Mengenal Penyimpangan Tauhid Di Masyarakat
Mengenal Penyimpangan Tauhid Di Masyarakat
Mengenal Penyimpangan Tauhid Di Masyarakat
A. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Tauhid menurut Bahasa artinya mengetahui dengan sebenarnya allah bahwa allah
itu esa.
Ruang lingkup pembahasannya hanya berkutat pada soal soal pokok hasil
kontruksi ulama pendahaulunya yaitu berisi argumentasi argumentasi rasional
tentang ketuhanan,keakhiratan, kenabian, maupun imamah. arti tauhid juga
dipahami sebagai sikap meyakini bahwa Allah Maha Suci yang tidak memiliki
kekurangan sedikit pun, seperti yang dimiliki oleh makhluk hidup ciptaannya.
Bukan hanya itu, mempelajari arti tauhid juga termasuk meyakini kebenaran
seluruh ajaran Allah yang diturunkan dan disebarkan oleh para Rasul-Nya.
B. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah memberikan penjelasan agar bisa memberikan
penjelasan agar masyarakat tidak berbuat penyimpangan – penyimpangan tersebut
dan agar tidak menyebar luaskan ke yang lain.
C. Metode pembahasan
Metode dilakukan secara kuantitatif. Metode ini gambaran perilaku yang sering
terjadi di masyarakat,metode ini memberikan wawasan dan memberikan contoh
agar bisa menjadikan pembelajaran.
D. Hasil Pembahasan
Tauhid adalah dipahami sebagai sikap meyakini bahwa Allah Maha Suci yang
tidak memiliki kekurangan sedikit pun, seperti yang dimiliki oleh makhluk hidup
ciptaannya. Bukan hanya itu, mempelajari arti tauhid juga termasuk meyakini
kebenaran seluruh ajaran Allah yang diturunkan dan disebarkan oleh para Rasul-
Nya. Penyebab adanya penyimpangan di masyarakat sekitar kita adalah ;
1. Penyakit riya
2. Penyakit anamiah dan (egoism)
3. Penyakit takut dan bimbang
4. Penyakit dzalim
5. Penyakit hasad dan dengki
Inilah macam macam penyimpangan di masyarakat di sekitar kita:
Perdukunan
Jampi – jampi /mantra
Tamimah, yaitu sesuatu yang digantungkan pada seorang anak
Takhayur, yaitu beranggapan sial dengan waktu tertentu, tempat
tertentu, atau yang dilihat,didengar,dan diketahui.
Tilawah, yaitu sesuatu yang dibuat untuk membuat suami/ seorang laki
laki mencintai istri/seorang perempuan
Cara mengembangkan pengetahuan tauhid
Tauhid Aktivitas pengetahuan Islam pada dasarnya adalah menjadi
tanggung jawab setiap orang Islam dan untuk menemukan konsep
pendidikan Islam ideal adalah tangung jawab moral bagi setiap pakar
muslim untuk membangun teori Islam sebagai paradigma ilmu
pengetahuan. Islam dengan ajaran tauhidnya sebagai paradigma
pendidikan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan paradigma-
paradigma lainnya yang mendasari konsep pendidikan. Pendidikan adalah faktor
penting dalam sebuah eksisitensi sebuah peradaban. Bahkan, bisa dikatakan
pendidikan adalah hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan. Untuk
membangun sebuah peradaban, dapat dimulai dari generasi penerus umat, dan
generasi penerus umat yang dimaksud adalah anak. Didalam Islam sendiri
pentingnya pendidikan terhadap anak mendapatkan porsi yang besar.
Hanya saja mayoritas masyarakat masih belum memahami perihal prioritas
pendidikan anak dalam Islam. Kebanyakan orang tua dan pendidik
baru memprioritaskan sisi Pendidikan bersifat duniawi.
Etika lingkungan berbasis tauhid
Dalam Tasawuf, etika merupakan hal yang prinsip, karena tasawuf seperti
yang didefinisikan oleh al-Junaid adalah akhlaq (etika), barang siapa yang
semakin beretika maka dialah yang semakin bertasawuf. Sementara etika adalah
perilaku yang muncul dengan reflek tanpa harus berpikir. Menurut konsep ini,
kehidupan berasal dari kesatuan eksistensi yang pada dasarnya adalah
manifestasi dari kesatuan Tuhan. Artikulasi Islam lā ilāha illāAllāh
"tidak ada Tuhan selain Allah," adalah pernyataan dari konsep kesatuan yang
menjadi dasar bagi semua keyakinan, hokum alamserta social dan kehidupan itu
sendiri. Pandangan-pandangan diatas menawarkan bagaimana
mengimplementasikan konsep tauhid yang ramah lingkungan. Tauhid yang
selama ini difahami mengesakan tuhan, perlu mengalami ekplorasi untuk
digunakan dalam konsep-konsep sosial, budaya dan lingkungan hidup.Tauhid,
kemudian merupakan sebuah konsepsi
yang realitasnya memasuki kehidupan manusia di berbagai tingkatan, membentuk
pemikiran Islam, spiritualitas, dan pada level praktek. Interpretasi terhadap
implikasi dari tauhid membedakan hukum dan teologi serta filsafat, pemikiran
sosial dan politik, ilmu pengetahuan, dan teosofi.
Prinsip tauhid
Prinsip tauhid adalah dasar dari setiap entuk aktivitas kehidupan manusia.
Quraish shihab menyatakan bahwa tauhid mengantar manusia dalam kegiatan
ekonomi untuk meyakini bahwa kekayaan apapun yang dimiliki seseorang adalah
milik Allah. Keyakinan atau pandangan hidup seperti ini akan membawa pada
keyakinan dunia akhirat yang seimbang sehingga seorang pengusaha tidak
mengejar keuntungan materi semata. Kesadaran ketauhidan juga akan
mengendalikan seorang atau pengusaha muslim untuk menghindari segala bentuk
ekploitasi terhadapa sesama manusia.
Dampak positif lainnya dari prinsip tauhid dalam system ekonomi islam adalah
antisipasi segala bentuk monopoli dan pemusatan kekuatan ekonomi pada
seseorang atau satu kelompok saja. Atas dasar ini pulalah Al-Quran membatalkan
dan melarang melestarikan tradisi
masyarakat jahilliyah, yang mengkondisikan kekayaan hanya beredar pada
kelompok tertentu saja. Allah SWT berfirman yang artinya: “Supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang kaya saha diantara kamu.” (QS. Al-Hasyr
(59): 7)
E. Penutup
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
sesuai dengan makalah “Penggunaan Bahasa Baku dalam junalistik ” penulis
menyimpulkan bahwa bahasa dalam junalistik tidak di haruskan menggunakan
satu bahasa namun bisa juga dengan mamadukan dengan bahsa lain namun
dengan penggunaan yang tepat. Bahasa Indonesia dapat di kembangkan dengan di
padukan dengan bahasa melayu maupun bahasa asing yang lain dalam
penerapannya di dunia jurnalistik
F. Daftar pustaka
A Khair, AQ Gassing, U Jafar, A Aderus - Al-Qalam, 2020 - jurnalalqalam.or.id
AD Septiyani - Jurnal Studia Insania, 2019 - jurnal.uin-antasari.ac.id
A Munji - Jurnal Theologia, 2014 - journal.walisongo.ac.id
N Latif - academia.edu
http://www.jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/tafaqquh/article/view/222