Anda di halaman 1dari 5

Nama : Merly Natesya

Nim : 21031141

RESUME MATERI EQ DAN SQ BESERTA CONTOH KASUS

1. EQ (Kecerdasan Emosional)

Istilah kecerdasan emosi baru dikenal secara luas pertengan tahun 90-an dengan diterbitnya buku Daniel
Goleman;Emosional Intelligence. (EQ), Golemen menjelaskan kecerdasan emosi (Emotional
Intellegence) “adalah kemampuan untuk mengenal perasaan kita sendiri, dan kemampuan mengelola
emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain” Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-
kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi, dengan kecerdasan akademik (academic
intelligence). yaitu kemampuan-kemampuan kognitif murni yang di ukur dengan IQ. Meskipun IQ
tinggi, tetapi kecerdasan emosional rendah tidak banyak membantu. Banyak orang cerdas, dalam arti
terpelajar, tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosi, ternyata bekerja menjadi bawahan orang yang IQ-
nya rendah tetapi unggul dalam keterampilan kecerdasan emosi. Diungkapkan Goleman bahwa IQ
menentukan sukses seseorang sebesar 20%, sedangkan kecerdasan lainya termasuk emosi (EQ)
memberi kontribusi 80-90%. kabar baiknya adalah kecerdasan emosi seseorang dapat dikembangkan
lebih baik, lebih menantang, dan lebih prospek disbanding IQ. Kecerdasan emosi dapat diterapkan
secara luas untuk bekerja, belajar, mengajar, mengasuh anak, persahabatan, dan rumah tangga. Lebih
jauh lagi, pengembangan EQ membuka pintu bagi kemajuan kecakapan manusia yang lebih subtansial
SQ kecerdasan spiritual.

EQ menurut para ahli :

Amstrong (dalam Tadkiroatun : 2011) Kecerdasan intrapersonal dapat didefinisikan sebagai


kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Campbell, 2002
(dalam Tadkiroatun, 2011:93) Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan dunia batin, kecerdasan
yang bersumber pada pemahaman diri sendiri secara menyeluruh guna menghadapi, merencanakan dan
memecahkan berbagai persoalan. Menurut Amstrong (1999:2003)

2. SQ (KECERDASAN SOSIAL )

"Social Quotient" atau kecerdasan sosial, maka beberapa ahli telah mengemukakan pandangan mereka
tentang konsep ini. Kecerdasan sosial seringkali dianggap sebagai kemampuan seseorang untuk
berinteraksi secara efektif dengan orang lain, memahami emosi mereka, dan membentuk hubungan
yang sehat. Berikut adalah pandangan beberapa ahli terkenal tentang kecerdasan sosial:

Daniel Goleman: Goleman adalah psikolog yang dikenal dengan karyanya tentang kecerdasan
emosional dan sosial. Dia memperkenalkan konsep "kecerdasan sosial" dalam bukunya yang terkenal,
"Emotional Intelligence", dan berpendapat bahwa kecerdasan sosial sangat penting dalam kesuksesan
seseorang dalam kehidupan pribadi dan profesional.

Howard Gardner: Gardner, yang dikenal karena teori kecerdasan majemuknya, mempertimbangkan
kecerdasan interpersonal sebagai salah satu dari beberapa jenis kecerdasan yang ada dalam teorinya.
Kecerdasan interpersonal ini berkaitan erat dengan kemampuan berinteraksi dan memahami orang lain.
John Mayer dan Peter Salovey: Kedua psikolog ini adalah tokoh awal dalam pengembangan konsep
kecerdasan emosional, yang mencakup kecerdasan sosial. Mereka mengartikan kecerdasan sosial
sebagai kemampuan untuk memahami orang lain, memahami hubungan sosial, dan berinteraksi secara
efektif dalam berbagai situasi sosial.

Travis Bradberry dan Jean Greaves: Dalam buku mereka yang terkenal "Emotional Intelligence 2.0",
Bradberry dan Greaves membahas pentingnya kecerdasan sosial dalam kehidupan sehari-hari dan di
tempat kerja. Mereka menyoroti bagaimana kemampuan untuk membentuk hubungan yang sehat,
berkolaborasi, dan memimpin orang lain merupakan kunci keberhasilan.

Mark Brackett: Brackett adalah psikolog yang terkenal karena penelitiannya dalam bidang
kesejahteraan emosional dan pendiri dari Yale Center for Emotional Intelligence. Dia mengembangkan
konsep "RULER" sebagai kerangka kerja untuk pengembangan kecerdasan emosional dan sosial di
lingkungan pendidikan.

Setiap ahli memiliki pendekatan dan penekanan yang sedikit berbeda terhadap konsep kecerdasan
sosial, tetapi secara umum, mereka semua setuju bahwa kemampuan untuk berinteraksi secara efektif
dengan orang lain adalah keterampilan yang sangat berharga dalam kehidupan personal dan profesional.

3. Contoh dari masing masing kasus


Mari kita bahas dua contoh kasus yang melibatkan Social Quotient (SQ) dan Emotional
Quotient (EQ):

1. Kasus 1: Di Tempat Kerja

Seorang manajer proyek, Alex, memiliki tanggung jawab untuk memimpin tim dalam sebuah proyek
besar. Alex memiliki kecerdasan teknis yang tinggi dan dapat merencanakan dan mengelola proyek
dengan baik. Namun, dia sering kali memiliki masalah dalam berinteraksi dengan anggota timnya. Dia
kurang sensitif terhadap perasaan dan kebutuhan mereka, seringkali menekan dan mengkritik keras saat
terjadi kesalahan. Hal ini menyebabkan suasana kerja yang tegang dan menurunkan motivasi tim.

Solusi: Alex perlu meningkatkan EQ dan SQ-nya. Dalam hal EQ, dia perlu belajar mengelola emosi
sendiri dan orang lain dengan lebih baik, menjadi lebih empatik terhadap anggota timnya, dan
mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih baik. Dalam hal SQ, dia perlu memahami
dinamika sosial di tempat kerja dan bagaimana membangun hubungan yang positif dengan anggota
timnya. Dengan meningkatkan kedua aspek ini, Alex akan menjadi pemimpin yang lebih efektif dan
dapat membawa timnya menuju kesuksesan proyek.
2. Kasus 2: Dalam Hubungan Pribadi

Sarah adalah seorang ibu tunggal yang memiliki seorang anak laki-laki berusia 10 tahun, Jack. Jack
sering mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosinya dan seringkali marah atau merasa cemas
tanpa alasan yang jelas. Sarah merasa kesulitan untuk memahami perasaan Jack dan merespons dengan
cara yang tepat.

Solusi: Dalam hal EQ, Sarah perlu meningkatkan kemampuannya untuk mengenali dan mengelola
emosi Jack serta dirinya sendiri. Dia perlu membuka saluran komunikasi yang baik dengan Jack
sehingga dia merasa nyaman untuk berbagi perasaannya. Dalam hal SQ, Sarah perlu memahami
kebutuhan sosial dan emosional Jack sebagai seorang anak, serta membangun hubungan yang kokoh
dan mendukung dengan dia. Dengan meningkatkan EQ dan SQ-nya, Sarah dapat membantu Jack
mengatasi tantangan emosionalnya dengan lebih baik dan memperkuat hubungan ibu-anak mereka.

Dalam kedua contoh kasus tersebut, EQ dan SQ memainkan peran penting dalam kesuksesan dan
kesejahteraan individu baik di tempat kerja maupun dalam hubungan pribadi. Den gan meningkatkan
kedua aspek ini, seseorang dapat menjadi lebih efektif dalam berinteraksi dengan orang lain dan
mengelola hubungan dengan lebih baik.

4. 5 KASUS EQ DAN SQ
• Contoh kasus EQ
Emosi adalah salah satu aspek dari kecerdasan emosional (EQ). Berikut adalah lima
contoh kasus yang menunjukkan kecerdasan emosional dalam tindakan:

a) Manajemen Konflik di Tempat Kerja:


Saat terjadi konflik antara dua karyawan, seorang manajer dengan EQ yang tinggi akan
dapat mengelola situasi tersebut dengan baik. Mereka mungkin akan menggunakan
keterampilan komunikasi yang efektif untuk mendengarkan kedua belah pihak,
memahami perspektif mereka, dan mencari solusi yang memuaskan semua pihak.

b) Pengambilan Keputusan dalam Tim:


Dalam sebuah proyek tim, terkadang muncul perbedaan pendapat tentang arah yang
harus diambil. Seseorang dengan EQ yang baik akan mampu mengenali perasaan dan
kebutuhan anggota tim, serta mampu menjaga suasana hati yang positif. Mereka akan
mempertimbangkan opini semua orang dengan adil sebelum membuat keputusan yang
tepat untuk tim.

c) Pengelolaan Stres:
Ketika beban kerja meningkat atau ada masalah pribadi yang mempengaruhi kinerja
seseorang, kemampuan untuk mengelola stres adalah kunci. Seseorang dengan EQ
yang tinggi mungkin akan menggunakan teknik-teknik seperti meditasi, olahraga, atau
berbicara dengan orang yang dipercayai untuk mengatasi stres dengan efektif.

d) Peningkatan Hubungan Pribadi:


Dalam hubungan pribadi, EQ dapat membantu seseorang untuk lebih memahami dan
merespons perasaan dan kebutuhan pasangan mereka. Misalnya, seseorang yang
sensitif terhadap perasaan pasangan mereka akan lebih mungkin merespons secara
empatik ketika pasangan mereka sedang mengalami kesulitan.

e) Pengembangan Kepemimpinan:
Seorang pemimpin yang memiliki EQ yang tinggi cenderung lebih berhasil dalam
memotivasi dan menginspirasi orang lain. Mereka bisa membaca perasaan anggota
timnya, memberikan umpan balik secara konstruktif, dan membangun hubungan yang
kuat dengan mereka. Dengan demikian, mereka dapat memimpin dengan lebih efektif
dan mencapai tujuan bersama dengan tim mereka.

• Contoh kasus SQ
SQ atau kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk memahami makna
hidup, memiliki rasa keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri,
dan memiliki kesadaran akan nilai-nilai yang mendalam. Berikut adalah lima contoh
kasus yang menunjukkan kecerdasan spiritual:

a) Krisis Kepercayaan:
Seorang individu mengalami krisis kepercayaan setelah mengalami kegagalan besar
dalam hidupnya. Melalui kecerdasan spiritual, mereka mampu mencari makna dalam
pengalaman tersebut, belajar dari kesalahan, dan mengembangkan kepercayaan yang
lebih dalam pada diri sendiri dan pada jalan hidup mereka.

b) Kesediaan untuk Memaafkan:


Seseorang mengalami pengkhianatan yang mendalam oleh seorang teman atau anggota
keluarga. Melalui kecerdasan spiritual, mereka mampu memahami sifat manusiawi,
memaafkan orang yang menyakiti mereka, dan melepaskan dendam yang membebani
pikiran dan jiwa.

c) Pencarian Makna Hidup:


Seseorang merasa kekosongan dalam hidup mereka dan mencari makna yang lebih
dalam di luar kesuksesan material. Melalui kecerdasan spiritual, mereka mulai
menjalani praktik-praktik spiritual, seperti meditasi atau refleksi yang mendalam,
untuk menjelajahi tujuan hidup yang lebih besar dan mendapatkan kedamaian batin.

d) Pelayanan dan Kepedulian pada Sesama:


Seseorang tergerak untuk membantu orang-orang yang kurang beruntung, tidak hanya
karena rasa empati, tetapi juga karena pemahaman mereka tentang keterhubungan
universal antara semua makhluk. Dengan kecerdasan spiritual, mereka merasa
tanggung jawab untuk memberikan kontribusi positif kepada dunia dan melayani
sesama manusia.

e) Keterbukaan terhadap Pengalaman Transformatif:


Seseorang mengalami perubahan besar dalam pandangan hidup mereka setelah
mengalami pengalaman transformatif, seperti kematian seseorang yang dicintai atau
perjalanan spiritual yang mendalam. Melalui kecerdasan spiritual, mereka mampu
mengintegrasikan pengalaman tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari mereka,
menggunakannya sebagai peluang untuk pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang
lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai