I. Penyambutan (Seluruh peserta ada di depan Gereja GKPM Jemaat Mandiri Pniel)
C. Prosesi (Peserta memasuki gedung gereja, diiringi lagu: “Polak Oinan ka Sita” oleh Pdt.
Hadi Ismail Tasilipet, STh, MSn) (5’)
Liturgos : Pdt. Resni Saleleubaja
II. IBADAH (60’)
(P: Pemimpin J: Jemaat)
1. Bernyanyi Kidung Keesaan No. 599: 1, 3 “Kita Satu di dalam Tuhan” (2’)
Kita satu di dalam Tuhan, satu G’reja yang esa
Marilah bertolong-tolongan, kau dan aku, s’muanya. (2 x)
P+J :Amen
P : Tuhanlah yang menyatakan: Hendaklah terang yang menerangi gelap dan Dialah yang
menerangi hati kita untuk menyatakan kemuliaan Tuhan yang nyata di hadapan Kristus.
Haleluya….
P : Ya Tuhan yang Mahakuasa, Bapa yang kekal. Engkau senantiasa mengaruniakan segala
kebaikan kepada kami pada hari-hari yang telah kami lalui, bahkan hingga saat ini, kami
bisa berkumpul bersama di sini, di Mentawai, dari berbagai daerah lainnya, karena kasih
dan kebaikan Tuhan semata. Bukan karena, kami hebat, atau kami baik, atau kami sudah
menjadi penurut akan kehendakMu, bahkan kami adalah para pendosa yang sering
menganggap enteng segala hukum -Mu. Saat ini kami ingin mengaku dosa kami di
hadapanMu, kami mohon sucikan hati kami dan ampunilah kami, di dalam nama AnakMu,
Yesus Kristus Tuhan kami. Amin
P : Firman ini adalah benar dan layak diterima. Kristus Yesus datang ke dunia ini untuk
membebaskan kita dari dosa.
3. Bernyanyi Kidung Keesaan No. 469 : 1+3 “Tuhan Pencipta Semesta” (Ditambah
Bahasa Mentawai) (2’)
9. Bernyanyi Kidung Keesaan No. 426 : 1 “Maha Kasih Yang Ilahi” (1’)
Mahakasih yang ilahi, nikmat sorga, turunlah
mendiami hati kami; Kau mahkota kurnia.
Yesus, Kau berlimpah rahmat, Sumber kasih yang besar!
Datanglah membawa s’lamat bagi kami yang gentar.
Bernyanyi Kidung Keesaan No. 380 1+3 “Di Sini Aku Bawa, Tuhan”
J : Amin.
Kami menghantarkan segala hormat dan puji dan kemuliaan hanya bagi Tuhan, Sang
Khalik semesta.
J : Terpujilah Dia, yang olehNya, kitapun menjadi saksi bagi dunia ini, melalui kehadiran
kita, pemikiran kita dan seluruh gerak hidup kita, kini dan nanti.
J : Terpujilah Dia, Allah semesta; yang bagiNya, kita menaikkan pujian, kita bersyukur,
kita memohon, kita diberkati sekarang hingga selamanya.
P+J : Amin
12. Bernyanyi Kidung Keesaan No. 473 : 1-2 “Yesus Engkau Tuhanku”
(2’)
PF : Semoga Tuhan damai sejahtera, Gembala Agung yaitu Yesus, Tuhan kita kiranya
memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan
mengajarkan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus.
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
Hening
Panggilan Beribadah
Bernyanyi Kidung Keesaan No 466 : 1+3 “Syukur PadaMu Ya Allah”
Doa
Simbol Kultural dalam budaya Mentawai: Uma (Rumah Besar: tempat berkumpul/keluarga
(klen/punen), pembinaan, menyelesaikan masalah, merancang masa depan)
Sasaran PA : berfokus pada masyarakat majemuk dengan simbol kuktural uma (rumah besar
adat mentawai) serta menekankan kebersamaan untuk komunitas yang adil damai dan penuh
kasih dengan melihat relevansi dari Yohanes 17, kesatuan relasional Allah Trinitas.
Panggilan Beribadah
P : Masuklah ke dalam “uma”, rumah besar tempat kita berkumpul, keluarga besar PGI
untuk saling menguatkan, saling belajar dan merancang masa depan yang lebih baik.
Mari langkahkan kaki menghadap Dia, Allah yang Esa dengan sukacita dalam
kebersamaan. Marilah berhimpun dan bersekutu, menyatukan hati dalam cinta kasih-
Nya. Nyanyilah dan agungkan nama-Nya, selama-lamanya.
Refrein:
Angkatlah hati jiwa, mohon rahmat berlimpah
Agar kita pun pantas, berkenan kepadaNya.
Refrein:
Angkatlah hati jiwa, mohon rahmat berlimpah
Agar kita pun pantas, berkenan kepadaNya.
Doa
P Allah Mahaesa, kami bersyukur atas anugerah yang Engkau nyatakan dalam kehidupan
kami.
J Kami bersyukur atas waktu yang memperjumpakan kami satu sama lain.
P Kami bersyukur atas tempat yang menyatukan kami dengan saudari/saudara kami.
J Kami bersyukur atas kesempatan kami bersama-sama melangkah untuk mewujudkan
kebaikan seluruh ciptaan.
P Kami bersyukur atas ibadah yang akan mengawali persidangan kami hari ini.
P+J Kiranya ibadah ini berkenan di hadapan-Mu. Amin.
Doa Syafaat
P Kami berdoa bagi kesatuan Gereja Kristen Protestan di Mentawai
J Ya Allah, kiranya Roh-Mu senantiasa menyatukan GerejaMu
P Kami berdoa bagi kesatuan gereja-gereja di Indonesia.
J Ya Allah, kiranya Roh-Mu senantiasa menyatukan GerejaMu.
P Kami berdoa bagi bangsa dan negara kami, Indonesia.
J Ya Allah, kiranya Roh-Mu senantiasa menyatukan bangsa kami
P Kami berdoa bagi saudari-saudara kami yang hidup di tengah perpecahan.
J Ya Allah, kiranya Roh-Mu mendamaikan umatMu
P Kami berdoa bagi setiap kami yang hidup di tengah keberagaman.
J Ya Allah, kiranya Roh-Mu senantiasa menyatukan kami umat-Mu.
P Allah Sang Cinta, ikatlah persekutuan kami dengan cinta kasih-Mu,
Agar kami tetap menyatu, berkarya bersama bagi bangsa dan dunia ini.
P+J Amin
Berkat
PF Kiranya Allah merangkul kita dengan tangan kasih-Nya
Kiranya Kristus menemani kita dan melangkah bersama-sama
Kiranya Roh Kudus menyatukan kita dengan kehangatan-Nya
Kiranya Allah Tritunggal Mahaesa memberkati kita,
hari ini, esok dan selama-lamanya.
Amin.
*************************************************************
Ibadah Senja (Hari Kedua)
Sabtu, 27 Januari 2024
Simbol Kultural: Suru’ (Taat dan jaga keseimbangan dengan sesama dan alam)
Lagu : Geri sou Sikerei (Gaby Sitompul)
Panggilan Beribadah
Doa
Doa Epiklese
Nyanyian Jemaat Kidung Keesaan 734 : 1- 4 “Tuhan Kau Telah Kurniakan Kami”
Bersama:
1. Tuhan, ‘Kau telah kurniakan kami alam ini dan seisinya
untuk kehidupan yang serasi, timbal balik saling memberi
Pria:
2. Oleh ulah yang tak terkendali, dan serakah yang memalukan;
alam dikeruk, terkuras habis, tak peduli hari esoknya.
Wanita:
3. Alam tidak lagi bersahabat, bangkitlah amarah, mendera.
O, gempa dan banjir maha dahsyat, disebarnya maut dan resah.
Bersama:
4. Alam raya, ‘Kaulah Penciptanya, ‘Kau menata indah berseri.
Tuhan, bangkitkan semangat kami; cinta Dikau, cinta karyaMu.
Jemaat: Amin
*******************************************************************
Visualisasi
Bait 4
Walau zaman menghanyutkan tiap hal di dunia, pengasihanMu,
ya Tuhan, untuk s'lama-lamanya! Di segala perubahan, dalam
duka apapun, dalam Kristus aku aman: kau menjadi Bapaku!
Doa Epiklese
Panggilan Beribadah
Doa Pembuka
Bahasa Mentawai
Berkat
PF Kiranya tangan Allah memeluk kita dengan kehangatan persaudaraan
Kiranya kebaikan yang diajarkan Kristus, Penebus kita, kita teruskan di dalam
kehidupanmu sehari-hari menjadi saudara bagi sesama
Kiranya cahaya Roh Kudus, menerangi langkahmu ke manapun dan di manapun kita
berkarya..
Kiranya Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus, memberkati kita senantiasa.
Amin
Ibadah Penutup (Hari Keempat)
Senin, 29 Januari 2024
Bapak dan Ibu terkasih, kita akan mengakhiri seluruh rangkaian acara persidangan MPL PGI
hari ini, dengan segala hormat dan puji, kita akan beribadah di hadapan Tuhan, mensyukuri
segala berkat yang dianugerahkan-Nya bagi kita. Kami, dengan apa yang ada pada kami, suka-
duka, derita dan bahagia sudah kami perlihatkan bagi saudara/I kami yang terkasih. Kiranya
bapak dan ibu, kami terus didoakan, didukung, sehingga dalam keterbatasan yang kami punya,
Tuhan masih berkenan pakai, menjadi saksiNya memberitakan, menyaksikan dan memberkati
sesama.
Kami memiliki daun “ aileppet pueru” yang dipakai sebagai terapi alami untuk menyegarkan,
maka daun ini kami bagikan untuk menghilangkan rasa lelah, capek yang kita punya selama
ini, dan jika besok bapak ibu pulang, daun inilah yang menyimbolkan doa dan harapan kami,
dengan harapan yang besar bapak ibu sega, semangat, dan pulih karena Tuhan.
Kami, selalu menyebut diri kami dengan “Indonesia mini”, karena kami hidup di sini beragam,
meski tidak semua dapat kami tampilkan, namun mewakilinya : Mari bapak dan ibu kita
saksikan… sejenak…
(Tarian/turuk ….)
Ibadah
Saat Teduh
Votum-Doa
P : Ibadah untuk menutup seluruh rangkaian acara dan persidangan MPL PGI di Tuapeijat,
Mentawai ini, dimulai dan berlangsung di dalam nama Allah Bapa, AnakNya Tuhan Yesus
Kristus dan Roh Kudus.
J : Amin
P : Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku berharap; Tak berkesudahan
kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmatNya; selalu baru setiap pagi; besar
kesetiaanMu!
J : “Tuhan adalah bagianku”, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepadaNya.
P : Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepadaNya, bagi jiwa yang mencari Dia.
J : Adalah baik, menanti dengan diam pertolongan Tuhan.
P : Kita berdoa: Bapa kekasih jiwa kami, segala hormat, puji dan syukur, menjadi alasan
kami datang menghadap Engkau, sebab kasih dan rahmat-Mu, kami terus rasakan, sejak
mengawali acara ini, hingga akan menyudahinya. Tangan-Mu yang sangat lembut
menuntun kami, untuk dengan tepuk sorai datang setelah menyaksikan kehebatan kuasa
kasih Tuhan, karena jika bukan Tuhan yang melakukanNya, semua ini tidak akan terjadi.
Di penghujung acara ini, dengan gerakan kuasa Roh-Mu, kami dituntun masuk di
hadiratMu, dengan hati, pikiran dan hidup yang takluk, untuk Tuhan isi sehingga kami
memiliki energy yang besar mengaungkan, memuliakan dan melayaniMu sepanjang hidup
kami. Amin.
Persembahan Syukur
Bernyanyi Kidung Keesaan No. 735 : 1, 2 “Mari Kita Mewartakan”
SIDANG MPL-PGI
26-29 JANUARI 2024
RENCANA PETA JADWAL ACARA
SIDANG MAJELIS PEKERJA LENGKAP PGI 2024
Tema: “Aku Adalah yang Awal dan Yang Akhir” (Bdk Wahyu 22:12-13)
Subtema: “Bersama Seluruh Warga Bangsa, Gereja Memperkokoh NKRI yang Demokratis, Adil dan Sejahtera Bagi Semua Ciptaan
Berlandaskan Pancasila dan UUD 1945”
Pikiran Pokok: Spiritualitas Keugaharian:Membangun Kehidupan yang Demokratis dan Berkeadilan serta Politik yang Bermoral dan Beretika
Jam Hari pertama Hari Kedua Hari Ketiga Hari Keempat Hari Kelima
Jumat, 26 Januari 2024 Sabtu, 27 Januari 2024 Minggu, 28 Januari Senin, 29 Januari 2024 Selasa, 30 Januari 2024
2024
06.30-07.30 Sarapan Sarapan Sarapan Sarapan
08.00-09.00 Ibadah Pagi/PA Ibadah Pagi/PA
09.00-10.30 Sessi III Paripurna Sesi X Paripurna
Peserta Tiba Presentasi Hasil Sharing Wilayah Laporan Hasil Sidang Peserta Kembali ke tempat
Panitia/Seksi dan masing-masing
Ibadah Minggu / Pengambilan Keputusan
10.30-11.00 Snack Kunjungan Snack
Sessi IV Paripurna Sessi XI Paripurna
11.00-12.30 Diskusi Panel Pikiran Pokok Laporan Hasil Sidang
Moderator: Pdt. Lenta E. Panitia/Seksi dan
Simbolon Pengambilan Keputusan
Panelis: Rm A. Setyo Wibowo &
Pdt. Jimmy IM Sormin
12.30-14.00 Makan Siang Makan Siang Makan siang
14.00-15.30 Pembukaan Sidang (13.00- Sessi V Paripurna
15.30) : 1.Pengantar Ketua Umum
1.Ibadah Pembukaan 2.Laporan MPH Bag. Umum
2.Upacara Nasional 3.Laporan MPH Bag. Keuangan
3.Sambutan-sambutan 4.Informasi BPP
5. Pertimbangan MP Penutupan
15.30-16.00 Snack Snack Snack
16.00-17.30 Sessi 1 Paripurna Sessi VI Paripurna Sesi VIII (Paripurna dan (Ibadah dan Sambutan-
(16.30-18.00) Tanggapan terhadap Laporan Kelompok sambutan)
1.Roll Call MPH, Informasi BP dan
2.Pelantikan Angg MPL-PGI Pertimbangan MP 1.Pengantar Program
3.Peta Jadwal Acara
2.Sidang Panitia/Seksi
4.Pemilihan Majelis Ketua
17.30-18.00 Sessi VII Paripurna
5.Tata Tertib
Tanggapan terhadap Laporan Sessi IX Kelompok
6.Pengesahan Notulen &
MPH, Informasi BP dan
Keputusan Sidang MPL-
Pertimbangan MP
PGI 2023. Sidang Panitia/Seksi
7.In Memoriam
18.00 Sessi II Sharing Wilayah Ibadah (18.00-18.30) Ibadah (18.00-18.30) Ibadah (18.00-18.30)
(18.00-19.30)
1.Pengantar Sharing
2.Sharing Wilayah
19.30 Ibadah Malam Makan Malam (18.30) Makan Malam (18.30) Makan Malam (18.30)
20.00 Makan Malam
SIDANG MPL-PGI
26-29 Januari 2024
Tuapejat-Mentawai
Sumatera Barat
Dok No.: A-03
MPH-PGI mengajukan nama-nama berikut ini sebagai Calon Majelis Ketua dalam Persidangan MPL -PGI 2024:
Majelis Ketua
Sidang MPL-PGI 2023
Dalam rangka pelaksanaan Sidang MPL–PGI 2024, sesuai dengan Tata Dasar PGI Pasal 14 dan 19 serta
Tata Rumah Tangga PGI Bab VI pasal 18,19, 20, dan 21; maka perlu dibuat suatu perangkat pengatur agar
persidangan dapat berlangsung dan terselenggara dengan tertib dan lancar. Perangkat tersebut dijabarkan
dalam TATA TERTIB PERSIDANGAN SIDANG MPL-PGI 2023 sebagai berikut:
Pasal 1
Pimpinan Sidang
Pasal 2
Kehadiran dalam persidangan Peserta Sidang
a. Peserta sidang mengisi formulir registrasi yang telah dikirim oleh Sekretariat Umum PGI.
b. Peserta menyiapkan perangkat elektronik (laptop, dll) selama persidangan untuk mengakses materi
persidangan yang akan diberikan oleh panitia persidangan secara online.
c. Anggota MPL menandatangani Daftar Hadir Anggota MPL tiap kali memasuki Persidangan.
d. Tamu menandatangani Daftar Hadir Tamu.
e. Selama Persidangan, bila peserta yang telah menandatangani Daftar Hadir hendak meninggalkan
ruang Persidangan agar memberitahukan hal itu kepada Majelis Ketua.
Pasal 3
Waktu dan tempat persidangan
Sebelum suatu Persidangan ditutup, Majelis Ketua mengumumkan waktu, tempat, pukul berapa, danapa
pokok pembicaraan Persidangan berikutnya.
Pasal 4
Sifat persidangan
Persidangan berwenang menentukan kapan Sidang Terbatas diperlukan.
Pasal 5
Izin meninggalkan persidangan
Anggota MPL atau peserta sidang lainnya yang hendak meninggalkan Persidangan sebelum selesai,
harus memberitahukan pada Majelis Ketua.
Pasal 6
Hak bicara
a. Anggota MPL yang telah menandatangani Daftar Hadir mempunyai hak suara.
b. Peserta-peserta sidang lainnya yang telah menandatangani Daftar Hadir mempunyai hak bicara.
Pasal 7
Ketentuan bicara
a. Ketika pimpinan sidang memberikan kesempatan berbicara, peserta yang ingin berbicara menuju
mikropon yang sudah disediakan. Pimpinan sidang mempersilahkan setiap pembicara secara berurutan,
masing-masing mendapat waktu maksimum 2 (dua) menit.
b. Anggota MPL ataupun peserta lainnya tidak boleh berbicara sebelum dipersilakan oleh Majelis Ketua.
Pembicaraan dilakukan dengan berdiri di tempat atau di tempat lain yang telah ditentukan untuk
maksud tersebut.
c. Seorang pembicara tidak boleh diganggu selama berbicara, kecuali bila Majelis Ketua merasa perlu
menertibkan.
d. Seorang pembicara yang berbicara menyimpang dari pokok yang dibicarakan dapat diperingatkan oleh
Majelis Ketua. Majelis Ketua boleh meminta pembicara tersebut berhenti berbicara dan menampung hal
tersebut untuk dikemukakan pada pembicaraan lain, yang berhubungan dengan masalah tersebut.
e. Apabila Majelis Ketua menyimpang dari pokok pembicaraan maka Majelis Ketua dapat ditegur oleh
peserta sidang (point of order).
Pasal 8
Lama bicara
a. Majelis Ketua berwenang menentukan lamanya tiap-tiap pembicara membicarakan suatu pokok. Bila
waktu yang ditentukan telah habis, Majelis Ketua dapat meminta pembicara untuk berhenti. Pembicara
yang bersangkutan harus memenuhi permintaan tersebut.
b. Tiap-tiap peserta tidak boleh berbicara lebih dari dua kali tentang satu pokok, kecuali bila soal yang
dibicarakan memerlukan pembahasan lebih matang. Hal yang demikian harus ditetapkan oleh Sidang.
Pasal 9
Hak minta penjelasan/keterangan
Dalam tiap persidangan, setiap Anggota MPL dapat meminta keterangan tentang pokok yang sedang
dibicarakan dari para pembuat laporan.
Pasal 10
Resolusi
Apabila suatu masalah baru di luar Acara diajukan oleh seorang anggota, maka masalah tersebut baru
dapat dibahas oleh Persidangan bila didukung oleh sedikit-dikitnya 2 (dua) Gereja/Anggota MPL lainnya.
Pasal 11
Pengambilan Keputusan
a. Bila suatu masalah sudah selesai dibahas oleh Persidangan, Majelis Ketua hendaknya
menyimpulkan seluruh pembahasan mengenai pokok tersebut dan menyampaikannya kepada
Persidangan untuk segera diputuskan dengan cara mengangkat kartu SETUJU / TIDAK SETUJU
yang telah disiapkan oleh sekretariat.
b. Apabila penyimpulan tersebut tidak dapat langsung dilakukan, persidangan dapat membentuk
Panitia Ad-hoc Perumusan untuk menyusun kesimpulan dan melaporkannya pada Persidangan,
serta dilakukan pada waktu ditetapkan.
Pasal 12
Pemungutan Suara
===============
SIDANG MPL-PGI
26-29 Januari 2024
Tuapejat-Mentawai
Sumatera Barat
Dok No.: A-05
DAFTAR IN MEMORIAM
Kelompok II : Sumatera bagian Selatan (Jambi, Lampung, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dan
Palembang)
Ruangan :Gedung Gereja IFGI
Ketentuan Umum :
1) Pimpinan dan Anggota Panitia ditetapkan oleh Sidang Paripurna atas usulan MPH-PGI.
2) Keanggotaannya terbatas; artinya hanya mereka yang ditugasi oleh Sidang Paripurna,
bekerja untuk melaksanakan tugas Panitia sesuai dengan penetapan Sidang Paripurna.
Namun tidak menutup kemungkinan Panitia meminta MPH-PGI atau peserta Sidang MPL-
PGI 2024 lainnya memberi informasi dan kejelasan tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan tugas Panitia tersebut.
3) Pimpinan Panitia bertanggungjawab menyajikan usul perumusan (Hasil Panitia) untuk
dijadikan Keputusan Sidang MPL-PGI 2024 berdasarkan hasil pembahasan dan perumusan
dalam Sidang- sidang Panitia-panitia.
4) Dalam persidangan-persidangan Panitia-panitia berlaku ketentuan Tata Tertib Persidangan
Sidang MPL-PGI 2024.
5) Dalam persidangan Sidang MPL-PGI 2024, Panitia terdiri atas:
a. Panitia A : PESAN SIDANG MPL-PGI 2024
b. Panitia B : KREDENSI
6) Tugas masing-masing Panitia itu adalah sebagai berikut:
1) Menyoroti berbagai isu terkini, situasi politik dan sosial kemasyarakatan: maraknya
penutupan dan pengrusakan gereja, pemilu dan politik identitas, radikalisme; kerusakan
lingkungan; berbagai kekerasan terutama kekerasan seksual; sosial dan ekonomi; berbagai
bencana alam; korupsi dan peradilan, dan isu lainnya.
2) Menampung harapan dan pokok-pokok pikiran segenap Peserta Sidang MPL-PGI dan
merumuskannya dalam Dokumen yang akan menjadi hasil Panitia ini, yaitu PESAN Sidang
MPL- PGI 2024 kepada segenap warga gereja dan masyarakat/bangsa Indonesia yang
berisi: harapan, himbauan dan ajakan kepada gereja-gereja serta masyarakat Indonesia,
untuk bersama-sama menghormati dan memperkuat komitmen bagi kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat menuju Indonesia yang demokratis dan berkeadilan; penegakan
hukum dan penghargaan terhadap HAM, menghentikan tindak kekerasan, memelihara
persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai NKRI; menciptakan iklim kondusif bagi
terselenggaranya pemerintahan yang kredible, jujur dan memihak rakyat (good
governance); upaya-upaya bersama dalam mengatasi dampak buruk, dsb.
Bahan-bahan :
1) Sambutan Ketua Umum PGI
2) Sambutan-sambutan pada Peresmian Pembukaan Sidang MPL-PGI 2024.
3) Diskusi Panel Sidang MPL tentang Pikiran Pokok Sidang MPL-PGI 2024 “Spiritualitas
Keugaharian: Membangun Kehidupan yang Demokratis dan Berkeadilan serta Politik yang
Bermoral dan Beretika”.
4) Hasil Sharing Wilayah
5) Laporan MPH-PGI bagian Umum
6) Pertimbangan Majelis Pertimbangan PGI
7) Kesan dan harapan yang ditangkap dari Peserta Sidang MPL-PGI 2024 dalam
persidangan-persidangan Paripurna
8) Hasil pembahasan Sidang Panitia
Pendamping :
1) Pdt. Gomar Gultom (MPH-PGI/Ketum)
2) Pdt. Lintje H. Pellu (MPH-PGI/Ketua)
3) Pdt. Henriette T. Hutabarat-Lebang (MP/Ketua)
4) Pdt. Henrek Lokra (SE Bidang KP)
1) Memeriksa keabsahan kehadiran setiap Peserta Sidang MPL-PGI 2024 yang dinyatakan
dalam Surat Kredensi bagi anggota MPL-PGI yang menggantikan atau mewakili, dan Surat
Tugas dari Lembaga Pengutusnya bagi peserta yang diundang oleh MPH-PGI, atas kehadiran
mereka dalam sebagian atau seluruh masa persidangan Sidang MPL-PGI 2024; untuk
selanjutnya menyusunnya dalam suatu DAFTAR LENGKAP KEHADIRAN Peserta Sidang
MPL-PGI 2024.
2) Mengevaluasi hasil kerja Pelaksana Sidang MPL-PGI 2024 sebagai bahan masukan dan
rekomendasiuntuk pelaksanaan Sidang-sidang MPL selanjutnya.
3) Melaporkan hasil kerjanya kepada Sidang Paripurna dan melakukan perbaikan-perbaikan
seperlunya atas draft keputusan sesuai petunjuk Sidang Paripurna, sebelum akhirnya
dijadikan keputusan SidangMPL-PGI 2024.
4) Merekomendasikan Tuan/Nyonya Rumah serta tempat pelaksanaan Sidang MPL-PGI 2024.
5) Merekomendasikan Gereja Anggota PGI yang baru.
Bahan-bahan :
1) Laporan MPH-PGI tentang kehadiran / kredensi Peserta Sidang MPL-PGI 2024 dalam
SidangPembukaan.
2) Formulir Pendaftaran yang disesuaikan dengan Surat Kredensi dari lembaga pengutus
para pesertaSidang MPL-PGI 2024, seperti diterima oleh Sekretariat Persidangan MPL-PGI
2024.
3) Daftar Hadir Peserta Sidang MPL-PGI sesuai dengan status kehadiran dalam Sidang MPL-PGI
2024.
4) Laporan Panitia Pelaksana Sidang MPL-PGI 2024.
5) Hasil pembahasan Sidang Panitia.
Pendamping :
1) Pdt. Krise A. Gosal (MPH-PGI / Wasekum)
2) Winny Malo (Staf PGI)
Ketentuan Umum :
1) Pimpinan Seksi ditetapkan dalam Sidang Paripurna berdasarkan usulan MPH-PGI.
2) Keanggotaannya terbuka; dalam arti bahwa setiap peserta Sidang MPL-PGI 2024 dapat
mengusulkan dirinya menjadi anggota dari Seksi yang dipilihnya. Namun demikian, karena
sidang-sidang Panitia dan Seksi berjalan bersamaan, demi keseimbangan maka Sekretariat
Persidangan akan menyusun daftar lengkap anggota dari seluruh Seksi-seksi Sidang MPL-
PGI 2024.
3) Pimpinan Seksi bertanggung jawab untuk menyajikan perumusan akhir Hasil pembahasan
yang disepakati Seksi. Untuk keperluan itu, Seksi dapat membentuk tim perumus dari
anggota seksinya dengan jumlah sesuai kebutuhan.
4) Jika dirasakan perlu, dalam rangka efisiensi dan efektivitas penggunaan waktu yang
disediakan untuk Sidang-sidang Seksi, maka SEKSI dapat memecah diri menjadi SUB-SEKSI.
Kendati demikian, Laporan SUB SEKSI disatukan menjadi hanya satu Laporan/Hasil SEKSI;
untuk itu perlu pengaturanyang efisien, agar ada kesempatan untuk menyepakati Laporan
Hasil kerja SEKSI sebagai keterpaduan dari Laporan SUB SEKSI yang ada.
5) Dalam persidangan-persidangan Seksi-seksi berlaku ketentuan Tata Tertib Persidangan
Sidang MPL-PGI 2024.
6) Seksi-seksi dalam Persidangan Sidang MPL-PGI 2024 adalah:
a) Seksi I : UMUM
b) Seksi II : PROGRAM DAN ANGGARAN TAHUN 2024
c) Seksi III : KEUANGAN/PERBENDAHARAAN DAN RAPB-PGI TAHUN 2024
7) Tugas-tugas masing-masing Seksi itu adalah sebagai berikut:
Seksi I : UMUM
1) Tugas pokok SEKSI ini adalah memeriksa hasil pekerjaan MPH-PGI dan Sekretariat Umum -
PGI, meliputi pekerjaan bidang Umum, Pewilayahan, Hubungan dengan berbagai pihak
(Lembaga Keagamaan/Lembaga Keumatan), serta kerjasama dalam dan luar negeri; untuk
selanjutnya menetapkan langkah-langkah ke depan.
Membahas usulan MPH-PGI yang tersirat dalam Laporan Bagian Umum; Pengantar Ketua Umum,
meliputi antara lain:
a. Kesejahteraan masyarakat
b. Lembaga-lembaga dalam payung PGI
c. Kemitraan Dalam dan Luar Negeri
d. Dll
2) Hal-hal lain dalam rangka pelayanan gereja-gereja yang belum masuk dalam seksi-seksi
lain; merumuskannya dalam bentuk-bentuk kegiatan yang perlu dan mampu dilakukan PGI
dan lembaga-lembaga keumatan dan gerejawi.
3) Keterlibatan MPH-PGI di dalam Struktur Lembaga Mitra Yayasan / Badan sebagai Ex-Officio.
Bahan-bahan :
1) Pengantar Ketua Umum, Laporan MPH - PGI Bagian Umum, Informasi BP dan Pertimbangan
MP- PGI
2) Pikiran Pokok Sidang MPL-PGI 2023.
3) Informasi lain dan hasil diskusi dalam Sidang Seksi ini.
Pendamping :
1) Pdt. Dr. Lintje H. Pellu (MPH-PGI / Ketua)
2) Pdt. Jimmy IM Sormin (SE Bidang KKC)
3) Angel Sambow (Staf PGI)
1) Tugas Pokok SEKSI ini adalah memeriksa dan mempelajari hasil pekerjaan MPH-PGI di
seluruh bidang/departemen/biro dan lembaga kerjasama yang mempunyai akses pada
pelayanan di bidang bersangkutan.
2) Membahas dan memperdalam program-program beserta anggarannya untuk tahun 2023,
yaitu program-program: Bidang Keesaan dan Pembaruan Gereja, Bidang Kesaksian dan
Keutuhan Ciptaan, Bidang Keadilan dan Perdamaian, Biro Perempuan & Anak, Biro Pemuda
& Remaja; Biro Litbang, Biro Papua, Biro PRB dan Yakoma.
3) Memperkaya program-program tersebut melalui perbaikan dan pengembangan yang
diperlukan.
Bahan-bahan :
1) Laporan MPH-PGI Bagian Umum dengan seluruh lampirannya, Informasi BP dan
Pertimbangan MP-PGI.
2) Keputusan-keputusan Sidang Raya XVII menyangkut program-program.
3) Rencana Program Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan, Bidang Keesaan dan Pembaruan
Gereja, Bidang Keadilan dan Perdamaian; Biro Perempuan & Anak, Biro Pemuda & Remaja,
Biro Litbang, Biro Papua, Biro PRB dan Yakoma untuk tahun 2023 beserta anggarannya.
4) Pikiran Pokok Sidang MPL-PGI 2023.
5) Tanggapan Sidang Paripurna terhadap laporan MPH-PGI Bagian Umum dan Keuangan /
Perbendaharaan.
6) Hasil pembahasan dalam Sidang Seksi ini
Pendamping :
1) Pdt. Jacklevyn F. Manuputty (MPH/Sekum)
2) Pdt. Retno Ratih (MPH/Anggota)
3) Pdt. Lenta Simbolon (SE-KPG)
4) Pdt. Henrek Lokra (SE-KP)
5) Pdt. Jimmy Sormin (SE-KKC)
6) Pdt. Shuresj Tomaluweng (Karo PRB)
7) Pdt. Sonnya Uniplaita (Karo PA)
8) Rosiana Purnomo (Karo PR)
9) Pdt. Ronald Tapilatu
Ruangan: Gedung Pemerintah Bappeda
Bahan-bahan :
1) Laporan MPH-PGI Bagian Keuangan/Perbendaharaan PGI berikut Lampiran-lampirannya;
utamanya yang berhubungan dengan Laporan Realisasi Anggaran PGI 2023 serta Usulan
MPH - PGItentang RAPB PGI 2024.
2) Rencana Program Bidang/Biro PGI
3) Pembahasan Sidang Paripurna dan Rekomendasi BP-PGI berkaitan dengan Realisasi APB
- PGI2023.
4) Pertimbangan MP-PGI dan Informasi BP-PGI dalam Sidang Paripurna.
5) Tanggapan Sidang Paripurna terhadap Laporan MPH-PGI bagian Keuangan/
Perbendaharaan PGI.
6) Hasil diskusi Sidang Seksi ini.
Pendamping :
1) Bpk. Olly Dondokambey, SE (MPH / Ketua)
2) Pdt. dr. Jacub Sutisna (MPH / Bendahara Umum)
3) Drs. Arie Moningka, MM (MPH / Wabendum)
4) Pdt. Kumala Setiabrata (BP / Ketua)
5) Pnt. Katarina Tombi (BP / Anggota)
6) Bella (Staf Bag. Keuangan)
DASAR PEMIKIRAN
Berkat kuasa Roh Kudus yang telah melahirkan DGI menjelang hariPentakosta tanggal 25 Mei
1950 di Jakarta, yang pada Sidang Raya X DGI/PGI di Ambon tahun 1984, menjadi PGI maka kami, gereja-
gereja anggota PGI, telah bersepakat dan bertekad untuk mewujudkan tugas dan panggilan kami sebagai
gereja-gereja Tuhan di Indonesia, dalam suasana dan semangat persekutuan, dan bukan secara sendiri-
sendiri atau terpisah-pisah.
Kami telah memasuki sejarah bersama dan berada di atas jalan bersama sebagai Gereja Yang Esa di
Indonesia, yang sedang tumbuh menuju kesempurnaan sebagai Gereja Tuhan Yang Esa di segala tempat dan
di sepanjang zaman. Kami mengikrarkan Pengakuan Iman Nikea-Konstantinopel dan Pengakuan Iman
Rasuli yang telah lahir dari pergumulan iman pada zaman Gereja purba, sebagai kesaksian yang benar dan
penuh berdasarkan Alkitab mengenai iman Kristen dan sebagai lambang keesaan Gereja Tuhan di segala
tempat dan di sepanjang zaman. Kami juga menjunjung tinggi tradisi warisan berbagai tradisi gerejawi yang
telah menggerakkanpembaruan Gereja dan memperkaya iman kami.
Kami memahami bahwa pelbagai pengakuan iman, sebagai hasil pergumulan gereja-gereja anggota
PGI di masa lampau, masa kini, dan masa mendatang, dalam rangka menyatakan imannya, adalah bagian
dari kesaksian kami bersama yangdidasarkan pada kesaksian Alkitab.
Demi pelaksanaan tugas panggilan bersama, dengan melihat Indonesia dengan segala
kemajemukannya sebagai satu wilayah kesaksian dan pelayanan kami bersama, maka pada Sidang Raya XIV
di Wisma Kinasih, Caringin, Bogor, 29 November–5 Desember 2004, kami sepakat untuk meningkatkan dan
mengembangkan Pemahaman Bersama Iman Kristen di Indonesia yang ditetapkan oleh Sidang Raya X
DGI/PGI tahun 1984 di Ambon. [Penambahan kalimat pengesahan revisi di Sidang Raya XVIII PGI di Toraja]
Revisi ini dimaksudkan untuk lebih mencerminkan lagi beragam pergumulan gereja-gereja di
Indonesia dalam menghayati iman Kristen di tengah-tengah masyarakat dan bangsa Indonesia.
Pemahaman Bersama Iman Kristen ini dimaksudkan sebagai landasan doktrinal dan motivasi teologis bagi
gerakan oikoumenis di Indonesia. Untuk itu, tema dasar yang meresapi seluruh pokok Pemahaman
Bersama Iman Kristen ini adalah “Gereja-gereja di Indonesia menghidupi keesaaan melalui partisipasi ke
dalam persekutuan dan misi Allah Trinitas yang berkarya di tengah pergumulan Bangsa Indonesia.” Atas
dasar tema dasar tersebut, pokok-pokok Pemahaman Bersama Iman Kristen di Indonesia adalah sebagai
berikut.
3. Manusia dan Keberdosaannya. Allah menciptakan manusia dalam gambar dan rupa- Nya agar
manusia terus berada di dalam relasi yang akrab dengan-Nya. Namun oleh kehendak
bebasnya, manusia terjatuh ke dalam dosa. Dosa masuk dalam hidup manusia karena
manusia menghendakinya, sekalipun dosa bukan merupakan bagian dari hakikat asalinya.
Keberdosaan manusia ini memutuskan hubungannya dengan Allah dan berakibat pada
rusaknya hubungan manusia dengan sesama dan alam.
4. Ungkapan Keberdosaan. Dosa mewujud ke dalam seluruh dimensi kehidupan dan perilaku
manusia. Dalam hubungan dengan sesama, dosa mewujud ke dalam sikap ketidakadilan,
penindasan, pelecehan, kekerasan, pemerasan, perbudakan, diskriminasi, perampasan hak-
hak asasi manusia, dan lain-lain. Dosa melumpuhkan kemampuan manusia untuk saling
menghargai, mengampuni, menghormati, dan mendahulukan kepentingan sesamanya. Semua
ini menimbulkan krisis sosial yang mengancam keharmonisan hidup bersama. Kesombongan
dan keserakahan adalah dosa yang menuntun manusia pada sikap materialistik, narsistik,
konsumtif, dan gaya hidup hedonis, yang menjadi penghalang kuat bagi terbentuknya sikap
keugaharian. Dosa juga mewujud ke dalam berbagai tindakan eksploitasi sumber daya alam
dan perusakan lingkungan hidup yang menyebabkan krisis ekologis yang berkepanjangan.
Mengingat begitu berbahayanya ancaman dosa yang dapat menghancurkan hidup manusia,
maka Gereja dipanggil untuk mengajarkan umatnya untuk berjuang melawan wujud-wujud
dosa tersebut.
2. Peristiwa Yesus Kristus. Seluruh karya Allah bagi ciptaan berlangsung melalui Yesus Kristus.
Allah mencipta semesta melalui Firman-Nya di dalam kuasa Roh Kudus. Ia adalah Gambar
Allah yang di dalamnya, segala sesuatu, termasuk manusia, dijadikan (Kol. 1:15-16). Setelah
manusia terjatuh ke dalam dosa, imbauan pertobatan pun senantiasa disampaikan oleh
Firman Allah yang diperdengarkan oleh para nabi. Puncak penyataan Allah berlangsung
melalui Sang Firman yang memanusia dan menyejarah di dalam Yesus dari Nazaret. Inkarnasi
sebagai wujud solidaritas ilahi ini ditunjukkan oleh Yesus Kristus selama kehidupan-Nya di
dunia ini (Yoh. 1:14).
Sebagai Perantara satu-satunya antara Allah dan manusia, Yesus Kristus mewartakan dan
memberlakukan Injil Kerajaan Allah bagi manusia yang diundang-Nya untuk bertobat (Mat.
3:2; Mrk. 1:15). Seluruh karya pelayanan, mukjizat, pengajaran, serta interaksi-Nya dengan
orang-orang yang terpinggirkan mencerminkan belas kasihan Allah yang menyelamatkan
manusia. Dalam kasih-Nya yang sempurna, Allah berkehendak untuk memulihkan keadaan
manusia yang berdosa.
Untuk menghadirkan pemulihan itu, Allah menyatakan anugerah-Nya melalui Yesus Kristus
yang menebus, menyelamatkan dan memulihkan mereka yang percaya dalam nama- Nya (Kis.
4:12; Yoh. 14:6). Ketika pemulihan terjadi, manusia tidak lagi menjadi musuh Allah. Sebagai
manusia baru, kita tidak lagi dikuasai ketakutan dalam menghadapi maut, karena setiap orang
percaya yang mati di dunia ini akan dibangkitkan kembali dalam persekutuan kekal dengan
Yesus Kristus (1Kor. 15:22). Keselamatan dengan demikian berpusat pada Allah melalui Yesus
Kristus yang di dalam kuasa Roh Kudus telah mendamaikan manusia dengan diri-Nya melalui
pengurbanan Yesus Kristus di atas kayu salib. Kematian Yesus Kristus menandai solidaritas
Allah yang menyeluruh dan radikal bagi manusia dan seluruh ciptaan. Kebangkitan-Nya
memperlihatkan kemuliaan Allah serta membuktikan kuasa kasih Allah yang mengalahkan
dosa dan kematian. Kenaikan-Nya ke surga memastikan bahwa keselamatan yang
dianugerahkan Allah melalui Yesus Kristus itu menjadi harapan bagi manusia dan seluruh
ciptaan. Pendamaian yang Yesus Kristus kerjakan di dalam kuasa Roh Kudus itu bersifat
multidimensional. Pendamaian manusia dengan Allah mewujud di dalam pemulihan relasi manusia
dengan sesama dan seluruh ciptaan.
3. Meneladani Yesus Kristus. Yesus Kristus, dalam kehidupan-Nya sebagai manusia sejati,
menjadi teladan bagi kita sebagai murid-murid-Nya dalam memaknai kehidupan baru yang
telah diselamatkan (1Ptr. 2:20-22). Allah memanggil manusia untuk menjadi serupa dengan
gambaran Anak-Nya, sebagai yang sulung dari semuanya dan sekaligus sebagai gambar Allah
yang sempurna, agar manusia dapat masuk ke dalam kemuliaan yang telah disediakan bagi
mereka yang percaya di dalam nama-Nya (2Kor. 4:4; Kol. 1:15; Rm. 8:29-30; 1Kor. 11:7;
15:49; 2Kor. 3:18; Kol. 3:10). Karena di dalam seluruh Pribadi dan karya-Nya terwujud
Kerajaan Allah, kita dipanggil untuk memberlakukan nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam
kehidupan kita, yaitu kekudusan, kesetaraan, keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan.
Sama seperti Yesus Kristus memasuki situasi- situasi konkret yang jauh dari kehendak Allah,
demikian pula kita dipanggil untuk merisikokan kenyamanan dan keamanan kita demi
melakukan kehendak Allah di dunia. Dengan demikian, kehidupan Kristiani ditandai oleh
kesediaan untuk terus-menerus mengikuti, menghadirkan, dan mempersaksikan Yesus
Kristus di dalam setiap dimensi kehidupan dunia yang bergumul dengan berbagai krisis sosial
dan ekologis. Yesus Kristus membela orang-orang yang diperlakukan tidak adil, demikian
pulalah panggilan kita untuk memperjuangkan keadilan. Yesus Kristus menghargai orang-
orang asing dan yang diasingkan, demikian pulalah panggilan kita untuk mengusahakan
keramahtamahan. Yesus Kristus mewartakan Injil Kerajaan Allah, demikian pulalah panggilan
kita untuk bersaksi. Yesus Kristus merelakan diri berkurban demi keselamatan manusia yang
berdosa, demikian pulalah panggilan kita untuk berani berkurban bagi sesama.
Seluruh kesediaan kita untuk hidup sesuai dengan panggilan tersebut merupakan partisipasi
kita ke dalam misi Allah yang diberlakukan oleh Yesus Kristus (Yoh. 9:4).
Visi Keesaan
Dasar pemikiran: Visi keesaan in action membutuhkan "tanda-tanda kelihatan" dari proses
keesaan itu. Karenanya disebut "fungsional" (in action) sekaligus juga "relasional" (kehidupan
bersama gereja-gereja di setiap tempat).
#76. PGI menilai, baik krisis kebangsaan maupun krisis ekologi yang menjadi perhatian PPTB
2019-2024 lalu masih tetap menjadi konteks tantangan yang harus dihadapi dalam perjalanan
bangsa Indonesia. Sementara itu, efek disruptif AI (Artificial Intelligence) ditengarai akan
mengubah secara mendasar kehidupan umat manusia.
#77. Krisis kebangsaan tampak jelas pada pembajakan proses demokrasi pasca-reformasi demi
kepentingan elite penguasa dan pengusaha besar, masih maraknya korupsi dan pelanggaran Hak
Asasi Manusia. Krisis ekologi makin nyata sebagai akibat eksploitasi sumber-sumber daya alam
demi memenuhi etos keserakahan dan konsumerisme yang mengakibatkan kehancuran
keragaman hayati dan menimbulkan dampak polusi serta menambah proses pemanasan global.
Sementara itu, kehadiran AI sebagai hasil capaian sains dan teknologi, walau membangkitkan rasa
kagum, dapat berpotensi menghancurkan keberlangsungan umat manusia. Berhadapan dengan
situasi aneka krisis (polycrisis) tersebut, PGI juga menyadari hambatan-hambatan internal dalam
gerakan oikoumene yang telah melemahkan kapasitas dan kapabilitas gereja- gereja di dalam
melaksanakan tugas panggilan bersama untuk menjadi satu "supaya dunia percaya" (bnd. Yoh.
17:21).
78. Sembari bergumul dengan situasi aneka krisis tersebut, PGI ingin mendorong gereja-
gereja diIndonesia menaruh perhatian khusus pada dua aspek lain. Pertama, pergumulan
keluarga, unit sosial dan wajah gereja terkecil, yang dewasa ini menghadapi tantangan
perubahan sangat berat. Dan, kedua, masa depan pendidikan yang makin carut marut, baik
dalam lingkup sekolah- sekolah Kristen maupun umum.
Dasar pemikiran: Meringkaskan poin #76-79 PPTB 2019-2024 sembari menekankan problem
hambatan-hambatan internal yang melemahkan kapasitas dan kapabilitas gereja. Menambahkan
dua krisis lain, yakni krisis keluarga dan krisis pendidikan. Kedua krisis ini sudah disinggung
dalam diskusi-diskusi selama ini, namun butuh elaborasi lebih lanjut. Begitu juga ersoalan
disrupsi AI sesungguhnya masih perlu dielaborasi
V. Pokok-Pokok Tugas Bersama
79. Berangkat dari situasi polycrisis dan tantangan-tantangan tersebut, maka dalam PPTB
2024-2029 PGI ingin mendorong gereja-gereja memberi perhatian pada pokok-pokok
tugas bersama sebagai berikut:
A. Mendata, Mengkaji, dan Mengembangkan Potensi, Kapasitas dan Kapabilitas Gereja-gereja
B. Mengembangkan Potensi Forum dan Jaringan Oikoumenis Lokal
C. Membangun Kesadaran dan Jejaring Politik Warga
D. Mengembangkan Literasi dan Kecakapan Digital Warga Gereja
E. Memperkuat Spiritualitas Keugaharian dan Kemandirian Ekonomi
F. Program Khusus: Reformulasi PBIK (Pemahaman Bersama Iman Kristen) Gereja-
Gereja diIndonesia.
Dasar pemikiran: Poin-poin PPTB 2024-2029 yang disusun berdasarkan urutan logis:
=> fokus utama: Forum Oikoumenis, FOK (SDM), Pendidikan dan Keluarga
91. Dalam kaitan ini, PGI ingin mendorong gereja- gereja Biro Hukum dan HAM
di Indonesia membentuk Biro Hukum dan HAM (ataulebih merupakan "sayap"
mendayagunakannya, jika sudah ada). Biro itu dapat pelayanan sosial-ekologis
berperan strategis sebagai cara gereja melakukan gereja di tengah
pelayanan sosial-ekologisnya. Biro itu tidak hanya masyarakatluas.
berperan sebagai lembaga hukum saat gereja-gereja
mengalami persoalan hukum, tetapi juga menjadi tempat
latihan pemahaman HAMbagi jemaat, dan menjadi titik
hubung dengan lembaga-
lembaga advokasi HAM dalam masyarakat luas.
92.Dalam melaksanakan panggilan sosial-ekologisnya, Merupakan respon
gereja-gereja hendaknya memberi perhatian khusus pada terhadap "krisis
krisisekologi yang makin kentara. Krisis tersebut tidak ekologis"yang,
hanya menyangkut polusi yang makin mengkhawatirkan, hendaknya, tidak
atau perubahan iklim secara global, namun juga direduksi menjadi
perampasan tanah, eksploitasi sumber daya alam, maupun sekadarmasalah polusi
penghancuran situs- situs kultural dan spiritual masyarakat dan perubahan iklim
adat. Kelompok- kelompok masyarakat adat selama ini belaka.
menjadi benteng terakhiryang melawan proses Ruang advokasi
penghancuran itu. Gereja-gereja perlu menemukan ruang bersamamasyarakat
advokasi bersama dengan kelompok- kelompok masyarakat adat menjadicelah yang
lokal itu, selain mengembangkan pola dan gaya hidup yang penting diperjuangkan.
ramah lingkungan bagi warganya.
93. Gereja-gereja juga dipanggil untuk memberi perhatian Kelompok-kelompok
dan dukungan pada perjuangan kelompok-kelompok marjinal dan rentan tetap
marjinal melawan praktik-praktik diskriminasi terhadap menjadi fokus perhatian
mereka. Kelompok-kelompok rentan itu, mulai dari kaum danpelayanan gereja.
perempuan, buruh migran, anak-anak, kelompok
berkebutuhankhusus, SATHI (Saudara yang Terinfeksi HIV),
maupun SOGIESC (Sexual Orientation, Gender Identity,
Expression and Sex Characteristics), perlu mendapat ruang
partisipatif dalam hidup menggereja agar suara dan
kesaksian mereka dapat didengar. Sebab mereka juga
merupakan anak-anak dan "citra Allah" sendiri.
Sebenarnya disrupsi
D. Mengembangkan Kecakapan A.I masih sangat butuh
Literasi Digital Warga dielaborasi, agar gereja-
gereja mampu
menemukan
94. Pandemi COVID-19 telah mengubah secara mendasar model pelayanan
hampir seluruh aspek kehidupan kita, terutama dalam yangmemadai.
relasi kita dengan sesama maupun lingkungan. Sebagai
akibat pembatasan sosial untuk memutus mata rantai
penyebaran virus, maka hampir seluruh aktivitas, mulai
dari belanja kebutuhan sehari-hari sampai kerja dan
ibadah, dilakukan secara daring melalui perantaraan
teknologi digital.Hidup kita karenanya makin ditentukan
oleh algoritmanya yang, mungkin tanpa kita sadari,
membentuk pilihan-pilihan, pola-pola relasi, aktivitas
ekonomi, dan bahkan cara kita menghayati hidup
kerohanian. Sementara itu, perkembangan teknologi
menghadirkan A.I yang diduga akan makin memengaruhi
kehidupan ke depan. Pada satu sisi, kemajuan
A.I itu sungguh mencengangkan sebagai prestasi
kemampuanrasional manusia. Akan tetapi, pada sisi lain,
sudah banyak para pakar yang memberi wanti-wanti
bahwa kehadiran dan dominasi A.I menjadi petunjuk pada
hancurnya peradaban manusia sebagaimana yang kita
kenal selama ini.
95. Berhadapan dengan situasi itu, PGI ingin mendorong Apa yang paling krusial
gereja-gereja di Indonesia mencermati perkembangan dalam disrupsi A.I
teknologi yang tak terelakkan itu dengan sungguh-sungguh. adalah kecakapan
Gereja-gereja perlu melakukan pewiwekaan(discernment) literasi digital dan
secara hati-hati guna merumuskan sikap dan membuat upaya gereja- gereja
rencana strategis dalam menghadapi kemajuan teknologi. melakukan pewiwekaan
Di sini, kecakapan literasi digital warga sangat dibutuhkan, bersama.
sehingga warga jemaat dapat secara bijak dan tepat
mengunakan media sosial maupun "mesin-mesin pintar"
seperti chatGPT atau bentuk-bentuk serupa. Begitu juga,
kajian-kajian mendalam mengenai A.I dan dampaknya
sangat dibutuhkan gereja-gereja sehingga mampu memberi
tanggapanyang tepat.
101. Dewasa ini, dalam kehidupan yang semakin Dalam konteks dunia
dipengaruhi oleh revolusi digital, pengembangan digital, spiritualitas
spiritualitas keugaharian perlu memberi perhatian khusus keugaharian dituntut
pada dimensi koinonia (lihat juga #98). Pengalaman untuk menemukan
memperlihatkan bahwarelasi-relasi sosial secara digital kembali maknakoinonia
tidak dapat menggantikan relasi tatap muka yang
membentuk proses-proses perjumpaan antar-pribadi.
Dimensi itulah yang hilang dalam dunia digital.Gereja-
gereja perlu menemukan kembali makna persekutuan ini,
sehingga etos hidup "cukup" dapat dihayati bersama.
102. Mekarnya spiritualitas keugaharian juga membutuhkan Spiritualitas keugaharian
struktur-struktur sosial yang menopangnya. Dalam konteks juga butuh struktur-
ini, bersama dengan komunitas beriman lainnya, gereja- struktur pendukung,yakni
gereja dapat memperjuangkan kepemilikan publik (the perjuangan bersama
commons) pada wilayah-wilayan di mana gereja hadir, yakni kelompok-kelompok lain
hal-hal yang dapat menjadi basis bagi kemaslahatan untuk kepemilikan publik.
bersama, mulai dari air minum milik umum, energi listrik Jika ini dikerjakan dengan
milik masyarakat, sampai pada infrastruktur pendidikan baik, maka kemandirian
komunitas. Lewat langkah-langkah ini, gereja- gereja dapat ekonomi berbasis
memperjuangkan kemandirian ekonomi, baik bagiwarga komunitasmenjadi
jemaatnya sendiri maupun bersama masyarakat di mungkin.
sekitar wilayahnya.
F. Program Khusus: Reformulasi Memasukkan program
reformulasi PBIKyang
PBIK (Pemahaman Bersama Iman sedang berlangsung
Kristen) Gereja-Gereja di Indonesia
103. Sudah lama dirasa perlu untuk melakukan reformulasi
terhadap dokumen PBIK. Dokumen tersebut sangat penting
sebagai tonggak perjalanan oikoumenis gereja-gereja
karena mencerminkan bagaimana gereja-gereja di
Indonesia memahami secara bersama-sama warisan iman
Kristen mereka. Akan tetapi pandemi COVID-19 dan
kesibukan lain membuat program penting tersebut
tertunda.
104. Dalam priode lalu, percakapan-percakapan awal untuk PBIK ke depan hendaknya
mereformulasi PBIK sudah dilakukan. Salah satunya adalah disusun berdasarkan
kesadaran bahwa dokumen PBIK perlu dirumuskan ulang pokok-pokok pergumulan
berdasarkan pokok-pokok persoalan yang secara konkret konkret dan riil gereja-
digumuli gereja-gereja di Indonesia. Karena itu, dalam gereja di tanah air agar
periode2024-2029, PGI ingin mendorong gereja-gereja relevan dan kontekstual
untuk melakukan percakapan-percakapan teologis bersama
mengenai
pokok-pokok persoalan yang digumuli di tengah konteks
perubahan yang berlangsung cepat. Percakapan-
percakapan teologis yang mendalam itu dapat memberi
masukan penting bagi reformulasi PBIK, sehinga dokumen
tersebut lebih membumi, lebih kontekstual seturut
pergumulan gereja-gerejadi Indonesia, dan lebih
mencerminkan perkembangan pemahaman oikoumenis.
Melalui reformulasi PBIK ini, kesaksian gereja-gereja di
Indonesia akan makin menampakkan baik kekayaan
warisan tradisi yang beragam maupun komitmen pada
gerak keesaan gereja-gereja.
Trisno S. Sutanto
(Anggota Tim Revisi PPTB)
Usulan Revisi Dokumen-1 DKG
Pernyataan Iman Gereja-gereja
Anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia
Catatan Umum
Usulan perubahan yang bersifat redaksional saja, maka akan ditulis dalam warna merah, sementara usulan perubahan
yang menyeluruh, baik redaksional maupun substansial, ditulis dengan latar belakang kuning
1. Pokok-pokok Panggilan dan Tugas Bersama (PPTB) adalah 1. Pokok-pokok Panggilan dan Tugas Bersama (PPTB)
dokumen yang menempati posisi yang sangat penting dan strategis adalah dokumen menempati posisi yang sangat penting
karena memuat hal-hal mendasar mengenai: dan strategis karena memuat hal-hal mendasar mengenai:
2. Dalam kerangka ini maka PPTB dapat dilihat sebagai titik 2. Dalam kerangka ini maka PPTB dapat dilihat sebagai Tidak berubah
tolak dan sekaligus pemberi arah bagi panggilan gereja- titik tolak dan sekaligus pemberi arah bagi panggilan
gereja, khususnya dalam panggilan keesaan, pemberitaan gereja- gereja, khususnya dalam panggilan keesaan,
Injil, dan pelayanan sosial-ekologis. pemberitaan Injil, dan pelayanan sosial-ekologis.
3. PPTB disusun dengan menekankan pendekatan misiologis- 3. PPTB disusun dengan menekankan pendekatan Tidak berubah
pastoral. Dengan istilah ini dimaksudkan bahwa PPTB ber- misiologis-pastoral. Dengan istilah ini dimaksudkan bahwa
angkat dari pemahaman mengenai misi bersama gereja- PPTB berangkat dari pemahaman mengenai misi bersama
gereja di tengah pergulatan bangsa dan negara Indonesia gereja-gereja di tengah pergulatan bangsa dan negara
guna mencapai cita-cita proklamasi kemerdekaan 1945 dan Indonesia guna mencapai cita-cita proklamasi
pemahaman mengenai misi bersama itu menjadi pedoman kemerdekaan 1945 dan pemahaman mengenai misi
langkah-langkah pastoral konkret bagi warga gereja. Karena bersama itu menjadi pedoman langkah-langkah pastoral
itu, PPTB bukan sekadar dokumen yang berisi sejumlah konkret bagi warga gereja. Karena itu, PPTB bukan
pro- gram makro dan mikro, melainkan juga memberi visi sekadar dokumen yang berisi sejumlah pro- gram makro
teologis sebagai hasil pergumulan gereja-gereja. PPTB juga dan mikro, melainkan juga memberi visi teologis sebagai
dapat di- lihat sebagai dokumen misiologis gereja-gereja di hasil pergumulan gereja-gereja. PPTB juga dapat dilihat
Indonesia, karena ia berusaha menjawab pertanyaan- sebagai dokumen misiologis gereja-gereja di Indonesia,
pertanyaan paling pokok, antara lain: karena ia berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan
Apa arti Injil yang diberitakan kepada seluruh paling pokok, antara lain:
ciptaan;
Cara-cara bagaimanakah Injil itu diberitakan; Apa arti Injil yang diberitakan kepada
Siapa yang harus memberitakan Injil. seluruh ciptaan;
Cara-cara bagaimanakah Injil itu
diberitakan;
Siapa yang harus memberitakan Injil.
5. Konteks kehadiran gereja-gereja di Indonesia adalah keane- 5. Konteks kehadiran gereja-gereja di Indonesia adalah Tidak berubah
karagaman, baik etnis, budaya, adat, bahasa, maupun keane- karagaman, baik etnis, budaya, adat, bahasa,
agama/ kepercayaan. Fakta keanekaragaman (pluralitas) maupun agama/ kepercayaan. Fakta keanekaragaman
tersebut diyakini sebagai karunia Tuhan yang patut (pluralitas) tersebut diyakini sebagai karunia Tuhan yang
disyukuri. Dan, fakta ini meminta sikap dasar ”pluralisme”, patut disyukuri. Dan, fakta ini meminta sikap dasar
yakni toleransi, menghormati keyakinan yang berbeda, serta ”pluralisme”, yakni toleransi, menghormati keyakinan
kemauan untuk berdialog dan bekerja sama. yang berbeda, serta kemauan untuk berdialog dan bekerja
sama.
6. Kemajemukan agama menantang gereja-gereja untuk, pada Tidak berubah
satu sisi, menghormati keanekaragaman agama yang juga
6. Kemajemukan agama menantang gereja-gereja untuk, pada membawa berita bagi umat manusia. Pada sisi lain, meru-
satu sisi, menghormati keanekaragaman agama yang juga muskan tugas panggilannya di tengah situasi kemajemukan
membawa berita bagi umat manusia. Pada sisi lain, meru- tanpa meninggalkan imannya. Alih-alih dilihat sebagai
muskan tugas panggilannya di tengah situasi kemajemukan ancaman, kemajemukan justru menjadi jalan bagi gereja
tanpa meninggalkan imannya. Alih-alih dilihat sebagai dan agama-agama menemukan panggilan dasarnya, yakni
mem- perjuangkan damai sejahtera Allah di dalam dunia.
ancaman, kemajemukan justru menjadi jalan bagi gereja dan
agama-agama menemukan panggilan dasarnya, yakni mem-
perjuangkan damai sejahtera Allah di dalam dunia.
9. PPTB 2019–2024 tetap menekankan tiga pokok panggilan 9. PPTB 2024-2029 tetap menekankan tiga pokok Bagian ini mengalami
bersama gereja-gereja di Indonesia, yakni (1) panggilan panggilan bersama gereja-gereja di Indonesia, yakni (1) perubahan mendasar
keesaan gereja, (2) panggilan pemberitaan Injil, dan (3) panggilan keesaan gereja, (2) panggilan pemberitaan Injil, karena merupakan
panggilan sosial-ekologis gereja. Ketiga pokok panggilan dan (3) panggilan sosial-ekologis gereja. Ketiga pokok ringkasan dari pokok-
ini mengacu pada pemahaman kontekstual kegerejaan dan panggilan ini mengacu pada pemahaman kontekstual pokok tugas bersama baru
sosial-ekologis di Indonesia yang ditandai dengan tiga kegerejaan dan sosial-ekologis di Indonesia yang yang diuraikan dalam
mengalami situasi polycrisis, yakni bertumpuknya krisis Bagian IV dan V di bawah.
krisis, yakni krisis kebangsaan, krisis ekologi, dan krisis
kebangsaan, ekologi, dan efek disrupsi yang diakibatkan
keesaan gereja, serta adanya tantangan budaya digital.
oleh perkembangan teknologi kiwari dan revolusi digital.
Dalam konteks krisis dan tantangan itu, disusun delapan Sementara itu, pada saat bersamaan, gereja-gereja juga
agenda PPTB gereja-gereja di Indonesia sesuai prioritasnya, mengalami krisis keesaan yang menghambat gerak
yakni: oikoumenis. Bertolak dari situasi itu, maka disusun lima
1. Dialog dan Aksi Bersama Gereja-gereja Lokal; agenda tugas bersama sesuai prioritasnya dan satu agenda
2. Mengembangkan Formasi Oikoumenis; khusus sbb:
3. Mendata, Mengkaji, Mengembangkan Potensi
Gereja- Gereja; A. Mendata, Mengkaji, dan Mengembangkan Potensi,
4. Memperjuangkan Keadilan dan Kemandirian Kapasitas dan Kapabilitas Gereja-gereja
Ekonomi; B. Mengembangkan Potensi Forum dan Jaringan
5. Membangun Kesadaran dan Jejaring Politik Warga Oikoumenis Lokal
Gereja; C. Membangun Kesadaran dan Jejaring Politik Warga
D. Mengembangkan Literasi dan Kecakapan Digital
6. Membentuk Komisi Hukum Gereja;
Warga Gereja
7. Menghadapi Revolusi Teknologi, Media Sosial, dan E. Memperkuat Spiritualitas Keugaharian dan
Generasi Milenial; Kemandirian Ekonomi
8. Program Khusus: Diskursus Teologi untuk Revisi F. Program Khusus: Reformulasi PBIK (Pemahaman
Pema- haman Bersama Iman Kristen Gereja-Gereja Bersama Iman Kristen) Gereja-Gereja di Indonesia.
di Indo- nesia.
II. Pemahaman Panggilan Bersama II. Pemahaman Panggilan Bersama Perubahan redaksional
13. Panggilan Bersama Gereja-Gereja dengan ketiga segi itu harus 13. Panggilan Bersama Gereja-Gereja dengan ketiga segi Tidak berubah
dijalankan dengan cara yang sebaik-baiknya dalam bentuk yang itu harus dijalankan dengan cara yang sebaik-baiknya
paling tepat di tiap tempat dan zaman. Untuk itu, gereja harus selalu dalam bentuk yang paling tepat di tiap tempat dan zaman.
berusaha memahami lingkungan yang di dalamnya gereja Untuk itu, gereja harus selalu berusaha memahami
ditempatkan dan setia melaksanakan panggilan itu, dengan kepekaan lingkungan yang di dalamnya gereja ditempatkan dan setia
dan ketajaman melihat tanda- tanda dan menguji roh zaman. melaksanakan panggilan itu, dengan kepekaan dan
ketajaman melihat tanda- tanda dan menguji roh zaman.
14. Konteks panggilan keesaan gereja-gereja di Indonesia adalah 14. Konteks panggilan keesaan gereja-gereja di Indonesia
gereja-gereja yang tumbuh sendiri-sendiri dengan sejarah dan corak adalah gereja-gereja yang tumbuh sendiri-sendiri dengan
tradisi kegerejaan yang berbeda-beda, lalu diper- temukan untuk sejarah dan corak tradisi kegerejaan yang berbeda-beda,
memahami dan mewujudkan dirinya sebagai sesama gereja Tuhan di lalu dipertemukan untuk memahami dan mewujudkan
dalam dunia, yang dipanggil dan ditempatkan Tuhan di Indonesia. dirinya sebagai sesama gereja Tuhan di dalam dunia, yang
dipanggil dan ditempatkan Tuhan di Indonesia.
15. Cita-cita membentuk Gereja Yang Esa di Indonesia makin 15. Cita-cita membentuk Gereja Yang Esa di Indonesia Bagian ini mengalami
dipahami sebagai keesaan dalam perbedaan dan sebagai makin dipahami sebagai keesaan dalam perbedaan, yakni perubahan substansial,
keesaan dalam fungsi ketimbang struktur. Keesaan gereja- sebagai keesaan yang bersifat fungsional dan relasional. dengan menggabungkan
gereja merupakan keesaan in action, di mana gereja-gereja Artinya, keesaan gereja-gereja pertama-tama merupakan #81 PPTB 2019-2024. Ini
makin menyadari keesaannya saat menjalankan tugas dan keesaan in action, di mana gereja-gereja makin menyadari untuk menegaskan cita-cita
panggilan bersama. Karena itu, gereja-gereja mengupayakan keesaannya saat menjalankan tugas dan panggilan bersama. keesaan yang diupayakan
Keesaan Gereja Tuhan di dalam dunia juga tampak dalam selama ini.
kemandiriannya dalam bidang teologi, daya dan dana untuk
kehidupan bersama gereja-gereja di setiap tempat yang
dapat menjalankan panggilannya dan mengatasi tantangan-
menyatakan persekutuan pelayanan dan ibadah, kesaksian Visi keesaan in action
tantangan yang muncul dari dalam maupun dari luar gereja. serta pelembagaan wadah oikoumenis yang aktif membutuhkan "tanda-
mempersekutukan gereja-gereja dalam keragaman tanda kelihatan" dari
tradisinya. Karena itu, gereja-gereja mengupayakan proses keesaan itu.
kemandiriannya dalam bidang teologi, daya dan dana untuk Karenanya disebut
dapat menjalankan panggilannya dan mengatasi tantangan- "fungsional" (in action)
tantangan yang muncul dari dalam maupun dari luar gereja. sekaligus juga "relasional"
(kehidupan bersama
gereja-gereja di setiap
tempat).
16. Konteks sosial-ekologis panggilan gereja-gereja di 16. Konteks sosial-ekologis panggilan gereja-gereja di Perubahan redaksional
Indonesia adalah masyarakat yang berada dalam proses Indonesia adalah masyarakat yang berada dalam proses
reformasi menuju masyarakat yang berkeadaban di mana reformasi menuju masyarakat yang adil dan beradab di
masalah- masalah sosial-ekologis, ketidakadilan, mana masalah-masalah sosial-ekologis, ketidakadilan,
kemiskinan, pelang- garan Hak Asasi Manusia, korupsi, kemiskinan, pelanggaran Hak Asasi Manusia, korupsi,
politik transaksional, politik identitas dan fundamentalisme politik transaksional, politik identitas dan fundamentalisme
agama, serta kerusakan ekologis menjadi tantangan
agama, serta kerusakan ekologis menjadi tantangan bersama
bersama seluruh masyarakat, bangsa dan negara, termasuk
seluruh masyarakat, bangsa dan negara, termasuk di
di dalamnya gereja-gereja. Karena itu, pemberitaan Injil
dalamnya gereja-gereja. Karena itu, pemberitaan Injil lebih lebih mengambil bentuk pelayanan sosial-ekologis, di
mengambil bentuk pe- layanan sosial-ekologis, di samping samping pemberitaan verbal, dengan memberi perhatian
pemberitaan verbal, dengan memberi perhatian khusus khusus kepada korban-korban ketidakadilan dan pelecehan
kepada korban-korban ketidakadilan dan pelecehan terhadap terhadap Hak Asasi Manusia, terhadap orang-orang miskin
hak-hak asasi ma- nusia, terhadap orang-orang miskin dan dan tertindas serta terhadap rusaknya ekologi. Ini
tertindas serta ter- hadap rusaknya ekologi. Ini merupakan merupakan masalah-masalah sosial-ekologis yang peka
masalah-masalah sosial-ekologis yang peka dan mendesak dan mendesak untuk diatasi.
untuk diatasi.
17. Konteks keagamaan masyarakat Indonesia adalah kemaje- 17. Konteks keagamaan masyarakat Indonesia adalah Tidak berubah
mukan agama. Dalam kemajemukannya, penganut agama- agama kemajemukan agama. Dalam kemajemukannya, penganut
dan keyakinan terpanggil mengembangkan kerukunan dan agama-agama dan keyakinan terpanggil mengembangkan
menjunjung kebebasan beragama, tanpa mengabaikan panggilan kerukunan dan menjunjung kebebasan beragama, tanpa
syiar agama masing-masing. Dalam kemajemukan, kerukunan mengabaikan panggilan syiar agama masing-masing.
beragama tidak meniadakan pe- nyiaran agama, dan sebaliknya Dalam kemajemukan, kerukunan beragama tidak
meniadakan penyiaran agama, dan sebaliknya penyiaran
penyiaran agama tidak meniadakan kerukunan beragama.
agama tidak meniadakan kerukunan beragama.
18. Konteks sekularisme di Indonesia dewasa ini adalah adanya 18. Konteks sekularisme di Indonesia dewasa ini adalah Memperkenalkan gagasan
bahaya pendangkalan kehidupan kerohanian (spiritual), adanya bahaya pendangkalan kehidupan kerohanian dasar "etos keserakahan
bahaya kekosongan jiwa dalam usaha mengejar kepuasan (spiritual), bahaya kekosongan jiwa dalam usaha mengejar dan konsumerisme" yang
materi, serta bahaya keterasingan dan kesepian sebagai kepuasan materi, serta bahaya keterasingan dan kesepian akan menjadi konteks
akibat peningkatan individualisme. Kemajuan ilmu penge- sebagai akibat peningkatan individualisme. Etos panggilan dan tugas
tahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi keserakahan dan konsumerisme global yang telah menjadi bersama.
"roh zaman" ini makin memperkuat kecenderungan itu.
memfasilitasi sekaligus mengalienasi manusia modern.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
Pemberitaan Injil dan pelayanan gereja harus menyapa
teknologi informasi memfasilitasi sekaligus mengalienasi
manusia untuk kembali ke dalam hubungan yang serius manusia modern. Pemberitaan Injil dan pelayanan gereja
dengan Allah. harus menyapa manusia untuk kembali ke dalam
hubungan yang serius dengan Allah.
C. Pembagian: Panggilan dan Tugas Bersama C. Pembagian: Panggilan dan Tugas Tidak berubah, hanya
penambahan redaksional.
Bersama
19. Panggilan Bersama Gereja-Gereja di Indonesia dapat dibagi atas
Catatan: Dalam banyak
dua bagian, yakni Pokok-Pokok Panggilan Bersama dan Pokok-
19. Panggilan Bersama Gereja-Gereja di Indonesia dapat diskusi dirasakan skema
Pokok Tugas Bersama. "tripanggilan gereja"
dibagi atas dua bagian, yakni Pokok-Pokok Panggilan
Bersama dan Pokok-Pokok Tugas Bersama. dianggap kurang memadai.
1. Pokok-Pokok Panggilan Bersama menunjuk pada rumusan Namun untuk
visi teologis dan misiologis mengenai panggilan bersama 1. Pokok-Pokok Panggilan Bersama menunjuk pada mengubahnya dibutuhkan
gereja-gereja di Indonesia yang bersifat jangka panjang. rumusan visi teologis dan misiologis mengenai perbincangan lebih
2. Pokok-Pokok Tugas Bersama merupakan bidang-bidang panggilan bersama gereja-gereja di Indonesia yang mendalam.
operasional tugas bersama gereja-gereja di Indonesia bersifat jangka panjang.
mewujudkan visi teologis dan misiologisnya. Pokok- Pokok 2. Pokok-Pokok Tugas Bersama merupakan bidang-
Tugas Bersama akan diperbarui setiap lima tahun sekali, bidang operasional tugas bersama gereja-gereja di
berdasarkan urgensi kebutuhan gereja-gereja di Indonesia di Indonesia di dalam mewujudkan visi teologis dan
dalam mewujudkan panggilan bersama. misiologisnya. Pokok- Pokok Tugas Bersama akan
diperbarui setiap lima tahun sekali, berdasarkan
III. Pokok-Pokok Panggilan Bersama Gereja- urgensi kebutuhan gereja-gereja di Indonesia di
dalam mewujudkan panggilan bersama.
Gereja di Indonesia
20. Panggilan Bersama Gereja-Gereja di Indonesia dapat dija- III. Pokok-Pokok Panggilan Bersama
barkan atas panggilan keesaan gereja, panggilan pembe- ritaan Injil, Gereja-Gereja di Indonesia
dan panggilan pelayanan sosial-ekologis. Ketiga bidang ini merujuk
pada apa yang dikenal sebagai tripang- gilan gereja—persekutuan 20. Panggilan Bersama Gereja-Gereja di Indonesia dapat
(koinonia), kesaksian (martyria/ kerygma), dan pelayanan dija- barkan atas panggilan keesaan gereja, panggilan
(diakonia)—namun dengan meng- ingat bahwa panggilan gereja pemberitaan Injil, dan panggilan pelayanan sosial-
tidak terbatas dalam ketiga bidang itu. Panggilan peribadahan ekologis. Ketiga bidang ini merujuk pada apa yang dikenal
(leitourgia), pengajaran (catechesis), dan penatalayanan sebagai tripanggilan gereja—persekutuan (koinonia),
(oikonomia) juga merupa- kan bidang-bidang utama panggilan kesaksian (martyria/ kerygma), dan pelayanan
gereja. (diakonia)—namun dengan meng- ingat bahwa panggilan
gereja tidak terbatas dalam ketiga bidang itu. Panggilan
peribadahan (leitourgia), pengajaran (catechesis), dan
penatalayanan (oikonomia) juga merupakan bidang-bidang
utama panggilan gereja.
a. Memeriksa keberadaan gereja, termasuk bentuk-bentuk a. Memeriksa keberadaan gereja, termasuk bentuk-bentuk
pengungkapan ibadah dan pelayanannya, untuk melihat sampai di pengungkapan ibadah dan pelayanannya, untuk melihat
mana keberadaan gereja itu—sesuai atau tidak dengan kehendak sampai di mana keberadaan gereja itu—sesuai atau tidak
Tuhan seperti diungkapkan dalam Firman-Nya; sekaligus menilai dengan kehendak Tuhan seperti diungkapkan dalam
bagaimana gereja itu setia menjalankan panggilan bersama yang di- Firman-Nya; sekaligus menilai bagaimana gereja itu setia
hadapi oleh gereja-gereja kita di tengah pergumulan masyarakat, menjalankan panggilan bersama yang dihadapi oleh gereja-
bangsa dan negara Indonesia yang sedang menuju masyarakat gereja di tengah pergumulan masyarakat, bangsa dan
berkeadaban. negara Indonesia yang sedang menuju masyarakat
berkeadaban.
b.Dan, berdasarkan pemeriksaan dan penilaian itu, gereja
mengupayakan secara realistis pembaruan dan pertum- buhan agar b.Dan, berdasarkan pemeriksaan dan penilaian itu, gereja
keberadaan gereja menjadi lebih sesuai dengan kehendak Tuhan mengupayakan secara realistis pembaruan dan
seperti diungkapkan dalam Firman-Nya dan menjadi lebih sepadan pertumbuhan agar keberadaan gereja menjadi lebih sesuai
dengan pang- gilan bersama yang dihadapi oleh gereja-gereja di dengan kehendak Tuhan seperti diungkapkan dalam
Indonesia. Firman-Nya dan menjadi lebih sepadan dengan panggilan
bersama yang dihadapi oleh gereja-gereja di Indonesia.
c.Salah satu bentuk panggilan membarui, membangun, dan
mempersatukan gereja adalah mengembangkan program-program c.Salah satu bentuk panggilan membarui, membangun, dan
yang bertujuan mencapai keman- dirian di bidang teologi, daya, dan mempersatukan gereja adalah mengembangkan program-
dana. program yang bertujuan mencapai kemandirian di bidang
teologi, daya, dan dana.
22. Panggilan membarui gereja berarti: 22. Panggilan membarui gereja berarti: Tidak berubah.
a. Gereja, sebagaimana setiap orang percaya, terus ber- usaha hidup a. Gereja, sebagaimana setiap orang percaya, terus ber-
sesuai kehendak Allah, sebab itu setiap kali memeriksa pelaksanaan usaha hidup sesuai kehendak Allah, sebab itu setiap kali
panggilannya untuk melaku- kan pembaruan, baik dalam ajaran, memeriksa pelaksanaan panggilannya untuk melakukan
pemikiran teologi maupun dalam struktur kelembagaan dan pola- pembaruan, baik dalam ajaran, pemikiran teologi maupun
pola pelayanan. Pembaruan dilakukan, antara lain dengan dalam struktur kelembagaan dan pola-pola pelayanan.
menyusun/merevisi dokumen-dokumen acuan ajaran dan Pembaruan dilakukan, antara lain dengan
penyelenggaraan panggilan gereja, seperti konfesi/ pengakuan menyusun/merevisi dokumen-dokumen acuan ajaran dan
gereja, tata gereja, buku pegangan katekisasi, buku pegangan penyelenggaraan panggilan gereja, seperti konfesi/
Sekolah Minggu, dsb. pengakuan gereja, tata gereja, buku pegangan katekisasi,
buku pegangan Sekolah Minggu, dsb.
b. Gereja, sebagai lembaga yang hidup dalam perjalanan sejarah,
baik sejarah gereja maupun sejarah bangsa Indonesia dan sejarah b. Gereja, sebagai lembaga yang hidup dalam perjalanan
bangsa-bangsa, harus terus mem- baca tanda-tanda zaman dan sejarah, baik sejarah gereja maupun sejarah bangsa
melakukan pembaruan supaya tidak ditinggalkan oleh Indonesia dan sejarah bangsa-bangsa, harus terus membaca
perkembangan sejarah, tetapi justru ikut menentukan arah tanda-tanda zaman dan melakukan pembaruan supaya
perkembangan sejarah itu. tidak ditinggalkan oleh perkembangan sejarah, tetapi justru
ikut menentukan arah perkembangan sejarah itu.
23. Panggilan membangun gereja berarti: 23. Panggilan membangun gereja berarti: Tidak berubah.
a. Memberi perhatian serius dan berkelanjutan pada pem- a. Memberi perhatian serius dan berkelanjutan pada
binaan warga dan pejabat gereja (dicipleship), baik untuk pembinaan warga dan pejabat gereja (dicipleship),
pendalaman pemahaman iman maupun penguatan baik untuk pendalaman pemahaman iman maupun
komitmen dan pengembangan keterampilan melaksana- kan penguatan komitmen dan pengembangan
panggilan gereja (bnd. Efesus 4:12–16). keterampilan melaksanakan panggilan gereja (bnd.
b. Selain pembangunan gereja secara intensif yang mene- Efesus 4:12–16).
kankan kualitas kehidupan gereja, juga pembangunan secara b. Selain pembangunan gereja secara intensif yang
ekstensif yang memperluas wilayah jangkauan dan menekankan kualitas kehidupan gereja, juga
melibatkan lebih banyak orang dalam panggilan gereja. pembangunan secara ekstensif yang memperluas
c. Membangun gereja sebagai ”pembangunan tubuh Kristus” wilayah jangkauan dan melibatkan lebih banyak
juga berarti menggunakan talenta karunia Roh Kudus orang dalam panggilan gereja.
seperti adat-istiadat dan nilai-nilai budaya, pengetahuan, c. Membangun gereja sebagai ”pembangunan tubuh
teknologi, keterampilan, dan pengalaman modern yang Kristus” juga berarti menggunakan talenta karunia
positif agar terjamin adanya pengelolaan gereja yang sebaik- Roh Kudus seperti adat-istiadat dan nilai-nilai
baiknya memperkuat gereja dalam panggilannya. budaya, pengetahuan, teknologi, keterampilan, dan
d. Pengembangan teologi dan pendidikan teologi ter- masuk pengalaman modern yang positif agar terjamin
dalam panggilan membangun gereja. adanya pengelolaan gereja yang sebaik-baiknya
memperkuat gereja dalam panggilannya.
d. Pengembangan teologi dan pendidikan teologi ter-
masuk dalam panggilan membangun gereja.
24. Panggilan mempersatukan gereja berarti: 24. Panggilan mempersatukan gereja berarti: Tidak berubah.
a. Mewujudkan hakikat keesaan gereja yang berdasar pada a. Mewujudkan hakikat keesaan gereja yang berdasar
keesaan Allah Trinitas, Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yakni pada keesaan Allah Trinitas, Bapa, Anak, dan Roh
suatu keesaan dalam ikatan kerja sama, dalam bentukbentuk Kudus, yakni suatu keesaan dalam ikatan kerja
kelembagaan yang secara efisien men dukung pelaksanaan sama, dalam bentukbentuk kelembagaan yang
panggilan bersama gereja-gereja. secara efisien men dukung pelaksanaan panggilan
b. Kelembagaan keesaan gereja-gereja tidak disusun ber- dasar bersama gereja-gereja.
kekuasaan seperti yang terdapat di dalam dunia, tetapi atas b. Kelembagaan keesaan gereja-gereja tidak disusun
persekutuan, pelayanan dan kasih (bnd. Mat. 18:1–5; Luk. berdasar kekuasaan seperti yang terdapat di dalam
22:24–38; Mrk. 10:35–45). Struktur keesaan harus dunia, tetapi atas persekutuan, pelayanan dan kasih
menjamin efisiensi dalam memahami dan men jalankan (bnd. Mat. 18:1–5; Luk. 22:24–38; Mrk. 10:35–
panggilan bersama. Sehubungan dengan itu, keesaan gereja 45). Struktur keesaan harus menjamin efisiensi
harus berakar pada warga jemaat, se- hingga keesaan itu dalam memahami dan men jalankan panggilan
tidak sekadar dilihat sebagai masalah kelembagaan, tetapi bersama. Sehubungan dengan itu, keesaan gereja
merupakan panggilan menyeluruh semua orang percaya. harus berakar pada warga jemaat, sehingga
c. Keesaan gereja adalah keesaan dalam kepelbagaian karunia keesaan itu tidak sekadar dilihat sebagai masalah
yang masing-masing gereja terima dan jalankan dalam kelembagaan, tetapi merupakan panggilan
sejarahnya. Kepelbagaian tidak dihilangkan, tidak juga menyeluruh semua orang percaya.
menjadi penghalang, tetapi mendukung kebersamaan c. Keesaan gereja adalah keesaan dalam
menjalankan panggilan gereja. kepelbagaian karunia yang masing-masing gereja
terima dan jalankan dalam sejarahnya.
Kepelbagaian tidak dihilangkan, tidak juga
menjadi penghalang, tetapi mendukung
kebersamaan menjalankan panggilan gereja.
2. Tujuan Membarui, Membangun, dan 2. Tujuan Membarui, Membangun, dan Reformulasi #25.b
26. Sesuai konteks gereja-gereja di Indonesia, kemandirian gereja 26. Sesuai konteks gereja-gereja di Indonesia, kemandirian
difokuskan pada bidang teologi, daya, dan dana yang merupakan gereja difokuskan pada bidang teologi, daya, dan dana
capaian strategis dalam rangka membarui, mem- bangun, dan yang merupakan capaian strategis dalam rangka membarui,
mempersatukan Gereja. mem- bangun, dan mempersatukan Gereja.
a. Kemandirian teologi berarti gereja mampu secara kelem- bagaan a. Kemandirian teologi berarti gereja mampu secara kelem-
mengembangkan pokok-pokok ajaran iman (konfesi/pengakuan bagaan mengembangkan pokok-pokok ajaran iman
gereja) yang relevan untuk mem- beritakan kebenaran Injil, (konfesi/pengakuan gereja) yang relevan untuk mem-
menjawab berbagai perta- nyaan dan tantangan hidup yang beritakan kebenaran Injil, menjawab berbagai perta- nyaan
mendasar dengan pemahaman kehendak Tuhan melalui Firman- dan tantangan hidup yang mendasar dengan pemahaman
Nya, dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, gereja, dan kehendak Tuhan melalui Firman-Nya, dalam kehidupan
negara (bnd. Ef. 4:14–32). pribadi, keluarga, masyarakat, gereja, dan negara (bnd. Ef.
4:14–32).
b.Kemandirian daya adalah warga, dan pejabat gereja di-
perlengkapi dengan baik dalam pemahaman dan peng- hayatan b.Kemandirian daya adalah warga, dan pejabat gereja di-
iman, komitmen moral-etis dan keterampilan untuk menjalankan perlengkapi dengan baik dalam pemahaman dan peng-
panggilan gereja (bnd. Ef. 4:11–13). hayatan iman, komitmen moral-etis dan keterampilan
untuk menjalankan panggilan gereja (bnd. Ef. 4:11–13).
c.Kemandirian dana menunjuk pada kemampuan menata- layani
sumber-sumber pembiayaan sehingga tersedia cukup untuk c.Kemandirian dana menunjuk pada kemampuan menata-
pelaksanaan panggilan gereja. layani sumber-sumber pembiayaan sehingga tersedia
cukup untuk pelaksanaan panggilan gereja.
27. Program kemandirian teologi, daya dan dana antara lain me- 27. Program kemandirian teologi, daya dan dana antara Tidak berubah.
liputi beberapa hal berikut: lain meliputi beberapa hal berikut:
a. Pengembangan teologi yang menghubungkan kebu- dayaan a. Pengembangan teologi yang menghubungkan
dan perubahan sosial dengan tradisi Kristen dan Alkitab. kebudayaan dan perubahan sosial dengan tradisi
b. Secara khusus mengembangkan teologi yang berdialog Kristen dan Alkitab.
dengan konteks kemajemukan agama dan kepercayaan, b. Secara khusus mengembangkan teologi yang
kemiskinan, ketidakadilan, kerusakan ekologis, serta pe- berdialog dengan konteks kemajemukan agama
langgaran Hak Asasi Manusia. dan kepercayaan, kemiskinan, ketidakadilan,
c. Mengembangkan pemahaman yang benar tentang ke- kerusakan ekologis, serta pelanggaran Hak Asasi
beradaan dan peranan perempuan dan laki-laki baik se- cara Manusia.
fungsional maupun struktural di dalam gereja dan c. Mengembangkan pemahaman yang benar tentang
masyarakat dalam terang Firman Tuhan. keberadaan dan peranan perempuan dan laki-laki
baik secara fungsional maupun struktural di dalam
4. Memberi keluarga peran strategis dalam peningkatan gereja dan masyarakat dalam terang Firman
kualitas sumber daya manusia (SDM) maupun dalam rangka Tuhan.
pengembangan hubungan yang setara antara laki-laki dan d. Memberi keluarga peran strategis dalam
perempuan. peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
5. Perhatian khusus pada pembinaan pemuda dan anak- anak. maupun dalam rangka pengembangan hubungan
6. Pembinaan mahasiswa dan kaum intelektual (termasuk yang setara antara laki-laki dan perempuan.
masyarakat Perguruan Tinggi), serta kaum profesional. e. Perhatian khusus pada pembinaan pemuda dan
7. Pengembangan dan pengelolaan sumber-sumber pem- anak- anak.
biayaan panggilan gereja, baik dari kalangan warga jemaat f. Pembinaan mahasiswa dan kaum intelektual
maupun dari luar. (termasuk masyarakat Perguruan Tinggi), serta
kaum profesional.
g. Pengembangan dan pengelolaan sumber-sumber
pem- biayaan panggilan gereja, baik dari kalangan
warga jemaat maupun dari luar.
Oikoumenis
30. Gereja-gereja di Indonesia mewujudkan keesaan gereja dengan
menerapkan prinsip-prinsip oikoumenis dalam hubungan antargereja
30. Gereja-gereja di Indonesia mewujudkan keesaan gereja
di Indonesia, maupun dalam hu- bungan-hubungan oikoumenis
dengan menerapkan prinsip-prinsip oikoumenis dalam
semesta, dan secara khusus dalam saling menopang menuju
hubungan antargereja di Indonesia, maupun dalam hu-
kemandirian teologi, daya, dan dana.
bungan-hubungan oikoumenis semesta, dan secara khusus
dalam saling menopang menuju kemandirian teologi, daya,
dan dana.
31. Dalam rangka gerak bersama ke arah keesaan gereja-gereja di 31. Dalam rangka gerak bersama ke arah keesaan gereja- Tidak berubah
Indonesia, pendekatan-pendekatan berikut, yang lahir dari gereja di Indonesia, pendekatan-pendekatan berikut, yang
pengalaman gereja-gereja di Indonesia dapat dianjurkan, khususnya lahir dari pengalaman gereja-gereja di Indonesia dapat
di antara gereja-gereja anggota PGI: dianjurkan, khususnya di antara gereja-gereja anggota PGI:
a. Menghormati dan menghargai identitas tiap-tiap gereja. a. Menghormati dan menghargai identitas tiap-tiap
Penghormatan itu dilihat dalam rangka identitas ber- sama gereja. Penghormatan itu dilihat dalam rangka
sebagai Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia. Identitas identitas bersama sebagai Gereja Kristen Yang Esa
bersama itu terpancar dari Pribadi dan Karya Kristus yang di Indonesia. Identitas bersama itu terpancar dari
menggarami tiap-tiap identitas. Pribadi dan Karya Kristus yang menggarami tiap-
b. Menghormati dan menghargai sejarah tiap-tiap gereja tiap identitas.
sebagai sejarah bersama. b. Menghormati dan menghargai sejarah tiap-tiap
c. Menghormati dan menghargai tugas panggilan tiap-tiap gereja sebagai sejarah bersama.
gereja sebagai tugas panggilan bersama. c. Menghormati dan menghargai tugas panggilan
d. Menghormati dan menghargai kewenangan tiap-tiap gereja tiap-tiap gereja sebagai tugas panggilan bersama.
untuk mengatur kehidupan di dalam gerejanya masing- d. Menghormati dan menghargai kewenangan tiap-
masing, sebagai pengejawantahan kewenangan bersama tiap gereja untuk mengatur kehidupan di dalam
yang dikaruniakan Kristus kepada gereja-Nya. gerejanya masing-masing, sebagai
e. Menghormati dan menghargai pengembangan teologi, daya, pengejawantahan kewenangan bersama yang
dan dana tiap-tiap gereja sebagai pengembangan bersama dikaruniakan Kristus kepada gereja-Nya.
dan tugas panggilan bersama di seluruh Indo- nesia. e. Menghormati dan menghargai pengembangan
teologi, daya, dan dana tiap-tiap gereja sebagai
pengembangan bersama dan tugas panggilan
bersama di seluruh Indonesia.
32. Pendekatan-pendekatan di atas diuraikan dengan lengkap 32. Pendekatan-pendekatan di atas diuraikan dengan Tidak berubah
dalam Dokumen Komitmen Keesaan Gereja mengenai lengkap dalam Dokumen Komitmen Keesaan Gereja
Komitmen Saling Mengakui dan Menerima di antara gereja- mengenai Komitmen Saling Mengakui dan Menerima di
gereja anggota PGI (lihat dokumen KKG). antara gereja- gereja anggota PGI (lihat dokumen KKG).
Tidak berubah
33. Prinsip-prinsip oikoumenis ini juga dapat menjadi panduan 33. Prinsip-prinsip oikoumenis ini juga dapat menjadi
dalam gerakan oikoumene di tingkat lokal dan wilayah, di panduan dalam gerakan oikoumene di tingkat lokal dan
mana PGI Wilayah (PGIW)/SAG, PGI Setempat wilayah, di mana PGI Wilayah (PGIW)/SAG, PGI
(PGIS)/PGID dan POUK berperan penting dalam gerak Setempat (PGIS)/PGID dan POUK berperan penting dalam
bersama ke arah keesaan gereja-gereja. gerak bersama ke arah keesaan gereja-gereja.
34. Hubungan antargereja tidak hanya berlangsung antargereja 34. Hubungan antargereja tidak hanya berlangsung
dalam PGI, melainkan juga dengan gereja-gereja dan lem- antargereja dalam PGI, melainkan juga dengan gereja-
baga-lembaga Kristen yang bukan anggota PGI di dalam gereja dan lembaga-lembaga Kristen yang bukan anggota
negeri dan hubungan oikoumenis dengan gereja-gereja dan PGI di dalam negeri dan hubungan oikoumenis dengan
lembaga-lembaga Kristen di luar negeri. Semua hubungan gereja-gereja dan lembaga-lembaga Kristen di luar negeri.
itu sama diterima sebagai bagian dari hubungan oikoumenis Semua hubungan itu sama diterima sebagai bagian dari
hubungan oikoumenis gereja-gereja semesta, karena setiap
gereja-gereja semesta, karena setiap gereja adalah perwu-
gereja adalah perwujudan yang penuh dari Gereja Tuhan
judan yang penuh dari Gereja Tuhan yang Am (universal) di
yang Am (universal) di dalam dunia.
dalam dunia.
35. Hubungan kerja sama dengan gereja-gereja yang 35. Hubungan kerja sama dengan gereja-gereja yang Tidak berubah.
tidak/belum menjadi anggota PGI dan dengan Gereja tidak/belum menjadi anggota PGI dan dengan Gereja
Katolik, serta lem- baga-lembaga Kristen di dalam dan di Katolik, serta lembaga-lembaga Kristen di dalam dan di
luar negeri termasuk dalam gerakan oikoumenis semesta, luar negeri termasuk dalam gerakan oikoumenis semesta,
yang diselenggarakan de- ngan memperhatikan konteks yang diselenggarakan dengan memperhatikan konteks
sosial-politik keagamaan di Indonesia, supaya menjadi sosial-politik keagamaan di Indonesia, supaya menjadi
faktor pendukung panggilan bersama gereja-gereja.
faktor pendukung panggilan bersama gereja-gereja.
36. Dengan memperhatikan semua hal di atas, PGI dan gereja- 36. Dengan memperhatikan semua hal di atas, PGI dan Poin #36b merupakan
gereja di Indonesia berupaya untuk: gereja- gereja di Indonesia berupaya untuk: usulan dari Rakernas
PGIW di Ambon (10-13
a. Melanjutkan, meningkatkan, memperluas dan mem- a. Melanjutkan, meningkatkan, memperluas dan Agustus 2023). Alasan
perdalam hubungan dengan gereja-gereja dan lembaga- mem- perdalam hubungan dengan gereja-gereja usulan itu adalah bahwa
lembaga Kristen, baik di dalam maupun di luar negeri; dan dan lembaga-lembaga Kristen, baik di dalam lembaga-lembaga seperti
b. Melanjutkan, meningkatkan, memperluas dan mem- maupun di luar negeri; dan KWI, PGLII, PGPI, PGBI,
perdalam relasi dengan wadah-wadah oikoumenis gere- jawi b. Melanjutkan, meningkatkan, memperluas dan GOI, Advent, Bala
Keselamatan, dll yang
KWI, PGLII, PGPI, PGBI, GOI, Advent, Bala Keselamatan, memperdalam relasi dengan wadah-wadah aliran
disebut di sini bukan
dll. di Indonesia dalam bentuk dialog dan kegiatan-kegiatan gerejawi lain seperti KWI, PGLII, PGPI, PGBI, badan oikoumenis,
bersama di lingkup nasional, regional, dan lokal. GOI, Advent, Bala Keselamatan, dll. di Indonesia melainkan merupakan
c. Secara khusus gereja-gereja anggota PGI diharapkan dalam bentuk dialog dan kegiatan-kegiatan penyatuan salah satu
memelopori dan/atau mendukung gerakan keesaan bersama di lingkup nasional, regional, dan lokal. "aliran" dalam
lokal/regional melalui wadah-wadah keesaan seperti c. Secara khusus gereja-gereja anggota PGI kekristenan.
PGIW/SAG, PGD/PGIS, yang melibatkan gereja-gereja, diharapkan memelopori dan/atau mendukung
baik anggota PGI maupun yang bukan/belum anggota PGI. gerakan keesaan lokal/regional melalui wadah-
wadah keesaan seperti PGIW/SAG, PGD/PGIS,
yang melibatkan gereja-gereja, baik anggota PGI
maupun yang bukan/belum anggota PGI.
1. Arti Injil dan Pemberitaan Injil 1. Arti Injil dan Pemberitaan Injil
37. Injil adalah berita keselamatan mengenai pertobatan dan 37. Injil adalah berita keselamatan mengenai pertobatan
pembaruan yang tersedia bagi manusia (bnd. Mrk. 1:15; 16:17) serta dan pembaruan yang tersedia bagi manusia (bnd. Mrk.
kebebasan, keadilan, kebenaran, dan kesejahteraan yang 1:15; 16:17) serta kebebasan, keadilan, kebenaran, dan
dikehendaki Tuhan untuk dunia (bnd. Luk. 4:18–21). ”Sebab Injil kesejahteraan yang dikehendaki Tuhan untuk dunia (bnd.
adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan manusia” (Rm. 1:16). Luk. 4:18–21). ”Sebab Injil adalah kekuatan Allah yang
Injil adalah berita kesukaan mengenai Kerajaan Allah yang menyelamatkan manusia” (Rm. 1:16). Injil adalah berita
diberitakan Yesus Kristus: ”pembebasan kepada orang-orang kesukaan mengenai Kerajaan Allah yang diberitakan
tawanan, dan penglihatan bagi orang- orang buta, untuk Yesus Kristus: ”pembebasan kepada orang-orang tawanan,
membebaskan orang-orang yang ter- tindas, untuk memberitakan dan penglihatan bagi orang- orang buta, untuk
tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk. 4:19 bnd. Mat. 24:14; Luk. membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
4:43; Kis. 8:12). Para murid Yesus dan gereja meneruskan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk.
pemberitaan tanda- tanda Injil Kerajaan Allah ke seluruh dunia: 4:19 bnd. Mat. 24:14; Luk. 4:43; Kis. 8:12). Para murid
keadilan, per- damaian, kesejahteraan, dan keutuhan ciptaan. Yesus dan gereja meneruskan pemberitaan tanda-tanda
Injil Kerajaan Allah ke seluruh dunia: keadilan,
perdamaian, kesejahteraan, dan keutuhan ciptaan.
38. Injil adalah Berita Kesukaan yang utuh dan menyeluruh 38. Injil adalah Berita Kesukaan yang utuh dan Tidak berubah.
untuk seluruh ciptaan, yaitu manusia dan alam lingkungan menyeluruh untuk seluruh ciptaan, yaitu manusia dan alam
hidupnya serta keutuhannya. Injil yang seutuhnya itu di- lingkungan hidupnya serta keutuhannya. Injil yang
beritakan kepada manusia yang seutuhnya, sebab Injil itu seutuhnya itu diberitakan kepada manusia yang seutuhnya,
mencakup seluruh segi kehidupan manusia, tidak hanya sebab Injil itu mencakup seluruh segi kehidupan manusia,
kehidupan nanti di surga, tetapi juga kehidupan sekarang di tidak hanya kehidupan nanti di surga, tetapi juga
kehidupan sekarang di dunia ini. Injil bukan berita yang
dunia ini. Injil bukan berita yang berkeping-keping, yang di
berkeping-keping, yang di dalamnya kepingan yang satu
dalamnya kepingan yang satu dipertentangkan dengan ke-
dipertentangkan dengan kepingan yang lain, seperti
pingan yang lain, seperti misalnya mempertentangkan segi misalnya mempertentangkan segi ”vertikal” dengan segi
”vertikal” dengan segi ”horizontal”. Injil itu bukan hanya ”horizontal”. Injil itu bukan hanya mengenai jiwa atau roh
mengenai jiwa atau roh manusia, melainkan juga mengenai manusia, melainkan juga mengenai seluruh
seluruh keberadaannya, baik sebagai makhluk rohani mau- keberadaannya, baik sebagai makhluk rohani mau- pun
pun sebagai makhluk politik, makhluk sosial, makhluk sebagai makhluk politik, makhluk sosial, makhluk
ekonomi, makhluk ilmu dan teknologi, makhluk ekonomi, makhluk ilmu dan teknologi, makhluk
kebudayaan, dan seterusnya. kebudayaan, dan seterusnya.
39. Pemberitaan Injil kepada seluruh ciptaan mengandung 39. Pemberitaan Injil kepada seluruh ciptaan mengandung Tidak berubah.
makna tanggung jawab terhadap keutuhan seluruh ciptaan makna tanggung jawab terhadap keutuhan seluruh ciptaan
Tuhan yang ”sungguh amat baik” (bnd. Kej. 2:31). Tuhan Tuhan yang ”sungguh amat baik” (bnd. Kej. 2:31). Tuhan
memberi mandat untuk mengusahakan dan memelihara memberi mandat untuk mengusahakan dan memelihara
seluruh ciptaan-Nya (bnd. Kej. 2:15). Karena dosa manusia seluruh ciptaan-Nya (bnd. Kej. 2:15). Karena dosa
maka bumi pun ikut terkutuk (bnd. Kej. 3:17–18) dan di- manusia maka bumi pun ikut terkutuk (bnd. Kej. 3:17–18)
taklukkan kepada kesia-siaan dan perbudakan kebinasaan. dan ditaklukkan kepada kesia-siaan dan perbudakan
Seluruh ciptaan ikut mengerang kesakitan ketika bersalin, kebinasaan. Seluruh ciptaan ikut mengerang kesakitan
menanti kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah (Rm. ketika bersalin, menanti kemerdekaan kemuliaan anak-
8:20–22). Allah menghendaki pulihnya kembali hubungan anak Allah (Rm. 8:20–22). Allah menghendaki pulihnya
yang utuh dan menyeluruh antarseluruh ciptaan (bnd. Yes. kembali hubungan yang utuh dan menyeluruh antarseluruh
ciptaan (bnd. Yes. 11:1–10). Kristus datang untuk
11:1–10). Kristus datang untuk membarui segala sesuatu
membarui segala sesuatu (bnd. Why. 21:5) dan di dalam
(bnd. Why. 21:5) dan di dalam Kristus manusia adalah
Kristus manusia adalah ciptaan baru (bnd. 2Kor. 5:17).
ciptaan baru (bnd. 2Kor. 5:17).
40. Inti pemberitaan Injil adalah salib dan kebangkitan Yesus 40. Inti pemberitaan Injil adalah salib dan kebangkitan Tidak berubah.
Kristus. Di dalamnya berlangsung tindakan pengosongan Yesus Kristus. Di dalamnya berlangsung tindakan
diri, penjelmaan-Nya (inkarnasi) dan ketaatan-Nya (bnd. pengosongan diri, penjelmaan-Nya (inkarnasi) dan
Flp. 2:7–8) serta kemuliaan Allah. Aspek-aspek ini ketaatan-Nya (bnd. Flp. 2:7–8) serta kemuliaan Allah.
mendasari tindakan pekabaran Injil yang dilaksanakan oleh Aspek-aspek ini mendasari tindakan pekabaran Injil yang
gereja- gereja, sehingga pelaksanaan pemberitaan Injil harus dilaksanakan oleh gereja-gereja, sehingga pelaksanaan
pemberitaan Injil harus di- jalankan dengan pendekatan-
di- jalankan dengan pendekatan-pendekatan yang lemah
pendekatan yang lemah lembut dan hormat, dengan hati
lembut dan hormat, dengan hati nurani yang murni (bnd.
nurani yang murni (bnd. 1Ptr. 3:15– 16); serta
1Ptr. 3:15– 16); serta mengembangkan dialog yang mengembangkan dialog yang konstruktif dengan semua
konstruktif dengan semua pihak dan memperhatikan pihak dan memperhatikan konteks masyarakat (sosial,
konteks masyarakat (sosial, budaya, agama, ideologi, budaya, agama, ideologi, politik, ekonomi).
politik, ekonomi).
Tidak berubah.
2. Kewajiban Gereja Memberitakan Injil 2. Kewajiban Gereja Memberitakan
41. Pemberitaan Injil adalah penugasan Kristus sendiri bagi gereja-
Injil
Nya untuk mengabarkan Injil ”kepada seluruh cip- taan”, kepada
”semua bangsa” ”sampai ke ujung bumi” dan ”sampai kepada akhir 41. Pemberitaan Injil adalah penugasan Kristus sendiri
zaman” dengan kuat kuasa dari kehadiran Kristus yang disalibkan bagi gereja-Nya untuk mengabarkan Injil ”kepada seluruh
dan bangkit, serta yang hadir dalam Roh Kudus di tengah kehidupan ciptaan”, kepada ”semua bangsa” ”sampai ke ujung bumi”
dunia dan gereja-Nya (bnd. Mrk. 1:17; 3:14; 16:15–16; Mat. 28:16– dan ”sampai kepada akhir zaman” dengan kuat kuasa dari
20; Kis. 1:8; 1Kor. 1:17, 23). kehadiran Kristus yang disalibkan dan bangkit, serta yang
hadir dalam Roh Kudus di tengah kehidupan dunia dan
gereja-Nya (bnd. Mrk. 1:17; 3:14; 16:15–16; Mat. 28:16–
20; Kis. 1:8; 1Kor. 1:17, 23).
42. Gereja-gereja di Indonesia lahir dari pemberitaan saksi-saksi 42. Gereja-gereja di Indonesia lahir dari pemberitaan saksi- Tidak berubah.
Kristus mulai dari Kota Yerusalem, seluruh Yudea, Samaria, dan saksi Kristus mulai dari Kota Yerusalem, seluruh Yudea,
sampai ke ujung bumi (bnd. Kis. 1:8). Sesuai amanat Kristus, tugas Samaria, dan sampai ke ujung bumi (bnd. Kis. 1:8). Sesuai
panggilan itu terus berlanjut kepada semua bangsa dan kepada amanat Kristus, tugas panggilan itu terus berlanjut kepada
seluruh ciptaan sampai kepada akhir zaman (bnd. Mat. 28:20; Mrk. semua bangsa dan kepada seluruh ciptaan sampai kepada
16:15), termasuk Indonesia, sebagai satu wilayah kesaksian dan akhir zaman (bnd. Mat. 28:20; Mrk. 16:15), termasuk
pelayanan bersama gereja-gereja. Indonesia, sebagai satu wilayah kesaksian dan pelayanan
bersama gereja-gereja.
Tidak berubah.
3. Cara Pemberitaan Injil 3. Cara Pemberitaan Injil
43. Panggilan pemberitaan Injil dilaksanakan oleh gereja 43. Panggilan pemberitaan Injil dilaksanakan oleh gereja
melalui seluruh aspek kehidupannya, termasuk melalui melalui seluruh aspek kehidupannya, termasuk melalui
kehidupan dan kehadiran warga gereja sehari-hari di tengah- kehidupan dan kehadiran warga gereja sehari-hari di
tengah masya- rakat. Sebab itu, setiap warga gereja harus tengah-tengah masyarakat. Sebab itu, setiap warga gereja
diperlengkapi untuk hidup berpadanan dengan Injil sehingga harus diperlengkapi untuk hidup berpadanan dengan Injil
menjadi kesaksian bagi dunia sekelilingnya. Panggilan sehingga menjadi kesaksian bagi dunia sekelilingnya.
Panggilan kesaksian dan memberitakan Injil harus
kesaksian dan memberitakan Injil harus dilaksanakan
dilaksanakan dengan menampilkan keteladanan yang
dengan menampil- kan keteladanan yang prima dalam
prima dalam berbagai aspek kehidupan, sebagai wujud
berbagai aspek kehi- dupan, sebagai wujud adanya adanya integralitas antara perkataan dan perbuatan (Yoh.
integralitas antara perkataan dan perbuatan (Yoh. 13:15; 13:15; 1Tim. 4:12).
1Tim. 4:12).
44. Pemberitaan Injil dapat dilaksanakan oleh setiap gereja 44. Pemberitaan Injil dapat dilaksanakan oleh setiap gereja Tidak berubah.
dengan membentuk lembaga khusus melalui orang-orang dengan membentuk lembaga khusus melalui orang-orang
yang diperlengkapi dengan baik, sehingga memahami dan yang diperlengkapi dengan baik, sehingga memahami dan
menghayati Injil dan mampu memberitakan Injil dengan menghayati Injil dan mampu memberitakan Injil dengan
cara-cara atau sarana yang tepat sesuai konteks sosial- cara-cara atau sarana yang tepat sesuai konteks sosial-
budaya keagamaan masyarakatnya. budaya keagamaan masyarakatnya.
45. Pemberitaan Injil terkait dengan keesaan gereja (Yoh. 45. Pemberitaan Injil terkait dengan keesaan gereja (Yoh. Tidak berubah.
17:21). Sebab itu, adanya gereja-gereja yang berbeda tradisi 17:21). Sebab itu, adanya gereja-gereja yang berbeda
deno- minasinya tidak boleh menjadi kendala bagi tradisi denominasinya tidak boleh menjadi kendala bagi
kesaksian Injil bagi dunia, karena hanya satu Injil, yakni kesaksian Injil bagi dunia, karena hanya satu Injil, yakni
Injil Yesus Kristus (bnd. Gal. 1:6; 2Kor. 11:4). Injil Yesus Kristus (bnd. Gal. 1:6; 2Kor. 11:4).
46. Pemberitaan Injil dalam masyarakat majemuk di Indonesia 46. Pemberitaan Injil dalam masyarakat majemuk di Tidak berubah.
harus peka terhadap hubungan yang harmonis antar- agama. Indonesia harus peka terhadap hubungan yang harmonis
Dalam masyarakat majemuk seperti itu, kehadiran antar- agama. Dalam masyarakat majemuk seperti itu,
(praesensia) gereja yang peka terhadap dunia sekitarnya, kehadiran (praesensia) gereja yang peka terhadap dunia
proaktif di dalam mengambil prakarsa penyelesaian per- sekitarnya, proaktif di dalam mengambil prakarsa
soalan-persoalan sosial-ekologis bersama, dan solider de- penyelesaian persoalan-persoalan sosial-ekologis bersama,
ngan nasib masyarakat, sesungguhnya merupakan pem- dan solider dengan nasib masyarakat, sesungguhnya
beritaan Injil. Hubungan baik antartokoh agama maupun merupakan pemberitaan Injil. Hubungan baik antartokoh
antara lembaga-lembaga keumatan merupakan bentuk dan agama maupun antara lembaga-lembaga keumatan
dukungan kesaksian Kristen. merupakan bentuk dan dukungan kesaksian Kristen.
48. Panggilan pelayanan sosial-ekologis gereja-gereja didasarkan 48. Panggilan pelayanan sosial-ekologis gereja-gereja Perubahan redaksional.
pada beberapa prinsip teologis: didasarkan pada beberapa prinsip teologis:
a. Mandat penciptaan: tanggung jawab untuk mengelola, a. Mandat penciptaan: tanggung jawab untuk
memelihara dan melestarikan ciptaan Allah (bnd. Kej. 1:26– mengelola, memelihara dan melestarikan ciptaan
28; Mzm. 8). Allah (bnd. Kej. 1:26–28; Mzm. 8).
b. Mandat pemberitaan Injil kepada semua ciptaan (Mrk. 16), b. Mandat pemberitaan Injil kepada semua ciptaan
untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah, yakni (Mrk. 16), untuk menghadirkan tanda-tanda
keadilan, perdamaian, damai sejahtera, dan keutuhan ciptaan Kerajaan Allah, yakni keadilan, perdamaian,
dalam masyarakat di mana gereja hadir. damai sejahtera, dan keutuhan ciptaan dalam
c. Melanjutkan teladan pelayanan Yesus Kristus yang de- ngan masyarakat di mana gereja hadir.
kekuatan Roh Kudus ”memberitakan pembebasan kepada c. Melanjutkan teladan pelayanan Yesus Kristus
orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang yang dengan kekuatan Roh Kudus ”memberitakan
buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk. penglihatan bagi orang-orang buta, untuk
4:19). membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
d. Panggilan pelayanan sosial-ekologis gereja-gereja juga memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang”
merupakan tanggung jawab moral warga gereja sebagai (Luk. 4:19).
warga negara dalam memperjuangkan cita-cita Negara d. Panggilan pelayanan sosial-ekologis gereja-gereja
Kesatuan Republik Indonesia mewujudkan masyarakat juga merupakan tanggung jawab moral warga
Indonesia yang adil, makmur, dan sentosa. Dalam hal ini, gereja sebagai warga negara dalam
gereja-gereja berpartisipasi secara positif, kritis, kreatif, dan memperjuangkan cita-cita Negara Kesatuan
realistis, dengan tetap berpengharapan dan trans- formatif Republik Indonesia untuk mewujudkan
dalam pembangunan, dan menjalin kerja sama dengan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan
pemerintah, masyarakat, dan semua umat ber- agama dan sentosa. Dalam hal ini, gereja-gereja berpartisipasi
berkepercayaan. secara positif, kritis, kreatif, dan realistis, dengan
e. Gereja-gereja mengakui kekuasaan negara berasal dari tetap berpengharapan dan transformatif dalam
Allah untuk mewujudkan keadilan, perdamaian, dan pembangunan, dan menjalin kerja sama dengan
kesejahteraan dalam masyarakat. Sebab itu, gereja taat pemerintah, masyarakat, dan semua umat ber-
kepada pemerintah sesuai hukum yang berlaku dan men- agama dan berkepercayaan.
jadi mitra dalam panggilan sosial-ekologis. Namun, jika e. Gereja-gereja mengakui kekuasaan negara berasal
pemerintah tidak menjalankan kekuasaan sebagaimana dari Allah untuk mewujudkan keadilan,
mestinya maka gereja mengutamakan ketaatan kepada perdamaian, dan kesejahteraan dalam masyarakat.
kehendak Allah. Sebab itu, gereja taat kepada pemerintah sesuai
hukum yang berlaku dan menjadi mitra dalam
panggilan sosial-ekologis. Namun, jika pemerintah
tidak menjalankan kekuasaan sebagaimana
mestinya maka gereja mengutamakan ketaatan
kepada kehendak Allah.
49. Tujuan panggilan pelayanan sosial-ekologis gereja-gereja adalah 49. Tujuan panggilan pelayanan sosial-ekologis gereja- Perubahan redaksional.
menyatakan kehendak Allah untuk mewujudkan ke- hidupan gereja adalah menyatakan kehendak Allah untuk
manusia yang adil, damai, dan sejahtera dalam dunia sebagai mewujudkan kehidupan manusia yang adil, damai, dan
lingkungan hidup yang utuh dan lestari; supaya orang-orang yang sejahtera dalam dunia sebagai lingkungan hidup yang utuh
menderita dan miskin dibantu untuk mengalami kasih pemeliharaan dan lestari; dan, dengan itu, orang-orang yang menderita
Allah dan alam dipulihkan menjadi tanda kemuliaan Allah. dan miskin dibantu untuk mengalami kasih pemeliharaan
Allah, dan tatanan ciptaan dipulihkan menjadi tanda
kemuliaan-Nya.
Tidak berubah.
2. Pokok-Pokok Panggilan Sosial- 2. Pokok-Pokok Panggilan Sosial-
Ekologis Gereja Ekologis Gereja
50. Gereja-gereja di Indonesia mengaku bahwa NKRI, yang 50. Gereja-gereja di Indonesia mengaku bahwa Negara
ber- dasarkan Pancasila dan UUD 1945, adalah karunia Kesatuan Republik Indonesia, yang berdasarkan Pancasila
Allah kepada bangsa Indonesia. Karena itu, gereja-gereja dan UUD 1945, adalah karunia Allah kepada bangsa
berkomit- men memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Karena itu, gereja-gereja berkomitmen
Indonesia sebagaimana diungkapkan dalam Pembukaan memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia
UUD 1945. sebagaimana diungkapkan dalam Pembukaan UUD 1945.
51. Pada setiap zaman, komitmen itu diterjemahkan sesuai 51. Pada setiap zaman, komitmen itu diterjemahkan sesuai Tidak berubah.
dengan konteks perkembangan sosial-politik yang me- dengan konteks perkembangan sosial-politik yang me-
nandai semangat zaman tersebut, sembari tetap diterangi nandai semangat zaman tersebut, sembari tetap diterangi
oleh Firman Tuhan dengan mengandalkan bimbingan kuat oleh Firman Tuhan dengan mengandalkan bimbingan kuat
dan kuasa Roh Kudus. Sesuai dengan konteks Indonesia dan kuasa Roh Kudus. Sesuai dengan konteks Indonesia
dewasa ini, pokok-pokok panggilan pelayanan sosial- dewasa ini, pokok-pokok panggilan pelayanan sosial-
ekologis gereja-gereja meliputi pelayanan politik,
ekologis gereja-gereja meliputi pelayanan politik,
penegakan keadilan sosial, dan Hak Asasi Manusia, serta
penegakan keadilan sosial, dan Hak Asasi Manusia, serta
menjaga kelestarian alam.
menjaga kelestarian alam.
2.a. Gereja dan Politik 2.a. Gereja dan Politik Tidak berubah.
52. Gereja-gereja di Indonesia medukung Pancasila sebagai dasar 52. Gereja-gereja di Indonesia medukung Pancasila
ideologi NKRI. Pancasila merupakan dasar keberadaan negara- sebagai dasar ideologi NKRI. Pancasila merupakan dasar
bangsa Republik Indonesia, suatu ”rumah bersama” bagi semua keberadaan negara-bangsa Republik Indonesia, suatu
golongan. Di atas dasar inilah cita-cita untuk membangun ”rumah bersama” bagi semua golongan. Di atas dasar
masyarakat yang beraneka ragam, namun terus mengupayakan inilah cita-cita untuk membangun masyarakat yang
persatuan—sesuai semboyan Bhinneka Tunggal Ika—dapat dicapai. beraneka ragam, namun terus mengupayakan persatuan—
Sebab itu, gereja-gereja di Indonesia menekankan pengamalan sesuai semboyan Bhinneka Tunggal Ika—dapat dicapai.
Pancasila: Sebab itu, gereja-gereja di Indonesia menekankan
pengamalan Pancasila:
a. dengan semangat Ketuhanan Yang Maha Esa yang meng-
hargai berbagai keyakinan agama yang berbeda-beda, a. dengan semangat Ketuhanan Yang Maha Esa yang
b. dan dijiwai oleh nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan menghargai berbagai keyakinan agama yang
beradab, dengan menjunjung Hak Asasi Manusia, berbeda-beda,
c. maka gereja-gereja terus mengupayakan persatuan dan b. dan dijiwai oleh nilai-nilai kemanusiaan yang adil
melawan segala bentuk pengotak-ngotakan berdasarkan dan beradab, dengan menjunjung Hak Asasi
SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), Manusia,
d. menegakkan demokrasi yang substansial dan menen- tang c. maka gereja-gereja terus mengupayakan persatuan
segala bentuk otoritarianisme, militerisme, dan dan melawan segala bentuk pengotak-ngotakan
penyimpangan demokrasi, berdasarkan SARA (Suku, Agama, Ras, dan
e. serta memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh Antar-golongan),
masyarakat Indonesia d. menegakkan demokrasi yang substansial dan
menen- tang segala bentuk otoritarianisme,
militerisme, dan penyimpangan demokrasi,
e. serta memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh
masyarakat Indonesia
53. Gereja-gereja di Indonesia dalam panggilan politiknya, 53. Gereja-gereja di Indonesia dalam panggilan politiknya, Tidak berubah.
a. mendukung dan mempertahankan Pancasila dan dengan a. mendukung dan mempertahankan Pancasila dan
berbagai upaya memperjuangkan penerapan nilai-nilai dengan berbagai upaya memperjuangkan
Pancasila dalam penyusunan peraturan perundang- penerapan nilai-nilai Pancasila dalam penyusunan
undangan yang berlaku, dan dalam penegakan Hak Asasi peraturan perundang- undangan yang berlaku, dan
Manusia di Indonesia, dalam penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia,
b. tidak terlibat dalam politik kekuasaan dan menolak agama b. tidak terlibat dalam politik kekuasaan dan menolak
diperalat dalam percaturan kekuasaan untuk kepentingan agama diperalat dalam percaturan kekuasaan untuk
sesaat dari suatu golongan politik, kepentingan sesaat dari suatu golongan politik,
c. bersifat mandiri, terlepas dari kepentingan golongan, namun c. bersifat mandiri, terlepas dari kepentingan
melakukan pendidikan politik bagi warganya untuk dapat golongan, namun melakukan pendidikan politik
menjalankan hak-hak dan kewajiban- kewajiban politik bagi warganya untuk dapat menjalankan hak-hak
sebagai warga negara secara dewasa dan bertanggung dan kewajiban- kewajiban politik sebagai warga
jawab, serta dilandasi oleh nilai-nilai kristiani, negara secara dewasa dan bertanggung jawab,
d. melalui warga gereja yang bergiat dalam politik ke- serta dilandasi oleh nilai-nilai kristiani,
kuasaan, gereja-gereja mengharapkan mereka berpolitik d. melalui warga gereja yang bergiat dalam politik
dengan santun dan beradab, menghindari cara-cara kotor kekuasaan, gereja-gereja mengharapkan mereka
berpolitik, dan bertekad menyeimbangkan ke- kuasaan berpolitik dengan santun dan beradab,
(power), keadilan (justice), dan kasih (love). menghindari cara-cara kotor berpolitik, dan
bertekad menyeimbangkan kekuasaan (power),
keadilan (justice), dan kasih (love).
2.b. Gereja dan Tuntutan Keadilan Sosial 2.b. Gereja dan Tuntutan Keadilan Reformulasi problem
pokok arah pembangunan
Sosial ekonomi: pasar bebas yang
54. Gereja-gereja di Indonesia menilai bahwa ketidakadilan sosial memihak pada pengusaha
dalam masyarakat Indonesia makin melebar. Ketidak- adilan sosial besar dan investor.
54. Gereja-gereja di Indonesia menilai bahwa
mengemuka pada masa pembangunan ekonomi Orde Baru, dan
ketidakadilan sosial dalam masyarakat Indonesia makin Ditengarai arah ini dijiwai
makin melebar setelah Reformasi politik Indonesia, akibat pilihan
melebar. Ketidakadilan sosial mengemuka pada masa oleh etos kerakusan dan
pembangunan ekonomi yang mengikuti sistem pasar bebas, yang
pembangunan ekonomi Orde Baru, dan makin melebar konsumerisme yang
memihak pengusaha besar dan investor, baik dalam negeri maupun menjadi akar krisis
setelah Reformasi politik Indonesia, akibat pilihan arah
asing. Globalisasi ekonomi yang menerapkan paham neoliberal-
pembangunan ekonomi pasar bebas yang memihak berbagai ranah.
isme ini ternyata menimbulkan berbagai krisis: krisis ke- uangan,
pengusaha besar dan investor, baik dalam negeri maupun
krisis pangan, krisis energi, krisis keamanan, krisis lingkungan
asing. Pilihan arah pembangunan ekonomi yang dijiwai
hidup, dan seterusnya.
oleh etos kerakusan dan konsumerisme itu ternyata
menimbulkan berbagai krisis: krisis keuangan, krisis
pangan, krisis energi, krisis keamanan, krisis lingkungan
hidup, dan seterusnya.
55. Dalam konteks itu, gereja-gereja di Indonesia mendengar 55. Dalam konteks itu, gereja-gereja di Indonesia Tidak berubah.
dengan sungguh-sungguh suara kenabian, ”biarlah keadilan mendengar dengan sungguh-sungguh suara kenabian,
bergulung-gulung seperti air, dan kebenaran seperti sungai ”biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air, dan
yang selalu mengalir” (Am. 5:24), dan berupaya dengan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir” (Am.
serius untuk melawan sistem ekonomi yang tidak adil dan 5:24), dan berupaya dengan serius untuk melawan sistem
tidak ramah lingkungan, serta menawarkan solusi alternatif ekonomi yang tidak adil dan tidak ramah lingkungan, serta
menawarkan solusi alternatif bagi penciptaan ekonomi
bagi penciptaan ekonomi pro-rakyat yang membawa
pro-rakyat yang membawa keadilan dan kesejahteraan
keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh ciptaan.
bagi seluruh ciptaan.
56. Gereja-gereja di Indonesia bersama-sama semua kelompok 56. Gereja-gereja di Indonesia bersama-sama semua Penekanan pada
agama dan mereka yang berkehendak baik, terpanggil untuk kelompok agama dan mereka yang berkehendak baik, pendekatan kebutuhan
menjawab tuntutan keadilan sosial dengan memberi per- terpanggil untuk menjawab tuntutan keadilan sosial dasar (basic needs
hatian khusus pada hak-hak dan kebutuhan dasar masya- dengan memberi perhatian khusus pada hak-hak dan approach) dalam melihat
rakat banyak, yakni sandang, pangan, papan, pendidikan, kebutuhan dasar (basic needs) masyarakat banyak, yakni pembangunan
dan kesehatan. sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan.
2.c. Gereja dan Perjuangan Hak Asasi Manusia 2.c. Gereja dan Perjuangan Hak Asasi Perubahan redaksional
Manusia
57. Gereja-gereja mengaku bahwa seluruh umat manusia, baik laki-
laki maupun perempuan, diciptakan seturut dengan gambar dan citra
57. Gereja-gereja mengaku bahwa seluruh umat manusia,
Allah sendiri (Kej. 1:26–27). Sebagai citra Allah, setiap manusia
baik laki-laki maupun perempuan, diciptakan seturut
memiliki hak-hak asasi yang menyatu dengan dirinya, sebagaimana
dengan gambar dan citra Allah sendiri (Kej. 1:26–27).
ditetapkan baik dalam UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Sejagat
Sebagai citra Allah, setiap manusia memiliki hak-hak asasi
Hak Asasi Manusia (1948).
yang menyatu dengan dirinya, sebagaimana ditetapkan
baik dalam UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia (1948).
58. Gereja-gereja mencermati bahwa dalam masyarakat Indo- 58. Gereja-gereja mencermati bahwa dalam masyarakat Tidak berubah.
nesia banyak tindakan-tindakan yang merendahkan dan Indo- nesia banyak tindakan-tindakan yang merendahkan
melecehkan harkat dan martabat manusia, baik dalam skala dan melecehkan harkat dan martabat manusia, baik dalam
masif maupun dalam praktik hidup sehari-hari. Praktik- skala masif maupun dalam praktik hidup sehari-hari.
praktik itu tampak dalam kebijakan diskriminatif berdasar- Praktik-praktik itu tampak dalam kebijakan diskriminatif
kan suku, warna kulit, etnis, agama, kepercayaan, jenis berdasarkan suku, warna kulit, etnis, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, maupun orientasi seksual yang berbeda.
kelamin, maupun orientasi seksual yang berbeda. Praktik-
Praktik-praktik diskriminatif ini bertentangan dengan
praktik diskriminatif ini bertentangan dengan prinsip ke-
prinsip kesetaraan warga negara Indonesia di hadapan
setaraan warga negara Indonesia di hadapan hukum dan hukum dan pemerintahan (bnd. UUD 1945, psl. 1 ayat 3
pemerintahan (lihat UUD 1945, psl. 1 ayat 3 dan psl. 27 dan psl. 27 ayat 1), dan tidak sejalan dengan perlindungan
ayat 1), dan tidak sejalan dengan perlindungan Hak Asasi Hak Asasi Manusia yang ingin ditegakkan.
Manusia yang ingin ditegakkan.
59. Gereja-gereja di Indonesia mencatat bahwa Hak Asasi 58. Gereja-gereja di Indonesia mencatat bahwa Hak Asasi Perbaikan redaksional
Manusia kelompok-kelompok rentan, seperti kaum perem- Manusia kelompok-kelompok rentan, seperti kaum perem-
puan, anak-anak, mereka yang berkebutuhan khusus, kaum puan, anak-anak, mereka yang berkebutuhan khusus,
miskin, masyarakat adat, komunitas penghayat keperca- kaum miskin, masyarakat adat, komunitas penghayat
yaan, dan LGBTQ selama ini sering dinafikan. Karena itu, kepercayaan, dan LGBTQ selama ini sering dinafikan.
mendesak pemerintah untuk memenuhi tanggung jawab- Karena itu, gereja-gereja mendesak pemerintah untuk
nya melakukan perlindungan, pemajuan, penegakan, dan memenuhi tanggung jawabnya melakukan perlindungan,
pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak-hak asasi
pemenuhan hak-hak asasi mereka (bnd. UUD 1945, psl. 28
mereka (bnd. UUD 1945, psl. 28 ayat 4).
ayat 4).
60. Gereja-gereja di Indonesia juga mengajak umat beragama 60. Gereja-gereja di Indonesia juga mengajak umat Tidak berubah.
dan berkepercayaan lain serta semua orang yang berke beragama dan berkepercayaan lain serta semua orang yang
hendak baik, untuk bersama-sama memperjuangkan agar berke hendak baik, untuk bersama-sama memperjuangkan
Hak Asasi Manusia dihargai dan dilindungi sebagaimana agar Hak Asasi Manusia dihargai dan dilindungi
mestinya. sebagaimana mestinya.
2.d. Gereja dan Pemeliharaan Ciptaan 2.d. Gereja dan Keutuhan Ciptaan Perbaikan redaksional,
sekaligus mengembalikan
pada gagasan "keutuhan
61. Gereja-gereja mengaku bahwa Allah memberi mandat ke- 61. Gereja-gereja mengaku bahwa Allah memberi mandat ciptaan"
pada manusia untuk menjadi mitra kerja Allah dalam me- kepada manusia untuk menjadi mitra kerja Allah dalam
rawat dan menjaga bumi, alam beserta segala isinya (bnd. meawat dan menjaga bumi, alam beserta segala isinya
Kej. 2:15), agar menjadi ”rumah kediaman” (oikos) di mana (bnd. Kej. 2:15), agar menjadi ”rumah kediaman” (oikos)
segala ciptaan dapat tinggal dan hidup bersama dengan di mana segala ciptaan dapat tinggal dan hidup bersama
harmonis. Namun, karena dosa, manusia gagal sehingga dengan harmonis. Namun, karena dosa, manusia telah
gagal, sehingga bukannya memelihara malah merusak
bukannya memelihara melainkan merusak ciptaan. Akan
ciptaan. Akan tetapi, oleh penebusan Kristus, manusia
tetapi, oleh penebusan Kristus, manusia dipulihkan untuk
dipulihkan untuk kembali melaksanakan panggilan
kembali me- laksanakan panggilan ekologisnya, merawat ekologisnya, yakni merawat dan menjaga bumi agar di
dan menjaga bumi, supaya di dalam ”rumah tangga Allah” dalam ”rumah tangga Allah” ini kehidupan berkembang
ini kehidupan berkembang baik dan mencapai baik dan mencapai kepenuhannya kelak, ketika semua
kepenuhannya kelak, ketika semua telah diperdamaikan telah diperdamaikan dengan Allah (bnd. Kol. 1:20) dan
dengan Allah (bnd. Kol. 1:20) dan ”Allah menjadi semua di ”Allah menjadi semua di dalam semua” (1Kor. 12:15).
dalam semua” (1Kor. 12:15).
62. Panggilan ekologis gereja-gereja di Indonesia berhadapan 62. Panggilan ekologis gereja-gereja di Indonesia Perubahan redaksional
dengan kenyataan krisis ekologis akibat eksploitasi dan berhadapan dengan kenyataan krisis ekologis akibat untuk menekankan nafsu
perusakan sumber daya alam secara berlebihan dalam eksploitasi dan perusakan sumber daya alam secara keserakahan yang menjadi
mengejar kehidupan konsumtif ekonomi neoliberal global. berlebihan dalam mengejar kehidupan konsumtif yang akar dari krisis. Nafsu itu
Krisis ekologis bahkan sudah mencapai tahap sangat meng- dijiwai oleh nafsu keserakahan yang telah menjadi roh telah menjadi roh zaman
khawatirkan ke arah ”kiamat ekologis” bagi segala ciptaan. zaman sekarang. Krisis ekologis bahkan sudah mencapai sekarang.
Berbagai kerusakan lingkungan a.l. terlihat dalam: degradasi tahap sangat mengkhawatirkan ke arah ”kiamat ekologis”
kualitas air dan tanah, kerusakan terumbu karang, pen- bagi segala ciptaan. Berbagai kerusakan lingkungan a.l.
terlihat dalam: degradasi kualitas air dan tanah, kerusakan
cemaran limbah kimia dan plastik, deforestasi hutan,
terumbu karang, pencemaran limbah kimia dan plastik,
kepunahan jenis binatang dan tumbuhan, perubahan
deforestasi hutan, kepunahan jenis binatang dan
atmosfer, serta degradasi masyarakat dan budaya lokal. tumbuhan, perubahan atmosfer, serta degradasi
Semua ini, ditambah lagi dengan makin meningkatnya masyarakat dan budaya lokal. Semua ini, ditambah lagi
epidemi seperti demam berdarah, malaria dan berbagai flu, dengan makin meningkatnya epidemi seperti demam
yang merupakan akibat langsung atau tidak langsung dari berdarah, malaria dan berbagai flu, yang merupakan akibat
perubahan iklim oleh makin memanasnya bumi (global langsung atau tidak langsung dari perubahan iklim oleh
warming) yang di dalamnya kita berdiam, dan yang lambat makin memanasnya bumi (global warming) yang di
atau cepat menimbulkan kebinasaan manusia dan alam dalamnya kita berdiam, dan yang lambat atau cepat
semesta. menimbulkan kebinasaan manusia dan alam semesta.
63. Gereja-gereja menyerukan supaya sumber daya alam 63. Gereja-gereja menyerukan supaya sumber daya alam Tidak berubah.
Indonesia, termasuk sumber daya kelautan yang sangat pen- Indonesia, termasuk sumber daya kelautan yang sangat
ting bagi Indonesia sebagai negara maritim, dimanfaatkan penting bagi Indonesia sebagai negara maritim,
bagi kesejahteraan seluruh rakyat, sesuai UUD 1945, dimanfaatkan bagi kesejahteraan seluruh rakyat, sesuai
dengan mempertimbangkan sungguh-sungguh setiap upaya UUD 1945, dengan mempertimbangkan sungguh-sungguh
untuk melestarikan dan memelihara lingkungan hidup. setiap upaya untuk melestarikan dan memelihara
lingkungan hidup.
64. Gereja-gereja di Indonesia melakukan pendidikan ling- 64. Gereja-gereja di Indonesia melakukan pendidikan Perbaikan redaksional
kungan dan mengembangkan gagasan ”gereja sahabat lingkungan kepada warga gereja, mengembangkan
alam” kepada warga gereja tentang pentingnya memelihara kesadaran tentang keutuhan ciptaan sebagai salah satu nilai
ke- lestarian alam, mengembangkan pola hidup yang ramah dasar kristiani, menanamkan pola hidup yang ramah
lingkungan, dan menopang usaha-usaha advokasi ekologi lingkungan, dan menopang usaha-usaha advokasi ekologi
bersama kelompok agama dan kepercayaan lain serta semua bersama kelompok agama dan kepercayaan lain serta
semua pihak yang berkehendak baik.
pihak yang berkehendak baik.
65. Selain eksploitasi sumber daya alam, letak geografis Perbaikan redaksional.
Indonesia yang tepat di atas rentetan gunung berapi (ring
65. Selain eksploitasi sumber daya alam, letak geografis Indo of fire) dan pertemuan lempeng-lempeng landas benua
nesia yang tepat di atas rentetan gunung berapi (ring of fire) serta sebagai negara kepulauan di tengah samudra luas,
dan pertemuan lempeng-lempeng landas benua serta sebagai membuat Indonesia selalu berada dalam ancaman bencana
negara kepulauan di tengah samudra luas, membuat kita alam yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, baik itu
selalu berada dalam ancaman bencana alam yang tidak gempa bumi, letusan gunung berapi, maupun tsunami dan
dapat diprediksi sebelumnya, baik itu gempa bumi, letusan banjir. Karena itu, gereja-gereja melihat urgensi untuk
gunung berapi, maupun tsunami dan banjir. Karena itu, membangun kesadaran dan kesiagaan bersama serta
menghadapi situasi kebencanaan yang dapat menimpa
gereja-gereja melihat urgensi untuk membangun kesadaran
semua orang.
dan kesiagaan bersama serta menghadapi situasi
kebencanaan yang dapat menimpa semua orang.
2.e. Gereja dan Pengembangan Kebudayaan 2.e. Gereja dan Pengembangan Tidak berubah.
Kebudayaan
66. GerejagerejadiIndonesiahadirditengahmasyarakatma-
jemuk, termasuk kemajemukan adat istiadat dan budaya. 66. Gereja-gereja di Indonesia hadir di tengah masyarakat
Pada masa lalu ada misionaris yang cenderung memandang majemuk, termasuk kemajemukan adat istiadat dan
negatif kebudayaan tradisional (adat istiadat, upacara dan budaya. Pada masa lalu ada misionaris yang cenderung
budaya) di Nusantara. Gereja-gereja di Indonesia dewasa ini memandang negatif kebudayaan tradisional (adat istiadat,
sadar bahwa kebudayaan (adat istiadat, tradisi dan budaya) upacara dan budaya) di Nusantara. Gereja-gereja di
adalah karunia Allah bagi setiap masyarakat untuk memberi Indonesia dewasa ini sadar bahwa kebudayaan (adat
panduan baik bagi kehidupan bersama maupun kehidupan istiadat, tradisi dan budaya) adalah karunia Allah bagi
pribadi. setiap masyarakat untuk memberi panduan baik bagi
kehidupan bersama maupun kehidupan pribadi.
67. Gereja-gereja di Indonesia mengakui bahwa di dalam kebu- 67. Gereja-gereja di Indonesia mengakui bahwa di dalam Tidak berubah.
dayaan dosa manusia bekerja sehingga berkembang nilai- kebudayaan dosa manusia bekerja sehingga berkembang
nilai yang bertentangan dengan kehendak Allah. Karena itu, nilai-nilai yang bertentangan dengan kehendak Allah.
gereja dipanggil untuk mendialogkan kebudayaan secara Karena itu, gereja dipanggil untuk mendialogkan
kritis dan transformatif sehingga nilai-nilai budaya dapat kebudayaan secara kritis dan transformatif sehingga nilai-
dibebaskan dari unsur-unsur yang diskriminatif, menindas nilai budaya dapat dibebaskan dari unsur-unsur yang
diskriminatif, menindas atau tidak adil.
atau tidak adil.
68. Gerejajugadipanggiluntukberperanaktifdalamprosesper- 68. Gereja juga dipanggil untuk berperan aktif dalam Tidak berubah.
kembangan kebudayaan global modern—yang didukung proses perkembangan kebudayaan global modern—yang
oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, serta didukung oleh kemajuan teknologi informasi dan
transportasi—supaya nilai-nilai budaya tetap mendukung komunikasi, serta transportasi—supaya nilai-nilai budaya
tetap mendukung pengembangan masyarakat yang
pengembangan masyarakat yang berkeadaban. berkeadaban.
70. Gereja-gereja terus melakukan pelayanan sosial-ekologis itu 70. Gereja-gereja terus melakukan pelayanan sosial- Tidak berubah.
di masa pascareformasi yang genting dan menentukan masa ekologis itu di masa pascareformasi yang genting dan
depan Indonesia dewasa ini, baik melalui lembaga-lembaga, menentukan masa depan Indonesia dewasa ini, baik
maupun oleh orang Kristen secara pribadi. Semua usaha itu melalui lembaga-lembaga, maupun oleh orang Kristen
merupakan cermin dari kesadaran mengenai hakikat dan secara pribadi. Semua usaha itu merupakan cermin dari
tugas panggilan gereja-gereja di Indonesia yang sekaligus kesadaran mengenai hakikat dan tugas panggilan gereja-
merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat, bangsa, gereja di Indonesia yang sekaligus merupakan bagian tak
dan negara Indonesia. terpisahkan dari masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.
Kemajemukan Kemajemukan
71. Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, kita harus ber- 71. Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, gereja-
syukur atas kemajemukan yang ada, mulai dari kemajemukan suku, gereja bersyukur atas kemajemukan yang ada, mulai dari
adat istiadat, bahasa, budaya, agama, maupun keya- kinan, sebagai kemajemukan suku, adat istiadat, bahasa, budaya, agama,
karunia Tuhan. Fakta kemajemukan tersebut meminta sikap dasar maupun keyakinan, sebagai karunia Tuhan. Fakta
pluralisme, yakni kemauan untuk bertenggang rasa (toleransi), kemajemukan tersebut meminta sikap dasar pluralisme,
menghormati perbedaan ke- yakinan dan pandangan hidup, serta yakni kemauan untuk bertenggang rasa (toleransi),
mengusahakan dialog dan kerja sama. menghormati perbedaan keyakinan dan pandangan hidup,
serta mengusahakan dialog dan kerja sama.
72. Para pendiri bangsa Indonesia sadar dan menegaskan kema- 72. Para pendiri bangsa Indonesia sadar dan menegaskan Perbaikan redaksional.
jemukan itu dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan kemajemukan itu dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika
dasar ideologi Pancasila, yang sekaligus menjadi cara hidup dan dasar ideologi Pancasila, yang sekaligus menjadi cara
bersama dan rumah bersama bagi seluruh bangsa Indonesia. hidup bersama dan rumah bersama bagi seluruh bangsa
Kita menyadari bahwa sebagai masyarakat yang majemuk, Indonesia. Gereja-gereja menyadari bahwa sebagai
ada potensi-potensi kerawanan yang selalu mengancam masyarakat yang majemuk, ada potensi-potensi kerawanan
tatanan kehidupan bersama. Di antara potensi-potensi yang selalu mengancam tatanan kehidupan bersama. Di
kerawanan tersebut, kemajemukan agama memiliki potensi antara potensi-potensi kerawanan tersebut, kemajemukan
yang jauh lebih besar karena agama menentukan bukan saja agama memiliki potensi yang jauh lebih besar karena
kehidupan masa kini, tetapi juga di masa depan. Akhir-akhir agama menentukan bukan saja kehidupan masa kini, tetapi
ini, dengan prihatin kita mencatat maraknya ekstremisme juga di masa depan. Akhir-akhir ini, dengan prihatin kita
agama dan sektarianisme hampir di semua agama. Untuk mencatat maraknya ekstremisme agama dan sektarianisme
mengatasi hal tersebut, dialog dan kerja sama antarumat hampir di semua agama. Untuk mengatasi hal tersebut,
beragama dan mereka yang berkepercayaan terhadap Tuhan dialog dan kerja sama antarumat beragama dan mereka
Yang Maha Esa makin perlu ditingkatkan untuk meng- yang berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
hadapi ekstremisme agama secara kritis, bijak, jujur, arif, makin perlu ditingkatkan untuk menghadapi ekstremisme
dan terbuka. agama secara kritis, bijak, jujur, arif, dan terbuka.
IV. Konteks Tugas Bersama Gereja- IV. Konteks Tugas Bersama Gereja- Bagian ini dan bagian
berikutnya mengalami
gereja di Indonesia gereja di Indonesia perombakan secara
menyeluruh dan
75. Tuhan Yesus Kristus yang diimani sebagai Kepala Gereja 75. Gereja-gereja di Indonesia meyakini bahwa Tuhan didasarkan pada diskusi-
telah menempatkan gereja-gereja-Nya di Tanah Air Yesus Kristus, sebagai Kepala Gereja, telah menempatkan diskusi selama ini.
Indonesia. Karena itu, Indonesia menjadi wilayah kesaksian gereja-gereja di Tanah Air Indonesia. Oleh karena itu, Ringkasan dalam Bagian
dan pe- layanan bersama guna menghadirkan tanda-tanda gereja-gereja melihat Indonesia merupakan wilayah IV dan V ditampilkan
Kerajaan Allah. Dengan demikian, panggilan bersama kesaksian dan pelayanan bersama guna menghadirkan dalam #9 di atas.
gereja-gereja di Indonesia berlangsung dalam konteks tanda-tanda Kerajaan Allah. Untuk menjalankan tugas
sosial, ekologis dan gerejawi yang dewasa ini makin bersama itu, maka gereja-gereja di Indonesia
ditandai oleh krisis kebang- saan, krisis ekologi, krisis menempatkan panggilan-Nya di dalam konteks yang
keesaan gereja, serta tantangan revolusi digital. selalu dinamis dan berubah.
76. Krisis kebangsaan yang kini dihadapi tampak jelas dalam 76. PGI menilai, baik krisis kebangsaan maupun krisis Bertolak dari PPTB 2019-
gejala yang mengkhawatirkan di mana kekuasaan politik ekologi yang menjadi perhatian PPTB 2019-2024 lalu 2024, khususnya #75-79.
semata ditujukan untuk melayani kepentingan diri atau masih tetap menjadi konteks tantangan yang harus Situasi yang dijelaskan di
kelompok sendiri. Di situ tujuan demokrasi dibajak oleh dihadapi dalam perjalanan bangsa Indonesia. Sementara dalam PPTB itu masih
para politisi yang memakai sentimen identitas, termasuk itu, efek disruptif AI (Artificial Intelligence) ditengarai menjadi keprihatinan
pan- dangan keagamaan yang ekstrem dan politik akan mengubah secara mendasar kehidupan umat manusia. utama.
transaksional yang diselimuti oleh prosedur dan mekanisme
demokratis. Krisis kebangsaan juga tampak pada maraknya
korupsi, bahkan di tengah kemiskinan rakyat, dan masih
maraknya pelanggaran Hak Asasi Manusia, sementara
pelanggaran Hak Asasi Manusia di masa lalu tidak diproses.
77. Krisis kebangsaan tampak jelas pada pembajakan Meringkaskan poin #76-79
proses demokrasi pasca-reformasi demi kepentingan elite PPTB 2019-2024 sembari
77. Krisis ekologi tampak jelas dalam gejala eksploitasi habis- penguasa dan pengusaha besar, masih maraknya korupsi menekankan problem
habisan sumber daya alam demi memenuhi keserakahan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Krisis ekologi makin hambatan-hambatan
tanpa batas. Lahan dan tanah rakyat, termasuk milik komu- nyata sebagai akibat eksploitasi sumber-sumber daya alam internal yang melemahkan
nitas adat, dirampas dan dialihfungsikan. Sumber-sumber demi memenuhi etos keserakahan dan konsumerisme yang kapasitas dan kapabilitas
kehidupan bersama (air, tanah, laut, hutan) dikuasai dan mengakibatkan kehancuran keragaman hayati dan gereja.
dieskploitasi. Keanekaragaman hayati dihancurkan oleh menimbulkan dampak polusi serta menambah proses
praktik monokultur perkebunan besar-besaran. Sementara, pemanasan global. Sementara itu, kehadiran AI sebagai Persoalan disrupsi AI
pencemaran lingkungan oleh limbah industri maupun plastik hasil capaian sains dan teknologi, walau membangkitkan sesungguhnya masih perlu
sudah sampai tahap mengkhawatirkan, karena Indonesia rasa kagum, dapat berpotensi menghancurkan dielaborasi
menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua setelah keberlangsungan umat manusia. Berhadapan dengan
Tiongkok. situasi aneka krisis (polycrisis) tersebut, PGI juga
menyadari hambatan-hambatan internal dalam gerakan
oikoumene yang telah melemahkan kapasitas dan
kapabilitas gereja-gereja di dalam melaksanakan tugas
panggilan bersama untuk menjadi satu "supaya dunia
percaya" (bnd. Yoh. 17:21).
78. Krisis keesaan juga ditengarai menimpa gereja-gereja di 78. Sembari bergumul dengan situasi aneka krisis tersebut, Menambahkan dua krisis
Indonesia. Ini tampak pada gejala bagaimana ”keesaan in PGI ingin mendorong gereja-gereja di Indonesia menaruh lain, yakni krisis keluarga
action” belum menjadi pemahaman bersama yang menuntun perhatian khusus pada dua aspek lain. Pertama, dan krisis pendidikan.
gereja-gereja menjalankan panggilan kesaksian dan pelaya- pergumulan keluarga, unit sosial dan wajah gereja terkecil,
nannya. Gereja-gereja masih terlalu memberi perhatian pada yang dewasa ini menghadapi tantangan perubahan sangat Kedua krisis ini sudah
kesalehan individual dan kurang menekankan kesalehan berat. Dan, kedua, masa depan pendidikan yang makin disinggung dalam diskusi-
carut marut, baik dalam lingkup sekolah-sekolah Kristen diskusi selama ini, namun
sosial-ekologis. Krisis keesaan ini terkait erat dengan per-
maupun umum. butuh elaborasi lebih lanjut
soalan kemandirian teologi, daya, dan dana. Sekolah-
sekolah teologi belum memberi perhatian cukup pada
pengem- bangan teologi oikoumenis, sementara wadah dan
jejaring oikoumenis yang ada tidak mampu mengelola
konflikkonflik antargereja, apalagi memberdayakan gereja-
gereja menjadi agen perubahan dalam masyarakat.
83. Berbagai kesulitan komunikasi yang terjadi antargereja di 82. Pangkalan data tersebut hendaknya mencakup bukan Di sini dipertegas
lingkup lokal, khususnya dalam pertumbuhan dan per- hanya assets yang dimiliki gereja-gereja, tetapi juga "pangkalan data" yang
sebaran gereja, menjadi hambatan tersendiri untuk meng- potensi sumber daya manusia (SDM), jejaring dan pola dibayangkan, mencakup
intensifkan semangat oikoumenis dan dalam mewujudkan pelayanan bersama yang sudah ada, serta potensi-potensi baik assets, SDM, maupun
misi bersama gereja-gereja di lingkup lokal dan nasional. jejaring sosial-ekonomi yang dapat digali dan jejaring dan potensi-
Tanpa memungkiri adanya upaya gereja-gereja bekerja dikembangkan. Potensi-potensi tersebut mencakup, a.l., potensinya. Hal ini sangat
sama di wilayah diakonia, persoalan perbedaan teologi kemitraan dengan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, penting ketika gereja-
(ajaran gereja) telah menimbulkan kesulitan tersendiri di jejaring lembaga-lembaga advokasi masyarakat di luar gereja ingin
lapangan, yakni melemahnya upaya saling mengakui dan gereja, potensi-potensi pengembangan SDM baik formal mengembangkan
menerima antargereja, termasuk kecurigaan dan kompetisi maupun informal, dll. Dengan memiliki pemetaan potensi pelayanannya, terutama
dalam aktivitas misi (Pekabaran Injil). Kesulitan ini tersebut, maka gereja-gereja dapat menyusun rencana- mencakup poin di bawah
diperumit dengan adanya rasa memiliki teritori tertentu rencana strategis yang berbasiskan data untuk ini.
dalam diri gereja-gereja yang membuat mereka membatasi mengembangkan pelayanannya.
misi dalam sekat wilayah (teritori), dan tidak
berkembangnya wadah- wadah oikoumenis di lingkup lokal.
84. Melemahnya wadah dan jejaring oikoumenis tersebut men- 83. Dalam pelayanannya, gereja-gereja hendaknya Bagian ini merupakan
jadi alasan untuk mendorong kerja sama dan tanggung memberi perhatian khusus pada tiga ranah pelayanan sbb: respon atas #78 di atas.
jawab bersama gereja-gereja di Indonesia. Di sini gereja- a) Pertama, pelayanan pada keluarga, unit sosial dan Sejauh dapat ditelusuri,
gereja didorong untuk menjalankan program di lingkup bentuk persekutuan gereja yang terkecil. Dewasa ini, di potret lengkap mengenai
lokal/ jemaat yang terhubung dengan pergumulan dan tengah perubahan zaman yang cepat, relasi-relasi dalam perubahan dalam
program bersama di dalam jejaring oikoumenis yang ada. keluarga mengalami tekanan dan pergeseran mendasar, "keluarga" dan "krisis
selain beban kehidupan yang makin berat. Gereja-gereja pendidikan" belum ada.
Dengan demikian, gerak kehadiran gereja di lingkup jemaat,
perliu memberi perhatian dan berusaha mengembalikan Dibutuhkan kajian-kajian
klasis, dan sinode dapat menjadi bagian dari jejaring
keluarga sebagai tempat tumbuh kembang generasi baru lebih lanjut mengenai hal
oikoumenis yang lebih luas (di tingkat lokal dan nasional), yang akan sanggup menyongsong masa depan. ini sehingga ditempatkan
sehingga kita semua ”bukan lagi orang asing dan pendatang, di sini.
melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan b) Kedua, gereja-gereja perlu memberi perhatian pada
anggota-anggota keluarga Allah” (Ef. 2:19). pendidikan, terutama bagi generasi mendatang. Di tengah
perubahan cepat akibat disrupsi teknologi digital dan A.I,
makin jelas bahwa pola-pola pengasuhan dan pendidikan
perlu diperbarui. Pendidikan merupakan jalur utama untuk
menyiapkan generasi mendatang, baik dari segi
pengetahuan, keterampilan, maupun sosialisasi nilai-nilai
yang memuliakan kehidupan.
85. Gereja-gereja dan wadah oikoumenis di lingkup lokal dan Bertolak dari "krisis
nasional, termasuk badan-badan oikoumenis di luar PGI, perlu
B. Mengembangkan Potensi keesaan" yang dirasa
memberi perhatian terhadap persoalan ini mengingat kemacetan Forum dan Jejaring Oikoumenis masih menghambat gerak
dialog oikoumenis di wilayah teologi (ajaran), liturgi, dan misi laju oikoumene gereja-
berdampak pada melemahnya kesaksian gereja bagi dunia. Berbagai Lokal gereja, sekaligus
wadah oikoumenis di lingkup lokal maupun nasional, forum-forum mengapresiasi inisiatif-
diskusi dan sekolah- sekolah teologi perlu duduk bersama untuk 84. PGI melihat "krisis keesaan" yang ditengarai sejak inisiatif lokal yang sudah
menghidupkan jejaring oikoumenis yang akan menerobos kebuntuan PPTB 2014-2019 masih menjadi tantangan serius yang ada. Hal ini akan menjadi
dialog teologi (ajaran), liturgi, dan misi antargereja. Apabila dialog menghambat gerak oikoumenis gereja-gereja di tanah air. fokus utama PTPB 2024-
dan aksi bersama telah menjadi cara hidup menggereja, hal itu akan Krisis tersebut membuat forum-forum oikoumenis lokal 2029.
menjadi petunjuk nyata bagi terwujudnya keesaan gereja-gereja di kurang mampu mengelola perbedaan dan benturan antar-
Indonesia. gereja, apalagi menjadi forum dialog yang memfasilitasi
transformasi masyarakat. Pada sisi lain, PGI mengapresiasi
inisiatif-inisiatif oikoumenis lokal yang sudah kerap
dilakukan lewat jaringan pelayanan bersama antar-gereja.
Karena itu, dalam PPTB 2024-2029, PGI ingin mendorong
agar upaya-upaya menangani krisis keesaan menjadi
perhatian khusus gereja-gereja.
B. Mengembangkan Formasi Oikoumenis 85. Menghadapi tantangan tersebut, gereja-gereja Fokus utama dalam
hendaknya lebih mengintensifkan jejaring pelayanan menangani krisis keesaan
yang Berwawasan Kebangsaan bersama antar-gereja yang selama ini sudah ada. Inisiatif- adalah lebih
inisiatif itu sering kali bersifat spontan, otonom dan memberdayakan forum-
86. Visi oikoumenis menekankan pertama-tama kesatuan se- luruh merupakan respon gereja-gereja terhadap persoalan yang forum oikoumenis lokal.
gereja, dan selanjutnya kesatuan seluruh umat manusia dan seluruh mereka hadapi di wilayah masing-masing. Sudah saatnya Di sini PGI akan
ciptaan dalam bingkai pengharapan eskatologis akan langit dan inisiatif-inisiatif itu dikembangkan dan dapat direplikasi di mengambil peran strategis
bumi baru (Why. 21:1). Pembinaan pelayan dan warga gereja adalah wilayah-wilayah lain agar gereja-gereja dapat saling sebagai "titik hubung
melengkapi mereka dengan wawasan oikoumenis, baik mengenai bertukar penglaman, saling belajar satu dengan lainnya, oikoumenis" (ecumenical
panggilan keesaan gereja, mau- pun pekabaran Injil dan pelayanan dan semakin memperlihatkan tanda-tanda keesaan. PGI hub), seperti ditegaskan
sosial-ekologis. Kader- kader oikoumenis perlu dipersiapkan dengan sendiri dapat berperan strategis sebagai titik hubung gerak dalam poin #25b di atas.
melibatkan kaum muda. Pada tataran jemaat, wawasan oikoumenis oikoumenis pada tingkat lokal itu (lihat juga #25b).
bah- kan dapat diperkenalkan sejak usia dini, baik melalui Sekolah
Minggu maupun Katekisasi, agar jemaat dapat mengenal dan
menghargai perbedaan antardenominasi, tetapi namun tetap
menghayati panggilan keesaan gereja.
87. Formasi oikoumenis merupakan panggilan bagi gereja- 86. PGI menengarai, salah satu dimensi krisis keesaan Mengambil alih program
gereja untuk secara sungguh-sungguh menghadirkan proses adalah kurangnya SDM, yakni tenaga-tenaga yang FOK yang pernah
pem- belajaran, pemuridan (discipleship), dan pendewasaan mumpuni dan mampu menjadi tenaga penggerak dilakukan pada PPTB lalu,
umat melalui penyiapan SDM, yakni kader-kader oikoumenis sekaligus memfasilitasi transformasi sosial di kali ini dilakukan pada
oikoumenis yang andal untuk membangun keesaan dalam wilayahnya. Dalam menjawab tantangan ini, program tataran lokal.
konteks gerejawi maupun melakukan transformasi dalam Formasi Oikoumenis yang Berwawasan Kebangsaan
konteks masya- rakat bersama dengan kelompok-kelompok (FOK) yang pernah dilakukan PGI perlu dikembangkan
lain. Karena itu, formasi itu hendaknya tidak sekadar lebih lanjut, kali ini pada aras lokal. FOK merupakan
menekankan aspek kognitif dan kecakapan belaka, tetapi proses kaderisasi yang ditujukan khususnya untuk kaum
mampu mendorong perjumpaan yang hidup di tingkat lokal, muda di mana mereka dapat bertemu, saling berbagi
pertobatan dari egoisme di dalam gereja, dan pengalaman dan wawasan, belajar menghargai perbedaan
mengembangkan titik-titik simpul jejaring kerja dengan antar-denominasi namun tetap menghayati panggilan
semua kalangan. keesaan gereja. Formasi Oikoumenis ini merupakan proses
pemuridan dan pendewasaan umat, serta perlu dilakukan
dengan mengundang pihak-pihak lain yang berkehendak
baik. Lewat proses formasi ini kader-kader oikoumenis
yang dipersiapkan dapat menjadi tenaga-tenaga penggerak
oikoumenis di tataran lokal sekaligus menjadi simpul-
simpul bagi upaya transformasi masyarakat.
87. Aspek lain dari krisis keesaan berkaitan dengan Upaya menangani krisis
mekanisme kelembagaan forum-forum oikoumenis lokal, keesaan memerlukan
88. Berbagaihalyangberhubungandenganperjumpaandanper- relasi antar-gereja, maupun relasi forum-forum itu dengan penataan ulang institusi-
tukaran pengalaman lintas gereja—termasuk antaragama— PGI. Karena itu penting untuk melakukan penataan insitusi oikoumenis dan
di wilayah ibadah, teologi, liturgi, sosial, dan budaya dalam kembali institusi-institusi oikoumenis sebagai jejaring mekanisme relasinya
rangka misi bersama, merupakan hal-hal yang bisa antar-bagian di dalam kesatuan tubuh Kristus yang adalah dengan PGI
mendapat perhatian gereja-gereja dan wadah oikoumenis gereja-Nysa, sehingga makin mencerminkan gerak keesaan
yang ada. gereja-gereja di Indonesia. Berbagai wadah oikoumenis di
lingkup lokal maupun nasional, forum-forum diskusi dan
sekolah-sekolah teologi, perlu duduk bersama untuk
menghidupkan jejaring oikoumenis yang mampu
menerobos kebuntuan ajaran, liturgi, maupun pola misi
antar-gereja.
90. Dalam konteks ini pula, MPH-PGI perlu mengembangkan 89. Dalam menghadapi tantangan pelik itu, PGI ingin Fokus utama di sini adalah
sumber daya pembiayaan alternatif maupun kewirausahaan mendorong gereja-gereja untuk melakukan upaya-upaya menggeser pendidikan
yang profesional guna menjaga kelangsungan institusi- pendidikan politik warga secara serius agar arah demokrasi politik dari voters
onalnya (institutional sustainability), baik melalui usaha- ke depan dapat lebih bersifat substansial, bukan sekadar education menjadi upaya
usaha produktif maupun melalui jejaring kerja yang telah elektoral. Selama ini, pendidikan politik yang kerap menciptakan demos, yakni
dimilikinya, di dalam maupun di luar negeri. dilaksanakan gereja-gereja lebih ditujukan untuk warga yang sadar akan
membentuk pemilih yang cerdas (voters education). Walau hak-haknya serta mampu
hal ini penting, akan tetapi ke depan sebaiknya memperjuangkannya
dikembangkan pendidikan politik kewargaan agar warga
menyadari hak-hak mereka dan mampu
memperjuangkannya. Warga yang sadar dan memiliki
keterampilan di dalam memperjuangkan hak-hak mereka
itulah yang disebut demos, yakni kelompok-kelompok
masyarakat yang akan menjaga agar demokrasi tetap hidup
dan berkembang.
D. Memperjuangkan Keadilan Sosial dan 90. Upaya memperjuangkan demokrasi yang substansial Dalam perjuangan menuju
tersebut membutuhkan jejaring bersama yang mampu demokrasi yang
Kemandirian Ekonomi mengatasi sekat-sekat sempit primordial, seperti perbedaan substansial, gereja-gereja
suku, etnis, ataupun agama dan keyakinan demi selalu perlu mengajak
91. Sekalipun sudah merdeka selama lebih 70 tahun, keadilan sosial memperjuangkan kemaslahatan bersama. Karena itu, setiap kelompok yang
bagi seluruh masyarakat Indonesia (sila kelima Pancasila) belum gereja-gereja dipanggil untuk menjalin komunikasi dan berkehendak baik.
juga terwujud. Pembangunan ekonomi pada zaman Orde Baru hanya membangun jejaring warga yang secara aktif
berhasil membawa kemak- muran bagi segelintir orang. Namun, memperjuangkan kesejahteraan umum dan hak-hak dasar
kesenjangan antara kelompok miskin dan yang kaya juga makin warga (lihat juga #83.c).
melebar, sementara Hak Asasi Manusia dan demokrasi dipancung
demi stabilitas untuk pembangunan. Reformasi politik pada tahun
1998 mengubah haluan dengan membuka ruang demo- krasi seluas-
luasnya, memotong tali sentralisasi ekonomi, dan mencanangkan
otonomi daerah. Namun, keterbukaan ruang demokrasi tidak
diimbangi dengan kebijakan eko- nomi yang berkeadilan sosial dan
memihak rakyat banyak. Sementara itu, globalisasi ekonomi yang
menjanjikan ke- sejahteraan ternyata tidak terwujud, justru krisis
demi krisis yang muncul saling berkelindan: keuangan, pangan,
energi, keamanan, lingkungan hidup, dan seterusnya. Jelas, berbagai
krisis ini disebabkan oleh penerapan paradigma pencarian
keuntungan sebesar-besarnya yang lebih menguntungkan kelompok
dominan atau pemilik modal dengan mengorban- kan apa dan siapa
saja. Dalam pandangan gereja-gereja, etos dan struktur keserakahan
ini adalah dosa dan kejahatan yang bakal membawa kepada
kebinasaan.
92. Sudah lama gereja-gereja sedunia menyuarakan 91. Dalam kaitan ini, PGI ingin mendorong gereja-gereja Biro Hukum dan HAM
keprihatinan pada globalisasi keserakahan itu. Aliansi di Indonesia membentuk Biro Hukum dan HAM (atau merupakan "sayap"
Gereja-Gereja Reform Sedunia (WARC) menggumuli dan lebih mendayagunakannya, jika sudah ada). Biro itu dapat pelayanan sosial-ekologis
merumuskan, pada tahun 2004, Pengakuan Accra yang berperan strategis sebagai cara gereja melakukan gereja di tengah
tegas mengecam sistem ekonomi neoliberal sebagai pelayanan sosial-ekologisnya. Biro itu tidak hanya masyarakat luas.
Mamon. Dewan Gereja- gereja Sedunia menerbitkan berperan sebagai lembaga hukum saat gereja-gereja
dokumen AGAPE (Alternative Globalization Addressing mengalami persoalan hukum, tetapi juga menjadi tempat
People on Earth), pada tahun 2005, yang memberikan latihan pemahaman HAM bagi jemaat, dan menjadi titik
alternatif, yakni suatu sistem ekonomi global yang hubung dengan lembaga-lembaga advokasi HAM dalam
dijalankan atas prinsip cinta kasih yang ber- orientasi masyarakat luas.
kepada Allah, manusia dan alam semesta, di mana etos
dominannya bukanlah pencarian untung semata, me-
lainkan cinta-kasih. Di sini pembangunan ekonomi meng-
utamakan keadilan, damai-sejahtera, dan sukacita bersama,
dari semua untuk semua. Krisis global dewasa ini
menyadar- kan gereja-gereja sedunia untuk menyerukan
aksi bersama demi ”Ekonomi Kehidupan, Keadilan, dan
Perdamaian bagi Semua”, seperti ditegaskan dalam pesan
Sidang Raya X DGD di Busan, November 2013.
93. Karena itu, gereja-gereja di Indonesia terus menegaskan
bahwa rumah bersama (oikos) kita, yakni Indonesia,
haruslah layak didiami dan berkeadilan, dipenuhi damai
sejahtera bagi seluruh warganya. Dukungan dan kerja kita
demi terciptanya masyarakat yang berkeadaban juga tidak
bisa tanpa keadilan sosial dan ekonomi tersebut. Dalam
terang ini, gereja perlu secara terus-menerus membangun
etos hidup berkecukupan, memupuk spiritualitas
keugaharian yang dapat menahan arus konsumerisme dan
etos keserakahan, serta gaya hidup yang ramah lingkungan.
94. Spiritualitas keugaharian lahir dari penghayatan dan rasa 92.Dalam melaksanakan panggilan sosial-ekologisnya, Merupakan respon
syukur bahwa setiap hari Tuhan telah menyediakan gereja-gereja hendaknya memberi perhatian khusus pada terhadap "krisis ekologis"
”makanan secukupnya” (Mat. 6:11; bnd. Amsal 30:8) bagi krisis ekologi yang makin kentara. Krisis tersebut tidak yang, hendaknya, tidak
kita. Spirit- ualitas tersebut dapat dikembangkan bersama hanya menyangkut polusi yang makin mengkhawatirkan, direduksi menjadi sekadar
agama-agama ataupun komunitas adat lainnya, selaku rekan atau perubahan iklim secara global, namun juga masalah polusi dan
seperjalanan gereja-gereja. Pengembangan spiritualitas di perampasan tanah, eksploitasi sumber daya alam, maupun perubahan iklim belaka.
atas tidak bisa dilepaskan dari langkah pemuridan penghancuran situs-situs kultural dan spiritual masyarakat Ruang advokasi bersama
(discipleship) yang mendesak dikembangkan oleh gereja- adat. Kelompok-kelompok masyarakat adat selama ini masyarakat adat menjadi
gereja di Indonesia. Kehidupan kerohanian dan kesalehan menjadi benteng terakhir yang melawan proses celah yang penting
yang menjadi warisan gereja-gereja di Indonesia perlu penghancuran itu. Gereja-gereja perlu menemukan ruang diperjuangkan.
dikembangkan dan diper- luas dalam rangka kesaksian dan advokasi bersama dengan kelompok-kelompok masyarakat
keterlibatan sosial warga gereja. lokal itu, selain mengembangkan pola dan gaya hidup yang
ramah lingkungan bagi warganya.
95. Dalam konteks ini, gerakan atau teologi kaum awam 93. Gereja-gereja juga dipanggil untuk memberi perhatian Kelompok-kelompok
sungguh kena-mengena dengan kepentingan spiritualitas dan dukungan pada perjuangan kelompok-kelompok marjinal dan rentan tetap
dan pe- muridan tersebut, sehingga kehidupan gerejawi juga marjinal melawan praktik-praktik diskriminasi terhadap menjadi fokus perhatian
menjadi ruang bagi pertumbuhan rohani yang berdampak mereka. Kelompok-kelompok rentan itu, mulai dari kaum dan pelayanan gereja.
sosial; suatu dimensi yang sungguh dibutuhkan di era perempuan, buruh migran, anak-anak, kelompok
globalisasi dan transisi kebudayaan kini. Mekarnya berkebutuhan khusus, SATHI (Saudara yang Terinfeksi
HIV), maupun SOGIESC (Sexual Orientation, Gender
spiritualitas ini, bagaimanapun membutuhkan struktur-
Identity, Expression and Sex Characteristics), perlu
struktur yang me- nyokongnya, dan itu dapat dimulai
mendapat ruang partisipatif dalam hidup menggereja agar
dengan aktivitas gereja- gereja untuk sebanyak mungkin suara dan kesaksian mereka dapat didengar. Sebab mereka
melahirkan kepemilikan publik (the commons) di setiap juga merupakan anak-anak dan "citra Allah" sendiri.
wilayah kehadirannya. Gereja bersama komunitas lainnya
dapat mencari hal-hal apa saja yang menjadi basis
kemaslahatan bersama, mulai dari air minum milik umum,
energi listrik milik masyarakat, sampai pada infrastruktur
pendidikan. Dalam kehidupan sosial yang semakin
berorientasi pasar dan individualistis sekarang ini,
kepemilikan publik sungguh perlu didorong oleh gereja-
gereja.
96. Tentu hal ini tidak boleh lepas dari struktur keuangan yang Sebenarnya disrupsi A.I
tersedia dalam masyakarat, di mana uang dikelola agar
D. Mengembangkan Kecakapan masih sangat butuh
menghidupkan proses-proses produktif pada masing-masing dielaborasi, agar gereja-
tempat bertumbuhnya komunitas gerejawi tersebut. Lem-
Literasi Digital Warga gereja mampu menemukan
baga keuangan mandiri yang dikelola gereja-gereja dan model pelayanan yang
94. Pandemi COVID-19 telah mengubah secara mendasar memadai.
masyarakat luas dapat menjadi ”praktik-praktik cerdas” hampir seluruh aspek kehidupan kita, terutama dalam
yang perlu terus-menerus dikembangkan sehingga tersedia relasi kita dengan sesama maupun lingkungan. Sebagai
lem- baga keuangan alternatif yang akan mendorog akibat pembatasan sosial untuk memutus mata rantai
kebangkitan dan ketahanan ekonomi lokal. Gereja perlu penyebaran virus, maka hampir seluruh aktivitas, mulai
memperhatikan secara khusus pelayanan di bidang dari belanja kebutuhan sehari-hari sampai kerja dan
pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat karena hal itu ibadah, dilakukan secara daring melalui perantaraan
merupakan hak-hak dasar warga negara, demi terwujudnya teknologi digital. Hidup kita karenanya makin ditentukan
sumber daya manusia yang berkarakter dan profesional oleh algoritmanya yang, mungkin tanpa kita sadari,
sehingga mampu bersaing di era globalisasi sekarang. membentuk pilihan-pilihan, pola-pola relasi, aktivitas
ekonomi, dan bahkan cara kita menghayati hidup
kerohanian. Sementara itu, perkembangan teknologi
menghadirkan A.I yang diduga akan makin memengaruhi
kehidupan ke depan. Pada satu sisi, kemajuan A.I itu
sungguh mencengangkan sebagai prestasi kemampuan
rasional manusia. Akan tetapi, pada sisi lain, sudah banyak
para pakar yang memberi wanti-wanti bahwa kehadiran
dan dominasi A.I menjadi petunjuk pada hancurnya
peradaban manusia sebagaimana yang kita kenal selama
ini.
E. Membangun Kesadaran dan Jejaring Politik 95. Berhadapan dengan situasi itu, PGI ingin mendorong Apa yang paling krusial
gereja-gereja di Indonesia mencermati perkembangan dalam disrupsi A.I adalah
Warga Gereja teknologi yang tak terelakkan itu dengan sungguh- kecakapan literasi digital
sungguh. Gereja-gereja perlu melakukan pewiwekaan dan upaya gereja-gereja
97. Gereja dipanggil untuk juga melayani di bidang politik, demi (discernment) secara hati-hati guna merumuskan sikap dan melakukan pewiwekaan
kesejahteraan seluruh warga masyarakat. Agar dapat me- lakukan membuat rencana strategis dalam menghadapi kemajuan bersama.
pelayanan bagi kesejahteraan bersama secara ber- tanggung jawab, teknologi. Di sini, kecakapan literasi digital warga sangat
gereja-gereja bersama lembaga swadaya masyarakat lainnya perlu dibutuhkan, sehingga warga jemaat dapat secara bijak dan
membangun kesadaran politik sebagai warga negara dengan tepat mengunakan media sosial maupun "mesin-mesin
memperdalam pemahaman konseptual kerangka berbangsa dan pintar" seperti chatGPT atau bentuk-bentuk serupa. Begitu
bernegara. juga, kajian-kajian mendalam mengenai A.I dan
dampaknya sangat dibutuhkan gereja-gereja sehingga
mampu memberi tanggapan yang tepat.
98. Penyaluran aspirasi. Selanjutnya gereja-gereja perlu mene- 96. Gereja-gereja perlu memperlengkapi warganya Literasi digital hendaknya
mukan mekanisme politik mana yang tersedia dan dapat sehingga mampu secara bijak dan kritis memanfaatkan tidak sekadar dalam rangka
dipakai untuk menyalurkan aspirasi dan sikap profetisnya di media sosial. Kesadaran kritis ini tidak hanya berkaitan menangkal hoaks, tetapi
tengah perkembangan politik yang terjadi. Di sini dibutuh- dengan berita-berita hoaks yang dapat memancing emosi, menyadarkan warga
kan keterampilan memahami konteks dan isi konstitusi serta tetapi juga kesadaran tentang hak-hak atas privasi data terhadap bahaya digital
mengorganisasikan kepentingan masyarakat. Dengan demi- digital (digital privacy rights) yang dapat dimanfaatkan privacy maupun gaya
kian, cara pertama gereja mengusahakan pendidikan politik demi kepentingan pihak-pihak yang tidak bertanggung hidup konsumeristik yang
ialah dengan pembelajaran konstitusi dan pelatihan ke- jawab. Begitu juga kesadaran kritis terhadap ditentukan oleh algoritma
terampilan mengelola kepentingan politik warga. konsumerisme yang menyebar lewat media sosial seturut media sosial
algoritma pemakainya. Pendidikan mengenai kesadaran
kritis itu sudah menjadi tanggung jawab kita bagi generasi
mendatang.
99. Jejaring. Di era demokratisasi politik di Indonesia dewasa 97. Perkembangan teknologi digital kita tahu telah Disrupsi A.I juga
ini, warga gereja tersebar di banyak institusi politik. Ada mengakibatkan pengalihan digital (digital disruption) yang membuka peluang bagi
yang secara praktis bekerja di lingkup partai politik, namun akan mengubah banyak bentuk aktivitas kehidupan kita. Di model-model
ada juga yang mengupayakan gerakan sosial yang berbasis sini proses pewiwekaan bersama antar-gereja sangat oikoumenisme baru
masyarakat. Oleh karena itu, sungguh penting mengupaya- dibutuhkan untuk melihat peluang-peluang yang terbuka maupun peluang
kan agar gereja menjalin komunikasi dan membangun je- oleh disrupsi tersebut, seperti model-model pelayanan pengembangan ekonomi
jaring antarwarga gereja yang bergiat dalam berbagai bentuk berbasis digital, cyberchurches, maupun pengembangan digital.
institusi politik tersebut. Dengan demikian, kepentingan sumber-sumber ekonomi lewat teknologi digital.
kesejahteraan seluruh warga negara dapat diperjuangkan
melalui institusi-institusi politik tersebut secara terus-me-
nerus dan sinergis.
98. Pengembangan digital juga dapat dimanfaatkan untuk Kehidupan digital juga
pengembangan bentuk-bentuk baru jejaring oikoumenis menyodorkan tantangan
100. Pendidikan kewargaan. Gereja-gereja juga perlu (cyber ecumenism). Di sini, salah satu tantangan teologis teologis bagaimana
memberi perhatian serius pada pengembangan pendidikan dalam dunia digital adalah memaknai kembali persekutuan memaknai kembali
ber- kualitas, baik formal, informal maupun nonformal, (koinonia). Gereja-gereja ditantang untuk menemukan "persekutuan". Ini
yang memupuk sikap dialogis, memperjuangkan kesetaraan bentuk-bentuk kreatif tidak hanya dalam pelayanan dikembangkan di bawah
warga, keadilan gender, dan nilai-nilai Hak Asasi Manusia. berbasis digital, tetapi juga dituntut terbuka pada bersamaan dengan tuntutan
Peserta didik itu merupakan generasi muda yang akan me- keragaman ekspresi liturgis, corak ibadah, pemberitaan "spiritualitas keugaharian".
nentukan wajah Indonesia di masa depan. firman dari tradisi lain dstnya yang kini makin terbuka
lewat teknologi digital. Pengembangan spiritualitas
koinonia karenanya menjadi sangat penting terutama bagi
generasi menatang yang merupakan penghuni dunia digital
(digitally native).
F. Membentuk Komisi Hukum dan Hak Asasi Tema "spiritualitas
F. Memperkuat Spiritualitas keugaharian" sejak SR di
Manusia Gereja Keugaharian dan Kemandirian Nias masih sangat relevan
sebagai respon teologis
101. Memperjuangkan Hak Asasi Manusia. Gereja Ekonomi terhadap nafsu
terpanggil untuk memperjuangkan agar Hak Asasi Manusia keserakahan
dihargai dan dilindungi, bertolak dari keyakinan gereja akan 99. Sejak SR-PGI ke-XVI di Nias, PGI secara aktif
ke- luhuran martabat manusia sebagai citra Allah. Karena mendorong gereja-gereja di Indonesia untuk
itu, gereja-gereja bersama umat beragama dan mengembangkan spiritualitas keugaharian, yakni
berkepercayaan lain serta semua orang yang berkehendak penghayatan dan praktik hidup sederhana di tengah
baik, ikut membela Hak Asasi Manusia dan meminta maraknya arus konsumeristik global. Spiritualitas
tanggung jawab peme- rintah, bagi perlindungan, pemajuan, keugaharian merupakan jawaban teologis terhadap nafsu
penegakkan dan pe- menuhan Hak Asasi Manusia (bnd. Kej. keserakahan yang telah menjadi roh zaman sekarang (lihat
1:26–27). #62). PGI menilai, roh keserakahan itulah yang menjadi
akar dari situasi polycrisis yang kita hadapi sekarang,
yakni perpaduan krisis ekonomi, sosial, politik dan
ekologis sekaligus yang mengancam kehidupan bersama.
102. Studi Hak Asasi Manusia. Di era keterbukaan 100. Spiritualitas merupakan jantung penghayatan iman Pengembangan spiritualitas
politik dewasa ini, kita merasakan dan menyaksikan yang mengarahkan perilaku hidup sehari-hari. Karenanya, keugaharian menuntut
merebaknya konflik dalam kehidupan sehari-hari yang pengembangan spiritualitas keugaharian membutuhkan proses latihan terus
merendahkan harkat dan martabat manusia. Semua proses pendidikan dan latihan terus menerus, suatu proses menerus, sebagai proses
kenyataan tersebut perlu pen- dalaman dan analisis agar pemuridan agar kehidupan kita makin mencerminkan pemuridan seumur hidup
penanganan konflik, juga pem belaan dan pemuliaan Kristus. Lewat proses pelatihan itu orang diajak untuk
martabat manusia dapat diupayakan secara tepat. Khususnya mampu membedakan apa yang sungguh-sungguh
dalam konflik di ranah masyarakat yang terkait dengan hak- dibutuhkan bagi kehidupannya dengan apa yang hanya
hak dan kebebasan berkeyakinan dan beribadah, gereja merupakan keinginannya saja, menentukan prioritas dan
perlu menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga studi mampu menghayati etos hidup "cukup" sehingga dapat
Hak Asasi Manusia yang secara ajek telah mengembangkan membuka ruang berbagi dengan sesama.
analisis, pelaporan, dan proses advokasi terhadap hal
tersebut. Kerja sama ini kiranya mem- perkuat pengertian
gereja tentang ihwal Hak Asasi Manusia atau ihwal lain
yang bersangkut paut dengannya.
103. Membentuk Biro Hukum. Secara praktis, untuk 101. Dewasa ini, dalam kehidupan yang semakin Dalam konteks dunia
tugas-tugas di atas perlulah di masing-masing sinode gereja dipengaruhi oleh revolusi digital, pengembangan digital, spiritualitas
dibangun Lembaga Hukum yang secara khusus bekerja spiritualitas keugaharian perlu memberi perhatian khusus keugaharian dituntut untuk
dengan meka- nisme Hak Asasi Manusia. Dalam pada itu, pada dimensi koinonia (lihat juga #98). Pengalaman menemukan kembali
lembaga ini akan juga membekali warga gereja untuk memperlihatkan bahwa relasi-relasi sosial secara digital makna koinonia
terlibat dalam proses legislasi di tingkat nasional (DPR) tidak dapat menggantikan relasi tatap muka yang
maupun lokal (DPRD), serta memberikan penyuluhan membentuk proses-proses perjumpaan antar-pribadi.
hukum kepada jemaat- jemaat. Hal itu bisa dilakukan Dimensi itulah yang hilang dalam dunia digital. Gereja-
bersama kelompok-kelompok agama lain, yakni berbagai gereja perlu menemukan kembali makna persekutuan ini,
elemen dalam masyarakat yang memiliki keprihatinan sama sehingga etos hidup "cukup" dapat dihayati bersama.
terhadap proses legislasi dan Hak Asasi Manusia tersebut.
104. Advokasi Masyarakat Adat. Kita menyaksikan 102. Mekarnya spiritualitas keugaharian juga Spiritualitas keugaharian
kenyataan bahwa banyak gereja-gereja kita tinggal di membutuhkan struktur-struktur sosial yang menopangnya. juga butuh struktur-
wilayah-wilayah yang bersentuhan dengan daerah Dalam konteks ini, bersama dengan komunitas beriman struktur pendukung, yakni
perkebunan, pertam- bangan, dan industri berat yang akhir- lainnya, gereja-gereja dapat memperjuangkan kepemilikan perjuangan bersama
akhir ini makin bergiat mengeruk sumber-sumber daya alam publik (the commons) pada wilayah-wilayan di mana kelompok-kelompok lain
gas dan mineral. Kita juga menyaksikan sejumlah gereja hadir, yakni hal-hal yang dapat menjadi basis bagi untuk kepemilikan publik.
masyarakat adat mulai meng- organisasikan diri guna kemaslahatan bersama, mulai dari air minum milik umum, Jika ini dikerjakan dengan
memperjuangkan hak-hak mereka atas kepercayaan, gaya energi listrik milik masyarakat, sampai pada infrastruktur baik, maka kemandirian
hidup, hak ulayat tanah dan wilayah yang kaya sumber- pendidikan komunitas. Lewat langkah-langkah ini, gereja- ekonomi berbasis
sumber daya alam. Dalam konteks ini perlulah gereja gereja dapat memperjuangkan kemandirian ekonomi, baik komunitas menjadi
menemukan ruang advokasi bersama de- ngan masyarakat- bagi warga jemaatnya sendiri maupun bersama masyarakat mungkin.
masyarakat lokal tersebut, selain mengem- bangkan pola di sekitar wilayahnya.
dan gaya hidup yang ramah lingkungan bagi warganya. Kita
meyakini bahwa kerja sama tersebut akan pada gilirannya
membuka peluang bagi warga gereja ikut merawat dan
melestarikan lingkungan hidup.
106. Revolusi teknologi telah sampai pada apa yang 104. Dalam priode lalu, percakapan-percakapan awal PBIK ke depan hendaknya
disebut sebagai Era Industri 4.0, yang ditandai dengan untuk mereformulasi PBIK sudah dilakukan. Salah satunya disusun berdasarkan
ekonomi digital, kecerdasan buatan (AI, Artificial adalah kesadaran bahwa dokumen PBIK perlu dirumuskan pokok-pokok pergumulan
Intelligence), big data, robot, dsb., dan akan terus ulang berdasarkan pokok-pokok persoalan yang secara konkret dan riil gereja-
berkembang. Revolusi ini mengakibatkan apa yang disebut konkret digumuli gereja-gereja di Indonesia. Karena itu, gereja di tanah air agar
pengalihan digital (digital disruption), terutama dalam dunia dalam periode 2024-2029, PGI ingin mendorong gereja- relevan dan kontekstual
bisnis. Revolusi ini juga sangat berpengaruh dalam gereja untuk melakukan percakapan-percakapan teologis
teknologi komunikasi, baik secara positif maupun negatif. bersama mengenai pokok-pokok persoalan yang digumuli
di tengah konteks perubahan yang berlangsung cepat.
Percakapan-percakapan teologis yang mendalam itu dapat
memberi masukan penting bagi reformulasi PBIK, sehinga
dokumen tersebut lebih membumi, lebih kontekstual
seturut pergumulan gereja-gereja di Indonesia, dan lebih
mencerminkan perkembangan pemahaman oikoumenis.
Melalui reformulasi PBIK ini, kesaksian gereja-gereja di
Indonesia akan makin menampakkan baik kekayaan
warisan tradisi yang beragam maupun komitmen pada
gerak keesaan gereja-gereja.
115. Dokumen PPTB ini merupakan salah satu 106. Dokumen PPTB ini merupakan salah satu keputusan Perbaikan redaksional
keputusan Sidang Raya XVII PGI tahun 2019, di Waingapu, Sidang Raya XVIII PGI tahun 2024, di Toraja, yang
yang mengikat semua gereja-gereja anggota PGI. mengikat semua gereja-gereja anggota PGI.
HIMNE PGI
Arnoldus Isaak Apituley, 2023
do = bes 4 ketuk MM + 63 - 66
Khidmat
3 4 5 5 5 2 3 4 4 3 . ’ 2 1 7 1 2 5 3 3 .
Ke - pel - ba - gai - an di da - lam G're- ja a - da - lah a - nu - g'rah Tu - han.
0 3 6 3 . 6 5 5 . 3 2 1 1 2 3 3 0 1 4 3 4 3 2 . . ’
Se - pa - kat me - ren - da per - sau - da - ra- an ki - ta di - rang-ku l ka - sih - Nya.
3 4 5 5 5 2 3 4 4 3 . ’ 2 1 7 1 2 5 3 3 .
Di te - ngah ba - nyak-nya per - be - da - an, jun - ju ng- lah ke - ber - sa - ma - an.
0 3 6 3 . 6 5 5 . 3 2 1 1 2 3 3 0 1 4 3 4 5 5 . . ’
Ber - ko - mu - ni - ka - si ser - ta be - ker-ja sa - ma meng-ga - pai tu - ju - an.
6 7 1 7 6 6 7 6 7 6 5 ’ 4 5 6 6 6 5 4 4 . 5 ’
S'per-ti Al - lah Ba - pa da - lam Ye - sus, u - mat Al - lah ber - sa - tu - lah.
6 7 1 7 6 6 7 6 7 6 5 ’ 4 5 6 7 1 6 2 . 0 5 5 5
Ja - di - kan - lah bu-mi dan se - i - si - nya ru-mah ba - gi makh-luk- Nya. Wu - jud ke -
3 2 2 1 1 7 7 6 7 1 ’ 6 6 2 1 1 6 6 4 4 6 . 5 ’
a - dil - an sam- pai ke - se - jah - t'ra - an nya - ta da - lam si - kap dan la - ku ki - ta.
5 5 3 2 2 1 1 7 7 6 7 1 7 6 5 6 3 . 2 1 1 .
Bi - la ki - ta me - nya-tu da - lam na - ma - Nya ke - la k du - nia pun per - ca - ya.