20 % 9,8 %
Dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial,
K o n d isi in i telah
jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah.
Peningkatan jumlah ini berdampak pada penambahan Riskesdas juga
Skizofrenia/Psikosis
secara jiwa adalah penting. Gangguan jiwa merupakan dengan
masalah kesehatan global yang membutuhkan
perhatian karena dapat menyebabkan disabilitas utama,
secara global serta kontributor terbesar beban penyakit
Data resume profil kesehatan kabupaten/kota lebak tahun
2022 & jumlah kasus odgj di walayah kecamatan maja tahun
2023
Deteksi Dini
berperan penting karena
memungkinkan pasien
lebih awal.
mendapatkan intervensi
Tujuan
• Untuk mengetahui hasil deteksi dini masalah Kesehatan jiwa pada anggota keluarga
dengan ODGJ Berat di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja
• Untuk mengetahui pentingnya upaya pencegahan dan deteksi lebih awal pada
gangguan jiwa pada anggota keluarga dengan ODGJ Berat
• Untuk meningkatkan kasus baru ODGJ dan meningkatkan cakupan ODGJ berat yang
mendapat pelayanan
• Untuk mengetahui kejadian kasus ODGJ pada anggota keluarga dengan ODGJ Berat
Manfaat
01 02 03
Penulis Puskesmas Masyarakat
M eningkatkan pengetahuan
p en tin g n y a u p ay a
penulis tentang kesehatan Laporan ini diharapkan Masyarakat menjadi tahu
di Puskesmas Maja
penemuan kasus gangguan jiwa
BAB II
Tinjauan Pustaka
Profil Puskesmas
UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja
Wilayah kerjanya terdiri atas 14 desa yaitu : Desa Maja, Maja Baru, Sangiang, Tanjung Sari,
Cilangkap, Pasir Kecapi, Curugbadak, Pasir kembang, Padasuka, Gubugan Cibeureum,
Mekarsari, Buyut Mekar, Binong, Sindang Mulya
Gangguan Jiwa
Keluarga (PIS-PK) Pendekatan
Sehat dengan Pendekatan
kehidupan sehari-hari .
mengalaminya dan mengganggu fungsi dalam
akses pelayanan kesehatan jiwa di
Indonesia masih belum memenuhi
kebutuhan akan layanan kesehatan
Tahun 2016)
Tanda dan Gejala
✓ Gangguan ✓ Gangguan ✓ Gangguan
Kognisi Asosiasi Kemauan
✓ Gangguan ✓ Gangguan ✓ Gangguan
Perhatian Pikiran dan Emosi dan
✓ Gangguan Pertimbanga Afek
ingatan n ✓ Gangguan
✓ Gangguan Psikomotor
Kesadaran
Faktor Resiko
• Psikologis
• Genetik
• Lingkungan
Klasifikasi Neurotik
Psikosis
Diagnosis
SRQ-29 memiliki 29 pertanyaan dengan jawaban “ya atau tidak” sehingga memudahkan
masyarakat untuk menjawabnya (Suyoko, 2012).
•
Sampel
02
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah
pengambilan sampel dengan menggunakan beberapa
pertimbangan tertentu sesuai dengan kriteria yang diinginkan
untuk dapat menentukan jumlah sampel yang akan diteliti.
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Cemas merupakan respon emosional yang tidak G an g g u an d ep resi adalah gangguan mental umum yang
Tingkat kecemasan berkisar antara 15% hingga 64,3% dan identik dengan faktor termasuk jenis kelamin,
p en d id ik an , ras, p restasi ak ad em ik , d an lin g k u n g an . k ecem asan in i ju g a d ap at b erp en g aru h k ep ad a k u alitas
akademis yang lebih rendah dan juga berkorelasi positif dengan depresi
Penggunaan Zat
Tercatat 3, 8- 4, 1 juta penduduk Indonesia adalah
pengguna narkoba atau setara dengan 2,18%
penduduk usia 10-59 tahun
17 resp o n d en
45,95 Menurut American Psychiatric Association (2013) PTSD adalah kondisi mental di
lalu.
mana Anda mengalami serangan panik yang dipicu oleh trauma pengalaman masa
%
Studi PTSD sangat penting dilakukan sebagai upaya pencegahan/skrinning sebelum menimbulkan dampak yang luas pada individu
yang terdampak.
Orang dengan PTSDberesiko lebih tinggi dalampermasalahan pekerjaan, dukungan social yang buruk, masalah seks, termasuk
kesulitan perkawinan, dibandingkan dengan orang tanpa PTSD
BAB V
Penutup
Kesimpulan
Hasil deteksi dini gangguan jiwa di desa Maja, Curug Badak dan Maja Baru Kecamatan
Maja, dari 37 responden terdapat 72,97% yang memiliki gangguan jiwa sedangkan
27,03% tidak terindikasi adanya gangguan jiwa.
Sebanyak 51,45% dari 37 responden yang mengalami Gangguan Cemas dan Depresi,
0% orang dengan Penggunaan Zat Psikoaktif dan Narkoba, sebesar 21,63% mengalami
Gangguan Psikotik dan paling banyak terdapat 45,95% yang mengalami PTSD.
Hasil studi ini menunjukkan pentingnya upaya pencegahan dan deteksi lebih awal pada
gangguan jiwa pada masyarakat guna
menekan dampak yang lebih luas pada masalah lainnya yang mencakup masalah
kesehatan, ekonomi sosial dan budaya masyarakat di Indonesia
Keterlibatan berbagai pihak terkait yang bersinergi dengan masyarakat akan lebih efektif
dalam hal pencegahan serta meningkatkan kasus baru ODGJ dan meningkatkan cakupan
ODGJ berat yang mendapat pelayanan
Saran dan Keterbatasan
Saran
Dengan adanya studi ini diharapkan patisipasi aktif dari semua pihak, pemeritah
dan stakeholder. Pencegahan dan skrining secara dini akan lebih efektif dan efisien
dalam penanggulangan masalah psikososial
dan gangguan jiwa ditengah masyarakat.
perlu adanya keterlibatan berbagai pihak terkait dalam melakukan skrining sedini
mungkin dengan memperbanyak dan mengoptimalisasikan kader
Keterbatasan
Hasil penelitian ini masih memiliki keterbatasan dalam hal generalisasi sampel.
Dibutuhkan sampel yang lebih besar sebagai lanjutan studi ini.
Perlu studi analitik lanjutan dalam penatalaksanaan deteksi dini gangguan jiwa di
Puskesmas Maja dan analisis faktor faktor resiko yang menyebabkan terjadinya
gangguan jiwa seperti hubungan faktor keturunan dengan kejadian gangguan jiwa dan
lainnya.
Lampiran