Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MANAJEMEN ASET DAERAH

DI SUSUN OLEH :
MUHAMMAD FIRDAUS 21010046
SARINA 21010008
JUHANA SAFITRI 21010012
FITRI WULANDARI 21010061
DESI FITRIANINGSIH 21010227
AINUL 21010167
HIDRATUL IFTAR 21010199

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BIMA (STIE)


TAHUN ACADEMY 2023/2024
Bima Sakti Motor, Jl. Monginsidi, sarae, kec. Rasanae Barat., Kab. Bima, Nusa Tenggara
Barat. 84118
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadiran ALLAH SWT atas limpah rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Manajemen Keuangan Sektor Publik.
dengan judul manajemen aset daerah disusun seabagi salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Sektor Publik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, karena masih
terbatasnya pengetahuan kami akan pengetahuan dan penelitian. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi terwujudnya makalah yang
baik dan seuai dengan penelitian.
Demikian ucapan terimakasih dari penulis, semoga makalah ini dapat memberi
pengetahuan bagi peneliti yang akan datang.

Kota Bima ,19 November, 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PEMBAHASAN.....................................................................................1.
2.1 Pengertian Manajemen Aset Daerah..............................................2.
2.2 Jenis-Jenis Asset daerah....................................................................3.
2.3 kelembagaan pengelolaan asset daerah.........................................4.
2.4 Siklus Manajemen asaset Daerah................................................... 5.
2.5 sistem dan prosedur akuntansi asset...............................................6.
2.6 prinsip-prinsip manajemen asset daerah....................................... 7.
2.7 permasalahan dalam pengelolaan aset daerah............................. 8.
BAB II KESIMPULAN.....................................................................................9.
2.1. Pengertian Aset Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Barang milik daerah


adalah semua kekayaan daerah baik yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah maupun yang berasal dari perolehan lain yang sah .
Baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun
yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang
termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga lainnya.

2.2. Jenis-jenis Aset Daerah


Aset daerah adalah semua kekayaan daerah yang dimiliki maupun yang dikuasai
pemerintah daerah, yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah, misalnya sumbangan, hadiah, donasi, wakaf, hibah,
swadaya, kewajiban pihak ketiga, dan sebagainya. Secara umum aset daerah dapat
dikategorikan menjadi dua bentuk, yaitu aset keuangan dan aset nonkeuangan. Aset
keuangan meliputi kas dan setara kas, piutang, serta surat berharga baik berupa investasi
jangka pendek maupun jangka panjang. Aset nonkeuangan meliputi aset tetap, aset
lainnya, dan persediaan.

Sementara itu jika dilihat dan penggunaannya, aset daerah dapat dikategorikan
menjadi tiga, yaitu: 1) aset daerah yang digunakan untuk operasi pemerintah daerah
(local government used assets), 2) aset daerah yang digunakan masyarakat dalam
rangka pelayanan publik (social used assets), dan 3) aset daerah yang tidak digunakan
untuk pemerintah maupun publik (surplus property). Aset daerah jenis ketiga tersebut
pada dasarnya merupakan aset yang menganggur dan perlu dioptimalkan
pemanfaatannya.

Jika dilihat dari sifat mobilitas barangnya, aset daerah dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu:
1. Benda tidak bergerak (real property), meliputi:
1. tanah;
2. bangunan gedung;
3. bangunan air;
4. jalan dan jembatan;
5. instalasi;
6. jaringan;
7. monumen/bangunan bersejarah (heritage),
2. Benda bergerak (personal property), antara lain:
a. mesin;
b. kendaraan;
c. peralatan, meliputi: alat berat, alat angkutan, alat bengkel, alat pertanian, alat
kantor dan
d. rumah tangga, alat studio, alat kedokteran, alat laboratorium, dan alat
keamanan;
e. buku/perpustakaan;
f. barang bercorak kesenian & kebudayaan;
g. hewan/ternak dan tanaman;
h. persediaan (barang habis pakai, suku cadang, bahan baku, bahan penolong,
dsb.); serta surat-surat berharga

2.3. Kelembagaan Pengelolaan Aset Daerah


Efektiviitas dan efisiensi manajemen aset daerah juga dipengaruhi oleh struktur
kelembagaan pengelolaan aset di pemerintah daerah. Pengelolaan aset daerah
membutuhkan perencanaan, pengendalian, pengawasan, dan koordinasi yang baik
antarbagian terkait, misalnya antara bagian perlengkapan, satuan kerja, dan bagian
keuangan/BPKD. Secara skematik kelembagaan pengelolaan aset daerah dapat
digambarkan sebagai berikut:
KEPALA DAERAH
Pemegang Kekuasaan
Pengelolaan Barang Miik Daerah

BIRO/BAGIAN SEKRETARIS DAERAH


PERLENGKAPAN Pengelola Barang Miik Daerah

KEPALA SKPD KEPALA SKPKD


Pengguna Barang Selaku Bendahara
Umum daerah (BUD)

KUASA BUD
KUASA
Pengguna Barang

BENDAHARA
BARANG

Berdasarkan gambar di atas, pejabat yang terkait dengan pengelolaan aset daerah
adalah:

a. Kepala Daerah selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Barang Milik Daerah;


b. Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang Milik Daerah;
c. Kepala SKPD selaku Pengguna Barang;
d. Kepala SKPKD selaku Bendahara Umum Daerah;
e. Kuasa BUD;
f. Kuasa Pengguna Barang;
g. Bendahara Barang;
h. Biro/Bagian Perlengkapan Sekda.
Koordinasi antara kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan
barang milik daerah dengan sekda selaku pengelola barang milik daerah, kepala
SKPD selaku pengguna barang, kepala SKPKD selaku BUD, biro/bagian
perlengkapan sekda, dan bendahara barang sangat penting dilakukan untuk
perencanaan, pengendalian, sinkronisasi dan updating data aset pemerintah daerah.
Data aset tersebut sangat penting untuk penyusunan neraca pemerintah daerah.

Tugas dan Wewenang Pejabat Pengelolaan Aset Daerah

Tugas dan wewenang pejabat daerah yang terkait dengan pengelolaan aset daerah
sebagaimana diatur dalam UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; PP
No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; dan peraturan
perundangan terkait, adalah sebagai berikut.

1. Gubernur/Bupat/lWalikota

Gubemur/Bupati/Walikota selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Barang Milik


Daerah mempunyai wewenang:

a. menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;


b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah dan
bangunan;
c. menetapkan kebijakan pengamanan barang milik daerah;
d. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang memerlukan
persetujuan DPRD;
e. menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan barang milik daerah sesuai
batas kewenangannya;
f. menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau
bangunan.

2. Sekretaris Daerah

Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang Milik Daerah mempunyai tugas dan
wewenang:

a. menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang milik daerah;


b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik daerah;
c. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang
milik daerah;
d. mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan, dan pemindahtanganan
barang milik daerah yang telah disetujui oleh gubemur/bupati/walikota atau
DPRD;
e. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik daerah;
f. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik daerah.

3. Kepala SKPD
Kepala SKPD selaku Pengguna Barang Milik Daerah mempunyai tugas dan wewenang:

a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi satuan kerja perangkat
daerah yang dipimpinnya;
b. mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan penggunaan
barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya
yang sah;
c. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam
penguasaannya;
d. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat
daerah yang dipimpinnya;
e. mengamankan dan memelihara barang milk daerah yang berada, dalam
penguasaannya;
f. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau
bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan barang milik daerah
selain tanah dan bangunan;
g. menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang
dipimpinnya kepada gubernur/bupati/walikota melalui pengelola barang;
h. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah
yang ada dalam penguasaannya;
i. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS)
dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada dalam
penguasaannya kepada pengelola barang.

4. Kepala SKPKD
Kepala SKPKD selaku Bendahara Umum Daerah dalam kaitannya dengan pengelolaan
aset daerah memiliki tugas dan wewenang:

a. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang


milik daerah;
b. melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah
sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

5. Kuasa BUD
Kuasa BUD memiliki wewenang dan tanggungjawab:

a. menyimpan seluruh bukti kepemilikan barang milik daerah;


b. melaksanakan tugas yang diberikan oleh Kepala SKPKD selaku BUD.

6. Bendahara Barang
Bendahara Barang di masing-masing SKPD memiliki wewenang dan tanggungjawab:

a. melaksanakan administrasi perbendaharaan barang daerah;

b. menerima, menyimpan, dan mengeluarkan barang daerah yang ada dalam


pengurusannya;

c. membuat surat pertanggungjawaban pengelolaan barang kepada kepala daerah.

7. Biro/Bagian Perlengkapan
Biro/Bagian Perlengkapan yang merupakan suborganisasi sekretariat daerah memiliki
tugas dan tanggungjawab:

a. membuat rekapitulasi data kebutuhan pengadaan barang daerah;


b. membuat rekapitulasi data kebutuhan pemeliharaan barang daerah;
c. membuat standar barang, standar harga, dan standar kebutuhan barang daerah.

2.4. Siklus Manajemen Aset Daerah


Siklus manajemen aset daerah secara umum meliputi tahap-tahap berikut:

1. Perencanaan
2. Pengadaan
3. Penggunaan/Pemanfaatan
4. Pengamanan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi
5. Penghapusan/Pemindahtanganan

1. Perencanaan

Pengadaan aset tetap harus dianggarkan dalam rencana anggaran belanja modal yang
terdokumentasi dalam Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD).
Perencanaan kebutuhan aset daerah sebagaimana dilaporkan di RKBMD tersebut
selanjutnya dianggarkan dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran SKPD.
Perencanaan kebutuhan aset daerah harus berpedoman pada standar barang, standar
kebutuhan, dan standar harga yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

2. Pengadaan

Pengadaan aset daerah harus didasarkan pada prinsip ekonomi, efisiensi, dan efektivitas
(Value for Money), transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan
akuntabel. Pengadaan barang daerah juga harus mengikuti ketentuan peraturan
perundangan tentang pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah. Pada saat
pembelian harus ada dokumen transaksi yang jelas mengenai tanggal transaksi, jenis
aset dan spesifikasinya, dan nilai transaksi.

3. Penggunaan/Pemanfaatan

Pada saat digunakan harus dilakukan pencatatan mengenai maksud dan tujuan
penggunaan aset (status penggunaan aset), unit kerja mana yang menggunakan, lokasi,
dan informasi terkait lainnya. Mutasi dan disposisi aset tetap harus dicatat. Biaya
pemeliharaan dan depresiasi jika ada juga harus dicatat dengan tertib. Untuk
optimalisasi aset yang ada, pemerintah daerah dapat memanfaatkan aset yang berlebih
atau menganggur dengan cara:

a. disewakan dengan jangka waktu maksimal 5 tahun dan dapat diperpanjang;


b. dipinjampakaikan dengan jangka waktu maksimal 2 tahun dan dapat
diperpanjang;
c. kerjasama pemanfaatan dengan jangka waktu maksimal 30 tahun dan dapat
diperpanjang;
d. bangun-guna-serah (Build-Operate-Transfer) dan bangun-serah-guna (Build-
Transfer-Operate) dengan jangka waktu maksimal 30 tahun.
Pemanfaatan aset pemerintah daerah tersebut di samping bertujuan untuk
mendayagunakan aset juga dapat dimaksudkan untuk meningkatkan penerimaan daerah
dan mengurangi beban anggaran pemeliharaan aset.

4. Pengamanan dan Pemeliharaan

Aset-aset pemerintah daerah perlu mendapat pengamanan yang memadai.


Pengamanan aset daerah yang diperlukan meliputi pengamanan administrasi dan catatan,
pengamanan secara hukum, dan pengamanan fisik.

Pengamanan Administrasi dan Catatan

Pengamanan administrasi clan catatan dilakukah dengan cara melengkapi aset


daerah dengan dokumen administrasi, catatan, dan laporan barang. Dokumen
administrasi dan catatan tersebut antara lain:

a. Kartu Inventaris Barang;


b. Daftar lnventaris Barang;
c. Catatan Akuntansi Aset;
d. Laporan Mutasi Barang;
e. Laporan Tahunan.

Pengamanan Hukum

Pengamanan hukum atas aset daerah dilakukan dengan cara melengkapi aset
tersebut dengan bukti kepemilikan yang berkekuatan hukum, antara lain:

a. Bukti Kepemilikan Barang;


b. Sertifikat Tanah:
c. BPKB atau STNK;
d. Kuitansi atau Faktur Pembelian;
e. Berita acara serah terima barang;
f. Surat pernyataan hibah, wakaf, sumbangan, atau donasi.

Pengamanan Fisik

Pengamanan fisik atas aset daerah dilakukan dengan cara memberi perlindungan
fisik agar keberadaan aset tersebut aman dari pencurian atau kehilangan dan kondisinya
terpelihara tidak mengalami kerusakan. Pengamanan fisik aset daerah dapat dilakukan
antara lain dengan cara:

a. penyimpanan di gudang barang daerah;


b. pemagaran;
c. pintu berlapis;
d. pemberian kunci;
e. pemasangan alarm;
f. pemasangan kamera CCTV di tempat-tempat vital dan rawan;
g. penjagaan oleh satpam.

5. Penghapusan dan Pemindahtanganan

Penghapusan aset daerah dari daftar aset pemerintah daerah dapat dilakukan jika
aset tersebut sudah tidak memiliki nilai ekonomis, rusak berat, atau hilang.
Penghapusan aset daerah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemusnahan dan
pemindahtanganan. Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar, ditanam ke tanah, atau
ditenggelamkan ke laut. Pemusnahan dilakukan karena tidak laku dijual, rusak,
kadaluwarsa, membahayakan kepentingan umum, atau karena ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengharuskan untuk dimusnahkan. Pemindahtanganan dapat
dilakukan dengan cara:

• penjualan;
• tukar-menukar;
• hibah;
• penyertaan modal pemerintah daerah.
Demi menjaga tertib administrasi, tata cara dan ketentuan penghapusan aset
daerah perlu diatur dengan peraturan kepala daerah. Selain itu juga perlu dilengkapi
dengan berita acara penghapusan aset untuk dasar pencatatan akuntansinya.

2.5. Sistem Dan Prosedur Akuntansi Aset


Sistem akuntansi aset pemerintah daerah berisi tentang ketentuan mengenai:

a. prosedur pengadaan barang,


b. prosedur penyimpanan dan penyaluran,
c. prosedur pemanfaatan,
d. prosedur pemeliharaan,
e. prosedur tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi,
f. prosedur perubahan status hukum.

a. Prosedur Pengadaan Barang

Ketentuan mengenai prosedur pengadaan barang (aset) milik daerah adalah sebagai
berikut.

• Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dilaksanakan oleh Tim dan dikoordinasi
oleh Fungsi Perlengkapan yang bertujuan untuk tertib administrasi dan
optimalisasi pendayagunaan serta tertib inventarisasi.
• Pengadaan barang dapat melalui pengadaan/pemborong pekerjaan, swakelola,
hibah/sumbangan, sewa beli, pinjaman, dan guna-usaha.
• Prosedur pengadaan barang dimulai dari perencanaan kebutuhan barang oleh
masing-masing SKPD dan diakhiri dengan dilaksanakannya pengadaan barang
yang dibutuhkan oleh panitia pengadaan barang.
• Pengadaan Barang Milik Daerah harus mengikuti peraturan perundangan tentang
pengadaan barang dan jasa.
Fungsi/Pihak yang Terkait

Fungsi/pihak yang terkait dalam prosedur pengadaan barang adalah

1. Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja, sebagai pengguna/kuasa


pengguna barang bertugas dan bertanggungjawab atas perencanaan pengadaan,
pemeliharaan, perbaikan, penggunaan, penyimpanan, inventarisasi, mutasi,
pengamanan dan pengawasan dalam lingkungan wewenangnya.
2. Pengelola Barang Milik Daerah, sebagai pelaksana pembinaan dan
pengelolaan barang bertugas dan bertanggungjawab atas terlaksananya
standarisasi barang, perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran,
pemeliharaan/perbaikan, penghapusan, penjualan, pemanfaatan, inventarisasi
dan pengendalian/pengawasan barang milik daerah.

Dokumen yang Dibutuhkan

Dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur pengadaan barang meliputi:

a. Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD);


b. Daftar Barang Milik Daerah (DBMD);
c. Daftar Barang Pengguna (DBP);
d. Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP);
e. Daftar Kebutuhan Barang Daerah (DKBD);
f. Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang (DKPB);
g. Daftar Hasil Pemeliharaan Barang.

Laporan yang Perlu Dibuat

Laporan yang diperlukan dalam prosedur pengadaan barang antara lain:

a. laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS);


b. laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT);
c. laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS);
d. laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT);
e. laporan Barang Milik Daerah (LBMD);
f. laporan Pengelola Barang Semesteran;
g. laporan Pengelola Barang Tahunan.

b. Prosedur Penyimpanan dan Penyaluran

Ketentuan mengenai prosedur penyimpanan dan penyaluran barang milik daerah


adalah sebagai berikut:

• Penyimpanan adalah kegiatan untuk melakukan pengurusan, penyelenggaraan,


dan pengaturan barang persediaan dalam gudang/ruang penyimpanan, sedangkan
penyaluran adalah kegiatan melakukan pengiriman barang dari gudang
induk/unit ke unit satuan kerja pemakai barang.
• Prosedur penyimpanan dan penyaluran barang dimulai dari penerimaan barang
dari suplier/pihak ketiga dan diakhiri dengan disalurkannya barang yang
dibutuhkan oleh unit/satuan kerja yang memerlukan.

Fungsi/Pihak yang Terkait

Fungsi/pihak yang terkait dalam prosedur penyimpanan dan penyaluran adalah

1. Pemegang Barang Daerah pada Gudang Induk/Unit, bertugas untuk menerima,


menyimpan dan mengeluarkan barang-barang milik daerah untuk masa satu
tahun anggar
2. Panitia Pemeriksa Barang DaerahlUnit (PPBD/U), bertugas melaksanakan
pemeriksaan atas kuantitas, kualitas dan spesifikasi lainnya atas barang yang
diterima.
3. Fungsi Perlengkapan, sebagai pelaksanaan pembina pengelola barang bertugas
dan bertanggungjawab atas terlaksananya standarisasi barang, perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, penyaluran pemeliharaan atau perbaikan,
penghapusan, penjualan, pemanfaatan, inventarisasi dan
pengendalian/pengawasan barang.
4. Fungsi Keuangan, bertugas untuk melaksanakan pembayaran kepada fihak
penyedia barang/jasa sesuai dengan prosedur pengeluaran kas yang berlaku.
5. Fungsi Akuntansi, bertugas mencatat barang ke dalam buku catatan akuntansi
yang ada.

Dokumen yang Digunakan

Dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur penyimpanan dan penyaluran meliputi:

1. Surat Perjanjian (SP) dan Surat Perintah Kerja (SPK);


2. Berita Acara Pemeriksaan Barang;
3. Berita Acara Penerimaan Barang (BAPB);
4. Tanda Penerimaan Sementara Barang (TPSB);
5. Surat Permintaan Pembayaran.

Catatan yang Digunakan

Buku catatan akuntansi yang dibutuhkan dalam prosedur penyimpanan dan


penyaluran berupa buku besar pembantu aset, meliputi:

1. Buku Barang Inventaris;


2. Buku Barang Pakai Habis;
3. Buku Hasil Pengadaan Barang;
4. Buku Penerimaan Barang;
5. Buku Pengeluaran Barang;
6. Kartu Barang;
7. Kartu Persediaan Barang.
c. Prosedur Pemanfaatan

Ketentuan mengenai prosedur pemanfaatan barang milik daerah adalah sebagai


berikut.

• Pemanfaatan barang adalah aktivitas yang meliputi sewa barang dan


penggunausahaan (misal kerjasama operasi, BOT, BTO, dsb.) dengan pihak
ketiga.
• Prosedur pemanfaatan barang dimulai dari pengusulan tentang barang yang akan
disewa atau digunausahakan dari unit kerja ke Kepala Daerah dan diakhiri
dengan dilaksanakannya prosedur penerimaan kas daerah.

Fungsi/Pihak yang Terkait

Fungsi/pihak yang terkait dalam prosedur pemanfaatan barang adalah

1. Unit/Satuan Kerja, sebagai pengelola barang.


2. Fungsi Perlengkapan, sebagai pelaksana pembina pengelola barang bertugas
dan bertanggungjawab atas terlaksananya pemanfaatan barang.
3. Panitia Penelitian dan Penilaian Usulan Kerjasama, bertugas untuk meneliti
dan menilai kelayakan usulan/proposal kerjasama dari pihak ketiga.
4. Fungsi Keuangan, bertugas menerima uang hasil sewa dan kerjasama.

Dokumen yang Digunakan

Dokumen yang digunakan dalam prosedur pemanfaatan barang berupa:

1. Daftar Pemanfaatan Barang


2. Surat Perjanjian Sewa
3. Berita Acara Penelitian dan Penilaian Usulan Kerjasama
4. Surat Perjanjian Kerjasama
d. Prosedur Pemeliharaan

Ketentuan mengenai prosedur pemeliharaan barang milik daerah adalah sebagai


berikut.

• Pemeliharaan barang adalah upaya mencegah kerusakan yang diyakini lebih


baik daripada memperbaikinya.
• Prosedur pemeliharaan barang ini meliputi kegiatan agar semua barang
(khususnya semua barang inventaris yang tercatat dalam buku inventaris yang
sedang dalam pemakaian) selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan.
• Prosedur ini dimulai dari perencanaan pemeliharaan barang oleh masing-masing
unit dan diakhiri dengan dilaksanakannya pemeliharaan barang.

Fungsi/lPihak yang Terkait

Fungsi/pihak yang terkait dalam prosedur pemeliharaan barang adalah

1. Unit/Satuan Kerja, sebagai pemakai barang bertugas dan bertanggungjawab


atas perencanaan dan pelaksanaan pemeliharaan, perbaikan, penggunaan dan
pengawasan barang inventaris dalam lingkungan wewenangnya.
2. Fungsi Perlengkapan, sebagai pelaksana pembina pengelola barang bertugas
dan bertanggungjawab atas terlaksananya pemeliharaan atau perbaikan dan
pengendalian/pengawasan barang.
3. Panitia Pemeriksa Barang DaerahlUnit (PPBDIU), bertugas memeriksa
kondisi barang dan menilai kelayakan kebutuhan pemeliharaan.

Dokumen yang Dibutuhkan

Dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur pemeliharaan barang milik daerah


meliputi:

1. Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Unit (RKPBU);


2. Rencana Tahunan Pemeliharaan Barang Unit (RTPBU);
3. Kartu Pemeliharaan Barang;
4. Surat Perjanjian Kerja/Surat Perintah Kerja (SPK).

e. Prosedur Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi

Ketentuan mengenai prosedur tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi


adalah

• Dalam rangka pengamanan dan penyelamatan barang daerah perlu dilengkapi


dengan ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang sanksi-sanksi terhadap para
pemegang barang daerah.
• Ketentuan tersebut dapat berupa:
1. tuntutan perbendaharaan (TP) terhadap pemegang barang jika di dalam
pengurusannya terdapat kekurangan perbendaharaan, dan
2. tuntutan ganti rugi (TOR) terhadap para pegawai negeri/pegawai perusahaan
daerah dalam kedudukannya bukan sebagai bendaharawan/pemegang barang
yang karena perbuatannya melanggar hukum dan atau melalaikan
kewajibannya sebagaimana mestinya sehingga merugikan daerah.

Fungsi/Pihak yang Terkait

Fungsi/pihak yang terkait dalam prosedur tuntutan perbendaharaan dan tuntutan


ganti rugi adalah

1. Majelis Pertimbangan TPTGR. Majelis ini dibentuk oleh Kepala Daerah yang
bertugas memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Kepala Daerah setiap
kali ada persoalan yang menyangkut TPTGR.
2. Biro/Bagian Keuangan/BPKD, sebagai sekretaris Majelis Pertimbangan
TPTGR.
3. Pemegang Barang Daerah, yang bertugas mengelola dan bertanggungjawab
atas kekurangan perbendaharaan barang yang terjadi dalam pengurusannya.

Dokumen yang Digunakan

Dokumen yang digunakan dalam prosedur tuntutan perbendaharaan dan tuntutan


ganti rugi berupa:

1. Surat Keterangan Tanggungjawab Mutlak;


2. Laporan Perkembangan Penyelesaian Kasus Kerugian Daerah.

Prosedur Perubahan Status Hukum

Ketentuan mengenai prosedur perubahan status hukum barang milik daerah adalah
sebagai berikut.

• Perubahan status hukum adalah setiap tindakan hukum dari pemerintah daerah
yang mengakibatkan terjadinya perubahan status pemilikan atas barang daerah.
• Termasuk dalam tindakan ini adalah penghapusan barang dan pelepasan hak atas
tanah dan atau bangunan. Tukar guling/ruislag adalah salah satu cara pelepasan
hak atas tanah dan atau bangunan milik pemerintah daerah.

Fungsi/Pihak Terkait

Fungsi/pihak yang terkait dalam prosedur perubahan status hukum adalah

1. Unit/Satuan Kerja Perangkat Daerah, sebagai pemakai barang bertugas dan


bertanggungjawab atas penggunaan dan pengawasan barang inventaris dalam
lingkungan wewenangnya.
2. Biro/Bagian Perlengkapan/BPKD, sebagai pelaksana pembina pengelola
barang bertugas dan bertanggungjawab atas terlaksananya penghapusan barang
daerah.
3. Panitia Penghapusan Barang Daerah (PPhBD).
4. Fungsi Akuntansi.

Dokumen yang Digunakan

Dokumen yang digunakan dalam prosedur perubahan status hukum antara lain:

1. Berita Acara Penghapusan Barang;


2. Laporan Penghapusan Barang;
3. Buku Barang Inventaris;
4. Kartu Barang.

2.6. Prinsip-Prinsip manajemen Aset daerah


Prinsip pokok yang hams diperhatikan dalam manajemen aset daerah adalah
pemerintah daerah harus melakukan manajemen aset tersebut sejak tahap perencanaan
(penentuan anggaran modal), pada saat pembelian, pemanfaatan, rehabilitasi, sampai
pada tahap penghapusan aset. Semua tahap tersebut harus terdokumentasi dengan baik.

Prinsip-prinsip manajemen aset yang harus dipenuhi pemerintah daerah meliputi:

1. Pengadaan aset tetap harus dianggarkan.


2. Pada saat pembelian harus dilengkapi dokumen transaksi.
3. Pada saat digunakan harus dilakukan pencatatan/administrasi secara baik.
4. Pada saat penghentian harus dicatat dan diotorisasi.
Pembelian aktiva tetap harus dianggarkan, sehingga dokumen anggaran tersebut
menjadi dasar pertama dilakukannya pengadaan aktiva tetap. Hal ini berarti manajemen
aset daerah harus sudah dilakukan sejak penentuan anggaran modal.

Pada saat pembelian harus ada dokumen transaksi yang jelas yang berisi jenis aktiva
tetap yang dibeli, berapa kuantitasnya, berapa harganya, serta kapan transaksi dilakukan.
Dokumen ini sangat penting untuk pencatatan alcuntansi, terutama untuk mengetahui
nilai historis dari aktiva tetap, menghitung nilai depresiasi, serta memudahkan
pengauditan.

Pada saat aktiva tersebut digunakan harus dilakukan pencatatan mengenai maksud
dan tujuan pemanfaatan aset. Apabila terjadi mutasi atau disposisi aktiva tetap juga
harus dicatat. Selain itu juga harus dicatat biaya pemeliharaan dan depresiasi aktiva
yang digunakan.

Pada tahap penghentian aktiva tetap harus dicatat dan mendapat otorisasi. Di
beberapa pemerintah daerah, penghapusan aset daerah menjadi masalah karena terdapat
banyak sekali aset yang tidak bernilai ekonomis yang dimiliki pemda. Penghapusan
kekayaan daerah bisa dilakukan dengan cara penjualan, pelelangan, tukar-menukar,
hibah, dan pemusnahan.

Pembinaan Terhadap Aset Daerah

Pembinaan terhadap aset milik daerah meliputi seluruh kegiatan yang dimulai
dari inventarisasi aset milik daerah, pengamanan aset daerah, pemanfaatan aset daerah,
penghapusan, dan revaluasi nilai aset daerah. Saat ini yang bertugas mengkoordinasikan
inventarisasi aset daerah di Pemda adalah Biro Keuangan/Bagian
Keuangan/BPKD/BPKKD. BPKD harus melakukan inventarisasi aset-aset milik pemda
yang tersebar dalam semua unit kerja pemerintah yang masuk kategori aset yang
digunakan pemerintah daerah (local government used assets). Selain itu juga harus
melakukan inventarisasi kekayaan pemda yang digunakan untuk sosial (social use
assets), misalnya jalan, jembatan, saluran irigasi, bendungan, rumah sakit milik pemda,
dsb. BPKD juga harus melakukan inventarisasi kekayaan milik pemda yang masuk
kategori surplus property, yaitu kekayaan yang tidak sedang digunakan untuk
pemerintah maupun sosial, seperti aset sewa beli (leasing property) untuk menghasilkan
pendapatan daerah, misalnya area parkir yang bisa disewa-belikan (leasing) atau ruko
milik pemda yang dijual/disewakan, dan juga termasuk aset yang akan diprivatisasi
dalam rangka menghasilkan pendapatan.
Pemanfaatan aset milik pemda dilakukan dengan cara digunakan untuk kepentigan
kepemerintahan atau pelayanan publik serta dimanfaatkan oleh pihak lain dalam bentuk
peminjaman, penyewaan, bangun-guna-serah (built operate and transfer/BOT),
kerjasama operasional atau kontrak manajemen.

Pemanfaatan aset milik daerah dimaksudkan untuk mengoptimalkan aset yang


belum termanfaatkan supaya lebih berdaya guna dan berhasil guna sehingga dapat
mengurangi biaya pemeliharaan dan membantu meningkatkan penerimaan bagi
pemerintah daerah.

2.6. Permasalahan dalam Pengelolaan Aset Daerah


Aset daerah yang bernilai ekonomis besar dan secara fisik terdiri atas berbagai jenis
dan tersebar lokasinya menimbulkan kompleksitas dan berpotensi memunculkan
permasalahan baik dalam pengelolaan, pemanfaatan, maupun pencatatannya.
Kompleksitas dan permasalahan manajemen aset pemda tersebut bisa disebabkan
karena:

a. belum dilakukan inventarisasi seluruh aset daerah;


b. belum dilakukan penilaian (appraisal) atas seluruh aset daerah;
c. terdapat beragam jenis hak penguasaan atas aset daerah yang dipegang (secara
tidak langsung) oleh berbagai pihak;
d. ketidakjelasan status kepemilikan atas beberapa jenis aset, seperti tanah, jalan,
jembatan, dan sebagainya;
e. aset daerah tersebut terkait dengan kepentingan yang berasal dari berbagai
institusi pemerintah dan non-pemerintah; dan
f. lemahnya koordinasi dan pengawasan atas pengelolaan aset daerah.

Beberapa pemerintah daerah menghadapi kesulitan dalam menilai aset yang


dimilikinya, termasuk kesulitan dalam melakukan revaluasi aset lama. Untuk aset lancar,
seperti: kas, piutang, persediaan, dan investasi surat berharga relatif lebih mudah
menghitungnya, namun untuk aktiva tetap berupa tanah, bangunan, mesin, kendaraan,
dan peralatan cukup sulit menentukan nilainya. Kesulitan dalam menghitung nilai aset
tetap tersebut salah satunya disebabkan sulitnya melacak harga perolehan karena
sebelumnya pemda masih menggunakan sistem akuntansi kas dan tata buku tunggal
(single entry). Selain itu kondisi objektif aktiva tetap dan pencatatan yang tidak tertib
juga menjadi masalah tersendiri. Permasalahan yang terkait dengan pencatatan aset
tetap antara lain adanya beberapa aset yang tidak tercatat atau terdata; ada catatannya
tetapi tidak ada barangnya; adanya data inventaris aset yang berbeda-beda antara yang
terdapat di satuan kerja dengan data yang terdapat di biro/bagian perlengkapan, dan di
bagian keuanganJBPKD; tidak dilakukan pencatatan mengenai mutasi barang; dan tidak
adanya pengamanan yang memadai.
PENUTUP

A.KESIMPULAN

1. Salah satu aspek penting untuk optimalisasi manajemen keuangan daerah adalah
adanya sistem manajemen aset daerah yang efisien,efektif,transparan dan
akuntabel.Manajer publik dipemerintah daerah perlu mengetahui prinsip-prinsip
manajemen aset daerah agar aset-aset yang ada dapat dikelola secara optimal.

2. Berdasarkan bentuknya,aset daerah dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu aset


keuangan dan aset non keuangan.Sementara itu jika dilihat dari penggunaannya,aset
daerah dapat dikategorikan menjadi tiga,yaitu:1)aset daerah yang digunakan untuk
operasipemerintah daerah,2)aset daerah yang digunakan masyarakat dalam rangka
pelayanan publik,dan 3)aset daerah yang tidak digunakan untuk pemerintah maupun
publik.Jika dilihat dari mobilitasnya,aset daerah dapat dikategorikan menjadi
dua,yaitu aset tidak bergerak dan aset bergerak.

3. Siklus manajemen aset daerah terdiri dari beberapa tahap,yaitu


perencanaan,pengadaan,penggunaan atau
pemanfaatan,pengamanan,pemeliharaan,dan rehabilitasi,serta penghapusan atau
pemindahtanganan.Setiap tahap membutuhkan
kebijakan,pencatatan,pemantauan,dan pengawasan secara memadai.

4. Prinsip-prinsip manajemen aset antara lain setiap pengadaan aset tetap harus
dianggarkan,pada saat pembelian harus dilengkapi dokumen transaksi,pada saat
digunakan harus dilakukan pencatatan/administrasi secara baik,pada saat
penghentian harus dicatat dan diotorisasi.

Anda mungkin juga menyukai