's who did not re-kontrol. The data collected by questionnaire Result: Group health education and cistributing leaflet regarding early detection of schizophrenia patient's relapse have successful ion increasing the mean value of treatment group's knunladge and attitude. The difference value of attitude and knowledge during pretest, postest * and postest 2 were stalistkaly significant Indeed there were differences on knowledge (1=18,64;p<0,05) and attitude (t=13,72:p<0.05) between treatment and Kontrol group after intervention, Conclusion: Group health education and distributing leaflet regarding early detection of schizophrenia patient's relapse were successful in improving knowledge and atlitude of schizophrenia patients family who did not re- ‘controt post treatment in mental hospital Keywords: group hesith education, leaflet, and schizophrenia PENDAHULUAN ‘Skizoftenia merupakan salah satu gangguan kejwaan yang cukup berat dan menunjukkan adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan disability (ketidakmampuan).* Prevalensi skizofrenia di Indonesia diperkirakan satu per mil, namun angka yang pasti belum diketahui karena penelitian skizofrenia secara khusus jarang dilakukan? Jumiah penderita penyakit jiwa yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) dan ketergantungan obat daerah Bengkulu sebanyak 464 orang, namun 74,78% diantaranya penderita gangguan skizofrenia. Kota Bengkulu sebagai ibukota provinsi menempati urutan pertama penderita penyakit skizofrenia yang dirawat di RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkulu dibanding kabupaten lain. Penderita yang dirawat inap terbanyak berasal dari kota Bengkulu berjumlah 144 orang (41,50%). Kasus skizofrenia yang pernan dirawat oi RSJ dan ketergantungan obat, daerah Bengkulu selama tahun 2003 yang melakukan kontrol ulang sebanyak 102 orang (70,83%), sedangkan yang tidak melakukan kontrol ulang sebanyak 42 orang (29,17%)2 Adanya penderita yang tidak melakukan kontrol ulang diprediksikan akan meningkatkan risiko kekambuhan. Skizofrenia juga seringkali menetap atau kronis, kambuh, sehingga perlu terapi berjangka lama dan keteraturan kontrol viang.$ Penderita skizofrenia membutuhkan perhatian, karena skizofrenia merupakan penyakit yang mudah kambuh dengan masa sakit selama enam bulan serta berdampak pada penderita sendiri, keluarga dan lingkungan sekitarnya.? Upaya mencegah kekambuhan penderita skizofrenia dapat diakukan dengan mengenal gejala kekambuhan seawal mungkin mengenai perubahan tingkah laku Penderita* Salah satu faktor predisposisi penyebab kekambuhan penderita skizofrenia adalah lingkungan dan keluarga.* Masyarakat di Negara Asia mempercayai penyakit jiwa karena kesurupan, Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 22, No. 2, Juni 2006 » 61 Jaya Susanto, dkk.: Promosi Kesehatan pada Keluarga Penderta ‘melanggar tabu, atau karena sihir? Hasil observasi i RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkulu pada bulan Agustus 2004, menunjukkan bahwa keluarga sering tidak mengetahui tanda-tanda kekambuhan dan masih dipengaruhi oleh stigma masyarakat Bengkulu tentang penderita skizofrenia. Akibatnya, penderita skizofrenia yang kambuh ibawa ke pusat pelayanan jiwa dalam kondisi yang sudah parah, Kondisi tersebut justru menyulitkan petugas untuk memberikan pengobatan maupun perawatan di pusat pelayanan jiwa. Penderita skizofrenia yang kamibuh dan diperiksakan lebih awal tidak memerlukan rawat inap, sehingga biaya perawatan dapat ditekan dan beban keluarga ™menangani penderita tidak terlalu berat. Peranan keluarga penderita dalam deteksi awal kekambuhan penderita skizofrenia sangat dibutuhkan dalam proses penyembulan penderita. Promosi Kesehatan tentang deteksi awal kekambuhan pada keluarga diperlukan agar angka kekambuhan penderita pascapenderitaan dapat diturunkan® Promosi Kesehatan atau pendidikan kesehatan adalah berbagai kegiatan yang dilakukan untuk mencapai kesehatan yang lebih baik melebar dari pendidikan tradisional, yang berorientasi pada pemberian informasi dan terlibat dalam perubahan tingkah laku dan sikap perorangan.* Dalam promosi kesehatan perubahan yang dinarapkan adalah sesuatu yang terjadi, masyarakat lebin mampu menyelesaikan masaiah kesehatan secara mandi setelah mendapat informasi yang jelas dan tepat. Penyuluhan kelompok merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan memerlukan media untuk membantu kelompok ‘sasaran memahamipesan yang disampaikan agar ‘optimal. Media leaffet digunakan karena mempunyai keungguian seperti Klien dapat menyesuaikan dan belajar mandiri, dapat melihat isinya pada saat santai, informasinya dapat dibagi dengan keluarga dan teman, dan dapat memberikan det (misainya statistik) yang tidak mungkin disampaikan secara lisan? Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan jiwa dengan menggunakan penyuluhan Kelompok dan pemberian leaflet terhadap pengetahuan dan sikap keluarga tentang deteksi awal kekambuhan penderita 62 © Borta Kedokteran Masyarakat, Vol. 22, No. 2, Juni 2006 skizofrenia pascapengobatan di RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkulu, Secara khusus peneilitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan keluarga penderita dalam mendeteksi awal kekambuhan skizofrenia pascapenyembuhan skizofrenia, 2) mengetahui perbedaan sikap keluarga penderita dalam mendeteksi awal kekambuhan skizofrenia pascapengobatan sebelum dan sesudah promosi kesehatan jiwa dengan menggunakan penyuluhan kelompok dan pemberian /eaflet, 3) mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga penderita tentang deteksi awal kekambuhan skizofrenia antara kelompok perlakuan dan kelompok pembanding setelah dilakukan promosi Kesehatan jiwa di RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkulu. BAHAN DAN CARA PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah ‘eksperimen semu (quasiexperimental study)dengan rancangan non randomized pretest- postest contro! group design dan ditaksanakan di kota Bengkulu. Populasi penelitian ini adalah keluarga penderita skizofrenia yang pernah di rawat inap di RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkulu tahun 2003, dan tinggal di kota Bengkulu. Kelompok perlakuan dip dari keluarga skizofrenia yang tidak pernah kontrol ulang sebanyak 42 orang. Subjek penelitian diambil total populasi dan bersedia menjadi responden penelitian. Kelompok pembanding diambil dari penderita yang rutin melakukan kontrol ulang sebanyak 50 orang. Pengambilan subjek kelompok pembanding dengan purposive berdasarkan karakteristik yang hampir sama dengan kelompok perlakuan. Melakukan kontrol ulang pada saat penelitian berlangsung dan bersedia menjadi subjek penelitian. Variabel bebas dalam peneiitian ini adalah promosi Kesehatan jiwa dengan menggunakan ™etode penyuluhan kelompok dan pemberian leaf- let tentang deteksi awal kekambuhan penderita skizofrenia pescapengobatan di RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkulu pada anggota keluarga penderita, Variabel terikat dalam peneiitan ini adalah pengetahuan dan sikap penderita skizofrenia dalam deteksi awal kekambuhan penderita skizofrenia pascapengobatan di RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkulu. Alat ukur Berta Kedokteran Masyarakat Vot. 22, No. 2, Juni 2008 halaman 61 - 67 yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan /eaffet. Kuesioner telah diujicobakan terhadap keluarga penderita skizofrenia yang kontrof ulang berasal dari kabupaten lain selain kota Bengkulu sebanyak 30 orang. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa ada tiga item alat ukur pengetahuan dan dua item alat ukur sikap yang tidak valid (r<0,03). Hasil uji reliabelitas alat ukur pengetahuan menunjukkan alpha cronbach sebesar dari 0,88 dan alat ukur sikap sebesar 0,85. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan penyusunan satuan penyulutian sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran tentang deteksi awa) kekambuhan penderita skizofrenia pascapengobatan. Instrumen penelitian diuji coba dan diperbaiki sesuai hasil ujicoba, Pemilinan lokasi penelitian dan subjek penelitian dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan pihak RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkuis. Subjek yang dipilih kemudian dihubungi oleh enumerator. Undangan diberikan secara langsung kepada calon responden dengan menjelaskan maksud dan tujuan, serta menanyakan kesanggupannya menjadi responden. Responden yang menyatakan kesanggupannya diminta untuk mengisi kuesioner pretest dan data identitas dir, serta diberi feafiet untuk dipelajari. Pada saat pelaksanaan hanya 36 keluarga penderita yang memenuhi undangan. Dua ‘orang yang tidak memenuhi undangan karena telah pindah ke kabupaten lain dan empat orang lainnya tidak bersedia menjadi responden Promosi kesehatan jiwa dilakukan selama dua hari menggunakan penyuiuhan Kelompok oleh fasiltator yang berlatar belakang pendidikan diploma I keperawatan jiwa untuk menjelaskan tentang tanda-tanda kekambuhan penderita skizofrenia dan dokter spesialis jiwa untuk menerangkan tentang pengobatan penderita skizofrenia. Pada penyuluhan frari ke dua difakukan simutasi tentang tanda-tanda kekambuhan skizoftenia. Fasilitator memberikan penyuluhan dalam bahas daerah agar informasilebih mudah diterima oleh peserta. Setelah penyuluhan kelompok, dilaksanakan postest pertama. Postest kedua dilakukan setelah satu bulan postestpertama, dengan mendatangi rumah keluarga penderita yang pernah mengikuti penyuluhan dan menerima feaffet yang dilaksanakan oleh tiga orang enumeratoryang telah diatin. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penyuluhan kelompok dan pamberian leaflet tentang deteksi awal tanda - tanda kekambuhan pada benderita skizofrenia dilakukan tethadap 36 orang keluarga penderita skizofrenia yang pernah dirawat inap di RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkulu dan tidak melakukan kontrol ulang, Jumiah kelompok pembanding disesuaikan dengan jumlah kelompok perlakuan yaitu 36 orang dari keluarga penderita yang rutin membawa penderita kontrol lang (Tabei 1). Responden yang dipilin menjadi kelompok perlakuan maupun kelompok pembanding sebagian besar berusia febin dari 30 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Latar belakang pendidikan responden kebanyakan pendidikan rendsh (SD dan SLTP), Sta- tus responden sebagian besar tidak bekerja atau iibu rumah tangga karena kebanyakan berjenis kelamin perempuan. Kebanyakan responden belum pernah mendapat informasi tentang tandatanda kekambuhan skizofrenia. Karakteristik kelompok periakuan dengan kelompok pembanding relalif sama Tabel 1. Rerata pengetahuan dan sikap responden tentang deteksi awal kekambuhan kelompok perlakuan dan pembanding pada pretest , postest 1, dan postest 2 Variabar Pretest stest t Pastest 2 TRerts SD iP ‘Resta SO__t P Rerata SD 1 Pengetahuan Periakuan 1208 1,99 122 007 1959 186 18.84 900 17.22 2.03 10,69 9.00 gfembanding 1282 1.80 1267 144 1268183 ikap Perlekuan 3794 7,20 193 006 6308 873 1372 000 6197 748 1424 0.00 Pembanding __40,78_ 5,05. 19.61 5,36 392565 Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 22, No. 2, Juni 2006 © 63 Jaya Susanto, dkk.: Promosi Kesehatan pada Keluarga Penderta Pada pretest tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata pengetahuan dan sikap kedua kelompok, walaupun nilai signifikansi perbedaan pengetahuan dan sikap tersebut hampir mendekati nilai 0.05. Hasil pretest pengetahuan dan sikep tersebut dapat dimaknai behwa kelompok perlakuan dan pembanding mempunyai pengetahuan dan sikap yang sebanding (Tabel 2) mendapatkan penyuluhan kelompok dan leaflet (postest 1) menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05). Setelah satu bulan mendapatkan penyulunan dan feaflet, nilai rerata pengetahuan kelompok perlakuan menurun, karena nilai rerata pengetahuan postest 1 lebih tinggi dibandingkan dengan postest 2. penurunan tersebut signifikan secara statistik (p<0,05). Secara keseluruhan, nilai Tabel 2. Perbandingan rerata pengetahuan responden tentang deteks! awal kekambuhan ‘sebelum dan sesudah penyuluhan kelompok dan pemberian feaflot Kelompok Perlakuan Kelompok Pembanding Pengetahuan Rerata__SD Solis p_Rerata__ SO Selisiht BD Fratest 12.08 1.99, 12.92 1.89 “74h 27.42 0.00 925° 075 046 Postest 1 19.53 1.88 1267 1.41 Postest 1 1953168 yer 441 231 1028 = 0.00 003-017 0.88 Postest 2 1722 203 1269183 Protest 1208 1.99 1282 189 “514-1898 0.00 022 063083 Postest2 1722 2.03 1269153, Hasil postest 1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan (p<0.05) pengetahuan dan sikap tentang deteksi awal kekambuhan pada responden kelompok perlakuan setelah mengikuti penyuluhan kelompok dan mendapat leaflet pada kedua kelompok tersebut Setelah satu bulan penyuluhan kelompok dan pemberian leaflet, nilai rerata pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan masih tetap lebih tinggi dibandingkan nilai rerata pengetahuan dan sikap kelompok pembanding. Perbedaan nilairerata kedua kelompok tersebut signifikan (p<0.05). Perbandingan nilairerata pengetahuan kelompok perlakuan pada saat pretest dengan setelah Tabel 3. Perbandingan rerata sikap respond rerata pengetahuan kelompok perlakuan pada saat pretest dengan nilai rerata pengetahuan satu bulan setelah penyuluhan kelompok dan pemberian leaf- Jet tetap menunjukkan peningkatan. Hasil uji perbedaan rerata pengetahuan pretest dan postest ‘2menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,050). Nilairerata pengetahuan kelompok pembanding juga mengalami perubahan setelah diadakan tiga kali Uji, namun tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara nilai rerata pengetahuan dari pre- fest ke postest 1, postest 1 ke postest 2 dan pre- testke postest2. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan kelompok pembanding relatif sama dalam setiap tes (Tabel 3). tentang detekst awal kekambuhan ‘sebelum dan sesudah penyuluhan kelompok dan pemberian /eaffet ‘Kelompok Parlakuan Kelompok Pembanding Pongetahuan Rerata__ SO Selisih_T D___Reraia__SD__Selisih 2 Pretest 37.94 7.20 40.78 5.08, 25.11 18.98 0.00 17 1a 025 Postest 1 6308873 3961 5.36 Postest 1 6308 8.73 3061 5.36 1089.56 035 ott 037 071 Postest2 6197 7.48 3972 564 Pretest 37.94 7.20 4078 $.06 “2403-1828 0.00 106 1080.29 Postest2 1977.48 3972 4 64 Berita Kedoktoran Masyarakat, Vol. 22, No, 2, Juni 2006 Berita Kedokleran Masyarakat Vol. 22, No. 2, Juni 2008 Nilai rerata sikap kelompok perlakuan pada saat pretest meningkat setelah mendapatkan penyuluhan kelompok dan leaflet (postost 1) menunjukkan perbedaan yang signif kan (p<0,08). Nila rerata sikap kelompok pertakuan juga mengalami penurunan pada saat postest 2, namun penurunan tersebut tidak signifikan (p>0,05). Bia diinat dari pretestke postest 2, nilai rerata sikap kelompok perlakuan tetap meningkat secara signifikan (p<0,05). Hal tersebut berarti sikap responden kelompok perlakuan meningkat setelah mendapatkan penyutuhan kelompok dan /eaffet, walaupun terjadi penurunan rilai rerata pada postest 1 ke postest2. Nilairerata sikap kelompok pembanding juga mengalami perubahan setelah diuji tiga kali, namun tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap kelompok pembanding relatif sama Program promosi kesehatan tentang deteksi awal kekambuhan penderita skizofrenia kepada keluarga penderita gangguan jiwa skizofrenia bertujuan agar keluarga penderita mempunyai pengetahuan tentang tanda-tanda kekambuhan, ‘Sehingga mampu mengambil sikap dan bertindak bila terjadi tanda-tanda tersebut pada penderita. Perubahan yang diharapkan dari kegiatan promos! kesehatan adalah sesuatu yang terjadi dalam kenyataan, masyarakat mampu menyelesaikan smasalah kesehatan mereka secara mandiri setetah ‘mendapat informasi yang jelas dan tepat ® Proses promosi kesehatan pada dasarnya merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluvan tertentu atau media tertentu ke penerima pesan.° Pesan, sumber pesan, saluran atau media dan penerima pesan adalah komponen- komponen proses komunikasi. Pesan berupa isi ajaran yang ada dalam kurikulum ditangkan ole guru atau sumber lain ke dafam simbol- simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan ataupun tertulis) ‘maupun simbol nonverbal atau visual dalam penelitian ini pesan disampaikan melalui fasifitator dan media leaflet. Proses penuangan pesan ke dalam simbol- simbol komunikasiitu disebut encoding, sedangkan proses penafsiran simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut decod- ing. Decoding metupakan proses pengolahan informasi yang meliputi sensasi, persepsi, memori dan berpiki.® Stimuli yang berwujud pesan kemudian menjadi sensasi dan dipersepsikan oleh penerima halaman 61 - 6? pesan untuk disimpan di memori sebagai modal untuk bersikap dalam berperilaku. Int dari pendidikan adalah penyebaran tata nilai.” Tata nitai yang disebarkan tersebut menjadi pengetahuan bagi pesetta didik dan kemudian menjadi alat untuk memandang, menafsitkan dan menghayati dunianya dengan mengembangkan dan memelinara akal budinya. Pengetahuan yang digunakan untuk memandang, menatsirkan dan menghayatidunianya dengan mengembangkan dan memelihara akal budinya merupakan penwujudan sikap karena sikap mengandung aspek menilai."* Penilaian tersebut didasarkan pengetahuan yang diyakini benar. Peneiiian ini dilakukan terhadap dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok periakuan dan kelompok pernbanding. Kelompok perlakuan adalah kelompok keluarga penderita skizofrenia yang mendapatkan promosi kesehatan tentang deteksi awal kekambuhan, sedangkan kelompok pembanding adalah kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan, Karakteristik kedua kelompok hampir sama. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil uj statistik chi square antara karakteristik kelompok periakuan dengan kelompok pembanding yang menunjukkan tidak signifikan. Pemilinan kelompok pembanding diupayakan mempunyai karakteristk yang sama dengan kelompok perlakuan agar pengaruh karakteristik responden dapat dikendalikan,”? Hasil uji statistik independent t-test pengetahuan dan sikap antara kelompok periakuan dengan kelompok pembanding pada pretest diperoleh hasil tidak signifikan, walaupun nila signitikansi hampir mendekati nilai 0,05 dan nilal pengetahuan dan sikap kelompok pembanding lebih tinggi, Hal tersebut berarti pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan dan kelompok pembanding ‘sama atau homogen pada saat pretest. Kesamaan nilai erata pengetahuan dan sikap kedua kelompok tersebut karena kelompok pembanding (yang rajin kontrol ulang)jarang mendapatkan informasitentang tanda-tanda kekambuhan penderita skizofrenia, Hal tersebut dapat dipanami karena petugas jarang memberikan informasi tentang tanda-tanda kekambuhan. Petugas hanya menyarankan untuk selalu melakukar kontrof ulang sesuai dengan Waktu vyang telah ditentukan. Setelah mendapatkan penyuluhan kelompok dan penberian leaflet menunjukkan bahwa engetahuan dan sikap kelompok perlakuan lebif Berta Kedokteran Masyarakat, Vol. 22, No. 2, Juni 2006 © 65 Jaya Susanto, dkk.: Promosi Kesohatan pada Koluarga Penderita balk dibandingken kelompok pembanding yang tidak mendapatkan penyuluhan kelompok dan leaflet, walaupun kelompok pembanding diambil dari keluarga penderita skizofrenia yang rajin kontrol ulang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa promosi kesehatan dengan metode penyuluhan kelompok dan pemberian Jeaflet berhasil meningkatkan pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan. ‘Salah satu penyebab peningkatan pengetahuan dan sikap pada kelompok pembending karena dipengaruhiclen metode penyuluhan yang dilakukan, Dalam peneiitian ini leaflet diberikan satu minggu sebelum pelaksanaan penyuluhan dan penyuluhan dilakukan dengan penjelasan tentang tanda-tanda kekambuhan, diskusi isi /eaflet, serta diberikan contoh melalui simulasi. Penyuluhan dilakukan dengan bahasa lokal, yaitu bahasa Bengkulu. Hal tersebut dimaksudkan agar pesan dapat dimengerti oleh peserta Dalam peragaan, tanda-tanda kekambuhan penderita skizofrenia, dari tahap 1 sampai tahap V, diperagakan oleh petugas. Peragaan tentang tanda- tanda kekambuhan dilakukan sebagai penguatan informasi yang disampaikan oleh fasiltator. Peragaan untuk menjemihkan deskripsi verbal komponen- Komponen perilaku.'> Fenomena penurunan pengetahuan pada postest 1 ke postest 2 dapat dipahami karena memori akan memudar karena waktu."® Semakin. lama informasi yang diperoleh akan semakin memudar bahkan hilang dar ingatan (memori). Lupa merupakan fungsi dari waktu yang digambarkan oleh sebuah kurva.* Informasi yang masuk dalam memori seseorang akan memudar sejalan dengan waktu dan hanya tinggal sekitar 25% setelah satu bulan. Penyebab hilangnya informasi dar ingatan karena masuknya informasi ain yang mengaburkan informasi sebelumnya."” Penurunan rerata nilai sikap dari postest 1 ke postest 2 yang tidak signifikan secara statistik menunjukkan bahwa satu bulan setelah ‘mendapatkan penyuluhan dan leaflet tentang tanda- tanda kekambuhan penderita skizofrenia, sikap responden kelompok perlakuan terhadap deteksi ‘wal tanda-tanda kekambuhan penderita skizofrenia tetap positif (baik). Sikap seseorang terhadap sesuatu yang dianggap baik bersifat relatif lebih menetap walaupun sangat dipengaruhi oleh pengetahuan. Sikap ditimbulkan dari pengalaman dan diperoleh dari proses belajar."° 66 © Berita Kedoktoran Masyarakat, Vol, 22, No, 2, Juni 2006 Sikap bukan perilaku, namun merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap."° Peningkatan pengetahuan dan sikap responden kelompok perlakuan setelah mendapatkan penyuluhan kelompok dan leaflet tentang tanda-tanda kekambuhan penderita skizofrenia dinarapkan dapat bermanfaat untuk mengubah perilakunya terhadap perawatan penderita skizofrenia di rumah sehingga angka kekambuhan dapat ditekan. Dalam promosi kesehatan, perubahan yang diharapkan adalah sesuatu yang terjadi ketika masyarakat mampu menyelesaikan masalah kesehatan secara mandiri setelah mendapat informasi yang jelas dan tepat.? KESIMPULAN DAN SARAN Kesimputan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut ada Perbedaan tingkat pengetahuan keluarga penderita dalam mendeteksi awal kekambuhan skizofrenia pasca pengobatan di RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkulu sebelum dan setelah promosi Kesehatan jiwa dengan menggunakan penyuluhan kelompok dan pemberian leaflet. Ada perbedaan sikap keluarga penderita dalam mendeteksi awal kekambuhan skizofrenia pasca pengobatan di RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkulu sebelum dan setelah promosi kesehatan jiwa dengan menggunakan penyuluhan kelompok dan pemberian leaflet. ‘Ada perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga penderita tentang deteksi awal kekambuhan skizofrenia antara kelompok perlakuan dan kelompok pembanding setelah dilakukan promosi kesehatan jiwa. Saran Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu melalui Subdinas Promosi Kesehatan mengembangkan metode penyuluhan kelompok dan pemberian leaf- let untuk promosi kesehatan jiwa tentang deteksi awal kekambuhan penderita skizofrenia pasca pengobatan di RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkulu dalam upaya menekan angka kekambuhan penderita skizofrenia. Pembuatan Jeaflet disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan kelompok sasaran. Borita Kedokte Vol. 22, No. Pihak RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkulu dinarapkan memberikan penyuluhan tentang deteksi awal kekambuhan penderita skizofrenia terhadap keluarga penderita sejak penderita masuk RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkulu sampai pada persiapan penderita pulang ke rumah dan penyuluhan tersebut dilakukan secara kontinyu dengan mengefektitkan Unit Pelayanan Fungsional (UPF) Kesehatan Jiwa Masyarakat yang bertanggung jawab terhadap promosi kesehatan jiwa RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkulu. Bagi peneliti jain diharapkan menggunakan media yang diinginkan oleh keluarga penderita untuk promosi kesehatan tentang deteksi awal kekambuhan penderita skizofrenia pasca pengobatan di RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkul Bagi kelurga penderita skizofrenia pasca pengobatan di RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkulu yang tidak melakukan kontrol ulang, dinarapkan setelah adanya promosi kesehatan jiwa dengan penyuluhan kelompok dan pemberian leaf- letini, segera bertindak bila terjadi tanda-tanda dan gejala kekambuhan sesual dengan tahapan tanda kekambuhan atau segera membvawa penderita skizofrenia ke RSJ dan ketergantungan obat daerah Bengkulu: untuk berkonsultasi dengan petugas. KEPUSTAKAAN 1, Maramis, W.F. imu Kedokteran Jiwa. Airlagga University Press, Surabaya. 2004 2. Prabandari, YS. Dewi, FST. dan Prawirohusodo, S. Karakteristi dan Hasil Terapi Penderita Skizofrenia: Studi Berbasis Rumah Sakit di RSK Puri Nitmala Yogyakarta, Berita 1 Masyarakat Juni 2008 hnalaman 61 - 67 Kedokteran Masyarakat, Yogyakarta. 2003;XIX (4).183-92. 3. Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Daerah Bengkulu, Laporan Tahunan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bengkulu 2003, Rumah Sakit Bengkulu, Bengkulu. 2003. 4, Candra, L.8, Schizophrenia Anonymous, A Bet- ter Future, www.sehat.com. 2004. 5. Ministry of Health-Negara Brunei Darussalam, Penyakit skizofrenia. The Government of Brunei Darussalam Official Website. 2004. 6. Stuart, G.W. And Sundeen, SJ. Keperawatan iwa, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 1998, 7. Foster, G.M. dan Anderson, B. G. Antropologi Kesehatan, UI Press, Jakarta. 1986. 8. Kelliat, B. A. Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, Jakarta : EGC, 1996. 9. Ewles, L. dan Simnett, |. Promosi Kesehatan Petunjuk Praktis. Gadjah Mada Press, Yogyakarta, 1994. Rahmat, J. Psikofogi Komunikasi, Remaja Rosdakarya Offset, Bandung. 2001 ‘Schumacher, Kecil Itu Indah. Yayasan Obor, Jakarta. 1987 ‘Mutti,B. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Jilid 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 2003. Graeff. J.A. , Elder JP. , Booth EM, Komunikas! untuk Kesehatan dan Perubahan Perilaku, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 1996. Atkinson, R.L., Atkinson, R. C, dan Hilgard, R. Pengantar Psikologi (8 ed) jilid 1-2, Jakarta: Penerbit Erlangga. 1996. 10. n 12, 13. 14, Berita Kecokteran Masyarakat, Vol, 22, No. 2, Juni 2006 © 67

Anda mungkin juga menyukai