Diktat Fisika 1 Rev 2022
Diktat Fisika 1 Rev 2022
FISIKA DASAR 1
Disusun Oleh:
Dr. Irma Saraswati, S.Si.,MT.
Andri Suherman, Drs., Msi.
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2022
Fisika Dasar I
LEMBAR PENGESAHAN
DIKTAT KULIAH
Mengetahui
Dekan
DAFTAR ISI
COVER i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
KATA PENGANTAR viii
BAB 1 BESARAN dan SISTEM SATUAN 1
1.1 Besaran Pokok 1
1.2 Besaran Turunan 2
1.3 Sistem Satuan Britania (Britis Sistem)/ Sistem Inggris 5
1.3.1 Besaran Turunan 5
1.3.2 Besaran Pokok 5
1.4 Besaran Skalar dan Besaran Vektor 6
BAB II KINEMATIKA 15
2.1 Gerak Lurus 15
2.1.1 Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) 16
2.1.2 Gerak yang Dipengaruhi oleh Percepatan Graviitasi 17
2.2 Gerak Parabola 18
2.3 Gerak Melingkar 21
BAB III HUKUM NEWTON TENTANG GAYA 23
3.1 Hukum Newton 1 Untuk Kesetimbangan (Statika) 23
3.2 Hukum Newton II 24
3.3 Hukum Newton III 25
BAB IV Usaha dan Energi 34
4.1 Usaha = Work (W atau Kerja) 34
4.1.1 Usaha Pegas 35
4.1.2 Energi Kinetik 36
4.2 Energi Potensial Gravitasi 37
4.3 Energi Mekanik 38
4.4 Daya 38
BAB V IMPULS - MOMENTUM 40
5.1 Asas Impuls-Momentum 40
5.2 Kekekalan Momentum Linier 42
5.2.1 Tumbukan tidak Elastik 43
5.2.2 Tumbuka Elastik 44
5.2.3 Bandul Bailistik 45
5.3 Momentum 2 Dimensi 48
BAB VI MOMEN KELEMBAMAN 49
6.1 Momen Kelembaman 49
6.2 Kinematika Rotasi 51
BAB VII FLUIDA 52
7.1 Hidrostatika 52
7.1.1 Tekanan Dalam Fluida (Cair) 52
7.1.2 Prinsip Pascal 53
7.1.3 Tekanan pada Pegas 53
7.2 Dinamika Fluida 54
7.2.1 Sifat Zat Alir Sempurrna 54
7.2.1.1 Persamaan Kontinuitas 55
7.2.1.2. Persamaan Bernouli 55
BAB VIII SUHU DAN KALOR 57
8.1 Defenisi Suhu/Temperatur 57
8.2 Jenis-Jenis Termometer 58
8.3 Pemuaian Zat 59
8.4 Pemuaian Gas 61
8.5 Kalor 63
8.6 Hukum Kekekalan Energi Panas (Kalor) 67
BAB IX Pengantar Thermodinamika
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Besaran Pokok 1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Simbol Vektor 7
Gambar 3.5 Gaya Aksi Reaksi anara a. Bumi dan Bulan, n. Benda yang 25
Digantung
Gambar 3.6 Benda yang Dikenai Gaya Tarik 25
Gambar 3.7 Momen Gaya a. Sudut θ, b. Sudut 90º, c. Kopel 27
Gambar 3.8 Arah Momen Gaya 27
Gambar 4.1 Usaha pada Benda 34
Gambar 4.2 Gaya dengan perubahan lintasan yang kecil Δx 34
Gambar 4.3 Gaya pada Pegas yang Diberi Beban Benda 35
Gambar 4.4 Gaya Pegas Tergantung 35
Gambar 4.5 a. Usaha pada Benda Bergerak,b. Usaha karena Gaya 37
Gesekan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya serta sholawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan Bahan Ajar Mata Kuliah
Fisika Dasar I ini yang berisi materi-materi: Mekanika, Panas dan
Termodinamika. Buku ini hanya memberikan pokok dari masing-masing materi
sehingga mahasiswa perlu membaca buku referensi lain yang diarahkan oleh
dosen yang mengajar.
Semoga buku ini dapat bermanfaat secara ilmu pengetahuan baik untuk
para mahasiswa umumnya dan mahasiswa FT Untirta khususnya. Penulis yakin
bahwa penulisan ini kurang dari sempurna sehingga sangat diperlukan saran dan
kritik dari semua pihak.
Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan
diktat ini. Terima kasih untuk Bpk Untung Mardono dan Daiyan Uthsa Rafif atas
semua waktu dan dukungannya serta untuk mahasiswa Teknik Industri atas semua
masukkannya.
Penulis
BAB I
BESARAN dan SISTEM SATUAN
Contoh :
1. P = F . V
daya = gaya x kecepatan.
M L2 T-3 = ( M L T-2 ) ( L T-1 )
M L-2 T-3 = M L2 T-3
2. F = m . a
gaya = massa x percepatan
M L T-2 = ( M ) ( L T-2 )
M L T-2 = M L T-2
Contoh : 1000 m = 1 Km
106 Volt = 1 M Volt = 1 Mv
10-6 m = 1 m
1 menit = 60 sekon 1 hari = 24 jam = 24x 60 x 60 s = 86.400 s
1 jam = 60 menit = 60 x 60 sekon = 3600 s
Penghubung W = m.g
Diket : W = Berat/gaya
m = massa
g = percepatan grafitasi bumi
Contoh :
1. Tentukan 1 Lb = ……N
1 Lb = 0,4536 Kg
g = 9,806 m/dtk2
W = m . g = (0,4536) (9,806) = 4,448 N
2. 1 PSI = ……..N/m2
1 Lb/inchi2 = 4,448 / (0,0254)2 N/m2
3. 1 BTU = ……. Nm
1 BTU = British Thermal Unit
1 BTU = 778 Lb ft = (778) (4,448) (12) (0,0254) Nm
= 1.054,774 Nm
Vektor A
Harga
Notasi Vektor
Secara grafis vektor dapat dilukiskan sebagai sebuah anak panah. Panjang
anak panah menunjukkan nilai atau besar vektor dan anak panah menunjukkan
arah vektor.
→ −
Vektor F di tulis : F atau F
−
Besar vektor F ditulis / F / atau F
Contoh :
Vektor A : Harga I A I
= 6 satuan arah ke kiri
1 2 3 4 5 6
1. A = B, jika kedua vektor tersebut mempunyai panjang dan arah yang sama.
− −
2. − A adalah vektor yang panjangnya sama dengan panjang A tetapi arahnya
−
berlawanan dengan arah A .
− −
3. Jika k. A adalah vektor yang panjangnya k kali panjang A , dengan arah yang
− −
sama dengan A jika k positif. Dan berlawanan dengan A jika k negatif.
− − −
/ R/ / A/ / B/
arahnya : = =
sin sin 2 sin 1
C. Keadaan istimewa
• Dua vektor yang membentuk sudut 0 o
vY
−
v X v
/ / = / A/ + /B /
Arahnya Resultan sama dengan arah kedua vector
−
Arahnya R sama dengan arah vektor A
− − − − −
/ R / = / B / - / A / jika / A / < / B /
−
Arahnya R sama dengan arah vektor B
• Dua vektor yang saling tegak lurus.
− − −
/R/ = / A/ 2 + / B / 2
−
− /B/
arah R : tg = −
/ A/
D. Penguraian sebuah vektor.
/ v X / = / v / cos
/ vY / = / v / sin
/v / = / v X / 2 + / vY / 2
2. Cara polygon
Besaran vektor A
A = / AX / 2 + / AY / 2 + / AZ / 2
dan i , j , k masing-masing vektor satuan pada sumbu x, y dan z
Vektor Satuan.
Vektor-vektor i, j dan k disebut vektor satuan karena besar ketiga
vektor ini sama dengan 1.
/ i / = / j / = / k / = 1
Dalam fisika misalnya, gaya ( F ), perpindahan (x) dan kerja (W) maka :
_ _
W = F • x = / F / • / x / cos
Catatan : A x B B x A ---------
[A x B ]= - [B x A ]
Contoh besaran fisika yang merupakan hasil perkalian vektor adalah : luas,
momen gaya dan gaya Lorentz.
CROSS PRODUCT
Sejenis Tak Sejenis
i x i = i • i sin 0o Untuk mendapatkan hasil perkaliannya
=(1)•(1) (0) dapat digunakan diagram berikut ini.
= 0
Perjanjiaan tanda :
- Untuk putaran berlawanan arah jarum
jam, tanda POSITIF.
- Searah jarum jam NEGATIF.
i x j = i . j sin 90 = k k x i = k . i sin 90 = j
j x i = j . i sin 270 = - k i x k = i . k sin 270 = - j
BAB II
KINEMATIKA
2. Percepatan : a
_
v v 2 − v1
a. Percepatan rata rata: a : ➔ a= = (2.4)
t t 2 − t1
_ v − v0 v − v0
a= ➔ t= atau v = v0 + at (2.5)
t −0 a
Gambar 2.1. Lintasan gerak lurus Gambar 2.2. Grafik pada GLBB
v0 + v v − v0 v 2 − v02
Atau Pers.(2.2) menjadi x= x = atau
2 a 2a
Vy = - g . t (2.10)
Dan Pers. (2.8) menjadi y= v0.t +1/2 g.t2
Y = - ½ g . t² (2.11)
Tanda negatif menyatakan arahnya ke bawah.
2. Gerak Vertikal kebawah dengan Vo. Pers. (2.5) dan pers.(2.8) menjadi:
Vy = Vo + g . t (2.12)
Y = Vo . t + ½ g . t². (2.13)
3. Gerak Vertikal keatas tanpa Vo. Pers. (2.5) dan pers.(2.8) menjadi:
Vy = Vo – g . t (2.14)
Y = Vo.t – ½ g. t² (2.15)
CONTOH SOAL:
1. Sebuah kereta api dari keadaan diam bergerak dari stasiun dan selama 10 dt
percepatannya 4 Ft/dt². kereta itu bergerak dgn kecepatan konstan selama 30 detik
(keadaan 2) lalu diperlambat dgn 8 ft/dt² sanpai berhenti distasiun berikutnya.
berapa jarak total yang ditempuh kereta (keadaan 3 )
Jawab:
keadaan 1
Vo = 0
X = Vo.t + ½ a. t²
X = ½ .4 . 100
X1 = 200
Keadaan 2
V = konstan
V = a.t = 4 . 10 = 40
X2 = V.t = 1200 ft
Keadaan 3
V =0
a = - 8 ft/dt²
V² = Vo² + 2 ax
0 = Vo² + 2 ax
Vo² = -2 ax
X = Vo²/ -2a = 100 ft
X total = X1 + X2 + X3
= 200 + 1200 + 100
= 1500 ft
3. Percepatan sudut = α
2 − 1
a. Percepatan sudut rata-rata ➔ 12 = = (2.26)
t 2 − t1 t
d
b. Percepatan sudut sesaat ➔ = (2.27)
dt
Relasi antara besaran linier dan besaran sudut:
Jika pers. (2.23) S = R. di turunkan terhadap waktu:
ds d
= R. ➔ v = R. (2.28)
dt dt
dv d
= R. ➔ aT = R. (2.29)
dt dt
Pers. (2.29) disebut sebagai percepatan tangensial yang merupakan percepatan
yang selalu menyinggung sisi luar lintasan gerak melingkar dan Pers. (3.2)
v2
menjadi: aN = = 2 .r = .v (2.30)
r
BAB III
HUKUM NEWTON TENTANG GAYA
F3 F2
F1
A
F4
F6
F5
Fi = F
i =1
1 + F2 + F3 ………..= 0 Maka benda A diam /bergerak lurus beraturan
Fi
i =1
x=0
Keseimbangan Translasi 2-D
m
Fj
j =1
y=0
Fi x = 0
i =1
Fj y = 0
j =1
Fk z = 0
k =1
Gambar 3.4. a. Balok yang di tarik, b. Diagram gaya yang bekerja pada Balok
FA = -FB
Gaya Aksi-Reaksi ➔ (3.4)
Gaya Reaksi = T
F= m . g
a. b.
Gambar 3.5. Gaya Aksi reaksi antara a. Bumi dan Bulan, b. Benda yang digantung
1) Gaya Gravitasi (Fg) adalah gaya dimana Bumi, bulan dan benda padat
lainnya menarik benda lain kearahnya. Gaya berat W adalah berat suatu benda
yang bermassa m dan dipengaruhi percepatan gravitasi bumi g. arahnya
mengarah ke pusat bumi/tanah.
W = m. g (3.5)
2) Gaya Normal (N) adalah gaya penyangga yang diberikan pada suatu benda
saat benda tersebut kontak dengan benda lainnya. Contohnya jika sebuah buku
ditempatkan pada suatu permukaan maka permukaan tersebut akan
memberikan gaya pada buku untuk menyangga berat buku tersebut. Arahnya
tegak lurus permukaan benda
3) Gaya Gesek (f) adalah gaya yang diberikan oleh suatu permukaan pada suatu
benda yang bergerak melintasnya atau pada benda yang akan melakukan
upaya atau usaha untuk bergerak melintasi permukaan tersebut. Contohnya,
jika buku melintasi permukan suatu meja maka meja itu akan memberikan
gaya gesek dengan arah berlawanan dengan arah gerak buku tersebut.
Pada saat benda diam maka: Fs < s.N (3.6)
Pada saat benda akan bergerak: Fs = s.N (3.7)
Pada saat benda bergerak: Fk = k.N (3.8)
s = koefisien gesekan statis k = koefisien gesekan kinetis
Catatan :
1) Gaya reaksi timbul karena adanya gaya reaksi
2) Gaya adalah besaran fisis untuk menggerakan benda kearah translasi
3) Momen gaya adalah besaran fisis untuk menggerakan benda kearah rotasi
5). Momen gaya ( = Tau)
= F d = F.d .sin (3.9)
a. b.
F
c.
Gambar 3.7. Momen Gaya a. Sudut , b. sudut 900, c. kopel
Sepasang momen gaya yang sama harganya dan berlawanan arah disebut kopel
Perjanjian Arah Momen Gaya
Arah jarum jam
F
F
+
0 -
Contoh soal-soal :
1) Kesetimbangan Translasi
T1, T2, T3 tegangan tali sebagai gaya reaksi dari berat benda yang masanya 200
Kg. Tentukan T1, T2, T3
600 TB
T2
T1
m = 200 kg A
w = m .g (200)(9,8) N = 1960
Penyelesaian :
Referensi 1 titik A
T1
2
F Fj y = T1 − W = 0
j=1
A
T1 = W = 1960 N
W = 1960 N
Referensi 2 Titik B
Y
T3
Tay
T3
600 Tay
Tax T2
L
T1
Tax
Fix = T
i =1
2 − Tax = 0
2
j= i
Fjy = Tay − T1 = 0
1 = 4m
2 = 6m
F2 = 150 N
F1 = 100 N
3) Contoh 3
2m
1m
3m 3m
F3.....?
F1 = 10 N
F2 = 20 N
F4 = 25 N
τi = 0
i =1
1 + 2 + 3 + 4 = 0
A B
450
TB
600 450 900
TA X
A B TC
X
C
W = 200 N W = 200 N
Jawaban soal 4A :
Fx = 0
T1 Cos 300 – T2 Cos 450 = 0
1 1
T1 + T2 2
2 2
3
T2 = T1
2
Fy = 0
T1 Sin 300 + T2 Sin 450 = 0
1 1
T1 + T2 2 - 200 = 0
2 2
1 3 1 1
T1 + 2 = 200 ➔ 3 T1 = 200
2 2 2 4
800
T1 = 3N
3
3 800
T2 = x 3N
2 3
T2 = 400 2 N
800
Jadi: T1 = 3 N , T2 = 400 2 N, T3 = 200 N
3
Jawaban Soal 4B
Fx = 0
TA – TB Cos 450 = 0
TA = TB Cos 450
1
TA = 2 TB
2
Fy = 0
TB sin 450 – TC = 0
1
2 TB = 200
2
TB = 200 2 N
1
TA = 2 x 200 2 ➔ TA = 200 N
2
Jadi: TA = 200 N, TB = 200 2 N TC = 200 N
Contoh 5 :
Tentukan :
a. Gaya tegangan kabel T1
b. Tentukan komponen gaya horizontal dan komponen gaya vertikal yang
bekerja terhadap balok penopang di dinding
T1
6m 10 m
8m
4m
W = 60 N
W = 40 N
Jawab :
a. = 0
1
W. AB + 60 . AB – T Sin . AB = 0
2
1 6
40 ( ) (8) + (60) (8) – T ( ) (8) = 0
2 10
48
T = 640
10
T = 133,3 N
b. Horizontal Fx = 0
H – T Cos = 0
8
H = 133,3 ( )
10
H = 106,02 N
Vertikal
Fy = 0
V + T Sin - W – 60 N = 0
6
V + 133,3 ( ) – 40 – 60 = 0 ➔V = 20,02 N
10
1. Berapa gaya F agar benda pada Gambar di bawah ini bergerak 4 m/dt selama 2
dt dari keadaan diam?
g = 9,8 m/dt , m = 10 kg , fk = 5 N
Jawab:
Fy = N – W = m . ay = 0
Fx = m . ax = T- fk
v 2 − v1 4 − 0
ax = = = 2m / dtk 2
t 2dtk
m.ax = F – fk
F = m.a + fk
= 10 . 2 + 5
= 25 N
2. m1 = 10 kg
m2 = 20 kg
g = 9,8 m/dt
Berapa a dan T ?
Jawab:
massa 1 :
Fx = T = m1 . ax
Fy = N – W = 0
massa 2 :
Fx = 0
Fy = T – W2 = m2. (-ay)
m1.ax – W2 = - m2.ay
m1.ax + m2.ay = W1 ax = a y
(m1 + m2).a = W2
w2 m2 . g
a= =
m1 + m2 m1 + m2
20kg.9,8m / dtk 2
a=
(10 + 20)kg
a = 6,53 m/dtk2
T = m 1 . ax
= 10kg. 6,53 m/dtk2
= 65,3 N
xf
Jika ada beberapa gaya yang bekerja pada sebuah benda, maka usaha total yang
dilakukan terhadap benda tersebut sebesar : Jumlah usaha yang dilakukan tiap
gaya, atau Usaha yang dilakukan oleh gaya resultan.
➔ Gaya dan perpindahan keduanya positif atau keduanya negatif maka usahanya
positif.
➔ Gaya dan perpindahan salah satunya bernilai negatif maka usahanya negatif.
Contoh Soal 4.1.: Berapakah usaha total yang dikerjakan oleh gaya pada Grafik
di bawah ini!
1 v f − vi
Dari GLBB; d = (vi + v f ).t dan a=
2 t
v f − vi 1
W = m . (vi + v f ).t (4.10)
t 2
1 2 1 2
W = mv f − mvi = E kf − E ki = E k (4.11)
2 2
Persamaan (4.11)dikenal sebagai TEOREMA USAHA_ENERGI
Gambar 4.5. a. Usaha pada benda bergerak, b. Usaha karena gaya gesekan
Pada Gambar 4.5b, yang bekerja hanya Gaya Gesekan sebesar –fk = m. ax.
Untuk GLBB: 2 a.d = vf2-vi2 sehingga Usaha gaya gesek:
1 1
Wf k = - f k .d = (m.a x ).d = m.v 2f − m.vi2 (4.12)
2 2
Usaha gaya gesek akan mengurangi usaha total benda yang bergerak sehingga:
W − Wf k = Ek f − Ek i
(4.13)
W − Wf k + Ek i = Ek f
Contoh soal 4.2. Hitung kecepatan akhir dari suatu balok bermassa 6 kg
yangmula-mula diam, ditarik dengan gaya 12N sejauh 3m dan koefisien gesekan
kinetik: 0,15. Lihat Gambar dibawah ini! (g = 9,8m/s2).
Jawaban: W = F. x = (12N). (3m)= 36J
.fk = k.N = k.mg= (0,15)(6kg)(9,8 m/s2)= 8,82N
Wfk = -fk.x = -(8,82N).(3m)= -26,5J
1 1
W − Wf k + Eki = Ek f ➔ W − Wf k + mvi2 = mv 2f
2 2
1
36 − 26,5 J + 0 = (6kg )v 2f ➔ vf = 1,8 m/s
2
4.4. DAYA
W W dW F .ds
P= = lim = = = F .v (4.21)
t t →0 t dt dt
Daya termasuk besaran scalar yang dalam satuan MKS mempunyai satuan:
Bentuk integral di ruas kiri dinamakan impuls (I) gaya F dalam selang waktu t2 -
t1, dan merupakan besaran vektor.
t2
I = Fdt (5.3)
t1
Integral ini tentulah dapat dihitung hanya apabila gaya diketahui sebagai fungsi
dari waktu. Akan tetapi bentuk integral di ruas kanan selalu memberikan hasil
v2
v1
mdv = mv2 − mv1 (5.4)
Hasil kali sebuah partikel dengan kecepatannyaa dinamakan momentum linier (p)
partikel itu, dan juga merupakan besaran vector : p = mv (5.5)
(Kita katakan hasil kali ini sebagai momentum linier untuk membedakannya
dengan besaran yang mirip yang disebut momentum sudut).
y
Untuk suatu gaya yang besar dan arahnya konstan, F dapat kita keluarkan dari
tanda integral persamaan (5-2) dan bila misalnya t1=0 dan t2=t, maka kita peroleh
Ft = mv2 − mv1 (5.9)
Artinya impuls suatu gaya konstan sama dengan hasilkali gaya dan selang waktu
kerja gaya itu. Perubahan vektor momentum akibat kerja gaya semacam ini, (mv 2-
mv1) sama arahnya dengan arah gaya yang bersangkutan dan merupakan
persamaan skalar
Ek1i + Ek2i Ek f
( 5.4)
1 2 1 2 1 2
mv1i + mv2i mv f
2 2 2
Energi kinetik setelah tumbukan akan berkurang dari energi kinetik sebelum
tumbukan.
5.2.2. Tumbukan elastik
Hukum kekekalan momentum dari Gambar 5.4 adalah:
.m1v1i + m2v2i = m1v1f + m2.v2f ( 5.5)
(5.6)
(5.8)
Relativitas kecepatan pada tumbukan
Dari Pers.(5.5) dan Pers.(5.8) maka diperoleh:
(5.9)
(5.10)
5.2.3. Bandul Balistik
m + m2
v1i = 1 2.g .h (5.15)
m1
CONTOH SOAL:
a. Seorang anak naik perahu dengan massa perahu 100 kg bergerak dengan
kecepatan 4 m/s massa anak tersebut 40 kg. hitunglah kecepatan perahu jika
a. orang melompat kebelakang dengan kecepatan 4 m/s
b. orang melompat kedepan dengan kecepatan 2 m/s
v2 = ....
1
dit:
1 1 1 21
-25 + 4 = 3 v2 ➔ 3 v2 = -21 ➔ v2 = - = -7 m/s
3
(v1 − v2 )
1 1
=1 → − v1 + v2 = 14
1 1
-
10 − (−4)
1 1 1 1
v 2 = 14 + v 1 v 2 -14 = v 1
1
20.10 + 40.-4 = 20. v 1 + 40 v 2
1
200 + (- 160) = 20. v 1 + 40 v 2
1
40 = 20. v 1 + 40 v 2
1
40 = 20. v 1 + 40 (14 + v 1 )
40 = 20. v 1 + 560 + 40. v 1
1 1
m1 .v1 + m 2 .v 2
2 2
Ek awal =
2 2
1 1
Ek = 20.10 2 + 40. − 4 2 = 1000 + 320 = 1320 joule
2 2
1
Ek akhir = (m1 + m2 )v 2
2
1
= (20 + 40)0,6 2 = 10,8 joule
2
5.3. Momentum 2 Dimensi
Pada Gambar 5.6 digambarkan tumbukan ke arah 2 dimensi maka Pers. Yang
terjadi adalah:
(5.16)
(5.17)
v2 i = 0 sehingga (5.18)
massa m dm
Kerapatan (rapat massa ) = = = (6.4)
volume v dv
dm = dv (6.5)
Bentuk teratur v massa homogen
r dv = r 2 dv
2
I= (6.6)
(6.7)
(6.8)
(6.9)
3. Bentuk geometris lain dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Tabel 6.1. Momen Inersia pada bentuk geometris
I
k= (6.11)
m
(6.12)
(6.13)
(6.14)
Tabel 6.2. Persamaan pada Gerak Linier dan Rotasi
1 1 1 1
Energi Kinetik:Ek = m.v 2 = m(r. ) 2 = (m.r 2 ). 2 = I . 2 (6.15)
2 2 2 2
Usaha/kerja: W= F .ds = F .r.d = .d (6.16)
7.1. HIDROSTATIKA
Gaya F
Tekanan (P) = =
LuasPermukaan A
Satuan tekanan (P) ; 1 N/m2 = 1 Pa (Pascal)
1 dyne/cm2 = 10-6 bar
1 atm = 14,7 lb/in2 = 1,013 X 103 N/m2
= 1,013 X 106 dyne/cm2 = 760 mmHg
7.1.1. TEKANAN DALAM FLUIDA (CAIR)
Berat (w) = m.g
dw = ( .V ).g
= .A.dy.g = A.g dy (7.2)
P1 = Tekanan pada Y1
P2 = Tekanan pada Y2
H = (Y2-Y1); Perbedaan Ketinggian
P1 = tekanan mutlak pada posisi 1
Gambar 7.1. Tekanan pada fluida
P2-P1= tekanan relatif
Benda dalam kesetimbangan : ∑ Fy = 0 Persamaan (7.2) ke (7.1)
P.A - (P+dp) A - dw = 0 dpA = -.A.g.dy
-dp.A - dw = 0
dp = -. g.dy (7.3)
dp.A = dw (7.1)
dy berkurang (-)→dp bertambah (+)
p1
dp = .g.dy (7.4)
p2
➔ dP = − PM
RT
.g.dy (7.9) ln P − ln PO = −
m.g
(y −yO )
R.T
dP = −
PM
RT
.g.dy ln P = ln PO −
m.g.h
R.T
dP M .g
P = − RT .dy −
m.g.h
P = PO .e R .T (7.10)
HUKUM ARCHIMEDES
x
P1
h
P2
F = P.A
F2 = P2.A = [ Pa + g (x+h) ] A (7.13)
F1 = P1 A = [ Pa + g.x ] A (7.14)
FA = Gaya ke atas = F Archimedes
FA = F2 – F1 = gh . A = .g V (7.15)
h.A = V = Volume zat cair yang dipindahkan.
FA = m.g = W = berat zat cair yang dipindahkan.
Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya kedalam zat cair akan
mengalami gaya keatas sebesar berat zat cair yang dipindahkan→ Hk. Arcimedes
(7.21)
4. Tabung Pilot = Mengukur aliran gas
C R F K
C : R : (F-32) = 5 : 4 : 9
tR = 4 tC tR = 4 (tF – 32) tF = 9 tC + 32
5 9 5
a. Termometer alkohol.
Karena air raksa membeku pada – 400 C dan mendidih pada 3600, maka
termometer air raksa hanya dapat dipakai untuk mengukur suhu-suhu
diantara interval tersebut. Untuk suhu-suhu yang lebih rendah dapat
dipakai alkohol (Titik beku – 1300 C) dan pentana (Titik beku – 2000 C)
sebagai zat cairnya.
b. Termoelemen.
Alat ini bekerja atas dasar timbulnya gaya gerak listrik (g.g.l) dari dua
buah sambungan logam bila sambungan tersebut berubah suhunya.
c. Pirometer Optik.
Alat ini dapat dipakai untuk mengukur temperatur yang sangat tinggi.
e. Termostat.
Alat ini dipakai untuk mendapatkan suhu yang tetap dalam suatu ruangan.
f. Termometer diferensial.
Dipakai untuk menentukan selisih suhu antara dua tempat yang
berdekatan.
Pemuaian panjang.
Bila suatu batang pada suatu suhu tertentu panjangnya Lo, jika suhunya
dinaikkan sebesar t, maka batang tersebut akan bertambah panjang sebesar
L yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
L = Lo . . t
Jadi besarnya koefisien muai panjang suatu zat berbeda-beda, tergantung jenis
zatnya.
Satuan : Keterangan :
MKS CGS Lt = Panjang benda setelah dipanaskan t 0C
Lo & Lt m cm Lo = Panjang mula-mula.
t 0
C 0
C = Koefisien muai panjang
0
C-1 0
C -1 t = Selisih antara suhu akhir dan suhu mula-mula.
Pemuaian Luas.
A = Ao . t
dan
At = Ao (1 + t)
t = t1 – t0
Satuan : Keterangan :
MKS CGS At = Luas benda setelah dipanaskan t 0C
Ao & At m2 cm2 Ao = Luas mula-mula.
t 0
C 0
C = Koefisien muai Luas
0
C-1 0
C -1 t = Selisih antara suhu akhir dan suhu mula-mula.
Pemuaian Volume
Bila suatu benda berdimensi tiga (mempunyai volume) mula-mula volumenya
Vo pada suhu to, dipanaskan sampai t1 0, volumenya akan menjadi Vt, dan
Vadalah
pertambahan volumenya = Vo :. t
dan
Vt = Vo (1 + t) t = t1 – t0
Satuan : Keterangan :
MKS CGS Vt = Volume benda setelah dipanaskan t 0C
Vo & Vt m3 cm3 Vo = Volume mula-mula.
Namun tidak semua benda menurut hukum pemuaian ini, misalnya air.
Didalam interval 00- 40 C air akan berkurang volumenya bila dipanaskan, tetapi
setelah mencapai 40 C volume air akan bertambah (Seperti pada benda-benda
lainnya). Hal tersebut diatas disebut ANOMALI AIR.
Jadi pada 40 C air mempunyai volume terkecil, dan karena massa benda
selalu tetap jika dipanaskan maka pada 4 0 C tersebut air mempunyai massa
jenis terbesar.
Massa Jenis.
Misalkan :
➢ Vo dan o berturut-turut adalah volume dan massa jenis benda sebelum
dipanaskan.
➢ Vt dan t berturut-turut adalah volume dan massa jenis benda setelah
dipanaskan.
➢ m adalah massa banda.
o = m Vt = Vo (1 + t )
Vo
t = γo
t = m t = m
1 + γ Δt
Vt Vo (1 + γ Δ t)
V=C.T V
=C
Atau T
V1 = V 2
Jadi pada TEKANAN TETAP berlaku : T1 T2
C
P= atau
V P.V = C
c. Selain itu gas dapat diekspansikan pada volume tetap dan prosesnya
disebut dengan proses ISOKHORIS atau dikatakan tekanan gas
sebanding dengan temperatur mutlaknya.
P=C.T P =C
Atau T
P1 = P2
Jadi pada VOLUME TETAP berlaku : T1 T 2
8.5 Kalor
Kalor dikenal sebagai bentuk energi yaitu energi panas dengan notasi Q
Satuan Kalor :
Satuan kalor adalah kalori (kal) atau kilo kalori (k kal)
1 kalori/kilo kalori adalah : jumlah kalor yang diterima/dilepaskan oleh 1 gram/1
kg air untuk menaikkan/menurunkan suhunya 10 C.
Q = H . t
Q = m . c . t
Perubahan wujud.
Semua zat yang ada di bumi ini terdiri dari 3 tingkat wujud yaitu :
- tingkat wujud padat
- tingkat wujud cair
- tingkat wujud gas
Q=m.L
Dimana :
suhu
100o C
0o C
Waktu
Gambar 8.1.Grafik Perubahan Wujud Air
Q = m x ces x t
II. Tepat pada suhu 00 C, es mulai ada yang mencair dan dengan
pemberian kalor suhunya tidak akan berubah (b-c). Proses pada b-c disebut
proses MELEBUR (perubahan fase dari padat menjadi cair).
Panas yang diperlukan untuk proses ini adalah :
III. Setelah semua es menjadi cair, dengan penambahan kalor suhu air
akan naik lagi (c-d)
Proses untuk merubah suhu pada fase ini membutuhkan panas sebesar :
Q = m . cair . t
Pada proses c-d waktu yang diperlukan lebih lama daripada proses a-b,
karena kalor jenis air (cair) lebih besar daripada kalor jenis es (ces).
IV. Setelah suhu air mencapai 1000 C, sebagian air akan berubah menjadi uap
air dan dengan pemberian kalor suhunya tidak berubah (d-e). Proses d-e
adalah proses MENDIDIH (Perubahan fase cair ke uap).
Panas yang dibutuhkan untuk proses tersebut adalah :
Q = m . Kd
Kd = Kalor didih air.
Suhu 1000 C disebut TITIK DIDIH AIR.
V. Setelah semua air menjadi uap air, suhu uap air dapat ditingkatkan lagi
dengan pemberian panas (e-f) dan besarnya yang dibutuhkan :
Q = m . cgas . t
Proses dari a s/d f sebenarnya dapat dibalik dari f ke a, hanya saja pada proses
dari f ke a benda harus mengeluarkan panasnya.
➢ Proses e-d disebut proses MENGEMBUN (Perubahan fase uap ke cair)
➢ Proses c-b disebut MEMBEKU (Perubahan fase dari cair ke padat).
Pada keadaan tertentu (suhu dan tekanan yang cocok) sesuatu zat dapat langsung
berubah fase dari padat ke gas tanpa melewati fase cair. Proses ini disebut sebagai
SUBLIMASI.
Contoh pada kapur barus, es kering, dll. Pada proses perubahan fase-fase di atas
dapat disimpulkan bahwa selama proses, suhu zat tidak berubah karena panas
yang diterima/dilepas selama proses berlangsung dipergunakan seluruhnya untuk
merubah wujudnya.
Rambatan Kalor.
Panas dapat dipindahkan dengan 3 macam cara, antara lain :
a. Secara konduksi (Hantaran)
b. Secara konveksi (Aliran)
c. Secara Radiasi (Pancaran)
a. KONDUKSI.
Pada peristiwa konduksi, atom-atom zat yang memindahkan panas tidak
berpindah tempat tetapi hanya bergetar saja sehingga menumbuk atom-atom
disebelahnya, (Misalkan terdapat pada zat padat) Banyaknya panas per satuan
waktu yang dihantarkan oleh sebuah batang yang panjangnya L, luas
penampang A dan perbedaan suhu antara ujung-ujungnya t, adalah :
H = k . A . t
L
k adalah koefisien konduksi panas dari bahan dan besarnya tergantung dari
macam bahan.
Bila k makin besar, benda adalah konduktor panas yang baik.
b. KONVEKSI.
H = h . A . t
h = koefisien konveksi
misalkan pada zat cair dan gas.
c. RADIASI.
Adalah pemindahan panas melalui radiasi energi gelombang elektromagnetik.
Energi panas tersebut dipancarkan dengan kecepatan yang sama dengan
gelombang-gelombang elektromagnetik lain di ruang hampa (3 x 108 m/det)
Banyaknya panas yang dipancarkan per satuan waktu menurut Stefan
Boltzman adalah :
W = e . . TW
4 = Intensitas radiasi yang dipancarkan per satuan luas,
dinyatakan dalam : J/m2.det atau watt/m2
e = Emisivitas (Daya pancaran) permukaan
–8 watt
= Konstanta umum = 5,672 x 10
m (K)
2 4
e=0
- Terdapat pada permukaan yang lebih halus.
- Sebagai pemancar panas yang jelek.
- Sebagai penyerap panas yang jelek.
- Sebagai pemantul yang baik.
Botol thermos dibuat dengan dinding rangkap dua dan diantaranya
terdapat ruang hampa serta dinding-dindingnya dilapisi dengan perak,
maksudnya adalah :
DAFTAR PUSTAKA