Konsep Dan Sejarah Nasionalisme Indonesia REVISI
Konsep Dan Sejarah Nasionalisme Indonesia REVISI
Kewarganegaraan
Dosen Pengampu :
Penyusun :
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji hanya kepada Allah SWT, tuhan semesta alam.
Atas segala nikmat dan karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Tak lupa juga, sholawat serta salam kepada nabi besar kita, nabi
Muhammad SAW yang telah menuntun kita ke jalan yang terang benderang yakni
ad-din al-islam.
Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini sendiri untuk mengetahui dan
menjelaskan tentang “Pemahaman Wawasan Kebangsaan dalam Kehidupan Sehari-
Hari”. Untuk itu, kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Bapak Zaini Tamim,
M.Pd.I selaku dosen pengampu pada mata kuliah Kewarganegaraan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan memberikan wawasan dan
pengetahuan yang lebih luas. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekuarangan pada makalah ini. Sehingga, penulis memohon kepada dosen
pengampu untuk memberikan masukannya demi perbaikan pembuatan makalah-
makalah selanjutnya. Penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................... 2
BAB II ......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia yang terkenal dengan keberagaman budaya, ras, agama, adat
istiadat serta memiliki latar belakang budaya yang bermacam-macam. Kesatuan ini
ditegaskan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap
satu tujuan. Walaupun keadaan geografis yang berbeda-beda, tetapi tetap dalam kesatuan
yang damai. Dalam keberagaman tersebut, bangsa Indonesia seharusnya membangun
bangsa agar dapat memperoleh tempat yang selayak-layaknya di antara negara-negara
lain. Setiap negara pastinya mempunyai visi bagi tata kenegaraan di mana tata negara
tersebut guna mencapai tujuan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, kehidupan
berbangsa harus memiliki sebuah cara pandang atau sebuah konsep yang mana konsep
tersebut menjamin keberlangsungan kehidupan bangsa, wilayah dan dapat mengenal
lebih mendalam lagi tentang diri negara tersebut. Sehingga arti dari wawasan kebangsaan
itu adalah suatu tekad kebangsaan atau negara pada satu cita-cita dan tujuan nasionalnya. 1
Visi nasional adalah jiwa semangat atau semangat hidup Kebangsaan, jiwa dan
semangat hidup di negeri ini akan berdampak besar terhadap kelangsungan hidup
tanahnya. Sebuah negara dengan jiwa Semangat kebangsaan yang membara saat itu akan
mampu mempertahankan eksistensinya Negara-negara yang tercantum di atas dan diakui
oleh negara-negara lain. Sebaliknya jika suatu negara ia tidak memiliki jiwa atau roh
barang mahal itu nyata bangsa dan eksistensi bangsa Jangan khawatir lagi. Bahkan dalam
bentuk fisik suatu bangsa.
Pancasila berfungsi sebagai landasan ideologi bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Posisi Pancasila sebagai ideologi negara tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 sebagai dasar bagi NKRI yang harus diterapkan secara berkesinambungan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, Pancasila dianggap sebagai
pandangan komprehensif, cita-cita, keyakinan, dan nilai-nilai yang merupakan bagian
integral dari identitas bangsa Indonesia yang perlu diaktualisasikan dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa, dan bernegara.2 Meskipun generasi muda saat ini memiliki
potensi besar untuk memperbaiki kondisi bangsa dan menghadapi bonus demografi yang
akan datang, sayangnya banyak di antara mereka yang telah melupakan akar budaya dan
nilai-nilai nasional mereka. Dengan melihat situasi tersebut, nilai-nilai Pancasila dalam
mengembangkan pemahaman kebangsaan, terutama pada kalangan generasi muda.
1
Sammy Ferrijana, Basseng, and Triatmojo Sejati, “Modul Wawasan Kebangsaan Dan Nilai-Nilai Dasar
Bela Negara” (2015): 77.
2
BPIP, “Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa, Begini Memahaminya,” Bpip.Go.Id (2021): 1,
https://bpip.go.id/berita/1035/801/pancasila-sebagai-pandangan-hidup-bangsa-begini-
memahaminya.html.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud identitas nasional ?
2. Apa yang dimaksud nasionalisme Indonesia ?
3. Bagaimanakah sejarah nasionalisme di Indonesia ?
4. Apa saja unsur pembentuk nasionalisme ?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep identitas nasional.
2. Mengetahui konsep nasionalisme Indonesia.
3. Mengetahui sejarah nasionalisme di Indonesia.
4. Mengetahui unsur pembentuk nasionalisme.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Nasionalisme Indonesia
Beragam definisi nasionalisme yang dilontarkan para ahli kebangsaan, yang pada
intinya mengarah pada sebuah konsep mengenai jati diri kebangsaan yang berfungsi
dalam penetapan identitas individu di antara masyarakat dunia. Konsep nasionalisme
juga sering dikaitkan dengan kegiatan politik karena berkaitan dengan kebijakan-
kebijakan pemerintah dan negara.
Bagi bangsa Indonesia sendiri konsep nasionalisme baru dipelajari sekitar abad ke-20
oleh para tokoh pergerakan nasional. Konsep-konsep Barat banyak digunakan di
Indonesia, kemudian diadaptasikan dengan pemahaman lokal, di satu sisi ada konsep
yang berhasil diadaptasikan dan diterima, di sisi lain ada konsep yang diadaptasikan tetapi
tidak dapat diterima, bahkan ada juga konsep Barat yang pada akhirnya justru dianggap
sebagai hal yang ditabukan untuk dibicarakan di ranah politik bahkan sosial. Dennys
Lombard mengatakan bahwa istilah nasionalisme merupakan salah konsep Barat yang
dapat diterima dalam arti yang tepat oleh masyarakat Indonesia. 3
Paham negara kebangsaan di Eropa melalui proses yang panjang, diawali dengan
masa renaisan sampai dengan masa pencerahan. Dalam proses pencerahan terjadi
perubahan pemikiran yang melahirkan berbagai revolusi sosial, seperti yang terjadi di
Perancis dan Italia. Revolusi Perancis dipelopori dan dipimpin oleh kaum nasionalis. 4
Kaum nasionalis menggulingkan kekuasaan monarki dengan memobilisasi masa dan
3
Dennys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya Batas-Batas Pembaratan (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2005), hlm. 167.
4
Sutarjo Adisusilo, Sejarah Pemikiran Barat dari yang Klasik sampai Modern (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2013), hlm. 114.
3
menggunakan prinsip egalite (persamaan derajat), liberte (kebebasan), dan fertinite
(persaudaraan).
Di sisi lain, Niwandhono (2011) menyatakan bahwa nasionalisme telah ada sejak
adanya kebudayaan Indis. Walaupun para peneliti telah menyajikan berbagai pandangan
tentang sejarah nasionalisme, terdapat kesepakatan bahwa benih-benih nasionalisme dan
factor faktor pembangunnya muncul sebagai respons terhadap penjajahan sebelumnya
oleh suatu komunitas bangsa. Perkembangan nasionalisme di Indonesia, seperti yang
diungkapkan oleh Kahin (2013), dapat dijelaskan sebagai pertumbuhan embrionya yang
berjalan secara laten. Catatan sejarah menunjukkan bahwa nasionalisme telah ada di
4
Nusantara sejak masa pemerintahan kerajaan Majapahit. Semangat nasionalisme pada
saat itu diawali oleh Maha Patih Gajah Mada dengan visi globalisasi melalui "Sumpah
Palapa," yang bertujuan untuk menyatukan wilayah Majapahit dengan seluruh wilayah
Nusantara. Niwandhono, dalam penelitiannya, merekam jejak-jejak nasionalisme di
Nusantara, dimulai dari periode nasionalisme Indis (Indisch Nationalisme). Niwandhono
(2011) memberikan definisi tentang nasionalisme, yaitu kesadaran yang muncul di antara
orang Eropa atau Indis (istilah untuk kelompok masyarakat Eropa di Indonesia yang telah
mengalami hibridasi baik secara biologis maupun sosio-kultural). Perlawanan dalam
nasionalisme Indis muncul sebagai respons terhadap persoalan yang timbul di wilayah
orang-orang Eropa atau Indis.
5
karya ini, mereka membantu membentuk opini publik dan memperkuat semangat
nasionalisme dalam gerakan melawan kolonialisme.
Penting untuk dicatat bahwa Perhimpunan Indonesia juga berperan besar dalam
penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua pada tanggal 28 Oktober 1928, yang menjadi
tonggak penting dalam sejarah nasionalisme di Indonesia. Kongres ini memberikan
landasan bagi perkembangan lebih lanjut dari gerakan nasionalis di Indonesia. 5
5
Mifdal Zusron Alfaqi, “Melihat Sejarah Nasionalisme Indonesia Untuk Memupuk Sikap Kebangsaan
Generasi Muda,” Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan 13, no. 2 (2016): 209–216.
6
Kedua diadakan di Yogyakarta pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928. Tujuan diadakannya
konferensi pemuda kedua ini adalah untuk mengungkapkan semangat persatuan dan
kesatuan bangsa. Hasil Konferensi antara lain dikeluarkannya resolusi penting untuk
mengembangkan Sumpah Pemuda menjadi Deklarasi. Ada tiga poin pembahasan
Sumpah Pemuda: ``Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa.
Namun jalan menuju kemerdekaan bagi negara Indonesia tidaklah mudah dan
banyak kendala yang harus diatasi. Perjuangan melawan kolonialisme Belanda pada
tahun merupakan tantangan besar bagi gerakan nasionalis Indonesia pada tahun. Ada
Perang Diponegoro (1859-1863), Perang Paderi (1821-1837), dan Perang Banjarmasin
(1859-1863). Inilah contoh perjuangan melawan kolonialisme yang pertama kali memberi
semangat semangat nasionalisme di Indonesia pada tahun. Pada periode ini, gerakan
nasionalis semakin kuat. Para intelektual seperti Sukarno,Mohammad Hatta, dan Sutan
Sharir berperan dalam menggerakkan nasionalisme dan mempersiapkan perjuangan
kemerdekaan. Mereka mengadopsi 4.444 gagasan gerakan nasionalis di negara-negara
Barat dan Asia dan menyesuaikannya dengan konteks Indonesia.
7
nasionalisme Indonesia, kemudian dengan diterbitkannya pedoman etika yang digagas
oleh para intelektual muda. Itu kemudian menjadi boneka atletik.
Gagasan persatuan yang disampaikan Sukarno dalam pidato Hari Lahir Pancasila
semakin menegaskan bahwa nasionalisme diperlukan bagi negara Indonesia, karena ia
memandangnya sebagai kumpulan heterogenitas yang berjuang menuju kesetaraan,
kesadaran, dan kemauan.6
C. Unsur-Unsur Nasionalisme
Semangat kebangsaan atau nasionalisme yang dimiliki seseorang tidak
berkembang secara spontan, melainkan dipengaruhi oleh beberapa unsur berikut ini:
1. Perasaan nasional.
2. Watak nasional.
3. Batas nasional yang memberikan dampak emosional dan ekonomis pada individu.
4. Bahasa nasional.
5. Peralatan nasional.
6. Agama.
6
Delvia Uliyanda et al., “NASIONALISME DI INDONESIA Nationalism in Indonesia,” Nusantara
Hasana Journal 3, no. 1 (2023): Page.
8
Sementara itu, nasionalisme di Asia dipicu oleh faktor-faktor seperti:
2. Imperialisme.
4. Terjadinya peperangan.
5. Tumbuhnya imperialisme.
6. Berkembangnya proteksionisme.
2. Penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh seluruh rakyat dalam berbagai
aspek kehidupan.
9
4. Keinginan untuk melepaskan diri dari imperialisme.
6. Gerakan pan-Islamisme.
Selain itu, ada beberapa konsep atau istilah lain yang terkait atau berhubungan
dengan nasionalisme.
a) Patriotisme adalah sikap dan tindakan seseorang yang dilakukan dengan sepenuh
semangat untuk berkorban demi kemerdekaan, kemajuan, kejayaan, dan
kemakmuran bangsa. Individu yang menunjukkan sikap dan tindakan patriotik
dapat dikenali melalui ciri-ciri berikut:
6) Konsep patriotik tidak hanya berlaku dalam lingkup bangsa dan negara, tetapi
juga dapat ditemui dalam lingkup sekolah, desa, atau kampung. Misalnya,
seorang siswa atau warga masyarakat bisa melakukan tindakan yang memiliki
dampak signifikan bagi sekolah atau lingkungan desa atau kampung.
b) Chauvinisme merupakan sikap berlebihan dalam rasa cinta terhadap tanah air dengan
mengeksploitasi keunggulan bangsa sendiri sambil merendahkan bangsa lain.
10
Sebagai contoh, Adolf Hitler menyampaikan chauvinisme melalui kalimat
"Deutschland Über Alles in der Welt" (Jerman di atas segala-galanya dalam dunia).
Slogan ini kadang masih digunakan di Jerman untuk memberikan semangat pada
atlet saat bertanding. Inggris juga memiliki slogan "Right or Wrong is My County."
Demikian pula, Jepang menganggap bangsanya sebagai keturunan Dewa Matahari,
menciptakan sikap chauvinistik.
c) Sukuisme adalah keyakinan yang menilai bahwa suku bangsa tertentu lebih unggul
daripada suku bangsa lainnya, atau menunjukkan rasa cinta yang berlebihan terhadap
suku bangsa sendiri. 7
D. Integrasi Nasional
Integrasi Nasional berasal dari dua kata, yaitu Integrasi dan Nasional, Integrasi
berasal dari bahasa Inggris (integrate) yang artinya menyatukan, mempersatukan,
menggabungkan, memadukan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Integrasi mempunyai arti dalam pembauran sehingga menjadi kesatuan yang
utuh. Sedangkan secara antropologi integrasi nasional ini memiliki arti suatu proses
penyesuaian antara unsur-unsur kebudayaan yang tidak sama sehingga banyak
bermacam-macam keragaman yang menjadi ciri-ciri tersendiri atau ciri khas dalam suatu
bangsa.
7
Pusat Pendidikan and D A N Pelatihan, “Utama Andri A. ST. MT,” Nasionalisme (2019): 6.
8
Liestyodono Bawono Irianto, “PANDUAN PENULISAN PROPOSAL Dan Tapm,” Journal of
Chemical Information and Modeling 110, no. 9 (2017): 1689–1699.
11
Berdasarkan sejumlah gambaran tersebut, identitas yang saat ini mengiringi kita
lebih mencerminkan kepentingan yang kita kembangkan sendiri. Identitas dan karakter
bangsa berperan sebagai alat pembentukan pola pikir dan sikap mental, serta memajukan
adab dan kemampuan bangsa, yang merupakan tanggung jawab utama dalam
pembangunan kebudayaan nasional. 9 Identitas berfungsi sebagai sarana membentuk pola
pikir masyarakat, memerlukan kesadaran nasional yang ditanamkan melalui ideologi
nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran nasional ini kemudian menjadi dasar keyakinan
akan adanya integrasi nasional yang mampu merawat dan mengembangkan harga diri,
harkat, dan martabat bangsa, serta membebaskan bangsa dari subordinasi terhadap bangsa
asing.
9
Putu Ari Astawa, “Integrasi Nasional,” Universitas Udayana (2017): 1–25.
10
Emil El Faisal et al., Buku Ajar Integrasi Nasional, 2018.
12
1. Faktor- faktor yang memengaruhi Integrasi Nasional
Dalam konteks Integrasi Nasional, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
dinamika tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Faktor Pendorong Integrasi Nasional:
a. Rasa Seperjuangan Historis
Indonesia mengalami sejarah kelam saat dijajah, khususnya selama
periode panjang penjajahan. Rasa senasib seperjuangan dari masa lalu masih
memainkan peran penting dalam mendorong integrasi nasional. Sejarah
perjuangan untuk meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 menjadi landasan
bagi kesatuan Indonesia saat ini.
b. Ideologi Nasional Pancasila
Sebagai ideologi nasional, Pancasila memiliki peran integral dalam
mewujudkan integrasi nasional. Pemahaman dan implementasi nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari membantu memperkuat stabilitas
nasional dan persatuan Indonesia.
c. Tekad dan Keinginan Bersatu
Keberagaman di Indonesia menjadi landasan untuk mempersatukan
perbedaan dalam satu kesatuan bangsa yang utuh. Sikap tekad dan keinginan
untuk bersatu mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai fondasi negara.
d. Ancaman Dari Luar
Meskipun Indonesia telah merdeka selama 71 tahun, tetapi adanya
ancaman dari luar tetap merupakan kenyataan. Integrasi nasional perlu diperkuat
di semua lapisan masyarakat untuk mengantisipasi ancaman dari luar, khususnya
terkait dengan dampak globalisasi dan modernisasi.
13
b. Semangat Persatuan dan Kesatuan
Kesadaran akan persatuan menjadi kunci dalam menjalin kekeluargaan,
persahabatan, dan sikap saling tolong-menolong. Semangat nasionalisme dan
rasa kemanusiaan penting untuk hidup secara bersamaan.
c. Kepribadian dan Pandangan Hidup Pancasila
Pancasila sebagai landasan idiil negara berpengaruh besar pada kehidupan
sehari-hari masyarakat. Seseorang dengan jiwa patriotisme tinggi akan
mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam segala aspek kehidupannya.
d. Jiwa dan Semangat Gotong Royong
Gotong royong sebagai bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan
bersama mencerminkan sikap sukarela dan tanpa pamrih dari semua komponen
masyarakat.
14
Contoh Masalah Integrasi Nasional dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara:
1. Perbedaan Kepentingan:
2. Pertentangan Sosial:
b. Etnosentrisme:
15
4. Meningkatnya Kriminalitas:
5. Kenakalan Remaja:
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nasionalisme Indonesia merupakan suatu konsep yang diadaptasi dari konsep
Barat, tetapi diterapkan dengan memperhatikan konteks lokal. Peran tokoh pergerakan
nasional dalam memahami dan mengembangkan nasionalisme menjadi kunci dalam
membangun identitas nasional.
Sejarah nasionalisme di Indonesia dimulai sejak abad ke-20, terutama pada masa
pergerakan nasional. Faktor-faktor seperti penindasan kolonial, identitas nasional, dan
pengaruh pemikiran Barat berkontribusi pada pertumbuhan nasionalisme.
Nasionalisme Indonesia melibatkan berbagai unsur, termasuk perasaan nasional,
watak nasional, batas nasional, bahasa nasional, peralatan nasional, dan agama. Pancasila
menjadi landasan ideologi yang memperkuat nasionalisme dan memberikan pandangan
komprehensif terhadap nilai-nilai Indonesia.
Integrasi nasional memiliki peran penting dalam mempertahankan kesatuan
Indonesia. Faktor pendorong integrasi melibatkan rasa seperjuangan historis, ideologi
Pancasila, tekad bersatu, dan ancaman dari luar. Penggunaan Bahasa Indonesia, semangat
persatuan, keberagaman dan toleransi, serta jiwa gotong royong menjadi pendukung
integrasi, sementara kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan, kurangnya
toleransi, kurangnya kesadaran masyarakat, dan sikap ketidakpuasan dapat menjadi
penghambat integrasi nasional. Dengan memahami konsep, sejarah, unsur-unsur, dan
dinamika integrasi nasional, diharapkan masyarakat Indonesia dapat terus memperkuat
persatuan dan kesatuan untuk mencapai kemajuan bersama dalam berbagai aspek
kehidupan.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa bisa lebih menyadari pentingnya identitas nasional dan
karakteristik nasionalisme dalam diri generasi penerus bangsa Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Semoga informasi ini dapat tersebar luas ke masarakat agar mengetahui
pentingnya karakteristik identitas nasional dan karakteristik nasionalisme sebagai
tonggak kemajuan. Namun masih di perlukan kajian yang masih mendalam untuk
17
meningkatkan hasil pembahasan makalah wawasan dan kebangsaan .Untuk itu kami
masih memelukan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
Faisal, Emil El, Riswan Jaenudin, Sulkipani, Ana Mentari, and Camellia. Buku Ajar
Integrasi Nasional, 2018.
Ferrijana, Sammy, Basseng, and Triatmojo Sejati. “Modul Wawasan Kebangsaan Dan
Nilai-Nilai Dasar Bela Negara” (2015): 77.
Uliyanda, Delvia, Fannisa Safarini, Ineke Laili Ramadhini, Ita Rahmadia, Jagad Aditya
Dewantara, and Sinta putri. “NASIONALISME DI INDONESIA Nationalism in
Indonesia.” Nusantara Hasana Journal 3, no. 1 (2023): Page.
iv