Anda di halaman 1dari 10

Nama: Salsabila Rohadatul Aisy

Nim: A2P123013
Mata Kuliah: Pemahaman Peserta Didik dan Pengajarannya
MODUL AJAR
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

Penyusun : Salsabila Rohadatul Aisy, S.Pd


Satuan Pendidikan : SMP 7 Kota Jambi
Fase/Kelas : D / VII SEMESTER I
Materi Pokok : Teks Fantasi
Alokasi Waktu : 3 JP (1X pertemuan)

Capaian Pembelajaran :
Peserta didik mampu mengevaluasi informasi melalui penilaian ketepatan gagasan pikiran,
arahan pandangan atau pesan dari teks deskripsi, laporan, narasi, rekon, eksplenasi, eksposisi dan
diskusi, dari teks tulis,visual, audiovisual dengan membandingkan informasi tersebut dengan
pengalaman dan pengetahuannya.
Elemen: Membaca
Gagasan,pikiran, perasaan, pandangan, arahan atau pesan yang akurat dari berbagai tipe teks
(nonfiksi dan fiksi) audiovisual
Profil pelajar Pancasila

1. Berakhlak mulia
2. Mandiri
3. Bernalar kritis
4. Bergotong royong
Sarana dan prasarana : Teks Cerita Rakyat
Model pembelajaran :

Pembeljaran tatap muka


Tujuan pembelajaran

 Peserta didik membaca dan menganalisis perubahan lebih rinci dalam alur cerita teks naratif
dengan menjawab pertanyaan carita rakyat “ Putri Tangguk” tokoh, latar, alur, dan amanat
pada cerita tersebut dengan menunjukkan buktinya pada teks yang dibaca

Pertanyaan Pemantik :

1. Informasi apa sajakah yang kamu dengar pagi ini ?


2. Pernahkah kamu mendengarkan dongeng ?
3. Dongeng apa saja yang kamu dengar ?

Kegiatan Pembelajaran :

Pendahuluan 15 Menit

1. Peserta didik dengan sungguh-sungguh merespon salam dan berdoa tanda mensyukuri
anugerah Tuhan
2. Peserta didik merespon pertanyaan dari guru berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya
3. Peserta didik menyimak informasi dari guru tentang kompetensi dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan seharihari
4. Peserta didik merespon secara aktif informasi tentang hal-hal yang akan dipelajari termasuk
metode dan media, langkah pembelajaran, dan penilaian pembelajaran

Inti 90 Menit

 Peserta didik membentuk kelompok (4 orang perkelompok)


 Setiap kelompok dibagikan sebuah cerita yang bagiannya tidak utuh/dipotong, siswa diminta
untuk menyusun cerita tersebut menjadi utuh dan sesuai pada sebuah karton
 Peserta didik membaca dan mencermati tugas yang diberi oleh guru
 Peserta didik berdiskusi dan menjawab pertanyaan yang ada dalam LKPD
 Peserta didik meringkas urutan peristiwa dalam cerita
 Peserta didik dalam kelompoknya mendiskusikan tentang alur, latar, tokoh, amanat dari
cerita rakyat
 Guru mengamati kerja kerja peserta didik dalam kelompoknya
 Masing masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas
 Guru berdiskusi dengan peserta didik untuk menanggapi hasil kerja tiap kelompok.
 Guru dan peserta didik kelompok lain mengapresiasi hasil kerja tiap-tiap kelompok

Penutup 15 Menit

1. Peserta didik menyimpulkan pembelajaran yang telah berlangsung


2.Peserta didik merefleksi pembelajaran dengan cara menuliskan di lembar refleksi atau
menjawab langsung (lisan)
3. Guru memberikan penguatan/umpan balik dan tindak lanjut
Lampiran
Asesmen :

Jenis asesmen:
1.Sikap
2.Tertulis
3.Performa

Bagaimana guru menilai ketercapaian tujuan pembelajaran:


1.Asesmen individu
2.Asesmen kelompok

Asesmen Pengetahuan

1. Baca dan pahamai cerita rakyat berikut!

Cerita Putri Tangguk


Putri Tangguk adalah seorang petani yang tinggal di Negeri Bunga Tanjung, Kecamatan Danau
Kerinci, Provinsi Jambi, Indonesia. Ia memiliki sawah hanya seluas tangguk, tetapi mampu
menghasilkan padi yang sangat melimpah. Pada suatu hari, Putri Tangguk dikejutkan dengan
sebuah peristiwa aneh di sawahnya. Ia mendapati tanaman padinya telah berubah menjadi
rerumputan tebal. Mengapa tanaman padi Putri Tangguk secara ajaib berubah menjadi rumput?
Temukan jawabannya dalam cerita Putri Tangguk berikut ini!

***

Alkisah, di Negeri Bunga, Kecamatan Danau Kerinci Jambi, ada seorang perempuan bernama
Putri Tangguk. Ia hidup bersama suami dan tujuh orang anaknya. Untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya, ia bersama suaminya menanam padi di sawahnya yang hanya seluas tangguk.
Meskipun hanya seluas tangguk, sawah itu dapat menghasilkan padi yang sangat banyak. Setiap
habis dipanen, tanaman padi di sawahnya muncul lagi dan menguning. Dipanen lagi, muncul
lagi, dan begitu seterusnya. Berkat ketekunannya bekerja siang dan malam menuai padi, tujuh
lumbung padinya yang besar-besar sudah hampir penuh. Namun, kesibukan itu membuatnya lupa
mengerjakan pekerjaan lain. Ia terkadang lupa mandi sehingga dakinya dapat dikerok dengan
sendok. Ia juga tidak sempat bersilaturahmi dengan tetangganya dan mengurus ketujuh orang
anaknya.

Pada suatu malam, saat ketujuh anaknya sudah tidur, Putri Tangguk berkata kepada suaminya
yang sedang berbaring di atas pembaringan.
“Bang! Adik sudah capek setiap hari menuai padi. Adik ingin mengurus anak-anak dan
bersilaturahmi ke tetangga, karena kita seperti terkucil,” ungkap Putri Tangguk kepada suaminya.

“Lalu, apa rencanamu, Dik?” tanya suaminya dengan suara pelan.

“Begini Bang! Besok Adik ingin memenuhi ketujuh lumbung padi yang ada di samping rumah
untuk persediaan kebutuhan kita beberapa bulan ke depan,” jawab Putri Tangguk.

“Baiklah kalau begitu. Besok anak-anak kita ajak ke sawah untuk membantu mengangkut padi
pulang ke rumah,” jawab suaminya.

“Ya, Bang!” jawab Putri Tangguk.

Beberapa saat kemudian, mereka pun tertidur lelap karena kelelahan setelah bekerja hampir
sehari semalam. Ketika malam semakin larut, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Hujan itu baru
berhenti saat hari mulai pagi. akibatnya, semua jalan yang ada di kampung maupun yang menuju
ke sawah menjadi licin.

Usai sarapan, Putri Tangguk bersama suami dan ketujuh anaknya berangkat ke sawah untuk
menuai padi dan mengangkutnya ke rumah. Dalam perjalanan menuju ke sawah, tiba-tiba Putri
Tangguk terpelesat dan terjatuh. Suaminya yang berjalan di belakangnya segera menolongnya.
Walau sudah ditolong, Putri Tangguk tetap marah-marah.

“Jalanan kurang ajar!” hardik Putri Tangguk.

“Baiklah! Padi yang aku tuai nanti akan aku serakkan di sini sebagai pengganti pasir agar tidak
licin lagi,” tambahnya.

Setelah menuai padi yang banyak, hampir semua padi yang mereka bawa diserakkan di jalan itu
sehingga tidak licin lagi. Mereka hanya membawa pulang sedikit padi dan memasukkannya ke
dalam lumbung padi. Sesuai dengan janjinya, Putri Tangguk tidak pernah lagi menuai padi di
sawahnya yang seluas tangguk itu. Kini, ia mengisi hari-harinya dengan menenun kain. Ia
membuat baju untuk dirinya sendiri, suami, dan untuk anak-anaknya. Akan tetapi, kesibukannya
menenun kain tersebut lagi-lagi membuatnya lupa bersilaturahmi ke rumah tetangga dan
mengurus ketujuh anaknya.

Pada suatu hari, Putri Tangguk keasyikan menenun kain dari pagi hingga sore hari, sehingga lupa
memasak nasi di dapur untuk suami dan anak-anaknya. Putri Tangguk tetap saja asyik menenun
sampai larut malam. Ketujuh anaknya pun tertidur semua. Setelah selesai menenun, Putri
Tangguk pun ikut tidur di samping anak-anaknya.

Pada saat tengah malam, si Bungsu terbangun karena kelaparan. Ia menangis minta makan.
Untungnya Putri Tangguk dapat membujuknya sehingga anak itu tertidur kembali. Selang
beberapa waktu, anak-anaknya yang lain pun terbangun secara bergiliran, dan ia berhasil
membujuknya untuk kembali tidur. Namun, ketika anaknya yang Sulung bangun dan minta
makan, ia bukan membujuknya, melainkan memarahinya.

“Hei, kamu itu sudah besar! Tidak perlu dilayani seperti anak kecil. Ambil sendiri nasi di panci.
Kalau tidak ada, ambil beras dalam kaleng dan masak sendiri. Jika tidak ada beras, ambil padi di
lumbung dan tumbuk sendiri!” seru Putri Tangguk kepada anak sulungnya.

Oleh karena sudah kelaparan, si Sulung pun menuruti kata-kata ibunya. Namun, ketika masuk ke
dapur, ia tidak menemukan nasi di panci maupun beras di kaleng.

“Bu! Nasi dan beras sudah habis semua. Tolonglah tumbukkan dan tampikan padi!” pinta si
Sulung kepada ibunya.

“Apa katamu? Nasi dan beras sudah habis? Seingat ibu, masih ada nasi dingin di panci sisa
kemarin. Beras di kaleng pun sepertinya masih ada untuk dua kali tanak. Pasti ada pencuri yang
memasuki rumah kita,” kata Putri Tangguk.

“Ya, sudahlah kalau begitu. Tahan saja laparnya hingga besok pagi! Ibu malas menumbuk dan
menampi beras, apalagi malam-malam begini. Nanti mengganggu tetangga,” ujar Putri Tangguk.

Usai berkata begitu, Putri Tangguk tertidur kembali karena kelelahan setelah menenun seharian
penuh. Si Sulung pun kembali tidur dan ia harus menahan lapar hingga pagi hari.

Keesokan harinya, ketujuh anaknya bangun dalam keadaan perut keroncongan. Si Bungsu
menangis merengek-rengek karena sudah tidak kuat menahan lapar. Demikian pula, keenam
anaknya yang lain, semua kelaparan dan minta makan. Putri Tangguk pun segera menyuruh
suaminya mengambil padi di lumbung untuk ditumbuk. Sang Suami pun segera menuju ke
lumbung padi yang berada di samping rumah. Alangkah terkejutnya sang Suami saat membuka
salah satu lumbung padinya, ia mendapati lumbungnya kosong.

“Hei, ke mana padi-padi itu?” gumam sang Suami.

Dengan perasaan panik, ia pun memeriksa satu per satu lumbung padinya yang lain. Namun,
setelah ia membuka semuanya, tidak sebutir pun biji padi yang tersisa.

“Dik…! Dik…! Cepatlah kemari!” seru sang Suami memanggil Putri Tangguk.

“Ada apa, Bang?” tanya Putri Tangguk dengan perasaan cemas.

“Lihatlah! Semua lumbung padi kita kosong. Pasti ada pencuri yang mengambil padi kita,”
jawab sang Suami.

Putri Tangguk hanya ternganga penuh keheranan. Ia seakan-akan tidak percaya pada apa yang
baru disaksikannya.
“Benar, Bang! Tadi malam pencuri itu juga mengambil nasi kita di panci dan beras di kaleng,”
tambah Putri Tangguk.

“Tapi, tidak apalah, Bang! Kita masih mempunyai harapan. Bukankah sawah kita adalah gudang
padi?” kata Putri Tangguk.

Usai berkata begitu, Putri Tangguk langsung menarik tangan suaminya lalu berlari menuju ke
sawah. Sesampai di sawah, alangkah kecewanya Putri Tangguk, karena harapannya telah sirna.

“Bang! Pupuslah harapan kita. Lihatlah sawah kita! Jangankan biji padi, batang padi pun tidak
ada. Yang ada hanya rumput tebal menutupi sawah kita,” kata Putri Tangguk.

Sang Suami pun tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya tercengang penuh keheranan menyaksikan
peristiwa aneh itu. Dengan perasaan sedih, Putri Tangguk dan suaminya pulang ke rumah.
Kakinya terasa sangat berat untuk melangkah. Selama dalam perjalanan, Putri Tangguk mencoba
merenungi sikap dan perbuatannya selama ini. Sebelum sampai di rumah, teringatlah ia pada
sikap dan perlakuannya terhadap padi dengan menganggapnya hanya seperti pasir dan
menyerakkannya di jalan yang becek agar tidak licin.

“Ya… Tuhan! Itukah kesalahanku sehingga kutukan ini datang kepada kami?” keluh Putri
Tangguk dalam hati.

Sesampainnya di rumah, Putri Tangguk tidak dapat berbuat apa-apa. Seluruh badannya terasa
lemas. Hampir seharian ia hanya duduk termenung. Pada malam harinya, ia bermimpi didatangi
oleh seorang lelaki tua berjenggot panjang mengenakan pakaian berwarna putih.

“Wahai Putri Tangguk! Aku tahu kamu mempunyai sawah seluas tangguk, tetapi hasilnya
mampu mengisi dasar Danau Kerinci sampai ke langit. Tetapi sayang, Putri Tangguk! Kamu
orang yang sombong dan takabbur. Kamu pernah meremehkan padi-padi itu dengan
menyerakkannya seperti pasir sebagai pelapis jalan licin. Ketahuilah, wahai Putri Tangguk…! Di
antara padi-padi yang pernah kamu serakkan itu ada setangkai padi hitam. Dia adalah raja kami.
Jika hanya kami yang kamu perlakukan seperti itu, tidak akan menjadi masalah. Tetapi, karena
raja kami juga kamu perlakukan seperti itu, maka kami semua marah. Kami tidak akan datang
lagi dan tumbuh di sawahmu. Masa depan kamu dan keluargamu akan sengsara. Rezekimu hanya
akan seperti rezeki ayam. Hasil kerja sehari, cukup untuk dimakan sehari. Kamu dan keluargamu
tidak akan bisa makan jika tidak bekerja dulu. Hidupmu benar-benar akan seperti ayam, mengais
dulu baru makan….” ujar lelaki tua itu dalam mimpi Putri Tangguk.

Putri Tangguk belum sempat berkata apa-apa, orang tua itu sudah menghilang. Ia terbangun dari
tidurnya saat hari mulai siang. Ia sangat sedih merenungi semua ucapan orang tua yang datang
dalam mimpinya semalam. Ia akan menjalani hidup bersama keluarganya dengan kesengsaraan.
Ia sangat menyesali semua perbuatannya yang sombong dan takabbur dengan menyerakkan padi
untuk pelapis jalan licin. Namun, apalah arti sebuah penyesalan. Menyesal kemudian tiadalah
guna.
***

1. Simpulkanlah tahapan peristiwa dari cerita tersebut? Lalu tuliskan dalam format berikut.

No Tahapan Peristiwa dalam cerita


1.
2.
3.

Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!


1. Siapa sajakah tokoh yang ada dalam cerita diatas?
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
2. Dimana latar tempat pada cerita diatas?
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
3. Apa yang dirasakan oleh putri tangguk setelah kejadian itu?
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
4. Bagian mana yang menarik dari cerita diatas?
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

A. Asesmen sikap
LEMBAR OBSERVASI SIKAP
No Hari/Tanggal Nama Kejadian/Perilaku Dimensi/Sikap Pos/Neg Tindak
Lanjut
1.

2.
3.

Asesmen Sumatif Teknik :


Tes tertulis Bentuk : Esai/ uraian

Refleksi Peserta Didik dan Guru :


1. Momen terbaik apa yang saya rasakan ketika melakukan kegiatan ini?
2. Apa saja yang tidak berjalan dengan baik saat saya melakukan kegiatan? Mengapa?
3. Bagaimana saya dapat memodifikasi kegiatan pembelajaran agar cocok dengan
karakteristik siswa saya?

Glosarium
Daftar Pustaka Kosasih, E. dan Endang Kurniawan, 2019, Jenis-jenis Teks Bahasa Indonesia
SMP, Bandung:Yrama Widya

Mengetahui, Jambi, Oktober 2023


Guru Pamong Guru Mata Pelajaran

Rosdiati, MPd. Salsabila Rohadatul Aisy,S.Pd


NIP.197110251995122002 NIP. -

Anda mungkin juga menyukai