Pertumbuhan Dan Perubahan Struktur Ekono
Pertumbuhan Dan Perubahan Struktur Ekono
Perekonomian Indonesia
Disusun Oleh:
1. Efie Octafiani
PRODI: S1 AKUNTANSI
4. STRUKTUR PEREKONOMIAN....................................................................................................... 14
5.2 Faktor Penentu Pertumbuhan Dan Perubahan Struktur Ekonomi Serta Investasi Suatu Negara.22
6. KESIMPULAN ................................................................................................................................... 26
i
1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN EKONOMI
Kesejahteraan masyarakat dari aspek ekonomi dapat diukur dengan tingkat pendapatan nasional
per kapita. Untuk dapat meningkatkan pendapatan nasional, maka pertumbuhan ekonomi
menjadi salah satu target yang sangat penting yang harus dicapai dalam proses pembangunan
ekonomi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada awal pembangunan ekonomi suatu
Negara, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah pertumbuhan.
Untuk Negara-negara seperti Indonesia yang jumlah penduduknya sangat besar dan tingkat
pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi ditambah kenyataan bahwa penduduk Indonesia di
bawah garis kemiskinan juga besar, maka pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting dan
lajunya harus jauh lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk agar
peningkatan pendapatan masyarakat per kapita dapat tercapai.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan per kapita
dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk
suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth);
pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan
ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
1
Awal pembangunan ekonomi suatu Negara dengan prioritas:
1. Pertumbuhan ekonomi
2. Distribusi pendapatan
National income dapat merujuk pada GDP, GNP atau NNP (Net national Product)
GDP = NP + Ttl + D – F
NP = GDP + F – D- Ttl
Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang
berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya (Inggris) pada tahun 1665. Dalam
perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan
biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli
ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-
2
satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai
pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP),
yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan
diukur menurut harga pasar pada suatu negara.
Pendapatan nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara.
3
4. Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima
oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa
melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran
transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan
merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan
nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para
pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk
mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba
perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak
dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan
tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang
dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk
dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
4
Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:
Contoh soal:
PDB Indonesia tahun 2008 = Rp. 467 triliun, sedangkan PDB pada tahun 2007 adalah = Rp. 420
triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 jika diasumsikan harga
tahun dasarnya berada pada tahun 2007?
Jawab:
g = {(467-420)/420}x100% = 11,19%
5
Selain bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk mendapatkan
data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama satu
periode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat lain, diantaranya untuk
mengetahui dan menelaah struktur perekonomian nasional. Data pendapatan nasional dapat
digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian, atau negara
jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia
termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara industri, Singapura termasuk
negara yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya.
Di samping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya
kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor pertanian,
pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya.Data tersebut juga digunakan untuk
membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, membandingkan perekonomian
antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah.
6
untuk pemiik tanah, profit untuk pengusaha sebelum dipotong pajak dan mencakup
penyusutan.
PDB = NTB1 + NTB2 + … + NTB9, dimana NTB= nilai tambah bruto 9 sektor.
3. Pendekatan sisi permintaan agregat yakni pendekatan pengeluaran
PDB=C + I + G + X – M
Sumber pertumbuhan:
a. Permintaan agregat
P
AS0
AD1
AD0
P
Y
Y0 Y1
7
b. Penawaran agregat.
P AS0
AD0
AS1
P
Y
Y0 Y1
8
2. TEORI DAN MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI
Asumsi: teknologi, ilmu pengetahuan, dan peningkatan kualitas input tidak diperhatikan
(dianggap konstan).
Teori ini tidak berlaku untuk Jepang, Korea Selatan dan lain-lain yang memiliki SDA sedikit
dapat menunjukkan laju pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan output mereka sebagai akibat
dari produktivitas yang semakin meningkat.
Nafziger (1997) menyatakan bahwa Taiwan, Hongkong, Korea Selatan dan Singapura
menunjukkan K per TK terhadap pertumbuhan eonomi mencapai 50% - 90% dan peran
teknologi sebesar 10% - 50%.
9
Ketiadaan/ rendahnya FP dan faktor lain tersebut menyebabkan pembangunan ekonomi di
negara-negara di afrika terhenti.
10
Grafik 1.1
Laju pertumbuhan PDB Indonesia sampai pada tahun 2012 meningkat sebesar 6,23% terhadap
tahun 2011 dan terjadi pada semua sektor. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia sudah cukup baik berdasarkan angak penyumbang PDBnya.
Kualitas IPTEK dan SDM berpengaruh terhadap produktivitas untuk memproduksi dan akhirnya
bermuara pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan kualitas SDM dan Kemajuan
IPTEK di Indonesia telah mendorong pertumbuhan ekonomi selama 30 tahun.
11
3. FAKTOR PENENTU PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
INDONESIA
Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada
hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan
faktor non ekonomi.
Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah,
keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat mempengaruhi
pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi.
Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam,
menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan
kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan
hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang
ada.
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut.
Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumber
daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran
pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik,
kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.
1. Faktor internal yang mencakup factor ekonomi dan non ekonomi (politik, social dan
keamanan). Faktor ekonomi mencakup: pengendalian terhadap inflasi, cadangan devisa,
rasio hutang Ln terhadap PDB, dan kondisi perbankan, serta kesiapan dunia usaha.
2. Faktor eksternal adalah faktor-faktor ekonomi yang mencakup perdagangan internasional
dan tahun tertentu
12
3.1. Metode Perhitungan Pertumbuhan
Laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun selama tahun tertentu digunakan rumus:
tn = t0 (1+r)n-1,
Di mana:
r=laju pertumbuhan GDP rata-rata pertahun
n=jumlah tahun
tn =tahun terakhir
t0=tahun awal
(1+r)n-1 = factor penggabungan
13
4. STRUKTUR PEREKONOMIAN
Struktur Ekonomi Indonesia adalah besar share lapangan usaha terhadap total PDRB baik atas
dasar harga yang berlaku maupun harga konstan. Dengan mengetahui struktur perekonomian,
maka kita dapat menilai konsentrasi lapangan usaha yang sangat dominan pada suatu daerah.
Biasanya terdapat hubungan antara lapangan usaha dan penduduk suatu daerah. Menurut Teori
Lewis, perekonomian suatu daerah harus mengalami transformasi struktural dari tradisional ke
industri, yang ditunjukkan dengan semakin besarnya kontribusi sektor non pertanian dari waktu
ke waktu terhadap total PDRB.
Dalam kaitannya dengan transformasi struktural, beberapa hal yang perlu mendapat perhatian
adalah:
1. Kenaikan riil share pada sektor primer dapat saja dipahami apabila diikuti dengan
peningkatan produktvitas yang ikut membawa dampak positif pada upah rata-rata,
khususnya di sektor pertanian.
2. Perlu diupayakan peningkatan nilai tambah pada sektor sekunder, yakni industri pengolahan,
khususnya industri skala kecil dan menengah yang dibangun dengan basis pertanian. Hal ini
mengandung arti bahwa industri yang hendak dikembangkan harus dapat mendorong dan
menyerap hasil dari sektor pertanian.
3. Berkenaan dengan sektor tersier, hendaknya pengembangan sektor perdagangan harus terus
dikembangkan dalam rangka memperluas pasar pada sektor primer dan sekunder, termasuk
perdagangan yang bersifat ekspor (keluar daerah dan ke luar negeri). Sementara
perkembangan sektor hotel, restoran harus dipadukan dengan pembangunan pariwisata guna
menumbuhkan sektor tersebut dan industri pendukung wisata lainnya, seperti: transportasi,
komunikasi, souvenier dan jasa hiburan. Di samping itu, pengembangan sub sektor tersier
yang produktif harus terus ditingkatkan, misalnya melalui pembangunan pariwisata yang
lebih intensif, transformasi dan revitalisasi sektor informal menjadi sektor formal yang lebih
menekankan skill dan pengetahuan.
Struktur ekonomi sebuah negara dapat dilihat dari berbagai sudut tinjauan. Dalam hal ini,
struktur ekonomi dapat dilihat setidak-tidaknya berdasarkan empat macam sudut tinjauan yaitu:
1. Tinjauan makro-sektoral
2. Tinjauan keruangan
14
3. Tinjauan penyelenggara kenegaraan
4. Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan
Dua yang disebut pertama merupakan tinjauan ekonomi murni, sedangkan dua yang disebut
kemudian merupakan tinjauan politik.
15
4.1 Tinjauan Makro-Sektoral
Tabel 1.1
16
Dilihat secara makro-sektoral [berdasarkan kontribusi sektor-sektor produksi(lapangan usaha)
dalam membentuk produk domestik bruto] perekonomian Indonesia - yang hingga tahun 2012
sudah berstruktur industrial.Berdasarkan data laju pertumbuhan dan distribusi PDB Tahun 2008-
2012 menurut BPS telah menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya menyumbang 14,44%
terhadap PDB sehingga Indonesia tidak bisa lagi dikatakan negara agraris. Hal penting yang
patut dicatat ialah bahwa penurunan peran sektor pertanian bukanlah cerminan kemunduran
absolut sektor itu. Sektor pertanian hanya menurun secara relatif.
Keindustrian struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya belum sejati, masih sangat dini.
Keindustriannya barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam membentuk produk domestik
bruto atau pendapatan nasional. Keindustrian yang ada belum didukung dengan kontribusi
sektoral dalam menyerap tenaga atau angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral dalam
menyumbang pendapatan dan dalam menyerap pekerja ini dihadapkan atau diperbandingkan,
maka struktur ekonomi Indonesia secara makro-sektoral ternyata masih dualistis. Mengapa?
Karena dari segi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian hingga saat ini masih merupakan
sektor utama sumber kehidupan rakyat.
Sampai dengan tahun 2012 bulan Februari, sebagian besar rakyat Indonesia (39,96 dari
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja) masih menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian (lihat Tabel 1.2). Sementara sektor industri pengolahan hanya menyerap 14,78%
tenaga kerja. Fakta ini agaknya membenarkan kembali tesis Boeke, seorang ekonom Belanda,
yang pernah menyatakan bahwa perekonomian Indonesia berstruktur dualistis. Hanya saja,
dualisme yang berlangsung sekarang tidak sepenuhnya identik dengan dualisme yang dulu
dikemukakannya.
Jadi, ditinjau secara makro-sektoral struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya masih dualistis.
Sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk masih sektor pertanian. Dalam kaitan
ini berarti struktur tersebut masih agraris akan tetapi, penyumbang utama pendapatan nasional
adalah sektor industri pengolahan. Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut sudah industrial.
Semua itu berarti bahwa secara makro-sektoral ekonomi Indonesia baru bergeser dari struktur
yang agraris ke struktur yang industrial.
17
4.2 Tinjauan Lain
Pergeseran struktur ekonomi secara makro-sektoral ini senada dengan pergeserannya secara
spasial. Ditilik dengan kacamata spasial, perekonomian telah bergeser dari semula berstruktur
kedesaan/tradisional menjadi kini berstruktur kekotaan/modern. Hal ini bukan saja dapat dilihat,
akan tetapi juga dapat dirasakan sehari-hari. Kemajuan perekonomian di kota-kota jauh lebih
pesat daripada di desa-desa. Porsi penduduk yang tinggal di kawasan perdesaan menjadi lebih
sedikit bukan semata-mata karena urbanisasi, tetapi juga karena mekar dan berkembangnya kota-
kota. Kehidupan sehari-hari yang semakin modern tercermin tidak saja dari perilaku konsumsi
masyarakat, tapi juga dari teknologi produksi yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan.
Dilihat dengan kacamata politik, sejak awal orde baru hingga pertengahan dasawarsa 1980-an
perekonomiaan Indonesia berstruktur etatis. Pemerintah atau negara, dengan BUMN- BUMN
dan BUMD-BUMD sebagai kepanjangan tangannya, merupakan pelaku utama ekonomi. Baru
mulai pertengahan dasawarsa kemarin peran pemerintah dalam perekonomian berangsur-angsur
berkurang, sesudah pemerintah secara eksplisit-melalui GBHN 1983/ Pelita IV-mengundang
kalangan swasta untuk berperan lebih besar dalam perekonomian nasional. Arahnya, untuk
sementara ini, adalah ke perenomian yang berstruktur borjuis, belum mengarah ke struktur
perekonomian yang egaliter, karena baru kalangan pemodal dan usahawanlah yang dapat cepat
menanggapi “undangan” pemerintah tersebut.
Struktur ekonomi yang etatis dan sentralistis, berkaitan erat. Argumentasi yang sering dijadikan
legilitimasinya adalah karena sebagai sebuah negara berkembang, kita baru memulai proses
panjang perjalanan pembangunan. Dalam kondisi seperti itu, diperlukan peran sekaligus
dukungan pemerintah sebagai agen pembangunan, sehingga menjadikannya etatis, sekaligus
18
dibutuhkan pemerintah pusat yang kuat, sehingga menjadikannya sentralistis. Namun demikian
patut dicatat, sejak awal era pembangunan jangka panjang tahap kedua struktur ekonomi yang
etatis dan sentralistis ini mulai berkurang kadarnya. Keinginan untuk desentralisasi dan
demokratisasi ekonomi kian besar akhir- akhir ini.
Sementara itu, pembangunan ekonomi yang memang sengaja diarahkan ke industrialisasi tentu
saja mengurangi kadar agraritas struktur perekonomian. Ini memang tak perlu disesalkan, karena
perekonomian yang industrial sudah menjadi konsensus nasional. Hal yang barangkali agak
disayangkan ialah belum semua lapisan dan golongan masyarakat kita siap menghadapinya.
Akibatnya, tatkala pemerintah mengajak masyarakat luas untuk bermitra dalam pembangunan,
hanya kaum pemodal dan pengusaha yang bisa berperan serta aktif. Sebagian besar rakyat
terpaksa harus puas menjadi “supporter”. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika kini
perekonomian kita, dilihat dengan kacamata politik, cenderung berstruktur borjuis.
Struktur ekonomi yang tengah kita hadapi saat ini sesungguhnya merupakan suatu struktur yang
transisional. Kita sedang beralih dari struktur yang agraris ke industrial; dari struktur yang etatis
ke borjuis; dari struktur yang kedesaan/tradisional ke kotaan/modern; sementara dalam hal
birokrasi dan pengambilan keputusan mulai desentralistis.
19
5. PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
Pembangunan ekonomi jangka panjang (PDB/PN) merubah struktur ekonomi dari pertanian
menuju industri (sektor non primer) terutama industri manufaktur dengan increasing return to
scale. Semakin cepat pertumbuhan ekonomi, semakin meningkat pendapatan perkapita, semakin
cepat perubahan struktur ekonomi.
20
2. Teori Hollis Chenery (Teori transformasi struktural/pattern of development)
Teori ini memfokuskan pada perubahan struktur ekonomi di LDCs yang mengalami
transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai penggerak utama
pertumbuhan. Penelitian Chenery menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita merubah:
a. pola konsumsi dari makanan dan kebutuhan pokok ke produk manufaktur dan jasa
b. Akumulasi capital secara fisik dan SDM
c. Perkembangan kota dan industri
d. Penurunan laju pertumbuhan penduduk
e. Ukuran keluarga yang kecil
f. Sektor ekonomi didominasi oleh sektor non primer terutama industri
Chenery menyatakan bahwa proses transformasi struktural dapat dipercepat jika pergeseran
pola permintaan domestik ke arah produk manufaktur dan diperkuat dengan ekspor.
Yi = Di + (Xi-Mi) + ij
Kelompok LDCs mengalami proses transisi ekonomi yang pesat dengan pola dan proses
yang berbeda-beda sebagai akibat dari perbedaan antar negara:
a. Kondisi dan struktur awal ekonomi DN (memiliki industri dasar atau tidak)
b. Besar pasar DN (tergantung pada pertumbuhan penduduk)
c. Pola distribusi pendapatan (merata atau tidak)
21
d. Karakteristik industrialisasi (strategi pembangunan industri apakah ada industri yang
diunggulkan)
e. Keberadaan SDA (keberadaan kualitas dan kuantitas SDA)
f. Kebijakan perdagangan LN (kebijakan tertutup/ protektif industri DN atau terbuka/
promosi ekspor).
5.2 Faktor Penentu Pertumbuhan Dan Perubahan Struktur Ekonomi Serta Investasi
Suatu Negara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan struktur ekonomi adalah:
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh
SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat
lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya
selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses
pembangunan.
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan
proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin
keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber
daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang
dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan
kekayaan laut.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya
percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan
manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan
kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya
berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
4. Faktor Budaya
22
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang
dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses
pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat
mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan
sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap
anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas
IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan
dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan
produktivitas.
Sistem sosial dan sikap masyarakat terhadap perubahan akan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Penduduk yang terdidik dan modern bersikap
sangat mendukung terlaksananya pembangunan karena memiliki sifat lebih bersikap positif
dalam pembangunan. Sebaliknya, masyarakat tradisional dan tidak terdidik bersikap apatis
(masa bodoh) terhadap pembangunan. Masyarakat tradisional cenderung tidak menyukai
perubahan-perubahan dan sukar memanfaatkan teknologi sehingga menghambat
pembangunan.
23
5.3 Perubahan Struktur Ekonomi
Perubahan struktur ekonomi, umum disebut transformasi struktural, dapat didefisinikan sebagai
suatu rangkaian perubahan yang saling tekait satu dengan yang lainnya dalam komposisi AD,
perdagangan luar negeri (ekspor dan inpor), AS ( produksi dan menggunakan faktor-faktor
produksi yang diperlukan mendukung proses pembangunan ekonomi yang berkelanjutan)
Perubahan struktur ekonomi yang demikian coraknya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
Hukum Engels mengatakan bahwa makin tinggi pendapatan masyarakat, maka akan makin
sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian, sedangkan
proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli produksi barang-barang industri
menjadi bertambah besar.
2. Perubahan teknologi
Faktor yang paling dominan adalah perubahan permintaan domestik, sebagai akibat dari
kombinasi antara peningkatan pendapatan riil per kapita dan perubahan selera masyarakat
(konsumen). Perubahan permintaan bukan hanya pada peningkatan jumlah (konsumsi), tapi
juga perubahan komposisi barang-barang yang dikonsumsi.
Faktor-faktor ini adalah pergeseran keunggulan komparatif. Chenery (1992) dalam kaitan ini
proses transformasi struktural akan mengemukakan bahawa terjadi berjalan lambat bahkan
adakalanya mengalami kemunduran. Artinya penurunan kontribusi output industri
manufaktur pada pembentukan PDB, jika keunggulan komparatif tidak berjalan sesuai
24
dengan arah pergeseran pola permintaan domestik ke arah output industri manufaktur dan
pola perubahan dalam komposisi ekspor. Terjadi di Indonesia dan Venezuela dan negara
penghasil mineral lainnya.
Dari sisi AD, Kebijakan yang berpengaruh langsung misalnya pajak penjualan yang
menjadikan harga jual barang yang bersangkutan mengalami kenaikan harga akibatnya akan
mengurangi permintaan terhadap barang tersebut dan tergantung pada elastisitas harga
terhadap permintaan. Kebijakan tidak langsung misalnya pengurangan pajak pendapatan.
Secara teoritis, dengan asumsi bahwa faktor-faktor berpengaruh lainnya tetap dapat
meningkatkan permintaan masyarakat (konsumsi) tidak berubah, terhadap produk-produk
dari sektor-sektor tertentu, seperti manufaktur dan jasa.
Sumber internal meliputi faktor-faktor dari sisi AD dan sisi AS serta kebijakan pemerintah
seperti tersebut. Sumber eksternal adalah perubahan teknologi dan struktur perdagangan
global sebagai akibat peningkatan pendapatan dunia dan peraturan-peraturan mengenai
perdagangan internasional. Misalnya perubahan struktur ekspor indonesia selama masa Orde
Baru dari komoditas primer ke ekspor manufaktur.
25
6. KESIMPULAN
Dilihat secara makro-sektoral [berdasarkan kontribusi sektor-sektor produksi (lapangan usaha)
dalam membentuk produk domestik bruto] perekonomian Indonesia - yang hingga tahun 2012
sudah berstruktur industrial. Berdasarkan data laju pertumbuhan dan distribusi PDB Tahun 2008-
2012 menurut BPS telah menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya menyumbang 14,44%
terhadap PDB sehingga Indonesia tidak bisa lagi dikatakan negara agraris. Hal penting yang
patut dicatat ialah bahwa penurunan peran sektor pertanian bukanlah cerminan kemunduran
absolut sektor itu. Sektor pertanian hanya menurun secara relatif.
Keindustrian struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya belum sejati, masih sangat dini.
Keindustriannya barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam membentuk produk domestik
bruto atau pendapatan nasional. Keindustrian yang ada belum didukung dengan kontribusi
sektoral dalam menyerap tenaga atau angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral dalam
menyumbang pendapatan dan dalam menyerap pekerja ini dihadapkan atau diperbandingkan,
maka struktur ekonomi Indonesia secara makro-sektoral ternyata masih dualistis. Mengapa?
Karena dari segi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian hingga saat ini masih merupakan
sektor utama sumber kehidupan rakyat.
Sampai dengan tahun 2012 bulan Februari, sebagian besar rakyat Indonesia (39,96 dari
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja) masih menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian. Sementara sektor industri pengolahan hanya menyerap 14,78% tenaga kerja. Fakta ini
agaknya membenarkan kembali tesis Boeke, seorang ekonom Belanda, yang pernah menyatakan
bahwa perekonomian Indonesia berstruktur dualistis. Hanya saja, dualisme yang berlangsung
sekarang tidak sepenuhnya identik dengan dualisme yang dulu dikemukakannya.
Jadi, ditinjau secara makro-sektoral struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya masih dualistis.
Sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk masih sektor pertanian. Dalam kaitan
ini berarti struktur tersebut masih agraris akan tetapi, penyumbang utama pendapatan nasional
adalah sektor industri pengolahan. Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut sudah industrial.
Semua itu berarti bahwa secara makro-sektoral ekonomi Indonesia baru bergeser dari struktur
yang agraris ke struktur yang industrial.
26
DAFTAR PUSTAKA
Dumairy ,1996: Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Yogyakarta
www.bps.go.id
www.google.co.id
www.wikipedia.com
27