SALINAN
PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA
NOMOR 07 TAHUN 2011
TENTANG
SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN
HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN KOTA SAMARINDA
WALIKOTA SAMARINDA
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Samarinda.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah dan
daerah.
3. Walikota adalah Walikota Samarinda.
4. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kota Samarinda.
5. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan
usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
5
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Sistem dan Prosedur Pemungutan BPHTB mencakup
seluruh rangkaian proses yang harus dilakukan dalam
menerima, menatausahakan, dan melaporkan
penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan/atau
bangunan.
(2) Prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. prosedur pengurusan Akta Pemindahan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan;
b. prosedur pembayaran BPHTB;
c. prosedur penelitian SSPD BPHTB;
d. prosedur pendaftaran Akta Pemindahan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan;
e. prosedur pelaporan BPHTB;
f. prosedur penagihan;
g. prosedur pengurangan.
(3) Prosedur pengurusan Akta Pemindahan Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat
9
Pasal 3
(1) Untuk melaksanakan sistem dan prosedur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah harus mempersiapkan
fungsi yang dibutuhkan, meliputi:
a. fungsi pelayanan;
b. fungsi data dan informasi; dan
c. fungsi pembukuan dan pelaporan.
(2) Fungsi pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, bertugas melakukan interaksi dengan wajib
pajak dalam tahapan-tahapan pemungutan BPHTB
seperti dalam proses penelitian SSPD.
(3) Fungsi data dan informasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, bertugas untuk mengelola database
terkait objek pajak.
(4) Fungsi pembukuan dan pelaporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, bertugas untuk
menyiapkan Laporan Realisasi Penerimaan BPHTB
berdasarkan data dan laporan dari pihak-pihak lain
yang ditunjuk.
BAB III
SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN BPHTB
Bagian Pertama
Pengurusan Akta Pemindahan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan
Pasal 4
(1) Wajib Pajak mengurus Akta Pemindahan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan melalui Pejabat Pembuat
11
Pasal 5
(1) Untuk keperluan peralihan kepemilikan hak atas tanah
dan/atau bangunan, Wajib Pajak mengambil sendiri
SSPD BPHTB yang disiapkan oleh Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
(2) SSPD BPHTB sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
wajib diisi, ditandatangani dan Wajib Pajak
menghitung, memperhitungkan besarnya BPHTB yang
terutang.
(3) Tata cara pengurusan Akta Pemindahan Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan adalah sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Walikota ini.
Bagian Kedua
Pembayaran BPHTB
Pasal 6
(1) Wajib Pajak wajib membayar dan melaporkan sendiri
BPHTB terutang dengan menggunakan SSPD BPHTB
pada Kas Daerah melalui Bank atau tempat lain yang
ditunjuk atau Bendaharawan Khusus Penerima Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
(2) Tata cara pembayaran BPHTB oleh Wajib Pajak adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
12
Bagian Ketiga
Penelitian SSPD BPHTB
Pasal 7
(1) Setiap pembayaran BPHTB wajib diteliti oleh Fungsi
Pelayanan.
(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. kebenaran informasi yang tercantum dalam SSPD
BPHTB; dan
b. kelengkapan dokumen pendukung SSPD BPHTB.
(3) Jika diperlukan, penelitian sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) disertai dengan pemeriksaan lapangan.
(4) Tata cara penelitian SSPD BPHTB oleh Wajib Pajak
adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
Bagian Keempat
Pendaftaran Akta Pemindahan Hak
Pasal 8
(1) Wajib Pajak melakukan pendaftaran hak atas tanah atau
pendaftaran pemindahan Hak atas Tanah kepada Kepala
Kantor yang membidangi pertanahan.
(2) Untuk kepentingan pendaftaran hak atas tanah atau
pendaftaran pemindahan hak atas tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), SSPD BPHTB wajib terlebih
dahulu diverifikasi oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Samarinda atau Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah.
(3) Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah dapat melakukan kerjasama dengan Kantor
13
Bagian Kelima
Pelaporan BPHTB
Pasal 9
(1) Pelaporan BPHTB dilaksanakan oleh Fungsi Pembukuan
dan Pelaporan pada Bidang Perencanaan, Pengendalian,
Pendapatan dan Operasional Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
(2) Pelaporan BPHTB bertujuan untuk memberikan
informasi tentang realisasi penerimaan BPHTB sebagai
bagian dari Pendapatan Asli Daerah.
Pasal 10
(1) Fungsi Pembukuan dan Pelaporan menyiapkan Laporan
BPHTB berdasarkan dokumen-dokumen dari Bank atau
tempat lain yang ditunjuk dan/atau Pejabat Pembuat
Akta Tanah.
(2) Fungsi Pembukuan dan Pelaporan menerima laporan
penerimaan BPHTB dari Bank atau tempat lain yang
ditunjuk paling lambat pada tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya.
(3) Fungsi Pembukuan dan Pelaporan menerima laporan
pembuatan akta Perolehan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan dari Pejabat Pembuat Akta Tanah paling
lambat pada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.
(4) Tata cara pelaporan Akta adalah sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Walikota ini.
14
Bagian Keenam
Prosedur Penagihan BPHTB
Pasal 11
(1) Prosedur penagihan dilakukan untuk menagih BPHTB
terutang yang belum dibayar oleh Wajib Pajak.
(2) Prosedur penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan melalui penetapan STPD dan/atau
SKPDKB BPHTB dan/atau SKPDKBT BPHTB.
(3) STPD, SKPDKB BPHTB atau SKPDKBT BPHTB
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diikuti
dengan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa jika
diperlukan.
(4) Tata cara pendaftaran Akta sebagaimana tercantum
dalam Lampiran VI yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Walikota ini.
Bagian Ketujuh
Prosedur pengajuan Pengurangan BPHTB
Pasal 12
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan pengurangan BPHTB
kepada Walikota atau Kepala Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
(2) Permohonan pengurangan BPHTB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara
tertulis oleh Wajib Pajak selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sejak saat terutang BPHTB dengan
memberikan alasan yang jelas, serta melampirkan:
a. fotokopi SSPD BPHTB yang telah divalidasi;
b. fotokopi SPPT dan STTS tahun berjalan;
c. fotokopi KTP/SIM/Paspor/Identitas Lainnya;
d. fotokopi bukti perolehan hak;
15
Pasal 13
(1) Dalam hal kondisi tertentu Wajib Pajak yang ada
hubungannya dengan objek pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (6) huruf a, diberikan
pengurangan BPHTB sesuai ketentuan dalam tabel
berikut:
Besarnya
No Uraian
Pengurangan
1. Wajib Pajak orang pribadi
tidak mampu secara ekonomis 60%
memperoleh hak baru melalui program
pemerintah.
2. Wajib Pajak Badan
menguasai tanah dan/atau bangunan 20%
secara fisik lebih dari 25 (dua puluh
lima) tahun
memperoleh hak baru selain Hak
Pengelolaan.
3. Wajib Pajak orang pribadi
memperoleh hak atas tanah dan/atau 20%
bangunan rumah sederhana, rumah
susun dan RSS yang diperoleh langsung
dari pengembang dan dibayar secara
angsuran.
4. Wajib Pajak orang pribadi
menerima hibah dari orang pribadi 50%
yang mempunyai hubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus
17
Besarnya
No Uraian
Pengurangan
1. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas
tanah melalui pembelian dari hasil ganti 40%
rugi pemerintah yang nilai ganti
ruginya dibawah NJOP.
2. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas
tanah sebagai pengganti atas tanah 50%
yang dibebaskan oleh pemerintah
untuk kepentingan umum.
3. Wajib Pajak Badan yang terkena
dampak krisis ekonomi dan moneter 75%
yang berdampak luas pada kehidupan
perekonomian nasional sehingga Wajib
Pajak harus melakukan restrukturisasi
usaha dan/atau utang usaha sesuai
dengan kebijaksanaan pemerintah.
4. Wajib Pajak badan yang melakukan
penggabungan usaha (merger) atau 30%
peleburan usaha (konsolidasi)
dalam rangkaian proses penggabungan
usaha (merger)
dengan atau tanpa terlebih dahulu
mengadakan likuidasi.
18
Besarnya
No Uraian
Pengurangan
1. Tanah dan/atau bangunan digunakan
untuk kepentingan sosial atau pendidikan 50%
yang semata-mata tidak untuk mencari
keuntungan antara lain untuk panti
asuhan, panti jompo, rumah yatim piatu,
sekolah yang tidak ditujukan mencari
keuntungan, rumah sakit swasta milik
institusi pelayanan sosial masyarakat.
2. Tanah dan/atau bangunan yang objek
pajaknya digunakan untuk kepentingan 100%
rumah ibadah.
Pasal 14
Pengajuan pengurangan tidak menunda kewajiban
membayar BPHTB terutang dan pelaksanaan penagihan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IV
FASILITASI
Pasal 15
(1) Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah melakukan fasilitasi pelaksanaan Peraturan
Walikota ini.
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
mencakup mengkoordinasikan, menyempurnakan
lampiran-lampiran sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan, melaksanakan sosialisasi, supervisi dan
20
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
Ditetapkan di Samarinda
pada tanggal 14 Maret 2011
WALIKOTA SAMARINDA
ttd
H. SYAHARIE JAANG
Diundangankan di Samarinda
pada tanggal 14 Maret 2011
Sekretaris Daerah Kota Samarinda
ttd
H. FADLY ILLA
BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 NOMOR 07
21