DI SUSUN OLEH :
MUHAMMAD FIRDAUS 21010046
SARINA 21010008
JUHANA SAFITRI 21010012
FITRI WULANDARI 21010061
DESI FITRIANINGSIH 21010227
AINUL 21010167
HIDRATUL IFTAR 21010199
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PEMBAHASAN.....................................................................................1.
2.1 Pengertian Manajemen Aset Daerah..............................................2.
2.2 Jenis-Jenis Asset daerah....................................................................3.
2.3 kelembagaan pengelolaan asset daerah.........................................4.
2.4 Siklus Manajemen asaset Daerah................................................... 5.
2.5 sistem dan prosedur akuntansi asset...............................................6.
2.6 prinsip-prinsip manajemen asset daerah....................................... 7.
2.7 permasalahan dalam pengelolaan aset daerah............................. 8.
BAB II KESIMPULAN.....................................................................................9.
2.1. Pengertian Aset Daerah
Sementara itu jika dilihat dan penggunaannya, aset daerah dapat dikategorikan
menjadi tiga, yaitu: 1) aset daerah yang digunakan untuk operasi pemerintah daerah
(local government used assets), 2) aset daerah yang digunakan masyarakat dalam
rangka pelayanan publik (social used assets), dan 3) aset daerah yang tidak digunakan
untuk pemerintah maupun publik (surplus property). Aset daerah jenis ketiga tersebut
pada dasarnya merupakan aset yang menganggur dan perlu dioptimalkan
pemanfaatannya.
Jika dilihat dari sifat mobilitas barangnya, aset daerah dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu:
1. Benda tidak bergerak (real property), meliputi:
1. tanah;
2. bangunan gedung;
3. bangunan air;
4. jalan dan jembatan;
5. instalasi;
6. jaringan;
7. monumen/bangunan bersejarah (heritage),
2. Benda bergerak (personal property), antara lain:
a. mesin;
b. kendaraan;
c. peralatan, meliputi: alat berat, alat angkutan, alat bengkel, alat pertanian, alat
kantor dan
d. rumah tangga, alat studio, alat kedokteran, alat laboratorium, dan alat
keamanan;
e. buku/perpustakaan;
f. barang bercorak kesenian & kebudayaan;
g. hewan/ternak dan tanaman;
h. persediaan (barang habis pakai, suku cadang, bahan baku, bahan penolong,
dsb.); serta surat-surat berharga
KUASA BUD
KUASA
Pengguna Barang
BENDAHARA
BARANG
Berdasarkan gambar di atas, pejabat yang terkait dengan pengelolaan aset daerah
adalah:
Tugas dan wewenang pejabat daerah yang terkait dengan pengelolaan aset daerah
sebagaimana diatur dalam UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; PP
No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; dan peraturan
perundangan terkait, adalah sebagai berikut.
1. Gubernur/Bupat/lWalikota
2. Sekretaris Daerah
Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang Milik Daerah mempunyai tugas dan
wewenang:
3. Kepala SKPD
Kepala SKPD selaku Pengguna Barang Milik Daerah mempunyai tugas dan wewenang:
a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi satuan kerja perangkat
daerah yang dipimpinnya;
b. mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan penggunaan
barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya
yang sah;
c. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam
penguasaannya;
d. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat
daerah yang dipimpinnya;
e. mengamankan dan memelihara barang milk daerah yang berada, dalam
penguasaannya;
f. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau
bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan barang milik daerah
selain tanah dan bangunan;
g. menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang
dipimpinnya kepada gubernur/bupati/walikota melalui pengelola barang;
h. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah
yang ada dalam penguasaannya;
i. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS)
dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada dalam
penguasaannya kepada pengelola barang.
4. Kepala SKPKD
Kepala SKPKD selaku Bendahara Umum Daerah dalam kaitannya dengan pengelolaan
aset daerah memiliki tugas dan wewenang:
5. Kuasa BUD
Kuasa BUD memiliki wewenang dan tanggungjawab:
6. Bendahara Barang
Bendahara Barang di masing-masing SKPD memiliki wewenang dan tanggungjawab:
7. Biro/Bagian Perlengkapan
Biro/Bagian Perlengkapan yang merupakan suborganisasi sekretariat daerah memiliki
tugas dan tanggungjawab:
1. Perencanaan
2. Pengadaan
3. Penggunaan/Pemanfaatan
4. Pengamanan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi
5. Penghapusan/Pemindahtanganan
1. Perencanaan
Pengadaan aset tetap harus dianggarkan dalam rencana anggaran belanja modal yang
terdokumentasi dalam Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD).
Perencanaan kebutuhan aset daerah sebagaimana dilaporkan di RKBMD tersebut
selanjutnya dianggarkan dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran SKPD.
Perencanaan kebutuhan aset daerah harus berpedoman pada standar barang, standar
kebutuhan, dan standar harga yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
2. Pengadaan
Pengadaan aset daerah harus didasarkan pada prinsip ekonomi, efisiensi, dan efektivitas
(Value for Money), transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan
akuntabel. Pengadaan barang daerah juga harus mengikuti ketentuan peraturan
perundangan tentang pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah. Pada saat
pembelian harus ada dokumen transaksi yang jelas mengenai tanggal transaksi, jenis
aset dan spesifikasinya, dan nilai transaksi.
3. Penggunaan/Pemanfaatan
Pada saat digunakan harus dilakukan pencatatan mengenai maksud dan tujuan
penggunaan aset (status penggunaan aset), unit kerja mana yang menggunakan, lokasi,
dan informasi terkait lainnya. Mutasi dan disposisi aset tetap harus dicatat. Biaya
pemeliharaan dan depresiasi jika ada juga harus dicatat dengan tertib. Untuk
optimalisasi aset yang ada, pemerintah daerah dapat memanfaatkan aset yang berlebih
atau menganggur dengan cara:
Pengamanan Hukum
Pengamanan hukum atas aset daerah dilakukan dengan cara melengkapi aset
tersebut dengan bukti kepemilikan yang berkekuatan hukum, antara lain:
Pengamanan Fisik
Pengamanan fisik atas aset daerah dilakukan dengan cara memberi perlindungan
fisik agar keberadaan aset tersebut aman dari pencurian atau kehilangan dan kondisinya
terpelihara tidak mengalami kerusakan. Pengamanan fisik aset daerah dapat dilakukan
antara lain dengan cara:
Penghapusan aset daerah dari daftar aset pemerintah daerah dapat dilakukan jika
aset tersebut sudah tidak memiliki nilai ekonomis, rusak berat, atau hilang.
Penghapusan aset daerah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemusnahan dan
pemindahtanganan. Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar, ditanam ke tanah, atau
ditenggelamkan ke laut. Pemusnahan dilakukan karena tidak laku dijual, rusak,
kadaluwarsa, membahayakan kepentingan umum, atau karena ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengharuskan untuk dimusnahkan. Pemindahtanganan dapat
dilakukan dengan cara:
• penjualan;
• tukar-menukar;
• hibah;
• penyertaan modal pemerintah daerah.
Demi menjaga tertib administrasi, tata cara dan ketentuan penghapusan aset
daerah perlu diatur dengan peraturan kepala daerah. Selain itu juga perlu dilengkapi
dengan berita acara penghapusan aset untuk dasar pencatatan akuntansinya.
Ketentuan mengenai prosedur pengadaan barang (aset) milik daerah adalah sebagai
berikut.
• Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dilaksanakan oleh Tim dan dikoordinasi
oleh Fungsi Perlengkapan yang bertujuan untuk tertib administrasi dan
optimalisasi pendayagunaan serta tertib inventarisasi.
• Pengadaan barang dapat melalui pengadaan/pemborong pekerjaan, swakelola,
hibah/sumbangan, sewa beli, pinjaman, dan guna-usaha.
• Prosedur pengadaan barang dimulai dari perencanaan kebutuhan barang oleh
masing-masing SKPD dan diakhiri dengan dilaksanakannya pengadaan barang
yang dibutuhkan oleh panitia pengadaan barang.
• Pengadaan Barang Milik Daerah harus mengikuti peraturan perundangan tentang
pengadaan barang dan jasa.
Fungsi/Pihak yang Terkait
1. Majelis Pertimbangan TPTGR. Majelis ini dibentuk oleh Kepala Daerah yang
bertugas memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Kepala Daerah setiap
kali ada persoalan yang menyangkut TPTGR.
2. Biro/Bagian Keuangan/BPKD, sebagai sekretaris Majelis Pertimbangan
TPTGR.
3. Pemegang Barang Daerah, yang bertugas mengelola dan bertanggungjawab
atas kekurangan perbendaharaan barang yang terjadi dalam pengurusannya.
Ketentuan mengenai prosedur perubahan status hukum barang milik daerah adalah
sebagai berikut.
• Perubahan status hukum adalah setiap tindakan hukum dari pemerintah daerah
yang mengakibatkan terjadinya perubahan status pemilikan atas barang daerah.
• Termasuk dalam tindakan ini adalah penghapusan barang dan pelepasan hak atas
tanah dan atau bangunan. Tukar guling/ruislag adalah salah satu cara pelepasan
hak atas tanah dan atau bangunan milik pemerintah daerah.
Fungsi/Pihak Terkait
Dokumen yang digunakan dalam prosedur perubahan status hukum antara lain:
Pada saat pembelian harus ada dokumen transaksi yang jelas yang berisi jenis aktiva
tetap yang dibeli, berapa kuantitasnya, berapa harganya, serta kapan transaksi dilakukan.
Dokumen ini sangat penting untuk pencatatan alcuntansi, terutama untuk mengetahui
nilai historis dari aktiva tetap, menghitung nilai depresiasi, serta memudahkan
pengauditan.
Pada saat aktiva tersebut digunakan harus dilakukan pencatatan mengenai maksud
dan tujuan pemanfaatan aset. Apabila terjadi mutasi atau disposisi aktiva tetap juga
harus dicatat. Selain itu juga harus dicatat biaya pemeliharaan dan depresiasi aktiva
yang digunakan.
Pada tahap penghentian aktiva tetap harus dicatat dan mendapat otorisasi. Di
beberapa pemerintah daerah, penghapusan aset daerah menjadi masalah karena terdapat
banyak sekali aset yang tidak bernilai ekonomis yang dimiliki pemda. Penghapusan
kekayaan daerah bisa dilakukan dengan cara penjualan, pelelangan, tukar-menukar,
hibah, dan pemusnahan.
Pembinaan terhadap aset milik daerah meliputi seluruh kegiatan yang dimulai
dari inventarisasi aset milik daerah, pengamanan aset daerah, pemanfaatan aset daerah,
penghapusan, dan revaluasi nilai aset daerah. Saat ini yang bertugas mengkoordinasikan
inventarisasi aset daerah di Pemda adalah Biro Keuangan/Bagian
Keuangan/BPKD/BPKKD. BPKD harus melakukan inventarisasi aset-aset milik pemda
yang tersebar dalam semua unit kerja pemerintah yang masuk kategori aset yang
digunakan pemerintah daerah (local government used assets). Selain itu juga harus
melakukan inventarisasi kekayaan pemda yang digunakan untuk sosial (social use
assets), misalnya jalan, jembatan, saluran irigasi, bendungan, rumah sakit milik pemda,
dsb. BPKD juga harus melakukan inventarisasi kekayaan milik pemda yang masuk
kategori surplus property, yaitu kekayaan yang tidak sedang digunakan untuk
pemerintah maupun sosial, seperti aset sewa beli (leasing property) untuk menghasilkan
pendapatan daerah, misalnya area parkir yang bisa disewa-belikan (leasing) atau ruko
milik pemda yang dijual/disewakan, dan juga termasuk aset yang akan diprivatisasi
dalam rangka menghasilkan pendapatan.
Pemanfaatan aset milik pemda dilakukan dengan cara digunakan untuk kepentigan
kepemerintahan atau pelayanan publik serta dimanfaatkan oleh pihak lain dalam bentuk
peminjaman, penyewaan, bangun-guna-serah (built operate and transfer/BOT),
kerjasama operasional atau kontrak manajemen.
A.KESIMPULAN
1. Salah satu aspek penting untuk optimalisasi manajemen keuangan daerah adalah
adanya sistem manajemen aset daerah yang efisien,efektif,transparan dan
akuntabel.Manajer publik dipemerintah daerah perlu mengetahui prinsip-prinsip
manajemen aset daerah agar aset-aset yang ada dapat dikelola secara optimal.
4. Prinsip-prinsip manajemen aset antara lain setiap pengadaan aset tetap harus
dianggarkan,pada saat pembelian harus dilengkapi dokumen transaksi,pada saat
digunakan harus dilakukan pencatatan/administrasi secara baik,pada saat
penghentian harus dicatat dan diotorisasi.