Penyulit Non Obstetrik Dan Obstetrik
Penyulit Non Obstetrik Dan Obstetrik
1
Anemia
Definisi :
➢ Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel
darah merah atau hemoglobin
Penegakan Diagnosis :
➢ Kadar Hb < 11 gr/dl (trimester I dan III) atau < 10,5 gr/dl
(trimester II)
Faktor Predisposisi :
➢ Diet rendah zat besi, B12 dan Asam Folat
➢ Kelainan gastrointestinal
➢ Penyakit kronis
➢ Riwayat keluarga
2
Anemia
Tata Laksana Umum :
➢ Lakukan pemeriksaan apus darah tepi (morfologi sel darah merah )
➢ Tablet tambah darah 60 mg besi elemental dan 250 μg Asam Folat
▪ Terapi awal 3 x 1 sehari
▪ 90 hari muncul perbaikan → lanjutkan sampai 42 hari pasca persalinan
▪ 90 hari perbaikan (-) → Rujuk
3
Asma Akut
Definisi :
➢ Asma adalah penyakit sistem respirasi yang ditandai dengan episode
sesak dan mengi berulang
➢ Disebabkan inflamasi kronik saluran udara serta sekresi mukus berlebih
➢ Pada serangan asma akut, inflamasi akan menyebabkan saluran udara
menjadi sempit sehingga mengurangi aliran udara inspirasi dan ekspirasi
Penegakan Diagnosis :
➢ Sesak/ sulit bernafas
➢ Mengi/ wheezing
➢ Batuk berdahak
➢ Ronkhi
4
Asma Akut
Tata laksana Umum :
➢ Oksigen
➢ Hindari obat penekan batuk, sedatif dan antihistamin
➢ RL atau NaCl 0,9 %
➢ Terbutalin s.c. dosis 0,25 mg/ tiap 15 menit dalam 3 dosis ATAU
oral 2,5 mg tiap 4-6 jam
➢ Berikan 40-60 mg Metilprednisolon i.v. tiap 6 jam ATAU
Hidrocortison i.v. 2 mg/ kgBB / tiap 4 jam ATAU setelah loading
dose 2 mg/ kgBB dilanjutkan infus 0,5 mg/ kgBB/jam
➢ Tanda infeksi → Ampisilin 2 gr i.v. Tiap 6 jam
5
Asma Akut
Tata laksana Pada Persalinan :
➢ Asma dapat memburuk selama persalinan
➢ Penanganan asma akut saat persalinan sama dengan pada saat
kehamilan
➢ Persalinan per vaginam disarankan kecuali terdapat indikasi
obstetri untuk s.c.
➢ Bila dilakukan s.c.→ Anestesi regional
➢ Kesulitan pernafasan pada Kala II → ekstraksi vakum atau cunam
➢ Pencegahan pendarahan pasca salin → Oksitosin 10 unit i.m.
ATAU Ergometrin 0,2 mg i.m.
➢ Tidak ada respon setelah terapi → Ruang Intensif
6
Gagal Jantung
Definisi :
➢ Sindrom klinis akibat kelainan struktural maupun fungsional
jantung yang menyebabkan terganggunya fungsi pengisian dan
pengosongan ventrikel.
Penegakan Diagnosis :
➢ Sulit dikenali karena perubahan fisiologis pada kehamilan sering
menyerupai tanda dan gejala gangguan jantung.
➢ Tanda-tanda kecurigaan penyakit jantung pada kehamilan
7
Gagal Jantung
Latar Belakang :
➢ Beberapa perubahan sistem kardiovaskuler maupun
hematologis selama kehamilan dapat mengaburkan
penegakkan diagnosis penyakit jantung maupun dapat
memperberat penyakit jantung itu sendiri khususnya
pada periode intrapartum
➢ Periode intrapartum maupun postpartum merupakan
masa yang kritis, kebanyakan kematian terjadi pada
periode ini
Gagal Jantung
Perubahan pada sistem kardiovaskuler yang terjadi selama kehamilan :
➢ Volume darah dan cardiac output (COP) meningkat pada trimester I dan
mencapai puncak pada usia kehamilan 20-24 minggu sampai mencapai aterm.
Heart rate (HR) meningkat 10-20 kali/menit, stroke volume meningkat dan
tahanan pembuluh darah perifer menurun sehingga tekanan darah sedikit
menurun.
➢ Selama persalinan cardiac output dan tekanan darah meningkat bersamaan
dengan kontraksi uterus.
➢ Segera setelah dilahirkan, tekanan pengisian jantung (cardiac filling pressure)
meningkat karena adanya dekompresi vena kava dan kembalinya darah dan
uterus ke dalam sirkulasi sitemik.
➢ Adaptasi sistem kardiovaskuler selama kehamilan akan kembali dalam 6 minggu
setelah kelahirañ. Perubahanperubahan pada sistem kardiovaskuler yang terjadi
pada periode anterpartum, intrapartum, maupun postpartum
Gagal Jantung
Tanda-tanda kecurigaan penyakit jantung pada kehamilan :
➢ Dispneu atau ortopneu yang memberat
➢ Batuk di malam hari
➢ Hemoptisis
➢ Pingsan
➢ Nyeri dada
➢ Sianosis
➢ Jari tabuh
➢ Distensi vena leher yang menetap
➢ Murmur sistolik
➢ Murmur diastolik
➢ Kardiomegali
➢ Aritmia yang menetap
➢ Split bunyi jantung kedua yang menetap
10
Gagal Jantung
Penegakan diagnosa lebih lanjut :
➢ EKG
➢ Echokardiografi
➢ Thorax PA (gunakan pelindung radiasi untuk melindungi janin)
Kelas Keterangan
I Tidak ada gangguan aktivitas fisik dan tidak ada nyeri dada
II Ada rasa tidak nyaman (kelelahan, palptasi, dispneu, nyeri dada)
ketika aktivitas fisik biasa. Tidak ada gangguan saat beristirahat
III Ada rasa tidak nyaman (kelelahan, palptasi, dispneu, nyeri dada)
ketika aktivitas fisik ringan. Tidak ada gangguan saat beristirahat
IV Gejala insufisiensi kardiak atau angina muncul saat istirahat dan
memberat saat aktivitas
11
Gagal Jantung
Faktor Predisposisi :
➢ Bergantung pada kelainan struktural maupun fungsional yang mendasari.
➢ Dapat juga terjadi idiopatik
Tatalaksana
➢ Konseling
• Konseling prakonsepsi sesuai resiko masing-masing penyakit
• Kelainan jantung kelas 3 dan 4 → tidak hamil, Kontrasespsi AKDR, tubektomi
atau vasektomi pada suaminya
➢ Penanganan kelas I dan II selama kehamilan
• Morbiditas rendah → waspada
• RS dengan dokter spesialis jantung unit perawatan intensif
• Hindari kontak dengan penderita ISPA
• Dilarang merokok
12
Gagal Jantung
Tatalaksana (lanjutan)
➢ Penanganan kelas I dan II selama kehamilan
• Morbiditas rendah → waspada
• RS dengan dokter spesialis jantung unit perawatan intensif
• Hindari kontak dengan penderita ISPA
• Dilarang merokok
➢ Penanganan gagal jantung selama persalinan
• Posisi ibu miring ke kiri untuk mencegah overload cairan
• Analgetik yang sesuai
• Jika memerlukan oksitosin → berikan dlm konsentrasi tinggi, tetesan rendah
dan pengawasan keseimbangan cairan.
Jangan beri Ergometrin
• Persalinan pervaginam dengan mempercepat kala II
• Hindari mengedan
• Jika perlu → episiotomi , akhiri dengan ekstraksi/ vakum
• Gagal jantung bukan indikasi SC
13
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Hipertensi (WHO)
❖ Tekanan Darah > 140 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik) pada 2x pemeriksaan
dengan jarak 4 – 6 jam pada wanita yang sebelumnya TD normal
❖ Bila TD > 140/90 mmHg pada ibu hamil, lakukan pemeriksaan kadar protein urin
❖ Kadang-kadang tekanan darah tinggi sudah muncul sebelum kehamilan. Dalam kasus lain,
tekanan darah tinggi menjadi semakin berkembang selama kehamilan
Faktor Predisposisi :
❖ Kehamilan Kembar
❖ Penyakit trofoblas
❖ Hidramnion
❖ Diabetes Melitus
❖ Gangguan vaskuler plasenta
❖ Faktor herediter
❖ Riwayat preeklampsia sebelumnya
❖ Obesitas sebelum hamil
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Waspadai tanda dan gejala hipertensi kehamilan seperti berikut :
➢ Ditemukannya kelebihan protein dalam urin (proteinuria) atau tanda-tanda tambahan
masalah ginjal.
➢ Sakit kepala yang parah.
➢ Perubahan penglihatan, penglihatan menjadi kabur atau sensitivitas cahaya.
➢ Mual atau muntah.
➢ Urin dari buang air kecil menurun.
➢ Penurunan kadar trombosit dalam darah.
➢ Gangguan pada fungsi hati.
➢ Sesak napas, hal ini disebabkan oleh cairan di paru-paru.
➢ Kenaikan tiba-tiba pada berat badan dan pembengkakan (edema), khususnya di wajah dan
tangan, sering menyertai preeklampsia. Tapi hal-hal ini juga terjadi di banyak kehamilan
normal, sehingga kadang tidak dianggap sebagai tanda-tanda preeklampsia.
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Tekanan darah tinggi selama kehamilan menimbulkan berbagai risiko :
1. Penurunan aliran darah ke plasenta
Jika plasenta tidak mendapatkan cukup darah bayi akan kekurangan
oksigen dan gizi ibu hamil yang dikonsumsi, sehingga asupan menjadi
lebih sedikit. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan bayi
menjadi lambat, sehingga dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah
atau kemungkinan untuk lahir prematur. Prematur sendiri dapat
menyebabkan gangguan pernapasan pada bayi.
2. Placental abruption
Preeklamsia sendiri dapat meningkatkan risiko placental abruption, di
mana plasentanya terpisah dari dinding dalam rahim sebelum
kelahiran. Abruption parah dapat menyebabkan perdarahan berat dan
kerusakan pada plasenta, yang dapat mengancam jiwa ibu
dan perkembangan janin.
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
3. Persalinan prematur
Dalam proses kehamilan, kesadaran dan perawatan pada awal
kehamilan diperlukan untuk mencegah komplikasi yang berpotensi
mengancam nyawa karena persalinan yang prematur.
Hipertensi Kronik
Hipertensi kronik Hipertensi Hipertensi kronik Kehamilan < 20 minggu
Superimposed Preeklampsia Proteinuria dan tanda lain dari
preeklampsia
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Hipertensi Kronis :
➢ Hipertensi yang ada sebelum kehamilan atau terjadi sebelum 20
minggu kehamilan
➢ Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan
dan menetap setelah persalinan
Penegakan Diagnosis :
➢ TD > 140/90 mmHg
➢ Riwayat hipertensi sebelum hamil atau diketahui adanya hipertensi
pada usia kehamilan < 20 minggu
➢ Tidak ada proteinuria
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Tata Laksana :
1. Banyak istirahat
2. Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat anti hipertensi dan terkontrol
dengan baik, terapi lanjut
3. Jika tekanan Diastolik > 110 mmHg atau tekanan Sistolik > 160 mmHg → Obat
antihipertensi
4. Proteinuria (+)/ tanda-tanda dan gejala lain → Superimposed Preeklampsia →
tangani seperti Preeklampsia
5. Kalsium 1,5 – 2 gr/ hari dan Aspirin 75 mg/ hari mulai dari usia kehamilan 20
minggu
6. Pantau pertumbuhan dan kondisi janin
7. Komplikasi (-) → tunggu sampai aterm
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Hipertensi Gestasional :
➢ Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu, selama
persalinan, dan atau 48 jam post partum.
➢ Umumnya menghilang setelah persalinan.
➢ Lebih sering terjadi pada primigravida. Keadaan patologis telah terjadi sejak
implantasi, sehingga timbul iskemia plasenta yang kemudian diikuti dengan
sindroma inflamasi.
➢ Beberapa wanita hamil dengan hipertensi gestasional akhirnya darah tingginya
berkembang menjadi preeklamsia.
➢ Hipertensi dalam kehamilan dan preeklampsia ringan sering ditemukan tanpa
gejala, kecuali peningkatan tekanan darah.
➢ Prognosis menjadi lebih buruk dengan terdapatnya proteinuria.
➢ Edema tidak lagi menjadi suatu tanda pasti untuk preeklampsia.
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Penegakan Diagnosis :
➢ TD > 140/90 mmHg
➢ Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal
di usia kehamilan < 20 minggu
➢ Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
➢ Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati
dan trombositopenia
➢ Diagnosis pasti ditegakkan pasca persalinan
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Tata Laksana :
➢ Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin
setiap minggu.
➢ Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan.
➢ Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin
terhambat, rawat untuk penilaian kesehatan janin.
➢ Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia
dan eklampsia.
➢ Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
1. Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam TIDAK DAPAT MENCEGAH hipertensi
karena kehamilan, bahkan dapat membahayakan janin
2. Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum
sepenuhnya terbukti
4. Kasus harus ditindak lanjuti secara berkala dan diberi edukasi sejak awal kepada suami,
orang tua, mertua dll, bilamana harus kembali ke pelayanan kesehatan
Eklampsia :
• Eklampsia ditandai oleh gejala preeklampsia berat dan kejang
– Kejang dapat terjadi dengan tidak tergantung pada beratnya hipertensi
– Kejang bersifat tonik-klonik, menyerupai kejang pada epilepsy grand mal
– Koma terjadi setelah kejang dan dapat berlangsung lama (beberapa ja
• Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan
subarakhnoid, dan meningitis)
PRE EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Tatalaksana Umum
• Ibu hamil dengan preeklampsia harus segera dirujuk ke rumah
sakit
janin
2. Lebih banyak istirahat
3. Diet biasa
Pengelolaan kejang:
1. Beri obat anti kejang (anti konvulsan)
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir, masker oksigen,
oksigen)
3. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
4. Aspirasi mulut dan tenggorokan
5. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi
6. Berikan O2 4-6 liter/menit
PRE EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Penegakan Diagnosis :
➢ Mual
➢ Muntah
➢ Nyeri kepala
➢ Malaise
➢ Kelemahan
PRE EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Edema Paru :
Penegakkan Diagnosis
➢ Sesak napas, hipertensi, batuk berbusa, ronki basah halus
pada basal paru pada ibu dengan preeklampsia berat
Tatalaksana Umum
➢ Posisikan ibu dalam posisi tegak
➢ Berikan oksigen
➢ Berikan furosemide 40 mg IV.
➢ Bila produksi urin masih rendah (<30 ml/jam dalam 4 jam),
pemberian furosemid dapat diulang.
➢ Ukur keseimbangan cairan. Batasi cairan yang masuk.
Alur Terapi Hipertensi Dalam Kehamilan
Terapi Antihipertensi
Antihipertensi :
➢ Ibu dengan hipertensi berat selama kehamilan perlu mendapat
terapi antihipertensi.
➢ Pilihan antihipertensi didasarkan terutama pada pengalaman
dokter dan ketersediaan obat.
➢ Antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya Captopril), ARB
(misalnya : Valsatran), dan Klortiazid KONTRAINDIKASI pada ibu
hamil
➢ Ibu yang mendapat terapi antihipertensi di masa antenatal
dianjurkan untuk melanjutkan terapi antihipertensi hingga
persalinan.
➢ Terapi antihipertensi dianjurkan untuk hipertensi pascasalin berat.
Terapi Antihipertensi
European Society of Cardiology (ESC) Guidelines 2010
➢ Pemberian antihipertensi pada tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau
diastolik ≥ 90 mmHg pada wanita dengan hipertensi gestasional (dengan
atau tanpa proteinuria), hipertensi kronik superimposed, hipertensi
gestasional, hipertensi dengan gejala atau kerusakan organ subklinis pada
usia kehamilan berapa pun
Nifedipin
• Mencegah persalinan preterm (tokolisis) dan sebagai antihipertensi
• Selain berperan sebagai vasodilator arteriolar ginjal yang selektif dan
bersifat natriuretik, dan meningkatkan produksi urin
• Regimen : 10 mg kapsul oral, diulang tiap 15 – 30 menit, dengan dosis
maksimum 30 mg
• Kombinasi Nifedipin dan Magnesium Sulfat menyebabkan hambatan
neromuskular atau hipotensi berat hingga kematian maternal
Terapi Antihipertensi
Calcium Channel Blocker (lanjutan)
Nikardipin
• Merupakan calcium channel blocker parenteral, mulai bekerja
setelah 10 menit pemberian dan menurunkan tekanan darah
dengan efektif dalam 20 menit (lama kerja 4 -6 jam)
• Dosis awal yang dianjurkan melalui infus yaitu 5 mg/jam, dan
dapat dititrasi 2.5 mg/jam tiap 5 menit hingga maksimum 10
mg/jam atau hingga penurunan tekanan arterial rata –rata sebesar
25% tercapai. Kemudian dosis dapat dikurangi dan disesuaikan
sesuai dengan respon
Terapi Antihipertensi
Metildopa
1. Agonis reseptor alfa yang bekerja di sistem saraf pusat, adalah obat
antihipertensi yang paling sering digunakan untuk wanita hamil dengan
hipertensi kronis
2. Metildopa mempunyai safety margin yang luas (paling aman)
3. Bekerja terutama pada sistem saraf pusat, namun juga memiliki sedikit efek
perifer yang akan menurunkan tonus simpatis dan tekanan darah arteri.
Frekuensi nadi, cardiac output, dan aliran darah ginjal relatif tidak terpengaruh
4. Efek samping pada ibu antara lain letargi, mulut kering, mengantuk, depresi,
hipertensi postural, anemia hemolitik dan drug-induced hepatitis
5. Dimulai pada dosis 250-500 mg per oral 2 atau 3 kali sehari, dengan dosis
maksimum 3 g per hari Efek obat maksimal dicapai 4-6 jam setelah obat masuk
dan menetap selama 10-12 jam sebelum diekskresikan lewat ginjal
6. Alternatif lain penggunaan metildopa adalah intra vena 250-500 mg tiap 6 jam
sampai maksimum 1 g tiap 6 jam untuk krisis hipertensi. Metildopa dapat
melalui plasenta pada jumlah tertentu dan disekresikan di ASI
Terapi Antihipertensi
WHO - 2013
Nama Obat Dosis
Nifedipin 4 x 10-30 mg per oral (short acting)
1 x 20-30 mg per oral (long acting/ Adalat OROS)
Pemantauan :
1. Produksi urin
2. Refleks patella
3. Frekuensi nafas
4. Saturasi Oksigen
Pemberian ulang :
➢ MgSO4 2 gram bolus bila kejang berulang
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Alternatif I Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
Segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 g dalam larutan
Ringer Asetat / Ringer Laktat selama 6 jam
Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 (40%) 2 g
IV selama 5 menit
Dosis Pemeliharaan MgSO4 1 g / jam melalui infus Ringer Asetat / Ringer Laktat yang
diberikan sampai 24 jam postpartum
Alternatif II Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
Dosis pemeliharaan Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml Lignokain
(dalam semprit yang sama)
Pasien akan merasa agak panas pada saat pemberian MgSO4
Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
Sebelum pemberian MgSO4 Refleks patella (+)
ulangan, lakukan Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
pemeriksaan: Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit
Hentikan pemberian MgSO4, Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/menit)
jika:
Siapkan antidotum Jika terjadi henti nafas:
Bantu pernafasan dengan ventilator
Berikan Kalsium glukonas 1 g (20 ml dalam larutan 10%) IV
perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi
Terapi Diazepam
DIAZEPAM UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Dosis awal Diazepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
Jika kejang berulang, ulangi pemberian sesuai dosis awal
Dosis pemeliharaan Diasepam 40 mg dalam 500 ml larutan Ringer laktat melalui infus
Depresi pernafasan ibu baru mungkin akan terjadi bila dosis > 30
mg/jam
Jangan berikan melebihi 100 mg/jam
Kehamilan dan Persalinan dengan
Penyulit Obstetrik
Persalinan Preterm
Definisi :
➢Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi sebelum
usia kehamilan 37 minggu.
Penegakan Diagnosis :
➢Usia kehamilan < 37 minggu
➢Terjadi kontraksi 4 kali dalam 20 menit atau 8 kali dalam 60
menit diikuti dengan perubahan serviks yang progresif
➢Pembukaan serviks > 2 cm
Persalinan Preterm
Faktor Predisposisi :
➢Usia ibu <18 tahun atau >40 tahun
➢Hipertensi
➢Solusio plasenta
➢Solusio plasenta
➢Plasenta previa
➢Ketuban pecah dini
➢Infeksi intrauterine
➢Bakterial vaginosis
➢Serviks inkompetens
➢Kehamilan ganda
➢Penyakit periodontal
➢Riwayat persalinan preterm sebelumnya
➢Kurang gizi
➢Merokok
Persalinan Preterm
Tatalaksana
Tatalaksana Umum
➢ Pemberian tokolitik, kortikosteroid, dan antibiotika profilaksis. Namun
beberapa kasus memerlukan penyesuaian
Tatalaksana Khusus
➢ Jika ditemui salah satu dari keadaan berikut ini, tokolitik tidak perlu
diberikan dan bayi dilahirkan secara pervaginam atau perabdominam
sesuai kondisi kehamilan :
• Usia kehamilan di bawah 24 dan di atas 34 minggu
• Pembukaan > 3 cm
• Ada tanda korioamnionitis (infeksi intrauterin), preeklampsia, atau
perdarahan aktif
• Ada gawat janin
• Janin meninggal atau adanya kelainan kongenital yang
kemungkinan hidupnya kecil
Persalinan Preterm
Tatalaksana Khusus (lanjutan)
➢ Lakukan terapi konservatif (ekspektan) dengan
tokolitik, kortikosteroid, dan antibiotika jika syarat ini
terpenuhi:
• Usia kehamilan antara 24-34 minggu
• Dilatasi serviks kurang dari 3 cm
• Tidak ada korioamnionitis (infeksi intrauterin),
preeklampsia, atau perdarahan aktif
• Tidak ada gawat janin
Persalinan Preterm
Tatalaksana Khusus (lanjutan)
➢ Tokolitik hanya diberikan pada 48 jam pertama untuk
memberikan kesempatan pemberian kortikosteroid. Obat-obat
tokolitik yang digunakan adalah:
• Nifedipin: 3 x 10 mg per oral, ATAU
• Terbutalin sulfat 1000 pg (2 ampul) dalam 500 ml larutan
infus NaCL 0,9% dengan dosis awal pemberian 10 tetes per
menit lalu dinaukan 5 tetes/menit hingga kontraksi hilang,
ATAU
• Salbutamol: dosis awal 10 mg IV dalam 1 liter cairan infus
10 tetes/menit. Jika kontraksi masih ada, naikan kecepatan
10 tetes/menit setiap 30 menit sampai kontraksi berhenti
atau denyut nadi >120/menit kemudian dosis
dipertahankan hingga 12 jam setelah kontraksi hilang
Persalinan Preterm
Tatalaksana Khusus (lanjutan)
➢ Berikan kortikosteroid untuk pematangan paru janin, obat
pilihannya adalah:
• Deksametasone 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4
kali, ATAU
• Betametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
➢ Antibiotika profilaksis diberikan sampai bayi lahir, pilihan
antibiotika yang rutin diberikan untuk persalinan preterm
(untuk mencegah infeksi streptokokus grup B) adalah:
• Ampisilin: 2 g IV setiap 6 jam, ATAU
• Penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam, ATAU
• Klindamisin: 3 x 300 mg PO (jika alergi terhadap
penisilin)
Persalinan Preterm
Penegakan Diagnosis :
➢ Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan inspekulo.
➢ Dari anamnesis didapatkan penderita merasa keluar cairan
yang banyak secara tiba-tiba. Kemudian lakukan satu kali
pemeriksaan inspekulo dengan spekulum steril untuk melihat
adanya cairan yang keluar dari serviks atau menggenang di
forniks posterior.
➢ Jika tidak ada, gerakkan sedikit bagian terbawah janin, atau
minta ibu untuk mengedan/batuk.
Ketuban Pecah Dini
Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan dilakukan
penanganan aktif (melahirkan bayi) karena dapat mengurangi latensi
dan meningkatkan kemungkinan infeksi
Pastikan bahwa:
➢ Cairan tersebut adalah cairan amnion dengan memperhatikan:
• Bau cairan ketuban yang khas
• Tes nitrazin: lihat apakah kertas lakmus berubah dari merah
menjad biru. Harap diingat bahwa darah, semen, dan infeksi
dapat menyebabkan hasil positif palsu
• Gambaran pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati
sekret servikovaginal yang mengering
➢ Tidak ada tanda tanda in partu
Ketuban Pecah Dini
Faktor predisposisi :
➢ Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya
➢ Infeksi traktus genital
➢ Pendarahan antepartum
➢ Merokok
Tatalaksana
Tatalaksana Umum :
➢ Berikan eritromisin 4x250 mg selama 10 hari.
➢ Rujuk ke fasilitas yang memadai.
Ruptur Uteri
Ruptur Uteri
Definisi :
➢Ruptur uteri atau robeknya dinding rahim terjadi
akibat terlampauinya data regang miometrium
➢Pada bekas SC resiko terjadinya ruptur uteri lebih
tinggi
Penegakan Diagnosis :
➢Perdarahan intraabdominal dengan atau tanpa
pendarahan pervaginam
➢Nyeri perut hebat
➢Syok atau takikardia
➢Adanya cairan bebas intraabdominal
➢Hilangnya gerak dan denyut jantung janin
Ruptur Uteri
Penegakan Diagnosis (lanjutan) :
➢Bentuk uterus abnormal atau konturnya tidak
jelas
➢Dapat didahului oleh lingkaran kontriksi (Bandl’s
ring)
➢Nyeri tekan dinding perut
➢Bagian-bagian janin mudah dipalpasi
Ruptur Uteri
Tatalaksana
Tatalaksana Umum :
➢Berikan oksigen
➢Perbaiki kehilangan volume dengan pemberian
infus cairan intravena (NaCl 0,9% atau RL)
sebelum tindakan pembedahan
➢Jika kondisi ibu stabil → SC
Presentasi Bokong (sungsang)
Penegakan Diagnosis
➢Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen.
➢Pemeriksaan abdominal: kepala terletak di bagian
atas, bokong pada daerah pelvis, auskultasi
menujukkan denyut jantung janin lokasinya lebih
tinggi.
➢Pemeriksaan vaginal : teraba bokong atau kaki,
sering disertai adanya mekonium.
Presentasi Bokong (sungsang)
Tatalaksana
Tatalaksana Umum
➢Persalinan lama pada presentasi sungsang adalah
indikasi seksio sesarea
➢Seksio sesarea lebih aman dan direkomendasikan
pada:
• Presentasi bokong pada primigravida
• Double footling breech (kaki di bawah bokong)
• Pelvis yang kecil atau malformasi
• Janin yang sangat besar
• Bekas seksio sesarea dengan indikasi CPD
• Kepala yang hiperekstensi atau defleksi
Presentasi Bokong (sungsang)
Tatalaksana
Penegakan Diagnosis
➢ Pemeriksaan abdominal :
Sumbu panjang janin teraba melintang, tidak
teraba bagian pada pelvis inlet sehingga terasa
kosong.
➢ Pemeriksaan vaginal :
Sebelum in partu tidak ada bagian terendah yang
teraba di pelvis, sedangkan saat in partu yang
teraba adalah bahu, siku atau tangan.
Penegakan Diagnosis
Tanda distosia bahu yang harus diamati penolong persalinan
adalah:
➢ Kesulitan melahirkan wajah dan dagu
➢ Kepala bayi tetap melekat erat di vulva atau bahkan
tertarik kembali (turtle sign)
➢ Kegagalan paksi luar kepala bayi
➢ Kegagalan turunnya bahu
Distosia Bahu
➢ Faktor predisposisi
Waspadai terjadinya distosia bahu pada persalinan
beresiko :
Distosia Bahu
Faktor predisposisi (lanjutan) :
➢ Identifikasi dan obati diabetes pada ibu.
➢ Tawarkan persalinan elektif dengan induksi
maupun seksio sesarea pada ibu dengan diabetes
yang usia kehamilannya mencapai 38 minggu dan
bayinya tumbuh normal.
➢ Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi distosia
bahu.
➢ Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya
mengejan, menekan suprapubis atau fundus, dan
traksi berpotensi meningkatkan risiko cedera pada
janin.
Distosia Bahu
Tatalaksana
Tatalaksana Umum
➢ Minta bantuan tenaga kesehatan lain, untuk
menolong persalinan dan resusitasi neonatus bila
diperlukan. Bersiaplah juga untuk kemungkinan
perdarahan pascasalin atau robekan perineum
setelah tatalaksana.
➢ Lakukan manuver McRobert. Dalam posisi ibu
berbaring telentang, mintalah ia untuk menekuk
kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya
sejauh mungkin ke arah dadanya. Mintalah
bantuan 2 orang asisten untuk menekan fleksi
kedua lutut ibu ke arah dada.
Distosia Bahu
Tatalaksana Umum (lanjutan) :
➢ Minta bantuan tenaga kesehatan lain, untuk menolong
persalinan dan resusitasi neonatus bila diperlukan.
Bersiaplah juga untuk kemungkinan perdarahan pascasalin
atau robekan perineum setelah tatalaksana
➢ Mintalah salah seorang asisten untuk melakukan tekanan
secara simultan ke arah lateral bawah pada daerah
suprasimfisis untuk membantu persalinan bahu
➢ Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi
tingkat tinggi, lakukan tarikan yang mantap dan terus
menerus ke arah aksial (searah tulang punggung janin)
pada kepala janin untuk menggerakkan bahu depan di
bawah simfisis pubis
Distosia Bahu
Manuver Mc Robert
Distosia Bahu
Penekanan Suprasimfisis
Distosia Bahu
Tatalaksana Khusus
➢ Jika bahu masih belum dapat dilahirkan:
• Buatlah episiotomi untuk memberi ruangan yang cukup untuk
memudahkan manuver internal
• Pakailah sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi,
masukkan tangan ke dalam vagina pada sisi punggung bayi
• Lakukan penekanan di sisi posterior pada bahu posterior
untuk mengadduksikan bahu dan mengecilkan diameter bahu
• Rotasikan bahu ke diameter oblik untuk membebaskan
distosia bahu
• Jika diperlukan, lakukan juga penekanan pada sisi posterior
bahu anterior dan rotasikan bahu ke diameter oblik
Distosia Bahu
Tatalaksana Khusus (lanjutan)
➢ Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah
dilakukan tindakan di atas:
• Masukkan tangan ke dalam vagina
• Raih humerus dari lengan posterior, kemudian
sembari menjaga lengan tetap fleksi pada siku,
pindahkan lengan ke arah dada. Raih
pergelangan tangan bayi dan tarik lurus ke arah
vagina. Manuver ini akan memberikan ruangan
untuk bahu anterior agar dapat melewati bawah
simfisis pubis
Manuver Schwarts and Dixon
Manuver Wood’s Corkscrew
Manuver Hibbard
Kleidotomi
Manuver Zavanelli
Anatomi Panggul