Case Report Bronkopneumonia Fix
Case Report Bronkopneumonia Fix
BRONKOPNEUMONIA
Oleh :
Preceptor :
dr. Rachman Indra Jaya, Sp.A.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang disusun
untuk melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
pada RSUD Jendral Ahmad Yani Metro. Penyelesaian laporan kasus ini banyak
mendapat bantuan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada dr. Rachman Indra Jaya, Sp.A
selaku pembimbing yang telah memberikan ilmu, petunjuk, nasehat dan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah case report ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan
karena keterbatasan waktu, tenaga dan pengetahuan dari penulis. Maka sangat
diperlukan masukan dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
BAB II STATUS PASIEN
2.1 Anamnesis........................................................................................................2
2.2 Pemeriksaan Fisik.............................................................................................2
2.3 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................3
2.4 Follow up Pasien..............................................................................................4
2.5 Diagnosis Banding............................................................................................7
2.6 Diagnosis Kerja................................................................................................7
2.7 Tatalaksana.......................................................................................................8
2.8 Prognosis..........................................................................................................8
2.9 Resume.............................................................................................................8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Asma..................................................................................................10
3.2 Epidemiologi Asma.........................................................................................10
3.3 Etiologi Asma..................................................................................................12
3.4 Patofisologi Asma...........................................................................................12
3.5 Faktor Risiko Asma.........................................................................................13
3.6 Patogenesis Asma............................................................................................14
3.7 Manifestasi Asma............................................................................................16
3.8 Klasifikasi Asma.............................................................................................20
3.9 Tatalaksana Asma...........................................................................................21
3.10 Prognosis Asma...............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
pernapasan dengan manifestasi klinis bervariasi mulai dari batuk, pilek yang disertai
dengan panas, sedangkan anak bronkopneumonia berat akan muncul sesak napas yang
hebat. Bronkopneumonia juga disebut pneumonia lubularis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkioulus serta alveolus
disekitarnya yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate yang disebabkan oleh
(WHO), menyebutkan sekitar 802.000 anak balita meninggal di seluruh dunia akibat
lima negara, meliputi : Nigeria (162.000), India (127.000), Pakistan (58.000), Republik
penyebab kematian balita terbesar di Indonesia. Pada tahun 2018, diperkirakan sekitar
19.000 anak meninggal dunia akibat pneumonia. Estimasi global menunjukkan bahwa
manifestasi klinis yang ada sehingga muncul beberapa masalah dan salah satunya
adalah bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang tertahan,
parenkim paru dibuktikan dengan nyeri dada dan defisit nutrisi berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, maka
dari itu sebagai tenaga kesehatan berperan penting dalam pemberian asuhan
STATUS PASIEN
No. RM : 472722
2.1 Anamnesis
a. Identitas Pasien
Anak ke :1
Agama : Islam
Suku : Jawa
Umur : 25 Tahun
Pekerjaan : Supir
Pendidikan : SMP
Umur : 25 Tahun
Pendidikan : SMP
b. Riwayat Penyakit
Pasien datang ke IGD RSUD Jendral Ahmad Yani Metro bersama kedua
orangtuanya dengan keluhan batuk sejak 5 hari yang lalu dan memberat sejak 2
hari lalu. Keluhan batuk disertai dengan berdahak namun dahak tidak keluar dan
ketika sedang batuk pasien seperti sesak nafas. Keluhan tersebut disertai dengan
demam yang terus menerus, demam tidak disertai dengan kejang maupun
penurunan kesadaran. Ibu pasien bercerita bahwa ayah pasien merokok. Keluhan
mual dan muntah disangkal. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada
kelainan. Riwayat kontak dengan penderita dewasa yang batuk lama disangkal.
Tidak ada
Tidak ada
Pemeriksaan di : Puskesmas
Frekuensi : Trimester I : 3x
Trimester II : 3x
Trimester III : 2x
g. Riwayat Persalinan
Panjang Badan : 46 cm
Anak ke :1
h. Riwayat Imunisasi
dengan usianya.
i. Riwayat Gizi
j. Riwayat Perkembangan
Tengkurap : ± 1 tahun
Berjalan : ± 3 tahun
Bicara : ± 1 tahun
Kesan : Perkembangan anak sesuai
a. Status Pasien
Suhu : 37,00C
Berat Badan : 9 Kg
Tinggi Badan : 80 cm
Status Gizi :
b. Status Generalis
o Kulit
o Kepala
Hidung : Simetris, nafas cuping hidung (-), sekret (-), lesi (-)
o Leher
Bentuk : Simetris
Thorax
o Paru
Inspeksi : Simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki basah halus
(+/+)
o Jantung
o Abdomen
Inspeksi : Datar
Perkusi : Timpani
o Genitalia Eksterna
o Ekstremitas
o Bronkopneumonia
o Bronkiolitis
o Asma
2.6 Tatalaksana
2.7 Prognosis
2.9 Resume
An. SAH berusia 2 tahun datang ke IGD RSUD Jendral Ahmad Yani Metro
diantar oleh orangtuanya dengan keluhan batuk berdahak sejak 5 hari yang lalu dan
disertai dengan keluhan demam. Berdasarkan keterangan ibunya bahwa ayah pasien
merokok.
Riwayat persalinan normal, cukup bulan, dan berat badan bayi normal. Riwayat
Imunisasi lengkap. Riwayat pemberian makan dan riyawat perkembangan anak sesuai
dengan usianya.
kesadaran compos mentis, saturasi oksigen 97%. Pada pemeriksaan status generalisnya
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
ruang alveolar. Istilah infeksi respiratori bawah seringkali digunakan untuk mencakup
Bronkopnemonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu inflamasi paru yang terfokus
pada area bronkiolus dan memicu produksi eksudat mukopurulen yang dapat
3.2 Epidemiologi
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
dan mortalitas anak berusia dibawah 5 tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima
kematian anak di seluruh dunia, kurang lebih 2 juta anak balita meninggal setiap tahun
akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut Survei
Kesehatan Nasional (SKN) 2001, 27,6% angka kematian bayi dan 22,8% kematian
bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika
pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah
umur 2 tahun Insiden pneumonia pada anak ≤ 5 tahun di negara maju adalah 2-4
Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian pertahun pada anak balita di negara
berkembang.1
3.3 Etiologi
episode yang serius disebabkan oleh bakteri. Biasanya sulit untuk menentukan penyebab
spesifik melalui gambaran klinis atau gambaran foto dada. Dalam program
berat, pneumonia berat, pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan ada tidaknya
tanda bahaya, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan frekuensi napas, dan
virus dan bakteri. Proporsi pneumonia oleh karena virus cukip besar. Sekitar 80%
pneumonia pada anak <2 tahun disebabkan oleh virus. Makin muda anak biasanya
makin besar virus sebagai penyebabnya, dan sebaliknya semakin besar anak maka
aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran infeksi
saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah
alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli. Selain itu dapat
menyebabkan terjadinya ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk ke
flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan
kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.14
Umur Penyebab
Neonatus Streptococcus grup B
Kuman enterik gram negatif
1-3 bulan Chlamiydia trachomatis
Ureaplasma urealytivum
Virus
Bordetella pertussis
1-12 bulan Virus
Streptococcus pneumonia
Haemophilus influenza
Moraxella catharhalis
1-5 tahun Virus
Streptococcus pneumonia
Mycoplasma pneumonia
Chlamydia trachomatis
>5 tahun Streptococcuc pneumonia
Mycolaplasma pneumonia
Chlamydia pneumoniae
3.4 Patofisiologi
atau seluruh alveoli terisi dengan cairan dan sel-sel darah. Jenis pneumonia yang umum
Penyakit ini dimulai dengan infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami
peradangan dan berlubang-lubang sehingga cairan dan bahkan sel darah merah dan sel
darah putih keluar dari darah masuk kedalam alveoli. Dengan demikian, alveoli yang
terinfeksi secara progresif menjadi terisi dengan cairan dan sel-sel, dan infeksi
disebarkan oleh perpindahan bakteri dari alveolus ke alveolus.14
sampai parenkim paru adalah steril. Saluran napas bawah ini dijaga tetap steril oleh
adalah makrofag yang terdapat di alveolus dan bronkiolus, IgA sekretori, dan
imunoglobulin lain.5
melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit,
cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium
hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan
leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut
sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium
ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena
jalan napas atas yang diikuti oleh kerusakan epitel respiratorius, menyebabkan obstruksi
jalan napas akibat bengkak, sekresi abnormal, dan debris seluler. Diameter jalan napas
yang kecil pada bayi menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi berat. Atelektasis,
sering disertai obstruksi jalan napas. Infeksi viral pada traktus respiratorius juga dapat
meningkatkan risiko terhadap infeksi bekteri sekunder dengan mengganggu mekanisme
bakterial.8
respiratorius, menghambat kerja silier, dan menyebabkan destruksi seluler dan memicu
respons inflamasi di submukosa. Ketika infeksi berlanjut, debris seluler yang terlepas,
sel-sel inflamasi, dan mukus menyebabkan obstruksi jalan napas, dengan penyebaran
infeksi yang lebih difus dengan pneumonia intersitial. Pneumonia lobar tidak lazim.
Lesi terdiri atas nekrosis mukosa trakeobronkial dengan pembentukan ulkus yang
Proses ini dapat meluas ke sekat interalveolar dan melibatkan fasa limfatika. Pneumonia
yang disebabkan s.aureus adalah berat dan infeksi dengan cepat menjadi jelek yang
disertai dengan morbiditas yang lama dan mortalitas yang tinggi, kecuali bila diobati
unilateral atau lebih mencolok pada satu sisi ditandai adanya daerah nekrosis perdarahan
1. Asal infeksi
Infeksi parenkim paru yang didapatkan individu yang tidak sedang dalam
yang terjadi setelah 48 jam perawatan (Depkes : 72 jam) atau karena perawatan
B. Pneumonia lobaris
C. Pneumonia interstisialis
3. Etiologi
- Infeksi
A. Pneumonia bakteri
B. virus pneumonia
C Pneumonia jamur
D. Mikoplasma pneumonia
- Non infeksi
- Pneumonia Tipikal
Mycobacterium tuberkulosis)
adanya tanda bahaya (danger signs), yaitu : takipnea dan tarikan dinding dada
anak bawah lima tahun (balita) ditemukan berdasarkan usia, sebagai berikut:4
atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39-40°C dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak
ditemukan pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari,
mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat
diagnosis secara fisik, tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping
hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung harus dipikirkan kemungkinan
pneumonia. Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung dari pada luas
daerah vang terkena. Pada perkusi paru sering tidak ditemukan kelainan. Pada auskultasi
mungkin hanya terdengar ronkhi basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang
dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi, ronkhi
minggu.7
Demam
Sakit kepala
Gelisah
Batuk
Sesak napas
Retraksi dada
Takipnea
Sianosis
3.7 Diagnosis
merupakan dasar terapi yang optimal. Akan tetapi, penemuan bakteri penyebab tidak
selalu mudah karena memerlukan laboratorium penunjang yang memadai. Tidak ada
gejala distress pernafasan, takipnea, batuk, ronkhi, dan peningkatan suara pernafasan
bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa lobus. Foto rontgen dapat juga
atau perikarditis. Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga dapat dijumpai. Pada
bayi-bayi kecil jumlah leukosit dapat berada dalam batas yang normal. Kadar
penatalaksanaan. Tanda bahaya pada anak berusia 2 bulan sampai 5 tahun adalah tidak
dapat minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi, demam, atau menggigil.6
Pneumonia berat
- Frekuensi pernafasan pada anak umur 2-12 bulan ≥ 50 x/menit, Usia 1-
- Adanya retraksi
- Sianosis
Pneumonia
5 tahun>40 x/menit
- Adanya retraksi
Pneumonia
Bukan pneumonia
Pemeriksaan Fisik
Suhu tubuh>38,5° C
Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal,
- Pada perkusi lapangan paru redup pada daerah paru yang terkena.
crackles (ronki basah halus) vang khas pada anak besar bisa tidak
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
CRP biasanva lebih rendah pada infeksi viru dan infeksi bakteri
25 mg/ml.
3) Pemeriksaan Mikrobiologis
4) Pemeriksaan serologis
IgM dan IgG antara fase akut dan konvalesen pada anak dengan
cepat.6,7
5) Pemeriksaan roentgenografi
diagnosis. 2.6.7
atau terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk
sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas dan menyerupai lesi tumor paru
Foto rontgen tidak dapat menentukan jenis infeksi bakteri, atipik, atau
Berikut diagnosis banding anak yang dating dengan keluhan batuk atau kesulitan
bernafas:4
khusus dan akan membaik pada 2 sampai 3 minggu, namun pemberian antiviral bias
hari atau Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari. Untuk
Anjurkan ibu untuk memberi makan anak. Nasihati ibu untuk membawa kembali
anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat jika keadaan anak memburuk atau tidak
Terapi Antibiotik
jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila
amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari
berikutnya.
setiap 8 jam).
- Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen
gentamisin.
sehari)
- Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila memungkinkan buat
foto dada.
Terapi oksigen
oksigen (berikan pada anak dengan saturasi oksigen < 90%, bila tersedia
oksigen yang cukup). Lakukan periode uji coba tanpa oksigen setiap
harinya pada anak yang stabil. Hentikan pemberian oksigen bila saturasi
waktu.
dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat atau napas > 70/menit)
3.10 Komplikasi
hilang.
rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c) Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang
3.11 Pencegahan
daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti cara hidup
sehat, makan makanan bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, istirahat yang cukup,
- Vaksinasi pneumokokus
Dapat diberikan pada umur 2,4,6, 12-15 bulan. Pada umur 17-12 bulan namun
keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada usia 12 bulan atau minimal 2 bulan
setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan diberikan 2
kali dengan interval 2 bulan; pada usia > 1 tahun di berikan 1 kali, cukup 1 kali.
- Vaksinasi H.Influenzae
- Vaksinasi varisela
Yang di anjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah dapat diberikan
setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila
diberikan pada umur > 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
- Vaksinasi influenza
Diberiikan pada umur > 6 bulan setiap tahun. Untuk imunisasi primer anak 6
3.12 Prognosis
diturunkan sampai kurang dari 1 %. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan
Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan
pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua duanya bekerja
sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang
lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi bila berdiri
sendiri.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC
2. Behrman RE, Vaughan VC. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Bagian II. Edisi 15. EGC,
Jakarta: 2000. hal: 883-889.
7. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: 2010.
9. Safitri, Reza Wardana. Roro Lintang Suryani. "Batuk Efektif Untuk Mengurangi
Sesak Nafas Dan Sekret Pada Anak Dengan Diagnosa Bronkopneumonia." Jurnal
Inovasi Penelitian, 2022: 5751-5756.
13. Watkins. Lembaga Kesehatan dan Anak Memperingatkan Satu Anak Meninggal
Akibat Pneumonia Setiap 39 detik. London: Unicef Indonesia, 2019
14. Zafar . Radang paru-paru. Urusan Kedokteran & Kesehatan Kerja. Fakultas Bosnia.
2016. Diunduh 20 Juni 2018 Farmasi. Universitas Sargodha. Pakistan. 2016. Diunduh
22 Juni 2018, https://www.omicsonline.org/open-access/a-case-study-pneumonia-2329
6879-1000242.pdf