Anda di halaman 1dari 2

NAMA : SERLI BIN YUSTIN

NIM : 210901501074

KASUS PELANGGARAN LAPORAN KEUANGAN PT.


GARUDA PADA TAHUN 2018
Sebagai maskapai nasional, Garuda Indonesia saat ini melayani lebih
dari 60 destinasi di seluruh dunia serta berbagai lokasi eksotis di Indonesia.
Dalam rangka memberikan layanan penerbangan full service, Garuda
Indonesia mengusung konsep “Garuda Indonesia experience” di semua touch
point layanan penerbangan yang mengadaptasi nuansa Indonesia Hospital
dengan menghadirkan keramahan negara dan budaya yang kaya.
Garuda Indonesia pada 2019 dikenakan sanksi oleh lembaga keuangan
pemerintah dan non-pemerintah pasalnya dalam laporan keuangan Garuda
ditemukan kejanggalan, semua berawal dari hasil laporan keuangan Garuda
Indonesia untuk tahun buku 2018, dalam laporan keuangan tersebut Garuda
Indonesia Group membukukan laba bersih seangka ini melonjak tajam
dibanding 2017 yang menderita rugi 216,5 juta us dolar. Namun, laporan
keuangan tersebut menimbulkan polemik dua komisaris PT Garuda Indonesia
yang menemukan kejanggalan dalam pembukuan keuangan 2018. Terdapat
beberapa pos keuangan yang pencatatannya tidak sesuai standar akuntansi
yang membuat kinerja Garuda Indonesia untung pada 2018 padahal
seharusnya merugi. Dalam dokumen yang didapat oleh awak media tertulis
bawah dua komisaris ini yaitu Chairul Tanjung dan Dony oskaria, keduanya
merupakan perwakilan dari PT Trans Airways pemegang saham Garuda
Indonesia dengan kepemilikan sebesar 25,61% cerita kejanggalan tersebut
bermula dari kerjasama itu dilakukan antara PT mahata Aero teknologi dan
PT Citilink Indonesia penyediaan koneksi wi-fi di armada pesawat,
kerjasama tersebut kemudian diperluas ke Garuda group yang juga mengikuti
Sriwijaya Air dari situ Garuda akan mendapatkan pembayaran dari mahata
Aero teknologi sebesar 3,5 miliar. Namun, belum ada pembayaran masuk
dari Mahata Aero Technology hingga akhir 2018, padahal Garuda Indonesia
telah mengakuinya sebagai pendapatan tahun lalu, dari pihak Trans Airways
berpendapat angka ini terlalu signifikan hingga mempengaruhi neraca
keuangan Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerjasama tersebut belum
masuk sebagai pendapatan perusahaan sebenarnya masih merugi sebesar 3,5
miliar pasalnya Garuda Indonesia memasukkan keuntungan dari PT mahata
Aero teknologi yang memiliki utang kepada maskapai berpelat merah
tersebut.
PT mahata Aero teknologi sendiri yang memiliki utang terkait
permasalahan wi-fi yang belum dibayarkan sebesar 11,33 miliar, dua
komisaris ini berpendapat dampak dari pengakuan pendapatan Ini
menimbulkan keracuan yang menyesatkan, isunya posisi keuangan Garuda
Indonesia telah bergeser drastis dari rugi menjadi untung. Bukan hanya itu,
rekor ini menambah beban keuangan Garuda Indonesia dalam membayar
PPH dan PPN padahal beban itu seharusnya belum menjadi kewajiban
karena pembayaran dari kerjasama dengan Mahata belum masuk ke kantor
perusahaan. Seperti diketahui Kementerian OJK dan BEI kompak
memberikan sanksi atas laporan keuangan Garuda Indonesia tahun buku
2018 yang dinilai melanggar ketentuan dari standar akuntansi yang ada,
untuk itu setelah melakukan konsultasi panjang dengan lembaga memayungi
akuntan public OJK dan berusaha meminta manajemen perusahaan untuk
menyatakan kembali laporan keuangannya, tidak hanya untuk laporan
keuangan periode yang berakhir pada Desember 2018, namun juga untuk
laporan keuangan intern Maret 2019. Sanksi tersebut dikenakan setelah
Garuda mencatat piutang dari PT mahata untuk menyediakan teknologi wi-fi
sebagai pendapatan padahal kontrak tersebut berdurasi lama dan ini menjadi
pertanyaan sebagai sebagian besar kalangan, tak hanya saksi administrasi
OJK juga mengenakan denda berlipat kepada direksi dan komisaris
perusahaan, sanksi diberikan setelah kedua instansi tersebut memeriksa
auditor terkait permasalahan laporan keuangan Garuda Indonesia tahun buku
2018. khususnya pengakuan pendapatan atas perjanjian kerjasama dengan PT
mahata Aero teknologi yang diindikasikan tidak sesuai dengan standar
akuntansi. Sekedar informasi akibat laporan tersebut Garuda
Indonesia dikenakan denda yang nominalnya mencapai 1,25 miliar dengan
tersebut terdiri dari 800 juta yang dibebankan kepada 8 reaksi,100 juta
kepada Dewan komisaris, 100 juta denda dengan kepada maskapai dan
tambahan denda 250 juta dari Bursa Efek Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai