Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nurmalisa Kusmartini

NIM : 1403619021

Kelas : Pendidikan Sejarah A 2019

SEJARAH PERKEMBANGAN BANGSA: SEBUAH LATAR UNTUK MENYIKAPI


WARISAN BUDAYA

Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa baru yang terdiri dari berbagai suku bangsa,
yang semua pada dasarnya adalah pribumi. Bangsa baru ini terbentuk karena suatu kemauan
politik untuk menyatukan diri dan dengan itu membangun suatu negara serta membebaskan diri
dari segala bentuk penjelajahan oleh bangsa lain.

Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia Indonesia hingga dewasa ini secara keseluruhan
dapat digambarkan sebagai tumpukan pengalaman budaya dan pembangunan budaya yang terdiri
dari lapisan-lapisan budaya yang terbentuk sepanjang sejarahnya. Adanya pilihan lapisan-lapisan
itu dikesankan oleh terdapatnya perubahan sistemik pada periode-periode tertentu yang
disebabkan oleh proses akulturasi. Tiga pengalaman besar dalam akulturasi Indonesia adalah:
ketika menyerap agama Hindu dan Buddha beserta kompleks kebudayaan India secara selektif,
yang kedua adalah akulturasi dengan peradaban Islam, dan yang terakhir adalah akulturasi
dengan kebudayaan Eropa yang terjadi bersamaan dengan kolonialisasi dan penjajahan bangsa
Eropa. Perubahan yang amat kentara adalah dalam perkembangan bahasa, penggunaan aksara,
dan pada batas-batas tertentu tata masyarakat.

SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA DAN KEANEKARAGAMAN BUDAYA

Suatu kajian sejarah kebudayaan dapat menyoroti keseluruhan perkembangan


kebudayaan di suatu daerah atau negara, namun dapat juga secara khusus memberikan sorotan
terhadap salah satu aspek sejarah kebudayaan ataupun salah satu atau beberapa komponen
kebudayaan seperti sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, sistem perekonomian, sistem
kesenian, sistem komunikasi, sistem organisasi sosial dan lain sebagainya.
Adapun berbagai aspek dari Sejarah Kebudayaan yang dapat ditonjolkan adalah misalnya
aspek perkembangan internal di dalam suatu masyarakat. Teori-teori mengenai inovasi dan
evolusi terkait dengan perkembangan internal itu. Dapat pula aspek lain yang ditonjolkan,
misalnya hubungan pengaruh yang terjadi dengan pihak-pihak di luar masyarakat yang diteliti.

Penyusunan suatu sejarah kebudayaan sangat bergantung pada data budaya dari masa
lalu. Atas data tersebutlah dilakukan interpretasi, data masa lalu itu ada yang berupa benda, ada
pula yang berupa teks ataupun bekas-bekas kehidupan non-benda seperti parit, bekas lubang
tiang dan lain-lain. Integrasu dari segala data yang dihimpun itu dapat menghasilkan paparan
mengenai perkembangan kebudayaan dilihat dari sisi budaya materi, tata masyarakat, maupun
perkembangan pemikiran. Dalam hal ini sejarah kesenian dapat dilihat sebagai pengkhususan
dari sejarah kebudayaan.

PELAYARAN DAN PERDAGANGAN SEBAGAI PENGGERAK DINAMIKA


KEBUDAYAAN DI SUMATERA: SEBUAH KERANGKA PERMASALAHAN

Dalam tulisan ini, dinamika kebudayaan dilihat sebagai kerangka fakta yang merujuk
pada suatu sistem di mana berperan faktor-faktor yang menyebabkan suatu kebudayaan itu
lestari, berubah dan berkembang. Berbagai model penjelasan dapat dibuat untuk memberikan
gambaran skematik mengenai hubungan-hubungan yang bersifat mendorong, menarik,
memengaruhi ataupun menghambat dari berbagai faktor kehidupan terhadap kebudayaan.

Berikut akan dikemukakan beberapa permasalahan penelitian berkenaan dengan


pelayaran dan perdagangan dalam fungsi sekundernya sebagai penggerak dinamika kebudayaan,
dilihat pada latar sejarah di Sumatera. Model kausal intinya adalah: (1) kebutuhan manusia akan
komoditas menggerakkannya untuk mendapatkan komoditi tersebut melalui upaya pertukaran
atau jual-beli; (2) kebutuhan manusia akan pengetahuan baru menggerakkannya keluar ranah
pengetahuan asalnya; (3) kedua jenis kebutuhan tersebut mendorong orang untuk pergi ke neger-
negeri lain yang di antaranya terletak di seberang lautan; (4) kebutuhan akan komunikasi di satu
sisi mendorongnya untuk menyebrangi lautan, di sisi lain mengembangkan sikap terbuka
terhadap pendatang asing; (5) kebutuhan untuk menyeberangi lautan mendorong berkembannya
pengetahuan menyenai pelayaran.
Dengan dasar pandangan bahwa penduduk di berbagai pulau Sumatera telah memiliki
keinginan untuk mencari sumber atau mencari pendapatan ke tempat lain, maka fakta-fakta yang
dapat dilacak, baik melalui data arkeologis maupun data filologis adalah mengenai hubungan-
hubungan antar-kelompok antarbangsa di mana masing-masing kelompokk masyarakat atau
bangsa itu tinggal di tempat-temoat yang terpisah.

Pada orang Minang dikenal konsep “rantau” yang bermakna suatu tempat di luar
kampung halaman, tempat seseorang (khususnya laki-laki) mengadu nasib dengan berdagang
atau menuntut ilmu, namun selalu dengan ingatan akan kampung halamannya. Konsep itu
berakibat pada diaspora orang Minang. Dengan kata lain, ranah jelajah yang sahih bagi orang
Mminang adalah tempat-tempat lain di luar tanah tumpah darahnya. Tempat lain di Sumatera
Barat adalah “rantau”, sedangkan tempat-tempat diluar Sumatera Barat, yang merupakan daerah
perluasan jelajah dapat disebut sebagai “rantau lingkaran kedua”.

Pertanyaan

1. Bagaimanakah ciri suatu masyarakat yang tumbuh dengan kesadaran budaya?


 Pertama, masyarakat tersebut memiliki pengetahuan akan adanya berbagai
kebudayaan suku bangsa yang masing-masing mempunyai jati diri beserta
keunggulannya. Kedua, memiliki sikap terbuka untuk menghargai dan berusaha
memahami kebudayaan suku-suku bangsa di luar suku bangsanya sendiri. Ketiga,
pengetahuan akan adanya berbagau riwayat perkembangan budaya di berbagai
tahap masa silam.
2. Selain tinggalan-tinggalan masa lalu yang bersifat hasil budaya atau perbuatan manusia,
apakah tinggalan alamiah dapat digunakan untuk merekonstruksi sejarah kebudayaan?
 Peninggalan alamiah seperti misal; garis pantai kuno, bekas timbunan lava dan
sebagainya dapat juga dipakai sebagai sumber rekonstruksi sebab memiliki
pengaruh yang berarti terhadap kebudayaan yang berasosiasi dengannya.

Anda mungkin juga menyukai