Anda di halaman 1dari 87

GAMBARAN FAKTOR NON-PARTISIPASI JAMINAN

KESEHATAN NASIONAL PADA PASIEN DEWASA DI UPTD


PUSKESMAS KECAMATAN WARUNGKIARA

dr. Ibrahim A Hilmy


HUDRIMI,SKM
Kepala Puskesmas
Warungkiara

DR MOCH RIKI
RAHMAN KARTA
Dokter pembimbing FAJRI ARDIANSYAH,SKEP NERS,
DR DARA PUTRI PARAMEDIKA
RINI RACHMIATI DESSY,AMD KEP,
& DRG CHAIRYAH KARTIKA
RIFAN APRIYANA,
Dokter fungsional SANDYYA TIRATAMA,
AMD KEP & SITI NURHAYATI,SKEP
puskesmas dan
memberi konsultasi & TEDDY WAHYUDI Membantu dalam pengolahan
terhadap miniproject PURA, AMD KEP dan identifikasi data
Membantu
pengumpulan data
primer & kuesioner
ASMIATI RESTU, DR ADE FAUZAN M,
ELI MULYANI,SKM, DR DOLA LONITA,
FITRI HIDAYANTI, SELURUH DR FARHAN ABDURRAHMAN,
RESPONDEN
& MUTIARA SARI PENELITIAN DR MAGDALENA ULI,
Membantu pengumpulan Bersedia meluangkan & DR RAYHAN ISWANDI
data sekunder waktu dan menjawab Sejawat internship
pertanyaan
o PENDAHULUAN

o TINJAUAN PUSTAKA

o METODE PENELITIAN

o HASIL DAN PEMBAHASAN

o INTERVENSI
• LATAR BELAKANG
• RUMUSAN MASALAH
• TUJUAN
• MANFAAT
KESEHATAN ASURANSI KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN

merupakan salah satu hal merupakan komponen penting Adopsi di Indonesia pada
terpenting yang perlu dijaga oleh dalam menjembatani tahun 2021 sebesar 68.36%
seorang manusia, namun biaya dengan daerah perkotaan
kebutuhan akses kesehatan
pengobatan dapat menjadi memiliki adopsi lebih besar
dan layanan kesehatan
halangan untuk menjaga kesehatan
(72.8%) dibandingkan dengan
secara promotif, preventif dan
daerah pedesaan (62.52%).
terutama kuratif
Serta 60.49% masyarakat
DI WARUNGKIARA OLEH KARENA ITU Indonesia menggunakan BPJS
Kesehatan dengan 38.46%
rata-rata terdapat ±500 pasien per perlu diketahui apa saja yang
menggunakan BPJS PBI dan
bulan yang tidak memiliki asuransi merupakan faktor ataupun alasan
yang menyebabkan pasien tidak
22.03% menggunakan BPJS
kesehatan dengan berbagai alas an
rata-rata persentase kunjungan memiliki asuransi kesehatan, Non-PBI
yaitu 73% merupakan pasien BPJS terutama JKN (Jaminan Kesehatan
dan 26% pasien adalah pasien Nasional)/BPJS Kesehatan
umum
?
BAGAIMANA GAMBARAN FAKTOR NON-ADOPSI JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL PADA PASIEN DEWASA DI UPTD
PUSKESMAS WARUNGKIARA
?
TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS

1. Mengetahui 1. Mengetahui
gambaran demografi
gambaran faktor
pasien non-BPJS di UPTD
non-adopsi jaminan Puskesmas Warungkiara
kesehatan nasional 2. Meningkatkan
pengetahuan mengenai
pada pasien dewasa
asuransi kesehatan
di UPTD Puskesmas nasional di UPTD
Warungkiara Puskesmas Warungkiara
BAGI PENELITI BAGI INSTANSI BAGI MASYARAKAT

menjadi data dasar dan meningkatkan


menambah pengalaman
menambah pengetahuan pengetahuan masyarakat
dalam melakukan
mengenai pasien umum/non- mengenai cakupan dan
penelitian di lapangan asuransi kesehatan di UPTD
sekaligus faktor adopsi asuransi
Puskesmas Warung Kiara
mengaplikasikan ilmu yang dapat menjadi dasar kesehatan, dan
pengetahuan yang telah tatalaksana intervensi menjadikan masyarakat
diperoleh teutama mengenai cakupan asuransi lebih paham mengenai
mengenai asuransi kesehatan di wilayah kerja
manfaat dan pentingnya
UPTD Puskesmas Warung
kesehatan. asuransi kesehatan.
Kiara
• BPJS & SEJARAHNYA
• JENIS, PERSYARATAN, DAN IURAN
• FAKTOR PENDUKUNG &
PENGHAMBAT
2002 2004 2011 2012 2014 2018 2022

• Akhir krisis • Landasan • Pembentukan • Deklarasi • Launching • 4 tahun setelah


UU no. 24 bahwa BPJS launching BPJS, • Universal
finansial hukum tahun 2011 Universal BPJS dapat Health
asia, pertama tentang Badan Health mencapai Coverage
Penyelenggara Coverage akan ±70% populasi belum tercapai
muncul dibentuk, Jaminan Sosial dicapai • Kepesertaan
kesadaran UU no 40 (BPJS) Indonesia pada menjadi
kebutuhan tahun tahun 2019 stagnan
jaminan 2004 • Defisit
Anggaran
sosial tentang • Masalah SDM
Sistem
Jaminan
Sosial
Nasional
BPJS JENIS BPJS
BPJS merupakan singkatan dari
• BPJS Kesehatan →
Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial. BPJS merupakan badan berfungsi untuk
hukum yang dibentuk dengan pemeliharaan kesehatan
tujuan untuk melaksanakan dan asurasi dasar
fungsi pengadaan program
kesehatan.
jaminan sosial sebegai bentuk
perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat untuk • BPJS Ketenagakerjaan →
memenuhi kebutuhan dasar memiliki 4 fungsi:
hidup yang layak dengan
• jaminan kecelakaan
prinsip kemanusiaan, manfaat kerja
dan keadilan sosial yang
• jaminan hari tua
didasari landasan hukum
• jaminan pensiun
• jaminan kematian
PD PEMDA (PENDUDUK
DIDAFTARKAN PEMERINTAH
PPU (PEKERJA PENERIMA UPAH) DAERAH)
o Peserta: PNS, Prajurit TNI, Polisi, O Peserta: Penduduk yang
Pejabat Negara/DaerahSerta didaftarkan oleh pemerintah
daerah yang belum
suami/istri yang sah dan
diikutsertakan sebagai peserta
maksimal 3 orang anak
jaminan kesehatan.
o Pendaftaran: melalui satuan kerja O Pendaftaran: Dilakukan
dengan syarat KTP/KK, SK melalui pendataan oleh
Kepangkatan, Daftar Gaji pemerintah daerah yang
selanjutnya didaftarkan kepada
o Iuran: 5% dari gaji per bulan (4%
BPJS Kesehatan sesuai dengan
pemberi kerja dan 1% peserta)
perjanjian kerjasama
pemerintah daerah dengan
BPJS kesehatan.
PBPU (PEKERJA BUKAN PENERIMA
UPAH) BP (BUKAN PEKERJA)
PBPU adalah setiap orang yang bekerja BP terdiri atas:
atau berusaha atas risiko sendiri yang • Investor
terdiri dari • Pemberi kerja/ orang yang
• Pekerja di luar hubungan kerja atau mepekerjakan tenaga kerja
pekerja mandiri • Penerima pensiun
• Tenaga Ahli yang melakukan pekerjaan PNS/TNI/Polri
bebas (pengacara, akuntan, dokter, • Veteran/Perintis Kemerdekaan
arsitek, dst) dan janda/duda/yatim piatunya
• Tenaga bidang hiburan (Pemain Musik • Bukan pekerja diluar kategori
penyanyi, bintang film, sutradara, dst) diatas yang mampu membayar
• Olahragawan iuran
• Mahasiswa, Santri, Penghuni Panti
Sosial, dst
• Pengarang, peneliti, penerjemah,
pengawas Peserta terdaftar perorangan
• Warga negara asing yang bekerja atas sehingga anggota keluarga
risiko sendiri di Indonesia min 6 bulan
tidak otomatis terdaftar dan
harus didaftarkan secara
individu
PENDAFTARAN
Kepesertaan dinonaktifkan apabila:
PBPU-BP selain penyelenggara • Peserta dan/atau pemberi upah tidak
negara: membayar iuran sampai dengan akhir
bulan tersebut, kepesertaan
• mengisi Formulir Daftar Isian
dinonaktifkan mulai tanggal 1 bulan
Peserta (FDIP) berikutnya
• KTP/KK • Kepesertaan akan diaktifkan kembali
• buku tabungan bank yang setelah peserta membayar iuran yang
tertunggak (maksimal 24 bulan) dan juga
melayani autodebet
iuran bulan saat peserta ingin aktif
• paspor dan surat izin kerja bagi kembali.
WNA
PBPU-BP penyelenggara negara:
IURAN DAN DENDA
Iuran
• Rp. 150.000,-/orang/bulan untuk kelas 1
• Rp. 100.000,-/orang/bulan untuk kelas 2
• Rp. 35.000,- (per 1 januari 2021) dengan bantuan iuran dari pemerintah sebesar Rp. 7.000,- untuk
kelas 3

Iuran bagi BP Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan janda/duda/yatim piatunya :


• 5% dari 45% gaji pokok PNS golongan ruang III/a dengan masa kerja 14 tahun/bulan yang dibayarkan
oleh pemerintah

Denda
Tidak ada denda keterlambatan pembayaran iuran sejak 1 juli 2016, namun terdapat denda apabila
dalam 45 hari sejak status kepesertaan diaktifkan kembali peserta yang bersangkutan memperoleh
pelayanan rawat inap.

Besaran denda adalah sebesar 5% biaya diagnosa awal pelayanan rawat inap dikali oleh jumlah
bulan tertunggak dengan aturan sebagai berikut:
• Jumlah maksimal tertunggak sebesar 12 bulan
• Besaran denda maksimal Rp. 30.000.000,-
• Bagi peserta PPU pembayaran denda ditanggung pemberi kerja
PESERTA PENDAFTARAN
1. Fakir miskin: orang yang sama sekali
Dilakukan melalui pendataan oleh
tidak mempunyai sumber mata
Kementrian/Dinas sosial
pencaharian/ punya mata pencaharian
Kota/Kabupaten dan selanjutnya
tapi tidak memenuhi kebutuhan dasar
kepesertaan ditetapkan dengan
layak
keputusan Menteri Sosial dan
2. Orang tidak mampu: orang yang
didaftarkan oleh Kementerian
mempunyai mata pencaharian dan
Kesehatan kepada BPJS Kesehatan.
mampu memenuhi kebutuhan dasar
yang layak namun tidak mampu
membayar iuran jaminan kesehatan
SYARAT
IURAN
• Warga Negara Indonesia
Sepenuhnya dibayarkan
• Memiliki NIK di Dukcapil
pemerintah
• Sudah terdaftar di Data

Terpadu Kesejahteraan Sosial


KETENTUAN UMUM
PPU
• Bayi baru lahir wajib didaftarkan
anak pertama hingga ketiga dapat
maksimal 28 hari sejak lahir
langsung didaftarkan dan
• Status kepesertaan akan aktif setelah
kepesertaan langsung aktif sesuai
pembayaran iuran
dengan status keaktifan orang tua
• Apabila telah terdaftar, wajib melakukan
PPU
pemutakhiran data NIK pada Dukcapil
maksimal 3 bulan sejak lahir
• Pendaftaran bayi usia >3 bulan wajib PBPU-BP
memiliki NIK yang terdaftar pada dapat didaftarkan secara normal
Dukcapil sebagaimana anggota PBPU-BP
• Peserta yang tidak mendaftarkan dan
membayarkjan iuran bayi baru lahir
maksimal 28 hari dikenakan sanksi PBI JK
sebagaimana keterlambatan pembayaran
Bayi yang dilahirkan dari ibu
iuran
kandung yang terdaftar sebagai
• Syarat Pendaftaran: Nomor JKN dan data
PBI JK otomatis terdaftar sebagai
kependudukan ibu serta surat
peserta.
keterangan kelahiran dari
Faskes/RS/Bidan atau tenaga kesehatan
penolong persalinan lainnya.
TINGKAT PERTAMA TINGKAT LANJUTAN
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama: Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
• Puskesmas • Klinik Utama
• Praktik mandiri dokter/dokter gigi klinik • RS umum pemerintah atau swasta
pertama • RS Khusus
• RS tipe D • Faskes penunjang (Laboratorium, optik, apotik)
• faskes penunjang (apotik, laboratorium)
Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
Rawat Jalan Tingkat Pertama: • Administrasi
• Promotif-Preventif: Penyuluhan • Pemeriksaan, Konsultasi, pengobatan dasar di
kesehatan, Imunisasi, Layanan KB, UGD/IGD
Skrining kesehatan, dan peningkatan • Pemeriksaan, Konsultasi, tindakan, dan
kesehatan penyakit kronis pengobatan spesialistik
• Kuratif: Administrasi, Pemeriksaan, • Obat/Bahan/Alat medis habis pakai
konsultasi medis, pengobatan, tindakan • Faskes Penunjang (Lab, Radiologi, dll)
medis (operatif dan non-operatif), • Rehabilitasi medik
obat/alat habis pakai, pemeriksaan • Layanan darah
penunjang diagnostik tingkat pertama,
pelayanan gigi tingkat pertama Rawat inap tingkat lanjutan:
• Rawat inap non-intensif
• Rawat inap intensif termasuk ICU, ICCU, PICU,
NICU
PENINGKATAN METRIK KESEHATAN IBU DAN ANAK
Penggunaan dan adopsi asuransi prevalensi yang lebih tinggi untuk
kesehatan di masyarakat mendapatkan layanan Antenatal
dikorelasikan oleh berbagai Care (ANC), Persalinan di fasilitas
penelitian dengan berbagai metrik yang mumpuni dengan tenaga
positif kesehatan profesional, dan juga Post Natal
Care (PNC) pada ibu hamil di
indonesia

JANGKAUAN KELOMPOK RENTAN PARTISIPASI LAYANAN


berdampak positif secara lebih Partisipasi asuransi kesehatan juga
besar pada masyarakat dengan meningkatkan akses mayarakat
kondisi ekonomi rendah terhadap berbagai prosedur medis
yang mungkin dianggap berat
secara finansial apabila harus
dibayarkan out of pocket
o STATUS KESEHATAN

o PENGETAHUAN DAN KETERTARIKAN TERHADAP ASURANSI


KESEHATAN

o PERCEIVED COST OF HEALTH INSURANC

o JUMLAH LANSIA DI RUMAH

o USIA LEBIH TUA

o PENDIDIKAN

o PEKERJAAN

o KONDISI EKONOMI
o INSTABILITAS TEMPAT TINGGAL

o INSEKURITAS MAKANAN

o KESULITAN PEMBAYARAN (DAN LUPA BAYAR)

o KEKECEWAAN DENGAN LAYANAN

o JUMLAH ANGGOTA KELUARGA

o KEANGGOTAAN ASURANSI LAIN


PERBAIKAN SASARAN DAN SISTEM JKN SOSIALISASI DAN PEMUDAHAN
PBI PENDAFTARAN JKN
Ditemukan pada penelitian Muttaqien et al hingga 2017, masih terdapat 39 juta
bahwa ±4 juta orang terdaftar ganda pada masyarakat yang belum pernah terdaftar
sistem JKN dan juga registrasi PBI di JKN, angka ini menunjukkan masih besar
memiliki banyak data palsu dan potensial masyarakat yang belum pernah
melewatkan banyak masyarakat yang terjangkau dalam sistem JKN dan
harusnya berhak mendapat manfaat PBI. memerlukan pengenalan serta pendaftaran
yang mudah untuk dapat teradopsi dalam
Contoh dari negara Cina, Vietnam, Korea, sistem JKN
Jepang, dan Taiwan dengan sistem subsidi
parsial dan sistem beberapa level PBI dapat
diaplikasikan.

PROMOSI LITERASI ASURANSI SIMPLIFIKASI PEMBAYARAN PREMI


Pengetahuan, persepsi, dan ketertarikan kesulitan melakukan pembayaran premi
merupakan prediktif kuat terhadap akibat akses ataupun sulit menggunakan
kepemilikan asuransi kesehatan pada sistem teknologi pembayaran yang ada
masyarakat, namun masih ditemukan level menimbulkan ketelatan pembayaran, yang
pengetahuan yang rendah sehingga menimbulkan denda yang membuat
diperlukan peningkatan literasi masyarakat semakin malas untuk
membayar premi
• RANCANGAN PENELITIAN
• SUBJEK DAN KRITERIA
• SAMPLING
• VARIABEL
• PROSEDUR, ALUR, DAN PENGOLAHAN
• ASPEK ETIK
BENTUK PENELITIAN

penelitian deskriptif kategorik potong lintang (cross-sectional)


dengan menggunakan data primer dari kuesioner modifikasi dari
penelitian serupa yang dilakukan oleh Muttaqien et al pada tahun
202117. dan juga data sekunder demografi kunjungan pasien umum
dari data logbook bagian pendaftaran Puskesmas Kecamatan
Warungkiara

WAKTU DAN TEMPAT

Mini project ini dilaksanakan pada bulan 1 Juni – 30 September 2022 di UPTD
Puskesmas Warungkiara
SUBJEK

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah pasien yang datang ke poli umum UPTD
Puskesmas

KRITERIA INKLUSI

1. Pasien tanpa jaminan kesehatan di Poliklinik Umum UPTD Puskesmas Warungkiara,


dengan usia >18 tahun.
2. Pasien tanpa jaminan kesehatan di UPTD Puskesmas Warungkiara yang bersedia
menjadi responden penelitian.

KRITERIA EKSKLUSI

1. Pasien tanpa jaminan kesehatan yang tidak menjawab seluruh pertanyaan pada
kuesioner dengan lengkap
2. Pasien tanpa jaminan kesehatan yang tidak dapat berkomunikasi dengan pemeriksa
dan/atau mengisi kuesioner
3. Pasien tanpa Jaminan Kesehatan yang menolak untuk menjadi responden penelitian
dan/atau mengisi kuesioner.
TEKNIK

Teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sample penelitian ini yaitu dengan
teknik convenience sampling terhadap pasien yang bersedia dilakukan penelitian dan
sesuai pada populasi yang diteliti

UKURAN SAMPEL
Keterangan :

Rumus perhitungan jumlah sampel n = besar sampel


Zα = derivat baku alpha, tingkat kemaknaan yang
minimal untuk deskriptif adalah:
ditetapkan oleh peneliti . Dalam kasus ini peneliti
menetapkan α = 5%, sehingga dapat ditentukan nilai Zα =
𝑍𝛼 2 𝑥 𝑃 𝑥 𝑄
𝑛= 1.96.
𝑑2
p = prevalensi adopsi BPJS daerah Jawa Barat. Menurut
Laporan Profil Statistik Kesehatan 20215 Kepemilikan
Jaminan Kesehatan adalah 51.98% atau 0.5198
1.96 2 𝑥 0.5198 𝑥 0.4802
𝑛= q = [1 – p] = [1 – 0.5198] = 0.4802
0.1 2
n = 9.58 ≈ 10 orang
d = tingkat penyimpangan yang diinginkan oleh peneliti .
Dalam penelitian ini ditentukan nilai presisi sebesar 0.1.
DEPENDEN

Ketidakpemilikan/Non-Adopsi Jaminan Kesehatan Nasional

INDEPENDEN
• Jenis Kelamin • Kepemilikan BPJS anggota keluarga
• Usia • Kepemilikan asuransi kesehatan non -BPJS
• Desa Tempat Tinggal • Pembayaran Asuransi kesehatan non -BPJS
• Pendidikan • Kepemilikan asuransi kesehatan non -BPJS
• Pekerjaan anggota keluarga
• Pendapatan • Pengetahuan Metode Pendaftaran BPJS
• Kepemilikan Rumah • Pengetahuan Premi BPJS
• Kemampuan finansial pemenuhan kebutuhan • Persepsi Keterjangkauan Premi BPJS
makanan • Ketertarikan mendaftar menjadi anggota BPJS
• Jumlah anggota keluarga • Riwayat Pengobatan Rawat Jalan
• Jumlah anggota keluarga lansia • Riwayat Pengobatan Rawat Inap
• Riwayat Penyakit Kronik • Metode Penanggulangan Biaya Kesehatan
• Alasan tidak memiliki BPJS • Kekhawatiran kebutuhan biaya kesehatan
• Riwayat kepemilikan BPJS responden • Metode antisipasi kebutuhan biaya kesehatan
INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen pada penelitian ini berupa kuesioner . Kuesioner ini terdiri dari identitas
pasien dan kuesioner faktor non -partisipasi jaminan kesehatan nasional

PROSEDUR PENELITIAN
1. Penentuan tema penelitian.
2. Konsultasi dengan pembimbing dan studi literatur sesuai dengan judul penelitian.
3. Penyusunan kuesioner dan dokumen penelitian sesuai dengan studi literatur.
4. Pengumpulan data primer melalui instrumen kuesioner dan pengumpulan data
sekunder melalui telaah dokumen.
5. Input data ke program Microsoft Excel dan Google Sheet
6. Analisis Data dengan Program Microsoft Excel dan Google Sheet
7. Penyusunan laporan penelitian.

ASPEK ETIK
Informed consent dilakukan secara lisan kepada subyek
Sebelum responden penelitian memberikan persetujuan, peneliti akan memberikan informasi terlebih
dahulu kepada responden penelitian tentang tujuan dan sifat sukarela dalam penelitian ini
TAHAP PENGUSULAN PENELITIAN

STUDI LITERATUR

PENGAMBILAN DATA PRIMER DAN SEKUNDER

INPUT DATA

ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

LAPORAN PENELITIAN
Puskesmas Warungkiara berada di
atas lahan seluas ± 2000 m2
dengan bangunan ±112 m2 serta
berada di wilayah RT 003/RW 007
Desa Warungkiara Kecamatan
Warungkiara Kabupaten
Sukabumi.

Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Warungkiara tahun


2020 sebanyak 58.072 jiwa, terdiri dari:
• Desa Warungkiara sejumlah : 7.545 jiwa
• Desa Ubrug sejumlah : 6.938 jiwa
• Desa Bojongkerta sejumlah : 6.141 jiwa
• Desa Girijaya sejumlah : 5.279 jiwa
• Desa Sirnajaya sejumlah : 4.231 jiwa
• Desa Bantarkalong sejumlah : 8.342 jiwa
• Desa Hegarmanah sejumlah : 3.452 jiwa
• Desa Sukaharja sejumlah : 4.253 jiwa
• Desa Damaraja sejumlah : 3.599 jiwa
• Desa Tarisi sejumlah : 2.567 jiwa
• Desa Kertamukti sejumlah : 2.592 Jiwa
• Desa Mekarjaya sejumlah : 3.133 jiwa
DEMOGRAFI
No. Jenis Kelamin N Persentase
1 Laki-laki 6 30.0
2 Perempuan 14 70.0
Total 20 100.0

Kelamin

Laki-laki Perempuan
No Usia n Persentase
1 ≥18-24 tahun 3 15.0
2 25-34 tahun 1 5.0 responden pada usia
3
4
35-44 tahun
45-54 tahun
7
4
35.0
20.0
35-44 tahun yang
5 55-64 tahun 4 20.0 mungkin belum
6 ≥65 tahun 1 5.0
memiliki beban
penyakit kronis yang
Total 20 100.0

Usia berat sehingga tidak


8 memiliki asuransi
7 kesehatan yang
6
sesuai dengan
5
4
beberapa penelitian
3 yang menunjukkan
2 tren yang meningkat
1
semakin dekat ke
0
≥18-24 tahun 25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun ≥65 tahun usia lansia
Usia
No. Alamat N Persentase
1 Desa Warungkiara 7 35.0
2 Desa Ubrug 0 0.0
3 Desa Bojongkerta 0 0.0
4 Desa Girijaya 3 15.0
5 Desa Sirnajaya 2 10.0
6 Desa Bantarkalong 1 5.0
7 Desa Hegarmanah 2 10.0
Desa Mekarjaya
8 Desa Sukaharja 1 5.0
5%
Desa
9 Desa Damaraja 0 0.0
10 Desa Tarisi 1 5.0 Desa Kertamukti
11 Desa Kertamukti 2 10.0 10%
12 Desa Mekarjaya 1 5.0
13 Luar Kecamatan Warungkiara 0 0.0
Desa Tarisi Desa Warungkiara
Total 20 100.0
5% 35%

Desa Sukaharja
5%

Desa Hegarmanah
10%

Desa Bantarkalong
5%
Desa Girijaya
Desa Sirnajaya
15%
10%
No Pendidikan N Persentase
1 Tidak Tamat SD 5 25.0
2 Tamat SD 8 40.0
3 Tamat SMP 2 10.0
bahwa pendidikan terakhir
4 Tamat SMA 3 15.0
responden memiliki tren ke
5 D1/D2/D3 0 0.0
arah pendidikan yang
6 S1 2 10.0
kurang yaitu hanya tamat
7 S2 0 0.0
SD dan tidak tamat SD yang
8 S3 0 0.0
seseuai dengan penelitian
Total 20 100.0
Christiani, Byles, Tavener, &
Pendidikan Dugdale tahun 2017 yang
9
menunjukkan bahwa
8
pendidikan yang lebih
7
tinggi berkorelasi positif
6
terhadap kepemilikan
5 asuransi kesehatan
4
3
2
1
0
Tidak Tamat SD Tamat Tamat D1/D2/D3 S1 S2 S3
Tamat SD SMP SMA
Series 1
No Pekerjaan N Persentase
1 Kaki Lima 0 0.0
2 Buruh 7 35.0
3 Pensiunan 0 0.0
4 Petani 2 10.0
5 Nelayan 0 0.0
6 Tukang 0 0.0
7 Honorer 0 0.0
8 Pegawai Swasta 1 5.0
Pekerjaan
9 Wiraswasta/Pedagang 7 35.0 Supir
Tidak bekerja 5%
10 Ibu Rumah Tangga 0 0.0
5%
11 Pelajar/Mahasiswa 0 0.0 Rohaniawan/Roh
12 Rohaniawan/Rohaniawati 1 5.0 aniawati
5% Buruh
13 Tidak bekerja 1 5.0 35%
14 Lainnya:
- Supir 1 5.0
Total 20 100.0

Wiraswasta/Ped
agang
Pensiunan
35%
0%
Petani
PegawaiHonorer
Swasta10%
5% 0%
STATUS EKONOMI
1 Rata-rata Pendapatan Keluarga Per Bulan A. Rp. 0 s/d Rp. 500.000 2 10.0
B. Rp. 500.000 s/d Rp. 12 60.0
2.000.000
C. > Rp. 2.000.000 6 30.0

Pendapatan
14

12

10

0
Rp. 0 s/d Rp. 500.000 Rp. 500.000 s/d Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.000
Pendapatan
2 Status Kepemilikan Rumah A. Kontrak/Sewa 2 10.0
B. Milik Sendiri 17 85.0
C. Rumah dinas 1 5.0
D. Milik Pemerintah 0 0.0

Kepemilikan rumah

Kontrak/Sewa Milik Sendiri Rumah dinas Milik Pemerintah


3 Kesulitan biaya makan sebulan terakhir A. Ya 6 30.0
B. Tidak 14 70.0

Kesulitan makan 1 bulan

Ya Tidak
12 orang (60%) dari responden memiliki penghasilan per bulan sebesar Rp.500.000
– Rp. 2.000.000 yang lebih dari batas kemiskinan Indonesia yaitu sebesar
Rp.484.00019. namun berdasarkan penelitian oleh Dartanto et al,
ditemukan bahwa stabilitas pendapatan lebih penting dibandingkan
jumlah pemasukan yang dapat menjelaskan mengapa pemasukan yang rata-rata
lebih dari angka batas kemiskinan tetap tidak memiliki BPJS kesehatan.

17 orang responden (85%) tinggal di rumah milik sendiri yang dapat menunjukkan
kemandirian dan stabilitas ekonomi responden, perlu diperhatikan juga bahwa
secara kualitatif reponden menyebutkan bahwa mayoritas rumah
belum berbentuk rumah permanen sehingga keamanan tempat tinggal
belum dapat dipastikan

kepemilikan rumah dan stabilitas makanan pada mayoritas responden yang tidak
memiliki BPJS sesuai dengan penelitian oleh Kushel et al yang
menunjukkan hubungan terbalik antara keamanan atau
stabilitas tempat tinggal dan makanan dengan kepemilikan
asuransi kesehatan.
ALASAN KETIDAKPEMILIKAN
7 Pernah memiliki BPJS Kesehatan/JKN A. Ya 6 30.0
B. Tidak 14 70.0

Pernah memiliki BPJS

Ya Tidak
8 Mengapa tidak memiliki BPJS Kesehatan A. Tidak Mengetahui 9 23.1
(Dapat dipilih lebih dari 1) Cara Mendaftar
B. Tidak mengetahui 2 5.1
manfaat/layanan BPJS
Alasan tidak memiliki BPJS
C. Kesulitan Membayar 4 10.3
Premi Tidak Mengetahui Cara
D. Kesulitan Proses 8 20.5 Mendaftar
23%
Administrasi
E. Kecewa Dengan 0 0.0
Lain-Lain
Pelayanan BPJS 33%
F. Memiliki Asuransi 0 0.0
Lain
G. Tidak Tertarik 3 7.7
Memiliki BPJS Tidak mengetahui
H. Lain-Lain* 13 33.3 manfaat/layanan BPJS
5%

Kesulitan Membayar
Premi
10%
Tidak Tertarik Memiliki
BPJS
8% Kesulitan Proses
Administrasi
21%
Alasan Lain-lain

Tidak aktif karena


tidak dipakai/tidak
bayar premi
31%

Tidak dapat dari


desa/pemerintah
setempat
54%

Mau mendaftar bila


BPJS gratis
7%

BPJS hilang
8%
Kesulitan proses administrasi/pendaftaran, ketidak-transparan-an status BPJS pasien baik
yang sudah ada dan tiba-tiba berpindah, memerlukan biaya tambahan, atau merasa sudah
didaftarkan namun tetap tidak mendapatkan kartu hingga sekarang menunjukkan birokrasi
yang tidak dipahami oleh masyarakat dan juga kurang jelasnya proses yang menyebabkan
dapat terjadi berbagai masalah tersebut.

“Meskipun begitu banyak perhatian yang “ Di Indonesia, jalur menuju


diberikan pada masalah teknis dalam jaminan kesehatan universal
pelaksanaan jaminan kesehatan universal pada ditandai dengan kombinasi
negara berpenghasilan rendah dan menengah,
oportunisme politis,
maslaah tersebut tidak dapat dipisahkan dari
eksperimentasi lokal,
keadaan sosial, politik, dan institusional pada
setiap negara yang menghadapinya” kompromi, dan kebetulan”
-Pisani, Kok, dan Nugroho (2017) -Agustina et al (2019)
Dapat ditarik bahwa diperlukan usaha secara multi-
dimensi untuk meningkatkan partisipasi dan
mencapai coverage jaminan kesehatan secara
universal sesuai dengan komitmen pemerintah.
Diperlukan usaha secara lokal untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan partisipasi
masyarakat, usaha oleh pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta
perubahan/penyesuaian aturan terpusat yang
lebih adaptif serta tepat sasaran untuk mencapai
masyarakat yang benar-benar membutuhkan
jaminan kesehatan PBI
COVERAGE PASIEN &
KELUARGA
9 Jumlah anggota keluarga dengan BPJS A. Tidak ada 8 40.0
B. Sebagian Memiliki 6 30.0
C. Seluruhnya memiliki 6 30.0
D. Tidak memiliki 0 0.0
anggota keluarga/Tinggal
sendiri

Jumlah anggota keluarga dengan BPJS


9

0
Tidak ada Sebagian Memiliki Seluruhnya memiliki Tidak memiliki anggota
keluarga/Tinggal sendiri
Jumlah anggota keluarga dengan BPJS
10 Kepemilikan asuransi kesehatan lain A. Ya:
- Jamkesda 1 5.0
B. Tidak 19 95.0
11 Membayar iuran asuransi tersebut A. Ya 0 0.0
secara rutin
B. Tidak 0 0.0
C. Tidak Ada Iuran 1 5.0
D. Tidak Ada Asuransi 19 95.0
Lain
12 Kepemilikan asuransi lain aggota keluarga A. Ya:
- Jamkesda 1 5.0
B. Tidak 19 95.0
14 orang (70%) atau mayoritas responden tidak pernah memiliki
BPJS kesehatan dan 8 orang (40%) sseluruh anggota
keluarganya tidak memiliki BPJS dengan 6 orang (30%) hanya
sebagian yang memiliki BPJS kesehatan. 19 orang (95%) tidak
memiliki asuransi lain untuk dirinya sendiri dan keluarganya, 1
orang responden yang menjawab punya asurasi lain memilik
jamkesda untuk dirinya dan keluarganya. Mayoritas
responden dan keluarganya yang tidak
memiliki BPJS kesehatan menunjukkan
kurangnya terpapar pada sistem asuransi
kesehatan
PEMAHAMAN DAN
KETERTARIKAN
13 Apakah mengetahui cara mendaftar BPJS A. Ya 4 20.0
B. Tidak 16 80.0

Mengetahui cara mendaftar BPJS

Ya Tidak
14 Mengetahui Premi BPJS saat ini A. Ya 6 30.0
B Tidak 14 70.0

Mengetahui premi BPJS

Ya Tidak
15 Keterjangkauan Premi BPJS A. Ya 5 25.0
B. Tidak 3 15.0
C. Tidak mengetahui 12 60.0
premi
16 Harga premi BPJS kelas I/II/II terjangkau A. Ya, untuk kelas I 0 0.0
B. Ya, untuk kelas II 1 5.0
C. Ya, untuk kelas III 11 55.0
D. Tidak terjangkau 8 40.0

Harga premi BPJS Terjangkau?


12

10

0
Ya, untuk kelas I Ya, untuk kelas II Ya, untuk kelas III Tidak terjangkau
17 Apakah tertarik mendaftar BPJS A. Ya, Kelas I/II/III 5 25.0
B. Ya, PBI 15 75.0
C. Tidak 0 0.0

Apakah Tertarik Mendaftar BPJS?


16

14

12

10

0
Ya, Kelas I/II/III Ya, PBI Tidak
Kurang terpaparnya responden ditambah dengan 16 orang (80%) responden
tidak mengetahui cara mendaftar BPJS dan 14 orang (70%) tidak mengetahui
premi BPJS, sehingga sulit mengetahui keterjangkauan. Membuat responden sulit
untuk memulai proses kepemilikan asuransi kesehatan. Dari responden yang
mengatakan mengetahui premi BPJS memiliki pemahaman bahwa harga tersebut
terjangkau sebanyak 5 orang (25%) dan 3 orang (15%) merasa tidak terjangkau.
Kurangnya paparan dan pengetahuan ini sesuai dengan non-partisipasi
responden pada jaminan kesehatan nasional yang sesuai dengan
penelitian Dartanto et al yang menunjukkan korelasi antara
paparan serta pengetahuan terhadap kepemilikan
asuransi kesehatan, namun pada penelitian tersebut dinyatakan
diperlukan pengetahuan yang komprehensif dikarenaan pengetahuan
sedikit tidak mempengaruhi partisipasi.
Setelah dijelaskan harga premi kelas I/II/III, 11 orang (55%) merasa premi kelas III
terjangkau diikuti dengan 8 orang (40%) tetap merasa dari premi kelas I/II/III tidak
ada yang terjangkau untuknya. Dari 20 responden tidak ada yang tidak tertarik
mendaftar BPJS namun 15 orang (75%) ingin memiliki BPJS PBI meskipun 11 orang
(55%) merasa mampu membayar premi kelas III. Hasil dari pertanyaan-
pertanyaan diatas menunjukkan antusiasme masyarakat atas BPJS kesehatan
tinggi namun diluar alasan lain yang akan dibahas di bagian lain, harga premi
yang paling murah yang sebesar Rp 35.000 rupiah dikalikan dengan
mayoritas memiliki >3 orang anggota keluarga dengan penghasilan Rp
500.000-Rp. 2.000.000 membuat perhitungan premi yaitu sebesar
>Rp. 140.000 atau minimal sekitar 7-30% dari penghasilan per bulan
dan berpotensi lebih besar tergantung jumlah anggota keluarga. Hal ini yang
mendorong masyarakat ingin tetap memiliki BPJS yang
“gratis” atau PBI meskipun merasa Rp 35.000 di BPJS kelas
III terjangkau bagi dirinya.
BEBAN DAN KEKHAWATIRAN
4 Jumlah anggota keluarga A. 0/ Tinggal Sendiri 0 0.0
B. 1 orang 0 0.0
C. 2 orang 7 35.0
D. 3 orang 4 20.0
E. > 3 orang 9 45.0

Jumlah anggota keluarga


10

0
0/ Tinggal Sendiri 1 orang 2 orang 3 orang > 3 orang
Jumlah anggota keluarga
5 Jumlah anggota keluarga >65 tahun A. 0/ Tinggal Sendiri 14 70.0
B. 1 orang 5 25.0
C. 2 orang 1 5.0
D. 3 orang 0 0.0
E. > 3 orang 0 0.0

Keluarga >65 thn


16

14

12

10

0
0/ Tinggal Sendiri 1 orang 2 orang 3 orang > 3 orang
Keluarga >65 thn
6 Memiliki penyakit kronik A. Ya* 5 25.0
B. Tidak 15 75.0

Penyakit Kronik

HT DM

Ya Tidak
18 Kunjungan rawat jalan dalam 1 bulan A. Tidak Pernah 0 0.0
terakhir
B. 1 Kali 10 50.0
C. 2 kali 7 35.0
D. 3 Kali 3 15.0
E. >3 Kali 0 0.0
Kunjungan Rawat Jalan dalam 1 bulan terakhir
12

10

0
Tidak Pernah 1 Kali 2 kali 3 Kali >3 Kali
19 Rawat inap dalam 1 tahun terakhir A. Tidak Pernah 19 95.0
B. 1 Kali 1 5.0
C. 2 kali 0 0.0
D. 3 Kali 0 0.0
E. >3 Kali 0 0.0

Kunjungan Rawat Inap dalam 1 tahun terakhir


20

18

16

14

12

10

0
Tidak Pernah 1 Kali 2 kali 3 Kali >3 Kali
20 Cara menanggung biaya bila sakit A. Biaya sendiri 12 60.0

Cara menanggung biaya sakit B. Dibantu 5 25.0


Ikut menjadi saudara/keluarga
peserta asuransi Dibantu bidan
kesehatan 5% C. Dibantu tetangga 0 0.0
5% D. Dibantu 1 5.0
Dibantu Kantor/Organisasi
Kantor/Organisasi
E. Dibantu Pemerintah 0 0.0
5%
F. Ikut menjadi peserta 1 5.0
asuransi kesehatan
G. Lain-lain:
- Dibantu bidan 1 5.0
Dibantu
saudara/keluarga
25% Biaya sendiri
60%
Dari sisi keluarga sendiri 9 orang (45%) responden memiliki jumlah anggota
keluarga >3 orang, dengan sisa responden memiliki kurang dari angka tersebut
namun dengan besarnya unit keluarga, 14 orang (70%) responden tidak
memiliki anggota keluarga lansia di unit keluarganya. 15 orang (75%) responden
tidak memiliki penyakit kronik, yang memiliki penyakit kronik mayoritas 20%
memiliki penyakit hipertensi, sehingga menunjukkan beban
kesehatan yang umumnya lebih berat pada pasien lansia
dan/atau berpenyakit kronik tidak dimiliki pada
responden. Besar anggota keluarga, terutama pada masyarakat dengan
kemampuan ekonomi kurang, diasosiasikan secara negatif
dengan pembayaran asuransi kesehatan20, ditambah dengan
tidak adanya lansia dan penyakit kronis membuat masyarakat semakin tidak
ada urgency untuk memiliki asuransi kesehatan.

mayoritas responden juga memiliki beban kesehatan yang rendah dengan


kujungan rawat jalan 10 orang (50%) hanya 1 kali dalam 1 bulan terakhir dan 19
orang (95%) tidak pernah dirawat inap dalam 1 tahun terakhir sehingga tidak
ada tekanan seringnya keluar biaya kesehatan yang membuat
pilihan asuransi kesehatan lebih ekonomis dibanding biaya
sendiri/Out Of Pocket
Meskipun secara psikologis kekhawatiran terhadap
kebutuhan uang untuk kesehatan cenderung ke arah
khawatir dengan 7 orang (35%) sangat khawatir dan 7
orang (35%) agak khawatir, 12 orang (60%) menjawab
berdasarkan pengalaman mereka menanggung biaya
kesehatan sendiri/Out Of Pocket bila perlu dan
berencana mengantisipasi biaya kesehatan di
masa depan bila perlu sesuai dengan kondisi
masa depan yang ditunjukkan oleh jawaban 5 orang
(25%) yang belum terpikirkan dan 5 orang (25%) yang
berencana akan meminjam uang
DATA KUNJUNGAN SEKUNDER
21 Perasaan bila tiba-tiba membutuhkan biaya A. Sangat tidak 1 5.0
kesehatan khawatir
B. Tidak khawatir 5 25.0
C. Agak Khawatir 7 35.0
D. Sangat Khawatir 7 35.0

Perasaan bila membutuhkan biaya kesehatan


8

0
Sangat tidak khawatir Tidak khawatir Agak Khawatir Sangat Khawatir
Perasaan bila membutuhkan biaya kesehatan
22 Cara antisipasi kebutuhan biaya kesehatan A. Menabung untuk 3 15.0
biaya kesehatan
B. Menjual Barang 3 15.0
C. Meminjam uang 5 25.0
D. Mengharapkan 3 15.0
Antisipasi Biaya Kesehatan
bantuan Menabung untuk
E. Ikut asuransi 1 5.0 biaya kesehatan
kesehatan 15%
Belum terpikirkan
F. Belum terpikirkan 5 25.0 25%
G. Lain-lain 0 0.0

Menjual Barang
15%

Ikut asuransi
kesehatan
5%

Mengharapkan
bantuan
15% Meminjam uang
25%
% Kunjungan
Kunjungan Kunjungan Total
Total kunjungan →
No. Bulan Umum/Total
Umum BPJS Kunjungan
Kunjungan
1
2
Januari
Februari
560
433
1199
1024
1759
1457
31,8
29,7
8191
3
4
Maret
April
433
408
1116
1306
1549
1714
27,9
23,8
27.1%
5 Mei
total
377
2211
1335
5980
1712
8191
22,0
27,1
kunjungan
rata-rata 442,2 1196 1638,2 26,9
adalah pasien
Kunjungan umum vs Kunjungan BPJS umum
2000

1800

1600

1400

1200

1000

800

600

400

200

0
Januari Februari Maret April Mei
Kunjungan Umum Kunjungan BPJS
No. Desa N Persentase
1 Desa Warungkiara 614 27.8
2 Desa Ubrug 291 13.2
3 Desa Bojongkerta 143 6.5
4 Desa Girijaya 117 5.3
5 Desa Sirnajaya 164 7.4
6 Desa Bantarkalong 293 13.3
7 Desa Hegarmanah 60 2.7
8 Desa Sukaharja 153 6.9
9 Desa Damaraja 117 5.3
10 Desa Tarisi 40 1.8
11 Desa Kertamukti 14 0.6
12 Desa Mekarjaya 67 3.0
13 Luar Kecamatan Warungkiara 138 6.2
Total 2211 100.0
Asal Desa Pengunjung Umum
700

600

500

400

300

200

100

0
No. Kelamin N Persentase
1 Laki-laki 829 37.5
2 Perempuan 1382 62.5
Total 2211 100.0

Persebaran Kelamin Pengunjung Umum

Proporsi ini sesuai dengan


proporsi jenis kelamin yang
didapatkan pada data
responden dengan
persentase yang serupa (70
% wanita, 30% laki-laki)

Laki-laki Perempuan
No. Kelamin N Persentase
1 Anak (<18 tahun) 1023 46.3
2 Dewasa (≥18 tahun) 1188 53.7
Total 2211 100.0

Persebaran Usia Pengunjung Umum

Dari seluruh pasien


dewasa didapatkan 91
kunjungan (4.1%)
adalah lansia (65
tahun keatas)

Anak (<18 tahun) Dewasa (≥18 tahun)


GAMBARAN FAKTOR NON-PARTISIPASI
DEMOGRAFI PASIEN DEWASA PASIEN DEWASA
yang tidak memiliki Jaminan Kesehatan adalah status ekonomi kurang,
Nasional di UPTD Puskesmas anggota keluarga >3 orang, tidak
Warungkiara secara umum adalah adanya anggota keluarga lansia, tidak
sebagai berikut: Wanita, Usia 35-44 adanya penyakit kronik, tingginya
tahun, Beralamat di desa Warungkiara, keinginan partisipasi namun
Pendidikan terakhir tamat SD, dan rendahnya pengetahuan terhadap
penghasilan utama keluarga dari asuransi kesehatan dan preminya,
pekerjaaan buruh ataupun kurangnya perencanaan dan antisipasi
wiraswasta/pedagang. atas kebutuhan biaya kesehatan di
masa depan.

MASIH TERDAPAT BARRIER


bagi masyarakat dalam mendapatkan Jaminan
Kesehatan Nasional/BPJS baik akibat
kurangnya pengetahuan, ketidakmampuan
ekonomi, kesulitan administrasi birokrasi,
ataupun oportunisme ekonomi-politik yang
dapat menyebabkan kurangnya partisipasi
masyarakat dalam sistem Jaminan Kesehatan
Nasional.
PENINGKATAN PENGETAHUAN PEMERINTAH SETEMPAT
MASYARAKAT
perlu meningkatkan transparansi
mengenai keuntungan dan layanan
proses, penetapan target BPJS PBI,
yang diberikan oleh Jaminan
dan advokasi kepada pihak berwenang
Kesehatan Nasional/BPJS serta metode
(Kemenkes, BPJS, Kemensos, ataupun
pendaftaran, iuran, jenis BPJS yang
pihak lainnya) untuk mempercepat
dapat dimiliki, dan proses
proses administrasi BPJS bagi
mendapatkannya
masyarakat yang membutuhkan serta
secara proaktif mempromosikan BPJS
baik jenis PBI, PBPU, ataupun jenis
lainnya kepada masyarakat demi
meningkatkan cakupan
PENELITIAN SELANJUTNYA
dapat dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai faktor-faktor yang tertera secara
mendalam ataupun prediktor faktor-faktor
lainnya yang belum tercakup dalam penelitian
ini
Diskusi dengan Kades Ubrug
• Masyarakat masih kurang kesadaran pentingnya memiliki BPJS
→ saat sakit baru sadar untuk membayar/mengaktifkan BPJS
• BPJS mendadak tersebut membuat perlu tindakan cepat dari
desa/pemerintah setempat agar biaya tercover → surat dari desa
sebagai jaminan
• Desa tidak ikut dalam proses BPJS PBPU/Mandiri, Hanya PBI
• Fungsi desa sebagai memproses SKTM (surat keterangan tidak
mampu) untuk selanjutnya naik ke kecamatan, lalu ke
dinsos/dukcapil
• BPJS PBI persyaratan hanya dilihat dari pekerjaan di KK →
umumnya hanya BLH (buruh Lepas Harian) yang dapat
• Seringkali masyarakat saat sakit baru ingin mengaktifkan namun
ternyata banyak tunggakan → terdapat program “rehab”/cicilan
tunggakan, namun tidak ada keterkaitan desa dan merupakan
urusan masyarakat dengan BPJS
• Desa Melakukan usaha untuk mengedukasi masyarakat
seringkali saat ada perkumpulan/acara masyarakat
• Saran dari Desa:
• Mengingatkan warga jangan sampai diperlukan BPJS/KIS
secara tiba-tiba/mendadak dan dicek berkala status
keaktifannya
• Untuk ibu hamil juga mulai diurus sejak saat hamil
• ○ Kalau masyarakat memerlukan BPJS PBI segera diurus ke
desa/pemerintah setempat
Diskusi dengan Kessos Warungkiara
• Sejak tahun ini banyak terjadi “pemutihan” BPJS PBI yang menyebabkan
asuransi masyarakat tidak aktif
• Banyak juga masyarakat yang secara online faskesnya terdaftar bukan di
puskesmas
• Seringkali masyarakat tidak rutin membayar iuran yang menyebabkan
BPJS PBPUnya juga tidak aktif saat akan dipakai
• Masyarakat yang sudah memiliki BPJS PBI pun seringkali tidak aktif
dikarenakan jarang dipakai
• BPJS PBI/KIS yang dibuat sementara untuk “sekali pakai” namun
masyarakatnya belum masuk ke DTKS maka setelah dipakai dalam berapa
lama akan non-aktif kembali
• untuk dapat masuk ke BPJS PBI dapat diurus asalkan memiliki KK/KTP dan
masuk ke dalam DTKS → memerlukan surat sakit dari puskesmas, SKTM
dari desa (yang akan diverifikasi RT/RW kondisi sebenarnya), didaftarkan
di dukcapil/dinsos (dapat di pelabuhan ratu atau di daerah cisaat)
• Proses SKTM -> Survei lapangan RT/RW, Dicap kades & Camat, lalu
dibawa ke dinsos setelah itu dalam ±1-7 hari akan mendapatkan no. BPJS
yang umumnya sudah langsung dapat dipakai
• Seringkali masyarakat yang mampu untuk membayar kelas III tetap
menggunakan/ingin PBI
• Desa seringkali mengusahakan edukasi melalui kader-kader agar dapat
disampaikan ke masyarakat
• Saran dari desa:
• Pasien PBI yang sehat tetap melakukan kunjungan tiap bulan agar
tetap aktif
• Ditepatkan sasaran PBI kepada yang tidak mampu
• Perlu diedukasi lebih lanjut bagaimana agar tetap ter-cover agar
tidak secara tiba-tiba membutuhkan BPJS namun tidak aktif
Edukasi
Masyarakat di
Desa
Warungkiara
dr. Ibrahim A Hilmy
ibrahimahilmy@gmail.com
1. Laksono AD, Wulandari RD, Zuardin Z, Nopianto N. The disparities in health insurance
ownership of hospital-based birth deliveries in eastern Indonesia. BMC Health Serv Res. 2021 Nov
22;21(1):1261.
2. Pagani FD. Insurance Coverage and Heart Transplant Outcomes. Circ Cardiovasc Qual
Outcomes. 2016 Sep;9(5):501–3.
3. Schwartz M, Shah R, Wetzel M, Raol N. Relationship between Insurance Type and Delays
in Tympanostomy Tube Placement. Ann Otol Rhinol Laryngol. 2021 Feb;130(2):142–7.
4. Pratiwi AB, Setiyaningsih H, Kok MO, Hoekstra T, Mukti AG, Pisani E. Is Indonesia
achieving universal health coverage? Secondary analysis of national data on insurance coverage,
health spending and service availability. BMJ Open. 2021 Oct 4;11(10):e050565.
5. Badan Pusat Statistik. Profil Statistik Kesehatan 2021 [Internet]. [cited 2022 Jun 4].
Available from: https://www.bps.go.id/publication/2021/12/22/0f207323902633342a1f6b01/profil-
statistik-kesehatan-2021.html
6. Pisani E, Olivier Kok M, Nugroho K. Indonesia’s road to universal health coverage: a
political journey. Health Policy Plan. 2017 Mar 1;32(2):267–76.
7. Agustina R, Dartanto T, Sitompul R, Susiloretni KA, Suparmi, Achadi EL, et al. Universal
health coverage in Indonesia: concept, progress, and challenges. Lancet Lond Engl. 2019 Jan
5;393(10166):75–102.
8. UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional [JDIH BPK RI] [Internet].
[cited 2022 Aug 7]. Available from: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/40787
9. UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial [JDIH BPK RI]
[Internet]. [cited 2022 Aug 12]. Available from: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39268
10. Peserta BPJS Kesehatan [Internet]. [cited 2022 Aug 12]. Available from: https://www.bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/pages/detail/2014/11
11. Prosedur Pendaftaran BPJS Kesehatan [Internet]. [cited 2022 Aug 12]. Available from:
https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/pages/detail/2014/20
12. Iuran BPJS Kesehatan [Internet]. [cited 2022 Aug 12]. Available from: https://www.bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/pages/detail/2014/13
13. Manfaat BPJS Kesehatan [Internet]. [cited 2022 Aug 12]. Available from: https://www.bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/pages/detail/2014/12
14. Anindya K, Lee JT, McPake B, Wilopo SA, Millett C, Carvalho N. Impact of Indonesia’s
national health insurance scheme on inequality in access to maternal health services: A propensity
score matched analysis. J Glob Health. 2020 Jun;10(1):010429.
15. Nguyen TD, Wilson A. Coverage of health insurance among the near-poor in rural
Vietnam and associated factors. Int J Public Health. 2017 Feb;62(Suppl 1):63–73.
16. Christiani Y, Byles JE, Tavener M, Dugdale P. Health insurance coverage among women in
Indonesia’s major cities: A multilevel analysis. Health Care Women Int. 2017 Mar;38(3):267–82.
17. Muttaqien M, Setiyaningsih H, Aristianti V, Coleman HLS, Hidayat MS, Dhanalvin E, et al.
Why did informal sector workers stop paying for health insurance in Indonesia? Exploring enrollees’
ability and willingness to pay. PloS One. 2021;16(6):e0252708.
18. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI; 2018.
19. Badan Pusat Statistik - Batas Garis Kemiskinan Indonesia [Internet]. [cited 2022 Aug 23].
Available from: https://www.bps.go.id/indicator/23/195/1/garis-kemiskinan-menurut-provinsi.html
20. Dartanto T, Halimatussadiah A, Rezki JF, Nurhasana R, Siregar CH, Bintara H, et al. Why
Do Informal Sector Workers Not Pay the Premium Regularly? Evidence from the National Health
Insurance System in Indonesia. Appl Health Econ Health Policy. 2020 Feb;18(1):81–96.
21. Kushel MB, Gupta R, Gee L, Haas JS. Housing instability and food insecurity as barriers to
health care among low-income Americans. J Gen Intern Med. 2006 Jan;21(1):71–7.
22. Laksono AD, Wulandari RD, Matahari R. The determinant of health insurance ownership
among pregnant women in Indonesia. BMC Public Health. 2021 Aug 11;21(1):1538.

Anda mungkin juga menyukai