Laporan Prakerin Muhammad Saifullah
Laporan Prakerin Muhammad Saifullah
Disusun oleh:
Muhammad Saifullah
NIS :185795
Pembimbing I Pembimbing II
Mengesahkan :
Iskandar Mochdar. ST
Kepala Teknik Tambang
LEMBAR PENERIMAAN
Diterima Oleh:
Kepala SMK NEGERI SMAK MAKASSAR,
Kepala
SMK NEGERI SMAK MAKASSAR
IDENTITAS SEKOLAH
IDENTITAS SISWA
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan taufik-Nya kepada kita semua.Sehingga penyusun dapat membuat
laporan dan penyusun juga sadar masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki
dalam Laporan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) ini.
Walaupun demikian, penyusun telah berusaha dengan semaksimal mungkin
demi kesempurnaan penyusunan laporan ini baik dari hasil kegiatan belajar
mengajar di sekolah, maupun dalam melaksanakan praktik kerja di dunia
industri.Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan oleh
penyusun demi kesempurnaan dalam penulisan laporan berikutnya.
Laporan ini disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran secara
singkat mengenai preparasi dan analisa bijih nikel pada PT. BAKTI PERTIWI
NUSANTARA. Di samping itu pula laporan ini disusun sebagai salah satu
persyaratan dalam penyelesaian pendidikan pada SMK SMAK MAKASSAR.
Akhir kata, penyusun hanya berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca serta dapat membantu bagi kemajuan serta perkembangan SMK SMAK
MAKASSAR.Sekali lagi penyusun ucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan
kalian.Amin.
Muhammad Saifullah
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.2 Struktur Organisasi Site PT, Bakti Pertiwi Nusantara ........................ 6
Gambar 2.2 Olahan Bijih Nikel .............................................................................. 7
Gambar 3.2 Profil Endapan Laterit ....................................................................... 10
Gambar 4.2 Diagram Sampling & Preparasi JIS M 8109 ..................................... 11
Gambar 5.2 Diagram Sampling & Preparasi......................................................... 13
Gambar 6.2 Jaw Crusher ....................................................................................... 16
Gambar 7.2 Oven .................................................................................................. 17
Gambar 8.2 Double Roll Crusher ......................................................................... 18
Gambar 9.2 Pulverizer/ Disk Mill ......................................................................... 19
Gambar 10.2 Mesin Press Otomatis ...................................................................... 20
Gambar 11.2 Neraca Analitik ............................................................................... 20
Gambar 12.2 Instrumen XRF Bruker S2 PUMA .................................................. 21
Gambar 13.2 Tampilan skema transisi orbital ...................................................... 22
Gambar 14.2 Skema dari tipikal EDXRF instrumen ............................................ 23
Gambar 15.2 Skema representatif X-Ray ............................................................. 24
Gambar 16.3 Mixing Sampel Berukuran -10 mm. ................................................ 33
Gambar 17.3 Matriks Sampel dilakukan oleh petugas preparasi. ......................... 33
Gambar 18.3 Tombol Power Instrumen Bruker S2 Puma ................................... 36
Gambar 19.3 Starting Server ................................................................................. 36
Gambar 20.3 Starting Framework ......................................................................... 36
Gambar 21.3 Login Instrumen Bruker S2 Puma ................................................... 37
Gambar 22.3 logo Bruker ...................................................................................... 37
Gambar 23.3 Permintaan menyalakan High Voltage ............................................ 37
Gambar 24.3 Pemutar Kunci High Voltage .......................................................... 37
Gambar 25.3 Lampu Peringatan X-Ray Menyala ................................................. 38
Gambar 26.3 Menu Utama Instrumen Bruker S2 Puma ....................................... 38
Gambar 27.3 Flexi Grid Instrumen Bruker S2 Puma ............................................ 38
Gambar 28.3 Monitor Pada Instrumen Bruker S2 Puma ...................................... 39
Gambar 29.3 Tampilan Menu Vaccum Calibration .............................................. 39
Gambar 30.2 Tampilan Monitor Setelah Vaccum Calibration ............................. 40
Gambar 31.3 Tampilan Menu Energy Calibration ................................................ 40
Gambar 32.3 Tampilan Monitor Setelah Energy Calibration ............................... 41
Gambar 33.3 Mematikan Instrumen Bruker S2 Puma .......................................... 42
Gambar 34.3 Tampilan Menu Shutdown .............................................................. 42
Gambar 35.3 Tampilan Konfirmasi Shutdown ..................................................... 42
Gambar 36.3 Tombol Power ................................................................................. 42
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya Praktik Kerja Industri merupakan penerapan ilmu- ilmu
yang diperoleh di sekolah, baik formal maupun non formal. Dengan demikian,
siswa dapat mengetahui kenyataan atau perwujudan dari ilmu- ilmu yang didapat
di sekolah. Dengan bekal pengetahuan yang diperoleh siswa selama Praktik Kerja
Industri ini diharapkan dapat berguna dalam menghadapi dunia kerja setelah siswa
menyelesaikan pendidikan di sekolah.
digunakan untuk memproduksi baja tahan karat, sebanyak 15% lainnya digunakan
dalam baja dan paduan non-ferrous lainnya - seringkali untuk aplikasi industri,
dirgantara, dan militer yang sangat terspesialisasi, sekitar 8% digunakan dalam
pelapisan dan 3% lainnya dalam pengecoran, sekitar 3% nikel digunakan dalam
baterai untuk elektronik, dan baterai untuk peralatan portabel dan mobil hibrida dan
sekitar 2% digunakan untuk bahan kimia, katalis dan pewarna. (Dynatech, 2020)
Jenis batuan yang akan diolah sesuai kegunaan produksinya ialah batuan
laterit yang berkembang melalui pelapukan tropis dari batuan induk dan
membentuk tanah merah di negara-negara tropis, jenis batuan laterit kaya akan besi
dan aluminium oksida. Batuan laterit umumnya dikenal sebagai salah satu sumber
bijih aluminium, tetapi dengan kenaikan harga komoditas saat ini menjadi sumber
penting untuk nikel. Mineral kadar rendah ini ditambang dalam operasi tambang
terbuka berskala besar, oleh karena itu kendali kadar kandungannya menjadi vital
untuk optimalisasi proses produksi nikel. Selain unsur-unsur utama seperti Ni, Fe,
dan Si, unsur-unsur Al, Mg, Ti, Ca, Mn, Cr, Co, Zn, dan Cu biasanya terjadi dalam
jumlah kecil dan sedikit. Perpaduan antara bahan nikel, besi dan krom
menghasilkan baja yang tahan karat atau stainless steel. Bahan ini banyak
digunakan untuk peralatan dapur (sendok dan peralatan memasak) hingga
komponen industri. Penggunaan nikel secara masif juga memengaruhi sumber
dayanya di alam. Cara menganalisa bahan tambang logam nikel salah satunya
menggunakan teknik X-Ray Fluorescence (XRF) Spektrometri. (Dynatech, 2020)
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai salah satu syarat kelulusan siswa SMK - SMAK Makassar.
b. Perwujudan kurikulum SMK - SMAK Makassar
c. Memperkokoh kerja sama antara sekolah dengan industri.
d. Mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan disekolah.
e. Menambah wawasan bagi siswa dalam dunia industri.
f. Menumbuhkan sifat profesional siswa yang sangat diperlukan untuk
memasuki dunia kerja.
g. Memberi pengakuan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses
pendidikan.
D. Batasan Masalah
Laporan ini disusun berdasarkan pengalaman Praktik Kerja Industri di PT.
Bakti Pertiwi Nusantara. Adapun batasan masalah yang digunakan penulis dalam
penyusunan laporan ini mencakup Preparasi dan Analisa yang dimana hasil analisa
tersebut menunjang kegiatan produksi hingga pengapalan (Shipping ) untuk
kebutuhan Pemasaran Bijih Nikel yang berada pada PT. Bakti Pertiwi Nusantara .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Biografi Perusahaan
Area IUP PT Bakti Pertiwi Nusantara 1.227 ha berlokasi di, Desa Fritu
Kecamatan Weda Utara Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera
Tengah Propinsi Maluku Utara tersebut merupakan area yang sepenuhnya
diperuntukkan sebagai wilayah pertambangan.
resiko serta dampak negatif dengan menerapkan Kaidah penambangan yang baik
dan benar dengan cara :
Nikel adalah logam putih perak yang keras, bersifat liat, dapat ditempa dan
sangat kukuh. Logam ini bersifat sedikit magnetik (Svehla, 1985). Nikel diperoleh
dari endapan yang terbentuk akibat proses oksidasi dan pelapukan batuan
2. Potensi Nikel
Berbagai macam bahan tambang tersebar di Indonesia dari sabang sampai
merauke banyak kita temukan tambang-tambang yang mengeksploitasi
sumberdaya alam Indonesia mulai dari emas, timah, tembaga, perak, intan,
batubara, minyak, bauksit, dan lain - lain, semuanya terdapat di Indonesia.
Cadangan nikel Indonesia sekitar 2,9% dari cadangan nikel dunia, dan merupakan
peringkat ke-8 sedangkan dari sisi produksi adalah 8,6% dan merupakan peringkat
ke-4 dunia. (Sujiono, Diantoro, & Samnur, 2014)
Potensi sumber daya dan cadangan nikel di Indonesia pada tahun 2020
sekitar 72 ton Nikel, 52 % dari total cadangan nikel dunia yang mencapai
139.419.000 ton Nikel. (KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL RI, 2020). Pada tahun 2012 diperkirakan produksi bijih nikel nasional
mencapai 34 juta ton. Sedangkan produksi nikel matte diperkirakan mencapai 70
ribu ton dan ferronickel mencapai 19 ribu ton. Masih tingginya nilai ekspor bahan
mentah menjadi salah satu penyebab tidak terserapnya produksi bijih nikel nasional
oleh industri dalam negeri. (Nursahan, 2013)
Ada juga yang mengartikan nikel laterit sebagai endapan lapukan yang
mengandung nikel dan secara ekonomis dapat ditambang. Batuan induk endapan
Nikel laterit adalah batuan ultrabasa; umumnya dari jenis harzburgit (peridotit yang
kaya unsur ortopiroksen), dunite dan jenis peridotite yang lain. Endapan nikel laterit
ini banyak ditemukan di daerah Indonesia bagian timur seperti Pulau Sulawesi,
pulau-pulau di Maluku Utara maupun di daerah Papua. Di daerah Maba, Pulau
Halmahera, Maluku Utara dijumpai deposit nikel laterit dengan sebaran yang cukup
luas. (Isjudarto, 2013)
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal
dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang
tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni
yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat
halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida,
akhirnya membentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat
permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam
jumlah kecil.
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama
larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral
akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk
membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau
hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap
pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan
krisopras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang
disebut saprolit yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya
seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai
batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa
mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat
ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar
yang disebut dengan akar pelapukan (root of weathering). (Isjudarto, 2013)
D. Preparasi Nikel
1. Acuan Metode Standar
Acuan metode standar yang digunakan dalam hal melaksanakan kegiatan
Sampling & Preparasi di dept. QAQC mengacu pada:
2. Sampling
a. Definisi sampling
Sampling atau yang disebut pengambilan sampel adalah suatu proses
pengambilan contoh dengan massa yang kecil dari massa yang besar dan cukup
representatif/mewakili serta merata.
b. Tujuan Sampling
Untuk mendapatkan sejumlah sampel yang mewakili suatu satuan tertentu,
dengan jumlah massa dan ukuran yang sesuai, yang diperlukan untuk mengetahui
kualitas tersebut berdasarkan sifat kimia dan fisika yang dimilikinya. Kualitas
1) Sampling Pre-Mining
2) Sampling Produksi
Sampling Pre-Mining
Sampling Produksi
Shipment Sampling
Sampling Deklarasi
3. Preparasi
a. Definisi Preparasi
Proses untuk mendapatkan sampel sesuai dengan persyaratan pengujian
baik untuk massa dan kondisi (kekeringan dan ukuran partikel) dan yang paling
penting adalah untuk mewakili seluruh sampel kotor yang diterima di laboratorium.
b. Tujuan Preparasi
Persiapan sampel yang diperlukan sebelum analisis karena pengujian yang
paling tidak dapat dilakukan pada sampel dengan kondisi sebagaimana yang
diterima.
d. Jenis-Jenis Preparasi
Preparasi sampel terbagi menjadi 2 jenis, antara lain:
1) Weighing/Penimbangan.
2) Drying/Pengeringan.
3) Crushing/Peremukkan.
4) Mixing/Pencampuran.
5) Dividing/Pembagian.
6) Milling/Penghalusan.
7) Sample Storage/Penyimpanan.
E. Analisa Nikel
1. Laboratorium
Analisa Laboratorim adalah tahapan analisa sampel dengan metode
tertentu (resmi) untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung, kualitas, dan
jenisnya.Adapun parameter-parameter analisa sampel ore nikel yang dilakukan di
laboratorium, antara lain :
.
Gambar 6.2 Jaw Crusher
1) Bersihkan Jaw Blade, Hopper serta bagian tempat keluarnya hasil crushing.
2) Pastikan alat Jaw Crusher dalam kondisi bersih tanpa ada material ataupun
kotoran yang masih menempel. Bila masih ada kotoran /material yang
menempel , segera bersihkan dengan kuas dan/dengan bantuan kompresor.
3) Hidupkan arus listrik dengan menekan saklar pada posisi ON.
4) Tempatkan penampung sampel bijih nikel dibawah tempat keluaran hasil
crushing.
5) Masukkan sampel bijih nikel ke dalam hopper dengan hati-hati (tidak
melebihi kapasitas hopper) sesuai dengan nomor ID/sampelnya. Jika sampel
nikel tersebut basah atau tertahan didalam Jaw Blade (misalnya pecahan
batu keras), dorong dengan bantuan pipa besi.
6) Selama proses peremukkan dilakukan, tutup segera hopper agar tidak ada
material yang terlempar serta untuk mengurangi debu yang keluar dari
dalam hopper.
7) Jika semua sampel nikel telah selesai digiling, segera matikan alat Jaw
Crusher dengan menekan saklar OFF.
8) Pindahkan sampel bijih nikel pada tempat/wadah yang bersih. Jaga sampe
tersebut agar tidak terkontaminasi oleh kotoran/debu.
9) Bersihkan alat Jaw Crusher sama seperti saat sebelum menggunakannya.
b. Oven
Alat yang digunakan untuk mengeringkan sampel dalam hal ini untuk
menghitung kadar kelembaban (moisture content) dari masing-masing sampel.
d. Pulverizer
Alat yang digunakan untuk memperkecil ukuran dan memperhalus hingga
partikelnya berukuran -200 mesh (75 µm) tanpa mengurangi berat sampel.
Perlengkapan lain yang digunakan untuk membantu dalam penggunaan /
pengoperasian Pulverizer seperti, Kompressor, Kuas, Pengait Besi serta harus
menggunakan APD yang sesuai.
f. Neraca Analitik
Neraca analitik adalah jenis Neraca yang dirancang untuk mengukur massa
kecil dalam rentang sub-miligram. Piringan pengukur Neraca Analitik (0,1
mg atau lebih baik) berada dalam kotak transparan berpintu sehingga tidak
berdebu dan angin di dalam ruangan tidak mempengaruhi operasional
penimbangan. Ruang bertutup ini sering disebut dengan pelindung angin.
spektroskopi (mikroprobe WDS). Analisis elemen utama dan elemen jejak dalam
bahan geologi dengan XRF dimungkinkan oleh perilaku atom ketika berinteraksi
dengan radiasi. Ketika bahan tereksitasi dengan energi tinggi, radiasi panjang
gelombang pendek (misalnya sinar-X), mereka dapat menjadi terionisasi. Jika
energi radiasi cukup untuk melepaskan elektron kulit bagian dalam yang terikat
erat, atom menjadi tidak stabil dan elektron kulit terluar menggantikan elektron
bagian dalam yang hilang. Ketika ini terjadi, energi dilepaskan karena elektron kulit
bagian dalam terikat lebih kuat dibandingkan dengan kulit bagian luar.
Efek foto listrik terjadi karena elektron dalam atom target pada sampel terkena sinar
berenergi tinggi (radiasi sinar gamma sinar x) penjelasan :
1. Elektron dikulit K terpental keluar dari atom akibat radiasi sinar-x yang datang.
Akibatnya terjadi kekosongan/vakansi elektron pada orbital.
2. Elektron dari kulit L atau M turun untuk mengisi kekosongan tersebut disertai
oleh emisi sinar-x yang khas dan meninggalkan kekosongan lain di kulit L atau
M.
3. Saat kekosongan terbentuk di kulit L, elektron dari M atau N turun mengisi
kekosongan tersebut dengan melepas sinar x yang khas.
4. Spektrometri XRF memanfaatkan sinar–X yang dipancarkan oleh bahan yang
selanjutnya di tangkap detektor untuk dianalisa kandungan unsur didalam bahan
(Dinal, 2011).
Komponen XRF
a. Sumber sinar-X
Sumber sinar-X berfungsi untuk menghasilkan berkas sinar-X setelah
ditembakkan ke contoh. Sumber sinar-X yang dapat kehilangan energinya
dan dikeluarkan sebagai radiasi kontinyu dari sinar-X yang akan diserap
oleh contoh, kemudian contoh akan memancarkan kembali radiasi yang
dinamakan radiasi sekunder (radiasi pendar). Terdapat sebuah filamen
(kawat) dan anoda (target) yang diletakkan dalam tempat hampa udara. Arus
listrik memanaskan filamen dan elektron diemisikan. Tegangan tinggi (20-
100 kV) digunakan di jarak lintas filamen anoda, dan tegangan tinggi ini
mempercepat elektron menuju anoda. Ketika elektron menabrak anoda
mereka akan mengurangi kecepatan, ini menyebabkan emisi dari sinar-X.
Tabung ini disebut tabung jendela samping karena jendela Be berada di
samping tabung. Ini juga memungkinkan untuk mengatur kembali filamen
dan anoda, dan memiliki jendela di ujung tabung seperti yang ditunjukkan
pada gambar dibawah.
b. Monokromator
Monokromator merupakan sistem pendispersi pada spektrometer yang
menentukan kepekaan dari spektrometer. Sistem pendispersi berfungsi
sebagai pengurai atau pemisah radiasi sekunder atau radiasi fluoresensi yang
dipancarkan oleh contoh karena ditembak oleh sinar-X primer dari sumber
sinar-X sehingga masing-masing dari radiasi sekunder tersebut dapat
dideteksi dan diukur besaran energinya oleh detektor. Filter sinar-X
dimaksudkan untuk menghilangkan spektrum putih dari spektrum sinar-X
yang dihasilkan dari tabung sinar-X.
c. Detektor
dalam udara memungkinkan, namun udara menyerap banyak radiasi dan membuat
pengukuran unsur ringan menjadi tidak mungkin. Oleh karena itu chamber
spektrofotometer diisi dengan gas He – cairan tidak akan menguap dan radiasi
apapun sulit diabsorpsi.
1. Kelebihan dan kekurangan XRF Spectrometry
Setiap teknik analisis memiliki kelebihan serta kekurangan, beberapa kelebihan
dari XRF :
a. Cukup mudah, murah dan analisisnya cepat.
b. Jangkauan elemen hasil analisis akurat.
c. Membutuhkan sedikit sampel pada tahap pereparasinya (untuk Trace
Elemen).
d. Dapat digunakan untuk analisa elemen mayor (Si, Ti, Al, Fe, Mn, Mg, Ca,
Na, K, P) maupun trace element (>1 ppm; Ba, Ce, Co, Cr, Cu, Ga, La, Nb,
Ni, Rb, Sc, Sr, Rh, U, V, Y, Zr, Zn).
e. Tidak merusak sampel (non-destruktif)
f. Penerapannya sangat luas dan meliputi logam, semen, minyak, polimer,
plastik dan industri makanan, pertambangan, mineralogi dan geologi, dan
analisis lingkungan dari air dan material pencemaran.
g. Presisi dan reproduktivitas dari XRF sangat tinggi. (Brouwer, 2010)
Beberapa kekurangan dari XRF :
a. Tidak cocok untuk analisis elemen yang ringan seperti H dan He.
b. Analisis sampel cair membutuhkan volume gas He yang cukup besar.
c. Kepekaan menurun seiring dengan nomor atom: unsur dengan Z<15sulit
untuk dianalisis.
d. Instrumennya terkadang besar, rumit dan mahal. (Fiefield & Kealey, 2000)
3. Penggunaan Data
Departemen QAQC merupakan departemen yang juga bertanggung jawab
terhadap pencatatan, pengumpulan dan penyimpanan hasil analisa dan data serta
dokumen yang berhubungan dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
BAB III
URAIAN ANALISA
i. Kompressor
j. Mesin Jaw Crusher / Palu
k. Oven
l. Mesin Double Roll
m. Mesin Pulverizer
2. Laboratorium
a. Alumunium Cup
b. Spatula
c. Talang
d. Tissue / majun
e. Alkohol 70 %
f. Press Pellet Automatic
g. X-Ray Bruker S2 Puma
h. FLX-K04
i. Cu Disc
j. Sampel bijih Nikel (-200 mesh)
C. Prosedur / Metoda
1. Preparasi
❖ Tujuan
⎯ Untuk mempersiapkan sample dari jumlah besar dan ukuran yang tidak
sama menjadi kecil dan homogen
⎯ Sebagai pengolahan sample yang mewakili suatu yang besar dalam hal ini
tumpukan
❖ Ruang Lingkup
⎯ Prosedur ini mencakup berbagai aktifitas di ruang preparasi basah dan
kering
❖ Definisi
⎯ Preparasi adalah suatu proses persiapan sampel yang melalui beberapa
tahapan seperti crushing, mixing, matriks sampling, pengeringan, Disk
Mill, sieving dan final kualitas.
⎯ Crushing adalah proses pengurangan ukuran sampel menjadi lebih kecil
⎯ Mixing adalah proses pencampuran sampel sehingga menjadi homogen
⎯ Matriks sampling adalah metode untuk memperkecil jumlah sampel
namun tetap mewakili seluruh sampel dengan pembagian sampel menjadi
beberapa bagian.
⎯ Pengeringan merupakan penguapan kandungan air pada sampel menjadi
kering.
⎯ Disk Mill adalah alat untuk memperkecil ukuran partikel sampel dengan
menggunakan disk yang diputar oleh Pulverizer.
⎯ Sieving atau pengayakan merupakan proses pemissahan ukuran dengan
menggunakan sieve yang sudah diketahui ukurannya.
⎯ Final sampel adalah proses terakhir dari preparasi yang siap untuk
dilakukan analisa
❖ Prosedur
3. Jumlah increment per Sub-Lot dengan ukuran semua partikel yang akan
lewat adalah -10 mm dan dimixing lalu dikeringkan pada tingkat yang
cukup, Jumlah per Sub-Lot adalah 20 atau lebih.
6. Pada setiap bagian dari 20 bagian tersebut diambil increment masing masing
1 buah (bagian dipilih secara random) menggunakan Skop untuk mereduksi
increment yang dimasukkan sampai ke lapisan sampel paling bawah,
kemudian dikumpulkan dan dijadikan sampel reduksi.
Final Sample
1. Sampel hasil pengeringan berukuran -10 mm dicrushing menggunakan
Double Roll Crusher sesuai dengan instruksi kerja Double Roll Crusher
hingga berukuran -3 mm.
2. Masukkan sampel berukuran -3 mm yang telah dikeringkan kedalam
tatakan matriks.
2. Analisa X-Ray
❖ Tujuan
⎯ Untuk menganalisa sample bijih nickel pada unsur Ni, Co, Fe, SiO2, CaO,
MgO dalam nilai % kadar secara efisien, cepat dan akurat.
⎯ Untuk memberikan informasi nilai kadar unsur Ni, Co, Fe, SiO2, CaO, MgO
pada kegiatan operasional tambang seperti eksplorasi, pra produksi,
produksi dan pengapalan secara tepat.
❖ Ruang Lingkup
⎯ Prosedur ini mencakup berbagai aktivitas di Ruang preparasi sample,
Ruang X-ray Bruker dan Ruang Control.
❖ Definisi
⎯ Press sample merupakan kegiatan persiapan sample yang akan dianalisa
secara x-ray.
⎯ Sinar X adalah sinar gamma yang terpancarkan dalam chember yang
vakum, sinar ini bersumber dari tegangan tinggi dan dapat menembus
dinding.
⎯ X-Ray Bruker adalah Instrumen yang mempunyai Gonio meter, fix chanel
dan cristal yang berfungsi menganalisa sample yang terdiri dari unsur Ni,
Co, Fe, SiO2, CaO, MgO dengan methode multi analisis atau dua puluh
sample dalam setiap analisa.
❖ Prosedur
a. Press Sample
1. Press sample dilakukan terhadap final sample, yaitu hasil proses preparasi
dengan ukuran -200 mesh, dari sample Channel, Selektif Mining, ETO,
EFO dan Kapal
2. Dicatat sample yang akan dipress sesuai dengan formulir X-Ray.
3. Ditimbang sample sesuai dengan instruksi kerja Penimbangan Sample X-
Ray.
4. Dimasukkan chempleks pellet kedalam tube.
5. Dilakukan press sample sesuai Instruksi kerja press sample.
6. Dibersihkan sample dari sisa sample yang lengket pada chempleks.
7. Dimasukkan sample ke dalam oven selama 5 menit pada suhu 70 oC
b. Analisa X-Ray Bruker
1. Disambungkan Instrumen Bruker S2 Puma pada aliran listrik
2. Tekan tombol power ke posisi “I” pada Instrumen ED Xrf S2 Puma
4. Setelah login, logo Bruker akan muncul seberntar sebelum menu utama
muncul
2
Gambar 25.3 Lampu Peringatan X-Ray Menyala
Energy Calibration
Quality Check
a. Pada instrumen S2 Puma mempunyai dua aplikasi kontrol yang
menggunakan ”FLX-K04”
• “Quality Check” berfungsi untuk mengetahui kestabilan
instrumen
• “Drift+QC-SMART” berfungsi untuk mengetahui kestabilan
program standardless “SMART-QUANT”
b. Pada tab “Loader”, pilih “Control Specimens”, pilih “Quality
Check”
c. Pilih posisi yang kosong pada loader, dan klik “Load Sample”
d. Tekan tombol “Start”, analisa akan berlangsung sekitar enam menit.
e. Tampilan hasil akan akan muncul “OK” jika pengukuran selesai
f. Jika quality check gagal, lakukan beberapa koreksi
• Indikator berwarna hijau, element masih dalam batas toleransi
• Indikator berwarna jingga, element sudah dalam kondisi
toleransi
12. Dilakukan melakukan analisa sesuai dengan Instruksi Kerja Pengoperasian
X-Ray Bruker.
13. Dilakukan analisa sample menggunakan program Bruker Software dengan
memasukkan sample kedalam sample chamber satu persatu. Setelah
vacuum, chamber x-ray akan terbuka dan proses analisa berlangsung selama
480 detik/sampel dan 100% completed
14. Hasil analisa akan muncul pada layar monitor komputer dalam satuan %
kadar untuk unsur Ni, Co, Fe, SiO2, CaO dan MgO
15. Dicatat pada buku hasil analisa sample.
16. Jika terjadi trouble shooting pada saat analisa,bisa mengikuti Instruksi Kerja
sesuai dengan trouble yang terjadi.
c. Konfirmasi shutdown
BAB IV
A. Hasil
Untuk Memastikan hasil Analisa yang dilakukan valid dan sesuai PT.
Bakti Pertiwi Nusantara melakukan kalibrasi metode yang digunakan dan sebagai
Control Chart dilakukan pengawasan dari kesesuaian pembacaan dari CRM
OREAS, Quality Check, Standar internal (Daily Chart) yang dibandingkan dengan
Sertifikat serta replikat dan duplikat sampel yang dianalisa.
Berikut ialah hasil Assay / Analisa mineral dari sampel produksi yang
dipergunakan untuk membuat plan pengapalan atau barge. Pada kali ini dibuat plan
pengapalan dengan kontrak Ni = 1,64 % dengan jumlah muatan ± 7500 WMT.
Tabel 3.4 Hasil Assay dan Tonase Dome untuk Nominasi Plan Pengapalan
GI059 776.04 1.40 16.59 0.040 0.23 17.34 33.64 1.94 PIT 1 EFO 1
HILLCON081 618.13 1.56 22.51 0.07 0.34 17.81 29.93 1.68 PIT 3 EFO 1
HILLCON065_B 414.44 1.60 20.38 0.07 0.41 17.89 29.52 1.65 PIT 3 EFO 2
HILLCON057 658.66 1.63 13.88 0.04 0.17 25.52 37.77 1.48 PIT 3 EFO 1
HILLCON080 652.53 1.66 19.84 0.06 0.37 20.91 33.70 1.61 PIT 3 EFO 2
HILLCON028_SB 722.31 1.66 15.10 0.04 0.44 25.50 35.33 1.39 PIT 3 EFO 1
HILLCON089_SB 207.72 1.67 18.93 0.05 0.47 21.98 31.35 1.43 PIT 3 EFO 1
HILLCON056 924.34 1.70 15.90 0.04 0.40 23.57 35.47 1.50 PIT 3 EFO 1
HILLCON054_+054_1 852.08 1.70 18.54 0.05 0.32 20.76 31.68 1.53 PIT 3 EFO 1
D18 458.38 1.71 15.68 0.040 0.36 16.78 36.34 2.17 PIT 1 EFO 2
HILLCON051 573.42 1.71 19.59 0.06 0.21 18.68 33.30 1.78 PIT 3 EFO 2
HILLCON059 795.49 1.74 15.67 0.04 0.31 22.51 34.39 1.53 PIT 3 EFO 1
GI146 300.81 1.80 16.27 0.04 0.28 20.88 35.76 1.71 PIT 2 EFO 1
1.65 17.40 0.05 0.33 21.04 33.87 1.63
Total TONASE 7,954.33
Quantity Ni (%) Fe (%) Co (%) CaO (%) MgO (%) SiO2 (%) Fe2O3 (%) Al2O3 (%) Cr2O3 (%) MnO (%) MC % S/M
Note : 2015 1.68 16.66 0.020 0.32 19.50 33.09 23.81 1.16 0.97 0.37 34.31 1.70
Total Ritase : 373 2015 1.62 15.32 0.020 0.27 21.71 36.06 21.90 1.01 1.00 0.36 32.14 1.66
Total Tonase : 7514.461 1531 1.55 15.31 0.020 0.38 20.15 33.90 21.89 0.85 0.95 0.34 33.59 1.68
Tonase/ Ritase 20.15 1954 1.68 17.72 0.020 0.33 18.99 31.46 25.34 0.75 0.96 0.40 39.17 1.66
7514.46 1.64 16.30 0.020 0.32 20.09 33.63 23.30 0.95 0.97 0.37 34.85 1.67
B. Pembahasan
Tujuan dari dilakukannya preparasi ialah mereduksi suatu increment
dimana mengurangi banyak dan besarnya suatu sampel tanpa mengurangi
kualitasnya. Berdasarkan (JIS M 8109, 1996) : Garnierite Nickel Ore-Methods for
Sampling, Sample Preparation, and Determination of Moisture Content. reduksi
sampel dapat dilakukan dengan 1 metode atau lebih dari metode reduksi berikut :
Metode reduksi increment, Metode halving, Metode conic quadran & Metode
dengan alat reduksi. Metode yang digunakan di PT. Bakti pertiwi Nusantara ialah
kombinasi dari metode reduksi increment dan metode dengan alat reduksi. Sebelum
melakukan reduksi alat yang digunakan pada reduksi harus dibersihkan dengan
seksama sebelum digunakan. Bila akan mereduksi sampel yang berbeda dengan
sampel yang direduksi sebelumnya atau akan mengalirkan Ore yang diambil dari
lot yang berbeda, diharapkan dilakukan pembersihan sebelumnya agar tidak
terjadinya kontaminasi. Ukuran sampel terlebih dahulu diperkecil hingga -10 mm.
Reduksi sesuai aturan diadakan pada sampel dengan ukuran sampai ≤ 22,4 mm.
Kemudian sampel ore di Mixing dan matriks sampel 20 bagian dengan cell 4x5
diambil hingga sesuai dengan jumlah yang diinginkan menggunakan Skop 30 D.
Perlakuan matriks dapat dilakukan lebih dari sekali sesuai dengan jumlah sampel
yang dibutuhkan dengan catatan diperhatikan agar selama proses reduksi tidak ada
sampel yang terserak, mengalami perubahan kualitas, atau tercampur dengan benda
lain. Sampel hasil direduksi di keringkan dengan menggunakan oven, dari sebagian
sampel hasil matriks 4x5 diambil untuk parameter Kadar Kelembaban (MC).
Parameter kelembaban hanya dilakukan pada sampel Dome (ETO, EFO) dan
Sampel Kapal untuk keperluan dokumen Pengapalan.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk persiapan analisa sampel
nikel ore untuk instrumen X-Ray Fluorescence (XRF) seperti: metode loose
powder, press pellet, & Fuse bead. Metode yang digunakan di PT. Bakti Pertiwi
Nusantara ialah metode persiapan sampel Press Pellet . Metode Press pellet ini
sangat sederhana, dimana sampel -200 mesh (75 µm) ditimbang sebanyak ±20 gram
di dalam aluminium cup kemudian dimasukkan kedalam alat press otomatis untuk
pengepressan. Percobaan ini menggunakan tekanan 20 ton, sesuai dengan standar
internal PT. Bakti Pertiwi Nusantara. Sebelum dianalisa diperhatikan permukaan
sampel harus datar untuk menghasilkan analisis yang optimal. Sample hasil press
dimasukan ke dalam oven selama 5 menit pada suhu 105 ºC, bertujun
meminimalisisr sampel hasil press menangkap uap air di udara agar sampel hasil
press stabil dalam pembacaan.
mengetahui karakteristik material yang ada di PIT, Sampel Dome untuk mengetahui
kualitas dari hasil Produksi Ore, Serta Sampel Kapal untuk kegiatan Pemasaran.
BAB V
A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan Praktik kerja industri pada PT. Bakti Pertiwi
Nusantara yang terhitung sejak tanggal 20 November 2021 sampai dengan 08 Maret
2021, maka akhirnya penulis dapat menarik beberapa kesimpulan :
B. Saran
Setelah melakukan Praktik Kerja Industri di perusahaan PT. Bakti Pertiwi
Nusatara, penulis mengamati wilayah IUP (izin Usaha Pertambangan), adapun
sedikit saran dari penulis sebagai berikut :
1. Hendaknya kerja sama yang sudah terjalin antara pihak Perusahaan dan
Sekolah dapat dipertahankan dan dilanjutkan bahkan lebih ditingkatkan lagi
sebagai sarana peningkatan mutu pendidikan dan sumber daya manusia di
Indonesia.
2. Kesadaran diri karyawan dapat ditingkatkan khususnya masalah kebersihan
dan pengecekan alat yang digunakan di tempat kerja.
3. Khususnya untuk General Affair sebaiknya lebih memperhatikan terkait
mobilitas penjemputan karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Crushing (-10 mm) Crushing (-3 mm) Dividing sampel Penghalusan (-200 mesh)
Penimbangan Sampel
20 OREAS 193 1.93 13.66 0.05 0.36 20.25 42.72 3.08 0.96 0.32
21 B5.DH19/10 1.96 29.22 0.06 - 8.76 24.24 1.11 - -
22 OREAS 194 2.13 11.53 0.04 0.31 22.83 43.02 2.74 0.82 0.26
23 AO.1742/09 2.58 43.60 0.11 - 0.77 10.23 2.68 - -
24 AO.1742/10 2.90 30.32 0.06 - 6.27 24.07 1.95 - -
25 OREAS 195 2.94 12.80 0.05 0.39 19.01 44.00 3.13 0.96 0.29
DATA PEMBACAAN KALIBRASI
No
Name Ni Fe Co CaO MgO SiO2 Al2O3 Cr2O3 MnO
1 B5.DH19/17 0.63 9.15 0.01 0.210 24.7 39.63 0.10 0.45 0.08
2 OREAS 182 0.69 20.81 0.02 0.290 9.17 41.89 4.10 1.21 0.54
3 AO.1742/01 0.88 48.49 0.05 0.080 2.37 4.41 12.69 2.56 0.39
4 B5.DH19/02 0.94 51.77 0.06 0.020 1.84 3.36 6.79 2.55 0.64
5 OREAS 183 1.02 9.03 0.01 0.680 25.41 41.24 1.51 0.64 0.15
6 OREAS 184 0.99 27.39 0.03 0.240 2.92 37.93 5.08 1.6 0.66
7 F08.178/04 1.03 49.40 0.06 0.030 0.62 4.05 9.10 2.36 1.07
8 OREAS 185 1.13 13.25 0.02 0.380 20.75 42.5 2.40 0.92 0.28
9 F08.178/05 1.19 46.90 0.06 0.050 1.11 5.89 9.68 2.67 1.59
10 OREAS 186 1.21 22.10 0.03 0.570 4.19 44.06 5.19 1.32 0.51
11 OREAS 187 1.34 13.78 0.02 0.380 19.19 46.58 2.49 1.01 0.35
12 F08.178/07 1.34 33.61 0.04 0.160 9.16 21.18 3.59 1.98 0.75
13 AO.1742/04 1.44 50.05 0.06 0.040 0.2 2.81 6.64 2.45 1.32
14 OREAS 189 1.46 10.94 0.01 0.310 22.28 43.35 1.37 0.74 0.21
15 AO.1742/06 1.54 46.00 0.07 0.040 0.71 2.94 8.80 2.35 2.92
16 OREAS 190 1.63 25.18 0.03 0.150 6.37 36.19 5.77 1.63 0.59
17 OREAS 191 1.75 17.54 0.02 0.280 9.32 45.15 3.33 1.17 0.4
18 OREAS 192 1.78 13.13 0.02 0.280 21.17 41.15 2.4 0.86 0.26
19 B5.DH19/08 1.82 35.53 0.04 0.150 5.21 14.68 1.39 1.91 0.66
20 OREAS 193 1.96 14.11 0.02 0.330 20.57 40.43 2.54 0.92 0.3
21 B5.DH19/10 1.98 28.40 0.03 0.210 8.71 21.61 0.68 1.29 0.5
22 OREAS 194 2.16 11.94 0.01 0.290 23.19 41.35 2.23 0.77 0.24
23 AO.1742/09 2.60 44.16 0.05 0.080 0.24 8.28 3.11 2.32 1.12
24 AO.1742/10 2.94 30.33 0.03 0.200 7.29 22.12 1.9 1.62 0.68
25 OREAS 195 2.92 13.38 0.02 0.380 17.47 42.86 2.15 0.94 0.27
SELISIH PEMBACAAN VS SERTIFIKAT
No
Name Ni Fe Co CaO MgO SiO2 Al2O3 Cr2O3 MnO
1 B5.DH19/17 0.04 0.02 0.00 - 4.43 1.75 0.32 - -
2 OREAS 182 0.02 0.23 0.05 0.04 0.01 4.88 0.03 0.08 0.04
3 AO.1742/01 0.01 0.41 0.03 - 1.50 0.01 0.23 - -
4 B5.DH19/02 0.02 0.47 0.01 - 1.62 0.49 0.72 - -
5 OREAS 183 0.03 0.12 0.01 0.03 1.90 3.25 0.09 0.01 0.03
6 OREAS 184 0.03 0.12 0.06 0.02 0.13 4.32 0.46 0.15 0.02
7 F08.178/04 0.01 0.19 0.07 - 0.11 2.07 0.15 - -
8 OREAS 185 0.01 0.36 0.02 0.01 0.53 3.43 0.08 0.01 0.02
1.60
Daily Chart Laboratorium
1.55
1.50
1.45
1.40
1.35
1.30
1.25
1.20
1.8
1.6
1.4
1.2
0.8
06 07 08 09 10 11 12 13 14
Februari Februari Februari Februari Februari Februari Februari Februari Februari
2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022
Kalibrasi 184 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99
OREAS 184 0.97 0.97 0.98 0.98 0.98 0.99 0.98 0.98 0.98
Kalibrasi 186 1.21 1.21 1.21 1.21 1.21 1.21 1.21 1.21 1.21
OREAS 186 1.22 1.20 1.21 1.19 1.23 1.22 1.18 1.22 1.19
Kalibrasi 192 1.78 1.78 1.78 1.78 1.78 1.78 1.78 1.78 1.78
OREAS 192 1.75 1.75 1.77 1.79 1.79 1.77 1.75 1.75 1.79