Anda di halaman 1dari 7

Khutbah Jum’at1

Mengingat Kematian
Khutbah I
َ َ َ ْ َ َ ّ َ َّ َ ُ َ َ ُ َ َّ َ ُ َ َّ َ َ ْ ‫للُال‬
ُ‫آل‬ُِ ِ ُ‫َع‬ُ َ ‫ُ َو‬،‫دلُ َغدٍان‬ ُِ ‫َعُُمً ٍُدُش ِي ُِدُو‬ ُ ُ ‫ُوالصَل ُةُوالصَل ُم‬،‫ان‬ ِ
َّ‫ادلي‬َّ ُ‫ك‬ُ ِ ‫و‬
ِ ً ُِ ُ‫احل َ ًْ ُُد‬
ُُ‫ـزُه‬ ُُ َ ُ‫ك‬
َّ ًََُ ْ ‫لُال‬ َ ْ َ َ َُ ْ َ ُ َّ َ َّ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ ‫الز‬
َّ ُ‫َعُ َم ُّر‬ ََ ْ ََ ْ َ َ
ُ ‫َشي‬ ِ ُ ُ
‫ّل‬ ُ ُ
‫ه‬ ‫د‬ ‫ح‬‫و‬ ُ ُ
‫الل‬ ُ ُ
‫ّل‬ ‫إ‬ ُ
ِ ِ ُ
‫ل‬ ‫إ‬ ُ ُ
‫ّل‬ ُ ُ
‫ن‬ ‫أ‬ ُ ُ
‫د‬ ّ ‫ش‬ ‫أ‬‫و‬ ُ ، ‫ان‬
ِ ‫ي‬ ِ ُ ُُُِ ‫وصح ِب ُُُِوثابِ ِػي‬
َّ ُ ُ ْ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ً َّ َ ُ َ َ ّ َ َّ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ َّ ْ ْ
ُ‫ي‬ ُْ ‫اَّل‬ِ ُ‫ل‬ ُ ْ‫نُش ِيدٍاُُمًداُعبد ُهُورش‬ ُ ‫ُوأشّ ُدُأ‬،‫انُ َوال ًََك ِن‬ ُِ ‫الز َي‬
َّ ‫اْل َّ ُِةُ َو‬
ِ ‫اْلص ًِي ُِةُو‬ ِ ٌُ ُِ ‫َغ‬
َ ُْ ُ ُُ ُ َ َ
ُ ،‫نُخوق ُُُاهق ْرآن‬ ُ ‫َك‬
َْ َّ َ َ ‫س ُبجَ ْق‬ ُ
ْ َ َ ْ ُ ْ ْ ّ َ ‫َّ َ ْ ُ َ َ َّ ْ م‬ َ
ُ‫ف‬ ُ ِ ُ‫ن‬ ُِ ِ‫ ُاهقائ‬،‫ان‬ ِ َ ً‫ال‬ ُ ُ
‫لل‬
ِ ‫ا‬ ُ ‫ى‬ْ ِ ِ ‫إن ُأو ِصيك ُى ُون‬
ُ ‫ف‬ ُ ِ ‫ ُف‬،ٌِ ‫ح‬ ُ ‫اد ُالر‬ ُ ‫ ُ ِغب‬،‫أيا ُبػد‬
َُ‫ح‬ ْ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َ ُ ُ َ ْ َّ َ ُ َ َّ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ ‫ُل‬ ُْ
ُ ‫ٌُزح ِز‬ ُ ً‫نُأجْرك ُىُيْ ُمُاه ِقياي ُِةُف‬ ُ ْ‫تُو ِإنًاُثْف‬ ُ ِ ًْ‫سُذائِق ُةُال‬ ُ ٍ ‫كُنف‬ ُ ُ:‫آن‬ ُِ ‫ِلجَابِ ُُُِاهق ْر‬
ُ ْ ُ َ َ َّ َ ْ ‫َّ َ ُ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ُ ل‬
ُ:‫ور ُ(آل ُغًران‬ ُ
ُِ ‫اع ُاهغر‬ ُ ‫ّل ُيج‬ ُ ِ‫اة ُادلنيا ُإ‬ ُ ‫از ُويا ُاحلي‬ ُ ‫ن ُاْلَ ُة ُفق ُد ُف‬ ُ ‫ار ُوأد ِخ‬ ُِ ‫ٌ ُانل‬ ُِ ‫َغ‬
ُ )581
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di
akhirat. Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini
dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan
ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan
semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Begitu memasuki bulan Sya’ban, para ulama kita dulu banyak yang
meninggalkan berbagai kesibukan duniawi dan beralih untuk bersiap-siap
menyambut bulan suci Ramadlan. Di bulan Sya’ban, mereka banyak
membaca al-Qur’an serta menunaikan zakat mal untuk membantu orang-
orang mempersiapkan bekal memasuki Ramadlan. Mereka
memperbanyak puasa, dzikir dan shalat malam. Mereka menamakan
Sya’ban sebagai syahrul qurra’ (bulan para pembaca al-Qur’an). Mereka
banyak merenung dan mengingat kematian serta kehidupan akhirat.
Mengingat kematian dan kehidupan akhirat dapat melembutkan hati dan
1
Oleh Ustadz Nur Rohmad, Katib Syuriyah MWCNU Kec. Dawarblandong, Kab. Mojokerto dan
Pengasuh Majelis Ta’lim NURUL FALAH, Mojokerto. No. wa: 0822-445-17455

1
memotivasi diri untuk semakin giat melakukan ketaatan kepada Allah
ta’ala.
Ma’asyiral Muslimin yang berbahagia,
Menjelang bulan Ramadhan, marilah kita merenungkan saat
dikumpulkannya semua manusia dan jin di padang mahsyar dan akan
menjalani kehidupan akhirat yang kekal abadi. Marilah kita mengingat
hari saat dibangkitkannya semua makhluk. Sungguh di hari kiamat kelak
terdapat penyesalan-penyesalan. Pada saat hasyr terdapat jeritan-jeritan.
Di atas jembatan shirath banyak orang tergelincir. Di saat amal ditimbang
air mata bercucuran. Di hari itu kezaliman di dunia menjadi kegelapan.
Catatan amal tidak melewatkan satu pun perbuatan hamba. Sebagian
hamba lalu memasuki gerbang surga. Dan sebagian yang lain terjerumus
ke dalam neraka. Tidak ada pemisah antara kita dan semua peristiwa di
atas kecuali saat dikatakan: “Si Fulan telah meninggal.”
Saudara-saudaraku,
Memang kalimat “Si Fulan telah meninggal” selalu diulang-ulang oleh
banyak orang dan didengar banyak orang. Pertanyaannya, apakah kita
telah merenungkan dan mengambil pelajaran?. Apakah kita sudah
berintropeksi dan menambal keteledoran-keteledoran kita?. Saat ini,
nama orang lain yang disebut dan diumumkan telah meninggal. Suatu
saat nanti, gantian nama kita yang disebut dan diumumkan. Sudah
siapkah kita menghadapinya?
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Allah ta’ala berfirman:
َ ُ ُ َ ُ ُ َِ َّ ْ ًَ ْ ‫ك ُال‬ ُ َ َ ْ ُ َّ َ َ َ ْ ُ
ُ ‫ل ُ َر ِبك ُْى ُث ْر َج ُػ‬
ُ‫ْن ُ(شْرة‬ ُ ‫ك ُبِك ُْى ُث َُّى ُ ِإ‬
ُ ‫اَّلي ُ ُو‬
ِ ِ ُ ُ
‫ت‬ ْ ُ ‫ن ُيجْفاك ُى ُمو‬ُ‫ق‬
)55ُ:‫الصجدة‬
Maknanya: “Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut
nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah
kamu akan dikembalikan.” (QS as-Sajdah : 11)

Malaikat maut adalah ‘Izra’il ‘alaihis salam. ‘Izra’il ditugaskan untuk


mencabut roh atau nyawa. Jika ia telah mencabut nyawa seorang
mukmin, maka ia menyerahkan roh tersebut kepada Malaikatur-Rahmah
(malaikat-malaikat pembawa rahmat). Lalu mereka pun memberikan

2
kabar gembira kepada seorang mukmin bahwa ia akan mendapatkan
pahala, rahmat dan ridla Allah. Jika ‘Izra’il mencabut nyawa seorang kafir,
maka ia serahkan kepada para malaikat penyiksa. Lalu para malaikat
tersebut memberitahukan kepadanya tentang siksa dan murka Allah. Jadi
para malaikat tersebut tidak membiarkan roh berada di tangan ‘Izra’il
setelah ia mencabutnya sekejap mata pun. Para malaikat akan langsung
membawa roh ke langit jika roh tersebut milik orang mukmin yang
bertakwa. Dan malaikat akan membawa roh ke bumi yang ketujuh jika
roh tersebut adalah milik orang kafir yang celaka.
Kemudian jika mayit diletakkan di keranda dan dibawa oleh orang-orang
ke kuburan, para malaikat akan datang dengan roh tersebut,
membawanya dan mendekat ke jenazah, mengiringinya. Jika roh
tersebut adalah milik orang yang saleh, maka ia akan berkata seperti
yang disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:2
َّ َّ
ُ‫ق ِد ُم ْْ ِِنُق ِد ُم ْْ ِِن‬
“Majukanlah saya”. Jika roh itu milik seseorang yang buruk amalnya,
dalam riwayat lain milik orang kafir, maka roh tersebut akan berkata:
َ ُْ َ ْ َ َ َْ َْ َ
ُ ‫ُب‬
ُ ِ ‫ياُوي ِِلُأيٌُثذِبْن‬
“Celakalah aku, ke mana kalian hendak membawaku?” Hanya saja ucapan
tersebut tidak terdengar oleh manusia. Seandainya manusia
mendengarnya niscaya ia akan pingsan sebagaimana diriwayatkan oleh
an-Nasa’i dan lainnya.
Saudara-saudara seiman,
Kemudian mayit diletakkan di kuburnya, ditinggalkan oleh anak, harta,
keluarga dan sahabat-sahabatnya. Dan tidak ada lagi yang bersamanya
kecuali amalnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ْ َ ‫ُو َع ًَوُ ُُ َُف‬
ُُ‫َيج ُع‬ َ ‫ال‬ َ ُُ ُ‫ُيَتْبَ ُػ ُُ ُأَ ِْو‬،‫اح ٌد‬
ُ ُ ‫ُو َي‬ َ
‫ُو‬
ُ َ َ َََْ َْ ُ ََْ ٌَ ََ َ ّ َ ُ ََْ
ُ ‫ان ُويبَق ُيػ‬
ِ ِ ِ َ‫يتبع ُالً ِيت ُثَلثة ُفَي ِجع ُاث‬
ُُ َ َ َََْ ُُ َ َ ُُ ْ َ
)‫أِو ُُُويالُويبَقُعًوُُ(رواهُابلخاري‬
Maknanya: “Seorang mayit diikuti oleh tiga hal, dua akan kembali dan satu
yang akan terus bersamanya. Mayit diikuti oleh keluarga, harta dan amal

2
HR. al Bukhari, an-Nasa’i, al Baihaqi, Ahmad dan lainnya dengan redaksi yang
hampir sama.
3
perbuatannya, lalu keluarga dan hartanya kembali dan tersisalah amalnya
yang menyertainya.” (HR al Bukhari)
Kemudian tibalah pertanyaan dua malaikat, Munkar dan Nakir.
Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda yang maknanya:
“Sungguh seorang hamba jika telah diletakkan di kuburnya, teman-
temannya pergi meninggalkannya, ia pun mendengar suara alas-alas kaki
mereka, maka datanglah dua malaikat kepadanya. Kedua malaikat tersebut
mendudukkannya dan berkata kepadanya: Apa yang dulu engkau katakan
tentang orang ini: Muhammad?. Maka seorang mukmin akan mengatakan:
Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya, maka
dikatakan padanya: Lihatlah tempat dudukmu di neraka, Allah telah
tukarkan untukmu tempat duduk di surga,” Rasulullah bersabda: “maka ia
pun melihat dua tempat tersebut kedua-duanya. Sedangkan orang kafir
atau munafik dikatakan kepadanya: Apa yang dulu engkau katakan tentang
lelaki ini?, maka ia menjawab: Aku tidak tahu, dulu aku berkata tentangnya
seperti apa yang dikatakan oleh orang-orang. Maka dikatakan kepadanya:
Engkau tidak tahu kebenaran dan tidak mengatakan jawaban yang benar.
Kemudian orang kafir atau munafik tersebut dipukul dengan pukulan yang
keras di tengkuknya, sehingga ia menjerit dengan jeritan yang keras yang
didengar oleh semua yang ada di dekatnya kecuali manusia dan jin.” (HR. al
Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan lainnya dengan yang hampir sama)
Saudara-saudaraku,
Beriman kepada pertanyaan dua malaikat Munkar dan Nakir adalah wajib
bagi setiap mukallaf (orang yang baligh dan berakal). Pertanyaan ini
diberlakukan kepada orang mukmin dan kafir di antara umat ini, yakni
umat yang diutus kepada mereka Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Seorang mukmin yang sempurna imannya tidak akan terkejut,
takut ataupun terganggu dengan pertanyaan Munkar dan Nakir. Karena
Allah menetapkan dan menguatkan hatinya sehingga tidak merasakan
takut melihat penampilan keduanya yang menakutkan. Sebab dalam
sebuah hadits disebutkan bahwa Munkar dan Nakir berwarna hitam
kebiru-biruan, bermata merah seperti panci-panci tembaga yang besar,
memiliki taring-taring seperti tanduk-tanduk sapi. Keduanya datang
membelah bumi dengan gigi-gigi taringnya dan dengan suara seperti
halilintar sebagaimana disebutkan dalam kitab Fathul Bari Syarh Shahih al
Bukhari. Meski begitu, seorang mukmin yang sempurna imannya gembira
4
dengan melihat Munkar dan Nakir, karena ia tahu bahwa ia akan selamat.
Sedangkan orang munafik atau kafir, maka ia akan merasa ketakutan dan
menggigil karena sangat takut kepada Munkar dan Nakir sehingga keluar
dari lidahnya perkataan yang tidak ingin dia katakan. Dia mengatakan:
“Aku tidak tahu, dulu aku ikut-ikutan mengatakan apa yang dikatakan
oleh orang-orang”. Maka Munkar dan Nakir berkata kepadanya: “Engkau
tidak mengetahui kebenaran dan tidak memberikan jawaban yang benar.
Kalimat ini dikatakan untuk menghardik seseorang. Kemudian Munkar
dan Nakir memukul orang kafir atau munafik tersebut dengan sebuah
palu. Munkar dan Nakir memukul kepalanya dengan palu dari besi
dengan pukulan yang keras dan karenanya ia menjerit dengan jeritan
yang sangat kuat, didengar oleh semua yang ada di dekatnya kecuali
manusia dan jin.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Pertanyaan dua malaikat Munkar dan Nakir di dalam kubur adalah salah
satu kekhususan umat Muhammad ini, baik yang mukmin maupun yang
kafir. Akan tetapi dikecualikan dari pertanyaan ini beberapa orang, yaitu
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dikarenakan kemuliaan beliau para
malaikat tidak menanyainya. Demikian pula orang yang mati syahid, yakni
orang yang meninggal dalam peperangan melawan orang-orang kafir,
tidak akan ditanya karena rohnya langsung dibawa naik ke surga.
Demikian pula anak kecil yang meninggal sebelum baligh tidak ditanya,
karena ia bukan mukallaf. Disebutkan dalam sebuah hadits ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan pertanyaan dua
malaikat Munkar dan Nakir, maka Umar berkata: “Apakah dikembalikan
kepada kita akal-akal kita, Ya Rasulallah?” Nabi menjawab:
ُ َ َ
ُ ‫ل َّيْئ ِجك ُىُايلَ ْْ َُم‬
“Iya, seperti keadaan kalian sekarang.” Jadi keadaan manusia di dalam
kubur menyerupai keadaannya di dunia. Ia merasakan kenikmatan dan
merasakan sakit. Ini terjadi dengan roh dan jasad.
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita renungkan bersama bahwa dunia ini berjalan ke arah
kepunahan dan kesudahan. Kita semuanya akan meninggalkan rumah
kita yang di atas tanah dan berpindah ke rumah yang sempit di bawah
tanah. Masing-masing dari kita hanya akan membawa apa yang telah kita
perbuat di dunia. Di kubur tidak ada yang menyertai seseorang kecuali
5
‫‪amal perbuatannya. Oleh karenanya, orang yang cerdas adalah yang‬‬
‫‪selalu mengingat kematian dan senantiasa melakukan persiapan untuk‬‬
‫‪kehidupan akhiratnya dengan memperbanyak amal kebaikan.‬‬
‫‪Hadirin yang dirahmati Allah,‬‬
‫‪Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini.‬‬
‫‪Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.‬‬

‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ ُ ْ ُ َ ْ ْ م َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ َّ ُ ُ َ ْ َ ُ‬


‫لُوهكى‪ُ،‬فاشجغ ِفروه‪ِ ُ،‬إٍ ُُُِ ُُْاهغفْ ُرُالر ِحي ُى‪ُ .‬‬‫اللُ ِ ُ‬
‫لُ ُِذاُوأشجغ ِف ُرُ ُ‬
‫أقْ ُلُقْ ِ ُ‬

‫‪Khutbah II‬‬
‫َ َ َ َ ُ َ ّ ْ َ ُ َ ّ ُ َ َ َ ّ َ ُ َ َّ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ‬ ‫َ ْ‬
‫آلُ‬
‫َع ُ ِ ُِ‬ ‫َع ُش ِي ِدٍا ُُمً ٍُد ُالًصطَف‪ُ ،‬و ُ‬ ‫ِل ُوأش ِو ُى ُ ُ‬ ‫لل ُوكَف‪ُ ،‬وأص ِ ُ‬ ‫احل َ ًْ ُُد ُ ُِ‬
‫ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ َ ُ َ َّ َ ّ َ َ‬ ‫َ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َّ َ َّ‬
‫ن ُش ِيدٍاُ‬ ‫ك ُل‪ُ ،‬وأشّ ُد ُأ ُ‬ ‫َشي ُ‬ ‫ّل ُ ِ‬ ‫الل ُوحد ُه ُ ُ‬ ‫ّل ُ ُ‬ ‫ل ُ ِإ ُ‬ ‫ّل ُ ِإ ُ‬
‫نُ ُ‬ ‫ن ُالْفا‪ُ.‬أشّ ُد ُأ ُ‬ ‫وأصحابِ ُُِ ُأِ ُِ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َُ‬
‫ل‪ُ .‬‬ ‫ُم ًَّ ًداُعبْ ُد ُُهُ َو َر ُش ْْ ُُ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َْ ْ‬
‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ َّ َ ْ ُ َ َ َ ل َ ْ ُ ْ ُ ْ َ ُ ْ ْ ُ ْ َ َ ْ ْ َ ْ‬
‫ِل ُاهػ ِظي ُِىُ‬ ‫لل ُاهػ ِ ُِ‬ ‫س ُبِجقْى ُا ُِ‬ ‫ُأيا ُبػد‪ُ ،‬فيا ُأيّا ُالًص ِوًْن‪ُ ،‬أو ِصيك ُى ُونف ِ ُ‬ ‫ُ‬
‫ْ َ‬ ‫ََ َ‬ ‫َّ َ َ َّ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬
‫َع ٍُ ِب ِيّ ُُِ ُاهم ِريْ ُِىُ‬ ‫الصَلمُِ ُ ُ‬ ‫الل ُأ َم َرك ُْى ُبِأم ٍُر ُ َغ ِظيْ ٍى‪ُ ،‬أ َم َرك ُْى ُبِالصَل ُِة ُو‬ ‫ن ُ َُ‬ ‫َواغو ًُ ْْا ُأ ُ‬
‫َ َ ُ ُ َ ل َ َ َ َّ ّ َ َ ل َ َّ َ َ ُ َ ل َ َ ْ َ َ ّ‬ ‫َ َ َ َّ َ َ‬
‫ُ‬
‫يٌُآيَْاُصوْاُغوي ُُُِوش ُِوًْاُ‬ ‫اَّل ُ‬ ‫ب‪ُ،‬ياُأيّاُ ِ‬ ‫َعُانل ِ ِ ُ‬ ‫ْنُ ُ‬ ‫اللُ َو َمَلئِكج ُُُيصو ُ‬ ‫نُ ُ‬ ‫ال‪ِ ُ:‬إ ُ‬
‫فق ُ‬
‫َ ّ َ ُ َ َّ َ َ َ َّ ْ َ َ َ َ ّ َ‬ ‫َ ْ ً َ ُ َّ َ ّ َ َ َ ّ َ ُ َ َّ َ َ َ‬
‫َع ُش ِي ِدٍاُ‬ ‫تُ ُ‬ ‫آل ُش ِي ِدٍا ُُمً ٍُد ُلًا ُصوي ُ‬ ‫َع ُ ُِ‬ ‫َع ُش ِي ِدٍا ُُمً ٍُد ُو ُ‬ ‫نُ ُ‬ ‫تص ِويًا‪ُ ،‬الوُّ ُى ُص ُِ‬
‫َ‬ ‫َ َُ‬ ‫َ‬ ‫َ َُ‬ ‫َ ّ َ َْ َْ ََ ْ َ‬ ‫َْ َْ َ ََ‬
‫آل ُ َش ِيّ ِدٍا ُُم ًَّ ٍُد ُل ًَاُ‬ ‫َع ُ ُِ‬ ‫َع ُ َش ِّي ِدٍا ُُم ًَّ ٍُد ُ َو َ ُ‬ ‫كُ َ ُ‬ ‫ار ُ‬
‫ِ‬ ‫ب‬ ‫و‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ى‬ ‫ي‬‫ِ‬ ‫ا‬ ‫ر‬
‫ِ ِِ ِ ِ‬‫ب‬‫إ‬ ‫ُ‬ ‫ا‬ ‫ٍ‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ش‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫آل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫َع‬ ‫ِإبرا ِِي ُى ُو‬
‫َ ّ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ ٌ َ ْ ٌ‬ ‫َ َْ َ ََ َ ّ َ َْ َْ َ ََ‬
‫َمي ُد‪ُ.‬‬ ‫حي ُد ُ ِ‬ ‫كُ ِ‬ ‫ي ُ ِإٍ ُ‬ ‫ف ُاهػال ًِ ُ‬ ‫آل ُش ِي ِدٍا ُ ِإبرا ِِيى‪ُ ِ ُ ،‬‬ ‫َع ُ ُِ‬ ‫َع ُش ِي ِدٍا ُ ِإبرا ِِي ُى ُو ُ‬ ‫تُ ُ‬ ‫بارك ُ‬
‫َ‬
‫حيَا ُِءُ ِيَْ ُّ ُْىُ َو ْاْل ْم َ‬‫ْ ْ‬ ‫َ‬ ‫يُ َوال ْ ًُ ْؤيََ‬ ‫اتُوال ْ ًُ ْؤيَ ْ َ‬ ‫يُ َوال ْ ًُ ْصو َ‬ ‫اغف ُْرُلوْ ًُ ْصوً ْ َ‬ ‫َ ُ َّ ْ‬
‫ات‪ُ،‬‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫اْل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ات‬‫ِ ِ‬ ‫ُ‬ ‫ِِ‬ ‫ُ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ً‬ ‫ُ‬ ‫ِِ‬ ‫الوُّ ُىُ ِ ِ‬
‫ْ َ ْ َ َّ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ل َ‬
‫فُ‬‫الصيُ ْْ ُ‬ ‫غ ُو‬ ‫اء ُوالًَم ُر ُوابل ُ‬ ‫اء ُواهفحش ُ‬ ‫امهلل ُادف ُع ُعَا ُابلَل ُء ُواهغَل ُء ُوالْب ُ‬
‫ْ ُ ْ َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ً‬
‫ٌُ‬‫اص ُة ُ َو ِي ُْ‬ ‫َلٍا ُِذا ُخ‬ ‫ٌ ُب ِ‬ ‫الًخج ِوف ُة ُوالشدائِ ُد ُوال ًِحٌ‪ُ ،‬يا ُظّ ُر ُ ِيَّا ُويا ُبطٌ‪ِ ُ ،‬ي ُ‬
‫ْ ُ ْ ْ َ َ َّ ً َّ َ َ َ ُ ّ َ ْ َ‬ ‫ْ‬
‫َش ٍُءُق ِديْ ٌُر ُ‬ ‫كُ‬‫َعُ ُِ‬ ‫كُ ُ‬ ‫يَُعية‪ِ ُ،‬إٍ ُ‬ ‫انُالًص ِو ًِ ُ‬ ‫بُ ََل ُِ‬

‫‪6‬‬
‫َ‬ ‫ُْ ْ َ َْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ‬ ‫َّ َ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ َ ْ ْ‬ ‫َ‬
‫ٌُ‬‫ه ُغ ُِ‬ ‫ب ُويَ ُ‬‫ان ُو ِإيجا ُِء ُ ِذي ُاهقر ُ‬ ‫َ‬
‫الل ُيأم ُر ُبِاهػد ُِل ُواْلحص ُِ‬
‫إن ُ ُ‬ ‫لل‪ُ ُ ،‬‬‫اد ُا ِ‬‫ِغبَ ُ‬
‫َ ْ‬ ‫َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ َّ ُ ْ َ َ َّ ُ ْ َ َ ُ‬ ‫َ ْ َ‬
‫الل ُاه َػ ِظيْ َُىُ‬
‫ن‪ُ .‬فاذل ُروا ُ ُ‬
‫غ‪ُ ،‬ي ِػظك ُى ُهػوك ُى ُثذلرو ُ‬ ‫ابل‬‫و‬ ‫ُ‬
‫َ ْ ِ َ ْ ِ‬ ‫ُ‬
‫ر‬ ‫م‬ ‫َ‬‫ً‬ ‫ال‬‫و‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ء‬
‫ِ‬ ‫ا‬‫ش‬ ‫اهفح‬
‫للُأك َ ُُ‬ ‫َْ ُ ُ ْ‬
‫ب‪.‬‬ ‫يذل ْرك ُىُ َو ِ‬
‫َّلل ُُرُا ُِ‬

‫‪Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur,‬‬
‫‪Aswaja NU Center PCNU Kab. Mojokerto dan Dosen STAI Al-Azhar, Gresik‬‬

‫‪7‬‬

Anda mungkin juga menyukai