Anda di halaman 1dari 10

POKOK BAHASAN 5

WICARA INFORMATIF

1. RASIONAL

Pengetahuan dan pemahaman tentang wicara informatif merupakan


modal dasar yang harus dimiliki oleh mahasiswa sebelum mereka melakukan
praktik wicara di depan kelas. Hal ini disebabkan bahwa wicara informatif
merupakan wicara yang paling sering digunakan dalam bidang akademis. Oleh
karena itu, mahasiswa perlu dibekali ilmu dan dilatih melakukan kegiatan wicara
informatif di kampus.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti sajian tentang topik wicara informatif ini diharapkan


mahasiswa dapat: (1) menjelaskan cara-cara mengorganisasikan isi pesan
dalam wicara informatif; (2) menjelaskan teknik menjelaskan bahasan yang
akan ditampilkan dalam wicara lisan.

3. BAHAN AJAR
Tujuan utama wicara informatif adalah untuk menyampaikan informasi.
Khalayak diharapkan mengetahui, mengerti, dan menerima informasi itu. Ada
tiga macam wicara informative, yaitu: (1) Oral reports (laporan lisan), yaitu:
laporan ilmiah, laporan panitia, laporan tahunan, laporan projek, dan
sebagainya; (2) Oral instruction (pengajaran), misalnya: guru yang menjelaskan
pelajaran, atasan yang menerangkan pekerjaan, atau pemimpin yang membagi
tugas kepada bawahannya; (3) Informative Lectures (kuliah), misalnya:
ceramah umum, wicara di depan peserta konferensi, penyajian makalah, kuliah
subuh, dan sebagainya
Apapun jenisnya, wicara informatif merupakan upaya untuk
menanamkan pengertian. Karena itu, secara keseluruhan, wicara informatif
harus jelas, logis, dan sistematis. Khalayak sulit memahami pesan yang
abstrak, meloncat-loncatm dan kacau. Dalam Pokok bahasan ini, kita akan

1
membicarakan wicara informatif dari segi isi pesan, organisasi pesan, teknik
pengembangan bahasan, dan teknik penyajian.

Isi Pesan
Supaya isi pesan itu mudah dipahami dan mudah diingat, Ehninger dan
kawan-kawan menyarankan hal-hal berikut:

1. Gagasan utama tidak boleh terlalu banyak


Bila orang dibanjiri informasi, ia akan kesulitan untuk mengolahnya. Ia
mengalami information overload. Jaringan-jaringan saraf kita, seperti
jaringan elektronik akan mengalami kelebihan muatan. Kita akan kecapaian,
putus asa, bahkan neurotis. Jadi jangan menyiksa pendengar kita dengan
informasi terlalu banyak. Pilihlah beberapa butir yang sangat penting.
Kembangkan bahasan dari butir-butir yang kita pilih.

Penyuluhan Pertanian
(selayaknya menyampaikan pesan yang mudah diingat dan dipahami)

2. Jelaskan istilah-istilah yang aneh dan kabur


Setiap bidang mempunyai sejumlah istilah. Sebelum memasuki bahasan
yang utama, bahaslah lebih dahulu istilah-istilah yang akan dipergunakan.
Istilah adalah abstraksi-pengabstrakan dari hal-hal kongkret. Agresif adalah
abstraksi untuk tindakan-tindakan seperti menyerang, membanting pintu,
mengucapkan kata-kata kasar, melawan dan sebagainya. Ada beberapa
cara untuk menjelaskan istilah. Pertama, kita menggunakan definisi dalam
kamus (apel adalah buah yang merah, bulat, keras, dan bersinar). Kedua,

2
kita menjelaskan makna dengan menceritakan asal-usul kata (resiko berasal
dari kata risk, berasal dari kata Arab rizk. Orang yang ingin mendapat rezeki
harus berani menghadapi resiko). Ketiga, kita menjelaskan makna konsep
dengan menyebutkan apa yang tidak termasuk di dalamnya (Ayam tidak
termasuk bintang menyusui; Keempat, klita menerangkan konsep dengan
memberikan contoh-contohnya (menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis ceramah termasuk keterampilan berbahasa).
3. Atur kecepatan menyajikan informasi
Butir-butir pembicaraan harus diulas dalam waktu yang tepat. Terlalu lama
membicarakan satu topik menyebabkan kita kedengaran bertele-tele dan
membosanka. Terlalu singkat membuat orang kebingungan.

4. Jelaskan perpindahan pokok pembicaraan


Kerika kita beralih dari satu pokok bahasan ke pokok bahasan yang lain,
tunjukkan perpindahannya dengan jelas Sudah banyak kita berbicara
tentang sebab-sebab perpecahan. Pertanyaan berikutnya ialah apa yang
dapat kita lakukan? Faktor-faktor apa yang dapat mendorong persatuan?
Atau kita menyatakan Itulah aspek pertama dari desain interior, yakni aspek
fungsional. Kita sekarang memasuki aspek yang lebih penting, yaitu aspek
estetis. Ingat kembali prinsip kesatuan dalam komposisi wicara lisan.

5. Gunakan data kongret menuju jaringan abstrak


Wicara informatif harus kaya dengan fakta, angka, penjelasan dan contoh.
Teori-teori yang abstrak harus dijelaskan dengan contoh-contoh kongkret.
Menurut Erving Goffman, setiap hari kita merekayasa ucapan dan tindakan
kita untuk mempengaruhi kesan orang lain tentang diri kita. Goffman
menyebutkan inpression managemen. Kita ingin menyakinkan orang yang
kita ajak bicara.. Ketika kita memakai jaket Alma Mater dan memegang map
bergambar universitas, kita sedang membentuk kesan bahwa kita
mahasiswa. Kita melakukan impression management.

6. Hubungkan yang tidak diketahui dengan yang diketahui


Bagaimana kita menjelaskan tabrakan kereta api di Bintaro kepada
penduduk Baliem di Irian Jaya. Mereka tidak mengenal kereta api, Bintaro,
atau Jakarta. Kita, ada rumah panjang yang bisa berlari cepat. Di dalamnya

3
terdapat banyak orang. Tiba-tiba dua rumah itu bertabrakan. Kita
menghubungkan kereta dengan rumah. Kini orang-orang Baliem sudah
mengenal kereta, Kita tidak perlu bersudah payah menghubungkannya
dengan rumah. Tetapi kita masih harus mulai dengan mekanika Newton
sebelum berbicara mengenai mekanika kuantum. Bukan untuk orang
Baliem saja, juga untuk orang Jakarta.

7. Masukkan bahan-bahan yang menarik perhatian


Ketika kita menyebutkan contoh-contoh, kita harus kreatif. Jangan
mengambil contoh yang itu-itu lagi. Atau masukkan ke dalam pembicaraan
anekdot-anekdot yang segar, kisah-kisah yang menyentuh (human interest),
pengalaman yang aneh, dan sebagainya.

Dr. HAMKA
(menyampaikan kuliah subuh dengan bahan yang menarik perhatian)

Organisasi Pesan
Pada pokok bahasan ini kita sudah membicarakan beberapa metode
organisasi pesan : deduktif, induktif, kronologis, spasial dan topikal. Semua
metode ini dapat dipergunakan untuk menyusun wicara informatif. Tidak perlu
mengulang metode-metode itu di sini. Kita hanya akan membahas langkah-
langkah penyusunan pesan dari Monroe, seperti yang digunakan pada wicara
informatif.

Penyusunan Pesan Menurut Monroe


Menulut Monroe, wicara informatif hanya mempunyai tiga tahap
saja ,yaitu : perhatian, kebutuhan,dan pemuasan. Pada tahap perhatian, tahap

4
yang pertama, kita harus menarik perhatian pendengar. Kita harus memusatkan
perhatian yang terbagi kepada pokok bahasan yang Kita sampaikan. Ada
empat hal yang harus diperhatikan pada tahap perhatian : menarik perhatian,
menunjukkan topik, menghubungkan topik dengan pendengar, membangun
kredibilitas, dan menjelaskan susunan pembicaraan.
Pada tahap kebutuhan, kita menjelaskan mengapa informasi yang akan
kita sampaikan itu penting bagi khalayak. Mengapa mereka ketahuinya. Bagi
khalayak yang baru pertama kali mendengar topik dapat melakukan dengan
empat cara sebagai berikut.
1. Pernyataan : Tunjukkan pentingnya pokok bahasan dan perlihatkan
bagaimana mereka perlu lebih banyak tahu tentang pokok tersebut.
2. Ilustrasi : Berikan beberapa contoh, permisalan, anekdot yang menonjolkan
kebutuhan pendengar.
3. Peneguhan. Sajikan fakta, angka, dan kutipan tambahan untuk lebih
menyakinkan pendengar.
4. Penunjukan. Perlihatkan bahwa pokok pembicaraan berkaitan dengan
kepentingan, kesejahteraan, dan keberhasilan khalayak. Kemampuan
berwicara lisan sangat penting dalam hampir segala bidang kehidupan
(penunjukan). Dengan wicara lisan, kita mempengaruhi dan mengarahkan
perilaku orang lain (pernyataan). Hidup ini dagang. Kita harus menjual diri
kita, supaya orang mau membelinya (pengertian)

Tina Talisa
(Presenter yang memperhatikan aspek kebutuhan)

5
Pada tahap pemuasan, kita menyampaikan informasi itu sendiri. Misalnya, di
sini Kita menjelaskan keterampilan berwicara lisan. Tahap ini sebaliknya
dibagi ke dalam tiga bagian :

a. Ikhtisar pendahuluan
Di sini kita menyebutkan pokok-pokok pembicaraan satu demi satu.
Tujuannya adalah membantu khalayak memperoleh gambaran
menyeluruh tentang isi pembicaraan kita. Kita harus konsisten mengikuti
urutan yang kita sebutkan pada ikhtisar permulaan.

b. Informasi terinci
Pokok-pokok pembciaraan yang sudah disebutkan sebelumnya,
dijelaskan satu persatu. Kita memasukkan berbagai teknik
pengembangan bahasan : ilustrasi, statistik, analogi dan lain-lain.
Semuanya harus kita susun secara sistematis dan logis.

c. Ikhtisar akhir
Kita menyebutkan kembali hal-hal yang sudah kita bicarakan. Kita
mengulangi pokok-pokok penting, konklusi, atau kesimpulan yang lahir
setelah pembahasan. Biasanya, ikhtisar akhir lebih panjang daripada
ikhtisar permulaan.

Teknik Pengembangan Bahasan


Dalam memilih teknik-teknik pengembangan bahasan ada dua faktor
penting : faktor informatif dan faktor penarik perhatian. Dengan kata lain, pesan
yang disajikan harus kaya dengan informasi dan dapat menarik perhatian.
Kita dapat menyajikan informasi melalui fakta ; yakni pernyataan yang
menunjukkan bahwa sesuatu itu benar. Fakta harus diperiksa dengan tiga
kriteria : Apkah fakta itu bermanfaat atau relevan dengan kepentingan
pembicara dan pendengar ? (Relevancy) ; apakah fakta itu mendukung
gagasan utama dalam pembicaraan kita ? (Sufficiency) ; dan apakah sumber-
sumber fakta itu dapat dipercaya ? (Plausibility).

6
Arif Suditomo
(Presenter yang berangkat dari fakta dan memperhatikan prinsip relevansi)

Statistik dan contoh itu harus disajikan dalam format-format berikut.


Pertama, kita ungkapan pengalaman pribadi kita. Para pendengar ingin
mengetahui bagaimana pengalaman kita sendiri sehubungan dengan topik
yang dibicrakan. Pengalaman baik pribadi kita maupun orang lain-biasanya
menarik perhatian, karena menunjukkan situasi yang real. Kedua, kita
tunjukkan kebenaran fakta dengan demonstrasi. Perlihatkan kekuatan tenaga
dalam memukul balok es. Tampakkan bagaimana orang itu marah dengan
seluruh gerak fisik kita terakhir, gunakan pencitraan (imagery) yang tepat.
Akhirnya, inilah secara singkat teknik pengembangan bahasan dalam
bagian awal wicara informatif. Tabel ini kita kutip dari Rudolph E. Busby dan R.
E. Majors dalam Basic Speech Communication.
Teknik Pengembangan Bahasan dalam Pengantar
1. Menarik perhatian
Gunakan jeda panjang untuk memusatkan perhatian
Ajukan pertanyaan retoris
Pancing jawaban dari pendengar
Kutip statistik yang mengejutkan
Ceritakan kisah atau anekdot
Buat humor

2. Mengumumkan topik
Sebutkan topik secara langsung

7
Dekati topik secara tidak langsung dari cerita hipotesis

3. Menegaskan relevansi
Menjelaskan mengapa kita memilih topik
Tunjukkan bagaimana topik mempengaruhi khalayak
Perlihatkan bagaimana khalayak dapat menggunakan informasi
Nyatakan bagaimana khalayak dapat menarik keuntungan
Hubungan dengan situasi pembicara atau acara yang sedang berlangsung

4. Membangun kredibilitas
Tegaskan siapa kita
Jelaskan alasan pribadi mengapa kita bicara
Tunjukkan latar belakang yang relevan dengan topik
Perlihatkan good sende dan good will
Tampakkah semangat dalam suara dan cara

KAPOLRI : Bambang Danuri


(membangun kredibilitas dengan ketegasan, goodwill, dan alasan yang relevan)

5. Menyusun Pesan
Sebutkan cakupan yang akan dibahas
Tunjukkan susunan pokok bahasan
Gunakan perpindahan gagasan yang jelas.

8
4. METODE DAN KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR

Metode yang dipergunakan dalam pembelajaran materi wicara informatif


adalah metode penugasan, wicara kelompok. dan diskusi kelompok. Adapun
kegiatan belajar-mengajar dalam pembelajaran wicara informatif ini adalah: (1)
dosen memberikan tugas kepada salah satu kelompok (yang terdiri atas 5
orang) untuk mendiskusikan dan merangkum materi yang ada dalam bahan
ajar dalam format wicara (power point); (2) mahasiswa memwicarakan hasil
diskusi kelompoknya di depan kelas dengan menggunakan media laptop dam
LCD; (3) mahasiswa mendiskusikan materi pembelajaran yang diwicarakan
kelompok tersebut dalam diskusi kelas; (4) dosen memberikan balikan kepada
mahasiswa terhadap hasil diskusi kelas.

5. EVALUASI

1. Dengan menggunakan bahasa Anda sendiri, coba jelaskan bagaimana


cara-cara mengorganisasikan isi pesan dalam wicara informatif!

2. Coba Anda jelaskan dengan contoh-contoh bagaimana cara-cara


mengembangkan bahasan sebelum seseorang melakukan wicara lisan!

6. SUMB ER DAN MEDIA PEMBELAJARAN

6.1 Sumber Bacaan

Anderson, Martin P. dkk. 1964. The Speaker and His Audience. New York:
Harper and Row.
Baker, Virgil L. and Eubanks, Ralp T. 1978. Speech in Personal and Public
Affairs. New York: David McKay Company, Inc.
Barnhart, Claurence L. 1953. The American College Dictionary. New York:
Harper and Brothers Publishers.
Brigance, William Norwood. 1955. Speech Communication. New York:
Applenton Century-Crafts, Inc.
Bryant, Donald C. and Wallace, Karl R. 1947. Fundamental of Public Speaking.
New York: Appleton Century-Crafts, Inc.
Capp, Glenn R. 1961. How to Communicate Orally. N.J.: Prentice Hall, Inc.
Cannolly, James E. 1973. Public Speaking as Communication. Minniapolis,
Minnesota: Burgess Publishing Company.

9
De Vito, Joseper A. 1987. The Elemen of Public Speaking. New York: Holt,
Rinehart, and Winston Inc.
Elson, E.F. Peck Alberta. 1970. The Art of Speaking. Lexington,
Massachusettts: Ginn and Company.
Jeffrey, Robert and Owen Peterson. 1976. Speech: A Basic Text. New York:
Harper and Row Publisher.
Logan, Lillian M and Logan, Virgil G. 1972. Creative Communication, Teaching
The Language Art. Toronto: McGraw Hill Ryerson Limited.
Monroe, Alan H. 1955. Principles of Speech. Chicago: Scottt, Foresman and
Company.
Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Retorika Modern. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

6.2 Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan untuk menunjang pembelajaran


pelaksanaan wicara informatif ini berupa sajian bahan wicara dalam format
power point, laptop, dan LCD yang digunakan untuk menampilkan rinkasan
teori yang berkenaan dengan pokok bahasan wicara informatif..

10

Anda mungkin juga menyukai