Anda di halaman 1dari 17

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada
mata kuliah “Filsafat Pendidikan Islam”

Dosen Pengampu:
Endah Kurnia Yuningsih, M.Pfis.
Dr. Muhammad Minan Chusni, M.Pd. Si.

Disusun oleh Kelompok 2:


Nita Amelia (1212070079)
Silva Nurul Fajar Awalia (1212070098)
Sultan Ali Aripidi (1212070106)
Yuni Pertiwi (1212070112)
Yunita Ayudhia Anzani (1212070113)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam tak lupa senantiasa
disanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafa’atnya di
yaumul qiyamah nanti, aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.
Makalah yang berjudul “Aliran-aliran Filsafat Pendidikan” ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Filsafat Pendidikan
Islam. Disamping itu, penulisan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan wawasan kepada pembaca dan juga bagi penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Muhammad Minan
Chusni, M.Pd. Si. dan Ibu Endah Kurnia Yuningsih, M.Pfis. selaku dosen
pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang telah membimbing kami
dalam proses penyusunan makalah. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan, baik dalam hal penulisan maupun pokok
bahasan yang dijelaskan. Berkaitan dengan hal tersebut, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar kedepannya kami bisa
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang lalu. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terutama bagi penulis
sendiri dan semua pembacanya.

Bandung, 27 Maret 2023


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
BAB III PENUTUP..............................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................12
3.1. Kesimpulan..........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan yaitu proses agar peserta didik menjadi manusia. Nilai-nilai


kemanusiaan tersebut merupakan inti dari tujuan pendidikan, pengembangan
kepribadian, keterampilan dan sikap, serta kemampuan untuk menaati perintah
Tuhan. Pada dasarnya pendidikan dapat disebut sebagai suatu sistem yang
memiliki aspek-aspek tertentu yang saling berhubungan. Aspek-aspek tersebut
meliputi tujuan, kurikulum, metode dan pelatih. Berbagai bidang pendidikan ini
didefinisikan sudut pandang filosofis tertentu yang didasarkan.
Filsafat modern dikenal luas sebagai filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan
memiliki banyak aliran. Aliran-aliran tersebut harus dilihat dari perspektif Islam,
artinya sekolah-sekolah tersebut harus berpijak pada konsep-konsep dasar
pendidikan Islam secara umum. Dalam sejarahnya, filsafat khususnya filsafat
pendidikan melahirkan berbagai aliran yang mewarnai dunia pendidikan antara
lain: rasionalisme, empirisme, pragmatisme, dll. Maka, dalam artikel ini, penulis
membahas filsafat pendidikan mazhab dan kaitannya dengan filsafat pendidikan
Islam.
1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis ajukan didalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa saja aliran - aliran dalam filsafat pendidikan terkait dengan praktik
pelaksanaan pendidikan?
2. Bagaimana hubungan antara filsafat dan dinamika sistem pendidikan
Indonesia dengan filsafat pendidikan Islam?
1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui aliran - aliran dalam filsafat pendidikan terkait dengan
praktik pelaksanaan pendidikan
2. Untuk mendeskripsikan hubungan antara filsafat dan dinamika sistem
pendidikan Indonesia dengan filsafat pendidikan Islam
3.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran Landasan Filsafat Pendidikan


Di dalam filsafat terdapat landasan filsafat pendidikan dan aliran alirannya :
1. Filsafat pendidikan Idealisme
Dikatakan Filsafat idealisme karena dikemukakan ioleh implikasi filsafat yaitu
realitas akhir yaitu roh, bukan materi, bukan fisik power (dalam uyoh,2011:102):
a. Tujuan pendidikan
Tujuannya yaitu dibentuknya karakter, dan membentangkan bakat atau
kemampuan dasar.
b. Kedudukan siswa
Berkembangnya pribadi yang dasarnya memliki bakat.
c. Peranan guru
Tanggung jawab atas pengembangan dan terciptanya lingkungan
pendidikan.
d. Kurikulum
Berkembangnya rasional dan pendidikan agar memperoleh pekerjaan.
e. Metode
Metode dielaktika itu lebih diutamakan, tetapi metode yang lain pun bisa
dimanfaatkan.

2. Filsafat pendidikan Realisme


Filsafat ini dipandang sebagai realitas secara dualitas. Yang dikemukakan
implikasi filsafat pendidikan (dalam uyoh,2011:102) sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan
Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial.
b. Kedudukan siswa
Penguasaan pengetahuan yang dapat dipercaya ditetapkan dalam hal
pelajaran, esensial untuk belajar ditetapkan dalam hal disiplin, dan
memperoleh hasil yang baik ditetapkan dalam hal mental dan moral.
c. Peranan guru
Siswa dituntut untuk Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik
mengajar.
d. Kurikulum
Semua cakupan pengetahuan berisi tentang pengetahuan liberal dan
praktis.
e. Metode
Metode yang diutamakan bagi realisme yaitu Metode Conditioning (SR).

2
3. Filsafat pendidikan Pragmatisme
Pragmatisme yaitu makna segala sesuatu yang bergantung pada hubungan
yang dilakukan Power (dalam uyoh,2011:133) implikasi filsafat pendidikan
dikemukakan Pragmatisme sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan
Menemukan hal baru dalam kehidupan yang didapatkan pada pengalaman.
b. Kedudukan siswa
Memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk
mengembangkannya.
c. Peranan guru
Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa
mengganggu minat dan kebutuhannya.
d. Kurikulum
Menentukan kurikulum dan menghilangkan perbedaan antara pendidikan
liberal dan praktis untuk minat dan kebutuhan siswa.
e. Metode
Metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja).

4. Filsafat pendidikan Eksistensialisme


Filsafat eksistensialisme ini unik lebih fokus pada pengalaman individu.
Power (dalam uyoh,2011:140) Dikemukakan implikasi filsafat pendidikan
Eksistensialisme sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan
Memberi wawasan yang luas dan kompherensif dalam kehidupan.
b. Status siswa
Suatu komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi atas pilihannya
c. Peranan guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik.
d. Kurikulum
Kurikulum liberal merupakan landasan bagi kebebasan manusia
kebebasan memiliki aturan-aturan.
e. Metode
Metode Conditioning (SR) merupakan metode utama bagi realisme yang
tergantung pada pengalaman.

5. Filsafat pendidikan Esensialisme


Esensialisme suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya
dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap trend-trend progresif di sekolah-sekolah.

3
Power (dalam uyoh,2011:165) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan
Esensialisme sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan
Tujuan lainnya dari pendidikan esensialisme adalah mempersiapkan orang
untuk berhasil di sekolah, di mana sekolah memainkan perannya sendiri dalam
merencanakan tujuan mata pelajaran yang cocok untuk digunakan seseorang.
tujuan umum pendidikan esensial adalah untuk mengajarkan warisan budaya
dan sejarah dengan menggunakan akumulasi pengetahuan yang dapat bertahan
lama.
Dari sudut pandang filosofi pendidikan esensialisme, proses pembelajaran
harus berpusat pada guru. Dimana pembelajaran menggunakan metode yang
menyesuaikan dengan kreatifitas dan inisiatif guru.
b. Kedudukan siswa
Sekolah bertanggung jawab atas pemberian pengajaran yang logis atau
dapat dipercaya. Sekolah berkuasa untuk menuntut hasil belajar siswa. Siswa
belajar ke sekolah untuk belajar, bukan untuk mengatur pelajaran.
c. Peranan guru
Guru harus terdidik. Secara moral ia merupakan orang yang dapat
dipercaya, dan secara teknis harus memiliki kemahiran dalam mengarahkan
proses belajar.
d. Kurikulum
Di pendidikan dasar berupa membaca, menulis, berhitung keterampilan
berkomunikasi adalah esensial untuk mencapai prestasi skolastik dan hidup
sosial yang layak. Kurikulum sekolah berisikan apa yang harus diajarkan.
e. Metode
Metode tradisional, menekankan pada inisiatif guru.

6. Filsafat pendidikan Rekonstruksionalisme


Power (dalam uyoh,2011:171) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan
Rekonstruksionalisme sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan
Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang
ideal transmisi budaya adalah budaya esensial dalam masyarakat yang
majemuk. Transmisi budaya harus mengenal fakta budaya yang majemuk
tersebut
b. Kedudukan siswa
Nilai-nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang
berharga. Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan,
manakala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya
c. Peranan guru

4
Guru harus menunjukkan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua
budaya, baik dalam memberi pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran
sekolah harus mewakili budaya masyarakat.
d. Kurikulum
Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas
maupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai semua budaya dan nilai-
nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
e. Metode
Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas
dibenarkan (learning by doing).

Progresif menekankan individualitas anak-anak, sedangkan Rekonstruksionis


lebih mementingkan perubahan sosial. Mereka percaya bahwa sekolah harus
mengembangkan kebijakan dan kemajuan yang mengarah pada reformasi tatanan
sosial, dan guru harus menggunakan kekuatan mereka untuk membimbing
pemuda dalam melaksanakan program reformasi sosial. Kaum rekonstruksionis
sepakat bahwa filsafat pendidikan didasarkan pada budaya dan tumbuh dari pola-
pola budaya tertentu yang diasosiasikan dengan kehidupan pada waktu tertentu di
tempat tertentu. Mereka percaya bahwa budaya itu dinamis, bahwa orang dapat
membentuk budaya mereka sedemikian rupa sehingga membuka peluang optimal
untuk berkembang.

7. Filsafat Postmodernisme
Postmodernisme merupakan suatu paham yang mengkritisi dan melampaui
nilai-nilai dan pandangan yang diusung oleh zaman sebelumnya terkhusus pada
modernism yang dinilai gagal dan sebagai bentuk reaksi pemberontakan dan kritik
atas janji modernism. Tokoh-tokoh filsafat Postmodernisme diantaranya Charles
Sanders Pierce(1839-1914),10 September 1839 adalah seorang filsuf, ahli logika
semiotika, matematika dan ilmuan Amerika Serikat mengemukakan Tiga konsep
semiotika:
1. Sintaksis semiotok adalah hubungan antar benda,seperti teks dan gambar
dalam iklan.
2. Semantik semiotik adalah hubungan antara tanda, obyek dan interpretant. Hal
ini untuk melihat hubungan antara tanda non bahasa dalam iklan.
3. Pragmatik semiotik adalah hubungan antara pemakai tanda dan pemakaian
tanda.

5
Tujuan pendidikan adalah agar generasi kita mampu mengenai, mempelajari
kenyataan ini, dan mampu mengubahnya. Tanpa pengetahuan yang objektif
berarti akan terjadimanipulasi terhadap realitas. Tanpa itu yang akan lahir adalah
generasi cuek, permisif,malas dan mengikuti maknanya sendiri. Padahal otonomi
makna adalah jitos karena tidak tercipta dengan sendirinya. Postmodernisme
memiliki asumsi yang hampir sama dengan pendidikan liberalis, yaitu
menekankan individualisme dengan menganggap bahwa setiap individu memiliki
makna yang berbeda-beda.
Pengembangan kurikulum pada era postmodern akan memberikan
argumenterhadap pendekatan tradisional atas logika positivisme modern kepada
pelajaran sejarah sebagai sebuah peristiwa yang perlu dipelajari. Kurikulum
postmodern akan mendorong refleksi autobiography menjelaskan pengamatan
yang didapat, memperbaiki hasil interpretasi dan mengerti secara kontekstual.
Pengetahuan dipahami sebagai ketertarikan refleksi manusia, adanya nilai yang
dianut, ada aksi yang dibangun secara sosial.
a. Keunggulan Lahirnya Filsafat Posmodernisme
1) Pengingkaran atas semua jenis ideology. Konsep berfilsafat dalam era
postmodernisme adalah hasil penggabungan dari berbagai jenis fondasi
pemikiran. Mereka tidak mau terkungkung dan terjebak dalam satu
bentuk fondasi pemikiran filsafat tertentu.
2) Menggantikan peran cerita-cerita besar menuju cerita-cerita kecil, dimana
aliran modernism dianggap bergantung dan terpaku pada grand narrative
dari kemapanan filsafat yang hanya mengandalkan akal, dialektika roh,
emansipasi subjek yang rasional, dan sebagainya.
3) Aliran ini tidak meniru sesuatu yang ada (pemikiran) tetapimenggunakan
sesuatu yang sudah ada dengan gaya baru, dan lain-lain.
b. Kekurangan Filsafat Posmodernisme
1) Postmodernisme tidak memiliki asas-asa yang jelas (universal dan
permanen). Bagaimana mungkin akal sehat manusia dapat menerima
sesuatu yang tidak jelas asas dan landasannya? Jika jawaban mereka
positif, jelas sekali hal itu bertentangan dengan pernyataan mereka
sendiri.
2) Segala pemikiran yang hendak merevisi modernisme, tidak dengan
menolak modernisme itu secara total, melainkan dengan memperbaharui
premis-premis modern di sana-sini saja. Ini dimaksudkan lebih
merupakan "kritik imanen" terhadap modernisme dalam rangka men
gatasi berbagai konsekuensi negatifnya.
3) Pemikiran-pemikiran yang terkait erat pada dunia sastra dan banyak
berurusan dengan persoalan linguistik. Kata kunci yang paling populer

6
dan digemari oleh kelompok ini adalah "dekontruksi", dan lain-lain
(Juanda, 2016).

B. Hubungan filsafat dan dinamika sistem pendidikan Indonesia dengan


filsafat pendidikan Islam
Hubungan antara filsafat dan dinamika sistem pendidikan Indonesia cukup
penting. Jelaslah bahwa filsafat adalah bentuk pengetahuan yang terakhir dan
paling mendasar. Hal ini sesuai dengan pernyataan John S. Brubacher bahwa
filsafat adalah cinta belajar dan kebijaksanaan, seperti yang ditunjukkan oleh asal
kata Yunani pilos dan shopia (Poedjiadi & Al-Muchtar, 2014).
Filsafat berkaitan dengan tujuan dan hal-hal penting dari kehidupan yang baik
sementara pendidikan menyediakan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan
yang baik. Menurut Suchomski (2017:12), dijelaskan bahwa beberapa aliran
filsafat pendidikan yang mempengaruhi pendidikan adalah idealisme,
pragmatisme, perenialis dll.
1. Idealisme
Idealisme adalah sistem filsafat tertua yang ditujukan kepada manusia.
Asalnya kembali ke India kuno di Timur dan ke Plato di Barat. Menurut mereka,
seluruh jiwa manusia adalah unsur terpenting dalam kehidupan. Bagi kaum
idealis, semua pengetahuan tidak bergantung pada pengalaman indrawi. Tindakan
mengetahui terjadi di dalam pikiran, Mereka percaya pada tiga nilai spiritual.
Yaitu: “kebenaran”, “keindahan”, dan “kebaikan”. Kebenaran adalah nilai
intelektual, Kebaikan adalah nilai estetis dan Kebaikan adalah nilai moral,
sehingga mereka suka mendidik anak karena dua alasan. Pertama, pendidikan
adalah kebutuhan spiritual dan kedua pendidikan juga merupakan kebutuhan
sosial. Saragih, E. (2012:5) Menurut Sharma (2016:103), idealisme berpendapat
bahwa tujuan utama pendidikan adalah membentuk karakter yang baik dan
membantu siswa mencapai potensi maksimal mereka. Idealisme juga menekankan
bahwa pendidikan harus membantu siswa memahami nilai-nilai universal seperti
kebenaran, kebaikan, dan keindahan. aliran idealism juga mempengaruhi
pendidikan dengan menekankan pentingnya intelektualisme, yaitu pemikiran yang
logis dan rasional dalam pendidikan agar dapat mencapai pemahaman yang lebih
mendalam tentang dunia. (Gold, J. D. 2019:85).
Idealis memiliki harapan yang tinggi terhadap guru. Bagi mereka guru harus
ideal dalam order untuk menjadi contoh bagi siswa baik secara intelektual
maupun moral. Guru dalam aliran Idealisme diharapkan mampu membimbing
siswa untuk memahami dan mengembangkan nilai-nilai moral, intelektual, dan
estetika yang dianggap penting dalam kehidupan.
2. Rasionalisme

7
Rasionalisme lahir adalah sebagai reaksi terhadap dominasi Gereja pada Abad
Pertengahan Kristen di Barat. Munculnya rasionalisme ini menandai perubahan
dalam sejarah filsafat, Rasionalisme ialah paham filsafat yang mengatakan akal
(reason) merupakan hal terpenting dalami mendapatkan pengetahuan dan
memyebarkan pengetahuan. Rasionalisme yakin bahwa untuk memperoleh
pengetahuan yaitu dengan bersandar pada logika dan intelektual. Penalaran ini
tidak didasarkan hanya pada data pengalaman, tetapi juga diolah dari kebenaran.
Pengalaman indera digunakan untuk merangsang akal dan memberikan dorongan
yang menyebabkan akal bisa bekerja. Akan tetapi, dalami mencapai kebenaran
manusia harus mengandalkan akal (Tarigan, W. P. L., Christine, J., & Tarigan, U.
(2023:21).
Ahmad Tarmizi Che Hasim (2018) menyatakan bahwa aliran rasionalisme
mempengaruhi pendidikan dengan menekankan pentingnya penggunaan metode
ilmiah dan analisis rasional dalam pendidikan. Menurut Che Hasim, rasionalisme
menganggap bahwa pendidikan harus berbasis pada pengetahuan yang didasarkan
pada data empiris, dan menggunakan metode ilmiah untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam dan benar tentang dunia.
Dalam pendidikan, rasionalisme menekankan pada pentingnya penggunaan
metode ilmiah dan analisis rasional dalam memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam dan benar tentang dunia. Rasionalisme juga mendorong penggunaan
logika dan penalaran dalam pengambilan keputusan dan pembuatan argumentasi
yang tepat dalam proses pembelajaran. Selain itu, rasionalisme juga memandang
bahwa pengetahuan yang didasarkan pada data empiris dan penelitian ilmiah lebih
bernilai daripada kepercayaan atau pandangan yang tidak berdasarkan fakta yang
terverifikasi. Oleh karena itu, rasionalisme menekankan pada pentingnya
pemahaman yang mendalam dan kritis terhadap pengetahuan dan pengalaman,
serta kemampuan untuk berpikir mandiri dan kritis dalam proses pembelajaran.
3. Pragmatisme
Teori pendidikan progresivisme ini berbeda dengan pandangan tradisional
seperti esensialisme dan perenialisme. Gerakan Thailand adalah bagian dari
gerakan reformasi umum yang mencirikan kehidupan Amerika di akhir abad ke-
19 dan awal abad ke-20. Gerakan yang sering dikaitkan dengan pragmatisme John
Dewey atau experimentalisme, menekankan pandangan bahwa semua proses
belajar-mengajar harus berpusat pada kepentingan dan kebutuhan anak.
Aliran pragmatisme dipopulerkan oleh tokoh-tokoh seperti John Dewey dan
William James, dan banyak mempengaruhi pendidikan di Amerika Serikat pada
abad ke-20. Saat ini, pemikiran pragmatisme masih memainkan peran penting
dalam pengembangan kurikulum dan metode pembelajaran di banyak institusi
pendidikan

8
David T. Hansen (2017:261), dijelaskan bahwa aliran pragmatisme
memandang bahwa pendidikan harus berpusat pada pengalaman praktis dan nyata
dalam kehidupan sehari-hari, serta memperhatikan tujuan-tujuan konkret yang
relevan dengan kebutuhan dan kepentingan individu dan masyarakat. Tujuan
pendidikan, menurut pragmatisme, adalah untuk mengajarkan seseorang cara
berpikir sehingga seseorang dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat yang
selalu berubah Saragih, E. (2012:9) Dalam praktiknya, pragmatisme
mempengaruhi pendidikan dengan menekankan pada penggunaan metode
pembelajaran yang aktif dan partisipatif, serta pengembangan kurikulum yang
relevan dengan kebutuhan dan kepentingan siswa. Pragmatisme juga menekankan
pada pentingnya pengembangan keterampilan dan kemampuan yang dapat
diaplikasikan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Pragmatisme tidak memperlakukan guru hanya sebagai penonton seperti
naturalis atau menganggapnya sangat diperlukan seperti idealisme. Menurut
pragmatisme, guru bukanlah diktator atau master tugas tetapi pemimpin kegiatan
kelompok. Fungsi utama seorangguru p ragmatic adalah untuk menyarankan
masalah kepada murid-muridnya dan untuk merangsang mereka untuk
menemukan solusi. (Saragih, E. 2012:10) sehingga guru diharapkan mampu
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan
siswa, serta memanfaatkan situasi dan kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari
untuk memfasilitasi pembelajaran. Guru juga diharapkan dapat memfasilitasi
siswa untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan nyata, serta mendorong siswa untuk berpikir kritis
dan kreatif.
Setiap aliran filsafat pendidikan memiliki pandangan yang berbeda-beda
mengenai hakikat pendidikan. Oleh karena itu, aliran filsafat pendidikan sangat
mempengaruhi pemahaman tentang hakikat pendidikan. Dengan memahami
berbagai aliran filsafat pendidikan, sehingga dapat memperdalam pemahaman
tentang hakikat pendidikan dan bagaimana pendidikan dapat diimplementasikan
secara efektif untuk mencapai tujuannya.
Adapun berbagai aspek filsafat yang saling berhubungan antara lain:
a. Filsafat pendidikan esensialisme didasarkan pada filsafat idealism dan
realisme.
1) Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong perkembangan intelektual
individu, dan untuk mendidik orang yang cakap.
2) Pengetahuan menurut aliran ini adalah keterampilan esensial dan subjek
akademik, penguasaan konsep dan prinsip-prinsip mata pelajaran.
3) Guru memiliki otoritas pada bidang studi yang ditekuninya, dan
pengajaran eksplisit nilai-nilai tradisional.

9
4) Penekanan kurikulum pada keterampilan mendasar, mata pelajaran
esensial antara lain Bahasa Inggris, sains, sejarah, matematika, dan bahasa
asing. Tren kurikulum yang terkait antara lain kembali kepada dasar,
literasi budaya, dan keunggulan dalam pendidikan.

b. Filsafat pendidikan progresivisme didasarkan pada filsafat pragmatisme.


1) Tujuan pendidikan adalah untuk mempromosikan kehidupan sosial yang
demokratis.
2) Pengetahuan mendorong pertumbuhan dan perkembangan, proses
pembelajaran secara langsung, fokus pada pembelajaran aktif yang
relevan.
3) Guru bertugas membimbing pemecahan masalah dan penelitian ilmiah.
4) Fokus kurikulum, berdasarkan ketertarikan siswa, melibatkan penerapan
hubungan dan masalah manusia, mata pelajaran interdisipliner, aktivitas,
dan proyek. Tren kurikulum yang terkait adalah kurikulum yang relevan,
pendidikan humanistik, dan reformasi sekolah secara radikal.

c. Filsafat pendidikan rekonstruksionisme berdasarkan filsafat pragmatisme.


1) Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan dan merekonstruksi
masyarakat. Pendidikan adalah untuk perubahan dan reformasi sosial.
2) Pada aspek pengetahuan, keterampilan dan mata pelajaran dibutuhkan
untuk mengidentifikasi dan untuk memecahkan masalah masyarakat.
Belajar itu dilaksanakan secara aktif dan peduli terhadap masyarakat pada
masa kini dan pada masa depan. Peran pendidikan, guru berfungsi sebagai
agen perubahan dan reformasi sosial.
3) Guru berperan sebagai direktur proyek, pemimpin penelitian, dan
membantu siswa memahami dan menyadari masalah-masalah yang
dihadapi oleh umat manusia.
4) Fokus kurikulum pada ilmu social dan metode riset sosial; ujian terhadap
problem sosial, ekonomi, dan politik; fokus pada tren dan isu sekarang dan
yang akan datang, pada sekala nasional dan internasional. Tren kurikulum
yang terkait adalah pendidikan internasional, rekonseptualisasi, dan
kesetaraan kesempatan pendidikan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Implementasi Aliran Pendidikan filsafat di sekolah dasar yaitu proses


Pendidikan dapat terlaksana berdasarkan berbagai pandangan sebagai berikut: (a)
pandangan tentang hakikat Pendidikan dan tujuan Pendidikan yaitu : untuk
membentuk karakter peserta didik dan kemampuan sosial peserta didik, (b)
pandangan tentang pendidik yaitu : pendidik diharuskan untuk selalu unggul
dalam kehidupan sosial dan intelektualnya, (c) pandangan tentang peserta didik
yaitu : peserta didik bebas untuk dapat mengembangkan moral dan intelektualnya
sehingga sesuai dengan minat, bakat, serta kemampuan peserta didik, (d)
kurikulum dan metode pembelajaran yaitu kurikulum : pendidikan liberal bagi
peserta didik meningkatkan kemampuan berpikir rasional dan moral sedangkan
Pendidikan vokasional bagi peserta didik menumbuhkan life skill nya, metode
pembelajaran : peserta didik membutuhkan metode pembelajaran yang tepat
sehingga mampu memupuk peserta didik untuk memperluas kemampuan
intelektualnya (intellectual abilities), berpikir reflektif, mengembangkan moral
peserta didik, keterampilan berpikir logis dan keterampilan memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-harinya seperti metode pembelajaran dialog socratik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Juanda, A. (2016). Aliran-aliran Filsafat Landasan Kurikulum dan Pembelajaran


(dari Yunani Kuno hingga Postmodern).
Amka, H. (2019). Filsafat pendidikan.
Azhari,Poedjiadi, A., & Al-Muchtar, S. (2014). Modul Pengertian Filsafat.
Repository UT, 1–29.
Djamaluddin, A. (2014). Filsafat Pendidikan. Istiqra’: Jurnal Pendidikan Dan
Pemikiran Islam, 1(2), 135.
https://jurnal.umpar.ac.id/index.php/istiqra/article/view/208/181
Harisah, A. (2018). Filsafat Pendidikan Islam Prinsip dan Dasar Pengembangan.
Deepublish.
Dan, E., & Ilmu, A. (n.d.). TAFAHHAM : Jurnal Pendidikan dan Riset. 87–92.
Karim, J. A., Ismawan, Y. I., Pendidikan, P., Islam, A., & Tarbiyah, F. (2019).
Hakikat filsafat pendidikan islam.
Phylosophy, E. (2014). Filsafat pendidikan. I, 129–135.
Poedjiadi, A., & Al-Muchtar, S. (2014). Modul Pengertian Filsafat. Repository
UT, 1–29.
Tarigan, W. P. L., Christine, J., & Tarigan, U. (2023). Kajian Filsafat
Rasionalisme dalam Pendidikan IPA. Media Sains Indonesia
Saragih, E. (2012). Implication of philosophy in modern education. In Proceeding
Book International Seminar on Education
Suchomski, W. A. (2017). Philosophical schools and the essence of education.
Education and Philosophy, 9(23), 11-28
Sidik, M., & Ridwan, M. (2022). Pendidikan dalam tinjauan filsafat islam. 1(1).
Sulaiman, A. (2016). Mengenal Filsafat Islam (W. Setiawan (ed.); Edisi Pert).
Asep Sulaiman.
Sunarya, A. H. H. dan Y. (2011). Filsafat Islam (Tim Penulis (ed.); Edisi pert).
Tolchah, M. (2015). Filsafat Pendidikan Islam: 11(2), 381–398.
Watson, J. B. (2017). Perspektif filsafat pendidikan terhadap psikologi pendidikan
humanistik. Jurnal Sains Psikologi, 31–36.
Widyawati, S. (2013). Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan. GELAR:

12
Jurnal Seni Budaya, 11(1), 87–96.
Hansen, D. T. (2017). Pragmatism and Education: Deweyan Progressivism
Reconsidered. Educational Theory, 67(3), 259-275.
Sharma, K. (2016). Idealism and Education. The International Journal of Indian
Psychology, 3(2), 101-105.
Gold, J. D. (2019). The Significance of Idealism in Modern Education. Journal of
Philosophical Thought, 2(2), 80-88.
Hardanti, B. W. (2020). Landasan ontologis, aksiologis, epitesmologis aliran
filsafat esensialisme dan pandanganya terhadap pendidikan. Reforma: Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, 9(2), 87-95.
Krisdiana, M., Malihah, S., Hidayat, S., & Dewi, R. S. (2022). Implementasi
Filsafat Pendidikan Idealisme di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan
Konseling (JPDK), 4(6), 6561-6567.
Yunus, H. A. (2016). Telaah aliran Pendidikan progresivisme dan esensialisme
dalam perspektif filsafat Pendidikan. Jurnal Cakrawala Pendas, 2(1).
Murtaufiq, S. (2014). Telaah Kritis Aliran-Aliran Filsafat
Pendidikan. AKADEMIKA, 192-193.
Hikmawan, F. (2017). Perspektif filsafat pendidikan terhadap psikologi
pendidikan humanistik. Jurnal Sains Psikologi, 6(1), 31-36.
EFFENDI, Y. R. HUBUNGAN FILSAFAT, PENDIDIKAN, DAN
KURIKULUM.

13

Anda mungkin juga menyukai