Anda di halaman 1dari 20

KONSELING KELUARGA

TEORI TEORI KONSELING KELUARGA

TERAPI BEHAVIORAL, RASIONAL EMOTIVE THERAPI, TERAPI


LOGOTHERAPY

MAKALAH

Oleh Kelompok 3

1. Firmansyah Ashidqi Akbari (A1L021041)


2. Marsela Diana (A1L021050)
3. Fayzah Widya Dewi (A1L021051)
4. Mira Apriyani (A1L021062)
5. Novran Gunawan (A1L021063)
6. Melda Sentia (A1L021067)

Dosen pengampu:

Adif Jawadi Saputra, M.Pd, Kons

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2024

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah
dengan judul “Teori Teori Bimbingan dan Konseling (Teori Behavioral, Teori Logotherapy,
Rasional Emotive Therapy” Penyusunan Makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Konseling Keluarga, Bimbingan dan Konseling Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu (UNIB).

Penulis menyadari bahwa Makalah ini dapat diselesaikan berkat dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Adif Jawadi
Saputra , M.Pd, Kons. sebagai dosen pengampu dalam mata kuliah Konseling Keluarga yang
telah membantu mengajarkan kami dalam penyusunan Makalah ini.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif. Semoga Makalah ini bermanfaat untuk
pengembangan ilmu di masa yang akan datang.

Bengkulu, Februari 2024

Penulis

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................. 1
D. Manfaat ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

A. Terapi Behavioral ................................................................................................. 3


B. Rasional Emotive Therapy ................................................................................... 6
C. Terapi Logo Therapy ............................................................................................. 8

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 18

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 18
B. Saran .................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konseling merupakan kegiatan yang profesional, artinya proses konseling bukan
hanya pembicaraan biasa, atau hanya sekedar menceritakan pengalaman biasa, serta
pemberian nasehat sehingga selesai masalah klien, namun proses konseling memiliki
tahapan teknik, dalam proses penjajakan atau pengungkapan, dan pemnyelesaian
masalah klien, sehingga klien menyadari akan masalahnya, dan dapat memahami diri
dan lingkunganya. Pengobatan dalam bidang konseling berbeda dengan pengobatan
dibidang medis, dibidang medis untuk satu jenis obat bisa digunakan untuk beberapa
orang yang memiliki sakit yang sama. Namun sebaliknya dalam dunia konseling untuk
beberapa kasus masalah yang sama, tidak berlaku obat yang sama, untuk itu diperlukan
keterampilan konselor dalam penguasaan pendekatan atau teknik dalam menganalisis
masalah yang dihadapi oleh klien.
Pendekatan atau teori konseling yang digunakan dalam konseling diantaranya
yaitu; 1) konseling behavioural, yang berpandangan bahwa masalah muncul dalam diri
individu disebabkan oleh kesalahan dalam proses belajar dan pembiasaan, 2) Konseling
Rasional Emotif Teraphy, berpandangan bahwa masalah yang muncul dalam diri
individu disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pikiran dan perasaan, 3) Terapi
Logoteraphy, yang berpandangan bahwa pada hakikatnya konseling membantu klien
untuk dapat memahami diri dan lingkungannya. Untuk dapat memahami diri dan
lingkungan seorang klien harus dapat memahami makna hidup karena Individu yang
hidupnya penuh makna akan selalu termotivasi untuk memperjuangkan tujuan
hidupnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Terapi Behavioral?
2. Apa yang dimaksud dengan Rasional Emotive Therapy?
3. Apa yang dimaksud dengan Terapi Logoteraphy?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Terapi Behavioral.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Rasional Emotive Therapy.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Terapi Logoteraphy.

1
D. Manfaat
1. Dapat memahami apa yang dimaksud dengan Terapi Behavioral.
2. Dapat memahami apa yang dimaksud dengan Rasional Emotive Therapy.
3. Dapat memahami apa yang dimaksud dengan Terapi Logoteraphy.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Terapi Behavioral
1. Pengertian Terapi Behavioral
Menurut Corey (2005) Pendekatan konseling behavioral merupakan konseling
tingkah laku yang merupakan penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang
berakar pada berbagai teori tentang belajar. Pendekatan ini telah memberikan
penerapan yang sistematis tentang prinsip-prinsip belajar dan pengubahan tingkah
laku kearah cara-cara yang lebih adaptif. Berlandaskan teori belajar, modifikasi
tingkah laku dan konseling tingkah laku adalah pendekatan-pendekatan terhadap
konseling dan psikoterapi yang berurusan dengan tingkah laku. Menurut Corey
(2005) konseling tingkah laku berbeda dengan sebagian besar pendekatan konseling
lainnya, yang di tandai oleh pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang tampak
dan spesifik, kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment, perumusan
prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah, penaksiran
objektifitas hasil-hasil konseling.
Konselor behavioral telah memperluas prinsip prinsip teori belajar sosial (social
learning theory) terhadap konseling keluarga. Mereka mengemukakan bahwa
prosedur-prosedur belajar yang telah digunakan untuk mengubah perilaku, dapat
diaplikasikan untuk mengubah perilaku yang bermasalah didalam suatu keluarga.
Para ahli klinis berorientasi kapada belajar, melihat suatu kesempatan untuk
terjadinya perubahan-perubahan perilaku yang berarti pada anggota keluarga
dengan cara menata kembali lingkungan interpersonalnya.
Liberman (1981) menjelaskan strategi behavioral yang khusus didalam
keluarga. Pertama kali, sebagaimana anggota keluarga berinteraksi satu sama lain,
dapat diterjemahkan kedalam behavioral dan belajar, dengan memfokuskannya
pada akibat-akibat perilaku, atau kemungkinankemungkinan reinforcement.
Artinya, bahwa anggota keluarga dapat belajar sebagaimana memberikan kepada
anggota lain pengenalan dan persetujuan perilakuperilaku yang diinginkan dan
bukan perilaku yang menyimpang. Karena itu proses perubahan
kemungkinankemungkinan perilaku itu adalah prinsip dasar konseling behavioral
dalam kluarluarga.

3
2. Teknik Terapi Behavioral
Menurut Corey (2005), bahwa teknik konseling behavioral terbagi atas yaitu
a. Latihan asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk
menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak dan benar.
b. Desensitisasi sistematis
Merupakan teknik konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk
menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara
mengajarkan klien untuk rileks.
c. Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk,
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan
secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki
kemunculannya.
d. Teknik modelling
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien,
dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk
e. Covert Sensitization
Teknik ini dapat digunakan untuk merawat tingkah laku yang
menyenangkan klien tapi menyimpang.
f. Thought Stopping
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang sangat cemas.
3. Peran Konselor Dalam Terapi Konseling Behavior
Konselor behavioral memiliki peran yang sangat penting dalam membantu
klien. Wolpe (dalam Latifun, 2001) mengemukakan peran yang harus dilakukan
konselor, yaitu bersikap menerima, mencoba memahami klien dan apa yang
dikemukakannya. Dalam hal ini menciptakan iklim yang baik adalah sangat penting
untuk mempermudah melakukan modifikasi perilaku. Konselor lebih berperan
sebagai guru yang membantu klien melakukan teknik-teknik modifikasi perilaku
yang sesuai dengan masalah, tujuan yang hendak dicapai.
4. Tujuan Terapi Behavior
Teori perilaku dalam konseling keluarga memiliki beberapa tujuan utama, yang
mencakup pemahaman dan perubahan perilaku anggota keluarga. Berikut adalah
beberapa tujuan umum dari penerapan teori perilaku dalam konseling keluarga:
4
a. Pemahaman Perilaku
Membantu anggota keluarga memahami perilaku mereka sendiri dan anggota
keluarga lainnya. Menyoroti pola perilaku yang mungkin menjadi sumber
konflik atau ketidaknyamanan.
b. Perubahan Perilaku
Memberikan strategi konkreto untuk mengubah perilaku yang tidak sehat atau
merugikan. Mendorong pengembangan kebiasaan positif dan fungsi keluarga
yang lebih baik.
c. Penguatan Positif
Menggunakan penguatan positif untuk memperkuat perilaku yang diinginkan.
Memberikan pujian dan penghargaan untuk memotivasi perubahan perilaku
positif.
d. Pemecahan Konflik
Menyediakan strategi untuk menangani konflik keluarga dan meningkatkan
keterampilan komunikasi. Mengajarkan cara mengatasi ketegangan dan
konfrontasi dengan cara yang konstruktif.
e. Pembentukan Hubungan Positif
Membantu membangun hubungan yang sehat antara anggota keluarga. Fokus
pada komunikasi yang efektif, empati, dan dukungan antar anggota keluarga.
f. Peningkatan Keterampilan Komunikasi
Mengajarkan keterampilan komunikasi yang efektif untuk membantu keluarga
berinteraksi secara lebih positif. Menyediakan strategi untuk mendengarkan
dengan baik dan menyampaikan pesan dengan jelas.
g. Pemberdayaan Keluarga
Mendorong anggota keluarga untuk mengambil tanggung jawab atas perubahan
positif dalam kehidupan mereka. Memberdayakan keluarga untuk
mengidentifikasi dan mencapai tujuan mereka sendiri.
h. Pencegahan Perilaku Destructive
Mengidentifikasi dan mencegah perilaku destruktif atau merugikan dalam
keluarga.
Memberikan dukungan untuk mengatasi masalah atau tantangan yang mungkin
menyebabkan perilaku negatif.

5
B. Rasional Emotive Therapy
1. Pengertian Emotive Therapy
Pendekatan REBT yang petama kali dikembangkan oleh Albert Ellis pada tahun
1955 (Jones, 2011). REBT merupakan pendekatan kognitifbehavioral. Pendekatan
REBT berfokus pada perilaku individu, akan tetapi REBT menekankan bahwa
perilaku yang bermasalah disebabkan oleh pemikiran yang tidak rasional. REBT
adalah pendekatan yang bersifat direktif, yaitu pendekatan yang membelajarkan
kembali konseli untuk memahami input kognitif yang menyebabkan gangguan
emosional yang mempengaruhi perilaku (Komalasari, Wahyuni, dan Karsih, 2011).
REBT merupakan terapi kognitif behavior yang dapat mengubah pemikiran, emosi,
dan prilaku individu yang salah mengenai sesuatu gagasan yang dilandaskan dari
pikiran-pikiran yang tidak rasional. REBT memberikan pertimbangan-
pertimbangan rasional agar individu tidak lagi berpikir secara tidak rasional
(irasional).
2. Tujuan Rasional Emotive Therapy
Tujuan rational emotif therapy dalam konseling keluarga pada dasarnya sama
dengan yang berlaku dalam konseling individual atau kelompok. Anggota keluarga
dibantu untuk melihat bahwa mereka bertanggung jawab dalam membuat gangguan
bagi diri mereka sendiri melalui perilaku anggota lain secara serius. Mereka
didorong untuk mempertimbangkan bagaimana akibat perilakunya, pikirannya,
emosinya telah membuat orang lain dalam keluarga menirunya. Rational emotif
terapi mengajarkan pada anggota keluarga untuk bertanggung jawab terhadap 109
perbuatannya dan berusaha mengubah reaksinya terhadap situasi keluarga.
3. Teknik Teknik Rasional Emotive Therapy
Albert Ellis (1982) mengemukakan tehnik-tehnik yang bersifat kognitif, emotif
dan behavioral yang tepat untuk konseling keluarga.
a. Tehnik kognitif (The Cognitif Techniques)
Tehnik kognitif yang disesuaikan dalam kehidupan anggota keluarga ialah
dengan cara menggali secara luas gangguan emosi dan perilaku. Gangguan
bukan disebabkan oleh kehadiran individu dalam situasi keluarga, tetapi oleh
persepsi dan interpretasinya terhadap situasi keluarga sehingga menyebabkan ia
terganggu emosinya. Ada individu yang menganggap bahwa tak sepantasnya
orang tuanya miskin, karena orang tuanya tak mau bekerja keras sehingga
menyebabkan keluarganya berantakan. Ide anak yang seperti ini menyebabkan
6
ia terganggu emosionalnya sehingga berperilaku yang merugikan diri dan
keluarganya, misalnya malas sekolah, merokok, dan lain sebagainya.
b. Tehnik emotif (emotive techniques)
Tehnik ini didesain untuk menunjukkan kepada anggota keluarga bahwa
perasaan mereka adalah hasil dari pemikiran mereka. Tehnik evokatif dan
dramatic adalah cara yang biasa dilakukan untuk mengubah filsafat dan
keyakinan seseorang. Salah satu tehnik yang dipakai perumpamaan, ibarat,
tamsil dalam rational emotif yang digunakan untuk memadamkan atau
menghentikan kebiasaan-kebiasaan yang tak diinginkan dan mengganikannya
dengan kebiasaan baru yang diinginkan (Maultsby, 1981). Pada tehnik ini klien
disuruh menghayalkan perasaan-perasaan yang jelek (misalnya: kengerian,
kemarahan, keputus asaan). Kemudian digantikan dengan perasaan-perasaan
tenang, sabar dan optimis.
c. Tehnik Behavioral (behavioral techniques)
Tehnik ini adalah bagian dasar dari rational-emotive terapi dalam konseling
keluarga. Anggota keluarga diberi tugas-tugas pekerjaan rumah yang harus
dikerjakan pada situasi nyata dalam keluarga dan bukan hanya dikhayalkan saja.
Untuk menghindari keadaan keluarga yang tidak menyenangkan, maka orang
tua mengusahakan agar anggota keluarga menghadapi situasi dan mencoba
untuk mengubah cara-cara yang tidak sesuai. Penggunaan kontrak dengan
konselor perlu untuk menjamin agar pekerjaan rumah dikerjakan oleh keluarga
tersebut.
4. Peran Konselor Dalam Terapi Rasional Emotive Therapy
a. Aktif direktif
Yaitu mengambil peran lebih banyak untuk memberikan penjelasan terutama
pada awal konseling
b. Mengkonfrontasi pikiran irasional konseli secara langsung
c. Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli untuk berpikir dan
mendidik kembali diri konseli sendiri
d. Secara terus menerus ‘menyerang” pemikiran irasional konseli
e. Mengjak konseli untuk mengatasi masalahnya dengan kekuatan berpikir bukan
emosi
f. Bersifat didaktif

7
C. Terapi Logo Teraphy
1. Pengertian Logo Teraphy
Logoterapy berasal dari kata logos (Yunani), yang dapat diartikan sebagai arti dan
semangat. Manusia butuh untuk mencari arti kehidupan mereka dan logoteraphy
membantu kliennya dalam pencarian makan hidup tersebut. Terapi Logoteraphy dalam
konseling keluarga adalah suatu metode pengajian dan pemahaman yang fokus pada
kepentingan individu dan kesatuan keluarga. Proses ini membantu anggota keluarga
untuk mengembangkan hubungan yang sehat dan positif, serta meningkatkan
komunikasi dan perilaku yang efektif dalam mengatasi masalah yang muncul.
Logoteraphy dalam konseling keluarga menggunakan konsep logos, yang artinya
"peran" atau "harga", untuk memahami dan memperbaiki hubungan antara anggota
keluarga.
Dalam proses terapi Logoteraphy dalam konseling keluarga, konselor akan
membantu anggota keluarga untuk mengidentifikasi dan memahami peran masing-
masing di keluarga. Konselor juga akan membantu mereka untuk memahami dan
memperbaiki hubungan keluarga yang saling bergantung dan bermartabat. Hal ini dapat
membantu anggota keluarga untuk menjadi lebih baik satu sama lain dan memperbaiki
hubungan keluarga yang sehat dan positif. Terapi Logoteraphy dalam konseling
keluarga mencakup beberapa aspek penting, seperti membangun komunikasi yang
efektif, menghilangkan konflik, membangun empati antara anggota keluarga, dan
memperbaiki hubungan yang saling bergantung dan bermartabat. Dengan memahami
dan mengembangkan hubungan keluarga yang lebih baik, anggota keluarga dapat
meningkatkan kesehatan mental, serta menjaga integritas dan kesatuan keluarga.
Konsep dasar logoterapi ditulis oleh Frankl pada tahun 1946 dalam bahasa Jerman,
dan pada tahun 1959 dalam bahasa Inggris. Publikasi dan konsep-konsep logoterapi
popular setelah keluar tulisan Frankl dalam bukunya "Man's Search for Meaning" pada
tahun 1962. Logoterapi bertujuan agar klien yang menghadapi masalah dapat
menemukan makna dari penderitaannya dan juga makna kehidupan dan cinta.
Kehidupan keluarga menentukan titik tolak perkembangan anak. Jika kehidupan
keluarga berantakan, sering menimbulkan frustasi bagi anak-anaknya. Tampak
penyimpangan perilaku anak seperti mabuk-mabukan, merokok, bahkan menghisap
ganja dan sebagainya. Dengan keadaan demikian, orang tua merupakan orang yang
paling utama menjadi pedoman bagi anak-anak. Jika orang tua tidak memiliki nilai-
nilai hidup yang bermakna baginya, maka keluarga seolah-olah merupakan pergolakan
8
mencari materi semata. Anak-anak yang dilatih orang tua dengan kekayaan dan
kemewahan, maka dewasanya nanti memandang materi adalah makna terpenting dalam
kehidupan.
Didalam konseling keluarga, konselor sebaiknya mengusahakan agar anggota
keluarga menemukan makna yang baik baginya dalam hubungan interpersonal. Karena
itu sewajarnya mereka berusaha menemukan makna lain yang sungguh-sungguh
menjamin kebahagiaan keluarga. Misalnya makna agama. Dengan menjalankan syareat
agama, maka orang akan menjadi tentram sehingga kegandrungan kepada godaan hawa
nafsu dapat dihindari, termasuk nafsu amarah, benci, sombong dan sebagainya.
Konselor memberikan kesempatan kepada anggota keluarga berdiskusi satu sama lain
tentang problem mereka, kemudian dibantu menemukan makna yang terkandung
didalamnya. Makna tersebut memberikan dorongan semangat hidup klien ke arah yang
positif kontruktif.(noer laela, n.d.)
2. Asas Logoteraphy

Logoterapi secara umum dapat digambarkan sebagai corak atau psikiatri yang
mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi dan
kejiwaan. Serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk
hidup bermakna (the will to meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih
taraf kehidupan bermakna (the meaningful life) yang didambakannya.Logoterapi
mengemukakan asas-asas yang telah teruji kebenarannya oleh penemunya sendiri
dalam "laboratorium-hidup" kamp konsentrasi. Ada tiga asas utama logoterapi yakni :

a. Hidup itu tetap memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam
penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah suatu yang dirasakan penting,
benar, berharga dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan
layak dijadikan tujuan hidup. Setiap manusia selalu mendambakan hidupnya
bermakna, dan selalu berusaha mencari dan menemukannya. Makna hidup apabila
berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini berarti dan
mereka yang berhasil menemukan dan mengembangkannya akan merasakan
kebahagian sebagai ganjarannya sekaligus terhindar dari keputusasaan.
b. Setiap manusia memiliki kebebasan (yang hampir tak terbatas) untuk menemukan
sendiri makna hidupnya. Makna hidup dan sumber-sumbernya dapat ditemukan
dalam kehidupan itu sendiri, khususnya pada pekerjaan dan karya-bakti yang
dilakukan, serta dalam keyakinan terhadap harapan dan kebenaran serta

9
penghayatan atas keindahan, iman, dan cinta kasih. Selain itu, sikap tepat yang kita
ambil atas penderitaan yang tidak dapat diubah lagi merupakan sumber makna
hidup.
c. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap terhadap penderitaan
dan peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa diri sendiri dan
lingkungan sekitar, setelah upaya mengatasinya telah dilakukan secara optimal tetap
tak berhasil. Maksudnya, jika kita tidak mungkin mengubah suatu keadaan (tragis),
sebaiknya kita mengubah sikap atas keadaan itu agar kita tidak terhanyut secara
negatif oleh keadaan itu. Tentu saja dengan jalan mengambil sikap tepat dan baik,
yakni sikap yang menimbulkan kebijakan pada diri sendiri dan orang lain serta
sesuai dengan nilai-nilai kemanusian dan norma-norma lingkungan yang berlaku..
3. Tujuan Terapi Logoteraphy
Tujuan Terapi Logoteraphy dalam konseling keluarga adalah untuk membantu
anggota keluarga mencapai kesetujuan, keharmonisan, dan kesatuan dalam hubungan
sosial yang sehat. Berikut adalah beberapa tujuan penting dari terapi Logoteraphy
dalam konseling keluarga:
1) Meningkatkan komunikasi
Salah satu tujuan utama adalah mengembangkan komunikasi yang efektif dan baik
antara anggota keluarga. Logoteraphy memfokuskan pada pemahaman dan
penghargaan terhadap kebutuhan dan peran setiap anggota keluarga.
2) Mengatasi konflik
Terapi Logoteraphy bertujuan untuk membantu keluarga mengatasi konflik yang
muncul dan meningkatkan toleransi antar anggota.
3) Meningkatkan empati
Memajukan empati antara anggota keluarga adalah tujuan penting dalam terapi
Logoteraphy. Dengan memahami dan membalas perasaan yang diperasa oleh
anggota keluarga lain, hubungan keluarga menjadi lebih dekat dan sejajar.
4) Membangun hubungan yang sehat
Tujuan terapi Logoteraphy dalam konseling keluarga adalah membangun hubungan
yang sehat dan positif antara anggota keluarga. Ini melibatkan pengembangan
empati, percaya diri, dan kesadaran terhadap peran masing-masing di keluarga.
5) Meningkatkan kesehatan mental

10
Terapi Logoteraphy dapat membantu anggota keluarga yang menderita stres,
depresi, atau kesulitan persaudaraan. Dengan memperbaiki hubungan keluarga dan
mengatasi masalah, kesehatan mental setiap anggota keluarga dapat terlibat.
6) Meningkatkan kesadaran mengenai diri diri dan keluarga
Logoteraphy membantu anggota keluarga memahami diri diri dan peran masing-
masing dalam keluarga. Kesadaran ini dapat membantu mereka menentukan cara
yang lebih baik untuk berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan keluarga.
7) Mengembangkan sikap solusi
Terapi Logoteraphy membantu anggota keluarga untuk mengembangkan sikap
solusi dan menghadirkan ide dan strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah yang muncul.
8) Menjaga integritas keluarga
Tujuan terakhir dari terapi Logoteraphy dalam konseling keluarga adalah untuk
menjaga integritas dan kesatuan keluarga. Proses konseling ini dapat membantu
keluarga untuk mengatasi masalah dan memperbaiki hubungan sosial yang sehat,
sehingga keluarga dapat bertahan dan berkembang secara harmonis.

4. Teknik Konseling Logoteraphy

Seperti halnya konseling pada umumnya, konseling logoteraphy juga memiliki


teknik khusus dalam proses menganalisis, serta pembinaan masalah klien, disamping
teknik- teknik umum yang lazim digunakan dalam proses konseling seperti, penerimaan
klien, penstrukturan, tiga M (mendengarkan secara aktif, memahami secara positif,
serta merespon secara tepat permasalahan yang disampaikan klien), kontak psikologis,
dorongan minimal, refleksi. Ada tiga teknik khusus yang dilakukan dalam konseling
logoteraphy", yaitu;

a) Persuasif
Salah satu teknik yang digunakan dalam logoteraphy adalah teknik persuasif, yaitu
membantu klien untuk mengambil sikap yang lebih konstruktif dalam menghadapi
kesulitannya.
b) Paradoxical-intention
Paradoxical intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak
(self-detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri
dan lingkungan.

11
c) De-reflection
Teknik logoteraphy lain adalah "de- reflection", yaitu memanfaatkan kemampuan
transendensi diri (self- transcendence) yang dimiliki setiap manusia dewasa.

5. Langkah-langkah konseling logoteraphy

Konseling logoterapi sama seperti konseling pada umumnya, merupakan kegiatan


menolong (helping activity) di mana seorang konselor memberikan bantuan psikologis
kepada seorang klien yang membutuhkan bantuan untuk pengembangna diri. Dengan
demikian, proses dan tahap- tahap konseling logoterapi pada dasarnya sejalan dengan
proses dan tahap-tahap konseling pada umumnya, sedangkan komponen-komponen
logoterapi sebagai kualitas-kualitas insani yang dibahas dalam konseling. Tahapan pada
konseling logoterapi:
a. Tahap perkenalan dan pembinaan rapport diawali dengan menciptakan suasana
nyaman untuk konsultasi dengan membina rapport yang makin lama makin
membuka peluang sebuah encounter. Inti sebuah encounter adalah penghargaan
pada sesama manusia, ketulusan hati dan pelayanan. Berbeda dengan konseling lain
yang cenderung membiarkan klien "sepuasnya" mengungkapkan maslaahnya,
dalam logoterapi klien sejak awal diarahkan untuk menghadapi masalah itu sebagai
kenyataan.
b. Pada tahap pembahasan bersama, konselor dan klien bersama-sama membahas dan
menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi. Tujuannya untuk menemukan
arti hidup seklaipun dalam penderitaan.
c. Tahap evaluasi dan penyimpulan mencoba memberi interpretasi atas informasi yang
diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan
perilaku klien. Pada tahap-tahap ini tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap
makna hidup, penemuan, dan pemenuhan makna, dan pengurangan symptom.
(Husen,n.d.)
Fokus sistem teori secara umum adalah bagaimana interaksi dari bagian-bagian
dapat mempengaruhi operasi sistem tersebut secara keseluruhan. Murray Bowen
(dalam Rochman natawidjaja, 2007) menjelaskan bahwa keluarga itu bermasalah jika
keluarga itu tidak berfungsi (disfungsioning family). Keadaan ini terjadi karena anggota
keluarga tidak dapat membebaskan dirinya dari peran dan harapan yang mengatur
dalam hubungan mereka. (Indah, 2019)

12
Pendekatan pada logoterapi berpandangan bahwa makna hidup dan hasrat untuk
hidup bermakna adalah motif asasi manusia yang dapat dilihat dalam dimensi spiritual.
Logoterapi memberikan cara agar individu dapat memberi arti pada kehidupan dengan
menciptakan sesuatu, dengan sesuatu yang diambil dari dunia dalam pengalaman, serta
seperti sebuah sel yang memiliki inti sel, dalam hal ini suami- isteri, dan plasma sel,
anak-anak dan anggota keluarga lain, serta dilingkupi oleh membran sel. Sel ini menjadi
bagian dari jaringan yang seterusnya akan membentuk organ- organ.Berfungsi atau
tidaknya suatu keluarga dapat dilihat dari bagaimana kondisi keluarga pada beberapa
ciri berikut :
1) Ciri yang pertama adalah boundary atau garis pembatas keluarga.
Garis pembatas mem- punyai fungsi sebagai pemersatu unit-unit yang ada dalam
keluarga, membedakan antara anggota dan bukan anggota keluarga, mengelola energi,
dan melindungi unit-unit dari stres dari luar (Goldenberg dkk., 1985). Garis pembatas,
sebagaimana membran dari sel, bersifat porus sehingga arus keluar dan masuk
dimungkinkan. Apabila keluarga tidak dapat berfungsi dengan baik, hal ini dapat
disebabkan oleh garis pembatas yang kabur, terkoyak, atau bahkan tertutup sangat
rapat. Bentuk garis batas kabur atau terkoyak menyebabkan keluarga mirip dengan
rumah yang tidak berpagar, sehingga semua orang bebas keluar masuk ke dalamnya,
sehingga dapat diibaratkan "si empunya rumah tidak dapat menjadi tuan rumah di
rumah sendiri".
2) Ciri ke dua adalah aturan.
Setiap organisasi berfungsi dengan aturan yang akan mendukung fungsi sehingga
tujuan dari organsisasi akan tercapai. Demikian pula halnya dengan keluarga.
3) Ciri ke tiga adalah mekanisme homeostasis.
Apabila dalam keluarga terjadi ketidak-seimbangan akibat terjadi pelanggaran aturan,
maka bagian yang terkena dampak pelanggaran akan melaku kan reaksi dengan tujuan
mengembalikan pada kondisi seimbang pula. Sebagai contoh ketika anak-anak yang
seharusnya dapat bermain bersama tetapi malah bertengkar. Pertengkaran ini membuat
hubungan akrab antara anak-anak terganggu. Anak yang merasa dirugikan akan
melakukan respon, misalnya protes, agar anak lain tidak melakukan tindakan yang
menyebabkan keakraban terganggu. Jika pertengkaran berlangsung terus, suasana
rumah menjadi ribut dan hal ini membuat tidak nyaman orangtua. Ibu atau bapak akan
melerai, menasihati, mem- bentak, atau apa pun yang dilakukan agar anak-anak

13
berhenti bertengkar dan suasana kembali tenang. Homeostasis dapat dicapai dengan
berbagai cara, sehat atau tidak tergantung pada cara-cara yang digunakan.
4) Ciri ke empat adalah hubungan antara sub-sistem atau antar anggota keluarga.
Idealnya setiap anggota keluarga mem- punyai hubungan akrab dengan anggota-
anggota keluarga yang lain secara seimbang. Pilih kasih (koalisi) atau penolakan
(isolasi) akan menyebabkan hubungan antar sub- sistem dalam keluarga secara
keseluruhan menjadi tidak seimbang. Setiap dyad (hubungan antara dua orang) atau
triad (hubungan antara tiga orang) akan mempunyai garis pembatas sehingga tidak
semua anggota keluarga dapat memasuki hubungan-hubungan antar sub-sistem ini.
5) Ciri ke lima adalah komunikasi dan umpan balik.
Komunikasi sebagai alat bersosialisasi dan bertukar informasi akan sangat diperlukan.
Komunikasi yang baik adalah yang menyampaikan pesan dengan tepat sehingga pesan
dapat diterima dan dipahami secara tepat pula. Di samping cara komunikasi, umpan
balik merupakan hal penting dalam berkomunikasi.

6. Peran Konselor dalam terapi Logoteraphy

Peran konselor dalam terapi Logoteraphy konseling keluarga adalah sebagai pemandu,
saran dan penunjuk jalan bagi keluarga untuk meningkatkan komunikasi dan hubungan antar
anggota. Konselor ini bertugas untuk membantu keluarga mengatasi masalah yang muncul dan
memperbaiki hubungan yang diabaikan atau terganggu. Berikut adalah beberapa tugas penting
dari konselor dalam terapi Logoteraphy konseling keluarga:

1. Memahami dan mengidentifikasi masalah


Konselor harus dapat memahami dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh
keluarga, termasuk pertimbangan individu dan kesamaan yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
2. Mengembangkan tuntasan
Konselor bertanggung jawab untuk membantu keluarga mengembangkan tuntasan yang
baik dan membangun keterampilan dalam mengatasi masalah.
3. Menyediakan bahan dan teknologi
Konselor harus menyediakan bahan dan teknologi yang diperlukan dalam proses
konseling, seperti buku, kuisioner, dan lain-lain.
4. Mengembangkan komunikasi

14
Konselor harus membantu keluarga untuk mengembangkan komunikasi yang efektif
dan baik dalam mengatasi masalah.
5. Menyediakan pendampingan
Konselor akan memberikan pendampingan dan saran pada setiap tahap proses
konseling.
6. Mengukur kinerja
Konselor harus mengukur kinerja keluarga dalam mengatasi masalah dan menentukan
apakah ada perubahan yang harus dilakukan.
7. Menjaga privasi
Konselor harus menjaga privasi dan riwayat keluarga dalam proses konseling.
8. Memperkenalkan konsep Logoteraphy
Konselor harus memperkenalkan konsep Logoteraphy dalam konseling keluarga, yang
fokus pada kepentingan setiap anggota keluarga dan membangun hubungan yang sehat.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan konseling behavioral merupakan konseling tingkah laku yang
merupakan penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai
teori tentang belajar dan memberikan penerapan yang sistematis tentang prinsip-prinsip
belajar dan pengubahan tingkah laku kearah cara-cara yang lebih adaptif. Pendekatan
REBT berfokus pada perilaku individu, akan tetapi REBT menekankan bahwa perilaku
yang bermasalah disebabkan oleh pemikiran yang tidak rasional. REBT adalah
pendekatan yang bersifat direktif, yaitu pendekatan yang membelajarkan kembali
konseli untuk memahami input kognitif yang menyebabkan gangguan emosional yang
mempengaruhi perilaku. Pendekatan logoteraphy adalah pendekatan yang bertujuan
untuk membangkitkan "kemauan untuk bermakna" dalam diri klien tersebut, yang
bersifat khusus dan pribadi pada masing- masing klien yang dimana keberhasilan
logoteraphy sangat dipengaruhi oleh keberhasilan konselor dalam mengeksplorasi
konflik intrapsikis dari klien.
B. Saran
Demikianlah makalah dari kelompok kami, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Kami sangat mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami
semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih.

16
DAFTAR PUSTAKA

Laela, F. N. (2017). Bimbingan konseling keluarga dan remaja edisi revisi.

Sahputra, D. (2023). Konseling Keluarga.

Putri, M. A., Neviyarni, N., & Syukur, Y. (2019). Konseling Keluarga dengan Pendekatan
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT): Strategi Mewujudkan
Keharmonisan dalam Keluarga. ENLIGHTEN: Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, 2(1), 1-8.

Rahayu, S. M. (2017). Konseling keluarga dengan pendekatan behavioral: Strategi


mewujudkan keharmonisan dalam keluarga. In Proceeding Seminar
Dan Lokakarya Nasional Bimbingan Dan Konseling 2017 (pp. 264-
272).

Prayitno, Konseling Pancawaskita: Kerangka Konseling Eklektik, (Padang:BK FIP UNP,


2005), hal. 1-2.

John Mcleod, Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus, (Jakarta: Prenanda Media Group,
2006), hal. 13.

E Koswara, Logoterapi Psikoterapi Viktor Frankl, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal. 40.

E Koswara, Logoterapi Psikoterapi Viktor Frankl, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal. 85.

V. E. Frankl, Logoterapi: Terapi Psikologi Melalui Pemaknaan Eksistensi. Terjemahan M.


Murtadlo (Yogyakarta: Penerbit Kreasi Wacana, 2004), hal.73.

17

Anda mungkin juga menyukai