Anda di halaman 1dari 2

Tapi seperti apa menurut Kak Ari?

Orang-orang seperti itu artinya itu pilihan-pilihan ya kita apa namanya ya dia mau lakukan
sebagai profesinya artinya kan tidak semua fotografi itu harus indah tidak semua fotografi itu
harus sesuai mmm dipasang di, di media cetak atau mungkin dipasang di galeri tidak itu masing-
masing punya peruntukannya. Ada juga yang mem, memenuhi kebutuhannya orang saya
supaya apa sebagai pengingat oh saya pernah ada di momen ini. Hmm. Difoto mungkin ada
orang-orang seperti itu. Dan itu adalah Anjas. Iya dia, dia berada di saat-saat orang
membutuhkan kenangan seperti itu ya simpan. Cukup sampai situ ya sah-sah saja. Kang Anjas
memenuhi hasrat untuk kenangan tadi. Iya memenuhi hasrat. Untuk setiap orang yang ada
peristiwa. Apalagi dia hadir di saat mmm apa namanya teknologi digital belum begitu maju ya.
Iya itu dia.

Belum ada sama sekali waktu itu mmm ke

HP juga belum ada bahkan dia memulainya dari situ. Jadi apa namanya di zamannya dia menjadi
iya.
Memenuhi keinginan. Iya. Untuk mengingat pada saat itu. Betul.
Sekarang ini kari, ada namanya aktifisial inteligensi. Ya, untuk itu menarik itu. Ya saya harus
bicara itu. Iya. Karena orang bisa foto pak, duduk di kamar
Iya. Saya pakai kemudian saya coba bikinkan ini. Dia mengetik dan sangat cepat. Iya.
Bagaimana di fotografi? Sebenarnya menarik gitu ya, artificial intelijen ini apakah kita anggap
dia sebagai reporter, saya pernah ditanya waktu di ada diskusi di, di FISIP waktu itu ya, di.
Oh iya.
Fakultas Ilmu Budaya. Oh, ITB, iya.
Sekolah artivisual intelijen juga.
Saya cuma mmm kembali ke pengertian awal fotografi. Hmm. Fotografi itu kan foto dan grafis
ya, foto cahaya, grafis itu mmm menulis artinya kita melukis dengan cahaya kalau dalam
harfiahnya ya. Iya. Sehingga melukis dengan unsur cahaya itu menjadi sesuatu yang yang yang
wajib adanya. Karena kalau tidak fotonya di mana? Cahayanya di mana?
Sementara digerak di sini.
Sementara di artificial intelligence mereka mengetik, menggambar, mendiskripkan,
mendeskripsikan sesuatu terus di eh dikonversi mungkin ada bank datanya di. Desa. sana. Di
sana ini ya. Mereka menggabung-gabungkan berbagai macam gambar sehingga menjadi suatu
gambar yang baru. Unsur fotonya, unsur cahayanya di mana, mungkin betul bahwa dia menjadi
tinggal berapa persen barangkali, dari bank data itu mungkin gambar-gambar yang pernah
dikumpulkan, di situ ada cahayanya mungkin, tetapi mereka kan melakukan pemotretan juga.
Untuk dikumpulkan di bank data itu.
Oh, sebetulnya ini, foto yang dikumpulkan dari sekian juta banyaknya. Barangkali saya. Ketika
saya belum tahu seperti apa teknisnya, tapi itu. Iya. Tapi kan ini sesuatu yang tidak bisa kita
tolak. Betul, betul. Malah ada yang terbaru ke Ari maka orang bilang hati-hati dengan fotomu.
Iya.
Karena dia bisa misalnya maaf ya.
Iya, iya. Foto seseorang. Langsung dilepas pakaiannya begitu saja.
Bisa, Tad. Itu bisa terjadi. Iya.
Maksud saya eh ini kecerdasan-kecerdasan macam begini tetapi apakah betul badannya yang
bukan tentang saja? Karena ada tahi lalatnya atau tidak masalahnya. Jadi menurut saya ya RT
betul saya melihat lebih ke grafis sebenarnya ini. Iya kalau.
Sebagai grafis, sebagai yang mungkin mirip foto atau mungkin bentuknya jadi foto atau tapi
menjadi, tapi dia grafis. Tapi kalau menurut saya lebih kepada grafis.

Eh, terminologinya sendiri. Iya.


Yang melukis dengan cahaya. Foto.
Wah. Iya. Seperti itu. Iya. Tadi sih kepike iya ya. Ada orang-orang yang ah gampang kalau foto
ini. Tinggal ketik di. Iya. Ada aplikasinya malah. Iya banyak sekali artinya.
Banyak sekali. Sekarang. Yang tinggal klik. Langsung jadi. Jadi saya ingin suasana saya senja di
Pantai Katembe di antaranya ada nelayan-nelayan yang sedang mencari ikan. Hmm. Muncul
semua. Dan bisa satu kali itu. Iya betul. Tetapi dekat ya itu dia tadi ah itulah menarik eh mohon
saya, saya perlu menanyakan komentar atau meng yang mengajukan pertanyaan? Ya, kalau
begitu saya lan, saya lanjut ya. Oke, eh itu poin pertama eh apa sudah poin ke berapa ini?
Fotografi. Kemudian beralih ke film, saya tanya buku, kemudian eh artis vital inteligensi. Ini poin
terakhir.
Kita kira-kira lima menit lagi.
Kari eh misalnya ada teman-teman punya minat untuk foto, untuk film.
Akhirnya mau bilang apa? Banyak membaca. Banyak membaca.
Iya. Itu kan saran untuk penulis.
Saya kalau ada orang bertanya mmm kak saya mau jadi penulis, eh membaca kau dulu, bisa
saja kau mau jadi penulis membaca. Yang ini membaca juga.
Menurut saya, iya sama. Itu yang akan menjadi pembeda menurut saya.
Seberapa peka kita terhadap sebuah peristiwa itu eh tergantung kepada seberapa luas
pemahaman kita terhadap peristiwa itu.
Biba, oh saya juga membaca keadaan bukan begitu ya, membaca buku. Iya.
Valen poin itu adalah membaca bagaimana ulasan-ulasan. Iya betul. Atau bahkan yang
membaca untuk melatih nalar kita, melatih kedalaman berpikir kita. Seperti itu. Iya, untuk
memberi stimulus kepada cara berpikir. Oke, saya pikir itu juga mungkin salah satu pembeda
antara dewa dengan, dengan band-band yang lain misalnya kan.
Iya, kalau di musik ya. Di musik ya, seperti itu juga sama. Saya. Dia membaca. Dia membaca.
Dia membaca.
Iya. Ahmad Dhani membaca. Iya.
Sehingga bedalah. Sehingga dia punya. Jangan menyebut yang lain ya.
Iya betul. Ya beda. Artinya beda, jadi kelihatan itu yang membaca dengan tidak membaca. Saya
yakin, saya yakin semua, semua bidang pasti terkait erat dengan membaca. Iya.
Saya kira mmm cukup itu poin yang keren sekali, saya kalau boleh saya bikin beberapa catatan
membaca latihan, membaca latihan, membaca latihan. Betul. Dan yang terakhir itu punya
sensitivitas. Ah, kalau tidak sensitif we. Kepekaan maksud saya, kepekaan, terutama kepada
urusan kemanusiaan sosial dan seterusnya. Jadi, mmm termasuk budaya tadi adalah kepekaan
kita pada urusan kemanusiaan. Urusan foto, bagaimana kita menghadirkan foto yang artistik,
kita punya kepekaan sense, punya apa istilahnya kepekan terhadap sesuatu. Kalau tidak, tidak
bisa.
Betul. Tapi itu bisa dilatih dengan membaca. Membaca dan terus latihan.
Saya kira terima kasih Kak Arif.
Siap. Thank you banget. Saya alhamdulillah sekali sudah membantu pada malam hari ini. Siap.
Siap.
Yusran Darmawan. Dia bilang kenapa ndak panggil saya untuk ya tapi nantilah. Harus dia. Kalau
Yusrandarma itu nanti. Heeh. Itu dia
Pamungkas itu. Iya oke saya kira cukup terima kasih asalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Waalaikumsalam.

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai