Anda di halaman 1dari 30

Mini Project

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN JIWA PADA


ANGGOTA KELUARGA DENGAN ODGJ BERAT DI
WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP
MAJA
Oleh: dr. Muhammad Reza
Dokter Pendamping : dr Robert Telaumbanua
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Kesehatan Jiwa Oleh karena itu
pemerintah Indonesia
Kondisi dimana seorang individu Orang dengan gangguan jiwa adalah
orang yang mengalami perubahan pada
03 memberi perhatian
dapat berkembang secara fisik, khusus terhadap
mental, spiritual, dan sosial pikiran, sikap, perilaku dan perasaan masalah kesehatan jiwa
sehingga individu tersebut yang menyebabkan penderitaan pada
menyadari kemampuan sendiri, orang yang mengalaminya dan
mengganggu fungsi dalam kehidupan
dapat mengatasi tekanan, dapat Tahun 2030, negara-negara yang
sehari-hari, Gangguan jiwa adalah menandatangani SDGs dapat
bekerja secara produktif penyakit medis, bukan gaib atau mistis meningkatkan kesehatan mental serta
dan mampu memberikan kontribusi (masyarakat Indonesia masih banyak 02 memperkuat pencegahan dan pengobatan
untuk komunitasnya yang menganggap gangguan jiwa penyalahgunaan zat, termasuk
adalah penyakit non medis) penyalahgunaan narkotika dan penggunaan
alkohol
Kesehatan jiwa merupakan
target dari Sustainable
Development Goals (SDGs)
01 sebagai lanjutan MDGs.
Menurut WHO masalah
gangguan jiwa diseluruh dunia
sudah menjadi masalah yang
sangat serius
Prevalensi
Riskedas menyatakan bahwa
Prevalensi ODGJ
masalah gangguan
sekitar 1 dari 5
di Indonesia
em o sio n al m en g alam i
Kesehatan mental
penduduk
peningkatan

20 % 9,8 %
Dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial,

K o n d isi in i telah
jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah.
Peningkatan jumlah ini berdampak pada penambahan Riskesdas juga

7 dari 1000 Rumah Kesehatan sebesar 730


beban negara dan penurunan produktivitas manusia menunjukkan bahwa menyerap dana BPJS
untuk jangka panjang.
Tangga terdapat miliar
Berdasarkan permasalahan dan kedua definisi ini maka
dapat disimpulkan selain sehat secara fisik, kesehatan anggota keluarga

Skizofrenia/Psikosis
secara jiwa adalah penting. Gangguan jiwa merupakan dengan
masalah kesehatan global yang membutuhkan
perhatian karena dapat menyebabkan disabilitas utama,
secara global serta kontributor terbesar beban penyakit
Data resume profil kesehatan kabupaten/kota lebak tahun
2022 & jumlah kasus odgj di walayah kecamatan maja tahun
2023
Deteksi Dini
berperan penting karena
memungkinkan pasien

lebih awal.
mendapatkan intervensi

Deteksi dini pada masalah kesehatan

m em u lih k an k eseh atan m en tal secara


jiwa terbukti tidak hanya mampu

cepat, namun juga memudahkan


penderita gangguan jiwa berintegrasi
kembali dengan masyarakat
Salah satu alternatif pemecahan masalah ini

wilayah kerja Puskesmas Maja.


adalah melakukan deteksi dini gangguan jiwa di
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas bagaimana hasil deteksi dini masalah Kesehatan
jiwa pada anggota keluarga dengan ODGJ Berat di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Rawat Inap Maja?

Tujuan
• Untuk mengetahui hasil deteksi dini masalah Kesehatan jiwa pada anggota keluarga
dengan ODGJ Berat di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja
• Untuk mengetahui pentingnya upaya pencegahan dan deteksi lebih awal pada
gangguan jiwa pada anggota keluarga dengan ODGJ Berat
• Untuk meningkatkan kasus baru ODGJ dan meningkatkan cakupan ODGJ berat yang
mendapat pelayanan

• Untuk mengetahui kejadian kasus ODGJ pada anggota keluarga dengan ODGJ Berat
Manfaat

01 02 03
Penulis Puskesmas Masyarakat
M eningkatkan pengetahuan
p en tin g n y a u p ay a
penulis tentang kesehatan Laporan ini diharapkan Masyarakat menjadi tahu

d an p ertim b an g an b ag i p en ceg ah an d an d etek si


jiwa, mampu menganalisis menjadi bahan masukan
masalah yang timbul dari

jiwa serta alternatif p ro g ram k eseh atan d i jiw a


kurangnya deteksi gangguan perumusan kebijakan lebih awal pada gangguan

pemecahan masalah pelaksanaan P u sk esm as M aja

di Puskesmas Maja
penemuan kasus gangguan jiwa
BAB II
Tinjauan Pustaka
Profil Puskesmas
UPTD Puskesmas Rawat Inap Maja
Wilayah kerjanya terdiri atas 14 desa yaitu : Desa Maja, Maja Baru, Sangiang, Tanjung Sari,
Cilangkap, Pasir Kecapi, Curugbadak, Pasir kembang, Padasuka, Gubugan Cibeureum,
Mekarsari, Buyut Mekar, Binong, Sindang Mulya

Luas wilayah : 72,56 km2


- Batas Utara : Kecamatan Kopo Kabupaten Serang
- Batas Timur : Kecamatan Solear kabupaten Tangerang
- Batas Selatan : Kecamatan Jasinga kabupaten Bogor
- Batas Barat : Kecamatan Rangkasbitung kabupaten Lebak

Mata pencaharian : sebagian besar petani dan pedagang


Sebagian kecil sebagai pegawai negeri maupun swasta, wiraswasta, TNI, dan POLRI
Tingkat Pendidikan : 11.97% tidak memiliki ijazah SD, 20.71% lulusan SD, 13.81% lulusan SMP,
14.83% lulusan SMA, 3.45% lulusan SMK, dan 4.28% lulusan perguruan tinggi
Gangguan Jiwa
Kesehatan Jiwa

jiw a d alam P ro g ram In d o n esia


Merupakan indikator kesehatan

Gangguan Jiwa
Keluarga (PIS-PK) Pendekatan
Sehat dengan Pendekatan

p rev en tif d an p ro m o tif m em ilik i


Orang dengan gangguan jiwa adalah orang
p eran an p en tin g d alam
yang mengalami perubahan pada pikiran,
p en in g k atan k eseh atan jiw a. H al
sikap, perilaku dan perasaan yang
in i d iseb ab k an k aren a k o n d isi
menyebabkan penderitaan pada orang yang

kehidupan sehari-hari .
mengalaminya dan mengganggu fungsi dalam
akses pelayanan kesehatan jiwa di
Indonesia masih belum memenuhi
kebutuhan akan layanan kesehatan

terjangkau (Permenkes No. 43


yang bermutu, merata dan

Tahun 2016)
Tanda dan Gejala
✓ Gangguan ✓ Gangguan ✓ Gangguan
Kognisi Asosiasi Kemauan
✓ Gangguan ✓ Gangguan ✓ Gangguan
Perhatian Pikiran dan Emosi dan
✓ Gangguan Pertimbanga Afek
ingatan n ✓ Gangguan
✓ Gangguan Psikomotor
Kesadaran

Faktor Resiko
• Psikologis
• Genetik
• Lingkungan
Klasifikasi Neurotik
Psikosis

• Satu gejala/lebih yang menggagu dan


• Perilaku agresif
• D isin teg rasi k ep rib ad ian
• P en u ru n an b erm ak n a p ad a
tidak dapat diterima oleh individu
• Uji realitas normal
• P erilak u tid ak m en g g an g u
tingkat kesadaran
• Fungsi global terganggu
• Kerusakan yang nyata pada realita
norma sosial
• Dalam situasi konflik yang ekstrim,

realitasnya, seperti psikosis.


orang tersebut mungkin tergangguan

Diagnosis

y an g terd ap at d alam p ed o m an d iag n o stik y aitu : DSM, ICD, atau PPDGJ


Gangguan jiwa didiagnosis dari berbagai manifestasi dari perubahan tersebut dalam kehidupan sehari hari
Deteksi dini gangguan jiwa
P elay an an k eseh atan jiw a y an g d ilak u k an d i P u sk esm as k ep ad a m asy arak at.
D ap at d ilak u k an d en g an cara b ek erjasam a b ersam a k ad er jiw a serta m elib atk an
aparat desa.

Self-Reporting Questionnaire (SRQ)


Self-Reporting Questionnaire (SRQ) adalah kuesioner yang dikembangkan oleh World Health Organization
(WHO) untuk skrining gangguan kesehatan jiwa.

SRQ-29 memiliki 29 pertanyaan dengan jawaban “ya atau tidak” sehingga memudahkan
masyarakat untuk menjawabnya (Suyoko, 2012).

d ep resi, k o g n itif, so m atik , d an p en g g u n aan zat/n ark o b a.


• Pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner SRQ mengarah pada gejala cemas,

penyakit mental atau kejiwaan, ataupun sedang menderita gangguan jiwa.


• SRQmungkin tidak dapat mendeteksi kondisi kesehatan jiwa individu yang memiliki riwayat
BAB III
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional deskriptif, yaitu untuk mengetahui
hasil skor serta interpretasi dari SRQ pada Anggota Keluarga dengan ODGJ Berat bertujuan
menjelaskan fenomena yang ada dengan menggunakan angka-angka untuk menjelaskan
karakteristik individu atau kelompok yang menjadi unit analisis dalam penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di 3 Desa yaitu Desa Maja, Desa Curug
Badak, dan Desa Maja Baru pada bulan Oktober 2023.
Populasi
01
Populasi yang digunakan adalah anggota
keluarga dengan ODGJ Berat di Desa Maja, Curug
Badak dan Maja Baru pada bulan Oktober 2023.

Sampel
02
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah
pengambilan sampel dengan menggunakan beberapa
pertimbangan tertentu sesuai dengan kriteria yang diinginkan
untuk dapat menentukan jumlah sampel yang akan diteliti.
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

1. Anggota keluarga dengan pasien 1. Pasien yang tidak bersedia mengisi

ODGJ Berat di Wilayah Kerja kuisioner SRQ 29

UPTD Puskesmas Rawat Inap 2. Pasien yang memiliki masalah dan

Maja pada periode penelitian keterbatasan dalam pendengaran dan

2. Usia > 17 Tahun tidak dapat memahami instruksi

3. Pasien yang bersedia mengisi peneliti dengan baik karena

kuisioner SRQ 29 keterbatasan tersebut


3. Pasien yang memiliki masalah dan
keterbatasan dalam penglihatan dan
tidak dapat memahami instruksi
peneliti dengan baik karena
keterbatasan tersebut
Pengumpulan Data
01 02 03

Sumber Data Cara Pengumpulan Alat Pengumpulan


Data primer -> data didapatkan Kuesioner diberikan
Data Data pada
Alat yang digunakan

lembar kuesioner SRQ 29,


dari kuisioner yang diisi secara dengan cara Memberikan mini project ini adalah
langsung oleh anggota keluarga kuesioner secara

kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap


dengan ODGJ Berat di Wilayah langsung pada responden alat tulis dan Laptop untuk

aja pada periode penelitian.


pengolahan data dan
M penyusunan makalah

di 3 desa yaitu Desa Maja,


Responden keluarga diambil

Curug Badak & Maja Baru


BAB IV
Hasil Kesimpulan
& Pembahasan
Profil Responden
Hasil
Penelitian
Cemas dan Depresi
H asil stu d i cem as d an d ep resi b erad a p ad a u ru tan Pertama
terbanyak yaitu sebesar 51,45% (19 responden)

Cemas merupakan respon emosional yang tidak G an g g u an d ep resi adalah gangguan mental umum yang

k esen an g an , p erasaan b ersalah atau h arg a d iri y an g ren d ah ,


ditandai dengan gangguan perasaan atau mood, kehilangan minat atau
menyenangkan terhadap berbagai macam stressor baik
yang jelas maupun tidak teridentifikasikan yang ditandai
k o n sen trasi y an g b u ru k
susah tidur, penurunan nafsu makan, energi rendah, dan
dengan adanya sebuah perasaan takut, khawatir, dan
perasaan terancam

Tingkat kecemasan berkisar antara 15% hingga 64,3% dan identik dengan faktor termasuk jenis kelamin,
p en d id ik an , ras, p restasi ak ad em ik , d an lin g k u n g an . k ecem asan in i ju g a d ap at b erp en g aru h k ep ad a k u alitas
akademis yang lebih rendah dan juga berkorelasi positif dengan depresi
Penggunaan Zat
Tercatat 3, 8- 4, 1 juta penduduk Indonesia adalah
pengguna narkoba atau setara dengan 2,18%
penduduk usia 10-59 tahun

Berdasarkan studi ini,


indikasi penyalahgunaan zat
M en u ru t B N N R I (2010), d am p ak d ari
teridentifikasi 0% p en y alah g u n aan N A P Z A d ik en al d en g an istilah 4L
psikoaktif dan narkoba

yaitu liver, lover, lifestyle, dan legal.


Meskipun demikian walau tak
terdeteksi dari responden yang ada

Tanda dan gejala penggunaan zat psikoaktif /narkoba diantaranya adalah :


tetap harus menjadi perhatian,

p en y alah g u n aan n ark o b a saat in i 1) In to k sik asi y an g m en y eb ab k an


mengingat angka kasus

p eru b ah an m em o ri, p erilak u ,k o g n itif d an k esad aran ,


2) Kondisi toleransi (overdosis),
cukup tinggi di Indonesia

3) Sindroma putus zat (withdrawal).


Gangguan Psikotik
● Pasien psikotik mengalami gangguan penilaian realita yang berat dan
disertai gangguan kognitif dan emosi
● Faktor yang menyebabkan seseorang mengalami gejala
psikotik, diantaranya adalah penyalahgunaan zat psikoaktif

hasil pemeriksaan psikiatri /status mental


● Orang dengan gejala gangguan psikotik diketahui melalui

Hasil penelitian yang P erlu p em erik saan leb ih


dilakukan menunjukkan lanjut pada responden

21, 63%(8 responden)


gangguan psikosis sebesar tersebut untuk
memastikan gangguan
psikosis yang ada
Posttraumatic stress disorder (PTSD)
Hasil penelitian menunujukkan bahwa
PTSD merupakan masalah jiwa yang
terbanyak kedua setelah Cemas dan

frekuensi sebesar 45,95% atau sebanyak


Depresi, yaitu ditemukan dengan

17 resp o n d en

45,95 Menurut American Psychiatric Association (2013) PTSD adalah kondisi mental di

lalu.
mana Anda mengalami serangan panik yang dipicu oleh trauma pengalaman masa
%

Studi PTSD sangat penting dilakukan sebagai upaya pencegahan/skrinning sebelum menimbulkan dampak yang luas pada individu
yang terdampak.

P erm asalah an P T S D y am g tid ak d itan g an i d en g an b aik m en im b u lk an b erb ag ai d am p ak y an g b eresik o

dan gangguan imunologis.


pada kesehatan fisik yang buruk, termasuk somatoform, kardiorespirasi, muskuloskeletal, gastrointestinal,

Orang dengan PTSDberesiko lebih tinggi dalampermasalahan pekerjaan, dukungan social yang buruk, masalah seks, termasuk
kesulitan perkawinan, dibandingkan dengan orang tanpa PTSD
BAB V
Penutup
Kesimpulan
Hasil deteksi dini gangguan jiwa di desa Maja, Curug Badak dan Maja Baru Kecamatan
Maja, dari 37 responden terdapat 72,97% yang memiliki gangguan jiwa sedangkan
27,03% tidak terindikasi adanya gangguan jiwa.

Sebanyak 51,45% dari 37 responden yang mengalami Gangguan Cemas dan Depresi,
0% orang dengan Penggunaan Zat Psikoaktif dan Narkoba, sebesar 21,63% mengalami
Gangguan Psikotik dan paling banyak terdapat 45,95% yang mengalami PTSD.

Hasil studi ini menunjukkan pentingnya upaya pencegahan dan deteksi lebih awal pada
gangguan jiwa pada masyarakat guna
menekan dampak yang lebih luas pada masalah lainnya yang mencakup masalah
kesehatan, ekonomi sosial dan budaya masyarakat di Indonesia

Keterlibatan berbagai pihak terkait yang bersinergi dengan masyarakat akan lebih efektif
dalam hal pencegahan serta meningkatkan kasus baru ODGJ dan meningkatkan cakupan
ODGJ berat yang mendapat pelayanan
Saran dan Keterbatasan
Saran
 Dengan adanya studi ini diharapkan patisipasi aktif dari semua pihak, pemeritah
dan stakeholder. Pencegahan dan skrining secara dini akan lebih efektif dan efisien
dalam penanggulangan masalah psikososial
dan gangguan jiwa ditengah masyarakat.
 perlu adanya keterlibatan berbagai pihak terkait dalam melakukan skrining sedini
mungkin dengan memperbanyak dan mengoptimalisasikan kader

Keterbatasan
 Hasil penelitian ini masih memiliki keterbatasan dalam hal generalisasi sampel.
Dibutuhkan sampel yang lebih besar sebagai lanjutan studi ini.

 Perlu studi analitik lanjutan dalam penatalaksanaan deteksi dini gangguan jiwa di
Puskesmas Maja dan analisis faktor faktor resiko yang menyebabkan terjadinya
gangguan jiwa seperti hubungan faktor keturunan dengan kejadian gangguan jiwa dan
lainnya.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai