Anda di halaman 1dari 78

DIKTAT KULIAH

FISIKA DASAR 1

Disusun Oleh:
Dr. Irma Saraswati, S.Si.,MT.
Andri Suherman, Drs., Msi.

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2022
Fisika Dasar I

LEMBAR PENGESAHAN

DIKTAT KULIAH

DIKTAT KULIAH FISIKA DASAR 1

Menyetujui, Cilegon, 10 Agustus 2022


Ketua Jurusan Teknik Elektro Penyusun

Dr. Romi Wiryadinata, M.Eng. Dr. Irma Saraswati, S.Si., M.T.


NIP: 198307032009121006 NIP: 19780724 200312 2001

Mengetahui
Dekan

Prof. Dr. -Ing. Ir. Asep Ridwan, ST.,MT


NIP.: 197603022003121003

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page ii


Fisika Dasar I

DAFTAR ISI
COVER i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
KATA PENGANTAR viii
BAB 1 BESARAN dan SISTEM SATUAN 1
1.1 Besaran Pokok 1
1.2 Besaran Turunan 2
1.3 Sistem Satuan Britania (Britis Sistem)/ Sistem Inggris 5
1.3.1 Besaran Turunan 5
1.3.2 Besaran Pokok 5
1.4 Besaran Skalar dan Besaran Vektor 6
BAB II KINEMATIKA 15
2.1 Gerak Lurus 15
2.1.1 Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) 16
2.1.2 Gerak yang Dipengaruhi oleh Percepatan Graviitasi 17
2.2 Gerak Parabola 18
2.3 Gerak Melingkar 21
BAB III HUKUM NEWTON TENTANG GAYA 23
3.1 Hukum Newton 1 Untuk Kesetimbangan (Statika) 23
3.2 Hukum Newton II 24
3.3 Hukum Newton III 25
BAB IV Usaha dan Energi 34
4.1 Usaha = Work (W atau Kerja) 34
4.1.1 Usaha Pegas 35
4.1.2 Energi Kinetik 36
4.2 Energi Potensial Gravitasi 37
4.3 Energi Mekanik 38

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page iii


Fisika Dasar I

4.4 Daya 38
BAB V IMPULS - MOMENTUM 40
5.1 Asas Impuls-Momentum 40
5.2 Kekekalan Momentum Linier 42
5.2.1 Tumbukan tidak Elastik 43
5.2.2 Tumbuka Elastik 44
5.2.3 Bandul Bailistik 45
5.3 Momentum 2 Dimensi 48
BAB VI MOMEN KELEMBAMAN 49
6.1 Momen Kelembaman 49
6.2 Kinematika Rotasi 51
BAB VII FLUIDA 52
7.1 Hidrostatika 52
7.1.1 Tekanan Dalam Fluida (Cair) 52
7.1.2 Prinsip Pascal 53
7.1.3 Tekanan pada Pegas 53
7.2 Dinamika Fluida 54
7.2.1 Sifat Zat Alir Sempurrna 54
7.2.1.1 Persamaan Kontinuitas 55
7.2.1.2. Persamaan Bernouli 55
BAB VIII SUHU DAN KALOR 57
8.1 Defenisi Suhu/Temperatur 57
8.2 Jenis-Jenis Termometer 58
8.3 Pemuaian Zat 59
8.4 Pemuaian Gas 61
8.5 Kalor 63
8.6 Hukum Kekekalan Energi Panas (Kalor) 67
BAB IX Pengantar Thermodinamika

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page iv


Fisika Dasar I

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Besaran Pokok 1

Tabel 1.2. Besaran Turunan 2


Tabel 1.3 Sistem Satuan Internasional 3
Tabel 1.4 Contoh Besaran Turunan Dalam Satuan SI 3
Tabel 1.5 Faktor Pengali 4
Tabel 1.6 Sistem Satuan Inggris pada Besaran Turunan 5
Tabel 1.7 Sistem Satuan Inggris 5
Tabel 2.1 Relasi Antara Besaran Linier dan Anguler 21
Tabel 6.1 Momen Inersia pada Bentuk Geometris 50
Tabel 6.2 Persamaan pada Gerak Linier dan Rotasi 51

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page v


Fisika Dasar I

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Simbol Vektor 7

Gambar 1.2 Sumbu Kartesian, a. Dua Dimensi, b. Tiga Dimensi 7


Gambar 1.3 Penjumlahan Vektor 8
Gambar 1.4 Penjumlahan Vektor Cara Segitiga 9
Gambar 1.5 Pengurangan Vektor Cara Segitiga 9
Gambar 1.6 Penguraian Vektor pada Tiga Dimensi 11
Gambar 1.7 Pengurian Vektor pada 3 Sumbu Dimensi 12
Gambar 2.1 Lintasan Gerak Lurus 16
Gambar 2.2 Grafik Pada GLBB 16
Gambar 2.3 Gerak yang Dipengaruhi Percepatan Gravitasi 18
Gambar 2.4 Gerak Parabola 18
Gambar 2.5 Gerak Melingkar 21
Gambar 2.6 Percepatan pada Gerak Melingkar 22
Gambar 3.1 Benda Dikenai Banyak Gaya 23
Gambar 3.2 Penguraian Gaya pada Sumbu 2 Dimensi 24
Gambar 3.3 Gaya pada 3 Dimensi 24
Gambar 3.4. a. Balok yang Ditarik, b. Diagram gaya yang bekerja pada 25
balok

Gambar 3.5 Gaya Aksi Reaksi anara a. Bumi dan Bulan, n. Benda yang 25
Digantung
Gambar 3.6 Benda yang Dikenai Gaya Tarik 25
Gambar 3.7 Momen Gaya a. Sudut θ, b. Sudut 90º, c. Kopel 27
Gambar 3.8 Arah Momen Gaya 27
Gambar 4.1 Usaha pada Benda 34
Gambar 4.2 Gaya dengan perubahan lintasan yang kecil Δx 34
Gambar 4.3 Gaya pada Pegas yang Diberi Beban Benda 35
Gambar 4.4 Gaya Pegas Tergantung 35
Gambar 4.5 a. Usaha pada Benda Bergerak,b. Usaha karena Gaya 37

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page vi


Fisika Dasar I

Gesekan

Gambar 4.6 Gaya Gravitasi 38

Gambar 5.1 Partikel yang Bergerak pada Bidang xy 40

Gambar 5.2 Daerah Impuls-momentum 41

Gambar 5.3 Tumbukan Tidak Elastik 44

Gambar 5.4 Tumbukan Elastik Sempurna 44

Gambar 5.5 Bandul Balistik 45

Gambar 5.6 Tumbukan ke Arah 2 dimensi 48

Gambar 6.1 Sistem Partikel 49

Gambar 6.2 Cincin Berdinding Tipis 49

Gambar 6.3 Tongkat Panjang 49

Gambar 7.1 Tekanan pada Fluida 52

Gambar 7.2 Prinsip Pascal 53

Gambar 7.3.a manometer Tabung terbuka 54

Gambar 7.4 gaya pada Benda Dalam Fluida 54

Gambar 7.5 Aliran Fluida 55

Gamabar 7.6 Tekanan Pada Aliran Fluida 55

Gambar 7.6 Aliran pada Bak Air Berlubang 56

Gambar 8.1 Grafik Perubahan Wujud Air 65

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page vii


Fisika Dasar I

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya serta sholawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan Bahan Ajar Mata Kuliah
Fisika Dasar I ini yang berisi materi-materi: Mekanika, Panas dan
Termodinamika. Buku ini hanya memberikan pokok dari masing-masing materi
sehingga mahasiswa perlu membaca buku referensi lain yang diarahkan oleh
dosen yang mengajar.
Semoga buku ini dapat bermanfaat secara ilmu pengetahuan baik untuk
para mahasiswa umumnya dan mahasiswa FT Untirta khususnya. Penulis yakin
bahwa penulisan ini kurang dari sempurna sehingga sangat diperlukan saran dan
kritik dari semua pihak.
Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan
diktat ini. Terima kasih untuk Bpk Untung Mardono dan Daiyan Uthsa Rafif atas
semua waktu dan dukungannya serta untuk mahasiswa Teknik Industri atas semua
masukkannya.

Cilegon, 27 Oktober 2017

Penulis

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page viii


Fisika Dasar I

BAB I
BESARAN dan SISTEM SATUAN

Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan menyelidiki komponen-


komponen materi dan interaksi antar komponen tersebut.
Contoh : - Bagaimana energi mempengaruhi materi.
- Bagaimana mengubah bentuk energi yang satu ke bentuk yang
lain.
Ilmu fisika secara umum dibagi menjadi : mekanika, panas, bunyi, optika listrik
dan magnit, dan fisika modern.
Besaran dapat di lihat secara:
1. Fisis :- Besaran dasar/pokok: besaran yang tidak tergantung dari besaran lain.
- Besaran turunan : besaran yang dapat diturunkan dari besaran dasar.
2. sifat :- Besaran skalar : basaran yang hanya punya besar.
- Besaran Vektor : besaran yang punya arah dan besar.
Sistem Satuan:
Sistem yang digunakan : - Sistem Internasional merupakan perluasan dari
system metric (MKS = Meter, Kilogram, Sekon
dan CGS =Centimeter, Gram, Sekon).
- Sistem Inggris.
1.1. BESARAN POKOK
Tabel 1.1. Besaran Dasar Metrik dalam Sistem satuan Internasional
No. BESARAN FISIS MKS CGS SI=Simbol Dimensi
1. Panjang/Jarak Meter Centimeter Meter = M L
2. Massa Kilogram Gram Kilogram = Kg M
3. Waktu Detik/ sekon Detik Detik = S/dtk T
4. Kuat Arus - - Ampere = A I
5. Suhu - - Kalvin/Celcius=K/0C 
6. Intensitas Cahaya - - Kandela = Cd Cd

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 1


Fisika Dasar I

7. Jumlah Zat - - Mole = Mol Mol


Besaran Tambahan
1. Sudut Bidang - - Radian = Rad Rad
2. Sudut Ruang - - Steradian = Sr Sr

1.2. BESARAN TURUNAN


Besaran turunan dapat diturunkan dari besaran dasar. Pada besaran
metric dapat diturunkan besaran-besaran yang memecahklan masalah-masalah
mekanika. Untuk menurunkan dapat digunakan symbol dimensi untuk relasi
matematisnya. Pada besaran SI dapat diturunkan besaran-besaran yang
memecahkan masalah-masalah mekanika, panas, optic, listrik dan lain-lain (semua
masalah fisika). Dari relasai matematik akan dapat ditentukan satuan turunan dari
besaran itu.
Contoh :
Jarak L m
Besaran fisis : kecepatan = = =
Waktu M dt
L
Kecepa tan T L m
Percepatan = = = =
Waktu T T2 dt 2
Tabel 1.2. Besaran Turunan
BESARAN TURUNAN SATUAN SI
1. Energi Joule J
2. Gaya Newton N
3. Daya Watt W
4. Tekanan pascal Pa
5. Frekwensi Hertz Hz
6. Beda Potensial Volt V
7. Muatan listrik coulomb C
8. Fluks magnit weber Wb
9. Tahanan listrik Farad F
10. Induksi magnetik Tesla T
11. Induktansi Henry H
12. Fluks cahaya lumen Lm

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 2


Fisika Dasar I

13. Kuat penerangan Lux Lx


Tabel 1.3. Sistem Satuan Internasional
Sistem Satuan MKS CGS
1. Panjang meter Cm
2. Massa Kg Gr
3. Waktu sec Sec
4. Gaya newton Dyne
5. Usaha N.m = joule dyne.cm = erg
6. Daya joule/sec erg/sec

“M K S” atau “sistem praktis” atau “sistem Giorgie”


“C G S” atau “sistem Gauss”.
contoh : - Dimensi gaya : M L T-2
- Dimensi percepatan : L T-2
Catatan : Semua besaran fisis dalam mekanika dapat dinyatakan dengan tiga
besaran pokok ( Dimensi Primer ) yaitu panjang, massa dan waktu.
Kegunaan dimensi :
Untuk Checking persamaan-persamaan fisika, dimana dalam setiap persamaan
dimensi ruas kiri harus sama dengan dimensi ruas kanan.
Tabel 1.4. Contoh besaran turunan dalam SI :
No. Besaran Dimensi Satuan Lambang
1. Gaya M Kg m/dtk2 = Newton N
T2
2. Energi/Usaha ML2 Kg m2/dtk2 = Joule J
T2
3. Daya ML2 Kg m2/dtk3 = Watt W
T3

Contoh :
1. P = F . V
daya = gaya x kecepatan.
M L2 T-3 = ( M L T-2 ) ( L T-1 )
M L-2 T-3 = M L2 T-3

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 3


Fisika Dasar I

2. F = m . a
gaya = massa x percepatan
M L T-2 = ( M ) ( L T-2 )
M L T-2 = M L T-2

Tabel 1.5. Faktor Pengali


No. Faktor Nama Satuan Simbol
1. 10-24 yocto y
2. 10-21 Zepto z
3. 10-18 atto a
4. 10-15 femto f
5. 10-12 Piko p
6. 10-9 Nano n
7. 10-6 Mikro 
8. 10-3 milli m
9. 10-2 centi c
10. 10-1 deci d
11. 103 kilo k
12. 106 Mega M
13. 109 Giga G
14. 1010 Amstrong Å
15. 1012 Tera T
16. 10-15 Peta P
17. 10-18 Exa E
18. 10-21 zetta Z
19. 10-24 yotto Y

Contoh : 1000 m = 1 Km
106 Volt = 1 M Volt = 1 Mv

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 4


Fisika Dasar I

10-6 m = 1 m
1 menit = 60 sekon 1 hari = 24 jam = 24x 60 x 60 s = 86.400 s
1 jam = 60 menit = 60 x 60 sekon = 3600 s

1.3. Sistem Satuan Britania ( Britis Sistem ) / Sistem Inggris


1.3.1.Besaran Turunan :
Tabel 1.6. Sistem Satuan Inggris pada Besaran Turunan
Besaran Satuan
Massa Lb dt2/ft = slug
Energi Lb ft
Tekanan Lb/ft2

1.3.2. Besaran pokok: Gaya satuan: lbf atau lb


Panjang : ft
Waktu : sec
Tabel 1.7. Sistem Satuan Inggris
Besaran Sistem Satuan British
1. Panjang/jarak foot ( kaki )/ft
2. Massa Slug atau lbm
3. Waktu Sec (dtk)
4. Gaya pound ( lb atau lbf )
5. Usaha ft.lb
6. Daya ft.lb/sec

Konversi dari Sistem Inggris menjadi Sistem Internasional :


1 ft (foot) = 12 inchi
1 yd (yard) = 3 ft
1 mil = 5280 ft
1 in (inchi) = 0,0254 m
1 Lbm (pound massa) = 0,4536 Kg

Penghubung W = m.g

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 5


Fisika Dasar I

Diket : W = Berat/gaya
m = massa
g = percepatan grafitasi bumi
Contoh :
1. Tentukan 1 Lb = ……N
1 Lb = 0,4536 Kg
g = 9,806 m/dtk2
W = m . g = (0,4536) (9,806) = 4,448 N

2. 1 PSI = ……..N/m2
1 Lb/inchi2 = 4,448 / (0,0254)2 N/m2

3. 1 BTU = ……. Nm
1 BTU = British Thermal Unit
1 BTU = 778 Lb ft = (778) (4,448) (12) (0,0254) Nm
= 1.054,774 Nm

1.4. BESARAN SKALAR DAN BESARAN VEKTOR


Di samping besaran-besaran pokok yang telah kita pelajari yaitu massa,
waktu, suhu, panjang, intensitas cahaya, kuat arus, dan jumlah zat, masih ada satu
hal lagi dalam ilmu fisika yang perlu kita ketahui yaitu : sifat yang menyangkut
arah. Oleh karena itu besaran-besaran tersebut masih dapat dibagi dalam dua
golongan yaitu : besaran Skalar dan besaran Vektor.

Besaran Skalar : besaran fisis yang hanya punya harga saja.


Contoh : volume, massa, daya, usaha, panjang, waktu, kelajuan,dan tenaga.

Besaran Vektor : besaran fisis yang mempunyai harga dan arah.


Contoh : Gaya, tekanan, kecepatan, percepatan.
A Arah

Vektor A

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 6


Fisika Dasar I

Harga

Gambar 1.1. Simbol vektor

Notasi Vektor
Secara grafis vektor dapat dilukiskan sebagai sebuah anak panah. Panjang
anak panah menunjukkan nilai atau besar vektor dan anak panah menunjukkan
arah vektor.
→ −
Vektor F di tulis : F atau F

Besar vektor F ditulis / F / atau F

Contoh :
Vektor A : Harga I A I
= 6 satuan arah ke kiri
1 2 3 4 5 6

Penggunaan Referensi Sumbu Kartesian

Gambar 1.2. Sumbu kartesian, a. Dua dimensi, b. Tiga dimensi

Contoh Pada Gambar 1.2. :

A : Vektor A harganya | A | = 5 satuan. Arahnya  membentuk sudut 300


Contoh :

F = / F / = 10 satuan.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 7


Fisika Dasar I

1. A = B, jika kedua vektor tersebut mempunyai panjang dan arah yang sama.

− −
2. − A adalah vektor yang panjangnya sama dengan panjang A tetapi arahnya

berlawanan dengan arah A .

− −
3. Jika k. A adalah vektor yang panjangnya k kali panjang A , dengan arah yang
− −
sama dengan A jika k positif. Dan berlawanan dengan A jika k negatif.

Ada beberapa cara menjumlah 2 Vektor yaitu dengan menggunakan :

A. Jajaran genjang vektor.

Gambar 1.3. Penjumlahan vektor


 = sudut antara A dan B
− − − − −
/R/ = / A/ 2 + / B / 2 +2 / A/ / B / cos

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 8


Fisika Dasar I

− − −
/ R/ / A/ / B/
arahnya : = =
sin  sin  2 sin  1

B. Cara segitiga vektor.

a. Penjumlahan dua vektor

Gambar 1.4. Penjumlahan vector cara segitiga

b. Pengurangan dua vektor

Gambar 1.5. Pengurangan vector cara segitiga

Untuk Selisih dilakukan penjumlahan dengan lawannya (invers jumlah).


A − B = A + ( − B)

C. Keadaan istimewa
• Dua vektor yang membentuk sudut 0 o
 vY

 v X v
/ / = / A/ + /B /
Arahnya Resultan sama dengan arah kedua vector

• Dua vektor yang membentuk sudut 180o


− − − − −
/ R / = / A / - / B / jika / A / > / B /

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 9


Fisika Dasar I


Arahnya R sama dengan arah vektor A
− − − − −
/ R / = / B / - / A / jika / A / < / B /

Arahnya R sama dengan arah vektor B
• Dua vektor yang saling tegak lurus.

− − −
/R/ = / A/ 2 + / B / 2

− /B/
arah R : tg  = −
/ A/
D. Penguraian sebuah vektor.

/ v X / = / v / cos
/ vY / = / v / sin 

/v / = / v X / 2 + / vY / 2

E. Memadu/menjumlahkan beberapa vektor yang sebidang antara lain.


Ada beberapa cara untuk memadu beberapa vektor sebidang antara lain:
a. Cara Grafis.

1. Cara jajaran genjang.

v AB adalah resultan dari A dan B


v R adalah resultan dari A , B dan C

2. Cara polygon

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 10


Fisika Dasar I

v R adalah resultan dari A , B dan C


b. Cara analitis.
Masing-masing vektor diuraikan menjadi komponen-komponen vektor
searah sumbu x dan sumbu y dari sistem koordinat Cartesius.

Gambar 1.6. Penguraian vector pada sumbu 2 dimensi

Vektor  vx = v cos  vy = v sin 


v1 1 v1x = v cos 1 v1y = v sin 1
v2 2 v2x = v cos 2 v2y = v sin 2
v3 3 v3x = v cos 3 v3y = v sin 3
v x = ................ v y = ................
Resultan / v R / = (  v X ) 2 + (  vY ) 2
 vY
Arah resultan : tg  =
vX

Uraian Vektor Pada Sistem Koordinat Ruang ( x, y, z )

Telah kita lihat bagaimana suatu vektor diuarikan atas komponen-


komponen pada sumbu x dan sumbu y. Untuk vektor yang terletak dalam ruang (3
dimensi), maka vektor dapat diuraikan atas komponen-komponen pada sumbu x, y
dan z.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 11


Fisika Dasar I

Gambar 1.7. Penguraian vector pada sumbu 3 dimensi

, ,  = masing-masing sudut antara vektor A dengan sumbu-sumbu x, y dan z


A = Ax + Ay + Az
atau
A = / A x / i + / A y / j + / A z / k
/ A x / = A cos 
/ A y / = A cos 
/ A z / = A cos 

Besaran vektor A
A = / AX / 2 + / AY / 2 + / AZ / 2
dan i , j , k masing-masing vektor satuan pada sumbu x, y dan z

Vektor Satuan.
Vektor-vektor i, j dan k disebut vektor satuan karena besar ketiga
vektor ini sama dengan 1.
/ i / = / j / = / k / = 1

PERKALIAN VEKT OR.

a. Perkalian vektor dengan skalar.


Suatu vektor jika dikalikan dengan suatu besaran skalar maka hasilnya
adalah suatu vektor.
Contoh : Mengalikan vektor A dengan suatu skalar k hasilnya adalah suatu
vektor pula yang besarnya :
k A dan arahnya searah dengan A jika k > 0 berlawanan dengan A jika k < 0

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 12


Fisika Dasar I

b. Perkalian vektor dengan vektor.


Dalam perkalian vektor dengan vektor, kita mengenal dua bentuk
perkalian , yaitu :
1. Perkalian titik (DOT PRODUCT )
2. Perkalian silang (CROSS PRODUCT )

Dalam Perkalian Titik antara vektor A dengan vektor B akan diperoleh


besaran skalar.
Contoh : A • B = C
C besaran skalar yang besarnya C = / A / • / B / cos 
dengan  adalah sudut antara A dengan B

Dalam fisika misalnya, gaya ( F ), perpindahan (x) dan kerja (W) maka :
_ _
W = F • x = / F / • / x / cos 

Dalam Perkalian Silang antara vektor A dengan vektor B akan diperoleh


besaran vektor.
Contoh : A x B = C
C besaran skalar yang besarnya C = / A / x / B / sin  dengan  adalah sudut
antara A dengan B
Arah dari vektor C selalu tegak lurus bidang yang dibentuk oleh vektor A
dan B , menurut aturan sekrup kanan.

Dari vektor A diputar ke vektor B .

Catatan : A x B  B x A ---------
[A x B ]= - [B x A ]
Contoh besaran fisika yang merupakan hasil perkalian vektor adalah : luas,
momen gaya dan gaya Lorentz.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 13


Fisika Dasar I

Operasi Vektor Pada Vektor Satuan


A. Penjumlahan.
4 i + 3 j + 5 k + 3 i - 5 j - 4 k = ( 4 - 3 ) i + ( 3 - 5 ) j + ( 5 - 4 ) k
= 7 i - 2 j + k
B. Perkalian.
DOT PRODUCT
Sejenis Tak Sejenis
i • i = i • i cos 0o i • j = i • j cos 90o
=(1)•(1) (1) =(1)•(1) (0)= 0
= 1

CROSS PRODUCT
Sejenis Tak Sejenis
i x i = i • i sin 0o Untuk mendapatkan hasil perkaliannya
=(1)•(1) (0) dapat digunakan diagram berikut ini.
= 0

Perjanjiaan tanda :
- Untuk putaran berlawanan arah jarum
jam, tanda POSITIF.
- Searah jarum jam NEGATIF.
i x j = i . j sin 90 = k k x i = k . i sin 90 = j
j x i = j . i sin 270 = - k i x k = i . k sin 270 = - j

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 14


Fisika Dasar I

BAB II
KINEMATIKA

Kinematika: Mekanika tentang gerak tanpa memperhitungkan gaya penyebabnya


Unsur – unsur gerak : -Lintasan (x)
- Kecepatan (v)
- Percepatan (a)
- Waktu (t)
Gerak : adanya perpindahan dari titik referensi
ama dari gerak bergantung pada lintasa yang dibentuk
Gerak lurus : Gerak yang lintasannya garis lurus
Gerak parabola : Gerak yang lintasannya parabola
Gerak melingkar : Gerak yang lintasannya lingkaran

2.1. Gerak Lurus


Benda dianggap partikel ( dimensi benda kecil dibanding besar lintasan )
1. Kecepatan : V
a. Kecepatan rata-rata: v (velocity): → harus ada perpindahan/perubahan
jarak.
_
x x 2 − x1
v= = (2.1)
t t 2 − t1
Gerak Lurus Beraturan: Gerak Lurus dengan kecepatan konstan
Vt = Vo
Xt = Vo . t
Jika t1=0 maka t2=t dan x0 = titik awal x= koordinat pada waktu t.
Pers.(2.1) menjadi x=v t (2.2)

b. Kecepatan sesaat: vt (disebut sebagai speed/laju): kecepatan pada saat


tertentu (tergantung waktu) dan
dx x
vt = == v t = (2.3)
dt t

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 15


Fisika Dasar I

2. Percepatan : a
_
v v 2 − v1
a. Percepatan rata rata: a : ➔ a= = (2.4)
t t 2 − t1
_ v − v0 v − v0
a= ➔ t= atau v = v0 + at (2.5)
t −0 a

b. Percepatan sesaat: at : percepatan pada saat tertentu (tergantung waktu)


dv d  dx  d 2 x
at = =  = (2.6)
dt dt  dt  dt 2
dv dv  dx  dv
at = =   = vt (2.7)
dt dx  dt  dx
Pers. (2.6) persamaan percepatan dalam fungsi waktu dan Pers.(2.7) persamaan
percepatan dalam fungsi jarak.

Gambar 2.1. Lintasan gerak lurus Gambar 2.2. Grafik pada GLBB

2.1.1. Gerak lurus berubah beraturan ( GLBB ):


➔ Gerak Lurus dengan percepatan konstan
Dari Pers.(2.5) dan Gambar 2.2 kecepatan rata-rata yang diasumsikan sebagai
v0 + v v +v v + v + at
v= maka Pers.(2. 2) menjadi x = 0 t= 0 0 t
2 2 2
x= v0.t +1/2 a.t2 (2.8)

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 16


Fisika Dasar I

v0 + v v − v0 v 2 − v02
Atau Pers.(2.2) menjadi x= x = atau
2 a 2a

v 2 = v02 + 2ax (2.9)

Sehingga Persamaan Umum GLBB adalah:


Vt = Vo ± a.t + = percepatan
xt = Vo.t ± ½ a.t² - = perlambatan
V2 = Vo2 ± 2a.x Vo = kecepatan awal yang dimulai X = 0

2.1.2. Gerak yang dipengaruhi oleh percepatan gravitasi (g):


1. Gerak jatuh bebas; gerak bendameluncur ke bawah dari ketinggian tertentu
tanpa kecepatan awal Vo. Maka Pers. (2.5) menjadi v y = v0 + gt

Vy = - g . t (2.10)
Dan Pers. (2.8) menjadi y= v0.t +1/2 g.t2
Y = - ½ g . t² (2.11)
Tanda negatif menyatakan arahnya ke bawah.
2. Gerak Vertikal kebawah dengan Vo. Pers. (2.5) dan pers.(2.8) menjadi:
Vy = Vo + g . t (2.12)
Y = Vo . t + ½ g . t². (2.13)
3. Gerak Vertikal keatas tanpa Vo. Pers. (2.5) dan pers.(2.8) menjadi:
Vy = Vo – g . t (2.14)
Y = Vo.t – ½ g. t² (2.15)

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 17


Fisika Dasar I

Gambar 2.3. Gerak yang dipengaruhi percepatan gravitasi bumi

2.2. Gerak Parabola


Gerak benda yang ditembakkan (dengan kecepatan Vo) keatas dengan sudut α
terhadap bidang datar dan gerak ini dipengaruhi Percepatan gravitasi bumi.

Gambar 2.4. Gerak Parabola

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 18


Fisika Dasar I

Pada Gambar 2.4 memperlihatkan bahwa:


1. Di semua titik/tempat peluru bergerak berlaku:
Vx = Vo Cos α (2.16)
Vy = Vo sin α - g . t (2.17)
X = Vx .t = (Vo Cos α) . t (2.18)
Y = Vo sin α.t - ½ g. t² (2.19)
2. Di titik Puncak (P) berlaku:
Benda tidak bergerak ke atas lagi sehingga Vy = 0, maka pers. (2.17)
menjadi:
0 = Vo sin α - g . t ➔ Vo sin α = g . t
Vo sin 
Waktu di Puncak: tP = (2.20)
g
sehingga pers yg berlaku di puncak:
Vx = Vo Cos α X = Vx . tP = (Vo Cos α) . tP
Vy = Vo sin α - g . t Y = (Vo sin α). tP - ½ g. tP ²
3. Dititik terjauh (H); titik dimana peluru kembali ke tanah/ke titik yang
segaris dengan awal gerak.
Waktu yang diperlukan sampai di H ➔ tH = 2.tP
2.Vo sin 
➔ t H = 2.t P = (2.21)
g
Vx = Vo Cos α X = Vx . tP = (Vo Cos α) . tH
Vy = Vo sin α - g . tH Y = (Vo sin α). tP - ½ g. tH ²

CONTOH SOAL:
1. Sebuah kereta api dari keadaan diam bergerak dari stasiun dan selama 10 dt
percepatannya 4 Ft/dt². kereta itu bergerak dgn kecepatan konstan selama 30 detik
(keadaan 2) lalu diperlambat dgn 8 ft/dt² sanpai berhenti distasiun berikutnya.
berapa jarak total yang ditempuh kereta (keadaan 3 )
Jawab:
keadaan 1
Vo = 0

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 19


Fisika Dasar I

X = Vo.t + ½ a. t²
X = ½ .4 . 100
X1 = 200

Keadaan 2
V = konstan
V = a.t = 4 . 10 = 40
X2 = V.t = 1200 ft

Keadaan 3
V =0
a = - 8 ft/dt²
V² = Vo² + 2 ax
0 = Vo² + 2 ax
Vo² = -2 ax
X = Vo²/ -2a = 100 ft

X total = X1 + X2 + X3
= 200 + 1200 + 100
= 1500 ft

2. Dengan kecepatan berapakah bola harus dilemparkan vertical keatas


a. agar naik 50 ft
b. Berapa lama bola itu berada diudara , g = 32 ft/dt²
Jawab
Y = Vo t ± ½ g t²
= Vo (Vo/g) – ½ g (Vo/g)²
= Vo²/g – ½ Vo²/g
= ½ Vo²/g
50 = ½ Vo²/g
Vo²= 3200

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 20


Fisika Dasar I

Vo = 56, 568 m/dtk


t = Vo/g ➔ (naik/turun)
= 56,568/32
= 1,767
t = 2 x1,767 detik

2.3. Gerak Melingkar


Lintasanya adalah Lingkaran dengan Percepatan yang selalu mengarah ke
v2
pusat lingkaran→percepatan sentripental/radial a N = (2.22)
R
Gerak dapat dipandang
- Linier
- Anguler

Gambar 2.5. Gerak Melingkar

Tabel 2.1. Relasi antara besaran linier dan anguler


Linier Anguler
Lintasan X 
Kecepatan V Ω ()
Percepatan a 
1. Lintasan
Jika panjang busur S => R (jari-jari lintasan) dan  = 1 radian ,
S
= ➔ S = R. (2.23)
R
Relasi antara besaran radian dan derajat
π radian = 180° dan π = 3 ,14

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 21


Fisika Dasar I

Gambar 2.6. Percepatan pada gerak melingkar

2. Kecepatan Sudut ( angular ) = ω


 2 − 1 
a. Kecepatan sudut rata – rata:  → 12 = = (2.24)
t 2 − t1 t
d
b. Kecepatan sudut sesaat: ωt =→ t = (2.25)
dt

3. Percepatan sudut = α
 2 − 1 
a. Percepatan sudut rata-rata ➔ 12 = = (2.26)
t 2 − t1 t
d
b. Percepatan sudut sesaat ➔ = (2.27)
dt
Relasi antara besaran linier dan besaran sudut:
Jika pers. (2.23) S = R. di turunkan terhadap waktu:
ds d
= R. ➔ v = R. (2.28)
dt dt
dv d
= R. ➔ aT = R.  (2.29)
dt dt
Pers. (2.29) disebut sebagai percepatan tangensial yang merupakan percepatan
yang selalu menyinggung sisi luar lintasan gerak melingkar dan Pers. (3.2)
v2
menjadi: aN = =  2 .r = .v (2.30)
r

Sehingga percepatan total: a = a R + aT (2.31)

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 22


Fisika Dasar I

BAB III
HUKUM NEWTON TENTANG GAYA

3.1. HUKUM NEWTON I UNTUK KESETIMBANGAN (STATIKA)


Pada tahun1687 isaac newton menyatakan hokum pertamanya tentang
gerak, yang sekarang kita kenal sebagai hukum I Newton. Sesuai dengan hukum I
Newton : “ Setiap benda akan tetap diam atau tetap bergerak dengan laju dan
arah yang tetap jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut atau
resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol atau gaya yang
bekerja seimbang ”.
Secara matematis, Hukum I Newton dapat ditulis dalam bentuk :
F = 0 (3.1)

Hukum Newton I : jika gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda


jumlahnya nol maka benda diam atau bergerak lurus beraturan

F3 F2
F1

A
F4
F6
F5

Gambar 3.1. Benda dikenai banyak Gaya.

Fi = gaya yang bekerja pada benda


n

 Fi = F
i =1
1 + F2 + F3 ………..= 0 Maka benda A diam /bergerak lurus beraturan

Satuan Gaya : 1 N (Newton) atau 1 lb (pound)


Jika digunakan referensi sumbu kartesian

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 23


Fisika Dasar I

Gambar 3.2. Penguraian Gaya pada sumbu 2 dimensi


n

 Fi
i =1
x=0
Keseimbangan Translasi 2-D
m

 Fj
j =1
y=0

 Fi x = 0
i =1

 Fj y = 0
j =1

 Fk z = 0
k =1

Keseimbangan translasi 3-D


Gambar 3.3. Gaya pada 3 dimensi

3.2. Hukum NEWTON II


Total Gaya yang bekerja pada suatu benda adalah sama dengan massa dan

percepatan benda. (3.2)

Gambar 3.4. a. Balok yang di tarik, b. Diagram gaya yang bekerja pada Balok

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 24


Fisika Dasar I

Untuk gerak 3 dimensi: (3.3)


Maka 1N = 1 kg. (1 m/s2)
1 lb = 1 slug.ft/s2 1N  1/4 lb

3.3. Hukum III Newton


Hukum III Newton berbunyi “ jika benda pertama memberikan gaya pada
benda kedua maka benda kedua juga akan memberikan gaya yang sama besarnya
pada benda pertama tetapi arahnya berlawanan”
Secara matematis, Hukum III Newton biasa kita tuliskan sebagai berikut :

FA = -FB
Gaya Aksi-Reaksi ➔ (3.4)

Gaya Reaksi = T

F= m . g

a. b.
Gambar 3.5. Gaya Aksi reaksi antara a. Bumi dan Bulan, b. Benda yang digantung

Jenis – jenis gaya adalah sebagai berikut :

Gambar 3.6. Benda yang di kenai gaya tarik

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 25


Fisika Dasar I

1) Gaya Gravitasi (Fg) adalah gaya dimana Bumi, bulan dan benda padat
lainnya menarik benda lain kearahnya. Gaya berat W adalah berat suatu benda
yang bermassa m dan dipengaruhi percepatan gravitasi bumi g. arahnya
mengarah ke pusat bumi/tanah.
W = m. g (3.5)
2) Gaya Normal (N) adalah gaya penyangga yang diberikan pada suatu benda
saat benda tersebut kontak dengan benda lainnya. Contohnya jika sebuah buku
ditempatkan pada suatu permukaan maka permukaan tersebut akan
memberikan gaya pada buku untuk menyangga berat buku tersebut. Arahnya
tegak lurus permukaan benda
3) Gaya Gesek (f) adalah gaya yang diberikan oleh suatu permukaan pada suatu
benda yang bergerak melintasnya atau pada benda yang akan melakukan
upaya atau usaha untuk bergerak melintasi permukaan tersebut. Contohnya,
jika buku melintasi permukan suatu meja maka meja itu akan memberikan
gaya gesek dengan arah berlawanan dengan arah gerak buku tersebut.
Pada saat benda diam maka: Fs < s.N (3.6)
Pada saat benda akan bergerak: Fs = s.N (3.7)
Pada saat benda bergerak: Fk = k.N (3.8)
s = koefisien gesekan statis k = koefisien gesekan kinetis
Catatan :
1) Gaya reaksi timbul karena adanya gaya reaksi
2) Gaya adalah besaran fisis untuk menggerakan benda kearah translasi
3) Momen gaya adalah besaran fisis untuk menggerakan benda kearah rotasi
5). Momen gaya ( = Tau)
 = F  d = F.d .sin  (3.9)

a. b.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 26


Fisika Dasar I

F
c.
Gambar 3.7. Momen Gaya a. Sudut , b. sudut 900, c. kopel
Sepasang momen gaya yang sama harganya dan berlawanan arah disebut kopel
Perjanjian Arah Momen Gaya
Arah jarum jam

F
F
 +

 0   -

Gambar 3.8. Arah Momen Gaya

Dengan kondisi diatas dapat diambil kesimpulan :


Jika pembacaan dari F ke 1 searah jarum jam maka  berharga positif
Jika pembacaan dari F ke L berlawanan arah jarum jam maka  berharga negatif

Contoh soal-soal :
1) Kesetimbangan Translasi
T1, T2, T3 tegangan tali sebagai gaya reaksi dari berat benda yang masanya 200
Kg. Tentukan T1, T2, T3

600 TB
T2

T1

m = 200 kg A

w = m .g (200)(9,8) N = 1960

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 27


Fisika Dasar I

Penyelesaian :
Referensi 1 titik A

T1
2
F  Fj y = T1 − W = 0
j=1
A
T1 = W = 1960 N

W = 1960 N

Referensi 2 Titik B
Y

T3
Tay

T3

600 Tay
Tax T2

L
T1
Tax

 Fix = T
i =1
2 − Tax = 0
2


j= i
Fjy = Tay − T1 = 0

Dari persamaan (2) diatas Tay – 1960 = 0


Tay = 1960 N
Tay = sin 600
Tay 1960
Ta = 0
= = 2263 N
sin 60 1
3
2
Dari persamaan 1 T2 – Tax = 0
1
Ta = Tax = Ta Cos 600 = 2
2
1
(2263) ( 2 ) = 1131,5 N
2
jawab : T1 = 1960 N, T2 = 1131,5 N, T3 = 2263 N

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 28


Fisika Dasar I

2) Contoh : 2 Kesetimbangan Rotasi


n
Syarat setimbang rotasi : 
i =
i =0

1 = 4m

 2 = 6m

F2 = 150 N
F1 = 100 N

T1 = F1 x  1 = (100) (4) = 400 Nm

T2 = F2 x  2 = (150) (6) = 900 Nm

3) Contoh 3
2m
1m

3m 3m

F3.....?
F1 = 10 N
F2 = 20 N

F4 = 25 N

Jika sisttem setimbang rotasi, tentukan F3

 τi = 0
i =1
1 +  2 +  3 +  4 = 0

-(10) (5) – (20) (3) + (F3) (1) + (25) (4)


-50 – 60 + F3 +100 = 0
-110 + F3 + 100 = 0
F3 = 10 N
Contoh 4 : Tentukan gaya tegangan dalam tiap tali pada gambar dibawah ini jika
berat benda tergantung 200 N. berat tali diabaikan

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 29


Fisika Dasar I

A B

450
TB
600 450 900
TA X
A B TC
X

C
W = 200 N W = 200 N

Jawaban soal 4A :
 Fx = 0
 T1 Cos 300 – T2 Cos 450 = 0
1 1
 T1 + T2 2
2 2
3
 T2 = T1
2
 Fy = 0
 T1 Sin 300 + T2 Sin 450 = 0
1 1
 T1 + T2 2 - 200 = 0
2 2
1 3 1 1
 T1 + 2 = 200 ➔ 3 T1 = 200
2 2 2 4
800
 T1 = 3N
3
3 800
 T2 = x 3N
2 3

 T2 = 400 2 N
800
Jadi: T1 = 3 N , T2 = 400 2 N, T3 = 200 N
3
Jawaban Soal 4B
 Fx = 0
 TA – TB Cos 450 = 0

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 30


Fisika Dasar I

 TA = TB Cos 450
1
 TA = 2 TB
2
Fy = 0
 TB sin 450 – TC = 0
1
 2 TB = 200
2
 TB = 200 2 N
1
 TA = 2 x 200 2 ➔ TA = 200 N
2
Jadi: TA = 200 N, TB = 200 2 N TC = 200 N
Contoh 5 :
Tentukan :
a. Gaya tegangan kabel T1
b. Tentukan komponen gaya horizontal dan komponen gaya vertikal yang
bekerja terhadap balok penopang di dinding

T1
6m 10 m

8m
4m
W = 60 N
W = 40 N

Jawab :
a.  = 0
1
 W. AB + 60 . AB – T Sin  . AB = 0
2
1 6
 40 ( ) (8) + (60) (8) – T ( ) (8) = 0
2 10
48
 T = 640
10

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 31


Fisika Dasar I

 T = 133,3 N
b. Horizontal Fx = 0
 H – T Cos  = 0
8
 H = 133,3 ( )
10
 H = 106,02 N
Vertikal
Fy = 0
 V + T Sin  - W – 60 N = 0
6
 V + 133,3 ( ) – 40 – 60 = 0 ➔V = 20,02 N
10
1. Berapa gaya F agar benda pada Gambar di bawah ini bergerak 4 m/dt selama 2
dt dari keadaan diam?
g = 9,8 m/dt , m = 10 kg , fk = 5 N
Jawab:
Fy = N – W = m . ay = 0
Fx = m . ax = T- fk
v 2 − v1 4 − 0
ax = = = 2m / dtk 2
t 2dtk
m.ax = F – fk
F = m.a + fk
= 10 . 2 + 5
= 25 N

2. m1 = 10 kg
m2 = 20 kg
g = 9,8 m/dt
Berapa a dan T ?

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 32


Fisika Dasar I

Jawab:
massa 1 :
Fx = T = m1 . ax
 Fy = N – W = 0
massa 2 :
Fx = 0
Fy = T – W2 = m2. (-ay)

m1.ax – W2 = - m2.ay
m1.ax + m2.ay = W1 ax = a y
(m1 + m2).a = W2
w2 m2 . g
a= =
m1 + m2 m1 + m2

20kg.9,8m / dtk 2
a=
(10 + 20)kg
a = 6,53 m/dtk2
T = m 1 . ax
= 10kg. 6,53 m/dtk2
= 65,3 N

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 33


Fisika Dasar I
BAB IV
USAHA DAN ENERGI
4.1. U S A H A = Work (W atau KERJA)
Usaha terjadi karena adanya gaya yang dikerjakan terhadap sebuah benda
yang bergerak sehingga gaya mempunyai komponen disepajang garis gerak titik
tangkapnya seperti diperlihatkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Usaha pada benda



Jika suatu gaya F menyebabkan perpindahan sejauh x , maka gaya F melakukan
usaha sebesar W, yaitu

W = F cos  . x (4.1)
 = sudut antara gaya dan perpindahan
SATUAN
BESARAN Satuan Inggris SATUAN MKS SATUAN CGS
Usaha (W) Lb.ft joule Erg
Gaya (F) newton Dyne
− meter Cm
Perpindahan ( x )
1 N.m = 107 dyn.cm
1 joule = 107 erg = 0,7376 lb.ft
Usaha yang dikerjakan oleh banyak Gaya dapat dilihat pada Gambar 4.2,

Gambar 4.2. Gaya dengan perubahan lintasan yang kecil ∆x

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 34


Fisika Dasar I
xf

Sehingga W =  Fx .dx (4.2)


xi

xf

W = Wnet =  (Fx ).dx (4.3)


xi

Jika ada beberapa gaya yang bekerja pada sebuah benda, maka usaha total yang
dilakukan terhadap benda tersebut sebesar : Jumlah usaha yang dilakukan tiap
gaya, atau Usaha yang dilakukan oleh gaya resultan.
➔ Gaya dan perpindahan keduanya positif atau keduanya negatif maka usahanya
positif.
➔ Gaya dan perpindahan salah satunya bernilai negatif maka usahanya negatif.

Contoh Soal 4.1.: Berapakah usaha total yang dikerjakan oleh gaya pada Grafik
di bawah ini!

Usaha oleh Gaya 1 (5 N) dengan ∆xAB (A ke B),


berbentuk segi empat: W1 = 5N. 4m = 20 J
Usaha oleh Gaya 2 dengan ∆xBC (B ke C),
berbentuk segitiga: W2 = 1/2 . (5N).(6-4)m = 5 N
Wnet = 20 J + 5J = 25J
4.1.1. Usaha pegas
Gaya pegas (Hukum Hooke): F = -k. x (4.4)
Gaya pegas adalah selalu berlawanan dengan arah gerak (x= 0 sebagai titik
setimbang, k: konstanta gaya pegas) Lihat Gambar 4.3.
Usaha yang dikerjakan oleh PEGAS:
xf 0 1 2
Ws =  F s .dx =  (−kx)dx = k .xmax (4.5)
xi − x max 2

Ws = 1 k.xi2 − 1 k.x 2f (4.6)


2 2
Energi potensial pegas: Ws = Epi − Ep f (4.7)

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 35


Fisika Dasar I

Gambar 4.3. Gaya pada pegas yang diberi beban benda

Gambar 4.4. Gaya pegas tergantung

Pada Gambar 4.4, Hukum hooke menyatakan Fx = k.x


Gaya gravitasi yang terjadi Fg = m.g sehingga Fx = Fg maka k.x =m.g.
mg Fg
Diperoleh konstanta gaya pegas: k= = (4.8)
x x
Satuan untuk k: N/m
4.1.2. ENERGI KINETIK
Pada Gambar 4.5a diperlihatkan usaha yang dikerjakan oleh benda bergerak,
sehingga diperoleh: W = (F ).d = (m.a).d (4.9)

1 v f − vi
Dari GLBB; d = (vi + v f ).t dan a=
2 t
 v f − vi  1
W = m  . (vi + v f ).t (4.10)
 t  2
1 2 1 2
W = mv f − mvi = E kf − E ki = E k (4.11)
2 2
Persamaan (4.11)dikenal sebagai TEOREMA USAHA_ENERGI

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 36


Fisika Dasar I

Gambar 4.5. a. Usaha pada benda bergerak, b. Usaha karena gaya gesekan

Pada Gambar 4.5b, yang bekerja hanya Gaya Gesekan sebesar –fk = m. ax.
Untuk GLBB: 2 a.d = vf2-vi2 sehingga Usaha gaya gesek:
1 1
Wf k = - f k .d = (m.a x ).d = m.v 2f − m.vi2 (4.12)
2 2
Usaha gaya gesek akan mengurangi usaha total benda yang bergerak sehingga:
W − Wf k = Ek f − Ek i
(4.13)
W − Wf k + Ek i = Ek f

Contoh soal 4.2. Hitung kecepatan akhir dari suatu balok bermassa 6 kg
yangmula-mula diam, ditarik dengan gaya 12N sejauh 3m dan koefisien gesekan
kinetik: 0,15. Lihat Gambar dibawah ini! (g = 9,8m/s2).
Jawaban: W = F. x = (12N). (3m)= 36J
.fk = k.N = k.mg= (0,15)(6kg)(9,8 m/s2)= 8,82N
Wfk = -fk.x = -(8,82N).(3m)= -26,5J
1 1
W − Wf k + Eki = Ek f ➔ W − Wf k + mvi2 = mv 2f
2 2
1
36 − 26,5 J + 0 = (6kg )v 2f ➔ vf = 1,8 m/s
2

4.2. ENERGI POTENSIAL GRAVITASI


Pada Gambar 4.6 diperlihatkan benda di udara dipengaruhi gravitasi maka usaha
yang dikerjakan oleh gaya gravitasi ini adalah:
Wg = w.d = (m.g).d = (-m.g.j). (yf-yi)j = mgyi – mg yf (4.14)
Wg = Epi – Epf = -(Epf-Epi) = - ∆Epg (4.15)

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 37


Fisika Dasar I

Gambar 4.6. Gaya gravitasi


Energi potensial gravitasi tidak dipengaruhi lintasan turunnya benda hanya
tergantung posisi awal dan akhir. Jika pada Gambar 4.6 dikenai gaya P ke atas
maka : Wnet = Wp + Wg = ∆Ek (4.16)
Wnet = Wp - ∆Ep = ∆Ek
Wp = ∆Ek + ∆Ep (4.17)
1 
=  mv 2f − mvi2  + (m.g . y 2 − m.g . y1 )
1
(4.18)
2 2 

4.3. ENERGI MEKANIK


Energi mekanik (Em) adalah jumlah antara energi kinetik dan energi potensial
suatu benda jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, sehingga E m:
Em = E k + E p (4.19)
Tidak ada gaya lain berarti Wp = 0 sehingga Persamaan (4.18) menjadi:
Ek1 + Ep1 = Ek2 + Ep2 (4.20)
Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Jadi energi itu adalah
KEKAL sehingga berlaku HUKUM KEKEKALAN ENERGI MEKANIK

4.4. DAYA
W W dW F .ds
P= = lim = = = F .v (4.21)
t t →0 t dt dt

P = daya ; W = usaha ; t = waktu

Daya termasuk besaran scalar yang dalam satuan MKS mempunyai satuan:

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 38


Fisika Dasar I
1 watt = 1 J/s
Satuan lain ➔ : 1 HP (horse power) = 1 DK (daya kuda) = 1 PK = 746 watt
HP = Horse power ; DK = Daya kuda ; PK = Paarden Kracht
1 Kwh adalah satuan energi besarnya:
1 kWH = (103J/s). (3600s) = 3,6 .106 watt.detik = 3,6 . 106 J

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 39


Fisika Dasar I
BAB V
IMPULS -MOMENTUM
5.1. ASAS IMPULS- MOMENTUM
Partikel bermassa yang bergerak dalam bidang xy mengalami gaya
resultan F yang besar dan arahnya dapat berubah. Kalau kecepatannya masih
dalam batas kecepatan nonrelativistik, dimana massa benda m adalah konstan,
maka berdasarkan hukum kedua Newton pada setiap saat
dv
F =m ➔ Fdt = mdv (5.1)
dt
Kalau V1 adalah kecepatan ketika t = t1 dan V2 kecepatan ketika t = t2 maka
akibatnya
t2 v2

t1
Fdt =  mdv
v1
(5.2)

Bentuk integral di ruas kiri dinamakan impuls (I) gaya F dalam selang waktu t2 -
t1, dan merupakan besaran vektor.
t2
I =  Fdt (5.3)
t1

Integral ini tentulah dapat dihitung hanya apabila gaya diketahui sebagai fungsi
dari waktu. Akan tetapi bentuk integral di ruas kanan selalu memberikan hasil
v2
v1
mdv = mv2 − mv1 (5.4)

Hasil kali sebuah partikel dengan kecepatannyaa dinamakan momentum linier (p)
partikel itu, dan juga merupakan besaran vector : p = mv (5.5)
(Kita katakan hasil kali ini sebagai momentum linier untuk membedakannya
dengan besaran yang mirip yang disebut momentum sudut).
y

Gambar 5.1. Partikel yang bergerak pada bidang xy.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 40


Fisika Dasar I
Maka: I = ∆p (5.6)
Pers.(5.6) sebagai asas impuls-momentum .
Bahwa besar dan arah impuls vector gaya resultan terhadap sebuah partikel, dalam
sembarang selang waktu, sama dengan besar dan arah perubahan vector
momentum partikel yang bersangkutan. Penerapan asas impuls-momentum
terutama berguna pada gaya yang bergerak sejenak saja, misalnya gaya yang
trimbul akibat tumbukan atau ledakan. Gaya seperti ini disebut gaya impuls.
Satuan Impuls➔
System mks → 1 N.s,
system cgs →1 dyn.s
Sistem inggris →1 slug ft s-1
1 kg m s-1 = (1 kg m s-2)s = 1Ns,
Untuk gaya dan kecepatan dalam bidang xy
t2
t1
Fx dt = mvx 2 − mvx1 (5.7)
t2
t1
Fy dt = mv y 2 − mv y1 (5.8)

Untuk suatu gaya yang besar dan arahnya konstan, F dapat kita keluarkan dari
tanda integral persamaan (5-2) dan bila misalnya t1=0 dan t2=t, maka kita peroleh
Ft = mv2 − mv1 (5.9)
Artinya impuls suatu gaya konstan sama dengan hasilkali gaya dan selang waktu
kerja gaya itu. Perubahan vektor momentum akibat kerja gaya semacam ini, (mv 2-
mv1) sama arahnya dengan arah gaya yang bersangkutan dan merupakan
persamaan skalar

Gambar 5.2. Daerah impuls-momentum

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 41


Fisika Dasar I
Impuls komponen suatu gaya, atau impuls suatu gaya yang arahnya
konstan dapat dilukiskan secara grafik dengan memplot gaya dalam arah vertikal
dan waktu dalam arah horisontal terlihat pada Gambar 5.2.
Jika impuls gaya adalah positif, momentum benda terhadap gaya itu
bekerja akan bertambah secara aljabar. Jika impuls negatif, momentum itu akan
berkurang Jika impuls nol, maka momentum tidak berubah.
CONTOH SOAL:
1. Bola golf massanya 200gr dalam keadaan bergerak dengan kecepatan 6 m/dt
dipukul dengan stik. Setelah dipukul bola bergerak dengan kecepatan 4 m/dt
dengan arah berlawanan. Jika stik menempel selama 0,001 dt waktu memukul.
a. Hitung impuls
Hitung gaya
Jawab : Diket : M = 200 gr = 0.2 kg V1 = 6 m/s
V2 = 4 m/s T = 0.001 dt
a. I = m.v 2 −m.v1
= 0.2(-4 (i)) – 0.2 (6(i)) = - 0.8i – 1.2i
I = 2 kg m/s (-i) arah kekiri
b. I = F. t
I
F= = 2.(-i)/0.001 = -2000 N (i) = 2000 N (-i)
t
2. Hitunglah momentum dari sebuah mobil yang bermassa 2 ton bergerak dengan
kecepatan 72 km/jam.
Diket: m = 2 ton = 2000 kg
V = 72 km/jam = 20 m/s
Jawab.
P = m.v
= 2000 . 20 = 4000 kg m/s
3. Pada sebuah mobil bekerja gaya 50 N selama 0,2 s berapakah besar perubahan
momentum yang terjadi?
Diket: F = 50 N
T = 0,2 s
Jawab: I = F. t = 50 . 0,2 = 10Ns

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 42


Fisika Dasar I
5.2. Kekekalan Momentum Linier
Apabila antara dua partikel ada gaya interaksi, maka momentum tiap gaya
akan berubah sebagai akibat gaya yang dikerjakan partikel yang satu terhadap
yang satu lagi. Gaya ini bisa saja berupa gaya gravitasi, gaya listrik, gaya
magnetik atau gaya dari suatu sebab lain, selain itu karena berdasarkan hukum
ketiga Newton – gaya terhadap partikel yang satu selalu sama besarnya dan
berlawanan arahnya dengangaya terhadap partikel yang satu lagi, maka impuls
gaya-gaya itu sama besarnya danberlawanan arahnya. Oleh karena itu ,perubahan
vektor momentum salah satu partikel dalam sembarang selang waktu sama
besarnya dan berlawanan arahnya dengan perubahan vekor momentum partikel
yang lainnya, jadi perubahan netto momentum sistemnya (kedua partikel bersama-
sama) sama dengan nol.
Pasangan gaya aksi-reaksi tersebut merupakan gaya dakhil sistemnya, dan
kita simpulkan bahwa momentum total suatu sistem yang terjadi dari sejumlah
benda tidak dapat diubah oleh gaya-gaya dakhil antara benda-benda itu. Jadi, jika
gaya itu yang bekerja terhadap partikel-partikel sebuah sistem hanyalah gaya
dakhil (artinya jika tidak ada gaya luar) maka besar dan arah momentum total
sistem itu tetap konstan. Inilah yang disebut asas kekekalan momentum linier:
Apabila tidak ada gaya luar bekerja terhadap suatu sistem, besar dan arah
momentum total sistem itu akan tetap konstan.
.momentum awal = momentum akhir ( 5.1)
Asas kekekalan momentum merupakan salah satu asas paling dasar dan
penting dalam mekanika. Ingatlah bahwa asas ini lebih umum sifatnya daripada
asas kekekalan energi mekanik; energi mekanik kekal hanya apabila gaya dakhil
konservatif. Asas kekekalan momentum tetap berlaku bagaimanapun sifat gaya
dakhil.
5.2.1. Tumbukan tak elastik
Hukum kekekalan momentum dari Gambar 5.3 adalah:
.m1v1i + m2v2i = (m1+ m2).v2f ( 5.2)
m1v1i + m2 v2i
vf = ( 5.3)
m1 + m2

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 43


Fisika Dasar I

Gambar 5.3. Tumbukan tak elastik

Ek1i + Ek2i  Ek f
( 5.4)
1 2 1 2 1 2
mv1i + mv2i  mv f
2 2 2
Energi kinetik setelah tumbukan akan berkurang dari energi kinetik sebelum
tumbukan.
5.2.2. Tumbukan elastik
Hukum kekekalan momentum dari Gambar 5.4 adalah:
.m1v1i + m2v2i = m1v1f + m2.v2f ( 5.5)

(5.6)

Gambar 5.4. Tumbukan Elastik sempurna

Dari pers (5.6) maka: (5.7)

Dari Pers (5.5) ......

(5.8)
Relativitas kecepatan pada tumbukan
Dari Pers.(5.5) dan Pers.(5.8) maka diperoleh:

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 44


Fisika Dasar I

(5.9)

(5.10)
5.2.3. Bandul Balistik

Gambar 5.5. Bandul Balistik

Pada Bandul Balistik berlaku:


1
Energi kinetik total: Ek f = (m1 + m2 )v 2f (5.11)
2
m1v1i
v2 i = 0 sehingga vf = (5.12)
m1 + m2
2 2
m1 v1i
Ek f = (5.13)
2(m1 + m2 )
Energi kinetik yang terjadi adalah akan berubah untuk menaikkan bandul setinggi
h sehingga energi yang terbentuk adalah energi potensial.
2 2
m1 v1i
= (m1 + m2 ).gh (5.14)
2(m1 + m2 )

 m + m2 
v1i =  1  2.g .h (5.15)
 m1 
CONTOH SOAL:
a. Seorang anak naik perahu dengan massa perahu 100 kg bergerak dengan
kecepatan 4 m/s massa anak tersebut 40 kg. hitunglah kecepatan perahu jika
a. orang melompat kebelakang dengan kecepatan 4 m/s
b. orang melompat kedepan dengan kecepatan 2 m/s

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 45


Fisika Dasar I
diket : m 1 = 100 kg m 2 = 40 kg v 1 = 4 m/s v2 = 4 m/s
di jawab:
a. v2’ = - 4 m/s
m 1 .v 1 +m2.v2 = m1..v1 + m2 .v2
1 1

100.4 + 40.4 = 100.v 1 + 40.-4

560 = 100 v 1 -160


720
160+560 = 100 v 1 ➔v 1 = = 7,2m / s
100
b. v2’ = 2 m/s
m 1 .v 1 +m2.v2 = m1..v1 + m2 .v2
1 1

100.4 + 40.4 = 100.v 1 + 40.2


560 = 100 v 1 + 80
480
-80+560 = 100 v 1 ➔ v1 = = 4,8m / s
100
b. Dua benda A dan B massanya 2kg dan 3kg saling bertumbukan dengan
kecepatan 10 m/s dan 15 m/s dengan arah yang berlawanan. Jika setelah
tumbukan kecepatan benda A 2 m/s berlawanan dengan arah semula
berapakah kecepatan benda B dan kemana arahnya?.
m1 = 2kg
m2 = 3kg
Diket: v1 = 10m / s
v2 = −15m / s
v1 = −2m / s
1

v2 = ....
1
dit:

. m 1 .v 1 +m2.v2 = m1..v1 + m2 .v2


1 1
jawab:
1
2.10 + 3.(-15) = 2. (-2) + 3. v2
1
20 - 45 = -4+ 3 v2

1 1 1 21
-25 + 4 = 3 v2 ➔ 3 v2 = -21 ➔ v2 = - = -7 m/s
3

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 46


Fisika Dasar I
c. Dua buah benda m1 dan m2 massanya masing-masing 20kg dan 40kg
bergerak lurus saling mendekati, benda 1 bergerak dengan kecepatan 10 m/s
dan benda 2 kecepatannya 4 m/s kemudian kedua benda saling bertumbukan
tentukan kecepatan masing-masing benda setelah: a. tumbukan lenting
sempurna. B. Tumbukan tidak lenting sama sekali dan berapa energi yang
hilang.
Jawab:
Diket.
m1 = 20kg
m2 = 40kg
v1 − v2
1 1
v1 = 10m / s e=- = 1 (persamaan 5.8)
v1 − v2
v2 = 4m / s

(v1 − v2 )
1 1
=1 → − v1 + v2 = 14
1 1
-
10 − (−4)
1 1 1 1
v 2 = 14 + v 1 v 2 -14 = v 1

m 1 .v 1 +m2.v2 = m1..v1 + m2 .v2


1 1

1
20.10 + 40.-4 = 20. v 1 + 40 v 2
1
200 + (- 160) = 20. v 1 + 40 v 2
1
40 = 20. v 1 + 40 v 2
1
40 = 20. v 1 + 40 (14 + v 1 )
40 = 20. v 1 + 560 + 40. v 1

40 –560 = 20. v 1 + 40. v 1


1
v 1 = - 520 : 60 = - 8,6 m/s
1 1
v 2 = 14 + v 1 = 14 – 8,6 = 5,3 m/s
c. Jika Tidak lenting sempurna
m 1 .v 1 +m2.v2 = m1. .v1 + m2 .v2
1 1 1 1 1
v 2 = v1 = v
1 1
40 = 20 v 1 + 40 v 2
1 1
40 = 20 v + 40 v

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 47


Fisika Dasar I
1 1
40 = 60 v ➔ v = 40/60 = 0,6 m/s

1 1
m1 .v1 + m 2 .v 2
2 2
Ek awal =
2 2
1 1
Ek = 20.10 2 + 40. − 4 2 = 1000 + 320 = 1320 joule
2 2
1
Ek akhir = (m1 + m2 )v 2
2
1
= (20 + 40)0,6 2 = 10,8 joule
2
5.3. Momentum 2 Dimensi
Pada Gambar 5.6 digambarkan tumbukan ke arah 2 dimensi maka Pers. Yang
terjadi adalah:

(5.16)

Gambar 5.6. Tumbukan ke arah 2 dimensi

(5.17)

v2 i = 0 sehingga (5.18)

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 48


Fisika Dasar I
BAB VI
MOMEN KELEMBAMAN

6.1. MOMEN KELEMBAMAN Inersia

1. Untuk sistem partikel


I=  m.r 2
(6.1)

I = m1.r1 + m2 .r2 + m3.r3


2 2 2
(6.2)

Gambar 6.1. Sistem partikel

2. Untuk sistem benda tegar pejal/rigid


I =  r 2 dm (6.3)

massa m dm
Kerapatan (rapat massa )  = = = (6.4)
volume v dv
dm =  dv (6.5)
Bentuk teratur v massa homogen

r dv =   r 2 dv
2
I= (6.6)

Momen kelembaman beberapa bentuk geometris:


1. Cincin berdinding tipis hoop

(6.7)

Gambar 6.2. Cincin berdinding tipis 6.3. Tongkat panjang

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 49


Fisika Dasar I
2. Tongkat Panjang

(6.8)

(6.9)
3. Bentuk geometris lain dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Tabel 6.1. Momen Inersia pada bentuk geometris

Radius girasi (k)


Adalah jarak radial dari suatu sumbu yang diketahui dimana massa benda itu
dapat dikonsentrasikan atau dipusatkan tanpa mengubah momen kelembaman
benda yang bersangkutan.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 50


Fisika Dasar I
I = m.k 2 (6.10)

I
k= (6.11)
m

6.2. KINEMATIKA ROTASI


Persamaan Kinematika gerak rotasi analogikan dengan gerak translasi/linier.

(6.12)

(6.13)

(6.14)
Tabel 6.2. Persamaan pada Gerak Linier dan Rotasi

1 1 1 1
Energi Kinetik:Ek = m.v 2 = m(r. ) 2 = (m.r 2 ). 2 = I . 2 (6.15)
2 2 2 2
Usaha/kerja: W=  F .ds =  F .r.d =   .d (6.16)

Daya: P = F.V = F.r. ➔ P = .  (6.17)


Momentum linier p = m.v
Momentum Sudut L = I. (6.18)
v
L = (m.r 2 ) = m.r.v (6.19)
r

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 51


Fisika Dasar I
BAB VII
FLUIDA
Fluida (Zat yang dapat mengalir; Cair & Gas) dibagi menjadi:
1. Hidro Statika; Zat alir yang tidak bergerak
2. Hidrodinamika; Zat alir yang dapat bergerak

7.1. HIDROSTATIKA
Gaya F
Tekanan (P) = =
LuasPermukaan A
Satuan tekanan (P) ; 1 N/m2 = 1 Pa (Pascal)
1 dyne/cm2 = 10-6 bar
1 atm = 14,7 lb/in2 = 1,013 X 103 N/m2
= 1,013 X 106 dyne/cm2 = 760 mmHg
7.1.1. TEKANAN DALAM FLUIDA (CAIR)
Berat (w) = m.g
dw = (  .V ).g
= .A.dy.g = A.g dy (7.2)
P1 = Tekanan pada Y1
P2 = Tekanan pada Y2
H = (Y2-Y1); Perbedaan Ketinggian
P1 = tekanan mutlak pada posisi 1
Gambar 7.1. Tekanan pada fluida
P2-P1= tekanan relatif
Benda dalam kesetimbangan : ∑ Fy = 0 Persamaan (7.2) ke (7.1)
P.A - (P+dp) A - dw = 0 dpA = -.A.g.dy
-dp.A - dw = 0
dp = -. g.dy (7.3)
dp.A = dw (7.1)
dy berkurang (-)→dp bertambah (+)
p1
 dp =  .g.dy (7.4)
p2

P2 – P1 = -  g (Y2 – Y1) (7.5)


Jika P2 = PAtmosfir maka P1 = Pa +  g h (7.6)

7.1.2. Prinsip Pascal :

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 52


Fisika Dasar I
Tekanan yang diberikan pada fluida akan diteruskan ke segala arah sama besar
F1 F
= 2 (7.8)
A1 A 2
m
Kerapatan (Massa Jenis)  =
V
Berat 1 ft3 air = 62,5 lb
62,5
 air = = 1,94 slug / ft 3
32,2

Gambar 7.1. Prinsip pascal massaJenis Bahan


Beratjenis =
MassaJenis Air
P1 = P2 (7.7)

7.1.3.TEKANAN PADA GAS


➔ dp = - . g dy
Pada Gas sempurna :
PV = n R T M = berat molekul
m PM m
PV = R.T ➔ = =
M RT V
maka: tekanan pada gas menjadi

➔ dP = − PM
RT
.g.dy (7.9) ln P − ln PO = −
m.g
(y −yO )
R.T

 dP = − 
PM
RT
.g.dy ln P = ln PO −
m.g.h
R.T
dP M .g
 P = −  RT .dy −
m.g.h
P = PO .e R .T (7.10)

R = Tetapan gas = 0,082. liter .atm = 8,3149 j / mol.0K


mol.O K
T = Suhu dalam 0K
PRINSIP HIDROSTATIKA UNTUK PEMBUATAN ALAT UKUR:
1. MANOMETER TABUNG TERBUKA (Gambar 7.3a.)
P1 = Pa +  g h (7.11)
2. Barometer (Gambar 7.3b.)
Pa =  g (y2-y1) = .g.h (7.12)
 = Massa jenis air raksa

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 53


Fisika Dasar I

Gambar 7.3. a. Manometer Tabung terbuka, b. Barometer

HUKUM ARCHIMEDES

x
P1

h
P2

Gambar 7.4.Gaya pada benda dalam fluida

F = P.A
F2 = P2.A = [ Pa +  g (x+h) ] A (7.13)
F1 = P1 A = [ Pa +  g.x ] A (7.14)
FA = Gaya ke atas = F Archimedes
FA = F2 – F1 =  gh . A = .g V (7.15)
h.A = V = Volume zat cair yang dipindahkan.
FA = m.g = W = berat zat cair yang dipindahkan.
Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya kedalam zat cair akan
mengalami gaya keatas sebesar berat zat cair yang dipindahkan→ Hk. Arcimedes

7.2. DINAMIKA FLUIDA ( HIDRODINAMIKA )


7.2.1. SIFAT ZAT ALIR SEMPURNA
1. Tunak / Steady
2. Tak Konpresible
3. Tak Rotational

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 54


Fisika Dasar I
4. Tak Kental
Garis Alir : Lintasan yang ditempuh unsur Fluida yang sedang bergerak.
7.2.1.1. PERSAMAAN KONTINUITAS
 A1 1 dt =  A2 2 dt (7.16)
A1.1 = A2.2 (7.17)
Debit ( Q )
s V
Q = A. = A. = (7.18)
t t
Dimana :
 : Kerapatan Fluida
Gambar 7.5. Aliran fluida
 : Kecepatan Fluida
A : Luas Penampang Saluran
V : volume cairan
7.2.1.2. Persamaan Bernauli
P1 + .g.y1 + ½ .12 = P2 + .g.y2 + ½ .22 (7.19)
P + .g.y + ½ .2 = Konstan (7.20)

Gambar 7.5. Tekanan pada aliran fluida


Dimana :
P1,2 : Tekanan
g : Percepatan Gravitasi
Y1,2 : Ketinggian fluida dari titik acuan
V = Volume
t = Waktu
S = Jarak

APLIKASI HK. BERNAULLI

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 55


Fisika Dasar I
1. Persamaan Bernaulli ; jika 1 = 2 maka :
P1 – P2 = .g (Y2-Y1) (7.21)
2. Dallil Torricelli / kecepatan Efflux

A2 >> A1 dan V22 << V12 ( V2 = 0 )


Titik 1 sebagai titik acuan maka :
P1 = P2 = P Atmosfir
P1 + .g.y1 + ½ .12 = P2 + .g.y2 + ½ .22
.g (Y2-Y1) = ½ .12
V12 = 2g (y2-y1) (y2-y1) = h

Gambar 7.6. Aliran pada Bak air V1 = 2 gh (7.22)


berlubang

3. Venturimeter = mengukur aliran zat cair

(7.21)
4. Tabung Pilot = Mengukur aliran gas

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 56


Fisika Dasar I
BAB VIII
SUHU DAN KALOR

8.1 Defenisi Suhu/Temperature


Pengertian Sifat Termal Zat.
Sifat termal zat ialah bahwa setiap zat yang menerima ataupun melepaskan
kalor, maka zat tersebut akan mengalami :
- Perubahan suhu / temperatur / derajat panas.
- Perubahan panjang ataupun perubahan volume zat tersebut.
- Perubahan wujud.

Pengukuran Suhu / Temperatur.


Alat untuk mengukur suhu suatu zat disebut TERMOMETER.
Secara umum ada 3 jenis termometer, yaitu :
a. Termometer celcius, mempunyai titik beku air 00
titik didih air 1000
b. Termometer reamur, mempunyai titik beku air 00
titik didih air 800
c. Termometer Fahrenheit, mempunyai titik beku air 320
titik didih air 2120
Dengan demikian dari ketiganya dapat digambarkan skala untuk air sbb :
Titik didih 100 80 212 373

C R F K

Titik beku 0 0 32 273


Jadi 100 bagian C = 80 bagian R = 180 bagian F
0
C & 0R dimulai pada angka nol dan 0F dimulai pada angka 32
Maka C : R : (F-32) = 100 : 80 : 180

C : R : (F-32) = 5 : 4 : 9

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 57


Fisika Dasar I

tR = 4 tC tR = 4 (tF – 32) tF = 9 tC + 32
5 9 5

Selain 3 jenis termometer di atas, derajat panas sering dinyatakan dengan


derajat mutlak atau derajat KELVIN ( 0K )
T = suhu dalam 0K
T = t C + 2730
tC = suhu dalam 0C

8.2 Jenis-Jenis termometer.

a. Termometer alkohol.
Karena air raksa membeku pada – 400 C dan mendidih pada 3600, maka
termometer air raksa hanya dapat dipakai untuk mengukur suhu-suhu
diantara interval tersebut. Untuk suhu-suhu yang lebih rendah dapat
dipakai alkohol (Titik beku – 1300 C) dan pentana (Titik beku – 2000 C)
sebagai zat cairnya.

b. Termoelemen.
Alat ini bekerja atas dasar timbulnya gaya gerak listrik (g.g.l) dari dua
buah sambungan logam bila sambungan tersebut berubah suhunya.

c. Pirometer Optik.
Alat ini dapat dipakai untuk mengukur temperatur yang sangat tinggi.

d. Termometer maksimum-minimum Six Bellani.


Adalah termometer yang dipakai untuk menentukan suhu yang tertinggi
atau terendah dalam suatu waktu tertentu.

e. Termostat.
Alat ini dipakai untuk mendapatkan suhu yang tetap dalam suatu ruangan.

f. Termometer diferensial.
Dipakai untuk menentukan selisih suhu antara dua tempat yang
berdekatan.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 58


Fisika Dasar I
8.3 Pemuaian Zat

Pemuaian panjang.
Bila suatu batang pada suatu suhu tertentu panjangnya Lo, jika suhunya
dinaikkan sebesar t, maka batang tersebut akan bertambah panjang sebesar
L yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
L = Lo .  . t

 = Koefisien muai panjang = koefisien muai linier


didefinisikan sebagai : Bilangan yang menunjukkan berapa cm atau meter
bertambahnya panjang tiap 1 cm atau 1 m suatu batang jika suhunya
dinaikkan 10 C.

Jadi besarnya koefisien muai panjang suatu zat berbeda-beda, tergantung jenis
zatnya.

Jika suatu benda panjang mula-mula pada suhu t0 0C adalah Lo.


Koefisien muai panjang = , kemudian dipanaskan sehingga suhunya menjadi
t1 0C maka :
L = Lo .  . (t1 – t0)
Panjang batang pada suhu t1 0C adalah :
Lt = Lo + L
= Lo + Lo .  . (t1 – t0)
= Lo (1 +  t)

Satuan : Keterangan :
MKS CGS Lt = Panjang benda setelah dipanaskan t 0C
Lo & Lt m cm Lo = Panjang mula-mula.
t 0
C 0
C  = Koefisien muai panjang
 0
C-1 0
C -1 t = Selisih antara suhu akhir dan suhu mula-mula.

Pemuaian Luas.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 59


Fisika Dasar I
Bila suatu lempengan logam (luas Ao) pada t 00, dipanaskan sampai t10, luasnya
akan menjadi At, dan pertambahan luas tersebut adalah :

A = Ao .  t
dan

At = Ao (1 +  t)
t = t1 – t0

 adalah Koefisien muai luas ( = 2 )


Bilangan yang menunjukkan berapa cm2 atau m2 bertambahnya luas tiap
1 cm2 atau m2 suatu benda jika suhunya dinaikkan 1 0C.

Satuan : Keterangan :
MKS CGS At = Luas benda setelah dipanaskan t 0C
Ao & At m2 cm2 Ao = Luas mula-mula.
t 0
C 0
C  = Koefisien muai Luas
 0
C-1 0
C -1 t = Selisih antara suhu akhir dan suhu mula-mula.

Pemuaian Volume
Bila suatu benda berdimensi tiga (mempunyai volume) mula-mula volumenya
Vo pada suhu to, dipanaskan sampai t1 0, volumenya akan menjadi Vt, dan

Vadalah
pertambahan volumenya = Vo :.  t
dan
Vt = Vo (1 +  t) t = t1 – t0

 adalah Koefisien muai Volume ( = 3 )


Bilangan yang menunjukkan berapa cm3 atau m3 bertambahnya volume
tiap-tiap 1 cm3 atau 1 m3 suatu benda jika suhunya dinaikkan 1 0C.

Satuan : Keterangan :
MKS CGS Vt = Volume benda setelah dipanaskan t 0C
Vo & Vt m3 cm3 Vo = Volume mula-mula.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 60


Fisika Dasar I
t 0
C 0
C  = Koefisien muai ruang
 0
C-1 0
C -1 t = Selisih antara suhu akhir dan suhu mula-mula.

Namun tidak semua benda menurut hukum pemuaian ini, misalnya air.
Didalam interval 00- 40 C air akan berkurang volumenya bila dipanaskan, tetapi
setelah mencapai 40 C volume air akan bertambah (Seperti pada benda-benda
lainnya). Hal tersebut diatas disebut ANOMALI AIR.
Jadi pada 40 C air mempunyai volume terkecil, dan karena massa benda
selalu tetap jika dipanaskan maka pada 4 0 C tersebut air mempunyai massa
jenis terbesar.

Massa Jenis.
Misalkan :
➢ Vo dan o berturut-turut adalah volume dan massa jenis benda sebelum
dipanaskan.
➢ Vt dan t berturut-turut adalah volume dan massa jenis benda setelah
dipanaskan.
➢ m adalah massa banda.

o = m Vt = Vo (1 +  t )
Vo

t = γo
t = m t = m
1 + γ Δt
Vt Vo (1 + γ Δ t)

8.4 Pemuaian Gas.


Kita tinjau sejumlah gas bermassa m, bertekanan P, bertemperatur T dan
berada dalam ruang tertutup yang bervolume V.
Dari percobaan-percobaan gas tersebut dapat menunjukkan hal-hal sebagai
berikut :

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 61


Fisika Dasar I
a. Untuk sejumlah gas bermassa tertentu, pada tekanan tetap, ternyata
volumenya sebanding dengan temperatur mutlaknya atau dikenal
dengan HUKUM GAY LUSSAC dan proses ini disebut dengan proses
ISOBARIK.

V=C.T V
=C
Atau T

V1 = V 2
Jadi pada TEKANAN TETAP berlaku : T1 T2

b. Untuk sejumlah gas bermassa tertentu, pada temperatur konstan, ternyata


tekanan gas berbanding terbalik dengan volumenya atau dikenal dengan
HUKUM BOYLE dan proses ini disebut dengan proses ISOTERMIS.

C
P= atau
V P.V = C

Jadi pada TEMPERATUR TETAP berlaku : P1 V1 = P2 V2

c. Selain itu gas dapat diekspansikan pada volume tetap dan prosesnya
disebut dengan proses ISOKHORIS atau dikatakan tekanan gas
sebanding dengan temperatur mutlaknya.

P=C.T P =C
Atau T

P1 = P2
Jadi pada VOLUME TETAP berlaku : T1 T 2

Kesimpulan : Dari kenyataan-kenyataan di atas maka untuk gas bermassa tertentu


dapat dituliskan dalam bentuk

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 62


Fisika Dasar I
P V = Konstan P1 V1 = P2 V2
T Atau T1 T2

Dan persamaan di atas disebut :

BOYLE – GAY LUSSAC

8.5 Kalor
Kalor dikenal sebagai bentuk energi yaitu energi panas dengan notasi Q

Satuan Kalor :
Satuan kalor adalah kalori (kal) atau kilo kalori (k kal)
1 kalori/kilo kalori adalah : jumlah kalor yang diterima/dilepaskan oleh 1 gram/1
kg air untuk menaikkan/menurunkan suhunya 10 C.

Kesetaraan antara satuan kalor dan satuan energi.


Kesetaraan satuan kalor dan energi mekanik ini ditentukan oleh
PERCOBAAN JOULE.

1 kalori = 4,2 joule 1 joule = 0,24 kal


atau
Harga perbandingan di atas disebut TARA KALOR MEKANIK.

Kapasitas kalor atau Harga air / Nilai air (H)


Kapasitas kalor suatu zat ialah banyaknya kalor yang diserap/dilepaskan
untuk menaikkan/menurunkan suhu 10 C
Jika kapasitas kalor/Nilai air = H maka untuk menaikkan/menurunkan
suhu suatu zat sebesar t diperlukan kalor sebesar :

Q = H . t

Q dalam satuan k kal atau kal


H dalam satuan k kal / 0C atau kal / 0C

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 63


Fisika Dasar I
t dalam satuan 0C

Kalor Jenis (c)


Kalor jenis suatu zat ialah : banyaknya kalor yang diterima/dilepas untuk
menaikkan/menurunkan suhu 1 satuan massa zat sebesar 1 0 C.
Jika kalor jenis suatu zat = c, maka untuk menaikkan/menurunkan suatu
zat bermassa m, sebesar t 0C, kalor yang diperlukan/dilepaskan sebesar :

Q = m . c . t

Q dalam satuan k kal atau kal


m dalam satuan kg atau g
c dalam satuan k kal/kg 0C atau kal/g 0C
t dalam satuan 0C

Dari persamaan di atas dapat ditarik suatu hubungan :


H . t = m . c . t
H=m.c

Perubahan wujud.
Semua zat yang ada di bumi ini terdiri dari 3 tingkat wujud yaitu :
- tingkat wujud padat
- tingkat wujud cair
- tingkat wujud gas

Kalor Laten (L)


Kalor laten suatu zat ialah kalor yang dibutuhkan untuk merubah satu
satuan massa zat dari suatu tingkat wujud ke tingkat wujud yang lain pada suhu
dan tekanan yang tetap.
Jika kalor laten = L, maka untuk merubah suatu zat bermassa m seluruhnya ke
tingkat wujud yang lain diperlukan kalor sebesar :

Q=m.L
Dimana :

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 64


Fisika Dasar I
Q dalam kalori atau k kal
m dalam gram atau kg
L dalam kal/g atau k kal/kg
- Kalor lebur ialah kalor laten pada perubahan tingkat wujud padat menjadi
cair pada titik leburnya.
- Kalor beku ialah kalor laten pada perubahan tingkat wujud cair menjadi
padat pada titik bekunya.
- Kalor didih (kalor uap) ialah kalor laten pada perubahan tingkat wujud cair
menjadi tingkat wujud uap pada titik didihnya.
Dibawah ini akan digambarkan dan diuraikan perubahan wujud air (H2O) dari fase
padat, cair dan gas yang pada prinsipnya proses ini juga dijumpai pada lain-lain
zat.

suhu

100o C

0o C

Waktu
Gambar 8.1.Grafik Perubahan Wujud Air

I. Di bawah suhu 00 C air berbentuk es (padat) dan dengan pemberian


kalor suhunya akan naik sampai 00 C. (a-b) Panas yang diperlukan untuk
menaikkan suhu es pada fase ini adalah :

Q = m x ces x t
II. Tepat pada suhu 00 C, es mulai ada yang mencair dan dengan
pemberian kalor suhunya tidak akan berubah (b-c). Proses pada b-c disebut
proses MELEBUR (perubahan fase dari padat menjadi cair).
Panas yang diperlukan untuk proses ini adalah :

Q = m . Kl Kl = Kalor lebur es.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 65


Fisika Dasar I

III. Setelah semua es menjadi cair, dengan penambahan kalor suhu air
akan naik lagi (c-d)
Proses untuk merubah suhu pada fase ini membutuhkan panas sebesar :

Q = m . cair . t

Pada proses c-d waktu yang diperlukan lebih lama daripada proses a-b,
karena kalor jenis air (cair) lebih besar daripada kalor jenis es (ces).

IV. Setelah suhu air mencapai 1000 C, sebagian air akan berubah menjadi uap
air dan dengan pemberian kalor suhunya tidak berubah (d-e). Proses d-e
adalah proses MENDIDIH (Perubahan fase cair ke uap).
Panas yang dibutuhkan untuk proses tersebut adalah :

Q = m . Kd
Kd = Kalor didih air.
Suhu 1000 C disebut TITIK DIDIH AIR.

V. Setelah semua air menjadi uap air, suhu uap air dapat ditingkatkan lagi
dengan pemberian panas (e-f) dan besarnya yang dibutuhkan :

Q = m . cgas . t

Proses dari a s/d f sebenarnya dapat dibalik dari f ke a, hanya saja pada proses
dari f ke a benda harus mengeluarkan panasnya.
➢ Proses e-d disebut proses MENGEMBUN (Perubahan fase uap ke cair)
➢ Proses c-b disebut MEMBEKU (Perubahan fase dari cair ke padat).

Besarnya kalor lebur = kalor beku

Pada keadaan tertentu (suhu dan tekanan yang cocok) sesuatu zat dapat langsung
berubah fase dari padat ke gas tanpa melewati fase cair. Proses ini disebut sebagai
SUBLIMASI.
Contoh pada kapur barus, es kering, dll. Pada proses perubahan fase-fase di atas
dapat disimpulkan bahwa selama proses, suhu zat tidak berubah karena panas
yang diterima/dilepas selama proses berlangsung dipergunakan seluruhnya untuk
merubah wujudnya.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 66


Fisika Dasar I

8.6 Hukum Kekekalan Energi Panas (Kalor)


Jika 2 macam zat pada tekanan yang sama, suhunya berbeda jika dicampur
maka : zat yang bersuhu tinggi akan melepaskan kalor, sedangkan zat yang
bersuhu lebih rendah akan menyerap kalor.

Jadi berlaku : Kalor yang diserap = kalor yang dilepaskan

Pernyataan di atas disebut “Asas Black” yang biasanya digunakan dalam


kalorimeter, yaitu alat pengukur kalor jenis zat.

Rambatan Kalor.
Panas dapat dipindahkan dengan 3 macam cara, antara lain :
a. Secara konduksi (Hantaran)
b. Secara konveksi (Aliran)
c. Secara Radiasi (Pancaran)

a. KONDUKSI.
Pada peristiwa konduksi, atom-atom zat yang memindahkan panas tidak
berpindah tempat tetapi hanya bergetar saja sehingga menumbuk atom-atom
disebelahnya, (Misalkan terdapat pada zat padat) Banyaknya panas per satuan
waktu yang dihantarkan oleh sebuah batang yang panjangnya L, luas
penampang A dan perbedaan suhu antara ujung-ujungnya t, adalah :

H = k . A . t
L

k adalah koefisien konduksi panas dari bahan dan besarnya tergantung dari
macam bahan.
Bila k makin besar, benda adalah konduktor panas yang baik.

Bila k makin kecil, benda adalah isolator panas.

b. KONVEKSI.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 67


Fisika Dasar I
Pada peristiwa ini partikel-partikel zat yang memindahkan panas ikut
bergerak. Kalor yang merambat per satuan waktu adalah :

H = h . A . t
h = koefisien konveksi
misalkan pada zat cair dan gas.

c. RADIASI.
Adalah pemindahan panas melalui radiasi energi gelombang elektromagnetik.
Energi panas tersebut dipancarkan dengan kecepatan yang sama dengan
gelombang-gelombang elektromagnetik lain di ruang hampa (3 x 108 m/det)
Banyaknya panas yang dipancarkan per satuan waktu menurut Stefan
Boltzman adalah :

W = e .  . TW
4 = Intensitas radiasi yang dipancarkan per satuan luas,
dinyatakan dalam : J/m2.det atau watt/m2
e = Emisivitas (Daya pancaran) permukaan
–8 watt
 = Konstanta umum = 5,672 x 10
m (K)
2 4

T = Suhu mutlak benda

Besarnya harga e tergantung pada macam permukaan benda 0  e  1

e=1 - Permukaan hitam sempurna (black body)


- Sebagai pemancar panas ideal.
- Sebagai penyerap panas yang baik.
- Sebagai pemantul panas yang jelek.

e=0
- Terdapat pada permukaan yang lebih halus.
- Sebagai pemancar panas yang jelek.
- Sebagai penyerap panas yang jelek.
- Sebagai pemantul yang baik.
Botol thermos dibuat dengan dinding rangkap dua dan diantaranya
terdapat ruang hampa serta dinding-dindingnya dilapisi dengan perak,
maksudnya adalah :

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 68


Fisika Dasar I
*Karena adanya ruang hampa tersebut, praktis pemindahan panas lewat konduksi
dan konveksi tidak terjadi.
*Lapisan mengkilap dari perak dimaksudkan untuk memperkecil terjadinya
pemindahan panas secara radiasi. (Permukaan mengkilap e = 0)

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 69


Fisika Dasar I

DAFTAR PUSTAKA

1. F.W. Sears and M.W. Zemansky, “Fisika untuk Universitas 1: Mekanika,


Panas dan Bunyi“, Bina Cipta Jakarta, September 1994.
2. S. Andri, “Diktat Fisika Dasar I“, Cilegon, Juli 2002.
3. Schaum,“Seri Soal dan Penyelesaian“, Mac-Graw Hill, Britain, 1986.
4. Sutrisno,“Fisika Dasar: Termofisika“, ITB Bandung, 1986.
5. Sutrisno,“Fisika Dasar: Mekanika“, ITB Bandung, 1986.

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Page 70

Anda mungkin juga menyukai