Anda di halaman 1dari 319

STATIKA STRUKTUR

Oleh:
IR. SUGIYANTO, M.T
1
BUKU REFERENSI YANG DIGUNAKAN

1. R. C. Hibbeler, Engineering Mechanics,


7th - 10th Edition, Person Prentice-Hall.

2. F. P. Beer and E. R. Johnston Jr., Vector


Mechanics for Engineers: Statics, SI Metric
Edition, Mcgraw-hill, 3rd Edition.

3. R. C. Hibbeler, Mechanics of Material, 3th


Edition, Person Prentice-Hall.

Dan lain – lain..

2
TERDAPAT DUA MACAM CARA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL-SOAL
STATIKA STRUKTUR:

1. KECERDASAAN DARI MASING-MASING


ORANG YANG MERUPAKAN ANUGRAH DARI
SANG MAHA PENCIPTA.

2. KETEKUNAN DAN PENGALAMAN, YAITU


MEMPELAJARI DAN SERING-SERING
MENYELESAIAKAN SOAL-SOAL.

3
BAB I REVIEW HUKUM DASAR TRIGONOMETRI
SEGITIGA SIKU-SIKU
Hukum Pithagoras: C² = A² + B²
β
C B

θ
C A B 2 2

sisi depan B sisi dekat A


sin    cos   
sisi samping C sisi samping C

sisi depan B
tan   
sisi dekat A

Tentukan rumus untuk sin β, cos β dan tan β


4
SEGITIGA SEMBARANG (TIDAK SIKU-SIKU)
Rumus Cosinus:
β
C C² = A²+B² – 2AB cos γ
B
 ϒ
C  A2  B 2  2 AB cos
A

Rumus Sinus:
A B C
 
sin  sin  sin 

Beberapa rumus Trigonometri yang sering dipakai:


• sin (A + B) = sin A cos B + cos A sin B
• sin (A – B) = sin A cos B – cos A sin B
• cos (A + B) = cos A cos B – sin A sin B
• cos (A - B) = cos A cos B + sin A sin B
• sin2A + cos2A = 1
• sin 2θ = 2 sin θ cos θ
5
• cos 2θ = 1 – 2 sin²θ
RUMUS TRIGONOMETRI YANG PENTING:
• sin (- A) = sin A
• cos (- A) = cos A
• tan (- A) = - tan A
• sin (900 – A) = cos A
• cos (900 – A) = sin A
• tan (900 – A) = cot A
• sin (900 + A) = cos A
• cos (900 + A) = - sin A
• tan (900 + A) = - cot A
• sin (1800 – A) = sin A
• cos (1800 – A) = - cos A
• tan (1800 – A) = - tan A
• sin (1800 + A) = - sin A
• cos (1800 + A) = - cos A
• tan (1800 + A) = tan A
6
CONTOH SOAL 1:
Segitiga siku-siku, panjang h = 40 m,
hitung panjang b dan d.
Penyelesaian:

b h 40
h h
sin 60 
0
 b 0
  46,2 m
b sin 60 0,866
60°
d d  d = b cos 60°
cos 60 
0
= 46,2 (0,5)
b = 23,1 m

Cara lain menggunakan dalil Pithagoras: b² = h² + d²

 b  h  d  40  23,1  46,2 m
2 2 2 2

7
CONTOH SOAL 2:
40° Segitiga, panjang c = 150 m,
tentukan panjang a dan b.
a
Penyelesaian:
θ 30°
b Sudut θ = 180° - 40° - 30° = 110°
Aplikasi Rumus Sinus:
b c 150 sin 40 0
0
 0
b  0
102,6 m
sin 40 sin 110 sin 110
a c 150 sin 30 0
0
 0
a  0
 79,8 m
sin 30 sin 110 sin 110

a b 102,6 sin 30 0
CARA LAIN: 0
 0
a  0
 79,8 m
sin 30 sin 40 sin 40
8
Pengecekan panjang c dengan RUMUS COSINUS:

40°
c  a  b  2ab cos 
2 2

a
Sudut θ = 110°
θ 30°
b
Panjang a dan b telah didapat,
masing-masing:

a  79,8 m b  102,6 m

c  79,8  102,6  279,8102,6  cos110  150 m


2 2 0

9
CONTOH SOAL 3:
Frame, panjang AD = 36 m, BD = 18 m dan CD = 14 m.
Hitung panjang BC dan AC serta besar sudut A dan B.
C
Penyelesaian:
14 BC² = BD² + CD²
= 18² + 14² = 250
A D
18 18 18 B
BC  520  22,8 m
CD 14
tan B    0,777  Sudut B  37,90
BD 18
AC² = AD² + CD²
AC2 = 36² + 14² = 1492  AC  1492  38,6 m

CD 14
sin A    0,36  Sudut A  21,50
AC 38,6 10
TUGAS (HOME WORKS)
C
a. Tuliskan rumus sinus, cosinus
1
dan tangen, masing-masing untuk
β
sudut θ dan β.
b. Jika besar sudut β = 37°, tentukan
α θ besar sudut θ.
B
A
c. Jika panjang garis AB = 3 m,
2
tentukan panjang garis BC dan AC.

600 Sebuah segitiga sembarang


a (lihat gambar), panjang garis
c = 300 m, tentukan panjang
700 θ
garis a dan b
b

11
A
θ
3. Tentukan gaya kabel AB dan
besar sudut θ untuk
menggantung beban W = 400 kg
dan gaya F = 200 kg seperti pada
B F = 200 kg
gambar.
Jawaban: (447,2 kg dan 63,4°)

W = 400 kg

4. Tentukan gaya horizontal F


yang harus diberikan untuk
mendorong bola dengan berat
W = 200 kg sehingga kabel AB
membuat sudut 30°. Hitung
juga gaya pada kabel AB.
Jawaban: (115,47 kg; 230,94 kg)

12
SISTEM SATUAN INTERNASIONAL (S I)

SATUAN DASAR: AWALAN SISTEM SATUAN S I:


 Panjang (ℓ) ... meter (m) Tera (T) : 1012 ; Desi (d) : 10-1
 Massa (m) .. kilogram (kg) Giga (G) : 109 ; Centi (c) : 10-2
 Waktu (t) .. detik/sekon (s) Mega (M) : 106 ; Mili (m) : 10-3
Kilo (k) : 10³ ; Mikro (µ) : 10-6
SATUAN TURUNAN: Hekto (h) : 10² ; Nano (n) : 10-9
 Gaya (F) ..... Newton (N) Deka (da) : 101 ; Piko (p) : 10-12
 Berat (W) … Newton (N)
 Kecepatan (v) …. (m/s) EKIVALEN SATUAN:
 Percepatan (a) … (m/s²)  Pascal (Pa) = (N/m²)
 Tegangan (τ) … (N/m²)  Newton (N) = (kgm/s²)
 Tekanan (p) ….. (N/m²)  Joule (J) = (Nm)
 Density (ρ) …… (kg/m³)  Watt (W) = (Joule/s)
 Energi (E) ... (Joule) = (Nm)  Joule/s = (Nm/s)
 Kerja (E) ... (Joule) = (Nm)  1 dm³ = 1 liter
 1 CC = 1 cm³
13
BAB II SISTEM GAYA
Mekanika teknik: ilmu yang mempelajari tentang gaya-
gaya yang beraksi pada benda kaku (rigid bodies), kondisi
benda diam atau bergerak karena pengaruh gaya luar.
MEKANIKA BENDA KAKU

STATIKA DINAMIKA
(KONDISI SEIMBANG) (KONDISI BERGERAK)

KINEMATIKA KINETIKA

Mekanika teknik dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu


Statika (keseimbangan) dan dinamika (bergerak).
Dinamika dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu
kinematika dan kinetika. 14
DEFINISI:
Statika: mempelajari tentang benda kaku (rigid bodies)
yang diberikan gaya-gaya dalam kondisi diam
(keseimbangan).
Dinamika: mempelajari tentang benda kaku yang
diberikan gaya-gaya dalam kondisi bergerak.
Kinematika: mempelajari tentang pergerakan benda
kaku tanpa mempertimbangan gaya-gaya yang
mengakibatkan terjadinya pergerakan tersebut

Kinetika: mempelajari tentang pergerakan benda kaku


dengan mempertimbangan atau menghitung gaya-gaya
yang mengakibatkan terjadinya pergerakan tersebut
Skalar: sesuatu yang hanya mempunyai besaran saja,
misal: massa (kg), volume (m³), temperatur/suhu (°C).
15
Vektor: adalah sesuatu selain mempunyai besaran juga
mempunyai arah, misal: gaya (N), berat (N), kecepatan
(m/s), percepatan (m/s²).
Penggambaran vektor dapat dilakukan
P
dengan membuat garis yang mempunyai
tanda panah. Panjang garis OP adalah
θ
besar vektor dengan sudut kemiringan θ
O dan tanda panah merupakan arah dari
vektor tersebut.
Massa (m): adalah berat benda tanpa dipengaruhi oleh
gravitasi bumi, satuan massa = kg. Massa adalah
perkalian antara density dengan volume benda tersebut.

m   V (kg )   rapat massa density   3


kg
m
V  volume  m 3
16
Berat (W): adalah massa yang dipengaruhi oleh gravitasi
bumi, satuan berat = N (Newton).
kg m
W  m g (N ) m
g  gravitasi bumi  2 N 2
s s
DEFINISI HUKUM NEWTON TENTANG GAYA
Hukum Newton I: Benda akan tetap diam (bila mula-
mula diam), atau tetap bergerak dengan kecepatan
konstan (bila mula-mula bergerak) pada lintasan lurus,
sampai ada gaya luar yang merubah kondisi tersebut.
W
F
Benda (m) f ΣF = 0 , F = f
(seimbang)
W=N
N Kecepatan konstan.

m : massa benda (kg), W: berat benda (N)  W = m g


g : gravitasi bumi (m/s²), F : gaya luar (N)
17
f : gaya gesek (N) , N : gaya normal (N)
Hukum Newton II:
Gaya adalah perkalian antara massa benda (m) dengan
percepatan (a) benda tersebut.
F=m x a kg m
W
1N  1 2
s
F
Benda (m)
a F : gaya (N)
m: massa benda (kg)
a : percepatan (m/s²)
Hukum Newton III:
Dalam keseimbangan, gaya aksi sama dengan gaya
reaksi, arah gaya reaksi berlawanan dan satu garis kerja
gaya aksi.
W W: berat benda/gaya aksi.
W = m g (N)
Benda (m) W=R m: massa benda (kg)
g: gravitasi bumi (m/s²)
W=R
R: Gaya reaksi (N)
R 18
Gaya: adalah tekanan dikalikan dengan luas penampang
yang dapat merubah atau cenderung merubah suatu
benda dari kondisi diam menjadi bergerak. Satuan gaya
= N (Newton). Pada Mekanika teknik (Statika struktur),
gaya dibedakan menjadi 2 bagian utama, yaitu gaya
tarik dan gaya tekan.

P P
A B A B
P P
gaya tarik gaya tekan

Sistem gaya: jika gaya tunggal, maka gaya terdiri dari


gaya tarik atau gaya tekan. Pada umumnya pada benda
kaku terdapat beberapa gaya yang beraksi dengan
besar dan arah yang berbeda, sehingga beberapa gaya
yang beraksi tersebut membentuk sistem gaya.
19
Klasifikasi sistem gaya:

SISTEM GAYA

COPLANAR NON-COPLANAR

COLLINIER

CONCURRENT
CONCURRENT

PARALLEL PARALLEL

NON-CONCURRENT NON-CONCURRENT
NON-PARALLEL NON-PARALLEL
20
Sistem gaya Coplanar: adalah gaya-gaya yang beraksi
dalam satu bidang.
Sistem gaya Non-Coplanar: adalah gaya-gaya yang
beraksi tidak dalam satu bidang.
Sistem gaya Concurrrent: adalah gaya-gaya yang
beraksi melalui satu titik.
Sistem gaya Concurrrent Coplanar: adalah gaya-gaya
yang beraksi melalui satu titik dan dalam satu bidang.
Sistem gaya Parallel Coplanar: adalah gaya-gaya yang
beraksi saling sejajar (paralel) dan dalam satu bidang.
Sistem gaya Collinier Coplanar: gaya-gaya yang beraksi
sepanjang garis yang sama dan dalam satu bidang.
Sistem gaya Non-Concurrrent Coplanar: gaya-gaya yang
beraksi tidak melalui satu titik dan dalam satu bidang.
21
PEMINDAHAN GAYA
Pemindahan (transmibillity) gaya dapat dilakukan
sepanjang garis kerjanya dalam satu bidang.
F2 = F F2 = F
O2 O2 O2

F1 = F

01 01 01
F F F

Gaya F pada O1 dapat dipindahkan sepanjang garis


kerjanya dan tanpa mempengaruhi sistem. Tambahkan
gaya F1 dan F2 di titik O2 berlawanan arah, gaya F1 dan F2
sama besar dengan gaya F. Gaya F1 dan F saling
menghilangkan, sehingga hanya terdapat gaya F2 = F
pada titik O2. Jadi gaya F di titik O1 dapat dipindahkan
sepanjang garis kerjanya di titik O2 tanpa mempengaruhi
sistem gaya. 22
PENJUMLAHAN GAYA
Jika dua buah gaya dengan arah yang sama beraksi pada
satu bidang, maka penjumlahan dan pengurangan gaya
dapat mengikuti kaidah aljabar. Misal F1 = F2 sama besar
F2 O2 O2
O2
F2
F2
01 01
01
F1 F1
F1

Penjumlahan gaya, F1 + F2 = 2 F.
F1 = F2 = F
Pengurangan gaya, F1 – F2 = 0.
RESULTAN GAYA
Resultan gaya adalah merupakan gaya tunggal, yaitu
hasil dari penjumlahan atau pengurangan gaya-gaya
yang beraksi pada benda. Dalam kondisi keseimbangan,
maka Resultan gaya = 0. 23
Contoh soal: resultan gaya
Dua buah gaya F1 = 200 N dan F2 = 100 N dengan arah
yang sama beraksi pada satu bidang, tentukan resultan
gaya (R).
F2
O2 Penyelesaian:
Penjumlahan gaya dapat
mengikuti kaidah aljabar:
01
F1
R = F1 + F2 = 200 + 100 = 300 N

Dua buah gaya F1 = 200 N dan F2


F2
O2 = 100 N dengan arah berlawanan,
resultan gaya R = F1 - F2

R = F1 - F2 = 200 - 100 = 100 N


01
F1
24
OPERASI RESULTAN GAYA
Resultan gaya sangat dipengaruhi oleh jumlah gaya
yang beraksi pada benda.
1. Jika gaya yang beraksi pada benda terdiri dari gaya
tunggal, maka gaya tersebut disebut Resultan gaya.
2. Jika gaya yang beraksi pada benda terdiri dari 2 buah
gaya, maka Resultan gaya dapat diselesaikan dengan
metoda grafis (hukum segitiga gaya atau jajaran
genjang) dan metoda analitis (hukum jajaran genjang).
3. Jika gaya yang beraksi pada benda terdiri lebih dari 2
buah gaya, maka Resultan gaya dapat diselesaikan
dengan metoda grafis (hukum poligon gaya) dan
metoda analitis (metoda resolusi).
Secara umum, Resultan gaya sangat dipengaruhi oleh
jumlah gaya yang beraksi pada benda dan dapat
diselesaiakan dengan METODA GRAFIS dan ANALITIS.
25
METODA GRAFIS (HUKUM SEGITIGA GAYA)
Penjumlahan 2 buah gaya:
P2
P1 R P1
P1
P2 R
O
O P2
R = P1 + P2 R = P2 + P1
 Gaya P1 dan P2 diketahui besar dan arahnya.
 Dengan skala perbandingan, buat garis gaya P1 sesuai
dengan arah yang diketahui.
 Dari ujung garis gaya P1 buat garis gaya P2 dengan
arah dan besarnya telah diketahui.
 Resultan gaya, R = P1 +> P2 (penjumlahan vektor)
 Hal yang sama dapat berlaku R = P2 +> P1.

P1

P2
26
Pengurangan 2 buah gaya:
-Q Q
P O
P
Q
a) R b) R -P
O
R=P -Q R=Q-P

 Pengurangan sistem gaya dengan cara merubah garis


gaya Q atau P menjadi – Q dan – P dengan arah
berlawanan.
 Dengan skala perbandingan, maka didapat gambar a)
adalah pengurangan gaya P – Q atau R = P – Q.
 Dengan cara yang sama, gambar b) adalah pengurangan
gaya Q – P atau R = Q – P.

R=P-Q
P
27
METODA GRAFIS (HUKUM JAJARAN GENJANG)

Penjumlahan 2 gaya:
 Gaya P1 dan P2 diketahui besar
dan arahnya.
P1
 Dengan skala perbandingan, buat
P2
garis gaya P1 dan P2 dari titik O.
 Buat garis bantu sejajar vektor P1
dan P2 (membentuk jajaran
genjang).
 Resultan gaya, R = P1 +> P2
P1  Resultan gaya didapat dengan
mengukur Panjang garis resultan
gaya R dan dikalikan dengan skala
O
P2 perbandingan.

28
METODA ANALITIS (HUKUM JAJARAN GENJANG)
C
P1

P1
θ β θ
P2 
O
P2 A B
Sudut β = 1800 – θ

AB
SEGITIGA ABC: cos   AB  AC cos  P1 cos
AC
BC
sin    BC  AC sin   P1 sin 
AC
BC P1 sin 
SEGITIGA OBC: tan   
OB P2  P1 cos 29
C
P1

P1
θ β θ
P2 
O A
P2 B
Sudut β = 1800 – θ

RUMUS COSINUS:
R2 = (P1)2 + (P2)2 + 2 P1 P2 cos θ
R2 = (P1)2 + (P2)2 – 2 P1 P2 cos β

R  P1  P2  2P1P2 cos
2 2

R  P1  P2  2 P1P2 cos 
2 2
30
Contoh soal 1: resultan gaya metode grafis
Dua buah gaya F1 = 200 N horisontal dan F2 = 150 N
membuat sudut 600 terhadap aumbu x, tentukan resultan
gaya (R).
y
Penyelesaian:
 Gaya F1 dan F2 diketahui besar dan
F2
arahnya.
 Dengan skala gaya 1: 100 N, buat garis
600 gaya F2 sepangang 1,5 dan F1
F1 x sepanjang 2 .
 Resultan gaya, R = F2 +> F1
(penjumlahan vektor)

F1
Dari segitiga gaya didapat
F2 panjang R = 3,05. Jadi resultan
gaua R = 3,05 x 100 N = 305 N
R
dengan arah sesuai gambar.
O 31
Contoh soal 2: resultan gaya metode analitis
Dua buah gaya F1 = 200 N horisontal dan F2 = 150 N
membuat sudut 600 terhadap sumbu x, tentukan resultan
gaya (R).
Penyelesaian: menggunakan
y
hukum jajaran genjang
F2
F2

600
F1 x β θ
O
F1
Sudut β = 1800 – θ

RUMUS COSINUS:
R2 = (F1)2 + (F2)2 + 2 F1 F2 cos θ
R2 = (F1)2 + (F2)2 – 2 F1 F2 cos β
32
F2 RUMUS COSINUS:
R2 = (F1)2 + (F2)2 + 2 F1 F2 cos θ
β θ R2 = (F1)2 + (F2)2 – 2 F1 F2 cos β
O
F1 Sudut θ = 600,
Sudut β = 1800 – θ jadi sudut β = 1800 – 600 = 1200

R  F1  F2  2 F1 F2 cos 
2 2

R  200 2  150 2  2200 150  cos 60o  304 N

R  F1  F2  2 F1 F2 cos 
2 2

R  200  150  2200 150  cos120  304 N


2 2 o

33
TUGAS (HOME WORK)
1. Gambarkan gaya P = 120 kN membuat sudut 30º
terhadap sumbu x positif dan gaya Q = - 90 kN
(ke bawah) membuat sudut 90º terhadap bidang
horisontal. Hitung resultan gaya R, secara grafis
dengan metode segitiga dan bandingkan dengan
cara analitis menggunakan rumus cosinus.

2. Secara grafis, hitung besar dan


6 kN
arah resultan gaya R dari gaya-
gaya P = 6 kN dan Q = 4 kN
dengan sudut masing-masing
65º dan 30º, bandingkan A 650
dengan cara analitis 300
menggunakan rumus cosinus. 4 kN

34
RESULTAN GAYA
Sistem operasi penjumlahan dan pengurangan gaya sama
dengan operasi penjumlahan dan pengurangan vektor.

ASUMSI TENTANG GAYA


• Gaya bertanda positif:
jika arah GAYA ke kanan atau ke atas.

• Gaya bertanda negatif:


jika arah GAYA ke kiri atau ke bawah.

Penyelesaian perhitungan gaya dapat dengan metode


grafis atau analitis. Operasi gaya dapat berupa sistem
konkuren (bertemu satu titik), gaya sejajar atau bukan
konkuren juga bukan sejajar.

35
KOMPONEN VEKTOR (GAYA) TEGAK LURUS
Gaya F diuraikan menjadi gaya pada arah sumbu x dan y.

1. Fx positif dan Fy positif


y
F Komponen gaya di kwadran I:
FY Fx = F cos θ ; Fy = F sin θ

FY
F  FX  FY , tan  
2 2
θ
O FX x FX
2. Fx negatif dan Fy positif
y Komponen gaya di kwadran II :
F Fx = - F cos θ ; Fy = F sin θ
FY

FY
F  FX  FY , tan  
2 2

x FX
θ
O  FX 36
3. Fx negatif dan Fy negatif
FX Komponen gaya di kwadran III:
x O
θ Fx = - F cos θ ; Fy = - F sin θ

 FY
F  FX  FY , tan  
2 2
FY
F
y
 FX

4. Fx positif dan Fy negatif


FX
O x
θ
Komponen gaya di kwadran IV:
Fx = F cos θ ; Fy = - F sin θ

 FY
F  FX  FY , tan  
2 2
FY
F FX
y

37
KESIMPULAN
900

Kwadran II Kwadran I

Sin (+) Sin (+)


Cos (-) Cos (+) sin
1800 00
tan 
3600
cos
Sin (-) Sin (-)
Cos (-) Cos (+)
Kwadran III Kwadran IV
2700

38
Contoh soal: komponen gaya
1. Tentukan besar komponen gaya searah sumbu x dan
y dari beberapa gaya di bawah ini:
a) gaya = 15 kg dan b) gaya = 27 kg, θ = 63°
y y
27 kg
a) b)

15 kg x 63° x

Penyelesaian:
Komponen gaya searah sumbu x dan sumbu y adalah:
b)
a) FX = 15 kg y
FY
27 kg FX = 27 cos 63°= 12,26 kg
FY = 0
FY = 27 sin 63°= 24,06 kg
63°
x
FX
39
2. Tentukan besar komponen vektor kecepatan searah
sumbu x dan y dari vektor kecepatan di bawah:
a) vektor kecepatan = 15 m/s, θ = 237°dari sumbu x
b) vektor kecepatan = 18 m/s, θ = - 39°
y b) y
a)
x x

57° 39°

15 m/s 18 m/s

Penyelesaian:
Komponen vektor kecepatan searah sumbu x dan y:
y y
a) VX = - 15 cos 57° = - 8,17 m/s
b) a)
VX VX
VY = - 15 sin 57° = - 12,58 m/s
x x
57° 39°
VY VX = 18 cos 39° = 14 m/s
b)
VY 18 m/s VY = - 18 sin 39° = - 11,33 m/s
15 m/s
40
3. Batang A-B ditarik oleh tali T = 300 N. Tentukan
komponen gaya Tx dan Ty.
Penyelesaian:
8m 6
A
θ tan    0,75   36,87 0
8
6m
T Tx
B
cos   Tx  T cos
T
Tx = 300 (cos 36,87º) = 300 (0,8) = 240 N
8m Tx
A
θ  Ty
6m
sin    Ty   T sin 
T
T
Ty Ty = - 300 (sin 36,87º)
B
= - 300 (0,6) = - 180 N
Diagram benda bebas
atau  Ty = 180 N, arah ke bawah 41
4. Komponen gaya FX = 7 kN, Fy = 15 kN untuk mencabut
paku di titik A. Tentukan resultan gaya F dari
komponen gaya FX dan Fy, tentukan pula arah (θ)
resultan gaya F.
Fy
Penyelesaian: F

15
Fx tan    2,14    65 0 650
7
A
A
Fy 15
F F  16,55 kN
sin  sin 65 0
Fy

Dengan menggunakan dalil Pithagoras:


θ
F  Fx  Fy  7 2  152 16,55 kN
2 2
Fx

42
TUGAS (HOME WORK)

Tentukan besar resultan gaya F dan besar sudut θ


dari resultan gaya F terhadap sumbu x positif dari
beberapa gaya horisontal dan vertikal sebagai
berikut:
1. Gaya Fx = 8 kN dan Fy = 16 kN
2. Gaya Fx = - 8 kN dan Fy = 16 kN
3. Gaya Fx = - 8 kN dan Fy = - 16 kN
4. Gaya Fx = 8 kN dan Fy = - 16 kN
Gambarkan sistem gayanya.

43
OPERASI GAYA
Gaya konkuren: adalah jika garis kerja gaya bertemu
di satu titik, besar resultan gaya-gaya adalah:

R  F    F  , tan  
2 2  FY Harga R dapat
F bernilai = 0.
X Y
X

Gaya sejajar: besar resultan gaya sejajar adalah R = ΣF


(jumlah gaya-gaya) dan dapat bernilai nol.

Gaya bukan konkuren juga bukan sejajar: besar resultan


gaya-gaya adalah:

R  F    F  , tan  
2 2  F Y Harga R dapat
F bernilai = 0.
X Y
X

Penyelesaian perhitungan gaya dapat dengan metode


analitis, menggunakan rumus SINUS dan teori LAMI. 44
OPERASI GAYA KONKUREN
TEORI LAMI
TIGA BUAH GAYA KONKUREN BERAKSI PADA SATU
TITIK, MAKA DALAM KONDISI KESEIMBANGAN HARUS
MEMENUHI PERSYARATAN MASING-MASING GAYA
PROPORSIONAL DENGAN SINUS SUDUT DI DEPANNYA.
Q
RUMUS SINUS TEORI LAMI

β

C β
B
 θ
A
R θ
A B C P
 
sin  sin  sin  P Q R
 
sin  sin  sin  45
PARTIKEL DAN DIAGRAM BENDA BEBAS
Partikel: sesuatu yang mempunyai
massa, tetapi dimensi/ukurannya
dapat diabaikan, sehingga geometri
benda tidak dilibatkan dalam
analisis pemecahan masalah.

TAB Diagram benda TAB Diagram benda bebas atau FBD


bebas
(free body diagram) adalah
menggambarkan kondisi partikel,
y digunakan untuk memudahkan
A
x perhitungan gaya-gaya pada tali
300
TAC dan TAB untuk mengangkat
TAC berat mobil (W).
W

Poligon gaya 46
W TAC
PARTIKEL DAN DIAGRAM BENDA BEBAS

Partikel: berupa berat benda W


akan diletakkan di atas truk
dengan bantuan tali AB dan AC
yang ditarik oleh gaya manusia,
masing - masing membuat sudut
50º dan 30º.

TAB
y TAC Diagram benda bebas (FBD):
500 300 x
menggambarkan arah gaya berat
A W ke bawah, gaya tali AB dan AC
sesuai sudut yang diketahui
Diagram benda
sehingga memudahkan dalam
bebas perhitungan gaya-gaya pada tali
W TAC dan TAB untuk mengangkat
berat (W).
47
BENDA TEGAR DAN DIAGRAM BENDA BEBAS

Benda tegar adalah kumpulan


atau kombinasi dari partikel-
partikel dan semua partikel
tersebut mempunyai jarak
yang tetap dan berada dalam
satu sistem.

Diagram benda bebas (FBD):


tetap digunakan dalam
penyelesaian masalah-masalah
mengenai benda tegar.

48
BENDA TEGAR DAN DIAGRAM BENDA BEBAS

Sebuah Balok atau beam


diletakkan pada dinding
dengan tumpuan berbeda,
mendapat 3 buah beban.

Diagram benda bebas: balok


ditumpu di A dengan engsel
dan pada B dengan rol, 3
buah gaya F, jarak masing-
masing: a, b, c dan d.

49
CONTOH SOAL: GAYA-GAYA KONKUREN
1 T1 Kapal ditarik 2 tali T1 dan T2.
KAPAL θ R Resultan gaya R = 5000 kg,
β β = 45° dan θ = 30°, hitung
gaya tali T1 dan T2
T2
Penyelesaian: RUMUS SINUS
Buat poligon gaya terdiri dari gaya tegangan tali T1, T2
dan resultan gaya R. R T1
45° 30° δ
Besar sudut, T1
T2
30° 45°
δ = 180° - 45° - 30° = 105° T2
δ
R

T1 R 5000 sin 450


0
 0
 T1  0
 3660 kg
sin 45 sin 105 sin 105

T2 R 5000 sin 30 0
0
 0
 T2  0
 2590 kg
sin 30 sin 105 sin 105 50
T1
Kapal ditarik 2 tali T1 dan T2.
KAPAL θ R Resultan gaya R = 5000 kg,
β
β = 45° dan θ = 30°, hitung
T2
gaya tali T1 dan T2

T1

R 150° 30° Penyelesaian: TEORI LAMI


75°
135° 45°
Besar sudut,
δ = 180° - 45° - 30° = 105°
T2

T1 R 5000 sin 135 0


0
 0
 T1  0
 3660 kg
sin 135 sin 75 sin 75

T2 R 5000 sin 150 0


0
 0
 T2  0
 2590 kg
sin 150 sin 75 sin 75 51
TUGAS (HOME WORK)

Resultan gaya F = 300 N diuraikan menjadi 2


komponen gaya pada garis a dan b, komponen
gaya pada garis b adalah P = 150 N membuat
sudut 600 terhadap sumbu x positif seperti pada
gambar, hitung besar sudut θ dan besar gaya Q,
bandingkan hasil penyelesaian secara grafis
dengan secara analitis (rumus sinus).

b
P
F

θ 600
a

52
CONTOH SOAL: GAYA-GAYA KONKUREN
2 Berat beban W @ 100 kg digantung
dengan kabel melalui 2 buah puli
2 1
500 500 (gesekan diabaikan). Kedua buah
kabel membuat sudut masing-
G masing 50° (lihat gambar). Dalam
W W
BANDUL
keseimbangan, tentukan berat
BEBAN BEBAN bandul (G). Bandingkan
penyelesaian soal dengan cara
100 kg y 100 kg penguraian gaya-gaya, rumus sinus
dan teori LAMI.
2 1

x
Penyelesaian: penguraian gaya
400 400
Buat diagram Benda Bebas gaya-gaya
konkuren. Uraikan gaya-gaya menjadi
G
komponen gaya se arah sumbu x dan
Diagram benda bebas
sumbu y. Kabel 1 dan 2 mendapatkan
beban tarik. 53
100kg sin 400 100kg sin 400
100 kg
y
100 kg
Keseimbangan gaya-gaya
arah sumbu x adalah:
2 1
ΣFx = 0
400 400 x
-100 cos 40° + 100 cos 40° = 0
100kg cos 400 100kg cos 400
100 cos 40° = 100 cos 40°
G
 sama besar

Keseimbangan gaya-gaya arah sumbu y adalah:


ΣFy = 0
 100 sin 40° + 100 sin 40° - G = 0

G = 100 sin 40° + 100 sin 40°


= 64,3 + 64,3 = 128,6 kg

54
METODA RUMUS SINUS:
100 kg
2 1
500 500
500
1

G 800
W W
100 kg
BANDUL
BEBAN BEBAN 500
2
G

100 kg y 100 kg

G 100
2 1 
400 400 x sin 80 sin 50 0
o

100 sin 80 o
G G 0
 128,6 kg
sin 50
Diagram benda bebas
55
METODA TEORI LAMI:
2 1
500 500
G 100

G sin 100 sin 130 0
o
W W
BANDUL
BEBAN BEBAN
100 sin 100 o
G 0
 128,6 kg
100 kg y 100 kg sin 130
2 1
1000
400 400 x

Diagram benda bebas

56
530 Sebuah struktur, terdapat beban
A 3 500 kg digantung dengan 2 buah
600
2 1 kabel pada dinding di A dan B.
Tentukan gaya tarik masing-masing
C kabel. Bandingkan penyelesaian
soal dengan cara penguraian gaya
W dan teori LAMI.
500 kg
Penyelesaian: penguraian gaya
y T1
Diagram Benda Bebas dari struktur :
T2
T1: gaya pada kabel 1
300 530 x T2: gaya pada kabel 2
C

Uraikan gaya-gaya menjadi


W
komponen gaya-gaya searah
Diagram benda bebas sumbu x dan sumbu y. Kabel 1
dan 2 mendapatkan beban tarik.
57
y
T1 Penguraian gaya
T2
Komponen gaya T1:
T1 sin 530
T1 sin 53° ; T1 cos 53°
T2 sin 300
x
300 530 Komponen gaya T2 :
T1 cos 530
T2 cos 300 T2 sin 30°; T2 cos 30°
500 kg W Keseimbangan gaya-gaya arah sumbu x,
ΣFx = 0
T2 cos 30 0
T1 cos 53° - T2 cos 30° = 0  T1 
cos 530
Keseimbangan gaya-gaya arah sumbu y: ΣFy = 0
T1 sin 53° + T2 sin 30° - 500 kg = 0

T2 cos30 0
cos53 0
sin 53 0
  T2 sin 30 0
 500 kg  0
58
T2 cos30 0
cos53 0
sin 53 0
  T2 sin 30 0
 500 kg  0

T2 (0,866 )
0,7986   T2 (0,5)  500 kg  T2  303 kg
0,6018

T2 cos 30 0 303 0,866 


T1  0
  436 kg
cos 53 0,6018
y
T1
T2

T1 sin 530
T2 sin 300
300 530 x

T2 cos 300 T1 cos 530

500 kg W

59
530
METODA TEORI LAMI:
A
W T1
600
2 1 
sin 97 sin 120 0
o

C
o
500 sin 120
W T1  0
 436 kg
500 kg sin 97
y T1
W T2
T2
970

300 530 x
sin 97 sin 1430
o

C
o
500 sin 143
W
T2  0
 303 kg
sin 97
Diagram benda bebas
60
4 y Gaya F1 = 150 kg, F2 = 200 kg,
F2 F1 F3 = 80 kg, F4 =180 kg dan arah
sesuai pada gambar. Tentukan
300 300 x resultan gaya R dan arahnya.
600 450
Penyelesaian:
Uraian gaya-gaya menjadi
F3
komponen gaya se arah sumbu
F4 x dan sumbu y.
F2 y y Gaya- gaya arah sumbu x dan y:
F2 F1 F1x = F1 cos30° = 150 (0,866)= 130 kg
F1 y F1y = F1 sin30° = 150 (0,5) = 75 kg
300 300 x F2x = - 200 cos 30° = - 173 kg
F2 x F3x 600 450 F1 x F4 x
F2y = + 200 sin 30° = +100 kg
F3x = - 80 cos 60° = - 40 kg
F3 F3 y F3y = - 80 sin 60° = - 69 kg
F4x = 180 cos 45° = 127 kg
F4y
F4 F4y = - 180 sin 45°= - 127 kg
61
F2 y y
F2 F1
Resultan gaya arah sumbu x:
F1 y
ΣFX = 130 – 173 – 40 +127 = 44 kg
300 300 x
F2 x F3x 600 260 F x F4x
1
Resultan gaya arah sumbu y:
R ΣFY = 75 +100 – 69 – 127 = - 21 kg
F3 F3 y

F4 y
F4
Resultan gaya-gaya:

R  FX  FY  44 2  (212 )  49 kg
2 2

 21
tan     4,89   26 0

44
Sinus negatif dan cosinus positif, maka ada di kwadran
IV, atau θx = 360° – 26° = 334° dari sumbu x positif
62
TUGAS (HOME WORKS)
1. Tentukan resultan dan arahnya dari gaya-gaya
atau kecepatan berikut ini:
A = 22 N
A = 110 lb

600
b)
600
a) 450
450
B = 37 N
B = 60 lb

C = 12 ft/s
B = 7 m/s C = 5 m/s

700 400
300 d)
c) 450 250
550

A = 13 ft/s B = 19 ft/s
A = 4 m/s
63
2. Hitung gaya tarik masing-masing kabel
T1, T2 dan T3.

T1 T3

370 370
W=100 N T2

530

64
KESEIMBANGAN GAYA TAK SEJAJAR
Benda dengan massa (m) dalam kondisi keseimbangan
jika dan hanya jika resultan gaya R dari gaya F1, F2 dan
F3 = 0. Garis kerja gaya F1, F2 dan F3 berpotongan di
satu titik.
Persyaratan kondisi keseimbangan:
1. Resultan gaya-gaya yang bekerja = 0, (R = 0).
2. Garis kerja gaya-gaya berpotongan di satu titik.
3. Jika diselesaikan secara grafis, merupakan satu
poligon gaya tertutup
OF
Resultan gaya R = 0
F3
Poligon gaya tertutup
F1 F2
m o Berpotongan di F1
satu titik
(konkuren)
F3
65
F2
CONTOH SOAL: KESEIMBANGAN GAYA
1
Massa benda (m) = 75 kg akan
diletakkan di atas truck, ditarik
2 tali dengan sudut berbeda,
gesekan puli diabaikan. Hitung
gaya tali T1 dan T2

Penyelesaian:
Berat benda: W = m g = 75 kg
TAB (9,81m/s²) = 736 N
TAC

500 300
TAB Buat poligon gaya dari
40°
W, TAB dan TAC, kondisi
W seimbang, poligon gaya
80° tertutup.
T
W 60° 30° AC

66
TAB
TAC TAB W
500
Rumus Sinus: 
300
sin 60 sin 80 0
0

736 0,866 
W

TAB   647 N
0,985 
736 0,642 
TAB
TAC W
  TAC   480 N
0,985 
40°
0 0
sin 40 sin 80
80°
T
W 60° 30° AC

67
TAB
TAC
Penyelesaian: metoda LAMI
500 300
Berat benda: W = m g = 75 kg
(9,81m/s²) = 736 N
W

TAB W W sin 120 0 


  TAB 
0
sin 120 sin 100 0
sin 100 0 
TAB
736 0,866 
TAB   647 N
100°
TAC
0,985 
50° 30°

TAC W W sin 140 0 


  TAC 
0
sin 140 sin 100 0
sin 100 0 
W
736 0,642 
TAC   480 N
0,985  68
2 T1
Bodi pesawat terdapat 4 gaya T1, T2,
Q
P = 600 N, Q = 800 N. Dalam
300
600 T2 keseimbangan, tentukan gaya T1 dan T2

Penyelesaian:
P
Dalam keseimbangan, ΣFx = 0, ΣFy = 0
Qx = - Q cos 30º=- 800 (0,866) = - 692 N
Q T1y
T1 Qy = Q sin 30º = (½) (800) = 400 N
Qy
T1x = T1 cos 60º = 0,5 T1
300 600 T2 T1y = T1 sin60º = 0,866 T1
Qx T1x
ΣFy = 0  Qy + T1y – P = 0
 400 + 0,866 T1 – 600 = 0
P
200
T1   230 N
0,866 69
Q T1y
T1
Qy 200
T1   230 N
300 600 T2 0,866
Qx T1x

ΣFx = 0  - Qx + T1x + T2 = 0
P - Qx + 0,5 T1 + T2 = 0

 - 692 + 0,5 (230) + T2 = 0


 T2 = 578 N

70
TUGAS (HOME WORKS)
y
1. Dalam kondisi seimbang,
tentukan besar gaya masing -
450 300 x
masing kabel untuk menahan
beban W = 600 kg (lihat gambar).
Jawaban: (439 kg dan 538 kg)
W

2. Sebuah kawat panjang 24 m,


menahan beban W = 100 kg.
10,5 m y 10,5 m Jarak pengikatan kawat masing-
masing 10,5 m pada ketinggian
12 m 12 m yang sama. Dalam kondisi
seimbang, tentukan beban yang
W
dapat ditahan bagian tengah
kawat.
Jawaban: (97 kg)
71
TUGAS (HOME WORKS)

3. Tentukan gaya reaksi pada


permukaan halus yang miring
150 kg
terhadap silinder baja seperti
A B pada gambar. Berat silinder
400 300 baja = 150 kg. (metoda rumus
sinus dan LAMI)
Jawaban: (79,8 kg dan 102,6 kg)

72
KESEIMBANGAN TIGA BUAH GAYA TAK SEJAJAR
Benda dengan massa (m) dalam kondisi keseimbangan
jika dan hanya jika:
1. Resultan gaya-gaya yang bekerja = 0, (R = 0).
2. Garis kerja gaya-gaya berpotongan di satu titik.
3. Jika diselesaikan secara grafis, merupakan satu
poligon gaya tertutup

Q S
P
m

Kondisi keseimbangan, resultan gaya = 0,


R = P +> Q +> S = 0
73
Contoh soal: 3 buah gaya dalam keseimbangan
C Balok AB panjang = 12 m,
1
berat W = 120 kg. Diikat oleh
T =?
tali T pada dinding di C,
tentukan besar gaya tali T dan
gaya reaksi pada titik B (RB).
300
B
A
RB Penyelesaian: secara grafis
W
C
Skala panjang, 1 : 3 m
T =? Garis kerja ketiga gaya harus
berpotongan di satu titik, jadi
d
arah gaya RB harus melalui
titik potong W dan T, yaitu di
300 titik d.
B
A
W
RB Dengan skala gaya, buat
poligon gaya W , T, RB. 74
Penyelesaian secara grafis:
RB
Berat W = 120 kg, arah gaya RB telah diketahui.
600
Skala gaya, 1 : 40 kg

Dari poligon gaya, didapat:


600
T = 3 = 3 (40 kg) = 120 kg
T =? RB = 3 = 3 (40 kg) = 120 kg

600
Penyelesaian secara analitis:

120 sin 60 0 
W
300
T W
 T  120 kg
0
sin 60 sin 60 0
sin 60 
0

T RB 120 sin 60 0 
  RB  120 kg
0
sin 60 sin 60 0
sin 60 
0

Poligon gaya membentuk segitiga sama sisi:


RB = T = W = 120 kg 75
C Penyelesaian: metoda LAMI
T =?
W = 120 kg
d

T W W sin 120 0 
 T 
300
B
0
sin 120 sin 120 0
sin 120 0 
A

120 0,866 
RB
W

T 120 kg
0,866 
RB T =?

1200

W sin 120 0 
300 300
RB W
  RB 
0
sin 120 sin 120 0
sin 120 0 
W
 RB  W  120 kg
76
C 2 Batang AB ditahan oleh tali T, beban P = 2 ton
berada di tengah AB, hitung tegangan tali T,
300
hitung besar dan arah RA
T =? Penyelesaian:
Garis kerja ketiga gaya harus berpotongan
A
300 di satu titik, jadi arah gaya RA harus melalui
titik potong P dan T, yaitu di titik d.
P = 2 ton
B Arah RA membuat sudut 30º terhadap
bidang horizontal.
C
T =? Dari poligon gaya, didapat nilai RA dan T
300
RA Secara analitis:
600
d RA = P sin 30°
A
300 = 2 (0,5) = 1 ton
300
300
T =? T = P cos 30º
P
P = 2 ton
B
= 2 (0,866) = 1,732 ton77
C Penyelesaian: metoda LAMI
T =?
300 P = 2 ton

T P P sin 120 0 
 T 
sin 900 
d
300 0 0
A
300
sin 120 sin 90
2 0,866 
P = 2 ton
T  1,732 ton
B
1
T =?

W sin 150 0 
900 RA
600 300 RA P
  RA 
0
sin 150 sin 90 0
sin 90 
0

2 0,5
RA   1ton
P
1 78
OPERASI GAYA-GAYA SEJAJAR/PARALEL
RESULTAN DUA GAYA SEJAJAR
Besar gaya P1 dan P2 sejajar beraksi pada BALOK/BEAM.
P2
P1
b
Resultan gaya, R = P1 + P2
(penjumlahan vektor)
Dengan skala perbandingan,
D
buat garis gaya P1 dan P2 pada
garis kerja gaya P2
R
P1
Tarik garis dari titik D ke titik O,
P1 + P2

P1 E P2 buat garis horisontal dari titik


x pangkal gaya P2 memotong
garis DO, yaitu di titik E
O

b Titik E adalah lokasi resultan


gaya R = P1 + P2, dengan jarak
Resultan gaya, R = P1 + P2
(x) dari titik O
79
METODE BANTUAN GAYA LUAR
Gaya P1 dan P2 sejajar diketahui besar dan arahnya dan
beraksi pada BEAM. Tentukan lokasi resultan gayanya
P2
P1
b
Resultan gaya, R = P1 + P2
(penjumlahan vektor)
Metoda bantuan gaya luar adalah
dengan penambahan dua gaya
c
sama besar, berlawanan arah,
P1
P2 satu garis kerja gaya dan dapat
saling menghilangkan.
P1 + P 2
S S
R1 R2
R1 = P1 +> S
P1 x
P1 + S P2 R2 = P2 +> S
P2 + S

Perpotongan antara R1 dan R2 di titik c


(lokasi resultan gaya R) 80
Contoh soal : gaya-gaya sejajar
1. Dua buah gaya sejajar, F1 = 50 N dan F2 = 100 N,
jarak b = 15 cm, tentukan lokasi resultan gaya R.
R
F1
F2 PENYELESAIAN:
x=? Resultan gaya R = F1 +> F2 =
50 +> 100 = 150 N.
b
Dengan skala perbandingan, buat garis
D gaya F1 dan F2 pada garis kerja gaya F2
R F1
F1 Tarik garis dari titik D ke titik O, buat
E
garis horisontal dari pangkal F2
x F2 memotong garis DO, yaitu di titik E
O
b Titik E adalah lokasi resultan gaya R =
F1 + F2 , dengan jarak (x) dari titik O
Lokasi resultan gaya R adalah 10 cm dari titik O. 81
2. Gaya, P1 = 200 kg, P2 = 400 kg, P3 = 100 kg dan
P4 = 100 kg, a = 1 m, b = 1 m, c = 1,5 m.
Tentukan besar & lokasi resultan gaya.
P2 P4
P1
P3
a b c

Penyelesaian: Resultan gaya (R),


R = 200 – 400 – 100 – 100 = - 400 kg, arah ke bawah.

Buat skala perbandingan garis gaya dan tentukan lokasi


titik O sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk
penentuan lokasi gaya resultan R.
82
P2 P4
Buat garis b//OB,
P1
P3
c//OC dan d//OD.
Buat garis a//OA
dan garis e//OE.

d
a A
b e
c O
K
C
R
D

Perpotongan garis a
dengan garis e di K adalah E

lokasi resultan gaya R.


83
BAB III SISTEM GAYA NON KONKUREN
KESEIMBANGAN MOMEN GAYA
F Momen gaya atau Torsi (Torque), yaitu
perkalian antara gaya dengan jarak
d M0 tegak lurus nya
0 Torsi atau Momen gaya:

  F x d atau Mo  F x d
Momen POSITIF
 F: gaya yang beraksi
 d: jarak tegak lurus gaya
terhadap titik referensi.
d ASUMSI:
Momen gaya POSITIF, jika arahnya se
0
M0 arah putaran jarum jam (clockwise - CW)
F
Momen gaya NEGATIF, jika arahnya melawan
Momen NEGATIF putaran jarum jam (counter clockwise - CCW)
84
Contoh soal 1: momen gaya/torsi
O
Panjang beam, d = 10 m, dan pada
d = 10 m F titik O dipasang pen. Pada ujung
Beam dikenakan gaya F = 100 kg.
Tentukan momen gaya beam
terhadap titik O.
Penyelesaian:
Momen gaya F terhadap titik O adalah:
MO =- F x d = - 100 kg x 10 m = - 1000 kgm (CCW)

O
Jika gaya F = 100 kg, jarak 5 m dari
d=5m titik O. Momen gaya F terhadap titik O:
F MO = - 100 kg x 5 m = - 500 kgm.

Jika gaya F = 100 kg beraksi tepat


O pada titik O, d = 0 m. Momen gaya F
d=0m terhadap titik O:
F
MO = F x d = 100 kg x 0 m = 0 kgm 85
Contoh soal 2: momen gaya
O 370 Gaya F = 100 kg beraksi pada
d = 10 m
F
ujung Beam, membuat sudut 37°
terhadap bidang horizontal.
Penyelesaian:
Momen gaya/Torsi = gaya x jarak tegak lurus
x = Jarak
tegak
Jarak tegak lurus:
lurus x = 10 m (sin 37°) = 6 m.
Momen gaya F terhadap titik O:
O 370 MO = - F (x) = - 100 kg x 6 m
d = 10 m
F = - 600 kgm (negatif) (CCW)

CARA LAIN:
F cos 370 Gaya F diuraikan menjadi
O 370 komponen gaya horisontal
d = 10 m
F dan vertikal.
F sin 370 86
F cos 370
O 370
d = 10 m
F
F sin 370

Komponen gaya horizontal Fx = 100 kg cos 37° dan


komponen gaya vertikal Fy = 100 kg sin 37°.
Momen gaya Fx , jarak gaya Fx terhadap titik O, a = 0 m
MO = Fx (a) = 100 cos 37° x 0 = 0 kgm
Momen gaya Fy , jarak gaya Fy terhadap titik O, d = 10 m,
Mo = - Fy x d = - 100 sin 37° x 10 = - 600 kgm (negatif).

Momen gaya POSITIF, jika arahnya se arah


putaran jarum jam (clockwise - CW)

Momen gaya NEGATIF, jika arahnya melawan


putaran jarum jam (counter clockwise - CCW)
87
Contoh soal 3: momen gaya
Sebuah frame terdapat gaya F = 400 N membuat
sudut θ = 45º, tentukan besar momen gaya di A.
Penyelesaian:
Gaya F diuraikan menjadi gaya Fx dan Fy
Fx = F cos 45º = 400 (0,707) = 283 N
Fy = F sin 45º = 400 (0,707) = 283 N
F
Fy
Momen gaya F terhadap titik A:
θ MA = - 283 (2) - 283 (3)
Fx MA = - 566 - 849
= - 1.415 Nm (CCW)
2m

A
3m
88
Contoh soal 4: momen gaya
P
Batang torak, P = 1,5 kN, a = 72 mm,
b = 28 mm dan c = 21 mm. Hitung
momen gaya P terhadap titik A (MA).
θ Penyelesaian:
Gaya P diteruskan ke batang torak
θ a untuk memutar engkol.

c 21
ℓ tan     16,26 0
b A a 72
A P

c Panjang a + b = 72 mm + 28 mm = 100 mm

sin      sin  a  b 
ab
ℓ = (100) sin 16,26° = 28 mm = 0,028 m

MA = - P ℓ = - 1500 (0,028) = - 42 Nm (CCW) 89


TUGAS (HOME WORKS)
1. Empat gaya konkuren seperti pada gambar.
Hitung momen masing-masing gaya terhadap
titik O. Hitung jumlah momen gaya dan tentukan
arah momen gaya tersebut. F1 = 30 N, F2 = 40 N,
F3 = 10 N, F4 = 50 N
F1
y

0 F4 600 x
450
F3

ℓ=4m
F2

90
2. Tentukan besar dan arah resultan gaya dari ke
empat gaya pada soal no.1. Hitung momen gaya
terhadap titik O dan bandingkan dengan hasil
pada soal no.1
3. Persegi panjang dengan ukuran 6 m dan 15 m.
Hitung jumlah momen gaya-gaya terhadap titik A.
Hitung jumlah momen gaya-gaya terhadap titik B.
F1 = 30 N, F2 = 60 N, F3 = 40 N dan F4 = 45 N

15 m
F3
F2 A

6m

B
F4
91
F1
KESEIMBANGAN MOMEN GAYA
Dalam kondisi keseimbangan, maka:
 Jumlah gaya-gaya horisontal = 0  ΣFx = 0
 Jumlah gaya-gaya vertikal = 0  ΣFy = 0
 Jumlah momen gaya-gaya = 0  ΣM = 0

Contoh soal 1: keseimbangan momen gaya


Sebuah jembatan panjang 40 m dan berat G = 4000 N
berada ditengah-tengah. Sebuah Truk berat, W = 10000 N
parkir sejauh 10 m dari titik A. Tentukan gaya reaksi pada
masing-masing tumpuan di A dan B.

A B
W
10 m 10 m 20 m

RA RB
92
Penyelesaian:
G G = 4000 N
W = 10000 N
A B
W
10 m 10 m 20 m

RA RB

Kondisi keseimbangan:
ΣFx = 0  tidak terdapat gaya arah horizontal
ΣFy = 0  + RA + RB – 10000 N – 4000 N = 0

ΣMA = 0  W (10) + G (20) – RB (40) = 0


10000 (10) + 4000 (20) - RB (40) = 0

10000 10   4000 20 


Gaya reaksi , RB   4500 N
40
93
G G = 4000 N
W = 10000 N
A B
W
10 m 10 m 20 m

RA RB

ΣMB = 0  RA (40) - W (30) - G (20) = 0


RA (40) - 10000 (30) - 4000 (20) = 0

10000 30   4000 20 


Gaya reaksi , RA   9500 N
40
Pengecekan gaya-gaya vertikal,
ΣFy = 0  + RA + RB – 10000 N – 4000 N = 0
9500 N + 4500 N – 10000 N – 4000 N = 0
14000 N – 14000 N = 0  OK
94
Contoh soal 2: keseimbangan momen gaya
C
D Batang baja BC = 14 m, berat W =18 kN
disandarkan pada dinding AD tanpa
gesekan. Kondisi keseimbangan, hitung
300
gaya tali T untuk menahan batang baja
dan reaksi RD.
W
Penyelesaian: ΣMB = 0
B 600 T A
 
18 7 cos 60 0  RD 14   0
D
C
300

 18 7 cos 60 0
RD  
   4,5 kN
RD

 14 
W=18 kN ΣFx = 0

600 T
T – RD cos 30º = 0
B
T = 4,5 (0,866) = 3,9 kN 95
Contoh soal 3: keseimbangan momen gaya
Sepanjang balok L terdapat beban F. Sebuah tali
melalui puli untuk menggantung beban W. Tentukan
panjang x, agar balok/beam tetap horisontal, gesekan
pada puli diabaikan.

Penyelesaian:
Dalam keseimbangan,
ΣMA = 0
- W L + F (x) = 0

W L
 x
F

96
TUGAS (HOME WORKS)
1. Sebuah Beam BE digantungkan pada dua
dinding dengan kawat AB dan FE. Dua orang
tukang cat, berat masing-masing 80 kg di titik
C dan 70 kg di titik D dan berat Beam 100 kg.
Gambarkan diagram benda bebas (FBD) dan
tentukan gaya tarik masing-masing kawat AB
dan FE.

A
F

B E
C D
2m 6m 4m

97
2. Seseorang dengan berat 75 kg berdiri pada
ujung papan luncur. Papan luncur mempunyai
berat 140 kg dan berat tersebut terkonsentrasi
pada tengah-tengah papan. Gambarkan diagram
benda bebas (FBD) dan tentukan gaya-gaya
yang beraksi dan arahnya pada masing-masing
tumpuan A dan B
4m 8m
A B

98
3. Sebuah balok panjang 10 m
digantung oleh dua buah kabel.
Sebuah beban 300 kg diletakkan
4 m dari kiri. Gambarkan diagram
benda bebas (FBD) dan tentukan
gaya-gaya pada kabel.

4. Sebuah balok panjang 16 m


digantung oleh dua buah kabel.
Dua buah beban 200 kg
diletakkan 4 m dari kiri dan
beban yang lain 400 kg
diletakkan 6 m dari kanan.
Gambarkan diagram benda
bebas (FBD) dan tentukan gaya-
gaya pada kabel.
99
5. Beam panjang 20 ft, berat
diabaikan digantung oleh
dua buah kabel dengan
jarak masing-masing 4 ft
dari kiri dan kanan (lihat
gambar). Gambarkan FBD
dan tentukan gaya-gaya
pada kabel.

6. Sebuah Beam panjang 8 ft,


berat diabaikan, digantung
oleh 2 kabel pada ujung kiri
dan pada tengah-tengah.
Beban 150 ℓb diletakkan pada
ujung kanan dan 600 ℓb
diletakkan 2 ft dari ujung kiri.
Gambarkan FBD dan tentukan
gaya-gaya pada kabel. 100
KOPEL
Kopel adalah dua buah gaya yang beraksi
sama besar, sejajar dan berlawanan arah
sehingga momen kopel adalah konstan.

Momen kopel konstan,


Mk = F x d (konstan)

A
F
F
Misal dari titik tumpuan A,
d
d1 MA = F x d1 – F x d2
= F (d1 – d2)
= F x (– d) = – F d (CCW)
d2
F
A d F Misal dari titik tumpuan A,
d1
MA = F x d2 – F x d1
= F (d2 – d1)
d2 = F x (d) = F d (CW)
101
SISTEM GAYA EKIVALEN DAN KOPEL
F
Gaya F pada titik A pada sebuah
massa benda dapat digantikan
A B dengan gaya yang sama pada titik
B dan sebuah kopel, M = F (x).
F
F SISTEM GAYA EKIVALEN
x Jika pada sebuah massa
A B
benda terdapat beberapa gaya
F F, maka dapat digantikan
dengan resultan gaya dan
F
sebuah kopel, ƩM = jumlah
x
momen dari semua gaya
A B terhadap titik tertentu.
M = F (x)
102
Contoh soal 1: kopel
Kemudi Mobil mempunyai momen
kopel konstan, M = 24 Nm. Jarak
antara 2 buah gaya yang membentuk
kopel, d = 0,4 m. Hitung gaya yang
diperlukan oleh pengemudi.

Penyelesaian: M = F x d
M 24
F   60 N
d 0,4
Jika jarak 2 buah gaya yang membentuk kopel,
d = 0,3 m maka:

M 24
F   80 N
d 0,3 103
Contoh soal 2: kopel
Momen kopel konstan = - 60 kgm. Gambarkan kopel
tersebut dengan sepasang gaya 10 kg dan sepasang
gaya 30 kg.
Penyelesaian:
MK= - 60 kgm, bila sepasang gaya F = 10 kg,
maka jarak tegak lurusnya:
M k 60
d  6m
F 10
Jika sepasang gaya F = 30 kg, maka jarak tegak lurusnya:

M k 60
d  2m
F 30
Momen kopel negatif, jadi arah kopel
berlawanan arah jarum jam (CCW) 104
Contoh soal 3: sistem ekivalen gaya dan kopel
Empat gaya paralel beraksi pada beam AB (lihat gambar).
Sederhanakan sistem tersebut menjadi a) gaya tunggal
b) gaya tunggal dan kopel di titik A, c) gaya tunggal dan
kopel di titik B.
150 N
PENYELESAIAN:
67,5 N Resultan gaya tunggal:
32,5 N
10 N R = 32,5 – 150 + 67,5 – 10
C D = - 60 N, arah gaya ke bawah
A
B
Jarak R terhadap titik A:
1m 1m 1,5 m
R(d) = 150(1) - 67,5(2) + 10(3,5)
60 d = 50
150 N
R 67,5 N
32,5 N
10 N 50
d
C D
d  0,8333 m
A
B
60
1m 1m 1,5 m

105
MA
Jumlah momen gaya terhadap titik A:
R
d
MA = R (d)
R E D = 60 (0,8333)
A
B = 50 Nm (CW).
1m 1m 1,5 m
R Gaya tunggal, R = 60 N
(ke bawah)

Jumlah momen gaya terhadap titik B:

MB = R (e)
MB
R
= 60 (3,5 - 0,8333)
e
R
= 160 Nm (CCW).
E
A
B Gaya tunggal, R = 60 N
1m 1m 1,5 m (ke bawah)
R 106
TUGAS (HOME WORK)
Hitung besar dan arah resultan kopel yang
beraksi pada roda (lihat gambar).

40 N
60 N

R = 2,5 m

600
60 N
40 N

107
BAB IV JENIS TUMPUAN DAN GAYA
1. Setiap jenis tumpuan yang berlainan, menghasilkan
gaya reaksi yang berlainan pula.
2. Tumpuan Roll hanya dapat ditempatkan dalam
tekanan dan gaya reaksi tegak lurus permukaan.
3. Tumpuan jenis Pen atau sambungan, terdapat gaya
reaksi terdiri dari gaya horisontal dan vertikal.
Tumpuan rol, gelinding, goyangan dan permukaan halus.
 RA : gaya reaksi tumpuan A
 RB : gaya reaksi tumpuan B
A C  RC : gaya reaksi tumpuan C
B D  RD : gaya reaksi tumpuan D

RA RB RC RD Tumpuan rol
108
A B
Kabel dan penghubung pendek
 TA: gaya reaksi kabel

 TB: gaya reaksi penghubung

TA TB

Sambungan jenis geseran (sliding) tanpa gesekan


Gaya reaksi sambungan
geser tanpa gesekan
A B berupa gaya reaksi tegak
a b lurus dengan arah
geseran.
900 900

RA: gaya reaksi sambungan A


b
a RB: gaya reaksi sambungan B
109
Tumpuan dengan pen, permukaan kasar dan
tumpuan tertanam.
Gaya reaksi R terdiri
dari gaya arah sumbu x
(RX) dan y (RY)
C
A B Gaya reaksi tumpuan
R AX RCX MC tertanam adalah berupa
θ gaya R dan momen
R AY RB RCY kopel M

Tumpuan pen Tumpuan tertanam 110


JENIS BEBAN/GAYA
Gaya terpusat P dan Q Gaya terdistribusi w/ℓ
w/ℓ
P Q
Balok

JENIS TUMPUAN PADA BALOK/BEAM:


1. Tumpuan sederhana 2. Tumpuan menjulur
A A
B
ℓ B

Tumpuan sederhana Tumpuan menjulur

3. Tumpuan kantilever

A

Tumpuan kantilever 111
Contoh soal 1: tumpuan pen (engsel) dan rol
Gaya P = 5000 N beraksi ke beam AB di titik C seperti
pada gambar. Tentukan gaya reaksi tumpuan pen di A
dan rol di B. Bandingkan jika gaya P membuat sudut 300.
P = 5000 N PENYELESAIAN:
2,5 m
C
buat diagram benda bebas.
A B
Kondisi keseimbangan,
5m ƩFX = 0, ƩFY = 0 dan ƩM = 0

ƩFX = 0  RAx = 0 (gaya tunggal)


2,5 m
P = 5000 N ΣMA = 0  P (2,5) – RB (5) = 0
RAx
A C 5000 (2,5) – RB (5) = 0
B
5m
RAy 12500
RB   2500 N
RB
diagram benda bebas
5
112
2,5 m
P = 5000 N
ΣMB = 0  – P (2,5) + Ray (5) = 0
C
RAX
A
B
– 5000 (2,5) + Ray (5) = 0
5m
12500
  2500 N
RAY RB Y
diagram benda bebas RA
5
Kesimpulan:
1. Pada titik A tumpuan Pen, gaya reaksi terdiri dari gaya
horisontal RAX dan gaya vertikal RAY, tetapi sehubungan
tidak terdapat beban gaya horisontal, maka RAX = 0.
2. Kondisi keseimbangan, beban gaya P berada ditengah
Beam, maka gaya reaksi RAY = RB.

P = 5000 N
2,5 m Gaya P membuat sudut 300.
C 300
A B Buat diagram benda bebas.
5m
113
P = 5000 N
2,5 m Kondisi keseimbangan,
A C 300 ƩFX = 0, ƩFY = 0 dan ƩM = 0
RAX
B
ƩFX = 0
RA 5m
RAY RB RAX = 5000 cos 300 = 4330 N
diagram benda bebas.

ƩFY = 0 RAY + RB - 5000 sin 300 = 0


 RAY + RB = 2500
Momen gaya-gaya terhadap titik B,
ƩMB = 0  RAY (5) – 5000 (sin 300) (2,5) = 0

RA
Y

 
5000 sin 30 0 2,5 6250
  1 250 N
5 5
RAY + RB = 2500  RB = 2500 – 1250 = 1250 N
ƩFY = 0 RAY + RB - 5000 sin 300 = 0
 1250 + 1250 – 5000 (0,5) = 0  2500 – 2500 = 0  OK
114
2,5 m
P = 5000 N Menentukan besar dan arah
gaya RA di titik A,
A C 300
RAX B RAX = 5000 cos 300 = 4330 N
RA 5m
1250 N
RB Y
RAY RA

RA
RAY RA  4330  1250  4506 N
2 2

θ = 16,10
RAX
1250
tan      16,10

4330

115
Contoh soal 2: tumpuan pen (engsel) dan rol
Gaya pada beam. Gaya F1 = 125 N, F2 = 200 N, F3 = 340 N,
F4 = 180 N. Hitung gaya reaksi RA dan RB

F2 F3 F4 Penyelesaian:
F1 7m
7m 5m
C Dalam keseimbangan,
B ΣFx = 0, ΣFy = 0, ΣM = 0
A
4m 17m

Titik A tumpuan engsel, maka


F1 7m
F2 F3 F4 gaya reaksi di A terdapat gaya
7m 5m
RAx dan RAy, sedangkan titik B
C
B
tumpuan rol, hanya terdapat
RAx
A gaya reaksi tegak lurus
4m RAy 17m RB permukaan, yaitu RB
diagram benda bebas

116
F2 F3 F4
F1 7m
7m 5m Kondisi keseimbangan, ΣMA = 0
C
B
- F1 (4) + F2 (3) + F3 (10) + F4 (15)
A
RAx - 17 RB = 0
4m RAy 17m RB
- 125 (4) + 200 (3) + 340 (10) +
diagram benda bebas 180 (15) - 17 RB = 0

200 3  340 10   180 15  125 4 


RB   365 N
17
ΣMB = 0
- F1 (21) + 17 RAY – F2 (14) – F3 (7) – F4 (2) =
-0 125 (21) + 17 RA - 200 (14) - 340 (7) - 180 (2) = 0

2625  2800  2380  360


  480 N
Y
RA
17 117
F2 F3 F4
F1 7m
7m 5m
Kondisi keseimbangan, ΣFX = 0
C

A
B  RAx = 0  karena hanya
RAx
4m RAy RB
terdapat gaya RAX.
17m

diagram benda bebas

Pengecekan kondisi keseimbangan gaya beban dan


gaya reaksi:
ΣFy = 0  RAY + RB – 125 – 200 – 340 – 180 = 0
480 +365 – 845 = 0  845 – 845 = 0  OK

118
Contoh soal 3: tumpuan pen (engsel) dan rol
5kN 2kN 3kN 1,5kN Gaya vertikal dan miring, besar
dan arah diketahui, ditumpu di A
600 450 800
A (pen) dan di B (rol). Tentukan
B
besar gaya reaksi RA dan RB
2 4 7m 4

Penyelesaian:
Buat diagram benda bebas dari gaya-gaya yang ada.
5kN 2kN 3kN 1,5kN Dalam keseimbangan,
ΣFx = 0, ΣFy = 0, ΣM = 0
A
B
RAx ΣFx = 0  RAx - 2 cos 60º +
2 4 7m 4
RAy RB 3 cos 45º - 1,5 cos 80º = 0
diagram benda bebas

RAx – 2 (0,5) + 3 (0,707) – 1,5 (0,174) = 0


RAx = 1 - 2,12 + 0,26 = - 0,86 kN (ke kiri) 119
5kN 2kN 3kN 1,5kN

A
B
Kondisi keseimbangan,
RAx ΣMA = 0
2 4 7m 4
RAy RB

diagram benda bebas

5(2) + 2 sin 60º (6) + 3 sin 45º (13)


+ 1,5 sin 80º (17) - 17 RB = 0

5 2   2 sin 60 0 6   3 sin 45 0 13  1,5 sin 80 0 17 


RB   4,3 kN
17
ΣMB = 0,
 + 17 RAy - 5 (15) - 2 sin 60º (11) - 3 sin 45º (4 ) = 0

5 15   2 sin 60 0 11  3 sin 45 0 4 


  6,03 kN
Y
RA
17 120
5kN 2kN 3kN 1,5kN
Pengecekan kondisi
A
B
keseimbangan vertikal:
RAx  ΣFy = 0
2 4 7m 4
RAy RB

diagram benda bebas

6,03 + 4,3 – 5 – 2 sin 60º – 3 sin 45º – 1,5 sin 80º = 0


Pengecekan kondisi keseimbangan horisontal:  ΣFx = 0
- RAX – 2 cos 60º + 3 cos 45º – 1,5 cos 80º = 0
Menentukan besar dan arah gaya RA di titik A,
RAX
RAx = - 0,86 kN (ke kiri)
RAY
RA RAY = 6,03 kN (ke atas)
θ
0,86
RA  0,86 2  6,032  6,09 N tan      8,10
6,03
121
TUGAS (HOME WORK)

1. Dua buah bola baja C = 2000 N dan D =


1000 N diletakkan di atas Balok/Beam AB
seperti pada gambar. Tentukan jarak bola C
terhadap titik A (yaitu x), sehingga gaya
reaksi tumpuan di A dua kali lebih besar
daripada tumpuan di B.

1m
2000 N
1000 N
C D
A B
x
4m

122
2. Dua buah SLAB ukuran sama, panjang = 8 m,
lebar = 1 m dan tebal = 20 cm. Berat masing-
masing SLAB = 12 ton. Kedua slab diletakkan
di atas sebuah meja baja (lihat gambar). Jika
slab dapat menggantung semaksimum
mungkin, hitung jarak slab bagian bawah (X)
sehingga dua buah slab dalam kondisi
keseimbangan.
8m

X
x
Contoh soal 4: tumpuan pen dan rol
Berat Crane W = 9,81 kN dan beban
P = 23,5 kN. Dalam keseimbangan,
tentukan gaya reaksi RA dan RB
Penyelesaian:
ΣMA= 0  -1,5 RB + 2 (9,81) +
6 (23,5) = 0

2 9,81  6 23,5
RAY RB   107 kN
1,5
RAx
A
 ΣFx = 0  RAX + RB = 0,
B  RAX = -107 kN (ke kiri)

diagram benda bebas


 ΣFy = 0  RAY – 23,5 – 9,81= 0
 RAY = 23,5 + 9,81 = 33,3 kN
124
RAY
Menentukan besar dan arah
RAx
gaya RA di titik A,
A

B  ΣFx = 0  RAX + RB = 0,
 RAX = -107 kN (ke kiri)
diagram benda bebas
 ΣFy = 0  RAY – 23,5 – 9,81= 0
 RAY = 23,5 + 9,81 = 33,3 kN

RA  107   33,3 112 kN


2 2

RA
RAY
RA y 33,3
θ tan       17,30

RAX
A RA x 107

125
Contoh soal 5: tumpuan tertanam
D
Kerangka tertanam di titik E,
B C
A
θ
kabel DF = 7,5 m dan
tegangan T = 150 kN.
1,8m 1,8m 6m
Terdapat 4 buah beban,
20kN 20kN masing- masing = 20 kN,
E F jarak masing-masing = 1,8 m,
tentukan reaksi pada titik E
T
6
Penyelesaian: cos 
D

A B C 7,5
θ

1,8m 1,8m 6m  Tx = T sin θ dan Ty = T cos θ


20kN
 ΣFx = 0  Tx – REx = 0
20kN
 Jadi, REx = Tx
E F
TX
R Ex
R Ey
TY T
EF  7,52  62  4,5 m
ME
diagram benda bebas 126
D

A B C
Jumlah momen gaya-gaya
θ terhadap titik E,
1,8m 1,8m 6m
ME = - 20 (7,2) - 20 (5,4) - 20
20kN 20kN (3,6) - 20 (1,8) + Ty (4,5)
E F
R Ex
TX Ty = T cos θ
R Ey
TY T
ME
diagram benda bebas

ME = - 20 (7,2) - 20 (5,4) - 20 (3,6) -


20 (1,8) + 150 (6/7,5)(4,5)
ME = - 180 kNm (NEGATIF)
ΣFx = 0  REx + TX = 0,  REx = - T sin θ

4,5
  150  90 kN  ke kiri
X
RE
7,5
127
D

A B C
θ ΣFy = 0
1,8m 1,8m 6m  REY – 4 (20) – TY = 0
20kN 20kN 6
 80  150
Y
E F
RE
R Ex
TX 7,5
R Ey

RE  200 kN  ke atas
TY T Y
ME
diagram benda bebas

Menentukan besar dan arah


gaya RE di titik E,

RE
R EY
RE  902  200 2  220 kN
RE y 200
tan      66 0
RE x 90
R EX
 E 128
TITIK BERAT MASSA DAN BIDANG
 Titik berat massa benda diperoleh dengan membagi
massa menjadi bagian-bagian elemen kecil dM dikalikan
dengan jarak ke masing-masing sumbu X dan Y.
 Penjumlahan hasil kali xi (dMi) dibagi dengan massa
total merupakan jarak titik berat x terhadap sumbu Y.
 Penjumlahan hasil kali yi (dMi) dibagi dengan massa
total merupakan jarak titik berat y terhadap sumbu X,

Y
xi dM i
x
xi dMi M total
Massa (M)

yi yi dM i
y
X M total
129
Titik berat bidang menggunakan luasan atau area
sebagai perhitungan.

Y xi dAi
x
xi dAi
Atotal
yi yi dAi
y
X
Atotal

Keterangan:
 x : jarak dA ke sumbu Y, xi : jarak dAi ke sumbu Y
 y: jarak dA ke sumbu X, yi : jarak dAi ke sumbu X
130
TITIK BERAT BIDANG
1. Persegi panjang.
Luas bidang, A = (b) (h)

Jarak titik berat,


x = ½ b dan y = ½ h

2. Lingkaran
Luas bidang,


A  r 2
d2
4
Jarak titik berat, x = y = r

131
3. Segitiga sama sisi
Luas bidang, A = ½ (b) (h)

Jarak titik berat,


x = ½ b dan y = ⅓ h

4. Segitiga siku-siku

Luas bidang, A = ½ (b) (h)

Jarak titik berat,


x = ⅓ b dan y = ⅓ h

132
5. Bidang setengah lingkaran
Luas bidang, A = ½ π r²

Jarak titik berat, x = 0 dan

4r
y
3

6. Bidang seperempat lingkaran


Luas bidang, A = ¼ π r²

Jarak titik berat,


4r
x y
3
133
7. Bidang setengah Ellips
 ab
Luas bidang, A
2
Jarak titik berat, x = 0
4b
y
3
8. Bidang seperempat ellips

Luas bidang,  ab
A
4
Jarak titik berat,

4a 4b
x y
3 3 134
TITIK BERAT BIDANG KOMPOSIT
Bidang komposit adalah gabungan dari beberapa bidang
sederhana.
Titik berat bidang KOMPOSIT adalah penjumlahan dari
masing-masing luasan bidang dikalikan dengan jaraknya
dan dibagi dengan luasan total,
xi Ai yi Ai
Y
x1 A1
x y
x4 Atotal Atotal
A4
x2 A2
Bidang empat persegi panjang
x3
A3 berlubang, terdiri dari masing-
X masing bidang A1, A2, A3 dan A4;

Jarak x1, x2, x3 dan x4 terhadap sumbu Y dan dengan


cara yang sama, y1, y2, y3, y4 terhadap sumbu X.
135
Y
x1 A1
xi Ai yi Ai
x4 x y
x2 A2
A4 Atotal Atotal
x3
A3

Jarak titik berat bidang komposit terhadap sumbu Y:


A1 x1  A2 x2  A3 x3  A4 x4
x
A1  A2  A3  A4
Jarak titik berat bidang komposit terhadap sumbu X:
A1 y1  A2 y2  A3 y3  A4 y4
y
A1  A2  A3  A4
136
CONTOH SOAL 1: TITIK BERAT BIDANG
Y 60cm
15cm Sebuah bidang komposit
seperti berlubang (lihat
30cm
r gambar), tentukan lokasi
X
titik berat bidang komposit
tersebut.
r=10cm
Penyelesaian:
Bidang komposit dibagi
Y 60cm menjadi 3 bagian, yaitu:
15cm
setengah lingkaran A1 +
30cm persegi panjang A2 -
A2 r
A1 A3 X lingkaran A3. Bidang
lingkaran A3 mempunyai
tanda negatif oleh karena
x1
x2
r=10cm bidang berupa lubang.
x3
137
Y 60cm
15cm
Luasan masing-masing
30cm
A1 A2 A3
r
X
bidang adalah:

Bidang 1: setengah lingkaran,


x1
x2
r=10cm
 r 2  15 2
x3
A1    353 cm 2
2 2
Bidang 2: persegi panjang, A2 = 60 x 30 = 1.800 cm²
Bidang 3: lingkaran, A3 = - π r² = - π (10²) = - 314 cm²
Luasan total bidang komposit,
Atotal = A1 + A2 + A3 = 353 + 1.800 – 314 = 1.839 cm²
Jarak titik berat masing-masing bidang terhadap sumbu Y:
4r 4 (15) (tanda negatif oleh karena
x1   x1     6,37 cm x di sisi kiri sumbu Y)
3 3 1
138
Y 60cm
15cm
x2 = ½ (60 cm) = 30 cm
30cm
A1 A2 r x3 = 60 cm – 15 cm = 45 cm
A3 X

Jadi jarak titik berat bidang


x1 r=10cm komposit terhadap sumbu Y:
x2
x3 A1 x1  A2 x2  A3 x3
x
A1  A2  A3
353 ( 6,37)  1.800 (30)  ( 314) (45)
x  20,7cm
353  1.800  ( 314)
Bidang komposit di atas merupakan bidang simetris,
sehingga lokasi jarak titik berat bidang komposit terhadap
sumbu X, yaitu y = 0 (berada di sepanjang sumbu X)
139
CONTOH SOAL 2: TITIK BERAT BIDANG
Sebuah bidang komposit berlubang seperti pada gambar,
tentukan lokasi titik berat bidang komposit tersebut
terhadap sumbu X dan Y.
Y 120cm Penyelesaian:
Bidang dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
persegi panjang A1 + segitiga A2 +
r=40cm
setengah lingkaran A3 – lingkaran A4.
Bidang lingkaran A4 mempunyai tanda
80cm negatif oleh karena bidang tersebut
X
berupa lubang.
Luasan masing-masing bidang adalah:
60cm
Bidang 1: persegi panjang,
A1 = 120 x 80 = 9.600 cm²

Bidang 2: segitiga, 120 (60)


A2   3600 cm 2 140
2
Y 120cm
Bidang 3: setengah lingkaran,
A3

 (60 2 )
r=40cm A3   5655 cm 2
A4
2
80cm x1
A1
Bidang 4: lingkaran,
y1
X
y2 A2
A4    r 2    40 2   5027 cm 2
60cm x2

Atotal = A1 + A2 + A3 + A4
= 9600 + 3600 + 5655 – 5027 = 13828 cm²
Jarak titik berat setiap bidang terhadap sumbu X dan Y:
Bidang 1: persegi panjang, Bidang 2: segitiga,
x1 = 60 mm x2 = 40 mm
y1 = 40 mm y2 = - 20 mm (tanda negatif
oleh karena berada di bawah
sumbu X) 141
Y 120cm Bidang 3: setengah lingkaran,
x3 = 60 cm,
A3

yi 4r
y3  80 cm 
80cm
x3 3
y3

X 4 (60)
0 y3  80 cm  105,46 cm
Y
3
r=40cm

r
Bidang 4: lingkaran,
A4
x4 = 60 cm, y4 = 80 cm
80cm y4
x4
X
0
142
Jadi jarak titik berat bidang komposit terhadap sumbu Y:

A1 x1  A2 x2  A3 x3  A4 x4
x
A1  A2  A3  A4
9600 (60)  3600 (40)  5655 (60)  ( 5027 ) (60)
x  54,8 cm
9600  3600  5655  ( 5027 )

Jarak titik berat bidang komposit terhadap sumbu X:

A1 y1  A2 y2  A3 y3  A4 y4
y
A1  A2  A3  A4
9600 (40)  3600 (20)  5655 (105,46)  ( 5027 ) (80)
y  36,6 cm
9600  3600  5655  ( 5027 )
143
Y 120cm

r=40cm

80cm x

y
X

60cm

Lokasi titik berat bidang komposit berada pada


jarak x = 54,8 cm terhadap sumbu Y dan pada
jarak y = 36,6 cm terhadap sumbu X.

144
TUGAS (HOME WORK)
Tentukan lokasi titik berat bidang komposit seperti
pada gambar di bawah. (satuan dalam inchi)
Y

10

5
145
BEBAN/GAYA TERDISTRIBUSI
• Prinsip gaya terdistribusi sama dengan prinsip titik berat
bidang, besar gaya terdistribusi adalah sama dengan
luasan bidang gaya terdistribusi.
• Gaya terdistribusi dapat disederhanakan menjadi gaya
terpusat dan lokasi titik gaya terpusat berada pada titik
berat bidang gaya terdistribusi.

w/ℓ (100 kg/m) W = 1000 kg

A BA B
10 m 5m 5m

Panjang beam AB = 10 m mendapat beban terdistribusi


w/ℓ = 100 kg/m sepanjang beam. Jadi beban terpusat W
= 100 kg/m x 10 m = 1000 kg.
146
Bentuk beban/gaya terdistribusi segitiga
W/L= 100 kg/m
W= 450 kg

1/3 L 2/3 L

A B A B
L=9m L=9m

Gaya terdistribusi berbentuk segitiga dapat


disederhanakan menjadi gaya terpusat,
Besar beban terpusat merupakan luasan bangun segitiga:
100 9
W  450 kg
2
Lokasi gaya terpusat W berada pada titik berat bidang
gaya terdistribusi, yaitu 1/3 (9) = 3 m dari titik A dan
6 m dari titik B.
147
Bentuk gaya terdistribusi segitiga
W/L= 100 kg/m
W= 450 kg

6m 3m
A B A B
L=9m L=9m

Gaya terdistribusi berbentuk segitiga dapat


disederhanakan menjadi gaya terpusat,
Besar beban terpusat merupakan luasan bangun segitiga:
100 9
W  450 kg
2
Lokasi gaya terpusat W berada pada titik berat bidang
gaya terdistribusi, yaitu 1/3 (9) = 3 m dari titik B dan
6 m dari titik A.
148
CONTOH SOAL 1: BEBAN/GAYA TERDISTRIBUSI
wb
wa Sebuah beam AB, panjang L = 6 m,
beban terdistribusi berbentuk
trapesium, wa = 2 kN ; wb = 3 KN
A B
Gambarkan FBD dan tentukan
L=6m
gaya reaksi tumpuan A dan B.
Penyelesaian:
Diagram benda bebas adalah sebagai berikut:
W1 W2 wb Beban terdistribusi berbentuk
wa
2
trapesium dibagi menjadi 2 bagian,
1 yaitu segitiga A1 dan segitiga A2.
A B
X1=2m
Gaya terpusat segitiga 1:
X2=2m
wa (6) 2 kN (6 m)
L=6m
W1  A1    6 kN
RA RB 2 2m
149
W1 W2 wb
Gaya terpusat segitiga 2:
wa
2 wb (6) 3 kN (6 m)
1 W2  A2    9 kN
A B 2 2m
X1=2m
X2=4m Jarak titik berat segitiga 1 dari
L=6m
titik A adalah: ⅓ (6) = 2 m

RA RB Jarak titik berat segitiga 2 dari


titik A adalah: ⅔ (6) = 4 m
Kondisi keseimbangan:
 ΣMA = 0  w1 (2) + w2 (4) - RB (6) = 0
6 (2) + 9 (4) - RB (6) = 0

(6) (2)  (9) (4)


RB   8 kN
6
150
W1 W2 wb
wa Kondisi keseimbangan:
2  ΣMB = 0
1
A
 - w1 (4) - w2 (2) + RA (6) = 0
B
X1=2m - 6 (4) - 9 (2) + RA (6) = 0
X2=2m

(6) (4)  (9) (2)


L=6m
RA   7 kN
RA RB 6

Cek kondisi keseimbangan dengan ΣFy = 0

RA + RB – W1 – W2 = 0
7+8–6–9=0
15 – 15 = 0  OK

151
CONTOH SOAL 2: GAYA TERDISTRIBUSI
Sebuah beam AB panjang L = 10 m, terdapat beban
terdistribusi berbentuk persegi panjang w/L = 3 kN/m
sepanjang 4 m dan beban terpusat P = 4 kN dengan jarak
4 m dari titik A. Tentukan gaya reaksi tumpuan A dan B.
P W/L
Penyelesaian:
Buat diagram benda bebas:
A B
4m Beban terdistribusi, w/L = 3 kN/m
6m 4m dapat disederhanakan menjadi
gaya terpusat, yaitu:
W 2m
P
 W = w/L (4)
= 3 kN/m (4m) = 12 kN.
A B
4m  Jarak W dari titik B,
6m 4m x = ½ (4) = 2 m
RA RB 152
W 2m
P Kondisi keseimbangan:
 ΣMA = 0 
A B P (4) + W (8) - RB (10) = 0
4m
4 (4) + 12 (8) - RB (10) = 0
6m 4m

(4) (4)  (12) (8)


RA RB
RB  11,2 kN
10
 ΣMB = 0  - W (2) - P (6) + RA (10) = 0
- 12 (2) - 4 (6) + RA (10) = 0

(12) (2)  (4) (6)


RA   4,8 kN
10
Cek kondisi keseimbangan dengan ΣFy = 0
RA + RB – P – W = 0  4,8 + 11,2 – 4 – 12 = 0
16 – 16 = 0  OK 153
TUGAS (HOME WORK)
Sebuah beam A - B mempunyai panjang = 18 m,
mendapat beban TERPUSAT (900 N dan 6300 N) dan
BEBAN TERDISTRIBUSI merata berbentuk persegi
panjang sebesar 180 N/m seperti gambar di bawah.
1) Tentukan gaya reaksi tumpuan A dan B.
2) Tentukan besar dan lokasi resultan gaya jika Torsi
yang dihasilkan = Torsi yang dihasilkan oleh gaya-
gaya pada Beam.
6300 N

900 N 180 N/m

A B

9m 9m

18 m

Jawaban: RA = 4455 N, RB =4365 N, TA = 8820 N dan X = 8,91 m dari titik A


154
MOMEN INERSIA MASSA DAN BIDANG
Momen inersia massa (I) diperoleh dengan membagi
massa menjadi bagian-bagian elemen kecil dM dikalikan
jarak kwadrat ke masing-masing sumbu.

I XX   yi dM i
2

xi dMi

I YY  xi dM i
Massa (M)
2

yi

Keterangan:
 x: jarak dM ke sumbu Y  xi: jarak dMi ke sumbu Y
 y: jarak dM ke sumbu X  yi: jarak dMi ke sumbu X
155
JARI-JARI GIRASI
Jari - jari girasi massa benda terhadap suatu sumbu
ditentukan secara matematika, yaitu pembagian dalam
persamaan akar antara momen inersia dengan massa
benda.

I XX I YY
k XX  kYY 
m m

KETERANGAN:
KXX, KYY : jari – jari girasi terhadap sumbu x dan y
IXX, IYY : momen inersia sumbu x dan subu y
m : massa benda

156
Sebuah beam atau balok
mempunyai panjang = ℓ dan
massa = m. Sumbu Y berada
ditengah-tengah.
Elemen massa dm setebal dx berjarak x dari titik berat G

Momen inersia massa


terhadap sumbu X adalah:

m dx
Iyy = x² (dm)  dm 

m 2
I YY   x dx  sumbu y berjarak - ½ ℓ sampai + ½ ℓ.

1/ 2  1/ 2  2
m m 1 3  m
  x dx  
2
I YY  x  I YY
 1/ 2 
  3  1/ 2 12 157
Jari-jari girasi:

IYY m 2 2 
kYY    kYY 
m 12 m 12 12
jika sumbu Y berada di pangkal sebelah kiri:

m 2
I YY   x dx

 sumbu y berjarak 0 sampai dengan ℓ.

 
m m  3
1 m 2
IYY  0 x dx    3 x   I YY  3
2

  0
158
MOMEN INERSIA BIDANG
Perbedaan antara momen inersia massa benda dengan
momen inersia bidang adalah jika momen inersia massa
benda menggunakan massa benda sebagai perhitungan.
Momen inersia bidang menggunakan luasan atau area
sebagai perhitungan.

Y
I XX   yi dAi
2

xi dAi

I YY  xi dAi
2
yi

Perhitungan nilai momen inersia bidang tergantung


pada pemilihan lokasi sumbu. 159
1. Bidang persegi panjang
Persegi panjang, lebar = b dan tinggi = h. Pemilihan
sumbu X berada ditengah-tengah. Ambil elemen kecil dy,
jarak y dari sumbu X, luasan elemen kecil, dA = b (dy).
Momen inersia bidang terhadap sumbu X adalah:
b
IXX = y² (dA) = y² b (dy)

y
dy
y A=b (dy)
h
X
I XX  2
b (dy)
 sumbu x berjarak - ½ h sampai + ½ h.

1/ 2 h
 3
1/ 2 h 3
1 bh
I XX   y b (dy)   b y 
2
I XX 
1/ 2 h 3  1/ 2 h 12 160
Bidang persegi panjang
Persegi panjang, lebar = b dan tinggi = h.
Pemilihan sumbu X berada di alas.
b
IXX = y² (dA) = y² b (dy)

I XX   b (dy)
dy 2
A=b (dy)
h y
y
 sumbu x berjarak 0 sampai h.
X

h 3
1 3
h
bh
I XX   y b (dy)   b y 
2
I XX 
0 3 0 3
161
2. Bidang segitiga
Bidang segitiga, panjang alas = b dan tinggi = h.
Pemilihan sumbu X berada titik berat = ⅓ h. Ambil
elemen kecil dy, jarak y dari sumbu X, maka luasan
elemen kecil, dA = z (dy).

2 
dy
z  b h   h  y 
h z
3 
y
G X IXX = y² (dA) = y² z (dy)
1/3h Sumbu x berjarak - ⅓ h
sampai dengan + ⅔ h
b

2 
2 / 3h 3
  y b h  h  y  dy
bh

2
I XX I XX
1 / 3 h 3  36 162
Bidang segitiga
Bidang segitiga, panjang alas = b dan tinggi = h.
Pemilihan sumbu X berada di alas.
Momen inersia bidang
dy
terhadap sumbu X:
h z

G IXX = y² (dA) = y² z (dy)


y

Sumbu x berjarak 0  h
X
b

3
2 
h
bh
I XX   y b h  h  y  dy
2
I XX 
0 3  12
163
3. Bidang H beam
Momen inersia bidang
Y terhadap sumbu X:
d

I XX 
bh 3

b  t h  2 d 
3

X
h 12 12
t

Momen inersia bidang


d terhadap sumbu Y:
b

I YY 
2d b

h2d t
3 3

12 12

164
TEORI SUMBU SEJAJAR
Momen inersia bidang terhadap sumbu lain (X-Y)
adalah momen inersia melalui titik berat bidang
(X’-Y’) ditambah dengan perkalian antara luas
bidang (A) tersebut dengan jarak kuadrat antara
dua sumbu yang sejajar, yaitu m dan n.
Y Y’
Momen inersia bidang
terhadap sumbu X – Y
n A
adalah:
G X’  IXX = IX´X´ + A (m²)
r
m

O
X
 IYY = IY´Y´ + A (n²)

165
APLIKASI TEORI SUMBU SEJAJAR
Persegi panjang, lebar = b dan tinggi = h. Momen inersia
melalui titik berat adalah: IX´X´. Tentukan besar momen
inersia bidang terhadap sumbu X yang terletak di alas.
Besar momen inersia melalu b h3
titik berat telah didapat, I X 'X ' 
b 12
TEORI SUMBU SEJAJAR
h G X’ IXX = IX´X´ + A (m²)  m = ½h
2
1 
3
 b h  h 
½h bh
X I XX 
12 2 
b h3
I XX   sama dengan perhitungan sebelumnya
3 166
CONTOH SOAL 1: MOMEN INERSIA BIDANG
2m
Sebuah bidang simetris seperti pada
gambar, tentukan momen inersia
4m bidang terhadap titik berat (IXX).
Penyelesaian:
2m Bidang dibagi menjadi dua bagian,
yaitu A1 dan A2
6m
 Luas bidang, A1 = 6 (2) = 12 m²
2m
 Luas bidang, A2 = 4 (2) = 8 m²
 Luas bidang total, Atot = 12 + 8 = 20 m²
4m
Jarak titik berat bidang A1 terhadap alas:
A2  y1 = ½ (2 m) = 1 m
y2
Jarak titik berat bidang A2 terhadap alas:
y1 A1  y2 = ½ (4 m) + 2 m = 4 m
6m
167
2m Jarak titik berat bidang
A2 keseluruhan terhadap alas:
4m

G d2
A1 y1  A2 y2 12 (1)  8 (4)
y2
X
y 
d1
y A1  A2 20
y1 A1
6m
y  2,2 m
Momen inersia bidang A1 (titik berat):

I XX 1 
bh

623
   4m
3
4

12 12
Momen inersia bidang A2 (titik berat):

I XX 2 
b h 3 2 43

 
 10,7 m 4
12 12 168
2m

A2
4m

G d2
X
y2
d1
y
y1 A1
6m

• Jarak d1 = 2,2 – 1 = 1,2 m


• Jarak d2 = y2 - y = 4 – 2,2 = 1,8 m

Aplikasi teori sumbu sejajar:


 IXX = IXX1 + A1 (d1²) + IXX2 + A2 (d2²)

 IXX = 4 + 12 (1,2²) + 10,7 + 8 (1,8²) = 58 m4

169
CONTOH SOAL 2: MOMEN INERSIA BIDANG
2m 4m 2m
Sebuah bidang bujur sangkar
SIMETRIS berlubang, seperti pada
gambar. Tentukan momen inersia
G X melalui titik berat IG atau IXX.
Penyelesaian:
Bidang dibagi menjadi dua bagian,
yaitu A1 dan A2, bidang yang
2m 4m 2m lainnya simetris.
Momen inersia bidang
persegi panjang,
G X 3
A1
bh
I XX 
A2 12 170
2m 4m 2m
Pertama, dihitung momen
inersia bidang bujur sangkar
dianggap tidak berlubang, maka:

 
G X
A1 3 3
bh 88
I XX    341 m 4

A2 12 12

Kedua, dihitung momen inersia bidang


lubang bujur sangkar:

I XX  
3
bh 44  
3
 21 m 4

12 12
Jadi momen inersia bidang bujur sangkar keseluruhan:
IXX = 341 – 21 = 320 m4 171
CARA LAIN: APLIKASI TEORI SUMBU SEJAJAR
2m 4m 2m
Bidang persegi panjang, A1

d2 I XX 1  
 
b h 3 2 83
 85,3 m 4
A1
G X 12 12
Bidang persegi panjang, A2
A2

I XX 2 
bh 3

42    2,7 m
3
4

12 12
Jarak d1 = 0 m dan jarak d2 = 2 m + 1 m = 3 m.
 IG1 = IXX1 = 85,3 m4

 IG2 = IXX2 + A2 d2² = 2,7 m4 + (4) (2) (3³) = 74,7 m4


172
2m 4m 2m

d2
G X
A1

A2

 IG1 = IXX1 = 85,3 m4

 IG2 = IXX2 + A2 d2² = 2,7 m4 + (4) (2) (3³) = 74,7 m4

Bidang simetris terdapat dua bidang yang sama,


maka momen bidang bujur sangkar secara
keseluruhan adalah:

IXX = IG = 2 (85,3 + 74,7) = 320 m4 173


TABEL MOMEN INERSIA BIDANG
1. Bidang persegi panjang
Luas penampang, A = (b) (h), jarak d = ½ h

b
Momen inersia melalui titik berat,
Y

b h3
h G X
I XX 
12
½h
Momen inersia melalui titik berat,

3
hb
I YY 
12
174
2. Bidang segitiga sama kaki
Luas penampang, A = ½ (b) (h), jarak d = ⅓ h
Y

Momen inersia melalui titik berat,

h b h3
X
I xx 
G 36
1/3h
Momen inersia melalui titik berat,
b

h b3
I yy 
48

175
3. Bidang trapesium
Luas penampang, A = ½ (a + b) (h), jarak d:
b
h a  2 b 
d
3 a  b 
Y

h G X
Momen inersia melalui titik berat,
d

I XX 
a 2
4ab b  h 2 3

a
36 a  b 
Momen inersia melalui titik berat,

a  b  a 2
b 2
h
I YY 
48
176
4. Bidang bulat atau lingkaran
Y
Luas penampang, A = π r², jarak d = r
Momen inersia melalui titik berat, G X

 d4  r4 d
I XX  I YY  
64 4 r r

5. Bidang setengah bulat atau setengah lingkaran


Luas penampang, A = ½ π r², jarak d:
Y
4r
d  G X
3 d

Momen inersia melalui titik berat, r r

 r4
I XX  0,110 r 4 dan I YY 
8 177
6. Bidang seperempat lingkaran
Luas penampang, A = ¼ π r², jarak d:
4r
d 
3
Momen inersia melalui titik berat,

I XX  IYY  0,055 r 4

7. Bidang ellips
Luas penampang, A = π a. b,
jarak d = b
Momen inersia melalui titik berat,

 ab 3
 ba 3
I XX  dan I YY 
4 4 178
TUGAS (HOME WORKS)
1. Bidang berbentuk huruf L seperti gambar di
bawah, tentukan momen inersia bidang
terhadap titik berat (Ixx), satuan dalam inchi.

2. Cari Tabel Momen Inersia Bidang dari beberapa


geometri (dapat diunduh dari Internet). 179
MOMEN INERSIA POLAR
Momen inersia polar atau kutup (J) diperoleh dengan
membagi bidang menjadi bagian-bagian elemen kecil dA
dikalikan dengan jarak kwadrat radius nya.

Momen inersia polar:


J = Σ ri² dAi
Y

J   r dA   x
2 2
 y dA
2

xi dAi

J = IXX + IYY
yi
r

180
1. Momen Inersia Polar Bidang bulat atau lingkaran
Ambil elemen kecil dr dengan jarak r dari dari titik
pusat G, maka luasan elemen kecil, dA = 2 π r dr
Y
Momen inersia polar:

 
J   r 2 dA   r 2 2  r  dr
X
2 4  r4
r
J  2   r dr 
r
3
r 
0
4 0 2
 r = ½ d  r4 = (½ d)4

1  d   d4
4 4
r   d    
4
J
 2   16  32
1
 I YY  J  d 4  r4
I XX I XX  I YY  
2 64 4 181
2. Momen Inersia Polar Bidang persegi panjang
Momen inersia melalui titik berat
pada sumbu X:
b h3
I XX 
12
Momen inersia melalui titik berat
pada sumbu Y:
3
hb
I YY 
12
Momen inersia melalui titik berat: J = JXX + JYY

b h3 h b3
J  
12 12 182
BAB V ANALISIS STRUKTUR
Struktur: rangkaian dari beberapa batang (truss).
 Batang dianggap homogen.
 Batang hanya menerima gaya tarik atau tekan.
 Berat batang diabaikan.
C
Gambar samping: Struktur
terdiri dari 5 batang, yaitu
batang AC, AD, BC, BD dan CD.
D
Gaya P adalah beban luar.
A B

P
Analisis batang/truss:
 Metode sambungan/titik simpul (method of joints)
 Metode potongan (method of sections)
Analisis metode titik simpul atau potongan, berlaku
kondisi keseimbangan, yaitu:  ΣFx = 0, ΣFy = 0, ΣM = 0183
ANGGOTA DUA GAYA
Truss dianggap hanya menerima
Tarik beban tarik atau beban tekan.
F F
Kondisi seimbang, F = F
Truss Jika batang/truss menerima beban
tarik, maka batang mengalami
Tekan tegangan tarik.
F F
Jika batang/truss menerima beban
tekan, maka batang mengalami
tegangan tekan.

Tegangan adalah perbandingan F


antara beban yang bekerja dengan 
luas penampang batang/truss. A
184
CONTOH SOAL 1: ANALISIS STRUKTUR
METODE TITIK SIMPUL
2kN 4 kN P1 = 2 kN, P2 = 4 kN. Panjang
batang @ = 20 m. Hitung: Besar
7
B D dan reaksi gaya setiap batang.
60°
1 3 4 6 Penyelesain:
60° 2 60° 5 60°
A E Dibuat diagram benda bebas dan
20 m C 20 m
hitung gaya reaksi terhadap
tumpuan struktur di titik A dan E.
2kN 4 kN

7
• ΣMA = 0
B D
60°  40 RE = 4 (30) + 2 (10)
1 4 6
3 RE = 3,5 kN
60° 2 60° 5 60° E
A • ΣME = 0
20 m C 20 m
 40 RA = 4 (10) + 2 (30)
 RA = 2,5 kN 185
2kN 4 kN
ANALISIS TIAP TITIK SIMPUL
7
B
60°
D Ketentuan: jika arah gaya
1 3 4 6 meninggalkan titik simpul, berarti
60° 2 60° 5 60° E
batang mengalami tarikan, arah
A
20 m C 20 m gaya menuju titik simpul, berarti
batang mengalami tekanan.
RA RE

Titik Simpul A (kondisi seimbang)


60°
T1 RA arah ke atas, jadi T1 harus ke bawah
cenderung ke kiri dan T2 ke kanan.
ΣFy = 0  RA = T1 sin 600
60°
A T2
2,5
RA = 2,5 kN
T1  o
 2,89 kN (tekanan)
sin 60
ΣFx = 0  T2 = T1 cos 60º
T2 = 2,89 (0,5) = 1,45 kN (tarikan) 186
Titik simpul B (kondisi seimbang)
2 kN
Misal arah T7 dan T3 meninggalkan
titik simpul, tetapi jika hasil akhir T7
B
atau T3 negatif, berarti arah yang
T dimisalkan terbalik.
7

30°30°
ΣFy = 0 
T1=2,89 kN T3
2,89 sin 60º – 2 – (T3) sin 60º = 0

2,89 sin 60 o  2
T3  o
 0,58 kN ( tarikan )
sin 60
ΣFx = 0  T7 + 2,89 cos 60º + (T3) cos 60 = 0

T7 = - 1,73 kN
T7 hasil negatif, arah yang benar menuju titik
simpul (tekanan) 187
Titik simpul C (kondisi seimbang)
T3 = 0,58 kN T4
 Karena arah T2 ke kiri, maka
arah T5 harus ke kanan.
30°  Karena arah T3 ke atas maka
60° 60° T5 arah T4 harus ke bawah.
T2 = 1,45 C

ΣFy = 0  T3 sin 600 – T4 sin 600 = 0

T3 sin 60 o
T4  o
 0,58 kN (tekanan)
sin 60
ΣFx = 0  T5 – 1,45 – 0,58 cos 600 – T4 cos 600 = 0
T5 = 1,45 + 0,58 cos 600 + 0,58 cos 600
T5 = 2,02 kN (tarikan)
188
Titik simpul E (kondisi seimbang)
T6
ΣFy = 0,
RE = T6 sin 60°  3,5 = T6 sin 60º
T5 60° E
3,5
T6  o
 4,04 kN (tekanan)
RE = 3,5 kN
sin 60

ΣFx = 0  T5 = T6 cos 60º


T5 = 4,04 (0,5) = 2,02 kN  sama dengan
hasil dari titik simpul C.

189
2kN 4 kN
KESIMPULAN
7
B D Struktur dengan beban P1 = 2 kN,
60°
1 4 6 P2 = 4 kN dan panjang batang
3
60° 2 60° 5 60° masing-masing 20 m, seperti
E
A
20 m C 20 m
pada gambar, maka:
RA RE
Gaya reaksi tumpuan,
RA = 2,5 kN, RE = 3,5 kN

Gaya dan reaksi masing - masing batang:


 T1 = 2,89 kN (C), T2 = 1,45 kN (T)
 T3 = 0,58 kN (T) , T4 = 0,58 kN (C)
 T5 = 2,02 kN (T), T6 = 4,04 kN (C)
 T7 = 1,73 kN (C)
C: tekanan , T: tarikan 190
CONTOH SOAL 2: ANALISIS STRUKTUR
METODE POTONGAN
Struktur, beban P @ 2 kN dan panjang batang @ 12 m.
Tentukan gaya pada batang FH, GH, GI dan IK
q
P @ 2 kN m P @ 2 kN

B D F H J L N

A 60°
O
C E G nI K M
p
RA 12 m 12 m RO

Penyelesaian:
 Beban berbentuk simetris, yaitu: 7 (2 kN) = 14 kN
 Gaya reaksi di A, RA = 7 kN dan di O, RO = 7 kN

Penyelesaian dengan metode potongan, ambil potongan


m - n dan p – q yang mengenai batang FH, GH, GI dan IK
191
P @ 2 kN

m
FH
Potongan m – n:
B D F H
ΣF = 0 dan ΣM = 0
HG
A 60° GI ΣMG = 0
C E G n FH (12 sin 600) + 7 (36) - 2 (30)
12 m - 2 (18) - 2 (6) = 0

230   218   26  736 


RA= 7 kN

FH  o
  13,9 kN
12 sin 60
FH = - 13,9 kN hasil negatif, arah terbalik, yang
benar arah FH menuju simpul F  (tekanan)
ΣMH = 0
- GI (12 sin 600) + 7 (42) - 2 (36) - 2 (24) - 2 (12) = 0

236   224   212   742 


GI  o
14,4 kN tarikan
12 sin 60 192
P @ 2 kN

m
D F FH
B H

HG Potongan m – n:
A 60° GI ΣF = 0 dan ΣM = 0
C E G n
12 m
RA= 7 kN

ΣFy = 0  –2–2 –2 + 7 + HG sin 60º = 0

67
HG  o
  1,155 kN
sin 60
HG = - 1,15 kN, hasil negatif (arah terbalik).
jadi arah HG yang benar menuju simpul G
(tekanan).
193
P @ 2 kN

Menentukan gaya batang IK q


J L N

Potongan p – q:
O
ΣF = 0 dan ΣM = 0 IK K M
12 m
p

RO= 7 kN

ΣMJ = 0
IK (12 sin 60º) + 2 (12) + 2 (24) - 7 (30) = 0

730   212   224 


IK  o
 13,3 kN tarikan
12 sin 60
194
CONTOH SOAL 3: METODE POTONGAN
Struktur (lihat gambar), tentukan gaya batang BD,CD,CE.
2 kN Penyelesaian:
D 4 kN

B RA 
2.12  4.10, 4
36
 2. 20,8
 2,98 kN

F 2 kN
Jarak FG = 12 cos 300 = 10,4 m
90º
90º
A 18
30º
12 m C 12 m
30
E 12 m G DG  0
 20,8 m
2kN
cos30
Diagram benda bebas dan gaya-gaya pada struktur:

ΣMG= 0  - 2 (12) - 4 (10,4)


2 kN - 2 (20,8) + 36 RA = 0
D 4 kN
2 (12)  4 (10,4)  2 (20,8)
B
90º
90º
F 2 kN RA 
A 30º 30 36
C E G RGx
RA 2kN RGy R A  2,98 kN 195
2 kN ΣFx= 0,
m D 4 kN RGX - sin 300 (2 + 4 + 2) = 0,
B
90º 90º
F 2 kN RGX = 4 kN
A 30º 30
E ΣFy= 0
C n G RGX
RA 2kN RGy + RA – sin 600 (2 + 4 + 2)
RGY
–2=0
6 RGy = sin 600 (2 + 4 + 2) + 2 – 2,98
Arah FBD D = 6 kN
FBD FBD
B

A
θ FCD x
Gaya-gaya batang BD, CD dan
30º
C FCE
CE dapat dicari dari potongan
RA
m – n (lihat gambar)
12 m 6m

x = 18 tan 30º = 10,4 m

6 6
tan       30 0

x 10,4 196
6
Arah FBD D BC = 12 sin 300 = 6 m
FBD FBD
B
FCD x
ΣMC = 0, FBD (BC) + RA (12) = 0
θ
A 30º
12 RA 12 (2,98)
RA C FCE FBD     5,96 kN
12 m 6m BC 6
Hasil akhir FBD negatif, jadi asumsi arah di awal
terbalik. Yang benar batang BD terkena tekanan.

ΣMD = 0 18 RA 18 (2,98)
FCE    5,17 kN
 FCE (x) - RA (18) = 0 X 10,4
 ΣFy = 0  FCD cos 30 + RA – FBD cos 60º = 0
FCD cos 30 = FBD cos 60º – RA
0,866 (FCD) = 5,96 (0,5) – 2,98

5,96 (0,5)  2,98


FCD  0
0,866 197
TUGAS (HOME WORKS)
1. METODE TITIK SIMPUL:
Sebuah struktur SIMETRIS seperti pada gambar,
tentukan gaya batang FC dan apakah batang
tersebut menerima tarikan atau tekanan.

12000 N 20000 N
G 8m F 8m E

10 m 10 m

66,40 66,40 66,40 66,40


A D
8m B 8m C 8m

Jawaban: gaya FC = 13.100 N (tekanan)


198
2. METODE POTONGAN:
Sebuah struktur SIMETRIS seperti pada gambar,
tumpuan A berupa PEN dan tumpuan H berupa ROL.
Tentukan gaya batang DG dan apakah batang
tersebut menerima tarikan atau tekanan.
D
12000 N 10000 N

B 26,60 26,60 F
25 m
15 m 15 m
370 51,30 51,30 370
A H
20 m C 20 m E 20 m G 20 m

20000 N

Jawaban: gaya DG = 4.090 ℓb (tarikan)

199
LATIHAN SOAL – SOAL ANALISIS STRUKTUR
1. METODE TITIK SIMPUL:
Tumpuan A berupa pen dan
B C 800 kg
tumpuan D berupa roll. Beban
3m
3m vertikal 500 kg di titik F, beban
4m 4m 4m
A
E
D horisontal 800 kg di titik C.
F
Tentukan gaya dan reaksi
500 kg
batang BE, BC, EF
Penyelesaian: Buat diagram benda bebas

B C 800 kg
3
3
3
tan A   0,75
AX A 370 4 370 D
4
E F
AY 500 kg DY sudut A  37 0
Misal arah gaya Ax dan Ay seperti pada gambar, jika hasil
akhir bertanda negatif, arah yang dimisalkan terbalik. 200
800 kg
B C Struktur kondisi keseimbangan:
3
3
AX A 370 4 370 D
 ΣFx = 0  - Ax + 800 = 0.
E F Jadi gaya Ax = 800 kg
AY 500 kg DY  ΣFy = 0  Ay + Dy – 500 = 0

 ΣMA = 0  - Dy (12) + 500 (8) + 800 (3) = 0

500 8  800 3


DY   533 kg
12
Gaya Ay = 500 – Dy = + 500 - 533= - 33 kg (tanda negatif,
berarti arah Ay terbalik, arah Ay yang benar ke bawah).

Menentukan gaya batang BE, BC, EF


Dipilih titik simpul dengan gaya yang belum diketahui
maksimum 2 buah, yaitu titik simpul A dan D.
201
Titik Simpul A (seimbang)
B Misal arah gaya batang AB dan AE
seperti pada gambar, jika hasil akhir
AX A
370 bertanda negatif, berarti arah terbalik.
800 kg E
Kondisi keseimbangan
AY 33 kg
 ΣFx = 0  - 800 – AB cos 370 + AE = 0
 ΣFy = 0  - AB sin 370 - 33 = 0
AB sin370 B

AX A AB scos370
Gaya AB 
 33   55 kg
0
800 kg E sin 37
AY 33 kg
Hasil akhir gaya AB bertanda negatif, sehingga arah
gaya AB yang benar ke atas, atau meninggalkan titik
simpul  tarikan

Jadi, ΣFx = 0  - 800 + AB cos 370 + AE = 0


Gaya AE = 800 – 55 cos 370 = 756 kg  tarikan 202
Titik Simpul B (seimbang)
B C
B C 55 cos370
370
370 55 kg
55 kg
E
E
55 sin370

ΣFx = 0  - 44 + BC = 0,  Gaya BC = 44 kg (tarikan).


ΣFy = 0  - 33 + BE = 0,  Gaya BE = 33 kg (tekanan).
Titik Simpul E (seimbang) EC sin370
B B C
C
33 kg 33 kg
EC cos370
A A
370
756 kg E 756 kg E F
F

ΣFx = 0  - 756 + EC cos 370 + EF = 0


ΣFy = 0  - 33 + EC sin 370 = 0

Gaya EC 
33  55 kg  tarikan
0
sin 37

Gaya EF = 756 – 55 cos 37° = 712 kg (tarikan) 203


Kesimpulan:
Gaya reaksi pada tumpuan:
B C 800 kg
3
3
Ax = 800 kg, arah ke kiri
AX A 370 4 370 D
Ay = 33 kg, arah ke bawah
E F Dy = 533 kg, arah ke atas.
AY
500 kg DY

Gaya- gaya pada batang:


 Batang AB, besar gaya = 55 kg (tarikan).
 Batang AE, besar gaya = 756 kg (tarikan).
 Batang BC , besar gaya = 44 kg (tarikan).
 Batang BE , besar gaya = 33 kg (tekanan).
 Batang EC , besar gaya = 55 kg (tarikan).
 Batang EF, besar gaya = 712 kg (tarikan).
KETERANGAN: T = Tension (tarikan)
C = Compression (tekanan)
204
2. SOAL DI ATAS DISELESAIKAN DENGAN
METODE POTONGAN:
Penyelesaian:
B C 800 kg
Telah dianalisis gaya-gaya
3 3
AX A 370 4
reaksi tumpuan A dan D,
370 D
E F Ax = 800 kg, Ay = 33 kg dan
AY
500 kg DY Dy = 533 kg.

Potongan struktur (m – n) Diagram benda bebas potongan (m – n)


m B BC
B BC
EC EC sin370
3
3 AX A
AX A 370 EC cos370
370
800 kg 4 E EF
800 kg 4 E EF
n AY
AY
33 kg
33 kg

ΣFx = 0  - 800 + EF - EC cos 370 + BC = 0


ΣFy = 0  - 33 - EC sin 370 = 0
ΣME = 0  - 33 (4) + BC (3) = 0
205
Diagram benda bebas potongan (m – n)
B BC
ΣME = 0  - 33 (4) + BC (3) = 0
EC sin370

33 4
3
AX A EC cos370
370
800 kg
AY
4 E EF Gaya BC   44 kg
3
33 kg

ΣFy = 0  - 33 - EC sin 370 = 0

Gaya EC 
 33   55 kg
0
sin 37
(Hasil akhir gaya EC bertanda negatif, berarti arah
gaya EC terbalik, batang EC mengalami tarikan).
Gaya EF = 800 – 55 cos 370 - 44 = 712 kg.
Hasil perhitungan gaya-gaya batang BC, EC dan EF
sama dengan hasil perhitungan dengan
menggunakan metode titik simpul. 206
3. METODE TITIK SIMPUL:
F E D
Sebuah struktur seperti pada
gambar, tentukan gaya batang EB
10 m
dan apakah batang tersebut
menerima tarikan atau tekanan.
A 8mB 8mC

6000 kg Penyelesaian:
8000 kg
FY Buat diagram benda bebas struktur
FX F E D
Struktur dalam kondisi keseimbangan:

10 m
ΣFx = 0 = Ax – Fx
ΣFy = 0 = Fy – 8000 – 6000
8mB
ΣMA = 0 = (8000)8 + (6000)16 – 10 Fx
AX A 8mC

6000 kg 160000
8000 kg Gaya FX  16000 kg
10
207
14000 kg
FY

16000 kg FX F E D ΣFx = 0 = Ax – Fx
 Ax = Fx = 16000 kg
10 m

16000 kg ΣFy = 0 = Fy – 8000 – 6000


A 8mB 8mC
AX
Fy = 14000 kg
6000 kg
8000 kg

Titik Simpul F (seimbang)


14000 kg
FY  ΣFx = 0  FE – 16000 = 0
16000 kg FE Gaya FE = 16000 kg (tarikan).
F
 ΣFy = 0  14000 – FA = 0
FX
Gaya FA = 14000 kg (tarikan).
FA

208
14000 kg
FY
Titik Simpul A (seimbang)
16000 kg FX F E D

10
10 m tan A   2,5
4
16000 kg
A 8mB 8mC
AX
sudut A  68,20
6000 kg
8000 kg

Fy =14000kg Fy =14000kg
AE AE sin68,20

Fx=16000kg 68,20 Fx=16000kg AE cos68,20

A AB A AB

 ΣFx = 0  16.000 – AB – AE cos 68,2° = 0


 ΣFy = 0  14.000 – AE sin 68,2° = 0
 Gaya, AE = 15.080 kg (tekanan)
 Gaya, AB = 10.400 kg (tekanan)
209
14000 kg
FY
Titik Simpul E (seimbang)
16000 kg FX F E D
EF=16000kg E ED

68,20 68,20
10 m

16000 kg EA =15080kg EB

AX A 8mB 8mC
EF=16000kg E ED
6000 kg
8000 kg EA cos68,20 EB cos68,20

EA sin68,20 EB sin68,20

EA sin 68,20 = 15080 (0,9285) = 14000 kg


EA cos 68,20 = 15080 (0,3713) = 5600 kg
Misal arah gaya ED dan EB seperti pada gambar, jika hasil
akhir bertanda negatif, arah yang dimisalkan adalah terbalik.
Kondisi keseimbangan:
 ΣFx = 0  - 16000 + ED + 5.600 + EB cos 68,2° = 0
 ΣFy = 0  14000 – EB sin 68,2° = 0 210
 ΣFx = 0  - 16000 + ED + 5600 + EB cos 68,2° = 0
 ΣFy = 0  14000 – EB sin 68,2° = 0

Pemecahan persamaan di atas, didapat:

15080 kg tarikan
14000
Gaya EB  0
sin 68,2
Gaya ED = 16000 – 5600 – EB cos 68,20
= 16000 – 5600 – 15080 (0,3713)
= 4.800 kg (tarikan)

Jadi, besar gaya pada batang


EB = 15080 kg, (tarikan)

211
4. METODE POTONGAN:
10000 kg Sebuah struktur seperti pada gambar,
tentukan gaya batang FB, GF, BC dan batang
8000 kg
tersebut menerima tarikan atau tekanan.
D E

5m
38,70 10000 kg Penyelesaian:
4m 8000 kg Buat diagram benda bebas struktur
C F
D E
Dalam kondisi keseimbangan:
5m 38,70
5m
4m
ΣFx = 0, – Ax + 8000 = 0
4m
B G C F Ax = 8000 kg (ke kiri)
5 m 38,7
0 5m ΣFy = 0, Ay + Hy – 10000 = 0
4m
A H
B G ΣMA = 0, – Hy (4) + (10000) 4
4m + (8000) 15 = 0
5 m 38,7
0

160000
AX
A H
Gaya H y   40000 kg
AY 4m
HY 4
212
10000 kg
Ax = 8000 kg (ke kiri)
8000 kg
Hy = 40000 kg (ke atas)
D E

5m
38,70 Ay + Hy – 10000 = 0
4m
Ay = 10000 – Hy = 10000 – 40000
C F
m n
= – 3000 kg ( ke bawah)
5m
Hasil akhir Ay bertanda negatif, arah
4m
B G
yang benar ke bawah)

5 m 38,7 Menentukan gaya batang FB


0

AX
A H
Potongan horisontal (m – n) memotong
AY 4m
HY batang BC, FB dan FG

213
FB sin 51,30

FB FB cos 51,30
BC BC
FG FG
 ΣFx = 0
51,30
B G
B G  FB cos 51,30 – 8000 = 0

 12800 kg T 
5 m 38,7
0
5 m 38,7
0
8000
FB  0
AX AX cos 51,3
A H A H
4m HY 4m HY
AY AY

 ΣMB = 0  (8000) (5) + GF (4) – (40000) (4) = 0

40000 4  8000 5


GF   30000 kg C 
4
 ΣFy = 0  BC – 30000 + FB sin 51,30 – GF + 40000 = 0
 BC = 30000 + GF – FB sin 51,30 – 40000 = 0
 BC = 30000 + 30000 – 12800 sin 51,30 – 40000 = 0
 BC = 10000 kg (Tarikan)
214
BAB VI FRAME (KERANGKA)
Kerangka (Frame) disebut juga batang kaku (rigid body)
adalah bagian dari struktur yang sebagian batangnya
menerima beban majemuk, terdiri dari 3 atau lebih gaya
dan arahnya tidak selalu sepanjang batangnya.
Pada pembahasan frame tidak diperhitungkan mengenai
terjadinya lenturan, deformasi dan pertambahan panjang.
Jenis beban batang AKSIAL
GAYA REUSULTAN Dalam keseimbangan, beam
GAYA
aksial adalah beam anggota 2
B B
gaya, yang hanya menerima
beban tarikan atau tekanan
(truss), gaya yang beraksi
sama besar dan berlawanan
A A arah.
REUSULTAN
GAYA 215
GAYA
Jenis beban batang NON AKSIAL
GAYA
B Beam non aksial adalah beam
B yang tidak hanya menerima
GAYA beban tarikan atau tekanan saja,
C
tetapi terdapat gaya geser yang
A arahnya tegak lurus beam,
besaran gaya tarik dan tekan
A
berbeda pada setiap bagian beam
GAYA dan gaya-gaya yang beraksi ke
C E F
beam lebih dari dua titik.
D

Contoh gaya-gaya NON AKSIAL


terdapat pada Sebuah Derek
B W
dengan beban W (lihat gambar)
G A

Derek dengan beban W 216


C E F
D
Diagram benda bebas Sebuah Derek
dengan beban W, gaya-gaya terdiri
W dari gaya tali T, gaya beban W dan
T B gaya reaksi tumpuan, yaitu AX dan AY.

A Diagram benda bebas masing – masing


AX
batang ABD, CEF dan BE adalah:
AY
CX C E F
CY
D CX CY Batang atau beam BE
FBE
C W merupakan anggota dua
FBE FBE
gaya, hanya menerima
beban aksial sama besar
T B E dan berlawanan arah.
A

AX B
AY
FBE 217
METODA PENYELESAIAN:
CY CX C E F
D CX
C
Pada beam CEF, jika
CY
FBE FBE
W
beban W diketahui,
FBE

T B Kondisi keseimbangan:
E
A ΣMc = 0, diperoleh gaya-gaya
AX
pada batang BE, FBE
AY B
FBE
ΣME = 0, diperoleh gaya CY

ΣFx = 0, diperoleh gaya CX.

218
CONTOH SOAL 1: FRAME
D Sebuah Frame terdiri dari batang
(member) ABC dan CD disambung dengan
12 m pen di titik C dan ke dinding pada titik A
A dan D. Gaya beban 4000 N pada titik B dan
C
B 2000 N pada titik C. Tentukan gaya – gaya
10 m 6m
reaksi pada A dan D.
4000 N 2000 N

PENYELESAIAN: Buat FBD


DY
D
Titik A dan D sambungan pen, gaya reaksi
DX
terdiri dari gaya horisontal dan vertikal.
12 m Misal arah gaya-gaya reaksi AX, AY, DX
AX A
C
dan DY seperti pada gambar, jika hasil
10
B
6
perhitungan bertanda negatif, maka
arah yang dimisalkan terbalik.
AY 4000 N 2000 N

Nilai AX, AY, DX dan DY, belum didapat


219
Dari Diagram Benda Bebas, belum dapat diperoleh nilai
AX, AY, DX dan DY, maka harus dicari bantuan dengan
pembuatan diagram benda bebas lebih lengkap.
D D sin370
Batang CD adalah beam aksial sehingga
D hanya terdapat dua gaya sama besar dan
D cos370 berlawanan arah.
12 m
12
AX A 370
C
tan C   0,75  sudut C  37 0
B 16
10 6
Terdapat 3 buah gaya belum
AY 4000 N 2000 N
diketahui, yaitu: AX, AY dan D.
Uraikan gaya D ke dalam komponen searah sumbu x dan y,
gaya reaksi pada D terdiri dari gaya D cos 37° dan D sin 37°
Kondisi keseimbangan:
ΣFX = 0  AX – D cos 37° = 0
ΣFY = 0  AY + D sin 37° – 4000 – 2000 = 0
ΣMA = 0 – D cos 37° (12) + 4000(10) + 2000(16) = 0
220
D D sin370
Dari persamaan keseimbangan
D
momen, ΣMA = 0  didapat:
D cos370
4000 (10)  2000 (16)
12 m
D o
 7500 N
AX A 370 cos 37 (12)
C
B
10 6

AY 4000 N 2000 N

Dari persamaan keseimbangan gaya horisontal, ΣFX = 0


AX = D cos 37° = 7500 (0,7986) = 6000 N
Dari persamaan keseimbangan gaya vertikal, ΣFY = 0
AY = 4.000 + 2000 – D sin 37° = 1500 N
Hasil akhir gaya - gaya di D dan A bertanda positif,
sehingga arah yang dimisalkan di awal sudah benar.

A  Ax  Ay  6000 2  1500 2  6185 N


2 2

221
AY 1500
tan      14 o
AX 6000
Gaya reaksi di A = 6185 N dan membuat sudut θ = 14°

Gaya reaksi secara lengkap pada titik A dan D:


D D sin370

D
Gaya di titik D = 7500 N
D cos370 DX = D cos 370 N
12 m DY = D sin 370 N
AX A 370
C
10
B
6
Gaya di titik A = 6185 N
A
AX = 6000 N
AY 4000 N 2000 N
AY = 1500 N

222
CONTOH SOAL 2: FRAME
B
Frame (lihat gambar), beban W =
C 200 N, P = 160 N. Tentukan gaya
reaksi tumpuan pada A dan D
A 370 P
450 D merupakan sambungan pen.
4m W

16 m 16 m PENYELESAIAN:
Diagram Benda Bebas Frame
B
Batang AB: batang aksial,
400 N
C
hanya menerima gaya tarik
A cos370 A atau tekan.
370 160 N
450 D DX
A 4m

A sin370 16 m 16 m Batang BCD: batang non-aksial


DY
Diagram Benda Bebas Sambungan pen di B, gaya 400 N
adalah penjumlahan beban W =
200 N dan gaya tarik Orang 200 N.
(kondisi keseimbangan)
223
B
Gaya reaksi di tumpuan A terdiri
C dari gaya horisontal (A cos 37°)
400 N
A cos370 A
370
dan gaya vertikal (A sin 37°)
160 N
450 D DX
A 4m

16 m
Terdapat 3 buah gaya reaksi
A sin370 16 m DY
belum diketahui, yaitu: A, DX dan
Diagram Benda Bebas
DY, sehingga dapat diselesaikan
dengan prinsip keseimbangan.
Kondisi keseimbangan:
 ΣFx = 0, A cos 37° – DX = 0
 ΣFy = 0, A sin 37° + DY – 400 N – 160 N = 0
 ΣMD = 0,
A cos 37°(4) + A sin 37°(32) – 400(16) – 160(8) = 0
 A (0,798) (4) + A (0,6) (32) – 6400 – 1280 = 0
3,2 A + 19,2 A – 7680 = 0
7680
Gaya A   343 N
22,4 224
Dari persamaan keseimbangan gaya horisontal, ΣFX = 0
Gaya DX = A cos 37° = 343 (0,798) = 274 N
Dari persamaan keseimbangan gaya vertikal, ΣFY = 0
Gaya DY = 400 + 160 – 343 sin 37° = 354 N
Hasil akhir gaya-gaya di D dan A bertanda positif,
sehingga arah yang ditentukan di awal sudah benar.

D  Dx  Dy  274 2  354 2  447,7 N


B 2 2

C
400 N
A cos370 A DY 354
tan       52,2o
370 160 N
450 D DX 
A 4m
DX 274
A sin370 16 m 16 m
DY
Diagram Benda Bebas Sinus bertanda positif dan cosinus
negatif, maka ada di kwadran II ,
sehingga θ = 180° - 52,2° = 127,8°
terhadap sumbu X.
225
DY D Perhatikan bahwa Gaya reaksi di
D = 447,7 N dengan membuat sudut
127,8° dari sumbu X tidak beraksi
127,80
X sepanjang batang BCD karena batang
DX OF
BCD merupakan batang non-aksial.

Gaya-gaya secara lengkap pada frame adalah:


B
Gaya di titik A = 343 N
C
400 N Gaya di titik D adalah:
A cos370 A
370 160 N
D DX
DX = 274 N
450
A 4m
DY = 354 N
A sin370 16 m 16 m
DY D Gaya di titik D = 447,7 N
Diagram Benda Bebas

226
TUGAS (HOME WORKS)
Frame terdiri dari batang kaku ABC dan kabel CD. Pada
titik B terdapat beban = 10000 N dan titik C = 8000 N.
Gambarkan Diagram Benda Bebas dari frame tersebut.
Tentukan besar gaya tumpuan pada frame. Tentukan
gaya kabel CD (tarikan atau tekanan).

D 370
6m C

B
4m

600 8000 N
8m
10000 N
A

Jawaban: 13800 N aksi berupa tarikan.

227
E
CONTOH SOAL 3: FRAME
Frame dengan beban dan tumpuan 530

seperti pada gambar. Tentukan gaya


reaksi tumpuan pada A dan gaya yang
D
terjadi pada batang CD.
PENYELESAIAN: A 8000 N
300
Buat diagram Benda Bebas Frame 4 B 4 C
E E sin370
370 12000 N
E
E cos370 Frame terdiri dari batang
530
ABC, CD, AD dan kabel DE
Beban 12000 N dikenakan
300
D pada batang ABC di titik B
AY
Beban 8000 N dikenakan di titik D
300 8000 N
AX A 4 B 4 C Pada titik E, gaya reaksi E
12000 N
membuat sudut 900 – 530 = 370 228
E E sin370
370
E
Panjang, b = 16 m (sin 300) = 8 m
E cos370
530 Panjang, a = 16 m (cos 300)= 13,86 m
c = 10,44
13,86
a=13,86 m
D c 0
10,44 m
AY 300 tan 53
b=8
300 8000 N Panjang b + c = 8 + 10,44
AX A 4 B 4 C = 18,44 m
12000 N

Misal arah gaya-gaya reaksi seperti pada gambar, jika


hasil akhir negatif, maka arah yang dimisalkan terbalik.
Kondisi keseimbangan:
ΣFX = 0  AX – E cos 370 = 0
ΣFY = 0  AY + E sin 370 - 12000 N – 8000 N = 0
ΣMA = 0  - E cos 370(18,44) + 12000(4) + 8000(13,86) = 0
229
Dari persamaan keseimbangan momen, ΣMA = 0:

12000 (4)  8000 (13,86)


E o
10800 N
18,44 cos37
Dari persamaan keseimbangan gaya horisontal, ΣFX = 0:
Gaya AX = E cos 37° = 10800 ( 0,798 ) = 8620 N

Dari persamaan keseimbangan gaya vertikal, ΣFY = 0:


Gaya AY = 12000 + 8000 – 10800 (0,6) = 13500 N

A  AX  AY  8620 2 13500 2 16020 N


2 2

AY 13500
tan       57,44 o

AX 8620 230
Menentukan gaya pada batang CD
AY Batang CD adalah batang aksial
8620 N
AD CD hanya menerima gaya pada dua
13500 N 53,80 titik, yaitu di titik C dan D
AX A 4 B 4 C
Diagram Benda Bebas batang ABC yang
12000 N menimbulkan gaya pada batang CD

Diagram Benda bebas batang ABC, pada titik A terdapat


gaya reaksi tumpuan AX dan AY serta gaya dari batang
aksial AD yang beraksi pada batang ABC. Pada titik C
terdapat gaya dari batang aksial CD.
CD Diagram benda bebas batang ABC,
A 53,80 pada titik A efek dari gaya tumpuan
ACX 4 B 4 C Ax dan Ay serta gaya batang AD
ACY memberikan gaya arah sumbu X
12000 N
(ACX) dan gaya arah sumbu Y (ACY).
231
CD
AD
CD sin53,80 Uraikan gaya-gaya ke dalam
A 53,80 komponen searah sumbu X
ACX B 4 C
4 CD cos53,80 dan Y :
ACY
12000 N

Kondisi keseimbangan:
 ΣFX = 0  ACX + CD cos 53,8° = 0
 ΣFY = 0  ACY + CD sin 53,8° - 12000 N = 0
 ΣMA = 0  - CD sin 53,8° (8) + 12000 (4) = 0

Dari persamaan keseimbangan momen, ΣMA = 0:


12000 (4)
CD  o
 7440 N
8 sin 53,8
Gaya batang CD yang beraksi ke batang ABC, hasil akhir
bertanda positif, arah yang dimisalkan di awal sudah benar.
232
CD
AD  ΣFX = 0
CD sin53,80
A 53,80  ACX + CD cos 53,80 = 0
ACX
4 B 4 C
ACY
CD cos53,80
Gaya ACX = - CD cos 53,80
12000 N

ACX= - 7440 (0,59) = - 4390 N,


(hasil perhitungan negatif, arah gaya ACX terbalik)

ΣFY = 0  ACy + CD sin 53,80 - 12000 N = 0

Gaya ACY = + 12000 N – CD sin 53,80


= 12000 – 7440 (sin 53,80) = 6000 N

Menentukan gaya-gaya pada titik tumpuan A:


Gaya ACX dan ACY yang beraksi ke batang ABC
tidak sama dengan gaya AX dan AY yang beraksi
ke frame pada titik A.
233
ADX AD
Gaya AX dan AY tidak
AY 1310 N ADY
7500 N
hanya mendorong
8620 N
13500 N batang ABC, tetapi
6000 N ACY
AX
A
terdistribusi juga ke
4390 N
ACX ABC
batang AD

 Gaya AX = ADx + (- ACX ) atau Gaya ADX = AX + ACX


 Gaya ADx = 8620 + 4390 = 13010 N
Gaya AX merupakan penjumlahan vektor gaya
ADX dan ACX , jadi:
 Gaya Ax = 13010 – 4390 = 8620 N (hasil sama)

Gaya AY adalah penjumlahan vektor gaya


ADY dan ACY ,jadi:
 Gaya ADY = AY – ACY = 13500 – 6000 = 7500 N
234
KESIMPULAN: Gaya E = 10800 N
E E sin370
Gaya Ax = 8620 N
370
E
E cos370 Gaya Ay = 13500 N
530
c = 10,44 Gaya ACx = 4390 N,
a=13,86 m
D
Gaya ACy = 6000 N
300
AY Gaya CD = 7440 N
b=8
300 8000 N
Gaya ADx = 13010 N
AX A 4 B 4 C
12000 N
Gaya ADy = 7500 N
CD
ADX AD
AD
1310 N CD sin53,80
AY ADY A 53,80
7500 N ACX
13500 N 4 B 4 C
8620 N CD cos53,80
A 6000 N ACY ACY
AX 12000 N
4390 N
ACX ABC
235
CONTOH SOAL 4: FRAME
A B C Frame terdiri dari batang ABC,
DEF, BE dan CF(lihat gambar).
2m Tentukan gaya - gaya pada
1,5 m
tumpuan titik A dan D serta gaya
F
D
3m
E
3m batang BE dan CF
6000 N 3000 N PENYELESAIAN:
AY
AX B C
Buat Diagram Benda Bebas
A Kondisi keseimbangan:
2
DX 530 ΣFX = 0, DX – AX = 0
D E F
3 3 ΣFY = 0,
DY
6000 N 3000 N AY – DY – 6000 N – 3000 N = 0
ΣMD = 0, – Ax (2) + 6000 (3) + 3000 (6) = 0
6000 (3)  3000 (6)
AX  18000 N 236
2
AY
AX B C 6000 (3)  3000 (6)
A AX  18000 N
2
2
DX 530 Gaya, Dx = Ax = 18000 N
D E F
3 3

DY 3000 N
6000 N

Persamaan keseimbangan gaya vertikal, ΣFY = 0, belum


dapat ditentukan besaran AY dan DY karena masih
terdapat dua besaran yang belum diketahui.
18000 N B C
AX 530
AY
3 BE 1,5 CF

Batang BE dan CF adalah batang aksial, angggota dua


gaya, sehingga arah gaya dapat ditentukan. Gaya BE
adalah vertikal dan gaya CF membuat sudut 53° sesuai
yang diketahui.
237
C CF cos53
0
18000 N B C 18000 N B
AX 530 AX 530
AY AY
3 BE 1,5 3 BE 1,5
CF CF

CF sin530

Uraikan gaya-gaya ke dalam arah sumbu x dan y:

Kondisi keseimbangan:
ΣFX = 0  – 18000 N + CF cos 53° = 0
18000
CF  o
 30000 N
cos53
ΣMA = 0  – BE (3) + CF sin 53° (4,5) = 0
o
30000 sin 53 (4,5)
BE   36000 N
3
238
C CF cos53
0
18000 N B
AX AY
530 ΣFY = 0
3 BE 1,5 CF  AY + BE – CF sin 53° = 0
AY
CF sin530

 Gaya AY = 30000 sin 53° – 36000 = – 12000 N


Hasil Akhir AY negatif, jadi arah yang dimisalkan salah,
arah AY yang benar adalah ke bawah
Selanjutnya kembali pada persamaan awal, yaitu:
 ΣFY = 0  – Ay – Dy – 6000 N – 3000 N = 0
 Gaya DY = – 12000 – 6000 – 3000 = – 21000 N
AY
AX B C
A Hasil akhir DY bertanda
2 negatif, jadi arah gaya yang
DX 530 dimisalkan terbalik, arah
D
3
E
3
F gaya DY yang benar adalah
ke atas.
DY 3000 N
6000 N 239
Hasil perhitungan gaya-gaya pada frame
secara lengkap:
AY
AX B C
A
2
DX 530
D E F
3 3

DY 3000 N
6000 N

Besaran gaya-gaya pada frame adalah:


 Ax = 18000 N , Ay = 12000 N
 Dx = 18000 N , Dy = 21000 N
 CF = 30000 N, BE = 36000 N

240
TUGAS (HOME WORKS)
1. Pada frame, batang ABC, ADE dan DB merupakan
batang kaku, batang ABC dan ADE disambung ke
dinding dengan pen pada titik A, pada titik E dipasang
roll. Tentukan gaya reaksi yang bekerja pada frame
dan besar gaya batang DB (tarikan atau tekanan).
6m 6m
A B C

F
4m 12000 N

4m

Jawaban:  Gaya DB = 43000 N (tekanan)


E  Gaya ACX= 36000 N
 Gaya ACY = 12000 N 241
2. Sebuah TANG (lihat gambar) menjepit sebuah
benda. Gaya tekan masing-masing pemegang =
15 kg. Tentukan gaya reaksi yang bekerja pada
tumpuan A dan gaya pada benda yang terjepit.

Jawaban:  F = 48 kg pada benda untuk masing-masing jepitan.


 AX = 0,
 AY = 63 kg

242
BAB VII GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR
Beam tumpuan sederhana
10000 N
Gambar 1, panjang beam 20 m
Gambar 1 P terdapat beban 10000 N berada
A B ditengah-tengah.
10 m 10 m
Gambar 2, diagram benda bebas.
10000 N Gaya reaksi pada tumpuan A dan
Gambar 2 P
B sama besar, yaitu = 5.000 N.
A B
Pada kondisi ini, beam dalam
10 m 10 m
kondisi keseimbangan statik.
5000 N 5000 N

Gambar 3a Gambar 3a, diagram benda bebas


A
x (m)
potongan beam dengan jarak x = 0
sampai 10 m dari titik A dan potongan
5000 N beam tersebut dalam kondisi
keseimbangan. 243
Gambar 3b, untuk keseimbangan
V
Gambar 3b diperlukan gaya V sebagai keseimbangan
A M translasi dan momen M sebagai
x (m)
keseimbangan rotasi.
5000 N
Gambar 3c, jika dilakukan pemotongan
Gambar 3c
V
pada bagian-bagian beam yang
A M berbeda, maka gaya geser dan momen
x (m) lentur dalam beam menjadi gaya luar
5000 N dan momen lentur luar yang bekerja
pada beam.
Simbol gaya geser adalah V,
Simbol Momen lentur adalah M

ARAH GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR


Arah gaya geser dan momen lentur berbeda dengan
arah gaya dan momen pada keseimbangan statik. 244
• Gaya geser bertanda POSITIF, jika gaya tersebut
cenderung memutar potongan beam searah putaran
jarum jam terhadap satu titik di dalam potongan beam.
• Momen lentur bertanda POSITIF, jika momen tersebut
cenderung melenturkan potongan beam ke arah
CONCAVE, yaitu kondisi bagian atas beam terjadi
tekanan dan bagian bawah beam terjadi tarikan.

V
Potongan beam yang menunjukkan
p M
gaya geser V dan momen lentur M
mempunyai arah positif .

Dalam hal penjumlahan gaya-gaya, arah V ke bawah


seharusnya bertanda NEGATIF, tetapi dalam hal
gaya geser, maka gaya geser V di atas bertanda
positif. 245
BEBAN
Beam tumpuan sederhana,
terdapat gaya beban pada
GAYA REAKSI GAYA REAKSI
beam yang menyebabkan
beam terjadi lenturan atau
lengkungan.
Potongan beam sisi kiri, terdapat gaya-gaya
horisontal (- FX) dan (+ FX). Daerah bagian
atas beam terjadi tekanan dan daerah
bagian bawah beam terjadi tarikan.
Jumlah gaya-gaya + FX = gaya-gaya – FX, sehingga jumlah
gaya-gaya horisontal = 0, tetapi timbul momen.

Gaya-gaya horizontal dapat


menimbulkan momen lentur
dalam (internal bending moment)
terhadap titik pusat beam.
246
CONTOH SOAL 1: DIAGRAM V DAN M
10000 N Panjang beam 20 m terdapat beban
P P = 10000 N berada ditengah-tengah.
A B Hitung dan gambarkan diagram gaya
10 m 10 m geser V dan momen lentur M.

10000 N Penyelesaian: Buat diagram benda


1 P 2
bebas. Gaya reaksi RA = RB = 5000 N
A B Kondisi keseimbangan:
10 m 10 m  Jumlah gaya-gaya vertikal, ΣFY = 0
5000 N 5000 N
 Jumlah gaya-gaya horisontal, ΣFX = 0
 Jumlah momen, ΣM = 0
V

A M
Potongan 1,  0 m < x < 10 m
x (m) Jumlah gaya-gaya vertikal, ΣFY = 0
+ 5000 N – V = 0,  V = 5000 N
5000 N
Gaya geser V = 5000 N, konstan sepanjang 0  10 m
247
V
Jumlah momen terhadap titik A, ΣMA = 0
A M  V (x) – M = 0
x (m)
 5000 N (x) – M = 0
5000 N  M = 5000 (x) (Nm)
Metoda, ΣMA = 0

Momen lentur bervariasi sepanjang 0 sampai 10 m


 Untuk x = 0 m,  M = 0 Nm.
 Untuk x = 10 m,  M = 5000 N (10 m) = 50000 Nm.

Potongan 2,  10 m < x < 20 m


Simbol angka 2 menunjukkan potongan 2 pada beam,
jarak antara 10 m sampai dengan 20 m
10000 N Kondisi keseimbangan:
10 m V2
P Jumlah gaya-gaya vertikal, ΣFY = 0
A
M2  + 5000 N – 10000 N – V2 = 0
x (m)
Gaya V2 = – 5000 N
5000 N 248
10000 N
10 m
Jumlah momen terhadap titik A, ΣMA = 0
P V2

A
M2
 10000 (10) + V2 (x) – M2 = 0
x (m)  10000 (10) + (– 5000) (x) – M2 = 0
5000 N
 M2 = 100000 (Nm) – 5000 (x) (Nm)

Momen lentur bervariasi sepanjang 10 sampai 20 m.


 Untuk x = 10 m, M2 = 100000 – 5000 (10) = 50000 Nm
 Untuk x = 20 m, M2 = 100000 – 5000 (20) = 0.

Kesimpulan:
V1 = 5000 N
M1 = 0 (untuk, x = 0 m), M1 = 50000 Nm (x = 10 m)
V2 = – 5000 N
M2 = 50000 Nm (x = 10 m), M2 = 0 (x = 20 m)

249
Gambar grafik gaya geser (V) dan momen lentur (M)
10000 N
P
A B

RA 10 m 10 m
RB
5000 N 5000 N

V
5000 N (+)
X
(-) - 5000 N

50000 Nm
M

+
0 X
0
250
CONTOH SOAL 2: DIAGRAM V DAN M
10000 N
Panjang beam 20 m terdapat
P
beban P = 10000 N berada
A B
ditengah-tengah. Hitung da
10 m 10 m
gambarkan diagram gaya geser
10000 N V dan momen lentur M.
P
1 2 3 4
Penyelesaian: Buat diagram
A B
benda bebas.
10 m 10 m
RA RB
Gaya reaksi RA = RB = 5000 N
5000 N 5000 N

V Dianalisis potongan 1, 2, 3 dan 4


M
A
Potongan 1, mendekati tumpuan A,
RA V = RA = + 5000 N
5000 N M = RA (0) = 5000 (0) = 0 Nm
Potongan 1
251
10000 N
P
1 2 3 4
A B
Potongan 2,
10 m 10 m
RA RB V = RA = + 5000 N
5000 N 5000 N M = RA (10)
Potongan 2
V
M = + 5000 (10) = 50000 Nm
M
A

RA
Potongan 3,
V = RA – P
5000 N
P = 5000 – 10000 = – 5000 N
10000 N V M = RA (10) – P(0)
Potongan 3 M = 5000 (10) – 10000 (0)
M
A = 50000 Nm
RA
Potongan 4,
5000 N P V = RA – P
10000 N V
= 5000 – 10000 = – 5000 N
Potongan 4
A
M M = RA (20) – P(10)
M = 5000 (20) – 10000 (10)
RA = 0 Nm 252
5000 N
Gambar grafik gaya geser (V) dan momen lentur (M)
10000 N
P
A B

RA 10 m 10 m
RB
5000 N 5000 N

V
5000 N (+)
X
(-) - 5000 N

50000 Nm
M

+
0 X
0
253
CONTOH SOAL 3: DIAGRAM V DAN M
Balok tumpuan sederhana, beban P = 300 kN, ℓ = 6 m.
Tentukan gambar diagram V dan M.
P = 300 kN
4m Penyelesaian:
A
Buat diagram benda bebas
B

6m
ΣMA = 0 ; ΣMB = 0
300 4 
Diagram benda bebas
RB   200 kN
P = 300 kN 6
4m

300 2
c d
A B

RA c 6m d
RA  100 kN
RB 6

A
M Potongan c – c , 0 < x < 4 m
ΣFy = 0 , V = + 100 kN
x V

RA = 100 kN 254
M Potongan c – c , 0 < x < 4 m
A
ΣFy = 0 , V = + 100 kN
x V

RA = 100 kN Potongan c – c, M positif.


Metoda, M positif M = RA (x) = 100 (x)
Untuk x = 0 , M = 0 kNm
Untuk x = 4, M = 100 (4) = 400 kNm
4m 300 kN
Potongan d – d, 4 < x < 6 m
M ΣFy = 0, V = 100 – 300 = – 200 kN
A
x V
Potongan d – d, M positif
RA = 100 kN M = RA (x) – 300 (x – 4)
M = 100 x – 300 x + 1200
M = – 200 (x) + 1200
Untuk x = 4, M = 400 kNm, Untuk x = 6, M = 0
255
Diagram V dan M
P = 300 kN Kesimpulan:
4m
c
V: Gaya geser
d
A B M: Momen lentur/lengkung
c d
RA
ℓ=6m
Untuk x = 0 m dari A:
RB
V = + 100 kN, M = 0 kNm
V
+100 Untuk x < 4 m dari A:
+
V = + 100 kN, M = 400 kNm
-200
(-) Untuk x > 4 m dari A:
400 kNm V = – 200 kN, M = 400 kNm
M Untuk x = 6 m dari A:
+ V = – 200 kN, M = 0 kNm
0 0

256
CONTOH SOAL 4 : DIAGRAM V DAN M
w = 200 kg/m Balok tumpuan sederhana, ℓ = 6 m
beban terdistribusi, = 200 kg/m,
A B Gambarkan diagram V dan M.
ℓ=6m

1
PENYELESAIAN:
W = w ℓ = 200 (6) = 1200 kg
A B Beban W simetris, gaya reaksi:
RA ℓ=6m 1
RB
RA = 600 kg, RB = 600 kg

w.x ½.x
Potongan 1 – 1, ΣFy = 0
M
V = RA – w x = 600 – w x
A
V
RA x
untuk x = 0 , V = + 600 kg
x = ½ ℓ, V = 0
Cara 1: dari ΣMA = 0
x = ℓ , V = – 600 kg
257
w.x ½.x
ΣMA = 0
M V (x) + w (x) (½ x) – M = 0
A  M = {RA - w(x)}x + ½ w x²
V
RA x  M = RA (x) – w x2 + ½ w x²
 M = 600 x – ½ w x²
Cara 1: dari ΣMA = 0

Untuk x = 0 , M = 0
x = ½ ℓ , M = 900 kgm
x =ℓ,M=0
w.x ½.x

M
A
M = RA (x) – w (x) (½x)
V M = 600 x – ½ w x²
RA x

Cara 2: M positif Untuk x = 0 , M = 0


x = ½ ℓ , M = 900 kgm
x=ℓ,M=0
258
Gambar diagram V dan M

w = 200 kg/m Kesimpulan:


Beban total W = 1200 kg
A B Gaya reaksi di A dan B:
ℓ=6m RA = 600 kg, RB = 600 kg
+600
Gaya geser (V):
x = 0 , V = + 600 kg
(+) 0 x = 3 m, V = 0 kg
½ℓ (-) x = 6 m , V = – 600 kg
Momen lentur (M):
900
- 600
x = 0 , M = 0 kgm
x = 3 m, M = 900 kgm
(+)
x = 6 m, M = 0 kgm
0 0

Persamaan kwadrat, jadi grafik


momen lentur berbentuk parabola
259
TUGAS (HOME WORK)
Tentukan diagram benda bebas, gaya reaksi
tumpuan, diagram gaya geser dan momen lentur
dari Beam dengan beban seperti pada gambar di
bawah (berat beam diabaikan).
800 lb P = 1000 lb 800 lb
12 ft

A B

8 10

RA RB
24 ft

260
DIAGRAM MOMEN LENTUR SISTEM INTEGRASI
Diagram momen lentur setiap potongan beam dapat
dilakukan dengan dua macam cara, yaitu:
• Penerapan kondisi keseimbangan rotasi, yaitu
jumlah momen = 0  (ΣM = 0).
• Penerapan sistem integrasi. Besar momen lentur
pada beam dapat ditentukan dari INTEGRAL nilai
gaya geser V.
M   Vdx

CONTOH SOAL 1: V DAN M SISTEM INTEGRASI


Sebuah beam ABCD dikenai
beban seperti pada gambar,
tentukan diagram gaya geser
V dan momen lentur M.
261
Penyelesaian:
Buat diagram benda bebas
untuk mengetahui gaya-gaya
yang bekerja dan gaya reaksi
pada titik B dan D.

Uraikan gaya-gaya menjadi


komponen se arah sumbu x
dan y, dalam kasus tersebut
semua gaya telah
mempunyai arah sesuai
Misal arah Dy ke atas dengan sumbu x dan y.
Penerapan kondisi keseimbangan rotasi, (ΣM = 0).
ΣMB = 0
- (Dy)(2,4)+(3000)(1,2) -(500)(2,4)(1,2) -(2000)(2,4) = 0
 2,4 Dy = 3600 – 1440 – 4800
 2,4 Dy = – 2640 262
 2640
Dy    1100 kg
2,4
(Bertanda negatif, jadi arah
Dy yang benar ke bawah).
ΣFY = 0,
– 2000 – (500kg/m)(2,4m) – 3000 + By + Dy = 0
 – 2000 kg – (1200 kg) – 3000 kg + By – 1100 = 0
By = 2000 + 1200 + 3000 + 1100 = 7300 kg

Momen lentur adalah integral


gaya geser V.

POTONGAN 1: jarak 0 < x < 2,4 m


263
POTONGAN 1: jarak 0 < x < 2,4 m
• Buat diagram benda bebas, dilengkapi
beban gaya dan momen yang terjadi.
• Uraikan gaya-gaya searah sumbu x dan y,
dalam kasus ini, gaya telah mempunyai
arah sesuai sumbu x dan sumbu y.
Kondisi keseimbangan translasi:
 ΣFY = 0, – 2000 kg – (500 kg/m)(x m) – V1 = 0
 V1 = – 2000 – 500(x)

Untuk, x = 0 m,  V1 = – 2000 – 0 = – 2000 kg


Untuk, x = 2,4 m  V1 = – 2000 – 1200 = – 3200 kg

Nilai gaya geser sepanjang


0 sampai 2,4 m adalah negatif
264
Kondisi keseimbangan rotasi:

V1 = – 2000 – 500 (x)


ΣMA = 0
 500 (x) (½ x) + V1 (x) – M1 = 0
500 (x) (½ x) + (– 2000 – 500 x) (x) – M1 = 0
250 x² – 2000 x – 500 x² – M1 = 0
 M1 = – 500x² + 250x² – 2000x
 M1 = – 250x² – 2000x

Untuk, x = 0 m,  M1 = 0 kgm
Untuk, x = 1 m,
 M1 = – 250 – 2000 = – 2250 kgm
Untuk, x = 2 m,
 M1 = – 1000 – 4000 = – 5000 kgm
Untuk, x = 2,4 m
 M1 = – 1440 – 4800 = – 6240 kgm 265
DIAGRAM MOMEN LENTUR:
Untuk, x = 0 m,  M1 = 0 kgm
Untuk, x = 1 m,  M1 = – 250 – 2000 = – 2250 kgm
Untuk, x = 2 m,  M1 = – 1000 – 4000 = – 5000 kgm
Untuk, x = 2,4 m  M1 = – 1440 – 4800 = – 6240 kgm

266
Penerapan sistem integrasi untuk momen lentur
V1 = – 2000 – 500 (x) M1 = – 250x² – 2000x
Penerapan sistem integrasi. Besar momen lentur pada
beam dapat ditentukan dari INTEGRAL nilai gaya geser V.
M 1   V1 dx    2000  500 x  dx   2000  dx  500  x dx

M1 = - 2000x – 500 (½ x2).


M1= - 250x² - 2000x (hasil sama dengan sistem
keseimbangan rotasi.)
POTONGAN 2:  2,4 m < x < 3,6 m
• Buat diagram benda bebas,
dilengkapi beban gaya dan
momen yang terjadi.
• Uraikan gaya-gaya searah
sumbu x dan y.
267
Kondisi keseimbangan translasi:
 ΣFY = 0
– 2000 – (500) (2,4) + 7300 – V2 = 0
 V2 = 7300 – 2000 – 1200
 V2 = 4100 kg

Kondisi keseimbangan rotasi:


 ΣMA = 0  500 (2,4) (1,2) – 7300 (2,4) + V2 (x) – M2 = 0
 500 (2,4) (1,2) – 7300 (2,4) + 4100 (x) – M2 = 0
 M2 = 4100 x + 1440 – 17.520
 M2 = 4100 x – 16080
Dengan cara mengintegralkan gaya geser V, maka
momen lentur didapat:
M 2   V2 dx   4100 dx  4100 x  C2
Menentukan harga C2 adalah sebagai berikut:
Besar momen lentur pada jarak 2,4 m = – 6240 kgm. 268
Besar momen lentur pada ujung potongan beam
pertama = besar momen lentur pada pangkal
potongan beam kedua, jadi M1 = M2
Pada jarak, x = 2,4 m:
 M2 = 4100 x + C2  – 6240 = 4100 (2,4) + C2
 C2 = – 6240 – 9840 = – 16080
 Jadi, M2 = 4100 x – 16080  hasil sama.

POTONGAN 3:  3,6 m < x < 4,8 m


Diagram benda bebas
POTONGAN: 3
Kondisi keseimbangan translasi:
 ΣFY = 0 
– 2000 – (500)(2,4)+ 7300 –
3000 – V3 = 0
 V3 = 7300 – 2000 – 1200 – 3000
= 1100 kg 269
Kondisi keseimbangan rotasi:
 ΣMA = 0,
500 (2,4)(1,2) – 7300 (2,4)+ 3000 (3,6)+ V3(x) – M3 = 0
500(2,4)(1,2) – 7300(2,4) + 3000(3,6) + 1100(x) – M3 = 0
 M3 = 1100 x + 1440 – 17520 + 10800
 M3 = 1100 x – 5280
Dengan cara mengintegralkan gaya geser V, maka
momen lentur didapat:
M 3   V3 dx   1100 dx 1100 x  C3

Pada tumpuan sederhana tanpa beban,


Besaran momen lentur pada jarak x = 4,8 m, M3 = 0
Pada jarak, x = 4,8 m,  0 = 1100 x + C3
 C3 = – 1100 (4,8) = – 5280
 Jadi, M3 = 1100 x – 5280  hasil sama
270
KESIMPULAN
Diagram gaya V dan M:

• V1 = – 2000 – 500 (x) kg


 V2 = 4100 kg, V3 = 1100 kg
 M1 = – 250 x² – 2000 x (kgm)
 M2 = 4100 x – 1080 (kgm)
 M3 = 1100 x – 5280 (kgm)

• M1 = – 250 x² – 2000 x
• Untuk x = 0  M1 = 0

• M2 = 4100 x – 16080 (kgm)


 Untuk x = 3,6 m
 M2 = 4100 (3,6) – 16080
= – 1320 kgm
 M3 = 1100 x – 5280 (kgm)
 Untuk x = 4,8 m
 M3= 1100 (4,8) – 5280 = 0 kgm
271
CONTOH SOAL 2: DIAGRAM V, M SISTEM INTEGRAL
Sebuah beam ABCD dikenai beban
seperti pada gambar, tentukan
diagram gaya geser dan momen
lentur pada bagian dalam beam.
Penyelesaian:
Buat diagram benda bebas untuk mengetahui gaya-gaya
yang bekerja dan reaksi yang terjadi pada titik A dan C.

Kondisi keseimbangan:
ΣFY = 0, – 800(8) – 1200(8) + Ay + Cy = 0

ΣMA = 0, – (Cy) (12) + (800) (8) (4) +


(1200) (8) (12) = 0
12 Cy = 25600 + 115200

140800 Ay = 6400 + 9600 – 11730


Cy  11730 b
12 = 4270 lb
272
Menentukan diagram gaya geser dan momen lentur:
POTONGAN 1: 0 < x < 8 ft
Kondisi keseimbangan translasi:
 ΣFY = 0
 4270 – (800) (x ) – V1 = 0
 V1 = 4270 – 800 (x)
Untuk, x = 0 ft,  V1 = 4270 lb
x = 8 ft, V1= 4270 – 800(8) = – 2130lb

Kondisi keseimbangan rotasi:


 ΣMA = 0, 800 (x) (½ x) + V1 (x) – M1 = 0
 400 x² + (4270 – 800 x) x – M1 = 0
 M1 = - 400 x² + 4270 x  untuk 0 < x < 8 ft
Momen lentur dengan sistem integral gaya geser V:

M 1   V1 dx    800 x  4270  dx   400 x 2  4270 x  C1


Besaran C1, pada x = 0 ft  C1 = 0
 M1 = – 400 x² + 4270 x  hasil sama 273
POTONGAN 2:  8 ft < x < 12 ft

Kondisi keseimbangan translasi:


 ΣFY = 0
4270 – (800)(8) – 1200 (x - 8) – V2 = 0
 V2 = 4270 – 6400 – 1200 x + 9600
x  V2 = 7470 – 1200 x

Kondisi keseimbangan rotasi


 ΣMA = 0,
800(8)(4) + 1200 (x – 8) {(½ (x – 8) + 8)} + V2 (x) – M2 = 0
Masukkan besaran V2 = 7470 – 1200 x
(800)(8)(4)+1200(x – 8){(½ (x +8) + 8)}+(7470–1200x)x–M2 = 0
25600 + (1200 x + 9600) (½ x + 4) + 7470 x + 1200 x² – M2 = 0
M2 = - 600 x² + 7470 x – 12800

274
Dengan cara integral gaya geser V:
M 2   V2 dx   7470 1200 x  dx   600 x 2  7470 x  C2

Menentukan harga C2 adalah sebagai berikut:


Dari persamaan momen potongan: 1 telah didapat:
 M1 = – 400 x² + 4270 x
 Pada x = 8 ft, M1 = – 400 (8)² + 4270 (8)= 8560 ft-lb.

Besar momen lentur jarak 8 ft = 8560 ft-lb,


sedang M1 = M2
 8560 = – 600 x² + 7470 x + C2
 C2 = 8560 + 600 (8²) – 7470 (8) = – 12800
 Jadi, M2 = – 600 x² + 7470 x – 12800  hasil sama

275
POTONGAN 3:  12 < x < 16 ft
Kondisi keseimbangan translasi:
ΣFY = 0
 4270 – (800) (8) + 11730 –
1200 (x – 8) – V3 = 0
V3 = 4270 – 6400 + 11730 -
1200 x + 9600
V3 = 19200 – 1200 x
Kondisi keseimbangan rotasi  ΣMA = 0
 800 (8)(4) + 1200 (x – 8) {(½ (x – 8) + 8)} –
11730 (12) + V3 (x) – M3 = 0
 800(8)(4) + 1200(x – 8){(½ (x – 8) + 8)} – 11730 (12) –
(19200 – 1200 x) (x) – M3 = 0
 25600 + (1200x + 9600)(½ x + 4) – 140760 – 19200x
+1200x² – M3 = 0
M3 = – 600x² + 19200x – 153600  untuk 12 ft < x < 16 ft
276
Dengan cara integral gaya geser V:
M 3   V3 dx   19200  1200 x  dx   600 x 2
 19200 x  C3
M3 = – 600 x² + 19200 x + C3
Besaran momen lentur pada jarak x = 16 ft  M3 = 0

 0 = – 600 x² + 19200 x + C3
 C3 = 600 (16²) – 19200 (16) = – 153600
 Jadi, M3 = – 600 x² + 19200 x – 153600
 hasil sama (untuk 12 < x < 16 ft)
KESIMPULAN
Persamaan gaya geser dan momen lentur setiap potongan:
 V1 = – 800 x + 4270  untuk 0 < x < 8 ft
 V2 = – 1200 x + 7470  untuk 8 < x < 12 ft
 V3 = – 1200 x + 19200  untuk 12 < x < 16 ft
 M1 = – 400 x² + 4270 x  untuk 0 < x < 8 ft
 M2 = – 600 x² + 7470 x – 12800  untuk 8 < x < 12 ft
 M3 = – 600 x² + 19200 x – 153600  untuk 12 < x < 16 ft 277
DIAGRAM GAYA GESER (V):
• x = 0 ft  V1 = 4.270 lb
 x = 8 ft  V1 = – 800 (8) + 4270 = – 2130 lb
 x = 8 ft  V2 = – 1200 (8) + 7470 = – 2130 lb
 x = 12 ft  V2 = – 1200 (12) + 7470 = – 6930 lb
 x = 12 ft  V3 = – 1200 (12) + 19200 = 4800 lb
 x = 16 ft  V3 = – 1200 (16) + 19200 = 0 lb

278
DIAGRAM MOMEN LENTUR (M):
 x = 0 ft, M1 = 0
 x = 8 ft, M1 = – 400 (8²) + 4270 (8) = 8560
 x = 8 ft, M2 = – 600 (8²) + 7470 (8) – 12800 = 8560
 x = 12 ft, M2 = – 600 (12²) + 7470 (12) – 12800 = – 9600
 x = 12 ft, M3 = – 600 (12²) + 19200 (12) – 153600 = – 9600
 x = 16 ft, M3 = – 600 (16²) + 19200 (16) – 153600 = 0

279
CONTOH SOAL 3: DIAGRAM V, M SISTEM INTEGRAL
Beam Kantilever dikenai beban
seperti pada gambar, tentukan
diagram gaya geser dan momen
lentur pada bagian dalam beam.
Penyelesaian:
Kondisi keseimbangan:
ΣFx = 0  Ax = 0 (tidak ada gaya lain)
ΣFY = 0  - 4000 – 3000 – 2000 –
2000 (6) + Ay = 0
Ay = 4000 + 3000 + 2000 + 12000
= 21000 N
ΣMA = 0,
4000 (4) + 3000 (8) + 2000 (14)
+ 2000 (6) (11) - Mext = 0
Reaksi Momen luar,
Mext. = 16000 + 24000 + 28000 + 132000 = 200000 Nm
280
Menentukan diagram gaya geser dan momen lentur:
POTONGAN 1: 0 < x 4 m
Kondisi keseimbangan translasi:
 ΣFY = 0  21000 N – V1 = 0
 V1 = 21000 N
Kondisi keseimbangan rotasi:

ΣMA = 0,  V1 (x) – 200000 Nm - M1 = 0


 21000 (x) – 200000 Nm – M1 = 0
M1 = 21000 x – 200000 Nm  untuk 0 < x < 4 m
Momen lentur juga didapat dari integral gaya geser V:
M 1   V1 dx   21000  dx  21000 x  C1

Tumpuan Kantilever berbeda dengan tumpuan sederhana,


pada tumpuan kantilever terdapat raksi momen luar. Dalam
keseimbangan rotasi, maka besaran momen pada ujung
potongan beam (M1) = besaran reaksi momen luar (Mext.). 281
Pada x = 0 m  M = – 200000 Nm (momen lentur pada
dinding adalah kebalikan dari momen luar, bertanda
negatif)
Jadi, – 200000 Nm = 21000 x + C1
 untuk x = 0 m, C1 = – 200000 Nm
M1 = 21000 x – 200000 Nm  untuk 0 < x < 4 m (sama)

POTONGAN 2: 4 m < x < 8 m


Kondisi keseimbangan translasi:
ΣFY = 0
 21000N – 4000N – V2 = 0
V2 = 17000 N

Kondisi keseimbangan rotasi:


 ΣMA = 0,  4000 (4) + V2 (x) – 200000 Nm – M2 = 0
 16000 + 17000 (x) – 200000 Nm – M2 = 0
 M2 = 17000 x – 184000 Nm  untuk 4 < x < 8 m
282
Momen lentur SISTEM integral gaya geser V:

M 2   V2 dx   17000  dx 17000 x  C2
Menentukan nilai C2
Momen lentur di ujung potongan 1 harus sama dengan
momen lentur pada pangkal potongan 2.

 M1 = 21000 x – 200000 Nm
 Pada jarak, x = 4 m
 M1 = 21000 (4) – 200000 = – 116.000
Nm.
 Besar M1 = M2
maka  – 116000 = 17000 (4) + C2
 Nilai C2 = – 116000 – 68000 = – 184000
 Jadi, M2 = 17000 x – 184000 Nm (nilai sama)
283
POTONGAN 3: 8 m < x < 14 m
Kondisi keseimbangan translasi:
 ΣFY = 0
 21000 N – 4000 N – 3000 N
– 2000 (x – 8) – V3 = 0
 V3 = 21000 – 4000 – 3000 –
2000 x + 16000
 V3 = – 2000 x + 30000 N
Kondisi keseimbangan rotasi:
ΣMA = 0, 4000 (4) + 3000 (8) + 2000 (x – 8) {½(x – 8) +
8} + V3 (x) – 200.000 – M3 = 0

Masukkan nilai V3 = – 2000 x + 30000


ΣMA = 0,  4000 (4) + 3000 (8) – 2000 (x – 8) {½(x – 8)
+ 8} + (– 2000 x + 30000) (x) - 200.000 – M3 = 0
M3 = - 1000 x² + 30000 x – 224000 Nm (8 < x < 14 m)
284
Momen lentur SISTEM integral gaya geser V:

M 3   V3 dx    2000 x  30000  dx

M 3  1000 x  30000 x  C3
2

Menentukan nilai C3
Pada ujung beam berbentuk kantilever kondisi
bebas, besar momen lentur pada jarak x = 14 m
 (M3 = 0).

 M3 = – 1000 x² + 30000 x + C3
0 = – 1000 (14²) + 30000 (14) + C3
 C3 = 196000 – 420000 = – 224000
 Jadi, M3 = – 1000 x² + 30000 x – 224000  (nilai sama)
285
DIAGRAM GAYA GESER:
 x = 0 m  V1 = 21.000 N
 x = 4 m  V1 = 17.000 N
 x = 4 m  V2 = 17.000 N
 x = 8 m  V2 = 17.000 N
 x = 8 m  V3 = – 2000 x + 30000
= – 2000(8) + 30000 = 14000 N
 x = 14 m  V3 = – 2000 (14) + 30000 = 2000 N

DIAGRAM MOMEN LENTUR:


 x = 0 m  M1 = 21000 x – 200000 = – 200000 Nm
 x = 4 m  M1 = 21000 (4) – 200000 = – 116000 Nm
 x = 4 m  M2 = 17000 x – 184000
= 17000 (4) – 184000 = – 116000 Nm
 x = 8 m  M2 = 17000 (8) – 184000 = – 48000 Nm
 x = 8 m  M3 = – 1000 x² + 30000 x – 224000
= – 1000(8²) + 30000(8) – 224000 = – 48000 Nm
 x = 14 m  M3 = - 1000 (14²) + 30000 (14) – 224000 = 0 Nm
286
KESIMPULAN
DIAGRAM GAYA GESER: DIAGRAM MOMEN LENTUR:

287
CONTOH SOAL 4: DIAGRAM V, M SISTEM INTEGRAL
Sebuah beam tumpuan sederhana,
sambungan A dan C berupa pen.
Tentukan diagram gaya geser dan
momen lentur bagian dalam beam.

PENYELESAIAN:
 ΣFY = 0,
– 2000 (4) – 1000 (6) + Ay + Cy = 0
 ΣMA = 0, – (Cy) (10) + 2000 (4) (2) +
1000 (6) (13) = 0
 10 Cy = 16000 + 78000 = 94000 N

94000
Cy   9400 N
10
Ay = 8000 + 6000 – 9400 = 4600 N
288
Menentukan diagram gaya geser dan momen lentur:
POTONGAN 1: 0 < x < 4 m
ΣFY = 0  4600 N – 2000 (x) - V1 = 0
V1 = - 2000 x + 4600 N
Kondisi keseimbangan rotasi,
menggunakan sistem integrasi V1.
M 1   V1 dx    2000 x  4600  dx
M 1  1000 x 2  4600 x  C1
Pada x = 0 m, maka Momen lentur, M = 0, besaran C1 = 0
M1 = - 1000 x² + 4600 x

POTONGAN 2: 4 m < x < 10 m


ΣFY = 0  4600 – 2000 (4) – V2 = 0
V2 = – 8000 + 4600 N = – 3400 N
289
Kondisi keseimbangan rotasi sistem integral:
M 2   V2 dx    3400  dx   3400 x  C2
Dari persamaan momen lentur potongan 1:
 M1 = – 1000 x² – 4600 x
 Pada jarak, x = 4 m
 M1 = 1000 (4²) – 4600 (4) = 2400 Nm.
 Besar M1 = M2, maka  2400 = – 3400 (4) + C2
 Nilai C2 = 2400 + 13600 = 16000
 Jadi, M2 = – 3400 x + 16000 Nm,  untuk 4 < x < 10 m
POTONGAN 3: 10 m < x < 16 m

ΣFY = 0
 4600 – 2000 (4) + 9400 –
1000 (x – 10) – V3 = 0
V3 = – 1000 x + 16000 N 290
Kondisi keseimbangan rotasi sistem integral:
M 3   V3 dx   1000 x  16000  dx   500 x 2  16000 x  C3

Pada x = 16 m, maka Momen lentur, M = 0.


 0 = – 500 (16²) + 16000 (16) + C3
 C3 = 128000 – 256000 = – 128000
M3 = – 500 x² + 16000 x – 128000 Nm

DIAGRAM GAYA GESER


 V1 = – 2000 x + 4600 N
 untuk 0 < x < 4 m
 V2 = – 3400 N
 untuk 4 < x < 10 m
 V3 = – 1000 x + 16000 N
 untuk 10 < x < 16 m
291
DIAGRAM MOMEN LENTUR:
 M1 = – 1000 x² + 4600 x Nm  untuk 0 < x < 4 m
 M2 = – 3400 x + 16000 Nm,  untuk 4 < x < 10 m
 M3 = – 500 x² + 16000 x – 128000 Nm,
 untuk 10 < x < 16 m

292
TUGAS (HOME WORKS)
DIAGRAM V DAN M SISTEM INTEGRAL

1
Sebuah beam tumpuan
sederhana, sambunagn A
dan B berupa pen. Tentukan
diagram gaya geser dan
momen lentur bagian dalam
beam.

Sebuah beam tumpuan


KANTILEVER. Tentukan diagram
gaya geser dan momen lentur
pada bagian dalam beam.

293
BAB VIII GESEKAN (FRICTION)
Gesekan pada bidang datar atau miring
W: berat/gaya benda.
N : gaya normal (tegak lurus permukaan gesekan).
f = gaya gesek statis, P = gaya luar,
R = resultan gaya
W Bidang miring
W Bidang datar

P
f N 
f
f θ
N R

R = f +> N dan R = W, tetapi arah gaya berlawanan


Konsep umum:
Gesekan statik: gesekan saat benda kondisi
masih seimbang (tidak bergerak). 294
Konsep umum:
Gesekan kinetik: gesekan saat benda bergerak dan
nilainya lebih kecil dibanding gesekan statik.
 : sudut kemiringan, semakin besar  benda mudah
meluncur.
W Bidang miring

f
f N    f=μN
f θ N
R

f
tan    f = tan θ (N)
N
Jadi , μ = tan θ = tan 
295
CONTOH SOAL 1: GESEKAN
P W Balok di atas permukaan mendatar,
200 berat balok W = 150 kg.
Koefisien gesek μ = 0,25, hitung gaya
tarik P agar balok mulai bergerak
Penyelesaian:
Gaya P diuraikan menjadi Px dan Py
P Py
W
200 Px = P cos 200 dan Py = P sin 200
Px
Kondisi keseimbangan: ΣFy = 0
N – W + PY = 0  N + PY = W
f N + P sin 20° = 150  (1)
N
Kondisi keseimbangan: ΣFX = 0
Gaya gesek, f – Px = 0  0,25 N – P cos 200 = 0  (2)
f = μ N = 0,25 N
296
P Py
W
200
Px Gabungan persamaan 1) dan 2):

1) N + P sin 200 = 150 (1)  N + P sin 200 = 150


2) 0,25 N – P cos 200 = 0 (-4)  – N + 4 P cos 200 = 0 +

0,342 P + 4 (0,94) P = 150  4,1 P = 150

150 Jadi, jika gaya P > 36,6 kg,


P  36,6 kg
4,1 balok mulai bergerak
297
CONTOH SOAL 2: GESEKAN
Bidang Miring, θ = 30°, berat benda W = 200 kg.
Gaya dorong, P = 300 kg, koefisien gesek, μ = 0,3.
Apakah benda W dalam keseimbangan?
y
x

Penyelesaian: diasumsikan
P f
benda bergerak ke atas oleh
30°
30°
N gaya P, maka arah gaya
30° W gesek f ke bawah.

Kondisi keseimbangan, ΣFx = 0


P cos 300 - W sin 300 - f = 0
 300 cos 300 - 200 sin 300 - f = 0
Gaya gesek, f = 300 cos 300 - 200 sin 300 = 160 kg

Gaya gesek f = 160 kg (dalam kondisi keseimbangan) 298


y
x

P
Gaya gesek aktual
f
30°
30°
N ΣFy = 0
30° W N - W cos 300 – P sin 300 = 0
N - 200 cos 300 – 300 sin 300 = 0

N = 200 cos 300 + 300 sin 300 = 323 kg

Gaya gesek aktual, f = μ N = 0,3 (323) = 97 kg

Gaya gesek aktual (97 kg) < gaya


gesek keseimbangan (160 kg). Jadi
benda W bergerak ke atas.
299
CONTOH SOAL 3: GESEKAN
Balok tersusun, berat WA = 30 kg,
P
B
T
WB = 20 kg diikat dengan tali ke
45° μ1 dinding. Kofisien gesek μ1 = ¼ dan
A μ2 = ⅓ . Hitung gaya P agar balok A
μ2 C mulai bergerak.

Balok B 20 kg
Penyelesaian:
T
B 1) Diagram benda bebas balok B,
fB
NB ΣFy = 0, NB = WB = 20 kg
Gaya gesek, fB = μ1 NB = ¼ (20) = 5 kg

ΣFx = 0, tegangan tali, T = fB = 5 kg


300
20 kg
Balok A
2) Diagram benda bebas balok A,
P fB
ΣFx = 0  - P cos 45 + fA + fB = 0
45° 30 kg A
- P cos 450 + ⅓ NA + 5 = 0 …. 1)
fA
NA ΣFy = 0  P sin 450 + NA – 30 – 20 = 0
P sin 450 + NA – 50 = 0 ..... 2)
Dari persamaan 1) dan 2), sin 450 = cos 450, maka:
- P cos 450 + ⅓ NA + 5 = 0 .. …1)
P sin 450 + NA – 50 = 0 ....... 2)
+
Jadi 4/3 NA – 45 = 0,  4/3 NA = 45

NA = 33,75 kg

301
20 kg
Dari persamaan 2)
P Balok A fB
P sin 450 + NA – 50 = 0
45° 30 kg A
P sin 450 = 50 – 33,75
fA
NA
P sin 450 = 16,25

16,25 16,25
P 0
  23 kg
sin 45 0,707
Jadi jika gaya P > 23 kg,
balok A mulai bergerak

302
CONTOH SOAL 4: GESEKAN
WA = 30 N T C
Balok WA = 30 N, WB = 90 N,
A pada bidang miring θ.
WB = 90 N B
Koefisien gesek, μ = ⅓ sama
untuk semua permukaan.
θ Hitung sudut θ agar balok B
mulai bergerak.

30 N T Penyelesaian:
1) Diagram benda bebas balok A
A fA
θ ΣFy= 0, NA = WA cos θ = 30 cos θ
NA
NA = 30 cos θ,
fA = μ NA = ⅓ NA = ⅓ (30 cos θ)
303
NA 2) Diagram benda bebas balok B
fA
ΣFy = 0,
B
B fB NB = WB cos θ + NA
θ NB = 90 cos θ + 30 cos θ
θ NB NB = 120 cos θ
WB = 90 N
fB = μ NB = ⅓ NB = ⅓ (120 cos θ)
ΣFX = 0  - WB sin θ + fA + fB = 0
- 90 sin θ + ⅓ NA + ⅓ NB = 0

90 sin θ = ⅓ (30 cos θ) + ⅓ (120 cos θ)


90 sin θ = ⅓ (150 cos θ) = 50 cos θ
: cos θ
50
90 tan θ = 50  tan      29 0

90 304
WA = 30 N T C CARA LAIN:
A Sudut kemiringan θ agar
WB = 90 N
balok B mulai bergerak:
B

θ tan  
 WB  2 WA 
WB
Untuk kasus di atas, WA = 30 N, WB = 90 N
dan μ = ⅓:

1 1 
 90  2 30 
tan    3 3  50
    29 0
90 90
305
TUGAS (HOME WORKS)
1. Tentukan gaya P yang diperlukan sehingga benda
m1 dan m2 mulai bergerak di atas bidang (lihat
gambar) Gesekan pada puli diabaikan, koefisien
gesek antara benda dan permukaan = 0,25
m2 = 300 kg

P
45°

2. Buat artikel atau soal-soal tentang gesekan,


gaya gesek (dapat diunduh dari Internet).
306
BAB IX KINEMATIKA BENDA/PARTIKEL
Kinematika: adalah pembahasan mengenai gerak
benda/partikel meliputi perpindahan, kecepatan
dan percepatan tanpa memperhitungkan gaya.
Gerak kinematika meliputi gerak lurus (translasi)
gerak putar (rotasi) dan gabungan antara translasi
dan rotasi.

P ∆t P1
Gerak lurus (translasi):
∆x
Titik P bergerak lurus sampai P1

Jarak tempuh (∆x) …. (m).


Waktu tempuh (∆t) … (detik).

x dx
Kecepatan titik P: V 
t dt 307
Jika kecepatan berubah dari V menjadi V+∆V
pada selang waktu t + ∆t , maka titik P
mendapatkan percepatan (a).
2
0 V+∆V dV d (dx) d x
V

t + ∆t
a  2 a 2
dt dt dt
KINEMATIKA BENDA/PARTIKEL
V+∆V
0 V Jika percepatan (a) tetap:
t + ∆t V = Vo + a (t)
V² = Vo² + 2 a (S)
S = Vo (t) + ½ a (t²)
S = ½ (V + Vo) t
Vo : kecepatan awal (m/s) ; V: kecepatan akhir (m/s)
a : percepatan tetap (m/s²) ; t : waktu (detik)
S : jarak/lintasan (m) 308
Gerak putar (rotasi)
ω Garis OA dengan sudut awal θ,
y
A1 bila pada selang waktu ∆t
A perubahan sudut adalah ∆θ,
∆θ
maka kecepatan sudut (ω):
 d
θ x
 
O
t dt
Jika kecepatan sudut ω berubah menjadi ω + ∆ω
pada selang waktu t + ∆t, percepatan sudut (α):

d d (d ) d 2
  2  2
dt dt dt
ω : kecepatan sudut (rad/s),
α: percepatan sudut (rad/s²) 309
KINEMATIKA BENDA/PARTIKEL

1 putaran = 360° = 2π radian



½ putaran = 180° = π radian
0 π
1 rpm = 2π radian/menit.

2  rad 2  n rad
1 rpm  
60 s 60 s

310
CONTOH SOAL 1: GERAK LURUS
Partikel P bergerak lurus dengan persamaan,
x = 4t³ + 2t + 5
Jika waktu tempuh t = 3 detik, hitung a)
jarak/lintasan yang ditempuh b) kecepatan dan
percepatan gerak partikel.
Penyelesaian:
Jarak lintasan, x = 4 (3)³ + 2 (3) + 5 = 119 m

dx m
Kecepatan: V  12 t  2 12 (3)  2  100
2 2

dt s

dV m
Percepatan: a  24 t  24 (3)  72 2
dt s 311
CONTOH SOAL 2: GERAK LURUS
Uji kemampuan sebuah mobil untuk mengetahui
unjuk kerja. Dari mesin dihidupkan, mobil melaju
sampai kecepatan 88 km/h dalam waktu 28 detik
dengan percepatan seragam. Hitung percepatan dan
jarak tempuh selama 28 detik.
Penyelesaian: Vo = 0, V = 88 km/h, t = 28 s.
Kecepatan, V = 88 km/h = 88.000 m/h = 24,5 m/s
V = Vo + a t

V  Vo 24,5  0 m
a   0,875 2
t 28 s
Jarak tempuh, S = ½ (V - Vo) t
S = ½ (24,5 – 0) 28 = 343 m 312
BAB X DINAMIKA BENDA/PARTIKEL
Hukum Newton tentang gerakan:
Benda/partikel akan tetap diam atau bergerak dengan
kecepatan konstan pada garis lurus sampai ada gaya
luar yang merubah keadaan tersebut. Jika kondisi tidak
seimbang, maka terdapat gerakan dengan percepatan
(a) sehingga Gaya (F) adalah perkalian antara massa
benda (m) dengan percepatannya (a).

F = m a atau W = m g
W
Keterangan:
F : Gaya (N, ℓb)
F a
m W : berat benda (N, ℓb)
m : massa benda (Kg, ℓb)
a : percepatan (m/s², ℓb/ft²)
g : gravitasi (m/s², ℓb/ft²) 313
CONTOH SOAL 1: GERAK BENDA
a P
Bidang miring, berat benda W
dan koefisiean gesek kinetik
f
x
μ. Tentukan persamaan gaya
W θ P yang dapat menghasilkan
N
θ percepatan benda ax.
Penyelesaian: gaya gesek, f = μ N
Percepatan benda hanya arah sumbu x, yaitu ax
Percepatan benda arah sumbu y, yaitu ay = 0
W ΣFy = 0,  N = W cos θ
F  m ax  m 
g ΣFx  P + W sin θ – μ N = (W/g) ax

W
P  a x   W cos  W sin 
g 314
CONTOH SOAL 2: GERAK BENDA
a
Bidang miring θ = 30° halus, m1
T
m1 = 10 kg dan m2 = 20 kg, kabel
dan puli tanpa gesekan. Hitung
kecepatan akhir m2 pada selang
30° m2
waktu 60 detik dari diam.
a Penyelesaian: Untuk massa m1
T
m1
ΣF  T – 10 sin 30 = m1 a
T T – 5 = 10 a …… 1)
N1
30°
m2 a Untuk massa m2
10 kg
ΣF  20 - T = m2 a
20 kg - T + 20 = 20 a …. 2)
315
a
T - 5 = 10 a … (1)
T
m1
- T + 20 = 20 a … (2) +
T
N1
15 = 30 a
30°
m2 a
10 kg
15 m
a  0,5 2
20 kg 30 s
Kecepatan m2:
V = Vo + a t
V = 0 + 0,5 (60) = 30 m/s

316
CONTOH SOAL 3: GERAK BENDA
Puli tanpa gesekan, beban kiri W dan kanan W + w.
T: tegangan kabel, turunkan rumus persamaan
percepatan (a).
Penyelesaian:
a Beban bagian kiri dan kanan
a
W
 F  T  W  g (a)
T
w
W W
(W  w)
Beban kiri Beban kanan  F  W  w  T  g (a)
T T
+
a

a w  a  
W W  w
a   2W  w 
a 
g g g
W
W+w 317
a

a w  a  
W W  w
a   2W  w 
a 
T g g g
w
W W

Beban kiri Beban kanan Rumus persamaan


T
a
T percepatan (a).

a
wg
a
W
W+w (2W  w)

318
319

Anda mungkin juga menyukai