Anda di halaman 1dari 99

PT Waskita Beton Precast Tbk

Dedication for Movement

MANUAL PRODUK
Handling & Instalasi
Spun Pile

No Dokumen: WBP-STD-MP-002-04
PETA PROSES HANDLING & INSTALASI PRODUK SPUN PILE

MULAI

1 2

Lifting Produk Penyimpanan Produk


(Hal 4) (Hal 9)

Pengiriman Produk
SELESAI

(Hal 13)

4 3

Instalasi Produk
(Hal 27)

2
SPESIFIKASI PRODUK SPUN PILE

Deskripsi Produk
Tiang pancang memiliki kemampuan menahan gaya axial dan momen lentur. Produk ini memiliki keunggulan dalam kemampuan menahan
momen lentur. Produk ini sangat cocok digunakan untuk struktur yang menerima gaya lateral seperti jembatan dan dermaga. Spunpile
dengan tambahan sambungan C-T dapat digunakan sebagai struktur dinding penahan. Produk ini juga dapat digunakan pada struktur
lainnya.
Tipe Spunpile Sistem Sambungan
Top Side Bottom Side Ilustration for two jointed
Spun Pile
Plate

Shoe
BOTTOM PILE
Join

Det. A :
Join Plate
Plate

Plate
MIDDLE PILE
Join

Join
Upper
Upper
Butt Weld
Massive

Pile

Plate
UPPER PILE E7016

Join
Join Plate
Bottom
Massive

Shoe SINGLE PILE


Det. A
L (m)

Tipe Sepatu
Bottom
Pile

Mamira Shoe Pencil Shoe Cross Shoe

3
SPESIFIKASI PRODUK SPUN PILE

Tabel tipe produk


Outsided Wall Concrete Bending Moment Outsided Wall Concrete Bending Moment
Unit Length Allowable Unit Length Allowable
Diameter Thickness Cross Diameter Thickness Cross
Class Weight Crack Ultimate Class Weight Crack Ultimate
D T Section L Axial Load D T Section L Axial Load
(mm) (mm) (cm2) (kg/m) (m) (ton.m) (ton.m) (ton) (mm) (mm) (cm2) (kg/m) (m) (ton.m) (ton.m) (ton)
60 A2 2,50 3,75 72,60
100 A1 17,00 25,50 252,70
60 A3 3,00 4,50 70,75
300 452 113 6 - 13 100 A2 19,00 28,50 249,00
60 B 3,50 6,30 67,50
600 100 A3 1571 393 6 - 16 22,00 33,00 243,20
60 C 4,00 8,00 65,40
65 A1 3,50 5,25 93,10 100 B 25,00 45,00 238,30
65 A3 4,20 6,30 89,50 100 C 29,00 58,00 229,50
350 582 145 6 - 15 120 A1 40,00 60,00 409,53
65 B 5,00 9,00 86,40
65 C 6,00 12,00 85,00 120 A2 6 – 24 45,00 67,50 405,47
75 A2 5,50 8,25 121,10 800 120 A3 2.564 641 >24 upto 49,00 73,50 397,40
75 A3 6,50 9,75 117,60 120 B 35*) 55,00 99,00 380,83
400 766 191 6 - 16
75 B 7,50 13,50 114,40 120 C 66,00 132,00 367,76
75 C 9,00 18,00 111,50 140 A1 75,00 112,50 611,22
80 A1 7,50 11,25 149,50 140 A2 6 - 24 81,00 121,50 602,69
80 A2 8,50 12,75 145,80 >24 upto
1000 140 A3 3.782 946 95,00 142,50 584,32
450 80 A3 930 232 6 - 16 10,00 15,00 143,80 40*)
140 B 105,00 189,00 564,94
80 B 11,00 19,80 139,10
140 C 120,00 240,00 548,38
80 C 12,50 25,00 134,90
90 A1 10,50 15,75 185,30 150 A1 120,00 180,00 790,37
90 A2 12,50 18,75 181,70 150 A2 6 – 24 134,00 201,00 786,12
500 90 A3 1159 290 6 - 16 14,00 21,00 178,20 1200 150 A3 4.948 1.237 >24 upto 156,00 234,00 761,38
90 B 15,00 27,00 174,90 150 B 50*) 170,00 306,00 727,96
90 C 17,00 34,00 169,00 150 C 200,00 400,00 708,14

Prestressed D Spiral Wire


Steel

D T

4
1. LIFTING PRODUK

5
1. Lifting Produk

A. Metode Pengangkatan
4

3 4

2
3
2
5
1 5 1

I. Pengangkatan Menggunakan Gantry/OHC II. Pengangkatan Menggunakan Crane


Item yang perlu diperhatikan:
1. Produk 3. Hook
Sebelum melakukan proses pengangkatan kita wajib Hook merupakan penyambung antara sling dan cane,
mengetahui spesifikasi produk yng akan diangkat kualitas dan keamanan hook wajib diperhatikan
seperti berat produk, Panjang produk dan spesifikasi untuk menjaga kemanan proses pengangkatan.
teknis produk.
4. Alat Angkat
2. Sling Angkat Alat angkat yang digunakan merupakan crane dalam
Sling menjadi factor utama dalam proses bentuk gantry ataupun mobile crane. Kapasitas alat
pengangkatan. Kapasitas dan kualitas sling harus angkat harus sesuai dengan beban yang akan
sesuai dengan standar pada saat proses diangkat.
pengangkatan.
5. Operator
Operator alat angkat wajib memiliki SIO yang sesuai
dan masih berlaku. Operator harus berada dalam
kondisi yang sehat ketika melaksanakan pekerjaan.
6
1. Lifting Produk

B. Produk Spunpile
I. Berat Produk
Berat produk digunakan untuk menentukan kapasitas crane yang digunakan untuk pengangkatan produk, berikut
tabel berisi berat produk berdasarkan diameter dan Panjang produk :

Outside Berat Produk Berdasarkan Panjang (Ton)


Diameter
D 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
(mm)
300 0,68 0,79 0,90 1,02 1,13 1,24 1,36 1,47
350 0,87 1,02 1,16 1,31 1,45 1,60 1,74 1,89 2,03 2,18
400 1,15 1,34 1,53 1,72 1,91 2,10 2,29 2,48 2,67 2,87 3,06
450 1,39 1,62 1,86 2,09 2,32 2,55 2,78 3,02 3,25 3,48 3,71
500 1,74 2,03 2,32 2,61 2,90 3,19 3,48 3,77 4,06 4,35 4,64
600 2,36 2,75 3,14 3,54 3,93 4,32 4,72 5,11 5,50 5,90 6,29
800 3,85 4,49 5,13 5,77 6,41 7,05 7,69 8,33 8,97 9,62 10,26 10,90 11,54 12,18 12,82 13,46 14,10 14,74 15,38
1000 5,68 6,62 7,57 8,51 9,46 10,41 11,35 12,30 13,24 14,19 15,14 16,08 17,03 17,97 18,92 19,87 20,81 21,76 22,70
1200 7,42 8,66 9,90 11,13 12,37 13,61 14,84 16,08 17,32 18,56 19,79 21,03 22,27 23,50 24,74 25,98 27,21 28,45 29,69

7
1. Lifting Produk

C. Sling angkat
I. Wire Rope Sling
Wire rope sling merupakan tali angkat yang
terbuat dari beberapa wire yang dipilin membentuk
strand, kemudian strand tersebut dipilin
mengelilingi core untuk membentuk sebuah wire
rope.
Pembuatan wire rope sling dapat dikustomisasi
sesuai dengan kebutuhan pengguna dan jenis
terminasi yang diinginkan.

8
1. Lifting Produk

C. Sling angkat
II. Webbing Sling/Sling Belt
Web sling umumnya digunakan sebagai alat pengganti wire rope sling. Keuntungan webbing sling adalah:
• Lebih ringan
• Lebih Flexible
• Tidak Berkarat
• Tidak merusak atau membuat kotor barang yang diangkat
• Mudah dilakukan inspeksi
Webbing Sling
III. Penentuan Kapasitas Sling
Kapasitas sling yang digunakan dapat di tentukan menggunakan persamaan berikut :

T = SF x 0,5 x Q x L

Dimana,
T = Kapasitas Sling yang dibutuhkan (Ton)
Q = Berat per meter produk (Ton/m) -> Lihat tabel spesifikasi produk di halaman 2
L = Panjang Produk yang akat diangkat (m)
SF = 2 s/d 3

9
1. Lifting Produk

D. Hook dan Shackle


I. Tipe Hook
Hook merupakan alat pengait untuk mengangkat beban yang biasa terhubung melalui alat bantu seperti takel, hoist
dan crane. Hook dilengkapi dengan pengunci pengaman yang disebut latch untuk mencegah beban yang dipasang
terlepas. Berikut beberapa tipe-tipe hook:
Detail Hook
1. Clevis Hook 3. Eye Hook
Hook ini digunakan untuk Hook ini digunakan untuk Safety Latch
alat angkat beban yang alat angkat beban yang (Pengaman)
menggunakan rantai baja menggunakan wire rope
atau load chain sebagai atau tali kawat seling Hook
kekuatan utamanya. sebagai kekuatan
utamanya
2. Clevis Swivel Hook 4. Eye Swivel Hook
Detail Shackle
Hook ini memiliki bentuk Hook ini memiliki bentuk
yang sama seperti Clevis yang sama seperti Eye Shackle
Hook dengan keunggulan Hook dengan keunggulan
pada bagian leher yang pada bagian leher yang
dapat berotasi untuk dapat berotasi untuk
mencegah terpelintir mencegah terpelintir Pengunci

Shackle/segel adalah alat


bantu pengait antara mata sling
dengan pengait objek tertentu.
Digunakan sebagai
penyambung antara sling dan
hook 10
1. Lifting Produk

E. Alat Angkat
I. Jenis Alat angkat
Pengangkatan produk spunpile pada umumnya menggunakan gantry/OHC dan Crane. Penggunaan gantry/OHC
dilakukan pada proses mobilisasi produk di area pabrik dan penggunaan Crane dilakukan pada proses mobilisasi
produk dari area stockyard ke atas trailer/tronton, penurunan produk pada site dan mobilisasi produk pada saat
pemancangan. Kapasitas crane harus sesuai dengan berat beban yang akan diangkat. Berikut beberapa tipe crane:
1. Gantry Crane 3. Mobile Crane 5. Crawler Crane

2. Overhead Crane 4. Roughter Crane

11
1. Lifting Produk

F. Metode Pengangkatan
I. Metode A (Dilakukan pada titik angkat menggunakan spreader beam) Dianjurkan!
Note :
1. Gunakan peralatan pengangkatan yang sesuai, pastikan
bahwa crane, spreader beam dan sling sudah sesuai dengan
syarat ditetapkan point A dan B
Wire Sling 2. Sudut yang terbentuk antara sling dengan produk (sudut
pengangkatan) ≥ 600 (PCI Handbook,8.3.2 Rigging
α ≥ 600 α ≥ 600 Spreader Beam Configuration, Fig. 8.3.4 Force in lift lines)
3. Jarak titik angkat (A) dapat dilihat pada tabel berikut
webbing Sling L (m) 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A (m) 1,2 1,4 1,6 1,8 2 2,2 2,4 2,6 2,8 3 3,2 3,4 3,6 3,8 4 4,2 4,4 4,6 4,8

A = 0.2L 0.6L A = 0.2L


L
II. Metode B (Dilakukan pada titik angkat tanpa spreader beam)
Note :
1. Gunakan peralatan pengangkatan yang sesuai, pastikan
bahwa crane dan sling sudah sesuai dengan syarat ditetapkan
Wire Sling point A dan B
2. Sudut yang terbentuk antara sling dengan produk (sudut
α ≥ 600 α ≥ 600 webbing Sling pengangkatan) ≥ 600 (PCI Handbook,8.3.2 Rigging
Configuration, Fig. 8.3.4 Force in lift lines)
3. Jarak titik angkat (A) dapat dilihat pada tabel berikut
A = 0.2L 0.6L A = 0.2L L (m) 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A (m) 1,2 1,4 1,6 1,8 2 2,2 2,4 2,6 2,8 3 3,2 3,4 3,6 3,8 4 4,2 4,4 4,6 4,8

12
1. Lifting Produk

F. Metode Pengangkatan
III. Metode Pengangkatan Spun Pile Ø 800 sd. 1000 mm

Note :
1. Pengangkatan spun pile Ø 800 sd. 1000 mm wajib
Wire Sling menggunakan spreader beam
2. Posisi aman untuk pengangkatan spun pile adalah pada
α ≥ 600 α ≥ 600 Spreader Beam jarak 0.2*L dari kedua ujungnya
3. Sudut yang terbentuk antara sling dengan produk (sudut
pengangkatan) ≥ 600 (PCI Handbook,8.3.2 Rigging
webbing Sling
Configuration, Fig. 8.3.4 Force in lift lines)

A = 0.2L 0.6L A = 0.2L


L

Jarak titik angkat (A) dapat dilihat pada tabel berikut:

L (m) 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A (m) 1,2 1,4 1,6 1,8 2 2,2 2,4 2,6 2,8 3 3,2 3,4 3,6 3,8 4 4,2 4,4 4,6 4,8

13
1. Lifting Produk
Marking titik handling
F. Metode Pengangkatan
IV. Metode C (Dilakukan pada titik angkat dan ujung spunpile)
Hook Plat :
t = 3 cm Note :
1. Gunakan peralatan pengangkatan yang sesuai, pastikan
17 cm bahwa crane dan sling sudah sesuai dengan syarat ditetapkan
H = 47 cm
point A dan B
2. Sudut yang terbentuk antara sling dengan produk (sudut
pengangkatan) ≥ 600 (PCI Handbook,8.3.2 Rigging
Hook Plat Wire Sling Configuration, Fig. 8.3.4 Force in lift lines)
3. Metode ini tidak dapat dilakukan pada produk D300-A2 13m;
α ≥ 600 α ≥ 600 webbing Sling D350-A2 15 m; D400-A2 16 m ketika produk baru lepas dari
cetakan
4. Dilakukan pengecekan kekuatan material hook plat, hasil
L-B B pengujian material harus setara SS400
L 5. Jarak B dapat dilihat pada tabel berikut
L
L (m) 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
V. Metode D (Dilakukan diujung produk)
B (m) 1,8 2,1 2,4 2,7 3 3,3 3,6 3,9 4,2 4,5 4,8 5,1 5,4 5,7 6 6,3 6,6 6,9 7,2

Note :
1. Gunakan peralatan pengangkatan yang sesuai, pastikan
bahwa crane dan sling sudah sesuai dengan syarat ditetapkan
Wire Sling point A dan B
2. Sudut yang terbentuk antara sling dengan produk (sudut
pengangkatan) ≥ 600 (PCI Handbook,8.3.2 Rigging Configuration,
Hook Plat
Fig. 8.3.4 Force in lift lines)
3. Dilakukan pengecekan kekuatan material hook plat, hasil
α ≥ 600 pengujian material harus setara SS400
4. Tidak semua produk dapat diangkat menggunakan metode C,
batasan panjang pada saat pengangkatan dapat dilihat pada
L tabel “Tabel Daftar Pengangkata metode D” berikut:

14
1. Lifting Produk

F. Metode Pengangkatan Tabel Daftar Pengangkata metode D


Panjang Panjang Panjang
Diameter Diameter Diameter
Class Maks Class Maks Class Maks
(mm) (mm) (mm)
(m) (m) (m)
300 A2 450 A3 11 800 A2 17
8
300 A3 450 B 12 800 A3 18
300 B 9 450 C 13 800 B 20
300 C 10 500 A1 11 800 C 22
350 A1 500 A2 12 1000 A1 20
9
350 A3 500 A3 1000 A2 21
13
350 B 10 500 B 1000 A3 22
350 C 11 500 C 14 1000 B
24
400 A2 9 600 A1 1000 C
13
400 A3 10 600 A2 1200 A1 23
400 B 11 600 A3 14 1200 A2
400 C 12 600 B 15 1200 A3
24
450 A1 10 600 C 16 1200 B
450 A2 11 800 A1 17 1200 C

G. Metode Penurunan/Pengangkatan di Site


Terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum penurunan produk yakni :
1. Persiapkan alat angkat yang sesuai dengan berat maksimal dari produk yang akan dipindahkan
2. Persiapkan lahan untuk menempatkan produk
3. Sediakan minimal 4 orang tenaga kerja yang akan mengkoordinasikan posisi produk yang akan
diturunkan, 2 orang berada di armada dan 2 orang lagi berada di area penumpukan produk
4. Tenaga kerja truck crane harus memiliki surat izin dari lembaga yang terkait
5. Counterweight dari crane harus sesuai untuk mencegah agar truck crane tidak terguling
6. Pastikan bahwa seluruh alat yang digunakan (sling rope, sling fiber, hook, truck crane) dalam kondisi
yang layak

15
1. Lifting Produk

G. Metode Penurunan/Pengangkatan di Site

TanpaSpreader Beam
Spreader beam

Posisi truk bersilangan dengan area penumpukan Posisi truk bersilangan dengan area penumpukan

Tanpa Spreader Beam


Lifting kedua ujung spun pile

Posisi truk sejajar dengan area penumpukan Posisi truk bersilangan dengan area penumpukan

16
1. Lifting Produk

H. Metode yang tidak diperbolehkan

Tidak boleh hanya menggunakan 1 titik angkat Tidak boleh menggunakan Forklift

17
2. PENYIMPANAN PRODUK

18
1. Lifting Produk

A. Metode Penyimpanan

2
2
3

I. Pengangkatan Menggunakan Gantry/OHC II. Pengangkatan Menggunakan Crane


Item yang perlu diperhatikan:
1. Produk 3. Hook
Sebelum melakukan proses pengangkatan kita wajib Hook merupakan penyambung antara sling dan cane,
mengetahui spesifikasi produk yng akan diangkat kualitas dan keamanan hook wajib diperhatikan
seperti berat produk, Panjang produk dan spesifikasi untuk menjaga kemanan proses pengangkatan.
teknis produk.
4. Alat Angkat
2. Sling Angkat Alat angkat yang digunakan merupakan crane dalam
Sling menjadi factor utama dalam proses bentuk gantry ataupun mobile crane. Kapasitas alat
pengangkatan. Kapasitas dan kualitas sling harus angkat harus sesuai dengan beban yang akan
sesuai dengan standar pada saat proses diangkat.
pengangkatan.
5. Operator
Operator alat angkat wajib memiliki SIO yang sesuai
dan masih berlaku. Operator harus berada dalam
kondisi yang sehat ketika melaksanakan pekerjaan.
19
2. Penyimpanan

A. Persiapan Lahan
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian mengenai lahan yang akan digunakan untuk penyimpanan adalah sebagai berikut :
1. Lahan yang akan digunakan harus padat dan rata
2. Pastikan bahwa lahan yang akan digunakan terbebas dari genangan air
3. Nilai CBR permukaan lahan minimum yang diperlukan sebesar 6% (dokumen analisa teknis no WBP-ANA-21178AA-00), jika belum memenuhi
maka lakukan treatment sesuai dengan dokumen teknis IWP-TEK-02-03.
4. Jika lahan yang digunakan memiliki daya dukung yang kurang baik, kurang rata, dan tergenang air maka perlu dilakukan treatment pada
landasan.

Penampang permukaan tanah yang kurang baik :

Berpotensi menimbulkan genangan air

Х
Permukaan tidak rata

Treatment landasan

Rata & datar


Permukaan tanah ditimbun
dengan agregat kelas c

20
2. Penyimpanan

B. Aturan Penumpukan
Note :
I. Metode Penumpukan A Di Stockyard 1. Kayu ganjal diletakan di tiap baris tumpukan
produk dengan jarak 3 sd. 4m
Diameter Jumlah
2. Kayu ganjal segitiga diletakan di samping kiri
(mm) Tumpukan
dan kanan setiap produk spun pile dan tiap
baris tumpukan 300 10
3. Material kayu ganjal yang digunakkan 350 10
berupa kayu meranti kelas kuat III atau 400 9
setara 450 8
4. Pasang rambu-rambu awas pada area 500 7
sekitar spunpile 600 6
5. Pasang plat pengunci di bagian tepi 800 4
tumpukan 1000 3
6. Tumpukan maksimum yang diijinkan dapat 1200 3
dilihat pada tabel berikut.
Rambu
Awas benda
jatuh Detail Tampak Depan

Balok Beton
30 cm x 30 cm

Slip Kayu
5 cm x7 cm

Kayu Ganjal
Uk. 12 cm x 6
cm
Plat Pengunci Samping
Uk. P = 30 cm L= 10 cm t= 5 mm
21
2. Penyimpanan

B. Aturan Penumpukan
Note :
II. Metode Penumpukan A Di Site 1. Kayu ganjal diletakan di tiap baris tumpukan
produk dengan jarak 3 sd. 4m Diameter Jumlah
2. Kayu ganjal segitiga diletakan di samping kiri (mm) Tumpukan
dan kanan setiap produk spun pile dan tiap 300 4
baris tumpukan 350 3
3. Material kayu ganjal yang digunakkan
400 3
berupa kayu meranti kelas kuat III atau
450 2
setara
500 2
4. Pasang rambu-rambu awas pada area
sekitar spunpile 600 2
5. Tumpukan maksimum yang diijinkan dapat 800 1
dilihat pada tabel berikut. 1000 1
1200 1

Slip Kayu
5 cm x7 cm

Kayu Ganjal
Uk. 12 cm x 6
cm

22
2. Penyimpanan

B. Aturan Penumpukan
II. Metode penumpukan piramid di Stockyard Note :
1. Kayu ganjal diletakan di samping ujung tumpukan produk
piramida
2. Material kayu ganjal yang digunakkan berupa kayu meranti
kelas kuat III atau setara
3. Tumpukan maksimum yang diijinkan sesuai dengan tabel
berikut :

Diameter Jumlah
(mm) Tumpukan

300 15
350 15
400 13
450 11
500 9
600 8
Rambu 800 6
Awas benda 1000 5
jatuh 1200 4

Balok Beton
30 cm x 30 cm Plat Pengunci Samping
Kayu Ganjal Samping Uk. P = 30 cm L= 10 cm t= 5 mm
Uk. 12 cm x 6 cm

23
2. Penyimpanan

B. Aturan Penumpukan
II. Di Site Note :
1. Kayu ganjal diletakan di samping ujung tumpukan produk
piramida
2. Material kayu ganjal yang digunakkan berupa kayu meranti
kelas kuat III atau setara
3. Tumpukan maksimum yang diijinkan adalah :

Diameter Jumlah
(mm) Tumpukan
300 4
350 3
400 3
450 2
500 2
600 2
800 1
1000 1
1200 1

Kayu Ganjal Samping


Uk. 12 cm x 6 cm

24
2. Penyimpanan

B. Aturan Penumpukan
III. Jenis Penumpukan yang tidak diizinkan

Х Х

Diletakan pada bidang yang miring(produkk


berpotensi menggelinding dan Ditumpuk pada bidang tidak rata
berbenturan), kecuali diantara produk ada
kayu.
Х
Х

Penumpukan pada baris ke 2 miring


Diletakan pada bidang yang miring

Manual Produk – Spun Pile


25
3. Pengiriman

26
3. Pengiriman

A. Pengangkutan Moda Darat


Jenis truk yang digunakan untuk pengangkutan produk di darat adalah Flatbed trailer truck. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan berkaitan dengan truk :

1. Pastikan bahwa kendaraan yang akan digunakan telah lolos uji KEUR
2. Pastikan bahwa pengemudi memiliki surat izin yang sesuai memiliki SIM B1
3. Pastikan bahwa truk telah memiliki izin surat jalan
4. Lihat tabel berikut untuk mengetahui rekomendasi kendaraan dan jumlah produk yang disarankan.
5. Truk disarankan berjalan pada kecepatan 40 km/jam hingga 60 km/jam dan tidak melebihi batas
kecepatan maksimal jalan.
6. Untuk panjang produk yang melebihi 15 m dapat digunakan jenis bogey truck. Atau menggunakan truck
flat bed yang dimodifikasi.
7. Jika Panjang overlap ke belakang lebih dari 2.5m, maka dianjurkan untuk mendapatkan pengawalan
dari polisi dan izin pihak ketiga yang berkepentingan
8. Pada bagian ujung depan dan belakang wajib diberi hazard triangle yang bersifat reflektif

Diameter Jumlah Maksimum Produk Yang Diizinkan


(mm)
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
300 30 26 23 20 31 29 26 24 - -
350 23 20 18 16 25 22 21 19 18 17
400 18 15 14 12 19 17 16 15 14 13
450 15 13 11 10 16 14 13 12 11 11
500 12 10 9 8 13 11 11 10 9 9
600 9 8 7 6 9 9 8 7 7 6
800 6 5 4 4 6 5 5 5 4 4
1000 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3
1200 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2
Flatbed Trailer
Jenis Truk Flatbed 6 m (maks 20 Ton) Flatbed 12 m (maks 35 Ton) Truck
27
3. Pengiriman

Jenis truk yang digunakan untuk pengangkutan produk di darat adalah Flatbed trailer truck dan Flatbed trailer tipe Sliding.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan truk jika muatan produk melebihi Panjang truk:

x 3-4 m 6-9 m 3-4 m 3-4 m Y = maks 0.2 L


Panjang Panjang Panjang Panjang
* Sesuai dengan keputusan Diameter Panjang menggantung menggantung Diameter Panjang menggantung menggantung
Jenis Truk Jenis Truk
Direktur Jendral Perhubungan Depan (x) Belakang (y) Depan (x) Belakang (y)
Darat No. (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
6 - - 6 - -
SK.727/AJ.307/DRJD/2004 Bab
7 - - 7 - -
IV Bagian B, jika Panjang 8 - - 8 - -
overlap ke depan atau belakang 9 - - 9 - -
lebih dari 2m, maka dianjurkan 10 - - Trailer 10 - - Trailer
11 - - Flatbed 11 - - Flatbed
untuk mendapatkan pengawalan
12 - - 12 - -
dari polisi dan izin pihak yang 13 - - 13 - -
berkepentingan. 14 - - 14 - -
800 15 - 1.0 1000 15 - 1.0
16 - - 16 - -
17 - - 17 - -
18 - - 18 - -
19 0.5 0.5 19 0.5 0.5
Truk Flatbed Truk Flatbed
20 1.5 0.5 20 1.5 0.5
tipe Sliding tipe Sliding
21 1.5 1.5 21 1.5 1.5
22 1.5 2.5* 22 1.5 2.5*
23 1.5 3.5* 23 1.5 3.5*
24 1.5 4.5* 24 1.5 4.5*

28
3. Pengiriman

A. Pengangkutan Moda Darat


Slip Kayu
I. Pengangkutan yang ideal 5 cm x 7 cm

Kayu Ganjal
12 cm x 6 cm

Karet Pelindung
(Potongan Ban)

Kayu Penyangga Rantai Sling


Tepi Note :
1. Kayu ganjal diletakan di tiap baris tumpukan produk
dengan jarak 3 sd. 4m
2. Kayu ganjal segitiga diletakan di samping kiri dan
kanan setiap produk spun pile dan tiap baris tumpukan
3. Dianjurkan untuk tepi trailer diberikan pembatas
kayu/hollow
4. Material kayu ganjal yang digunakkan berupa kayu
meranti atau setara
5. Ikatan rantai sling harus diperhatikan, pastikan bahwa
rantai sling telah mengikat dengan kencang
Maks. 1.5 m 3-4 m 3-4 m 3-4 m 3-4 m Maks. 2.5 m 6. Jumlah produk yang diangkut mengikuti kapasitas truck
7. Panjang overlap ke belakang maksimal 2.5 m, dan
overlap ke depan menyesuaikan dimensi truk
Berdasarkan SK.727/AJ307/DRJD/2004
8. Pada bagian ujung depan dan belakang diberi hazard
triangle yang bersifat reflektif
29
3. Pengiriman

II. Pengangkutan berbeda diameter Slip Kayu


5 cm x 7 cm

Kayu Ganjal
12 cm x 6 cm

Karet Pelindung Rantai Sling


(Potongan Ban)
Kayu Penyangga Note :
Tepi 1. Kayu ganjal diletakan di tiap baris tumpukan produk
dengan jarak 3 sd. 4m
2. Kayu ganjal segitiga diletakan di samping kiri dan
kanan setiap produk spun pile dan tiap baris
tumpukan
3. Dianjurkan untuk tepi trailer diberikan pembatas
kayu/hollow
4. Material kayu ganjal yang digunakan berupa kayu
meranti atau setara
5. Ikatan rantai sling harus diperhatikan, pastikan
bahwa rantai sling telah mengikat dengan kencang
6. Jumlah produk yang diangkut mengikuti kapasitas
truck
7. Usahakan diameter produk yang diangkut memiliki
diameter yang sama
8. Jumlah ikatan sling min. 3 ikatan yang diletakkan
Maks. 1.5 m 3-4 m 3-4 m 3-4 m 3-4 m Maks. 2.5 m
pada tengah bentang dan kedua titik angkat.

30
3. Pengiriman

III. Pengangkutan dengan panjang produk melebihi panjang bed truck


Note :
1. Kayu ganjal diletakan di tiap baris tumpukan produk dengan
jarak 3 sd. 4m
2. Kayu ganjal segitiga diletakan di samping kiri dan kanan setiap
produk spun pile dan tiap baris tumpukan
3. Dianjurkan untuk tepi trailer diberikan pembatas kayu/hollow
4. Material kayu ganjal yang digunakkan berupa kayu meranti
atau setara
5. Ikatan rantai sling harus diperhatikan, pastikan bahwa rantai
sling telah mengikat dengan kencang
6. Jumlah produk yang diangkut mengikuti kapasitas truck
7. Panjang overlap ke belakang maksimal 2.5 m, dan overlap ke
depan menyesuaikan dimensi truk
8. Pada bagian ujung depan dan belakang diberi hazard triangle
Karet Pelindung yang bersifat reflektif
(Potongan Ban) Rantai Sling Hazard Triangle

Slip Kayu
5 cm x 7 cm

Kayu Ganjal Maks. 1.5 m 3-4 m 3-4 m 3-4 m 3-4 m Maks. 2.5 m
12 cm x 6 cm

Berdasarkan SK.727/AJ307/DRJD/2004

31
3. Pengiriman

IV. Pengangkutan Spun Pile Ø 800 sd. 1000 mm

Tampak 3D

Rantai Sling

Karet Ganjal

Note :
1. Kayu ganjal diletakan dengan jarak 3 sd. 4m
2. Kayu ganjal segitiga diletakan di samping kiri dan kanan setiap produk spun pile
3. Material kayu ganjal yang digunakkan berupa kayu meranti atau setara dengan
kelas kuat III atau setara
4. Ikatan rantai sling harus diperhatikan, pastikan bahwa rantai sling telah mengikat
dengan kencang
5. Jumlah produk yang diangkut mengikuti kapasitas truck trailer tipe sliding
6. Panjang overlap ke depan maksimal 1.5m dan menyesuaikan dimensi truk
7. Sesuai dengan keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat No.
SK.727/AJ.307/DRJD/2004 Bab IV Bagian B, jika Panjang overlap ke depan atau
belakang lebih dari 2m, maka dianjurkan untuk mendapatkan pengawalan dari
polisi dan izin pihak yang berkepentingan
8. Pada bagian ujung depan dan belakang wajib diberi hazard triangle yang bersifat
reflektif
32
3. Pengiriman

IV. Pengangkutan Spun Pile Ø 800 sd. 1000 mm dengan CT Connector


T connector

Pelat baja 300.80.10 (ss400)


Dengan bolt sesuai lubang Joint Plate
Tampak Belakang

C connector

Slip Kayu
5 cm x 7 cm
Kayu Ganjal
12 cm x 6 cm
Note :
1. Kayu ganjal diletakan dengan jarak 3 sd. 4m
2. Kayu ganjal segitiga diletakan di samping kiri dan kanan setiap produk spun pile
3. Material kayu ganjal yang digunakkan berupa kayu meranti atau setara dengan
kelas kuat III atau setara
4. Ikatan rantai sling harus diperhatikan, pastikan bahwa rantai sling telah mengikat
dengan kencang
5. Jumlah produk yang diangkut mengikuti kapasitas truck trailer tipe sliding
6. Panjang overlap ke depan maksimal 1.5m dan menyesuaikan dimensi truk
Hazard Triangle 7. Sesuai dengan keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat No.
SK.727/AJ.307/DRJD/2004 Bab IV Bagian B, jika Panjang overlap ke depan atau
belakang lebih dari 2m, maka dianjurkan untuk mendapatkan pengawalan dari
polisi dan izin pihak yang berkepentingan
8. Pada bagian ujung depan dan belakang wajib diberi hazard triangle yang bersifat
reflektif
33
3. Pengiriman

III. Pengangkutan yang tidak diperkenankan

Tidak Menggunakan Karet Pelindung Pengikatan kurang memadai Perletakan produk tidak sentris, berat tidak
Terpusat di tengah

Spun pile pendek diletakan paling bawah


Sedangkan Spun pile paling panjang diatas Diamater terkecil diletakan paling bawah Tiang spun pile ditumpuk secara miring

34
3. Pengiriman

Persiapan Pengiriman Produk Moda Laut


Sebelum produk dikirim menggunakan moda laut, terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan terlebih dahulu.

1. Mobile Crane
Mobile crane (derek bergerak) adalah salah satu alat yang
berfungsi untuk mengangkat atau menurunkan material dengan
beban berat dan memindahkannya secara horizontal, digunakan
untuk memindahkan produk dari trailer ke kapal tongkang.

2. Kapal Tongkang
Tongkang adalah kapal pengangkut kargo yang umumnya tidak
memiliki baling-baling sendiri sehingga bergantung pada kapal
tunda untuk memberinya daya dorong. Sementara kapal tunda
adalah penggerak utama tongkang, yang terhubung ke tongkang
menggunakan tali penarik.

3. Jetty / Dermaga
Jetty/Dermaga adalah struktur yang menonjol dari daratan ke
perairan. Jetty/Dermaga dapat berfungsi sebagai pemecah
gelombang, sebagai jalan setapak, atau keduanya; atau,
berpasangan, sebagai sarana untuk menyempitkan saluran.

35
3. Pengiriman

Langkah-Langkah Pengiriman Produk Menggunakan Moda Laut

1. Kapal tongkang bersandar di 2. Truk trailer masuk ke area 3. Mobile crane digunakan untuk
Jetty/dermaga. Jetty/dermaga menuju ke kapal memindahkan produk dari trailer ke
tongkang bersandar. tongkang.

4. Isi kapal tongkang sesuai dengan


kapasitasnya.

36
3. Pengiriman

B. Pengangkutan Moda Laut


I. Pengiriman Spun Pile Panjang ≤ 15m
Note :
1. Gunakan peralatan pengangkatan yang sesuai, pastikan bahwa
crane, spreader beam dan sling sudah sesuai dengan syarat
2. Pastikan bahwa kapasitas crane lebih besar dari berat produk
yang akan diangkat
3. Sudut yang terbentuk antara sling dengan produk (sudut
pengangkatan) ≥ 600 (PCI Handbook,8.3.2 Rigging Configuration,
Fig. 8.3.4 Force in lift lines)

α ≥ 600

0.2L 0.6L 0.2L

Jarak titik angkat dapat dilihat pada tabel berikut:

L (m) 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A (m) 1,2 1,4 1,6 1,8 2 2,2 2,4 2,6 2,8 3 3,2 3,4 3,6 3,8 4 4,2 4,4 4,6 4,8

37
3. Pengiriman

B. Pengangkutan Moda Laut


II. Pengiriman Spun Pile Panjang ≤ 15m
Note :
1. Gunakan peralatan pengangkatan yang sesuai, pastikan bahwa
crane, spreader beam dan sling sudah sesuai dengan syarat
2. Pastikan bahwa kapasitas crane lebih besar dari berat produk
yang akan diangkat
3. Sudut yang terbentuk antara sling dengan produk (sudut
pengangkatan) ≥ 600 (PCI Handbook,8.3.2 Rigging Configuration,
Fig. 8.3.4 Force in lift lines)
Wire Sling

Hook Plat

α ≥ 600

38
3. Pengiriman
B. Pengangkutan Moda Laut
I. Metode Pengiriman Yang disarankan untuk Pengiriman Spun Pile Panjang ≤ 15m
Sling Rope

A
B
B
B
Pada Bidang yang Datar
Papan Penyangga Catatan : A
Di Dua sisi A = 0,75 m
B≤4m
Note : Kayu Ganjal
1. Kayu ganjal diletakkan di tiap baris tumpukan produk dengan jarak 3 sd. 4m Di Tiap Baris
2. Kayu ganjal segitiga diletakan di samping kiri dan kanan setiap produk spun pile dan tiap
baris tumpukan
3. Material kayu ganjal dan papan penyangga yang digunakan berupa kayu meranti kelas Slip Kayu
kuat III atau setara 5 cm x 7 cm
4. Ikatan rantai sling harus diperhatikan, pastikan bahwa rantai sling telah mengikat
dengan kencang
5. Jumlah produk yang diangkut mengikuti kapasitas kapal
6. Pastikan kapal yang digunakan layak jalan (memenuhi syarat, baik secara teknis Kayu Ganjal
maupun dokumen) 12 cm x 6 cm
7. Tinggi maksimum penumpukan mengikuti tinggi maksimum penumpukan di stockyard
(lihat Bab 3)
8. Jika Penumpukan berbeda diameter, maka baris paling bawah merupakan diameter
terbesar
39
3. Pengiriman

B. Pengangkutan Moda Laut


I. Pengiriman Spun Pile Panjang > 15m
Note :
1. Gunakan peralatan pengangkatan yang sesuai, pastikan bahwa
crane, spreader beam dan sling sudah sesuai dengan syarat
2. Pastikan bahwa kapasitas crane lebih besar dari berat produk
yang akan diangkat
3. Sudut yang terbentuk antara sling dengan produk (sudut
pengangkatan) ≥ 600 (PCI Handbook,8.3.2 Rigging Configuration,
Fig. 8.3.4 Force in lift lines)

α ≥ 600

0.2L 0.6L 0.2L

Jarak titik angkat dapat dilihat pada tabel berikut:

L (m) 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A (m) 1,2 1,4 1,6 1,8 2 2,2 2,4 2,6 2,8 3 3,2 3,4 3,6 3,8 4 4,2 4,4 4,6 4,8

40
3. Pengiriman
B. Pengangkutan Moda Laut
I. Metode Pengiriman Yang disarankan untuk Pengiriman Spun Pile Panjang > 15m
Sling Rope

A
B
B
B
Pada Bidang yang Datar
Papan Penyangga Catatan : A
Di Dua sisi A = 0,75 m
Note : B≤4m
1. Kayu ganjal diletakkan di tiap baris tumpukan produk dengan jarak 3 sd. 4m Kayu Ganjal
2. Kayu ganjal segitiga diletakan di samping kiri dan kanan setiap produk spun pile dan Di Tiap Baris
tiap baris tumpukan
3. Material kayu ganjal dan papan penyangga yang digunakan berupa kayu meranti kelas
kuat III atau setara
4. Ikatan rantai sling harus diperhatikan, pastikan bahwa rantai sling telah mengikat
dengan kencang Slip Kayu
5. Jumlah produk yang diangkut mengikuti kapasitas kapal 5 cm x 7 cm
6. Pastikan kapal yang digunakan layak jalan (memenuhi syarat, baik secara teknis
maupun dokumen)
7. Tinggi maksimum penumpukan mengikuti tinggi maksimum penumpukan di stockyard
Kayu Ganjal
(lihat Bab 3)
8. Jika Penumpukan berbeda diameter, maka baris paling bawah merupakan diameter 12 cm x 6 cm
terbesar

41
Muatan diatas Tongkang
B. Pengangkutan Moda Laut
II. Metode Pengiriman Spun Pile Ø 800 sd. 1000 mm dengan CT Connector
Sling Rope

A
BB
B
B
Pada Bidang yang Datar B
B
B
A

Papan Penyangga Catatan :


Di Dua sisi B A = 0,75 m Kayu Ganjal
Note : B≤4m Di Tiap Baris
1. Kayu ganjal diletakkan di tiap baris tumpukan produk dengan jarak 3 sd. 4m
2. Kayu ganjal segitiga diletakan di samping kiri dan kanan setiap produk spun pile dan tiap
baris tumpukan
3. Material kayu ganjal dan papan penyangga yang digunakan berupa kayu meranti kelas
kuat III atau setara
4. Ikatan rantai sling harus diperhatikan, pastikan bahwa rantai sling telah mengikat dengan
kencang
5. Jumlah produk yang diangkut mengikuti kapasitas kapal
6. Pastikan kapal yang digunakan layak jalan (memenuhi syarat, baik secara teknis maupun
dokumen) Plat kunci
7. Tinggi maksimum penumpukan 4 tingkat 300x80x10mm
8. Tiap 2 produk dilakukan penguncian, untuk mencegah terjadinya rotasi pada produk Tiap 2 produk Kayu Ganjal
9. Pastikan bahwa C-T Connector tidak saling berbenturan, atau membentur landasan Slip Kayu 12 cm x 6 cm
5 cm x 7 cm
42
3. Pengiriman

II. Metode Pengiriman Yang Tidak Disarankan

Tidak menggunakan papan ganjal Menempatkan benda lain yang berat diatas tumpukan produk

Tidak disarankan menggunaka tumpukan pyramid

43
5. Persiapan Pemancangan

44
5. Persiapan Pemancangan

A. Flowchart Pemancangan
Perhatikan dan pahami flowchart pemancangan berikut
MULAI
Kumpulkan Data Tentukan Spesifikasi Alat Pancang
(Hasil Uji SPT/Boring, Koordinat (Hydraulic Hammer/Drop Hammer/
pancang, Sudut pemancangan, Single Act Hammer/Double Act
spesifikasi tiang pancang, berat Hammer/Diesel Hammer/Vibro
hammer, stroke) Hammer, Berat Hammer)

Persiapan Site
Persiapan Tiang Pancang (Marking Posisi Pemancangan;
(Pengangkatan tiang pancang, Positioning Crane dan leader; setting
Positioning tiang pancang ) Hammer)

Pemancangan
(Kalendering)

SELESAI

45
5. Persiapan Pemancangan

B. Pengumpulan Data
Berikut merupakan data yang harus dikumpulkan :

1. Data SPT dan Boring Log : Data ini digunakan untuk menentukan kedalaman final set rencana serta
penentuan jenis alat pancang yang akan digunakan
2. Kordinat pancang : Digunakan untuk merencanakan posisi crane yang ideal, serta untuk marking posisi
pemancangan
3. Sudut Pemancangan : Untuk mengetahui kemiringan pemancangan rencana
4. Spesifkasi tiang pancang : Untuk menghitung perkiraan penetrasi final set berdasarkan kapasitas tiang
pancang dan perkiraan berat hammer yang digunakan
5. Berat hammer : Untuk memperkirakan penetrasi final set serta daya dukung tiang pancang aktual
berdasarkan persamaan energi
6. Pemancangan dapat dilakukan ketika kekuatan tiang pancang sudah mencapai minimal 85% dari
fc’

Manual Produk – Spun Pile


46
6. Pemancangan

C. Pemilihan Jenis Alat Pancang

Hamme r

Drop Air/Steam Diesel Hydraulic Vib ratory

Single Acting Single Acting Single Acting


(Open end)

Double Double
Acting Double Acting
Acting
(C lose -e nd)

Differential

Manual Produk – Spun Pile


47
5. Persiapan Pemancangan

C. Pemilihan Jenis Alat Pancang

No Jenis Palu Kelebihan Kekurangan


1 Drop - Memungkinkan variasi berat dan kecepatan - Frekuensi pukulan yang sangat rendah
Hammer pukulan yang besar - Efisiensi berkurang akibat penarikan tali
- Biaya awal yang rendah dan umur layan yang - Tidak dapat digunakan sebagai pile
relatif panjang extractor
- Sederhana digunakan dilokasi terpencil dimana - Tidak dapat digunakan pada lokasi
perlengkapan lainya tidak dapat diperoleh dengan ruangan atas terbatas
2 Single Acting - Desain yang sederhana dan dapat diandalkan - Rate pukulan relatif rendah (50-60
Air dalam penggunaanya blow/minute)
- Dapat digunakkan di semua kondisi tanah, namun - Tidak dapat digunakan sebagai extractor
lebih efektif dalam penetrasi lempung teguh
3 Double - Frekuensi pukulan yang tinggi (90-150 - Kecepatan pukulan yang relatif tinggi
Acting Air blow/minute) menjaga tiang dan penetrasi cepat menghasilkan deformasi kepala dari tiang
- Dapat digunakan dalam posisi horizontal dengan kuat tekan rendah
- Bekerja sangat baik di tanah berpasir, namun - Kompresor yang besar dibutuhkan
dapat digunakan di tanah apapun selama pengoprasian
- Dapat digunakan sebagai pile extractor - Efek rebound menghasilkan variasi energi
- Pemukul yang tertutup memungkinkan palu
pemancangan di bawah air

Manual Produk – Spun Pile


48
5. Persiapan Pemancangan

C. Pemilihan Jenis Alat Pancang


No Jenis Palu Kelebihan Kekurangan
4 Single Acting - Tidak memerlukan sumber energi luar - Tidak dapat digunakan sebagai pile
Diesel - Berat yang ringan dan dengan mudah dipindahkan extractor
Hammer - Biaya operasi rendah - Dalam pemancangan lunak, dapat mogok
- Mudah dioperasikan pada cuaca dingin akibat rebound yang tidak mencukupi
- Langkah panjang dari pemukul dapat
menyebabkan retak tension pada tiang
beton
- Sistem pembakaran dengan jenis
5 atomisasi sangat rumit
Double - Tidak memerlukan sumber energi luar - Berat palu relatif lebih berat dibandingkan
Acting Diesel - Frekuensi rate pukulan tinggi (80 blow/minute) dengan single acting diesel hammer
Hammer - Sistem pembakaran atomisasi
menyulitkan penggunaan
6 Palu Hidrolik - Efisien dalam konversi energi dari sumber tenaga - Biaya yang mahal untuk penyewaan
dan transfer gaya tumbukan maupun pembelian
- Dapat digunakan di bawah air - Lebih sulit dalam perawatan
- Beberpapa unit memiliki fitur peredam suara dibandingkan palu lainya
7 Vibratory - Frekuensi rate pukulan yang tinggi - Palu getar relatif berat
and sonic - Sesuai untuk kondisi tanah dengan ikatan yang - Membutuhkan alat penanganan dengan
power kuat (tanah kohesif) kapasitas lebih besar daripada untuk palu
driven tiang konvensional
hammer

49
5. Persiapan Pemancangan

C. Pemilihan Jenis Alat Pancang (Berat Hammer)


Berikut disajikan tabel untuk memperkirakan berat hammer yang akan digunakan :

Diameter Perkiraan Berat Hammer setiap panjang produk(ton)


(mm) 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
300 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,5 1,5
350 1,0 1,0 1,0 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
400 1,0 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 2,0 2,0 2,0 2,0
450 1,5 1,5 1,5 1,5 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,5 2,5
500 1,5 1,5 2,0 2,0 2,0 2,0 2,5 2,5 2,5 3,0 3,0
600 2,0 2,0 2,0 2,5 2,5 3,0 3,0 3,0 3,5 3,5 3,5
800 2,5 3,0 3,0 3,5 4,0 4,0 4,5 5,0 5,0 5,5 5,5 6,0 6,5 6,5 7,0 7,5 7,5 8,0 8,5
1000 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 6,5 7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 10,0 10,5 11,0 11,5 12,0
1200 4,5 5,0 5,5 6,0 7,0 7,5 8,0 8,5 9,5 10,0 10,5 11,0 11,5 12,5 13,0 13,5 14,0 15,0 15,5
(Dikembangkan dari Buku Pondasi Tiang Pancang Vol. I, Ir. Sardjono HS)
Atau dapat digunakan persamaan berikut :

B = 0,5 P + 600 kg
Dengan,
B = Berat Hammer (kg)
P = Berat Tiang pancang (kg)
600 kg = koefisien
Sumber : Buku Pondasi Tiang Pancang Vol. I, Ir. Sardjono HS

50
5. Persiapan Pemancangan

D. Persiapan Site

1 Marking Posisi Pemancangan 2 Posisikan Crane dan Leader 3 Posisikan Produk yang akan dipancang

Patok

Tandai titik yang akan dipancang Posisikan Crane dan Leader pada Posisikan produk pada area yang mudah
Menggunakan patok/marking Titik yang dapat menjangkau lokasi Dijangkau oleh crane, dan bebaskan
pemancangan Halangan yang menganggu mobilisasi produk
Saat pemancangan

51
6. Pemancangan

Manual Produk – Spun Pile


52
6. Pemancangan

A. Marking Tiang Pancang

12 m
11,5 m Penyambungan
11 m
10,5 m
Penomoran marking
10 m Dilanjutkan dari tiang
sebelumnya
9,5 m
9m
Marking 8,5 m
8m

3m
Note : 2,5 m
1. Marking dilakukan per setengah meter dan diberi
2m
panjang akumulasi
2. Bahan marking menggunakan bahan yang tidak mudah 1,5 m
luntur dan dapat terlihat dengan jelas 1m
3. Jika dilakukan penyambungan tiang, maka marking
dilanjutkan dari tiang sebelumnya

Manual Produk – Spun Pile


53
6. Pemancangan

B. Instalasi Tiang Pancang Metode Jacking (Hydraulic Static Pile Driver)


Detail Alat HSPD
Crane Note :
1. Alat HSPD dan service crane memiliki Surat Izin Alat
(SIA).
2. Operator memiliki Surat Izin Operator (SIO) sesuai
dengan kualifikasi dan masih berlaku.
3. Alat SDPD dan service crane dalam kondisi baik dan
layak digunakan.
4. Sling angkat yang digunakan dalam kondisi baik (tidak
rantas dan tidak berkarat). Nilai faktor keamanan sling
angkat > 3 terhadap beban.
Piling Platform Pile Clamping Box 5. Area sekitar yang terdampak pada manuver
pengangkatan/pemancangan dan beresiko tinggi saat
terjadi harus bebas dari orang yang tidak berkepentingan
terhadap operasi alat.
Main Cabin Vertical Motion Mechanism 6. Landasan alat HSPD dan service crane harus stabil dan
kuat menopang beban.
7. Pile clamping memiliki min. 8 (delapan) penjepit wedge
untuk memegang tiang bulat, posisi wedge cosentris
Longitudinal Motion dengan sumbu tiang dan kondisi grip pada clamping tiak
Mechanism / Long Base aus.
8. Besar tekanan clamping yang akan diterima oleh tiang
harus memperhatikan spesifikasi alat pancang dan sesuai
dengan kapasitas tiang serta dapat dikontrol dengan
pembacaan alat ukur yang ada.

Cross Motion & Rotary


Mecahanism / Short Base

Manual Produk – Spun Pile


54
6. Pemancangan

Spesifikasi Alat HSPD

Model 120 200 260 360 460 600 860 1060 1200
Rated Piling Force (Ton) 120 200 260 360 460 600 860 1060 1200
Pile Driving High 6.9 8.9 8.2 6.8 6.1 8.7 7.4 8.1 6.5
Speed (m/min) Low 1.9 1.3 1.57 1.1 0.9 1 0.9 0.7 0.9
Suitable Pile Square 200-350 200-400 300-500 300-600 400-800
(mm) Circle 300-350 300-400 300-500 300-600 400-800
Max Weight
8 12 12 12 16 16 25 25 30
(T)
Crane
Pile Length
13 14 14 14 15 15 16 16 16
(m)
Power (kW) Main Engine 45 45 45 74 74 111 135 135 135
Crane 22 22 30 30 30 30 45 45 45
Working Dimension (L x W)
8000x4110 10000x4880 10500x6310 12000x6488 12000x7320 13800x8190 14500x8530 15200x9010 16000x9110
(mm)
Total Weight (T) 120 200 260 360 460 600 860 1060 1200

(Sumber: https://gtmid.com/product/hspd-hydraulic-static-pile-driver/ )

Manual Produk – Spun Pile


55
6. Pemancangan

Instalasi Tiang Pancang (Jacking Pile)

1 2

Patok

Tandai titik yang akan dipancang menggunakan Mobilisasi alat HSPD dan spun pile ke lokasi
patok/marking

Note :
1. Alat HSPD dan service crane memiliki Surat Izin Alat (SIA).
2. Operator memiliki Surat Izin Operator (SIO) sesuai dengan kualifikasi dan masih berlaku.
3. Alat SDPD dan service crane dalam kondisi baik dan layak digunakan.
4. Sling angkat yang digunakan dalam kondisi baik (tidak rantas dan tidak berkarat). Nilai faktor keamanan sling angkat > 3 terhadap beban.
5. Area sekitar yang terdampak pada manuver pengangkatan/pemancangan dan beresiko tinggi saat terjadi harus bebas dari orang yang tidak
berkepentingan terhadap operasi alat.
6. Landasan alat HSPD dan service crane harus stabil dan kuat menopang beban.
7. Pile clamping memiliki min. 8 (delapan) penjepit wedge untuk memegang tiang bulat, posisi wedge cosentris dengan sumbu tiang dan kondisi
grip pada clamping tidak aus.
8. Besar tekanan clamping yang akan diterima oleh tiang harus memperhatikan spesifikasi alat pancang dan sesuai dengan kapasitas tiang serta
dapat dikontrol dengan pembacaan alat ukur yang ada.
9. Pemancangan dapat dilakukan ketika kekuatan tiang pancang sudah mencapai minimal 85% dari fc’

Manual Produk – Spun Pile


56
6. Pemancangan

Instalasi Tiang Pancang (Jacking Pile)


Note :
Marking titik handling 1. Alat HSPD dan service crane memiliki Surat Izin Alat (SIA).
3
2. Operator memiliki Surat Izin Operator (SIO) sesuai dengan
kualifikasi dan masih berlaku.
3. Alat SDPD dan service crane dalam kondisi baik dan layak
digunakan.
4. Sling angkat yang digunakan dalam kondisi baik (tidak rantas dan
tidak berkarat). Nilai faktor keamanan sling angkat > 3 terhadap
beban.
5. Area sekitar yang terdampak pada manuver
pengangkatan/pemancangan dan beresiko tinggi saat terjadi
harus bebas dari orang yang tidak berkepentingan terhadap
operasi alat.
B 6. Landasan alat HSPD dan service crane harus stabil dan kuat
L menopang beban.
7. Pile clamping memiliki min. 8 (delapan) penjepit wedge untuk
memegang tiang bulat, posisi wedge cosentris dengan sumbu
tiang dan kondisi grip pada clamping tidak aus.
8. Besar tekanan clamping yang akan diterima oleh tiang harus
memperhatikan spesifikasi alat pancang dan sesuai dengan
kapasitas tiang serta dapat dikontrol dengan pembacaan alat ukur
yang ada.
Sling diikat pada marking penegakan tiang 9. Pemancangan dapat dilakukan ketika kekuatan tiang pancang
sudah mencapai minimal 85% dari fc’
Note :
1. Titik angkat produk (B) dapat dilihat pada table dibawah.
2. Proses pengangakatan produk dilakukan secara perlahan, untuk menghindari terjadinya
gesekan atau beban kejut yang besar.
3. Bahan marking menggunakan bahan yang tidak mudah luntur dan dapat terlihat dengan jelas.

L (m) 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
B (m) 1,8 2,1 2,4 2,7 3 3,3 3,6 3,9 4,2 4,5 4,8 5,1 5,4 5,7 6 6,3 6,6 6,9 7,2

Manual Produk – Spun Pile


57
6. Pemancangan

Instalasi Tiang Pancang (Jacking Pile)


4

Note :
1. Alat HSPD dan service crane memiliki Surat Izin Alat (SIA).
2. Operator memiliki Surat Izin Operator (SIO) sesuai dengan kualifikasi dan masih berlaku.
3. Alat SDPD dan service crane dalam kondisi baik dan layak digunakan.
4. Sling angkat yang digunakan dalam kondisi baik (tidak rantas dan tidak berkarat). Nilai
faktor keamanan sling angkat > 3 terhadap beban.
5. Area sekitar yang terdampak pada manuver pengangkatan/pemancangan dan beresiko
tinggi saat terjadi harus bebas dari orang yang tidak berkepentingan terhadap operasi alat.
6. Landasan alat HSPD dan service crane harus stabil dan kuat menopang beban.
7. Pile clamping memiliki min. 8 (delapan) penjepit wedge untuk memegang tiang bulat, posisi
wedge cosentris dengan sumbu tiang dan kondisi grip pada clamping tidak aus.
8. Besar tekanan clamping yang akan diterima oleh tiang harus memperhatikan spesifikasi alat
pancang dan sesuai dengan kapasitas tiang serta dapat dikontrol dengan pembacaan alat
ukur yang ada.
9. Pemancangan dapat dilakukan ketika kekuatan tiang pancang sudah mencapai minimal
Alat HSPD posisi rata horizontal dan tiang pada
85% dari fc’
posisi rata vertikal
10. Penekanan dihentikan saat nilai pile set (Penurunan tiang) akibat penekanan tiang sebesar
200% dari beban rencana selama 30-60 detik sebanyak 2 (dua) kali penekanan harus ≤
20mm

Manual Produk – Spun Pile


58
6. Pemancangan

Instalasi Tiang Pancang (Jacking Pile)

Clamping Pile / Penjepit Tiang Penampang Tiang

Gunakan penjepit (wedge) tiang


minimal 8 pcs dan kondisi grip
penjepit tidak aus agar tekanan
jepitan lebih merata dan tidak slip
saat proses menekanan.

Dimensi tiang pancang bulat/tidak lonjong sehingga tekanan


penjepit dapat merata pada permukaan tiang.

Jumlah penjepit wedge hanya 4


keping. Bebahaya karena resiko Penampang tiang tidak bulat/lonjong.
tiang retak melingkar akibat Resiko tiang retak melingkar akibat
konsentrasi tekanan penjepitan tekanan penjepitan tidak merata (terjadi
tidak merata (terjadi konsentrasi konsentrasi tekanan).
tekanan).

Manual Produk – Spun Pile


59
6. Pemancangan

C. Instalasi Tiang Pancang Metode Vibratory and Sonic Power Driven Hammer
Detail Alat Vibratory and Sonic Power Driven Hammer

Note :
Peredam
Power Pack Power Pack
Getaran
1. Alat Vibratory and Sonic Power Driven
Hidrolik Control Panel Hammer memiliki Surat Izin Alat (SIA).
Pemberat
Eccentric 2. Operator memiliki Surat Izin Operator
(SIO) sesuai dengan kualifikasi dan
masih berlaku.
Kotak Getaran 3. Alat Vibratory and Sonic Power Driven
Hammer dalam kondisi baik dan layak
digunakan.
4. Landasan dari alat harus stabil dan kuat
Penjepit
Hidolik Penjepit
menopang beban.
Hidolik

Tiang Pancang
Selang Hidolik
/ Pile

Manual Produk – Spun Pile


60
6. Pemancangan

Spesifikasi Alat Vibratory and Sonic Power Driven Hammer

Model DZ-45 DZ-60 DZ-90 DZJ-90 DZJ-120 DZJ-135 DZJ-150


Motor power (kW) 45 60 90 90 120 135 150
Eccentric moment (N.m) 287 487 573 573 750 806 1120
Centrifugal force (kN) 380 492 579 0 - 579 0 - 823 0 - 883 0 - 1140
Frequency (RPM) 1100 960 960 0 - 960 0 - 1000 0 - 1000 0 - 960
Max amplitude (mm) 6.2 7.0 6.6 6.6 0 - 7.45 0 - 8.2 0 - 13.5
Max pulling force (kN) 180 215 254 254 392 420 450
Wire cable (mm2) 35 35 50 50 70 70 95
clamp scope (mm) - - 530-1500 530-1500 600-2000 600-2000 600-2500
Crane capability (T) 25 35 50 50 70 70 80
(Sumber: https://gtmid.com/product/electric-vibratory-hammer-cev/ )

Manual Produk – Spun Pile


61
6. Pemancangan

Detail Alat Vibratory and Sonic Power Driven Hammer

Note :
1. Alat Vibratory and Sonic Power Driven Hammer memiliki Surat Izin Alat (SIA).
2. Operator memiliki Surat Izin Operator (SIO) sesuai dengan kualifikasi dan masih berlaku.
3. Alat Vibratory and Sonic Power Driven Hammer dalam kondisi baik dan layak digunakan.
4. Landasan dari alat harus stabil dan kuat menopang beban.

Manual Produk – Spun Pile


62
6. Pemancangan

Instalasi Tiang Pancang (Vibratory and Sonic Power Driven Hammer)

1 2

Patok

Tandai titik yang akan dipancang menggunakan Mobilisasi alat Vibratory and Sonic Power Driven
patok/marking Hammer dan spun pile ke lokasi

Note :
1. Alat Vibratory and Sonic Power Driven Hammer memiliki Surat Izin Alat (SIA).
2. Operator memiliki Surat Izin Operator (SIO) sesuai dengan kualifikasi dan masih berlaku.
3. Alat Vibratory and Sonic Power Driven Hammer dalam kondisi baik dan layak digunakan.
4. Landasan dari alat harus stabil dan kuat menopang beban.
5. Pemancangan dapat dilakukan ketika kekuatan tiang pancang sudah mencapai minimal 85% dari fc’

Manual Produk – Spun Pile


63
6. Pemancangan

Instalasi Tiang Pancang (Vibratory and Sonic Power Driven Hammer)

Marking titik handling

Sling diikat pada marking penegakan tiang

Note :
1. Titik angkat produk (B) dapat dilihat pada table dibawah.
2. Proses pengangakatan produk dilakukan secara perlahan, untuk menghindari
terjadinya gesekan atau beban kejut yang besar.
3. Bahan marking menggunakan bahan yang tidak mudah luntur dan dapat terlihat
dengan jelas.

L (m) 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
B (m) 1,8 2,1 2,4 2,7 3 3,3 3,6 3,9 4,2 4,5 4,8 5,1 5,4 5,7 6 6,3 6,6 6,9 7,2

Manual Produk – Spun Pile


64
6. Pemancangan

Instalasi Tiang Pancang (Vibratory and Sonic Power Driven Hammer)

Pengecekan vertikalitas tiang

Note :
1. Alat Alat Vibratory and Sonic Power Driven Hammer memiliki Surat Izin Alat (SIA).
2. Operator memiliki Surat Izin Operator (SIO) sesuai dengan kualifikasi dan masih berlaku.
3. Alat Alat Vibratory and Sonic Power Driven Hammer dalam kondisi baik dan layak digunakan.
4. Sling angkat yang digunakan tidak berkarat. Nilai faktor keamanan sling angkat > 3 terhadap beban.
5. Area sekitar yang terdampak pada manuver pengangkatan/pemancangan dan beresiko tinggi saat
terjadi harus bebas dari orang yang tidak berkepentingan terhadap operasi alat.
6. Landasan alat Alat Vibratory and Sonic Power Driven Hammer harus stabil dan kuat menopang beban.
7. Pemancangan dapat dilakukan ketika kekuatan tiang pancang sudah mencapai minimal 85% dari fc’

Manual Produk – Spun Pile


65
6. Pemancangan

C. Instalasi Tiang Pancang dengan Metode Inner Boring


Persyaratan Alat

Note :
1. Alat tripod crane dan service crane memiliki dokumen SIA.
2. Alat tripod crane dan service crane dalam kondisi baik dan layak
digunakan.
3. Landasan alat tripod crane dan service crane harus stabil dan kuat
menopang beban crane saat proses pengangkatan dan penekanan
tiang pancang.
4. Operator alat memiliki SIO dan jenis kualifikasi yang masih berlaku.
5. Sling angkat yang digunakan tidak berkarat dan tidak rantas. Dengan
factor keamanan sling angkat > 3 terhadap beban.
6. Motor auger dan pompa grouting berfungsi dengan baik. Alat auger,
screw, socket screw harus lurus dan jumlah cukup mencapai kedalaman
peneltrasi tiang.
7. Kondisi socket tidak aus, terkoneksi dengan baik dan seal socket tidak
bocor.
8. Dril bit (mata bor) terpasang dengan benar, serta kondisi fisik dril bit
tidak bengkok, patah dan tidak aus.
9. Bagian expansion wing berfungsi baik (membuka dan menutup
sempurna) dan tidak ada kebocoran oli hidrolik pengerak.
10. Lubang penyemprot grouting pada Bagian bawah dril bit tidak
mampat/tersumbat dan one way valve (katup satu arah) berfungsi.
11. Aksesoris hose grouting tidak bocor/getas dan memiliki Panjang minimal
100m dengan ukuran diameter 2 inch.

Manual Produk – Spun Pile


66
6. Pemancangan

C. Instalasi Tiang Pancang dengan Metode Inner Boring


Persyaratan Pelaksanaan Piling Sequence
Note :
1. Aspek geoteknik, profil tanah rencana titik pancang sudah teridentifikasi dari 1 2
hasil uji geoteknik untuk menentukan kedalaman tiang pancang.
2. Aspek material tiang pancang:
• Tiang pancang sesuai dimensi, Panjang, spesifikasi tiang.
• Toleransi tebal badan tiang maksimal ±20mm.
• Aksesoris friction cutter terpasang dengan tebal standar 12mm untuk
mengatasi kondisi tanah N-SPT>30.
3. Pastikan tiang pancang dalam posisi tegak lurus (vertical) setelah auger dan
screw dimasukan kedalam badan tiang pancang.
4. Saat pengeboran lalukan monitoring dan pencatatan nilai ampere meter
motor auger sebagai indicator tahanan tanah. Data ini sebagai acuan yang harus
dikorelasi dengan data N-SPT tanah terdekat.
5. Bersihkan lumpur yang menempel pada screw dengan cara disemport air yang
bertekanan.
6. Tiang disambung dengan pengelasan penuh pada grooving/celah antar pelat
sambung.
7. Kondisi tiang sambungan cosentris terhadap tiang yang akan disambung.
8. Pekerjaan pengeboran dihentikan setelah proses grouting sement milk pada
bagian ujung bawah tiang sempurna di kedalaman elevasi yang direncanakan.
9. Persyaratan grouting cement milk memiliki kekuatan minimal 15 Mpa dengan
rasio air terhadap semen W/C = 0.6
10. Aksesoris Auger dilepas setelah tiang pancang ditahan dengan klem
penggantung.
11. Klem penggantung dilepas setelah umur grouting mencapai minimal 2jam (set-
up).

Manual Produk – Spun Pile


67
6. Pemancangan

C. Instalasi Tiang Pancang dengan Metode Inner Boring


Piling Sequence

3 4 5 6 7

Manual Produk – Spun Pile


68
6. Pemancangan

D. Pengangkatan tiang pancang


I. Pengangkatan yang diperbolehkan

Note :
1. Titik angkat produk (B) dapat dilihat pada table dibawah.
2. Proses pengangakatan produk dilakukan secara
perlahan, untuk menghindari terjadinya gesekan atau
beban kejut yang besar.
3. Gunakan alat angkat yang sesuai dengan syarat
pengangkatan yang sudah dijelaskan (lihat Bagian 1)

L (m) 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
B (m) 1,8 2,1 2,4 2,7 3 3,3 3,6 3,9 4,2 4,5 4,8 5,1 5,4 5,7 6 6,3 6,6 6,9 7,2

69
6. Pemancangan

E. Positioning Tiang Pancang


I. Pemancangan Tegak di Darat II. Pemancangan Bersudut di Darat

As Hammer dengan As Hammer dengan


As produk segaris As produk segaris

As Produk sejajar As Produk sejajar


dengan as leader dengan as leader

Note :
1. Pastikan bahwa as produk segaris dengan as hammer
dan sejajar dengan as leader
2. Pastikan bahwa sudut pemancangan yang diinginkan
sudah sesuai
3. Pastika sudut pemancangan yang diinginkan telah
tercapai
70
6. Pemancangan

E. Positioning Tiang Pancang


III. Pemancangan Tegak di Laut/Sungai
Note :
1. Jangkarkan ponton/tongkang minimal pada 4 titik
2. Pastikan bahwa as produk segaris dengan as hammer
dan sejajar dengan as leader
3. Pastikan bahwa sudut pemancangan yang diinginkan
sudah sesuai
4. Posisikan Crane pada sumbu ponton/tongkang, untuk
menjaga keseimbangan ponton/tongkang

As Hammer dengan
As produk segaris
Di Jangkar Pada 4 Sisi As Produk sejajar
dengan as leader

71
6. Pemancangan

C. Positioning Tiang Pancang


IV. Pemancangan yang Salah

Berpotensi mengalamir retak

As tiang pancang tidak segaris


dengan Hammer

72
6. Pemancangan

E. Positioning Tiang Pancang


V. Pengarahan kelurusan

Note :
1. Sumbu tiang pancang harus segaris dengan hammer
dan Leader
2. Operator teodolith hanya mengarahkan kelurusan tiang
pancang saat sebelum penetrasi
3. Digunakan 2 teodolith untuk mengukur kelurusan tiang.
Jika digunakan 1 teodolith, maka perlu di-backup dengan
1 unting-unting pada sisi lainya
4. Posisi antara operator teodolith 1 dan teodolith 2 saling
tegak lurus

73
6. Pemancangan

F. Pile Cushion

Pile Helmet

Pile Cushion

Note :
1. Gunakan Plywood / hardwood / komposit antara plywood
dan hardwood untuk material pile cushion
2. Jika pile cushion terbakar / membara / terkompresi
hingga menjadi ½ tebal awal, maka pile cushion harus
diganti

Tabel tebal pile cushion :


Tebal Pile
Diameter
Pile Cushion
(mm) (cm)
≤400 10
>400 15

74
6. Pemancangan

G. Perhitungan Nilai Tahanan Tiang Pancang


Daya Dukung Tiang Pancang dari Hasil SPT (Meyerhof, 1976)

▪ Qult = 40 . Np . Ap + 0,2 . Nav . As


▪ Qall = (Qult – Wpile) / SF

Dimana :
Qult : ( ton ) ; Qd = Qult / SF ;SF = 2 - 3
Ap : luas penampang dasar tiang ( m2 ) (1/4.π.D2.)
Np : nilai N di dasar tiang (t/m2)
As : luas selimut tiang (m2) (π.D. Kedalaman)
Nav : nilai rata-rata N sepanjang tiang (t/m2)
Wpile : berat pondasi tiang (ton)

75
6. Pemancangan

G. Perhitungan Nilai Tahanan Tiang Pancang


Daya dukung tiang pancang dapat digunakan persamaan Hilley yang termodifikasi :

Manual Produk – Spun Pile


76
6. Pemancangan

G. Perhitungan Nilai Tahanan Tiang Pancang

Manual Produk – Spun Pile


77
6. Pemancangan

G. Perhitungan Nilai Tahanan Tiang Pancang

Manual Produk – Spun Pile


78
6. Pemancangan

G. Perhitungan Nilai Tahanan Tiang Pancang


Analisa Rencana Daya Dukung Tanah Statik Tiang Pancang Berdasarkan Data NSPT

79
6. Pemancangan

G. Perhitungan Nilai Tahanan Tiang Pancang


Data NSPT Kumulatif Nilai Nspt
diketahui x L (Effective Depth)

Qb = 40*Nb*Ab ;
Ab = luas penampang
spun pile

Rumus :
Qall = ((Qs + Qb) – Wpile) / SF ;
Qs = tahanan selimut ;
Qb = tahanan ujung ;
SF diambil 3
Keterangan :
• Qs = qs . Nrerata . As ; qs =
0,2 ; As = Luas keliling tiang
• Qb = 40 . Nb . Ab ; Nb = N
spt pada kedalaman tertentu ;
Ab = Luas penampang spun
Qs = qs*Nrerata*As ; pile
qs = 0,2 (u spun pile) ; As =
• Wpile = berat tiang (ton)
luas keliling spun pile

80
6. Pemancangan

Tabel 1 Nilai ef Tabel 2 Nilai C1


Jenis Palu Efisiensi (ef) C1 (mm)
Tegangan pemancangan pada kepala
Palu jatuh 0,75 - 1,00 Bahan
tiang pancang
Palu single acting 0,75 - 0,85 3,5 MPa 7,0 MPa 10,5 MPa 14,0 MPa
Palu double acting 0,85 Tiang atau pipa baja
Palu diesel 0,85 - 1,00 - Langsung pada kepa tiang 0 0 0 0
- Langsung pada kepala tiang kayu 1 1 3 5
Tiang pancang beton pracetak dengan topi
3 6 9 12,5
setebal (75 - 100 mm)
Topi baja yang mengandung kayu untuk tiang
1 2 3 4
baja H atau tiang baja pipa
Cap Block terdiri dari 5 mm bahan fiber di
0,5 1 1,5 2
antara dua plat baja 10 mm

Tabel 3 Koefisien restitusi Tabel 4 Nilai C2 dan C3


Medium Very hard
Material n Tekanan Material Easy driving Hard driving
driving driving
Tiang pancang kayu 0,25
Tiang kayu
Bantalan kayu diatas tiang pancang baja 0,32 0,33 L 0,67 L 1,0L 1,3 L
(E = 10 kN/mm2)
Bantalan kayu pada tiang pancang baja 0,4 Panjang Tiang beton pracetak
Tiang pancang baja tanpa bantalan kayu / tiang, c2 (E = 14 kN/mm2) 0,25 L 0,5 L 0,75 L 1,0 L
tiang beton dengan bantalan 0,5 Tiang baja
Palu besi cor diatas tiang pancang beton 0,25 L 0,5 L 0,75 L 1,0 L
(E = 200 kN/mm2)
tanpa topi 0,4 Tanah disekitar tiang dan
Gempa, c3 1,3 1,3 - 2,5 3,8 - 6, 1,3 - 3,8
di bawah tiang
CATATAN
L adalah panjang tiang pancang (m)

81
6. Pemancangan

Contoh perhitungan
Diketahui spesifikasi alat diesel hammer :
Berat Piston (W) = 1.247,3 kg
Ketinggian jatuh maks (H) = 2,5 m Grafik Kalendering :
Berat topi tiang = 1220,16 kg

Berat tiang :
Spun Pile D600, L 10 m = 3.930 kg

Dari hasil kalendering diperoleh s = 3 mm/ pukulan S= 3 mm

Diasumsikan tegangan pemancangan kepala tiang pancang = 7,0 Mpa ( Medium Driving)

Solusi :
𝑒𝑓 𝑊𝐻 𝑊 + 𝑛2 𝑊𝑝
C1 = 6 mm 𝑃𝑢 = 𝑋
𝑆 + (𝑐1 + 𝑐2 + 𝑐3 )/2 𝑊 + 𝑊𝑝
C2 = 0,5 X 10 m = 5 mm
C3, diambil 2,5 mm 0,9. 1247,3 . 2,5 1247,3 + 0,52 3930
Ef = 0,9 𝑃𝑢 = 𝑥
0,003 + (0,006 + 0,005 + 0,0025)/2 1247,3 + 3930
n = 0,5 (asumsi digunakan cushion)
𝑃𝑢 = 123.968,52 𝑘𝑔 = 123.9 𝑇𝑜𝑛
𝑃𝑢
𝑃𝑎 = = 41.322,84 = 41.32 𝑇𝑜𝑛
3

82
6. Pemancangan

F. Pemberhentian pemancangan
Pemberhentian pemancangan dilakukan apabila penetrasi pada final set telah tercapai (dilihat dari data
kalendering). Penetrasi pada final set dapat diperkirakan dengan menginvers persamaan dinamis hilley dan
mengganti nilai Pa dengan nilai kapasitas dukung tiang rencana.

83
6. Pemancangan

G. Penyambungan tiang dengan pengelasan


I. Persiapan Alat Las II. Persiapan Elektroda / Kawast Las (LB) :
a. Arus Listrik AC (Alternative current) a. Kelas E 6013 (AWS Standard)
b. Tegangan 220 Volt – 380 Volt b. Diameter 3,2 mm dan 4 mm
c. Kuat Arus 300 Ampre
Badan pile

Join Plate rata

Las

Note :
Inverter 1. Pelat Sambung harus bersih dari debu, lumpur, kotoran
dan bebas karat
Menggunakan 2. Posisi Tiang Harus lurus segaris, dan harus menempel
sempurna (rata)
APD
3. Pekerja diwajibkan menggunakan alat pelindung diri
Sambungan yang sesuai
Lurus
84
6. Pemancangan

1. Persiapan peralatan yang digunakan : Mesin las 4. Pembersihan kerak las


listrik, kawat baja, kacamata las, sarung tabngan,
kabel, martil lancip

2. Penangkatan tiang pancang segmen berikutnya,


tiang upper tetap dipegan oleh crane

5. Dilkukan pengecatan pada las


menggunakan cat meni atau
pelapis anti karat lainya

3. Pelaksanaan pengelasan (dua lapis)

85
6. Pemancangan

Contoh-contoh posisi pengelasan pada tiang pancang yang


mungkin terjadi. Diperlukan persyaratan kualifikasi Welder
(minimum) untuk pengelasan di lapangan
WPS Qualification
150
Qualification Test Production Pipe Welding Qualified
Butt Groove
Weld Type Posisitions
CJP
150
1 G Rotated F
CJP Groove 2G F, H
1 G (Tiang Pancang Diputar 5G F, H, OH

CJP : Complete Joint Penetration


150
F : Flat
H : Horisontal
OH : Overhead
150
Sumber : American Welding Sociiety
5 G (Tiang Pancang Tidak Diputar)

150 150

2G

86
6. Pemancangan

H. Pemotongan Tiang Pancang

I. Prosedur Pemotongan

Bagian yang
dipotong

Panjang Stek
a. Potong bagian atas b. Lakukan pengikisan
dengan menggunakan beton pada cutoff level
Tanda Cutoff Level
gurinda atau alat yang hingga PCBar terlihat
sesuai

c. Beton dikikis habis hingga panjang


stek PCBar yang direncanakan, dan
bersihkan sisa potongan

Note : Untuk sisa pemotongan yang tinggi, digunakan


bantuan crane untuk memegang sisa potongan
87
6. Pemancangan

I. Permasalahan saat pemancangan


1. Pecah Atas 2. Pecah Badan

Identifikasi Penyebab : Identifikasi Penyebab :


1. Over Axial Force – Over driving 1. Over Axial Force – Over driving
2. Eksentrisitas Axial Force – tiang pancang miring, 2. Over Combine shear moment & Axial – Saat
cushion tidak rata, tidak elastis, berubah bentuk pemancangan + dorong

Langkah Korektif : Langkah Korektif :


Pemancangan dihentikan, perbaikan tiang pancang (sesuai 1. Jika posisi pecah di kedalaman < -1 m’, tanah digali,
metode perbaikan) potong tiang pancang yang pech dilanjutkan perbaikan
tiang pancang
Langkah Preventif : 2. Jika posisi pecah di kedalaman < -2 m’, titik pancang
1. Hentikan pemancangan apabila penetrasi pada final set tidak dipakai
telah tecapai 3. Jika posisi pecah di atas tanah, potong bagian yang
2. Pastikan bahwa as hammer sudah segaris dengan as rusak dilanjutkan perbaikan tiang pancang
pile, untuk meminimalisir momen akibat eksentrisitas
Langkah Preventif
1. Hentikan pemancangan apabila penetrasi pada final set
telah tecapai
2. Pastikan bahwa as hammer sudah segaris dengan as
pile, untuk meminimalisir momen akibat eksentrisitas

88
6. Pemancangan

I. Permasalahan saat pemancangan


3. Pecah Sepatu 4. Retak Badan Memanjang

Identifikasi Penyebab : Identifikasi Penyebab :


Over Axial Force – Over driving Over Axial Force – Over driving
Eksentrisitas Axial Force – tiang pancang miring, cushion
tidak rata, tidak elastis, berubah bentuk Langkah Korektif :
Pemancangan dihentikan, perbaikan tiang pancang (sesuai
Langkah Korektif : metode perbaikan)
Pemancangan dihentikan, perbaikan tiang pancang (sesuai
metode perbaikan) Langkah Preventif :
Hentikan pemancangan apabila penetrasi pada final set
Langkah Preventif : telah tecapai
Hentikan pemancangan apabila penetrasi pada final set
telah tecapai

89
6. Pemancangan

I. Permasalahan saat pemancangan


5. Retak Badan Melintang 6. Retak Kepala

Identifikasi Penyebab : Identifikasi Penyebab :


Over Combine Shear Moment & Axial : saat pemancangan Over Axial Force – Over Driving
+ dorong, handling
Langkah Korektif :
Langkah Korektif : Diperbaiki sesuai Metode Perbaikan
1. Jika posisi pecah di kedalaman < -1 m’, tanah digali,
potong tiang pancang yang pech dilanjutkan perbaikan Langkah Preventif :
tiang pancang 1. Pastikan bahwa as tiang pancang segaris dengan as
2. Jika posisi pecah di kedalaman < -2 m’, titik pancang hammer
tidak dipakai 2. Hentikan pemancangan apabila penetrasi pada final set
3. Jika posisi pecah di atas tanah, potong bagian yang telah tecapai
rusak dilanjutkan perbaikan tiang pancang

Langkah Preventif :
1. Pastikan bahwa as tiang pancang segaris dengan as
hammer
2. Hentikan pemancangan apabila penetrasi pada final set
telah tecapai

90
6. Pemancangan

I. Permasalahan saat pemancangan


7. Patah

Identifikasi Penyebab :
Over Momen : Tiang mengalami benturan saat pemancangan,
Eksentrisitas ekstrem pada tiang pancang (Momen melebihi Mult)

Langkah Korektif :
Pemancangan dihentikan, perbaikan tiang pancang (Sesuai metode
perbaikan)

Langkah Preventif :
1. Pastikan bahwa as tiang pancang segaris dengan as hammer
2. Perhatikan dengan cermat posisi sling pengikat saat handling
pemancangan.

91
6. Pemancangan

J. Perbaikan Tiang Pancang Menggunakan Pelat Sambung


I. Persiapan Pekerjaan Kepala Tiang

Persiapkan bahan - bahan yang akan digunakan untuk perbaikan kepala tiang menggunakan pelat sambung (joint plate) produk spun
pile, antara lain:

a. Pelat sambung (joint plate) yang sudah dirangkai dengan tulangan b. Material grouting tipe Non-Shrink Cementitious Grout
(Contoh Sikagrout 215M atau sejenis, syarat kuat
tekan lebih besar dari kuat tekan beton spun pile)
yang telah diuji di laboratorium.
c. Material perekat (antara beton lama dan grouting
baru) tipe water resistant bonding agent dan mortar
admixture
d. Spiral wire
e. Kawat las
f. Papan sekat, multiplex

D a b c d e f Tulangan Spiral
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) Jumlah Panjang Berat Ø Spiral Panjang Berat
(mm) (mm) (Kg) (mm) (mm) (Kg)
300 400 50 70 100 105 90 6Ø10 815 3,01 3,20 6000 0,379
350 475 50 70 100 110 95 6Ø10 900 3,33 3,20 6500 0,410
400 550 60 80 150 115 95 6Ø10 1000 3,70 3,20 7000 0,442
450 625 60 80 170 120 100 6D13 1085 6,78 3,20 7500 0,474
500 700 60 80 180 145 120 6D13 1205 7,53 4,00 8150 0,515
600 850 80 90 240 170 140 8D13 1430 11,92 4,00 9200 0,581
800 1150 80 90 360 200 160 8D13 1780 14,84 5,00 9200 0,581
1000 1450 80 90 500 220 180 10D13 2120 22,09 5,00 9200 0,581
1200 1750 80 90 650 250 200 12D13 2470 30,88 5,00 9200 0,581

92
6. Pemancangan

J. Perbaikan Tiang Pancang Menggunakan Pelat Sambung


II. Langkah Kerja Perbaikan Kepala Tiang
2. Secara bertahap beton dipotongan dan dipecah sampai mencapai
stek yang disyaratkan

D b d L
(mm) (mm) (mm) (mm)
300 60 180 650
350 65 220 725
Tiang pancang retak/patah 400 75 250 800
450 80 280 875
500 90 320 950
600 100 400 1100
800 120 560 1400
1000 140 720 1700
1. Potong penampang beton dengan menggunakan pahat baja atau 1200 150 900 2000
gerindra pada sekeliling sampai posisi besi prestress (pc bar).
3. Potong besi prestress (pcengan menyisakan stek pc bar sepanjang
minimal 200 mm
4. Chipping permukaan dalam beton
5. Bersihkan permukaan beton yang telah dichipping menggunakan
sikat kawat
6. Oleskan material perekat pada permukaan dalam beton secara
merata
7. Pasang penyekat / bekisting dengan baik dan benar sehingga tidak
terdapat lubang yang dapat menyebabkan kebocoran bar)
menggunakan gerinda (gergaji besi)

93
6. Pemancangan

J. Perbaikan Tiang Pancang Menggunakan Pelat Sambung


II. Langkah Kerja Perbaikan Kepala Tiang 11. Lakukan pengecoran dengan material grouting.

8. Pasang rangkaian pelat sambung (joint plate) pada posisi yang benar
dengan waterpass, dimana besi prestress (pc bar) masuk pada lubang
pelat sambung (joint plate)

12. Pembuatan benda uji kubus uk. 5x5x5 cm yang dilakukan pada
umur 1 hari, 3 hari dan 7 hari dengan total benda uji yang
dibuat sebanyak 6 buah.

9. Lakukan pengelasan antara besi prestress (pc bar) dengan pelat


sambung (joint plate)
10. Pastikan bahwa pelat sambung (joint plate) siap dilakukan grouting

13. Buka cetakan setelah grouting mengeras


14. Tiang pancang siap dipasang setelah grouting mencapai mutu
rencana

94
6. Pemancangan

J. Perbaikan Tiang Pancang Menggunakan Kepala Masif


I. Persiapan Pekerjaan
Persiapkan bahan bahan yang akan digunakan untuk perbaikan kepala tiang kepala masif produk tiang pancang bulat, antara lain:

a. Rangka kepala masif yang sudah dirangkai dengan tulangan


b. Material grouting tipe Non-Shrink
Cementitious Grout (Contoh Sikagrout
215M atau sejenis, syarat kuat tekan lebih
besar dari kuat tekan beton spun pile) yang
telah diuji di laboratorium.
c. Material perekat (antara beton lama dan
grouting baru) tipe water resistant bonding
agent dan mortar admixture
d. Spiral wire
e. Kawat las
f. Papan sekat, multiplex

95
6. Pemancangan

J. Perbaikan Tiang Pancang Menggunakan Kepala Masif


II. Langkah Kerja
2. Secara bertahap beton dipotongan dan dipecah sampai
mencapai stek yang disyaratkan

Tiang pancang retak/patah

1. Potong penampang beton dengan menggunakan pahat baja atau


gerindra pada sekeliling sampai posisi besi prestress (pc bar).

3. Potong besi prestress (pc bar) menggunakan gerinda


(gergaji besi)
4. Chipping permukaan dalam beton
5. Bersihkan permukaan beton yang telah dichipping
menggunakan sikat kawat
6. Oleskan material perekat pada permukaan dalam beton
secara merata
7. Pasang penyekat / bekisting dengan baik dan benar
sehingga tidak terdapat lubang yang dapat menyebabkan
kebocoran.

96
6. Pemancangan

J. Perbaikan Tiang Pancang Menggunakan Kepala Masif


II. Langkah Kerja

8. Pasang rangka kepala masif pada posisi yang benar


9. Ikat besi prestress (pc bar) dan tulangan rangka masif yang telah dililitkan dengan spiral menggunakan kawat bendrat.
10. Pasang cetakan hingga rangka kepala masif dan permukaan badan tiang pancang bulat tertutup rapat
11. Ukur kerataan bibir cetakan menggunakan waterpass
12. Lakukan pengecoran dengan material grouting
13. Pembuatan benda uji kubus uk. 5x5x5 cm yang dilakukan pada umur 1 hari, 3 hari dan 7 hari dengan total benda uji yang
dibuat sebanyak 6 buah.

14. Buka cetakan setelah grouting mengeras


15. Tiang pancang siap dipasang setelah grouting mencapai mutu rencana

97
LAMPIRAN

Isyarat Rigger R

Berhenti Berhenti Karena Naikan Beban Angkat Boom Putar Takel Perpendek Boom
Kondisi darurat (Telescopic Crane)

Naikan Boom dan Pekerjaan berhenti Turunkan Beban Turunkan Boom Geser Takel Perpanjang Boom
Turunkan Beban (Telescopic Crane)

Turunkan Boom dan Menaikan/ Gunakan Geser Crane Geser Crane Trolley travel
Naikan Beban Menurunkan Auxiliary hoist/ 2-Track 1-Track
Beban perlahan Whipline (Crawler Crane) (Crawler Crane)

Sumber : Osha.gov

98
Dedication for Movement

Utamakan Keselamatan Kerja

Manual Produk – Spun Pile

Anda mungkin juga menyukai