Jurnal Nur Kholis Majid
Jurnal Nur Kholis Majid
, Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya. Pasien diabetes melitus memerlukan terapi jangka panjang
sehingga diperlukan proses rekonsiliasi agar mendapatkan terapi yang sesuai.
Rekonsiliasi obat yaitu suatu proses membandingkan suatu instruksi pengobatan
dengan obat yang didapat oleh pasien, dilakukanya rekonsiliasi obat yaitu untuk
mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error) seperti obat
tidak diberikan, duplikasi, kesalahan kekuatan obat atau interaksi obat. Tujuan
menganalisis rekonsiliasi obat pada pasien diabetes melitus di Puskesmas
Karanggeneng Kabupaten Lamongan. Penelitian ini menggunakan metode cross
sectional dengan pengambilan data retrospektif yang dilakukan di Puskesmas
Karenggeneng Kabupaten Lamongan pada tahun 2022. Hasil pada hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa rekonsiliasi obat dari intruksi pengobat yang telah
didapatkan pasien yaitu hasilnya yang sesuai 105 (55,6%) dan yang tidak sesuai
dengan instruksi 84 (44,4%) kekuatan obat 16,9%, obat dihentikan 2,6%,
pergantian obat 10,1%, riwayat elergi dan efek samping obat 4,8%, pemberian obat
kombinasi 6,3% dan kepatuhan pengambilan obat 3,7%. Tujuan dilakukannya
rekonsiliasi obat adalah; memastikan informasi yang akurat tentang obat yang
digunakan pasien; mengidentfikasi ketidaksesuaian akibat tidak
terdokumentasinya instruksi dokter dan mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat
tidak terbacanya instruksi dokter.
ABSTRACT
Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases characterized by hyperglycemia that
occurs due to abnormalities in insulin secretion, insulin action or both. Diabetes mellitus
patients require long-term therapy so a reconciliation process is needed to get appropriate
therapy. Medication reconciliation is a process of comparing a medication instruction with
the medication received by the patient. Drug reconciliation is carried out to prevent
medication errors such as medication not being administered, duplication, medication
strength errors or drug interactions. The aim is to analyze medication reconciliation in
diabetes mellitus patients at the Karanggeneng Community Health Center, Lamongan
Regency. This study used a cross sectional method with retrospective data collection
carried out at the Karenggeneng Public Health Center, Lamongan Regency in 2022. The
results of this study showed that the reconciliation of drugs from treatment instructions
that patients had received was 105 (55.6%) and the results were in accordance with the
results. not according to instructions 84 (44.4%) drug strength 16.9%, drug discontinued
2.6%, drug change 10.1%, history of allergies and drug side effects 4.8%, combination
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
drug administration 6.3% and drug taking compliance 3.7%. The purpose of medication
reconciliation is; ensure accurate information about the medications the patient is taking;
identify discrepancies due to undocumented doctor's instructions and identify
discrepancies due to unreadable doctor's instructions.
PENDAHULUAN
Diabetes melitus merupakan suatu keadaan hiperglikemi kronik yang
timbul pada seorang yang di sertai dengan berbagai kelainan metabolik akibat
terjadinya gangguan hormonal seperti kegagalan sekresi insulin, kerja insulin,
ataupun keduanya (IDF, 2021).
Seseorang yang menderita diabetes melitus dapat memiliki gejala antara
lain poliuria (sering kencing), polidipsia (sering merasa haus), dan polifagia
(sering merasa lapar), serta penurunan berat badan yang tidak diketahui
penyebabnya. Selain hal-hal tersebut, gejala penderita diabetes melitus lainya
adalah keluhkan lemah badan dan kurangnya energi, kesemutan di tangan atau
kaki, gatal, mudah terkena infeksi bakteri atau jamur, penyembuhan luka yang
lama, dan mata kabur. Namun, pada beberapa kasus, penderita diabetes melitus
tidak menunjukkan adanya gejala (Cao et al., 2017).
Parameter yang dapat digunakan dalam menilai pengendalian diabetes
melitus yaitu HbA1c, gula darah puasa (GDP), glukosa darah 2 jam, profil lipid,
indeks massa tubuh (IMT) dan tekanan darah. Diagnosis diabetes melitus
ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadarglukosa darah. Pemeriksaan glukosa
darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan
bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan
dengan glucometer (PERKENI, 2019)
Pada tahun 2021 penderita diabetes melitus di seluruh dunia mencapai
537 juta orang, dengan angka kematian lebih dari 6,7 juta jiwa. Penderita
diabetes melitus yang ada di Indonesia mencapai 19.465.100 orang, dengan
angka kematian sebesar 236,711 jiwa (IDF, 2021). Penderita diabetes melitus yang
ada di Jawa Timur sudah mencapai 867.257 (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2021),
Penderita diabetes melitus di Kabupaten Lamongan mencapai 22.580 (Dinas
kesehatan Kabupaten Lamongan, 2021).
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini melakukan Teknik pengambilan data secara
retrospektif yaitu pengambilan data di Februari 2022 hingga bulan Mei 2022.
Dengan pengambilan data di rekam medis dan resep untuk mengetahui jumlah
pasien rawat jalan yang mengalami rekonsiliasi obat diabetes melitus di salah
satu sarana kesehatan di Kabupaten Lamongan. Waktu penelitian pada bulan
Maret – Juni 2023.
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
Jenis Kelamin
Jenis
No Frekuensi (F) Persentase (%)
Kelamin
1 Perempuan 134 70,9
2 Laki-laki 55 29,1
Total 189 100
Usia
No Usia Frekuensi (F) Persentase (%)
1 26-35 Tahun 13 6,9
2 36-45 Tahun 27 14,3
3 46-55 Tahun 79 41,8
4 56-65 Tahun 56 29,6
5 ≥65 Tahun 14 7,4
Total 189 100
Berdasarkan hasil dari tabel 1 dapat dilihat dari jumlah total pasien
diabetes melitus paling banyak terjadi pada perempuan yaitu 134 pasien
dengan persentase (70,9%). Dan paling banyak terjadi pada usia 46-55 tahun
yaitu sebanyak 79 pasien dengan persentase (41,8%) dikarenakan lansia
disebabkan penurunan semua fungsi sistem tubuh.
2. Jenis Obat Dan Dosis Yang Di Dapatkan
Table 2 Obat Diabetes Melitus Tunggal Dan Kombinasi
dalam keadaan fungsi ginjal yang menurun pemberian dosis terapi akan
terpengaruh, bahkan jika fungsi ginjal telah memburuk pemberian antidiabetik
dapat diberikan secara parenteral untuk menghindari keparahan penyakit
pasien. Penyebab dari ketidak sesuaian obat yang diterima pasien dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Ketepatan dosis pada penelitian ini terdapat 32 kasus dengan persentase
(16,9), Dosis metformin yang digunakan untuk pasien diabetes melitus sebesar
500 mg, glibenklamid sebesar 5 mg dan glimepirid sebesar 2 mg. Pengobatan
dikatakan tepat dosis apabila dosis pemberian antidiabetik sesuai dengan
standar (PERKENI, 2019). Pemberian glibenclamid atau glimepirid 1 kali sehari
dan metformin 2-3 kali sehari. Diberikannya obat golongan biguanid atau
metformin karena obat tersebut bekerja mengurangi produksi gula pada hati
sedangkan untuk golongan sulfonilurea berfungsi meningkatkan sekresi insulin.
Metformin bisa digunakan bersama atau sesudah makan, Sedangkan untuk
glibenklamid dapat digunakan 15-30 menit sebelum makan untuk menghindari
efek hipoglikemi (Dwi aulia, 2020).
Terapi obat yang dihentikan pada penelitian ini terdapat 5 kasus dengan
persentase (2,6%) contohnya seperti terapi kombinasi insulin dan GLP-1
(metformin, glibenclamid, glimepiride, giclazid dan glipizide) pemberian obat ini
dimulai dengan dosis rendah untuk selanjutnya dinaikkan secara bertahap.
Apabila target glukosa tidak tercapai dengan terapi kombinasi, dapat diberikan
obat diabetes melitus dengan insulin. Jika target tetap tidak tercapai maka perlu
diberikan terapi kombinasi insulin basal dan prandial kemudian dihentikan
dengan hati-hati obat diabetes melitus oral (Andrajati & Trisna, 2021).
Obat mulai dihentikan pada pasien Diabetes Melitus, bila adanya terapi
kombinasi OHO (Obat Hipoglikemik) dan insulin, baik secara tunggal maupun
kombinasi. Obat Hipoglikemik yang digunakan adalah Metformin, Glikazid, dan
Akarbose kadar gula darah tidak terkendali, maka dari itu pada penggunaan
obat Obat hipoglikemik, Pemilihan obat untuk pasien diabetes melitus
bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien. Penggunaan
obat hipoglikemik oral dapat dilakukan secara tunggal atau kombinasi dari dua
atau tiga jenis obat. Pemilihan obat yang tepat sangat menentukan keberhasilan
terapi. Penentuan obat yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat
keparahan diabetes (Almasdy et al., 2016).
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu sarana
kesehatan di Kabupaten Lamongan tentang rekonsiliasi obat pada pasien
diabetes melitus, yang membandingkan suatu instruksi pengobatan dengan obat
yang telah didapat oleh pasien yaitu hasilnya adalah yang sesuai dengan intruksi
yaitu 105 pasien dengan persentase (55,6%) dan yang tidak sesuai dengan
intruksi yaitu 84 dengan persentase (44,4%).
DAFTAR PUSTAKA
Almasdy, D., Sari, D. P., Darwin, D., & Kurniasih, N. (2016). Evaluasi Penggunaan
Obat Antidiabetik pada Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 di Suatu Rumah Sakit
Pemerintah Kota Padang - Sumatera Barat. 02(01), 104–110.
Cao, X., Wang, D., Zhou, J., Yuan, H., & Chen, Z. (2017). Relationship between
dental caries and metabolic syndrome among 13 998 middle-aged urban
Chinese. Journal of Diabetes, 9(4), 378–385. https://doi.org/10.1111/1753-
0407.12424
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
Detty, A. utia, Fitriyani, N., Prasetya, T., & Florentina, B. (2020). Karakteristik
Ulkus Diabetikum Pada Penderita Diabetes Melitus. 11(1), 258–264.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.261
Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2021. (2021). Dinas Kesehatan Jawa Timur 2021. In
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2021 (Vol. 3, Issue 1).
https://doi.org/10.21831/dinamika.v3i1.19144
Dwi aulia. (2020). evaluasi rasionalitas penggunaan obat diabetes melitus. 1, 69–77.
Fatiha, C. N., Apoteker, K., Darah, K. G., & Questionnaire, M. A. (2021).
Peningkatan Kepatuhan Minum Obat Melalui Konseling Apoteker pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Halmahera Kota Semarang. 41–48.
https://doi.org/10.20961/jpscr.v6i1.39297
Gustianto, V., Sadik, D., & Gusti, Y. T. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga
Dalam Program Prolanis Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Rawat Inap Banjarsari Kota Metro Tahun 2019. 1(1),
1–11.
Nazhipah, I., Mulyani, Muhammad, Z., & Riyadi, muhammad arif. (2021).
Analisis Efektivitas Biaya (Cost-Effectiveness) Penggunaan Antidiabetes Oral
Kombinasi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Rawat Jalan Di Rsud Dr. H.
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. 4(April), 103–110.
https://doi.org/10.36387/jifi.v4i1.683
Resti, A., Tusy, T., Firhat, E., & Nugraha, fidel rama. (2021). Hubungan Antara
Usia, Jenis Kelamin, Dan Tingkat Pendidikan Dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Di Klinik Mardi Waluyo Lampung Tengah. 5(September), 146–153.
Rismawati, A., Fathurrohmah, A., & Yunita, D. (2023). Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Diterapi Rawat Jalan Dengan Anti Diabetik Oral. 3,
13005–13009.
Studer, H., Imfeld, T. L., Patrick, I., Marco, E. B., Rosen, C., Bodmer, M., Boeni, F.,
Hersberger, K. E., & Lampert, M. L. (2023). The impact of pharmacist - led
medication reconciliation and interprofessional ward rounds on drug -
related problems at hospital discharge. International Journal of Clinical
Pharmacy, 45(1), 117–125. https://doi.org/10.1007/s11096-022-01496-3