Anda di halaman 1dari 3

Nama: Akhir Harsa

NPM: 71210123156

Mata Kuliah: Kebijakan Kriminal

1. Kebijakan Penal (Penal Policy), yaitu kebijakan dengan memberdayakan Sistem

Peradilan Pidana atau Criminal Justice System (penegakan hukum pidana) yaitu

dengan menggunakan KUHP, maupun Undang-Undang diluar KUHP.. Kebijakan

Non-Penal (Non-Penal Policy), yaitu kebijakan dengan menggunakan sarana lain di

luar hukum pidana yaitu melakukan dengan pendekatan agama, budaya, kultural,

modal, edukatif.

2. Kebijakan Legislatif (Legislatif Policy), yaitu kebijakan hukum pidana dalam tahap

perumusan (formulasi) masalah-masalah yang berhubungan dengan hukum pidana.

Kebijakan Yudikatif (Judicative Policy), yaitu kebijakan hukum pidana dalam tahap

penerapan (aplikasi) ketentuan peraturan perundang-undangan yang berhubungan

dengan hukum pidana. Istilah White Collar Crime ditujukan bagi aparat dan petinggi

negara sedangkan Blue Collar Crime dipakai untuk menyebut kejahatan-kejahatan

yang terjadi di kelas sosial bawah dengan kualitas dan kuantitas yang lebih rendah

dari kejahatan yang dihasilkan oleh White Collar Criminal.Salah satu bentuk

kriminalitas yaitu pembunuhan disebut sebagai blue collar crime atau disebut juga

sebagai kejahatan kerah biru. Sedangkan kasus korupsi yang dilakukan para petinggi

negara ini disebut sebagai white collar crime atau kejahatan kerah putih.

3. Proses kriminalisasi merupakan suatu proses dimana suatu perbuatan yang mulanya

tidak dianggap sebagai kejahatan atau tindak pidana kemudian dengan dikeluarkannya

peraturan perundang-undangan yang melarang perbuatan tersebut, maka perbuatan itu

kemudian menjadi perbuatan jahat atau tindak pidana. Proses dekriminalisasi


merupakan kebalikan dari proses kriminalisasi, hal mana proses

dekriminalisasi adalah suatu proses dimana suatu perbuatan yang merupakan

perbuatan jahat atau tindak pidana karena dilarang dalam peraturan perundang-

undangan, kemudian pasal yang menyangkut perbuatan itu dicabut dari peraturan

perundang-undangan. Penalisasi adalah suatu proses pengancaman suatu perbuatan

yang dilarang dengan sanksi pidana. proses depenalisasi atau depenalitation process

merupakan suatu penghilangan sanksi pidana dari suatu perbuatan yang diancam

pidana.

4. Yang dimaksud dengan double track system adalah sistem dua jalur dimana

selain mengatur sanksi pidana juga mengatur tindakan. disebabkan karena

dalam penanganannya kasus seperti ini banyak yang tidak terselesaikan , dalam artian

banyak kasus yang dibiarkan dan tidak ditindak lanjuti oleh aparat penegak hukum

dan sering kali tidak memenuhi rasa keadilan masyarakat sehingga timbul pemicu

yang menyebabkan suatu ledakan kemarahan masyarakat yang menyebabkan

perbuatan tindak main hakim sendiri merupakan perbuatan yang bertujuan untuk

memberikan suatu sanksi secara individu tanpa memperhatikan proses hukum yang

berlaku. Adapun yang melatar belakangi hal tersebut ialah: Kurangnya pemahaman

dan kesadaran masyarakat terhadap hukum, Lemahnya Penegakan Hukum, dalam

artian banyak kasus yang dibiarkan dan tidak ditindak lanjuti oleh aparat penegak

hukum dan seringkali tidak memenuhi rasa keadilan masyarakat sehingga timbul

pemicu yang menyebabkan suatu ledakan kemarahan masyarakat. Kenyataan tersebut

di atas, maka masyarakat merasa main hakim sendiri merupakan tindakan tegas dalam

memberikan sanksi kepada pelaku kejahatan. Ketidakpercayaan Masyarakat Kepada

Penegak Hukum, bukan tidak mungkin akan muncul ketidakpercayaan anggota

masyarakat terhadap penegakan hukum yang di sedang dilakukan oleh aparat hukum.

Sehingga, titik kulminasi yang terjadi ketika ketidakpercayaan anggota masyarakat itu
akan berimbas pada tindakan-tindakan di luar dari tataran hukum yang berlaku seperti

tindakan main hakim itu sendiri.

5. Dalam buku Barda Nawawi Arief yang berjudul Bunga Rampai Kebijakan Hukum
Pidana, bahwa: “Kebijakan hukum pidana merupakan terjemahan langsung dari istilah
penal policy, namun adakalanya istilah penal policy ini diterjemahkan puladengan
politik hukum pidana. Istilah penal policy ini mempunyai pengertian yang sama
dengan istilah criminal law policy dan strafrechtspolitiek sehingga kedua istilah ini
juga diterjemahkan dengan politik hukum pidana atau kebijakan hukum pidana, akan
tetapi dari penjelasan sebelumnya bahwa istilah kebijakan diambil dari istilah policy
dalam bahasa Inggris atau Politiek dalam bahasa Belanda” (Barda Nawawi, 1996)
Dengan demikian, maka istilah kebijakan hukum pidana dapat pula disebut dengan
istilah politik hukum pidana diartikan sebagai usaha yang rasional untuk
menanggulangi kejahatan dengan menggunakan sarana hukum pidana. Pengertian
kebijakan hukum pidana atau politik hukum pidana dapat ditinjau dari sudut politik
hukum dan politik kriminal. Usaha dan kebijakan untuk membuat peraturan hukum
pidana yang baik pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari tujuan penanggulangan
kejahatan. Dengan perkataan lain, dilihat dari sudut politik kriminal, maka politik
hukum pidana identik dengan pengertian “kebijakan penanggulangan kejahatan
dengan hukum pidana. Usaha penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana pada
hakikatnya juga merupakan usaha penegakan hukum (khususnya penegakan hukum
pidana). Oleh karena itu, sering pula dikatakan bahwa politik atau kebijakan hukum
pidana merupakan bagian pula dari kebijakan penegakan hukum (law enforcement
policy).

Anda mungkin juga menyukai