Anda di halaman 1dari 17

ARTIKEL

PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF HADITS

Abstract

This article examines the students in the perspective of hadith. Hadith provide an
idea of the ideal learner in order to achieve the expected educational goals of becoming
scholars who basthotan fi ilmi and basthotan fi rizqi. Educators, learners and educational
objectives have interrelated links between components of one component to another, so
the educational process should be an integral and harmonious blend to produce an ideal
education. Therefore, educational activities must deliver learners to achieve a life goal that
has been outlined in Islamic teachings.

Key Words: Students, Hadith Perspective.

Sakrim Miharja A. Pendahuluan


e-mail: sakrimmiharja@gmail.com Peserta didik adalah setiap
orang yang menerima pengaruh dari
Dosen FISIP UIN SGD Bandung seseorang atau kelompok yang
menjalankan kegiatan pendidikan.
Peserta didik merupakan unsur
manusiawi yang penting dalam
kegiatan interaksi edukatif, ia sebagai
objek sekaligus sebagai subjek
pendidikan.
Dalam undang-undang Nomor
20 tahun 2003, dijelaskan bahwa
peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
Dalam proses pendidikan,
peserta didik merupakan salah satu
komponen manusiawi yang menempati
posisi sentral, karena peserta didiklah
yang menjadi pokok persoalan dan
sebagai tumpuan perhatian untuk
diarahkan menuju suatu tujuan. Oleh
karena itu untuk membentuk peserta
didik sesuai dengan tujuan pendidikan

1
JISPO VOL. 7 No. 2 Edisi: Juli-Desember Tahun 2017

yang diharapkan, maka pendidikan dari isyarat hadits diperlukan untuk


harus disesuaikan dengan keadaan dan mencari format
tingkat kemampuan peserta didik,
karakteristik, minat dan lain
sebagainya. Itu lah sebabnya murid
merupakan subjek didik dalam
pendidikan setelah guru atau pendidik
(Sardiman, 2000:109).
Murid dalam pengertian
pendidikan pada umumnya adalah
setiap individu atau sekelompok
individu yang menerima pengaruh dari
seseorang atau kelompok yang
menjalankan kegiatan pendidikan.
Sedangkan murid dalam pengertian
pendidikan secara khusus adalah
anak yang belum dewasa yang
menjadi tanggungjawab pendidik
(Barnadib, 1989:78).
Peserta didik secara kodrati
adalah manusia, baik secara individu
maupun sosial yang memiliki
kebutuhan. Kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi serta berbagai potensi
maupun disposisi untuk dididik,
dibimbing dan diarahkan sehingga
dapat mengaktualisasikan dirinya
dalam kehidupan. Peserta didik
merupakan “raw material” (bahan
mentah) dalam transformasi pendidikan.
Menurut Ramayulis (2002:101), ada
empat hal yang harus diperhatikan
dalam membangun raw material
tersebut, yaitu potensi peserta didik,
kebutuhan peserta didik, sifat-sifat
peserta didik dan dimensi peserta didik
yang harus dikembangkan.
Hadits sebagai kitab rujukan
bagi manusia, banyak memberikan
gambaran tentang proses pendidikan
yang terjadi antara pendidik dan
peserta didik. Oleh karena itu
memahami keberadaan peserta didik
2
pendidikan bagi peserta didik fisik maupun psikis. Dengan demikian
sesuai dengan sumber tersebut. ia tidak bisa
Sehingga dalam proses pendidikan
akan tercipta keselarasan antara
komponen pendidikan dalam upaya
mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam upaya mencari
format tersebut, maka perlu
dipahami bagaimana pandangan
hadits mengenai peserta didik.
Rasulullah SAW, sangat
memberikan perhatian terhadap
pengembangan ilmu
pengetahuan. Sehingga ditemukan
banyak hadits-hadits Rasulullah
SAW yang membicarakan tentang
mencari ilmu pengetahuan.

B. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Perserta Didik
Secara etimologi peserta
didik adalah anak didik yang
mendapat pengajaran ilmu.
Secara terminologi peserta didik
adalah anak didik atau individu
yang mengalami perubahan,
perkembangan sehingga masih
memerlukan bimbingan dan dan
arahan dalam membentuk
kepribadian serta sebagai bagian
dari struktural proses pendidikan.
Dengan kata lain peserta didik
adalah seorang individu yang
tengah mengalami fase
perkembangan atau pertumbuhan
baik dari segi fisik dan mental
maupun fikiran.
Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa peserta didik
adalah setiap orang yang
meluangkan waktunya untuk
belajar kepada seorang pendidik.
Peserta didik adalah orang yang
berada dalam fase pertumbuhan
dan perkembangan, baik secara

3
disamakan dengan orang dewasa yang didik ini juga mengisyaratkan bahwa
berukuran kecil karena mempunyai lembaga pendidikan tidak hanya di
spesifikasi tersendiri. sekolah (pendidikan formal), tapi juga
Peserta didik adalah setiap lembaga pendidikan di masyarakat,
manusia yang sepanjang hidupnya seperti Majelis Taklim, Paguyuban, dan
selalu dalam perkembangan. Kaitannya sebagainya.
dengan pendidikan adalah bahwa Secara etimologi, murid berarti
perkembangan peserta didik itu selalu “orang yang menghendaki”. Sedangkan
menuju kedewasaan dimana semuanya menurut arti terminologi, murid adalah
itu terjadi karena adanya bantuan dan pencari hakikat di bawah bimbingan
bimbingan yang diberikan oleh dan arahan seorang pembimbing
pendidik spiritual (mursyid). Sedangkan thalib
Siswa atau peserta didik secara bahasa berarti orang yang
adalah salah satu komponen manusia mencari, sedangkan menurut istilah
yang menempati posisi sentral dalam tasawuf adalah penempuh jalan
proses belajar-mengajar, peserta spiritual, dimana ia berusaha keras
didiklah yang menjadi pokok persoalan menempuh dirinya untuk mencapai
dan sebagai tumpuan perhatian. Di derajat sufi. Penyebutan murid ini juga
dalam proses belajar mengajar, siswa dipakai untuk menyebut peserta didik
sebagai pihak yang ingin meraih cita- pada sekolah tingkat dasar dan
cita, memiliki tujuan dan kemudian menengah, sementara untuk
ingin mencapainya secara optimal. perguruan tinggi lazimnya disebut
Peserta didik itu akan menjadi faktor dengan mahasiswa.
“penentu”, sehingga menuntut dan Peserta didik adalah amanat
dapat mempengaruhi segala sesuatu bagi para pendidiknya. Jika ia
yang diperlukan untuk mencapai dibiasakan untuk melakukan
tujuan belajarnya. Itulah sebabnya sisa kebaikan, niscaya ia akan tumbuh
atau peserta didik adalah merupakan menjadi orang yang baik, selanjutnya
subjek belajar. memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhiratlah kedua orang tuanya dan juga
2. Definisi Peserta Didik dalam setiap mu’alim dan murabbi yang
Pendidikan Islam menangani pendidikan dan
Berpijak pada paradigma pengajarannya. Sebaliknya, jika peserta
“belajar sepanjang masa”, maka istilah didik dibiasakan melakukan hal-hal yang
yang tepat untuk menyebut individu buruk dan ditelantarkan tanpa
yang menuntut ilmu adalah peserta pendidikan dan pengajaran seperti
didik dan bukan anak didik. Peserta hewan ternak yang dilepaskan beitu
didik cakupannya lebih luas, yang saja dengan bebasnya, niscaya dia
tidak hanya melibatkan anak- anak, akan menjadi seorang yang celaka dan
tetapi juga pada orang-orang dewasa. binasa.
Sementara istilah anak didik hanya Sama halnya dengan teori
dikhususkan bagi individu yang barat, peserta didik dalam pendidikan
berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta
4
Islam adalah individu sedang
tumbuh dan

5
JISPO VOL. 7 No. 2 Edisi: Juli-Desember Tahun 2017

berkembang, baik secara fisik, C. Pembahasan


psikologis, sosial, dan religius dalam Peserta didik adalah setiap
mengarungi kehidupan di dunia dan di orang yang meluangkan waktunya untuk
akhirat kelak. Definisi tersebut belajar kepada seorang pendidik.
memberi arti bahwa peserta didik Peserta didik adalah orang yang
merupakan individu yang belum berada dalam fase pertumbuhan dan
dewasa, yang karenanya memerlukan perkembangan, baik secara fisik
orang lain untuk menjadikan dirinya maupun psikis. Dengan demikian ia
dewasa. Anak kandung adalah tidak bisa disamakan dengan orang
peserta didik dalam keluarga, murid dewasa yang berukuran kecil karena
adalah peserta didik di sekolah, dan mempunyai spesifikasi tersendiri.
umat beragama menjadi peserta didik Rasulullah SAW, sangat
masyarakat sekitarnya, dan umat memberikan perhatian terhadap
beragama menjadi peserta didik pengembangan ilmu pengetahuan.
ruhaniawan dalam suatu agama. Sehingga ditemukan banyak hadits-hadits
Dengan demikian dalam konsep Rasulullah SAW yang membicarakan
pendidikan Islam, tugas mengajar, tentang mencari ilmu pengetahuan.
mendidik, dan memberikan tuntunan Perhatian yang demikian tinggi,
sama artinya dengan upaya untuk karena Rasulullah juga menyatakan
meraih surga. Sebaliknya, dirinya sebagai pendidik. Rasulullah
menelantarkan hal tersebut berarti lebih mengutamakan majlis orang yang
sama dengan mejerumuskan diri ke belajar dari pada majlis ahli ibadah.
dalam neraka. Diantara hadits-hadits yang
Pada dasarnya anak itu telah membicarakan tentang peserta didik
membawa fitrah beragama, dan adalah sebagai berikut:
kemudian bergantung kepada para
pendidiknya dalam mengembangkan ýş' ý⁄, ý9⁄ ýş' ¹:›L⁄, S¹¾ 9¸ş ¹:›L⁄,S¹¾ LL~A ¹:›L⁄
fitrah itu sendiri sesuai dengan usia
anak
dalam pertumbuhannya. Dasar-dasar S¹¾.. Aiş' ý⁄ ¾9²ş yş' ýş ýa⁄9²' LŞ⁄ ý⁄, ýi9ş~
.
pendidikan agama ini harus sudah ." ç²⁄ä²¹ş ç²⁄²' ¹a:'9 Ì As¾Ôi '9i= Aş Ì L9i ýa,
ditanamkan sejak peserta didik itu "yş:²' (y9¹=ş²' α'99)
masih usia muda, karena kalau tidak
demikian kemungkinan mengalami Artinya: menceritakan kepada kami
kesulitan kelak untuk mencapai tujuan Musaddad, berkata menceritakan
pendidikan Islam yang diberikan pada kepada kami Bysr, ia berkata,
masa dewasa. Dengan demikian, maka menceritakan kepada kami Ibn ‘Aub,
agar pendidikan Islam dapat berhasil dari Ibn Sirin, dari Abdurrahman Ibn
dengan sebaik- baiknya haruslah Abu Bakrah dari ayahnya. Nabi SAW
menempuh jalan pendidikan yang bersabda, “barang siapa dikehendaki
sesuai dengan perkembangan baik dari Allah, maka ia dikaruniai
peserta didik. kepahaman agama.
6
Sesungguhnya ilmu itu hanya
diperoleh dengan belajar” (HR.
Bukhari).

7
ýş Si⁄¹a~' y:›L⁄, S¹¾ ý¹iÔ~ ¹:›L⁄, S¹¾ LIa⁄²' ¹:›L⁄ ši²²' y:›LÇ, S¹¾ y:›L⁄, S¹¾ e~9i ýş Ì LŞ⁄ ¹:›L⁄
ýş ÷⁄a~, S¹¾ y9œý²' α¹:›L⁄ ¹a 9i= .²⁄ L²¹= .ş' ýş99a⁄² S¹¾ A:', zi9· .ş' ý⁄, LI⁄~ y:›L⁄, S¹¾
, S¹¾L9⁄~a ýş Ì Lş⁄ ÷⁄a~, S¹¾ çý¹⁄ yş' ýş çi¾ ¹si' y² ý:;'."¾²a .²' ™9⁄şa²' š⁄şi9œ9 LI⁄~
: ýiä:›' yÓ 6! L~⁄6," ç²~9 Ai²⁄ Ì .²a yş:²' S¹¾ ç²~9 Ai²⁄ Ì .²a yş:²' Aş ç¹¾ 69¾ ™L⁄',
Sç99, Q⁄²' yÓ Aä²²œ .²⁄ A²~Ó 6 ¹a Ì α¹ä' Sç9 9ia6' Aä9aş'9, yş²¾ α¹⁄99, y¹::' Aä⁄a~, zäÔ²' ç9i
)y9¹=ş²' α'99." (¹sa²⁄i9 ¹sş .e¾i9sÓ ¾a²⁄²' Ì α¹ä' ýALS²' ý', " S¹¾ ç›, Ai²⁄ .:›'9 Ì LA⁄ Aş ç²²ä
ýi⁄, y¹:i⁄ 9i ›ç9ae S⁄i ”Ó, ç¹:²² ¹sa9⁄i 69
Ì ¹sa9⁄ ¾²a
Artinya: menceritakan kepada kami ¹sş LE⁄I ¹aL “Ô~i 9=6' ç9i²'9 ¾¹ş ýa
69, ý'
Humaid, ia berkata, menceritakan Ai²⁄ Ì .²a Ì '9~9² S¹ä¾² 9=9ä L⁄' ý!Ó, ¾9ç·
kepada
kami Sufyan, ia berkata, menceritakan ç9i²' ¹säa9⁄ ÷L¹⁄ ç› 9¹s: ýa ¾⁄²~ ¹siÓ ç²~9
,
kepadaku Isma’il ibn Abu Khalid atas α'ý9." (ş;¹s²' LŒ¹¸²' ¿²şi²9, çae¹ş ¹säa9⁄²
selain yang kami ceritakan olehnya ç9¹=ş²').
Al- Zuhriy, ia berkata, “ aku
mendengar Ibn
Qais Ibn Abu Hazim, ia berkata, aku Artinya: menceritakan kepada kami
mendengar ‘Abdullah Ibn Mas’ud ‘Abdullah Ibn Yusuf, ia berkata,
berkata, nabi SAW bersabda, ”tidak menceritakan kepadaku Laits, ia
boleh iri hati kecuali dua hal, yaitu berkata, menceritakan kepadaku Sa’id
seorang laki- laki yang diberi harta dari Abu Suraih, bahwanya ia berkata,
oleh Allah lalu harta itu di kuasakan kepada Amr Bin Sa’id, ketika ia
penggunaannya dalam kebenaran, mengirim pasukan ke makkah,
dan seorang laki-laki di beri hikmah “izinkanlah saya wahai Amir untuk
oleh Allah dimana ia memutuskan menyampaikan kepadamu suatu
perkara dan mengajar dengannya” pekerjaan yang di sabdakan nabi
(HR. Bukhari). SAW. Pada pagi hari pembebasan
(mekah). Sabda beliau itu terdengar
, S¹¾, 9a⁄ ýş çÓ¹: ¹:9ş=', S¹¾ ¾i9a .ş' ýş LI⁄~ ¹:›L⁄ oleh kedua telinga saya, dan hati saya
Ì .²a yş:²' ¾ç9ý ¾¸;¹⁄ ý', ¾²i²a yş' ýş' .:›L⁄ memeliharanya, serta dua mata saya
.äç AiÓ ÷⁄ç'9 6! ¹;i· ça~ä6 ç²~9 Ai²⁄ melihat ketika beliau menyabdakannya.
÷:¹², Beliau memuja Allah dan
)ç9¹=ş²' α'99... ( AÓ9⁄ä menyanjungNya, kemudian beliau
Artinya: menceritakan kepada kami tidak pernah mendengar sesuatu yang
Sa’id Ibn Abi Maryam, ia berkata, tidak diketahuinya melainkan ia
memberitakan kepada kami Na’fi Ibn mengulangi lagi sehingga ia
Umar, ia berkata, menceritakan mengetahuinya benar- benar (HR.
kepadaku Ibn Abu Mulaikah, Bukhari).
bahwasanya ‘Aisyah istri Nabi SAW,
8
bersabda, “sesungguhnya Makkah
itu di mulyakan oleh Allah Ta’ala
dan manusia tidak
memuliakannya, maka tidak halal
bagi seseorang yang beriman
kepada Allah dan hari akhir
menumpahkan darah di makkah,
dan tidak halal menebang
pepohonan di sana. Jika
seseornag memandang ada
kemurahan (untuk berperang)
berdasarkan peperangan
Rasulullah SAW. Disana, maka
katakanlah

9
JISPO VOL. 7 No. 2 Edisi: Juli-Desember Tahun 2017

(kepadanya), sesungguhnya Allah telah yaman, dan berkata, “tuliskan untukku


mengizinkan bagi rasulNya, tetapi ya Rasulullah! Rasulullah SAW
tidak mengizinkan bagimu, dan Allah bersabda, “tuliskanlah untuk ayah si
hanya mengizinkan bagikusesaat di fulan” (HR. Bukhari).
suatu siang hari, kemudian kembali
kemuliaannya (diharamkannya) pada ý⁄, ý9⁄ ýş' ¹:›L⁄, S¹¾ 9¸ş ¹:›L⁄, S¹¾ LL~A ¹:›L⁄
hari itu seperti
haramnya kemarin.” Orang yang hadir ... Aiş' ý⁄ ¾9²ş yş' ýş ýa⁄9²' LŞ⁄ ý⁄, ýi9i~ ýş'
hendaklah menyampaikannya kepada .²' ¹¾i9A A² Ì Ss~ ¹a²⁄ AiÓ çaä²i ¹¾i9A “²~ ýa
yang tidak hadir (ghaib) (HR. Bukhari). )ç9¹=ş²' α'99( ¾:ç²'

¹:›L⁄, S¹¾ ý¹iÔ~ ¹:›L⁄, S¹¾ Ì LŞ⁄ ýş y²⁄ Artinya: menceritakan kepada kami
¹:›L⁄ Musaddad, ia berkata, menceritakan
÷⁄a~, S¹¾ Ai=' ý⁄, Aş:a ýş şœ9 y:9ş=”, S¹¾ kepada kami Bisyr, ia berkata,
99a⁄ Ai²⁄ Ì .²a yş:²' ş¹⁄a” ýa¹a, "S9¾i menceritakan kepada kami Ibn ‘Aub,
¾9i9œ ¹ş' ýş Ì LŞ⁄ ýa ý²² ¹a6!, y:a A:⁄ dari Ibn Sirin, dari Abdurrahman Ibn
¹œiL⁄9Œ²' L⁄' ç²~9 Abu Bakrah dari ayahnya... Rasulullah
)ç9¹=ş²' α'99." (şä²” 69 şä²i ý¹² A:!Ó, ç9a⁄. SAW bersabda, “siapa yang berusaha
mencari ilmu, Allah akan memudahkan
Artinya: menceritakan kepada kami Ali baginya jalan menuju syurga” (HR.
Ibn Abdullah, ia berkata, Bukhari).
menceritakan kepada kami Sufyan, ia
berkata, menceritakan kepadaku La⁄a ¹:› L⁄, S¹¾ ş⁄aa 9ş' 9²ş yş' ýş' LA⁄'¹:› L⁄
Umar, ia berkata, memberitakan
kepadaku
Wahabibn Munabbih, ia berkata, aku LI⁄~ ý⁄ ş;: yş ýş 9¹:iL ýş çiœ'9ş' ýş
, ' ý⁄,
mendengar Abu Hurairah berkata, “ y:' Ì S9~9 ¹ş, ÷²¾, S¹¾ ¾9i9œ yş' ý⁄, y9ş¾a²'
tiada seorangpun dari sahabat nabi ". “›'L9 A~ş', " S¹¾ ?α¹~:' '9iœ² ¹:› L⁄ “:a ça~'
SAW yang
lebih banyak meriwayatkan hadits ¹;i· ÷i~: ¹aÓ, ¾aaeÓ" Aae: "S¹¾ AäA~şÓ
yang diterima dari beliau SAW dari ç›....
pada saya, melainkan apa yang )ç9¹=ş²' α'99." (ΑL⁄Ş
didapat dari
Abdullah Bin Amr, sebab ia mencatat Artinya: menceritakan kepada kami
hadits sedang saya tidak Ahmad Ibn Abu Bakar Al-Shiddiq Abu
mencatatnya” (HR. Bukhari). Masg’aub, ia berkata, menceritakan
kepada kami Muhammad Ibn Ibrahim
ý⁄, ý¹şi· ¹:›L⁄, S¹¾ ýi²L ýş SeÔ²' çi⁄: 9ş' Ibn Dinar, dari Ibn Abi Dzi’bu, dari
¹:›L⁄ Sa’id Al-
ýa Sç9 ›¹çÓ: ¾9i9œ .ş' ý⁄, Aa¹~ .ş' ý⁄ Maqburiy, dari Abu Hurairat, ia berkata,
... .i⁄i
9şä²', " S¹¾Ó Ì S9~9¹i y² şä²', S¹¾Ó, ýai²' Sœ'
10
)ç9¹=ş²' α'99." (ý”Ó yş6' aku berkata kepada Rasulullah SAW,
Artinya: menceritakan kepada kami Abu “wahai Rasulullah, sesungguhnya aku
Nu’aim Fadhlu Ibn Dukain, ia berkata, banyak mendengar hadits dari
menceritakan kepada kami Syaiban dari engkau, lalu aku lupa?” Rasulullah SAW
Yahya, dari Abi Salamat, dari Abu bersabda, “hilangkan perkara yang
hurairah seorang laki-laki datang dari burukmu,” lalu aku
menghilangkannya.... lalu Rasulullah
SAW bersabda, “ hapalkanlah,” lalu
aku

11
menhapalkannya,” setelah itu aku Artinya: menceritakan kepada kami
tidak melupakan suatu hadits pun Hajjaj, berkata, menceritakan kepada
setelah itu” (HR. Bukhari). kami Syu’bat berkata, menceritakan
kepadaku ‘Ali Ibn Mudrik, dari Abi
ý⁄, ş;: yş' ýş' ý⁄, .=' .:›L⁄ S¹¾ Si⁄¹a~' Zur’ah, dari Jarir Bin Abdullah,
¹:›L⁄ S9~9 ýa ¾eÔ⁄, "S¹¾ ¾9i9œ yş' ý⁄, mengatakan bahwa Nabi SAW
y9ş¾a²' LI⁄~ bersabda
, A䜜şÓ ¹aœL⁄' ýi›¹⁄9a²~9 Ai²⁄ Ì .²a kepadanyapada waktu mengerjakan haji
¹a¹Ó, Ì
)y9¹=ş²' α'99,(ç9⁄²ş²' ':œ çA¾ A䜜ş 9²Ó 9=6'¹a'9. wada’, “diamkanlah manusia!” lalu
beliau bersabda, “sesudahku nanti
Artinya: menceritakan kepada kami janganlah kamu menjadi kafir, dimana
Isma’il, ia berkata, menceritakan sebagian kamu memotong leher
kepadaku saudaraku, dari Ibn Abi sebagian yang lain” (HR. Bukhari).
Dazi’bu, dari Sa’id Al-Maqburiy, dari Dari uraian hadits di atas,
Abu Hurairah, ia berkata, “saya hafal untuk mewujudkan peserta didik yang
dari nabi dua tempat. Adapun salah berkualitas berdasarkan tinjauan hadits
satu dari keduanya, maka saya siarkan dapat dikemukakan sebagai berikut:
(hadits itu). Seandainya yang lain saya a. Rasulullah SAW menjelaskan
siarkan, niscaya terputuslah bahwa ilmu itu hanya diperoleh
tenggoro’an ini” (HR. Bukhari). dengan belajar. Artinya,
seseorang tidak bisa hanya
÷²¹¾9 9ş²ä~a 69 .⁄ä~ ç²⁄äi6"9Lœ¹ç S¹¾9 bercita-cita, akan tetapi harus di
, a a
ý' ›¹⁄²' ýs⁄:ai ç², 9¹a:6' ›¹~: ›¹~:²' ç⁄:, "¾¸;¹⁄ )ç9¹=ş²' α'99." (9⁄ş
)ç9¹=ş²' α'99." (ýiL²' yÓ ýs¾Ôäi

Artinya: berkata mujahid, “pemalu dan


sombong tidak akan dapat
mempelajari pengetahuan agama.”
Aisyah berkata, “sebaik-baik kaum
wanita adalah kaum wanita anshar,
mereka tidak di halang- halangi rasa
malu untuk mempelajari pengetahuan
yang mendalam tentang agama (HR.
Bukhari).

ýş y²⁄ y:9ş=', S¹¾ ¾ş⁄· ¹:›L⁄, S¹¾ ¿¹ç⁄²'


¹:›L⁄ Ì .²a yş:²' ý”, " 9i9ç ý⁄, ¾⁄9ý yş' ý⁄,
“9LA " ç¹:²' ÷a:ä~', " Ç'L9²' ¾ç⁄ yÓ A² S¹¾
ç²~9 Ai²⁄ ş¹¾9 ç²e⁄ş ş9ei, '9¹Ô² yL⁄Ş
'9⁄ç9ä6, "S¹¾Ó

12
iringi dengan ikhtiar. Orang-
orang yang berikhtiar untuk
belajar, kelak akan dikaruniai
kepahaman agama yang pada
akhirnya akan menghantarnya
menuju
kemuliaan dan kebaikan.
b. Peserta didik diperbolehkan iri
hati kepada orang lain yang
memiliki ilmu pengetahuan yang
luas, sebagai cambuk untuk
rakus dalam
menuntut ilmu pengetahuan,
sehingga dengan semangat
menuntut ilmu itu, diharapkan
akan menyebar ilmu
pengetahuan di muka bumi.
c. Peserta didik hendaknya
selalu menghafal dan
mengulangi pelajarannya,
sehingga betul- betul
menguasai materi yang

13
JISPO VOL. 7 No. 2 Edisi: Juli-Desember Tahun 2017

telah disampaikan oleh apabila sesuatu


pendidik. Hal ini bertujuan agar
ia dapat menggunakan ilmu
tersebut kapanpun dibutuhkan,
sesuai dengan kondisi yang
ada.
d. Peserta didik yang hadir
menuntut ilmu tidak boleh kikir,
untuk menyampaikan ilmu
kepada orang-orang yang
tidak hadir. Hendaknya dengan
hati- hati yang tulus
mengajarkan ilmu tersebut
kepada orang yang tidak
sempat hadir.
e. Peserta didik hendaknya
menuliskan, ilmu yang
disampaikan oleh pendidik,
sehingga terjaga. Sekiranya
terlupakan masih bisa dilihat
catatannya dan mengulangi
kembali pelajaran yang telah
diberikan pendidik meskipun
dalam jangka waktu yang
lama.
f. Peserta didik hendaknya
menyadari bahwa dalam
menuntut ilmu tersebut, ia
berada dalam ridho Allah
SWT, dan mempermudah
baginya jalan menuju syurga.
g. Peserta didik hendaknya berniat
untuk mengajarkan ilmu yang
diperolehnya untuk disebarkan
dan diajarkan kepada orang
lain agar bermanfaat bagi
dirinya dan bagi orang lain.
h. Peserta didik tidak boleh malu
belajar, karena orang yang
malu dan sombong tidak akan
dapat mempelajari ilmu agama.
Sebaik- baik pelajar adalah
yang tidak malu bertanya,
14
yang belum dipahaminya yang sedang ia pelajari
selama tidak melanggar termasuk ilmu-ilmu dunia atau
etika peserta didik. ilmu-ilmu umum.
i. Peserta didik hendaknya e. Menunjukkan perhatiannya yang
diam dan tenang, tidak sungguh-sungguh kepada tiap-
ribut pada saat belajar,
karena dapat mengurangi
ketenangan belajar dan
mengganggu konsentrasi
guru pada saat mengajar.
Berkaitan dengan sifat-
sifat peserta didik, Al-Ghazali
merumuskan adab peserta didik
dalam menuntut ilmu sebagai
berikut:
a. Mengawali langkah
dengan menyucikan hati
dari prilaku yang buruk dan
sifat-sifat tercela.
b. Mengurangi dari segala
keterkaitan dengan
kesibukan- kesibukan
duniawi dan menjauhkan
dari keluarga dan kota
tempat tinggal.
c. Hendaknya ia tidak
bersikap angkuh terhadap
ilmu dan tidak pula
menonjolkan kekuasaan
terhadap guru
yang
mengajarinya,

tetapi menyerahkan bulat-


bulat kendali dirinya
kepadanya dan mematuhi
segala nasehatnya.
d. Bagi seorang pemula
dalam upaya menuntut
ilmu, ialah tidak
memalingkan
perhatiannya sendiri untuk
mendengar pendapat-
pendapat manusia yang
bersimpang siur, baik ilmu

15
tiap disiplin ilmu yang terpuji, Peserta didik sebagai salah satu
agar dapat mengetahui tujuan komponen pokok dalam pendidikan
masing-masing. harus diketahui tingkat kemampuan,
f. Hendaknya ia tidak melibatkan karakteristik perbedaan, hak dan
diri di dalam berbagai macam kewajibannya. Hadits memberikan
ilmu pengetahuan secara gambaran tentang sosok peserta didik
bersamaan, melainkan yang ideal dalam rangka mencapai
melakukan dengan menjaga tujuan pendidikan yang diharapkan
urutan posisinya, yakni melalui yaitu menjadi ulama yang basthotan fi
ilmu yang paling penting. ilmi dan basthotan fi rizqi.
g. Hendaknya ia tidak melibatkan Pendidik, peserta didik dan
diri dalam suatu bagian ilmu tujuan pendidikan memiliki kaitan
sebelum menguasai bagian yang saling mempengaruhi antara
yang sebelumnya. Sebab, komponen satu dengan komponen
semua ilmu berurutan secara lainnya, sehingga proses pendidikan
teratur. hendaknya merupakan perpaduan yang
h. Hendaknya ia berusaha integral dan harmonis untuk
mengetahui apa kiranya yang menghasilkan pendidikan yang ideal.
menjadi sesuatu menjadi Oleh karena itu, kegiatan pendidikan
semulia-mulia ilmu. Hal ini harus mengantarkan peserta didik
dapat diketahui dengan mencapai suatu tujuan hidup yang
memperhatikan dua hal: telah digariskan dalam ajaran Islam.
1). Kemuliaan buah dari ilmu
tersebut.
2). Kemantapan dan kekuatan E. Daftar Pustaka
dalil yang menopangnya. Al Kutub At-Tis’ah. 2000. Sembilan
i. Hendaknya penuntut ilmu Kitab Hadits, CD Room,
menjadikan tujuannya yang Windiows 98- 2000-ME.
segera, demi menghiasi Ahmad Tafsir. 1999. Hadits Tarbawi.
batinnya dengan segala aspek Bandung: Program Pascasarjana
kebijakan. Sedangkan tujuan IAIN Sunan Gunung Djati
selanjutnya, demi Bandung.
mendekatkan diri kepada Abudin Nata. 1997. Filsafat Pendidikan
Allah. Islam. Jakarta: Logos.
j. Hendaknya ia mengetahui Imam Nawawi. 2001. Syarah Hadits
hubungan antara suatu ilmu Arbain. Yogyakarta: Media
dengan tujuannya, agar yang Hidayah.
demikian ia dapat Moh. Uzer Usman. 1990. Menjadi
mendahulukan yang dekat dan Guru Profesional. Bandung:
perlu, sebelum yang jauh. Remaha Rosdakarya.

D. Kesimpulan

16
JISPO VOL. 7 No. 2 Edisi: Juli-Desember Tahun 2017

Sardiman AM. 2000. Interaksi dan


Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suatari Eman Barnadib. 1989. Pengantar
Ilmu Pendidikan Sistematis.
Yogyakarta: Budi Offset.
Ramaliyus. 2002. Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta: Kalam Mulia.
Departeman Agama RI. 1992.
Alqur’an dan Terjemahannya.
Abdul Aziz al-Qussy. 1974. Pokok-Pokok
Kesehatan Jiwa Mental I.
Jakarta: Bulan Bintang.
Widodo Supriyono. 1996. Filsafat
Manusia dalam Islam, Reformasi
Filsafat Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Zakiah Darajat. 1994. Pendidikan Islam
dalam Keluarga dan Sekolah.
Jakarta: Ruhama.
Miska Muhammad Amin. 1983.
Epistemologi Islam. Jakarta:
Penerbit UI.
Rogger J. Havigurst. 1964. Society and
Education. Boston: Allyn &
Bacon.

17

Anda mungkin juga menyukai