Anda di halaman 1dari 8

NAMA : NURHAJIJAH

NIM : 1021031156

KASUS 6
Keluarga Bapak A, usia 55 tahun dan Ibu B, usia 50 tahun, memiliki dua anak, Anak X
berusia 25 tahun dan Anak Y berusia 22 tahun. Bapak A telah didiagnosis menderita
hipertensi selama lima tahun terakhir dan harus mengonsumsi obat-obatan untuk mengontrol
tekanan darahnya. Namun, meskipun Bapak A memperhatikan pola makan sehat dan
olahraga teratur, tekanan darahnya masih sering naik.

Selain itu, Ibu B juga baru-baru ini didiagnosis menderita hipertensi setelah mengalami sakit
kepala dan pusing yang sering terjadi. Anak X dan Anak Y belum dites untuk tekanan darah
mereka, tetapi mereka juga memiliki risiko untuk mengembangkan hipertensi karena faktor
genetik keluarga.
Keluarga B merasa khawatir dengan kondisi kesehatan orang tua mereka, dan mereka ingin
mencari bantuan dari perawat untuk membantu mengelola kondisi hipertensi dan mencegah
komplikasi yang lebih serius.

Penyelesaian Kasus :
TAHAP I
I. DATA UMUM
1. NAMA KEPALA KELUARGA : Tn. A
2. USIA : 55 Tahun
3. ALAMAT :-
4. KOMPOSISI KELUARGA (DALAM TABEL) LENGKAPI DENGAN
GENOGRAM

Tn. A Ny. B

An. X An. Y

5. TIPE KELUARGA : Nuclear family


6. SUKU/BANGSA : -/Indonesia
7. AGAMA :-
8. STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA : -
9. AKTIVITAS REKREASI KELUARGA :-
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA SAAT INI : An. X dan Y ingin
mencari bantuan dari perawat untuk membantu mengelola kondisi hipertensi dan
mencegah komplikasi yang lebih serius, karena mereka merasa khawatir dengan
kondisi kesehatan orang tuanya.
2. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA YANG BELUM TERPENUHI : An.
X dan Y belum dites untuk tekanan darah mereka, padahal mereka juga memiliki
risiko untuk mengembangkan hipertensi karena faktor genetik keluarga. Selain itu,
meskipun Bapak A memperhatikan pola makan sehat dan olahraga teratur, tekanan
darahnya masih sering naik. Bapak A telah didiagnosis menderita hipertensi
selama lima tahun terakhir dan harus mengonsumsi obat-obatan untuk mengontrol
tekanan darahnya. Ada Kemungkinan bapak A Tidak rutin minum obat
hipertensinya akibatnya tekanan darahnya masih sering naik.
3. RIWAYAT KELUARGA INTI : Tn. A dan Ny. B memiliki hipertensi
4. RIWAYAT KELUARGA SEBELUMYA (PIHAK SUAMI DAN ISTRI) : -

III. LINGKUNGAN
1. KARAKTERISTIK RUMAH : -
2. KARAKTERISTIK TETANGGA DAN KOMUNITAS : -
3. MOBILITAS GEOGRAFIS KELUARGA : -
4. PERKUMPULAN KELUARGA DAN INTERAKSI DENGAN
MASYARAKAT:-
5. SISTEM PENDUKUNG KELUARGA : Dikasus baru teridentifikasi keluarga itu
sendiri yang menajdi system pendukung keluarga yang terdiri dari Tn. A 55 th,
Ny. B 50 th, An. X 25 th dan An. Y 22 th.

IV. STRUKTUR KELUARGA


1. POLA KOMUNIKASI KELUARGA : Komunikasi terbuka dengan
menggunakan Bahasa Indonesia
2. STRUKTUR KEKUATAN KELUARGA : Orang tua masih lengkap
dengan struktur Tn. A Usia 55 th dan Ny. B 50 th, dengan 2 orang anak yaitu X
dan Y dengan usia berturut-turut 25 dan 22 th, yang peduli dengan kesehatan
orang tuanya. merut saya hal tersebut dapat menguatkan struktur keluarga ini
3. STRUKTUR PERAN (FORMAL DAN INFORMAL) : Tn. A (peran utama
perawatan), karena telah diagnosa hipertensi 5 th lalu yang berkemungkinan
memiliki kondisi kesehatan yang lebih buruk. Kemudian Ny. B yang diagnosa
hipertensi baru-baru ini tentunya perlu mendapatkan perawatan juga serta 2 anak
dengan risiko hipertensi karena faktor genetik.
4. NILAI ATAU NORMA KELUARGA : Baik, karena kepedulian anak
terhadap kondisi kesehatan orang tuanya tumbuh dari nilai ataupun norma
keluarga yang baik.

V. FUNGSI KELUARGA
1. FUNGSI AFEKTIF : Harmonis, karena saling peduli satu sama lain
2. FUNGSI SOSIALISASI : Fungsi sosial keluarga baik, karena tahu dan
peduli dengan kondisi keluarganya. Namun fungus sosial masyarakat tidak terkaji
dalam kasus.
3. FUNGSI PERAWATAN KELUARGA : Cukup baik. Karena Tn. A
memperhatikan pola makan sehat dan olahraga teratur. Namun tidak
dideskripsikan secara jelas pada kasus apakah Tn. A sudah rutin mengkonsumsi
obat hipertensi atau tidak. karena tekanan darahnya masih sering naik.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


1. STRESOR JANGKA PENDEK DAN PANJANG SERTA KEKUATAN
KELUARGA : Yang bisa menjadi stressor jangka pendek maupun jangka panjang
adalah kondisi kesehatan anggota keluarga. Tn. A dan Ny. B yang terkena
hipertensi, hipertensi Tn. A yang tidak teratasi dengan pola makan sehat dan olah
raga teratur. Cek tekanan darah An. X dan Y yang memiliki faktor risiko karena
memiliki genetik hipertensi juga bisa menjadi stressor, karena sangat mungkin
berpengaruh dengan kualitas hidupnya dimasa depan. Untuk kondisi ekonomi dan
lain-lain tidak terkaji dalam kasus.
2. KEMAMPUAN KELUARGA BERESPONS TERHADAP SITUASI/STRESOR :
Baik. Tn. A sudah mencoba memperhatikan pola makan sehat dan olahraga
teratur. An. X dan Y memiliki keinginan untuk mencari bantuan dari perawat
untuk membantu mengelola kondisi hipertensi dan mencegah komplikasi yang
lebih serius.
3. STRATEGI KOPING YANG DIGUNAKAN : Strategi koping yang digunakan
adalah dengan mencari bantuan dari perawat untuk membantu mengelola kondisi
hipertensi dan mencegah komplikasi yang lebih serius.
4. STRATEGI ADAPTASI DISFUNGSIONAL : Strategi daptasi fungsional yang
dilakukan Tn. A setelah diagnose hipertensi adalah dengan memperhatikan pola
makan sehat dan olahraga teratur.

VII. PEMERIKSAAN FISIK


Tn. A : Hipertensi, dengan TD masih sering naik
Ny. B : Hipertensi, dengan keluhan sering sakit kepala dan pusing

VIII. HARAPAN KELUARGA :


Keluarga berharap dapat mengelola kondisi hipertensi dan mencegah komplikasi
yang lebih serius.

TAHAP II
I. MENGENAL MASALAH
1. PENGERTIAN : Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi ketika
tekanan darah di atas batas normal (120/70 mmHg). Istilah tekanan darah sendiri
bisa digambarkan sebagai kekuatan dari sirkulasi darah terhadap dinding arteri
tubuh yang merupakan pembuluh darah utama. Besarnya tekanan yang terjadi
bergantung pada resistensi dari pembuluh darah dan seberapa intens jantung untuk
bekerja. tekanan darah tinggi terjadi akibat semakin banyak darah yang dipompa
oleh jantung dan akibat sempitnya pembuluh darah pada arteri.
2. PENYEBAB : Penyebab hipertensi yang pasti sebenarnya belum diketahui,
namun hipertensi dapat terjadi karena gaya hidup dan ada penyakit yang
menyertainya.

Beberapa kondisi atau gaya hidup yang menjadi faktor risiko terjadinya
peningkatan tekanan darah adalah:

 Usia : pria beruisia 64 tahun dan wanita 65 tahun


 Riwayat keluarga
 kebiasaan merokok

 Kelebihan berat badan atau obesitas.


 Kurangnya aktivitas fisik/ kurang olahraga
 Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung garam.
 Konsumsi alkohol berlebihan (lebih dari 1 hingga 2 minuman per hari).
 Stres.

Kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi meliputi:

 Penyakit ginjal.
 Sleep apnea, yaitu kondisi ketika dinding tenggorokan menyempit pada
saat tidur sehingga mengganggu pernapasan normal.
 Glomerulonefritis, yaitu kerusakan pada filter kecil di dalam ginjal.
 Penyempitan arteri yang memasok ginjal.
 Masalah hormon seperti tiroid yang kurang aktif, tiroid yang terlalu aktif,
sindrom Cushing, akromegali, peningkatan kadar hormon aldosteron
(hiperaldosteronisme), dan phaeochromocytoma.
 Lupus, yaitu kondisi di mana sistem kekebalan menyerang bagian-bagian
tubuh, seperti kulit, sendi, dan organ.
 Skleroderma, yaitu kondisi yang menyebabkan kulit mengeras dan
terkadang menyebabkan masalah pada organ dan pembuluh darah.

3. TANDA DAN GEJALA :


 Sakit kepala
 Sesak nafas
 Gelisah
 Pandangan menjadi kabur
 Mual dan muntah
 Gelisah
 Kelelahan

4. IDENTIFIKASI TINGKAT KESERIUSAN MASALAH PADA KELUARGA :


Hipertensi adalah penyakit serius, karena menyebabkan berbagai komplikasi
kesehatan jika tidak diobati atau dikendalikan dengan baik. Hipertensi dapat
meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan masalah
kesehatan lainnya. Karena itu, penting untuk mengelola tekanan darah dengan
pola makan sehat, olahraga teratur, menghindari merokok, dan minum obat sesuai
petunjuk dokter jika diperlukan. Rutin memeriksakan tekanan darah juga penting
untuk memantau kondisi kesehatan dan mencegah komplikasi yang mungkin
terjadi.

II MENGAMBIL KEPUTUSAN
1. AKIBAT : Terdapat uapaya untuk mengontrol tekanan darah dengan
memperhatikan pola makan sehat dan olahraga teratur, namun tekanan darah masih
sering naik bisa dikarenakan tidak rutin minum obat. Akibat dari An. X dan Y yang
belum memeriksakan tekanan darahnya padahal kedua orang tuanya memiliki
hipertensi adalah penundaan diagnosis dan pengelolaan kondisinya, risiko penyakit
jantung dan stroke, gangguan fungsi organ, kualitas hidup yang buruk, peningkatan
risiko komplikasi pada kehamilan untuk An. Y. Adapun akibat dari keinginan An. X
dan Y untuk mencari bantuan dari perawat adalah hipertensi dapat dikelola dengan
baik sehingga komplikasi yang lebih serius dapat diminimalisir.
2. KEPUTUSAN KELUARGA : Beberapa keputusan keluarga berdasarkan alias kasusu
: Tn. A memperhatikan pola makan sehat dan olahraga teratur, An. X dan Anak Y
belum dites untuk tekanan darah padahal kedua orang tuanya memiliki hipertensi, An.
X dan Y juga berkeinginan mencari bantuan dari perawat

III. MELAKUKAN PERAWATAN SEDERHANA


1. CARA-CARA PERAWATAN YANG SUDAH DILAKUKAN KELUARGA : Cek
tekanan darah, konsusmsi obat meskipun kemungkinan tidak teratur dan
memperhatikan pola makan sehat serta olahraga teratur.
2. CARA-CARA PENCEGAHAN :
 Mengurangi konsumsi garam (jangan melebihi 1 sendok teh per hari)
 Melakukan aktivitas fisik teratur (seperti jalan kaki 3 km/ olahraga 30 menit per
hari minimal 5x/minggu)
 Tidak merokok dan menghindari asap rokok
 Diet dengan Gizi Seimbang
 Mempertahankan berat badan ideal
 Menghindari minum alkohol

IV. MODIFIKASI LINGKUNGAN


1. LINGKUNGAN FISIK :
Modifikasi lingkungan fisik untuk keluarga hipertensi dapat membantu menciptakan
kondisi yang mendukung gaya hidup sehat dan pengelolaan tekanan darah.
 Menyediakan makanan sehat: Memiliki persediaan makanan sehat di rumah,
seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein rendah lemak, dapat
membantu anggota keluarga untuk memilih opsi makanan yang mendukung
pengelolaan tekanan darah.
 Memiliki ruang olahraga: Membuat ruang atau sudut khusus untuk
berolahraga di rumah dapat mendorong anggota keluarga untuk lebih aktif
secara fisik. Misalnya, menyediakan treadmill, sepeda stasioner, atau peralatan
fitness lainnya.
 Menyediakan area relaksasi: Memiliki area di rumah yang tenang dan nyaman
untuk bersantai dan menghilangkan stres dapat membantu menurunkan
tekanan darah. Misalnya, area dengan kursi nyaman, lampu redup, dan musik
santai.
 Mengatur tata letak dapur: Mengatur dapur untuk memudahkan akses ke alat
masak dan bahan makanan sehat dapat membantu mendorong pilihan
makanan yang lebih sehat. Misalnya, meletakkan buah-buahan dan sayuran di
tempat yang mudah dijangkau.
 Mendorong aktivitas fisik bersama: Mengatur aktivitas keluarga yang
melibatkan gerakan fisik, seperti berjalan-jalan, bersepeda, atau berenang
bersama, dapat menjadi cara yang menyenangkan untuk meningkatkan
kebugaran dan menurunkan tekanan darah.
 Mengurangi paparan terhadap faktor risiko: Menghindari paparan terhadap
faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan tekanan darah, seperti asap
rokok, alkohol, dan makanan berlemak tinggi atau tinggi garam, juga
merupakan bagian penting dari modifikasi lingkungan fisik.
2. LINGKUNGAN PSIKOLOGIS :
Modifikasi lingkungan psikologis untuk keluarga hipertensi bertujuan untuk
menciptakan suasana yang mendukung kesejahteraan emosional dan mental, serta
membantu mengelola stres yang dapat mempengaruhi tekanan darah.
 Menyediakan dukungan sosial: Membangun jaringan dukungan sosial yang
kuat dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya dapat membantu mengurangi
stres dan meningkatkan kesejahteraan psikologis. Ini bisa meliputi berbagi
perasaan dan pengalaman, mendengarkan satu sama lain, dan memberikan
dukungan emosional.
 Mendorong komunikasi terbuka: Menciptakan lingkungan di mana anggota
keluarga merasa nyaman untuk berbicara tentang masalah kesehatan, termasuk
tekanan darah tinggi, dapat membantu mengurangi ketegangan dan
meningkatkan pemahaman tentang bagaimana mengelola kondisi tersebut
bersama-sama.
 Menyediakan informasi dan pendidikan: Memberikan informasi yang akurat
tentang hipertensi dan cara mengelolanya dapat membantu mengurangi
kecemasan dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman anggota keluarga
tentang kondisi tersebut.
 Mendorong gaya hidup sehat: Membangun budaya di rumah yang mendorong
gaya hidup sehat, termasuk pola makan seimbang, olahraga teratur, dan
manajemen stres, dapat membantu mengurangi faktor risiko yang berkaitan
dengan tekanan darah tinggi.
 Mengatasi konflik dengan cara yang sehat: Membangun keterampilan dalam
menangani konflik dan stres secara positif, seperti dengan berlatih komunikasi
yang efektif, manajemen emosi, dan penyelesaian masalah, dapat membantu
mengurangi tekanan darah dan meningkatkan kesejahteraan psikologis.
 Mendukung kegiatan relaksasi: Mengatur waktu untuk kegiatan relaksasi
seperti meditasi, yoga, atau teknik pernapasan dapat membantu mengurangi
stres dan menenangkan pikiran, sehingga membantu mengendalikan tekanan
darah.
V. PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN
1. PELAYANAN KESEHATAN YANG BIASA DIKUNJUNGI KELUARGA :
Keluarga yang memiliki anggota dengan hipertensi dapat mengunjungi berbagai jenis
layanan kesehatan untuk mendapatkan perawatan dan dukungan yang dibutuhkan.
Beberapa pilihan pelayanan kesehatan yang bisa mereka kunjungi meliputi:
 Dokter Umum atau Keluarga: Dokter umum atau dokter keluarga adalah
sumber pertama yang bisa dikunjungi untuk pemeriksaan rutin, diagnosis, dan
manajemen hipertensi. Mereka dapat memberikan rekomendasi pengobatan,
memberikan saran gaya hidup sehat, dan merujuk pasien ke spesialis jika
diperlukan.
 Spesialis Kardiologi: Spesialis kardiologi adalah dokter yang ahli dalam
penyakit jantung dan pembuluh darah. Mereka dapat memberikan penanganan
yang lebih khusus terkait pengelolaan hipertensi dan risiko penyakit
kardiovaskular lainnya.
 Ahli Gizi: Konsultasi dengan ahli gizi atau dietitian dapat membantu dalam
merencanakan pola makan yang sehat dan sesuai untuk menangani hipertensi.
Mereka dapat memberikan saran tentang diet rendah garam, tinggi serat, dan
rendah lemak yang sesuai dengan kebutuhan individu.
 Psikolog atau Konselor: Psikolog atau konselor dapat memberikan dukungan
emosional dan keterampilan manajemen stres bagi anggota keluarga yang
mungkin mengalami stres terkait kondisi hipertensi.
 Program Manajemen Penyakit: Banyak rumah sakit atau lembaga kesehatan
menawarkan program manajemen penyakit yang dirancang khusus untuk
membantu pasien dengan kondisi kronis seperti hipertensi. Program ini dapat
mencakup edukasi, dukungan, dan pemantauan reguler oleh tim kesehatan.
 Pusat Kesehatan Masyarakat (klinik ataupun Puskesmas) : Pusat kesehatan
masyarakat seringkali menawarkan layanan kesehatan masyarakat termasuk
program edukasi tentang penyakit kronis seperti hipertensi, serta layanan
skrining dan pemantauan tekanan darah secara gratis atau dengan biaya
rendah.
2. FREKUENSI KUNJUNGAN: Frekuensi kunjungan pada pelayanan kesehatan untuk
pasien hipertensi dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk tingkat
keparahan hipertensi, kondisi kesehatan umum pasien, dan respons terhadap
pengobatan dan perubahan gaya hidup.
 Kunjungan awal untuk evaluasi dan diagnosis: Pasien hipertensi biasanya
perlu melakukan kunjungan awal ke dokter untuk evaluasi dan diagnosis.
Selama kunjungan ini, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, mengukur
tekanan darah, dan mungkin melakukan tes tambahan untuk menilai tingkat
keparahan dan kemungkinan penyebab hipertensi.
 Kunjungan untuk pengelolaan dan pengobatan: Setelah diagnosis, pasien
biasanya direkomendasikan untuk melakukan kunjungan rutin ke dokter untuk
pengelolaan dan pengobatan. Frekuensi kunjungan ini dapat bervariasi, tetapi
biasanya dilakukan setiap beberapa bulan, terutama jika tekanan darah pasien
telah terkendali dengan baik.
 Kunjungan pemantauan dan penyesuaian: Selama kunjungan rutin, dokter
akan memantau respons pasien terhadap pengobatan dan melakukan
penyesuaian jika diperlukan. Jika tekanan darah pasien sulit dikendalikan atau
ada komplikasi lain yang berkaitan dengan hipertensi, kunjungan mungkin
perlu dilakukan lebih sering.
 Kunjungan konsultasi spesialis: Kadang-kadang, pasien hipertensi perlu
dirujuk ke spesialis, seperti kardiolog, ahli gizi, atau psikolog, untuk evaluasi
tambahan atau manajemen kondisi yang lebih kompleks. Frekuensi kunjungan
ke spesialis ini akan ditentukan berdasarkan kebutuhan individu pasien.
 Penting untuk dicatat bahwa frekuensi kunjungan pada pelayanan kesehatan
untuk pasien hipertensi dapat berubah seiring waktu sesuai dengan
perkembangan kondisi kesehatan pasien dan respons terhadap pengobatan.
Oleh karena itu, penting untuk berkomunikasi secara teratur dengan dokter
untuk menentukan jadwal kunjungan yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai