Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Manajemen Motivasi 17 (2021) 10-17

JurnalManajemen
otivasi motivan
t
gem
JournalOfM

E-ISSN: 2407- 5310


P-ISSN: 2085- 1596

Fak tor Per ti m ba ng an Masy araka t Me m ili h Da f tar E fek Syar iah
Fe n ni S up r ia di , D ed i Ha ri ya nt o

Ide n ti fikas i M an aje m en As e t dan K iner ja Ke uan ga n Ter ha dap N il ai Pasar


Pa da Per usa haa n P rop ert i Ya ng Ter da f tardi Burs a E f ek In do nesi a
Sa nt y M ay da B at ub ara

Pe ng aruh P DR B , P en did ika n dan P eng an ggur an Terh ad ap Ke mi skin an


diKa bu pa ten S a mbas
Ura y Di an No vit a, Nu r Ist i qa m a h

Ma na je me n Kin erj a, Ke adi la n dan K iner ja Kary aw an Pad a P T. S unpr i ma


Nusa nt ara Pe m bia yaa n ( Co lu mb ia Fin anc e) P on ti anak
Ud i n Ri na l d i, Tri D ia na , A n di n i Tr i an a De w i

Pe ng aruh B aura n P e mas ara n Ter ha dap K epu tus an Ko nsu m en Me m bel i M ob il
Hon da Pad a Ho nd a Daya M ot or di K ot a Pon ti an ak
S u m iy ati , J aka ri a

Pe ng aruh S tress K erja Ter had ap Ki nerj a P eg awa i Pen jag a da n Teknis i S ara na
Ba n tu Nav ig asi Pel ayar an Pa da Ka nt or Dis trik N avi gasi K elas I II P on tia nak
Dev i Yas m i n , A lfi a n Y u da Pr ase ti yo

Pe ng aruh Pr o mosi Ter had ap Ke pu tus an Ma hasis wa Me m il ih Pro gra m St ud i


Bu di daya P erika na n P oli te knik N eg eri Po nt ian ak
Sa m s u dd i n , E n da n g S eti ya n in g si h

Pe ng aruh Re turn On Asse t, Re turn On E qui ty d an Ear nin g P er Shar e Terh ada p

www.openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/jm_motivasi
Ret urn Sa ha m Pe m be nt uk I ndeks K o mpa s 100
De di H ar iy ant o , A bd ur ra h m an
9 7 7 2 4 D7 5 3 1 D D5

EK ON OM I && BI S NI S
E
J
IN
D
U
T
S
M
A
G
O
R
P
Volume 13,No:1 (2017); Juni
Un i ve rs i ta s M uh amm ad iy a h Pon tia na k

Preferensi Mahasiswa dalam Menggunakan Quick Response Code


Indonesia Standard (QRIS) sebagai Teknologi Pembayaran

Risma Arum Azzahroo a,*, Sri Dwi Estiningrum a


a
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Tulungagung, Indonesia

INFO ARTIKEL ABSTRAK

Kata Kunci: Sistem pembayaran berbasis digital telah menambah variasi dari model hingga
Fintech;
interaksi pembayaran. Penggunaan sistem pembayaran kode QR (Quick Response)
QRIS;
UTAUT. merupakan sistem yang sedang popular saat ini. Pada tanggal 1 Januari 2020, Bank
Indonesia resmi merilis standar untuk penggunaan kode QR Indonesia dengan nama
Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS). Salah satu alasan diadakannya
peluncuran kanal pembayaran ini karena para pedagang ketika dalam bertransaksi
non-tunai harus menyediakan banyak kode QR dari berbagai penerbit.Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi niat
menggunakan QRIS sebagai teknologi pembayaran berdasarkan identifikasi faktor-
faktor pada Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT).
Model penelitian ini menggunakan 98 tanggapan responden dari penyebaran
kuesioner melalui google form. Data dianalisis menggunakan Partial Least Squares
Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Hasil penelitian ini menunjukkan
ekspektasi kinerja dan kondisi yang memfasilitasi memiliki pengaruh terhadap minat
menggunakan QRIS sebagai teknologi pembayaran. Ekspektasi usaha dan pengaruh
sosial bukanlah prediktor signifikan yang mempengaruhi minat menggunakan QRIS.

1. Pendahuluan

Persaingan dalam sebuah bisnis akan berhasil jika didukung dengan perkembangan teknologi yang pesat dari tahun ke
tahun. Inovasi yang dihasilkan dari teknologi memberikan banyak manfaat dan kemudahan bagi manusia untuk melakukan
berbagi aktivitasnya (Ngafifi, 2014). Perkembangan teknologi hadir untuk menjawab berbagai tantangan di era digital.
Teknologi yang semakin berkembang juga sudah memasuki ranah keuangan dan sistem pembayaran. Sistem pembayaran yang
berbasis digital dapat memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya yang beraneka ragam serta menjalani kehidupan
menjadi lebih efektif dan efisien (Tarantang,2019).

*Corresponding author.
E-mail addresses: rismaazzahroo99@gmailcom

https://doi.org/10.29406/jmm.v17i1.2800
2407-5310/Jurnal Manajemen Motivasi 2021

10
R.A. Azzahroo; S.D. Estiningrum. Jurnal Manajemen Motivasi 17 (2021) 10-17

Perkembangan teknologi yang sangat pesat ditandai dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi seperti
yang terjadi pada zaman modern saat ini. Sarana dan prasarana di berbagai negara sudah banyak memanfaatkan
kecanggihan teknologi yang diciptakan. Begitu juga di Indonesia yang saat ini sudah memasuki era digital ditandai
dengan peningkatan penggunaan internet oleh masyarakat. Pada tahun 2020 jumlah pengguna internet di Indonesia
sudah mencapai 175,4 juta orang, sementara total jumlah penduduk di Indonesia sekitar 272,1 juta orang. Maka,
dapat dikatakan bahwa 64% dari total penduduk Indonesia telah merasakan akses ke dunia maya. Dibandingkan
dengan data pada tahun 2019, jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat sekitar 17% atau sebesar 25 juta
pengguna (www.apjii.or.id).
Pertumbuhan ekonomi digital merupakan bentuk implementasi antara teknologi dan informasi yang diwujudkan dalam
bentuk pembayaran non-tunai. Perkembangan teknologi dan informasi menghasilkan inovasi dalam layanan keuangan yang
disebut dengan Financial Technology (Fintech). Percepatan inklusi keuangan serta pertumbuhan ekonomi digital suatu negara
akan semakin mudah dengan adanya fintech ini (Sihaloho, 2020). Sektor pembayaran merupakan salah satu bentuk
pertumbuhan fintech tertinggi di Indonesia (Wijaya, 2019). Hal ini juga didukung oleh Bank Indonesia dengan mencanangkan
Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Gerakan ini gencar dilakukan untuk menjawab tantangan era digital dengan tujuan
untuk mnegedukasi masyarakat bahwa metode transaksi digital memiliki banyak manfaat yakni efisien, cepat, nyaman, mudah,
dan aman (Muzdalifa, 2018).
Model serta interaksi pembayaran yang bervariasi sudah banyak ditawarkan dalam sistem pembayaran berbasis digital
(Fandiyanto, 2019). Penggunaan sistem pembayaran kode QR (Quick Response) merupakan sistem yang sedang popular saat
ini. Pada umunya, inovasi yang diciptakan pada metode pembayaran e-wallet yakni menggunakan kode QR Teknologi kode QR
dianggap sebagai cara yang inovatif dan dapat memberi kemudahan dalam berbagai kegiatan sistem yang ada karena
memberikan kecepatan pendataan. Keunggulan yang dimiliki kode QR diantaranya adalah penyimpanan dan pemanfaatan data
yang akurat serta keunggulan fisik yang dapat bertahan lama (Akbar et al., 2019). Dengan memperhatikan keunggulan dan
efisiensi dari kode QR tersebut, maka Bank Indonesia membuat standar kode QR sebagai teknologi yang digunakan dalam
metode pembayaran.
Pada tanggal 1 Januari 2020, Bank Indonesia resmi merilis standar untuk penggunaan kode QR Indonesia dengan nama
Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS). Merchant yang selalu menyediakan banyak kode QR dari berbagai penerbit
ketika pelaggan ingin bertransaksi non-tunai merupakan latar belakang diluncurkannya kanal pembayaran ini. Penggunaan
QRIS ini dapat diterapkan pada aplikasi-aplikasi pembayaran yang telah terinstall di smartphone dan terhubung dengan koneksi
internet. Aplikasi-aplikasi yang dimaksud ialah e-wallet (dari penerbit perbankan maupun non perbankan) yang digunakan
sebagai instrumen pembayaran berbasis server yang sudah mendapatkan izin dari Bank Indonesia (www.bi.go.id).
Pembayaran dengan metode QRIS ini sangat didukung dengan keberadaan telepon pintar yang sudah dimiliki oleh
sebagian besar masyarakat. Smartphone sendiri saat ini sudah menjadi sebuah barang dengan tingkat kebutuhan tinggi yang
penting bagi setiap orang. Berdasarkan laporan terbaru We Are Social, pada tahun 2020 masyarakat Indonesia yang memiliki
smartphone sebanyak 338,2 juta. Sedangkan total populasi penduduk Indonesia ialah 272,1 juta jiwa. Jika dipresentasikan,
maka 124% dari penduduk Indonesia telah memiliki smarthphone (www.wearesocial.com). Hal ini memiliki makna bahwa
smarthpone yang dimiliki lebih banyak daripada populasi penduduk itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa setiap orang bisa
memiliki lebih dari satu smartphone.
Implementasi QRIS di Indonesia tidak hanya berlaku pada para pedagang yang sudah memiliki skala usaha besar saja,
namun mahasiswa yang memiliki bisnis dengan skala kecil bisa menggunakan QRIS ini sebagai metode pembayaran. Hal
tersebut yang mendasari penelitian ini untuk mengetahui tentang penerimaan mahasiswa mengenai penerapan QRIS sebagai
teknologi untuk melakukan transaksi pada dompet digital, serta untuk mengetahui terlaksananya tujuan perilisan QRIS sebagai
teknologi pembayaran non-tunai. Ketersediaan berbagai opsi metode pembayaran yang standar seperti menggunakan kartu
kredit atau debit, transfer bank serta melakukan transaksi secara tunai, menjadikan QRIS belum begitu dikenal dan digunakan.
Mahasiswa jurusan Perbankan Syariah IAIN Tulungagung yang merupakan generasi milenial diharapkan dapat memahami
pembayaran digital dengan menggunakan kode QR pembayaran yang terstandarisasi, sekaligus turut menjadi endorser dalam
menyuarakan QRIS kepada masyarakat luas.
Terdapat beberapa model yang dapat digunakan sebagai acuan penelitian mengenai penerimaan teknologi. Salah satunya
ialah model UTAUT adalah model penerimaan dan penggunaan teknologi yang dicetuskan oleh Venkatesh et al. (2003).
UTAUT disusun atas empat konstruk penentu langsung yang bersifat signifikan terhadap minat pemanfaatan dan penggunaan
sistem informasi, yaitu: ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, pengaruh sosial serta kondisi yang memfasilitasi (Venkatesh et al.,
2003). Tersusun atas teori-teori dasar mengenai penerimaan dan perilaku penggunaan teknologi, UTAUT menyatukan
karakteristik terbaik yang berasal dari delapan teori penerimaan teknologi lainnya. UTAUT terbukti hingga 70% lebih berhasil
dalam menjelaskan varian niat menggunakan teknologi dibandingkan kedelapan teori yang lain (Pertiwi, 2017).

11
R.A. Azzahroo; S.D. Estiningrum. Jurnal Manajemen Motivasi 17 (2021) 10-17

2. Kajian Pustaka

2.1. Financial Technology

Financial Technology (Fintech) merupakan pengembangan baru industri jasa keuangan berupa konsep yang
mengadaptasi perkembangan teknologi yang dipadukan dengan bidang finansial yang di dalamnya terdapat inovasi dengan
harapan bisa menghadirkan proses transaksi keuangan yang lebih efektif, efisien, aman, serta modern (Marginingsih, 2019).
Teknologi keuangan yang bergerak pada layanan keuangan diartikan sebagai entitas yang memadukan teknologi dengan fitur
jasa keuangan, sehingga sering dianggap sebagai creative disruption di pasar keuangan yang merubah tatanan yang ada
sebelumnya. Fintech menawarkan layanan produk keuangan yang lebih menguntungkan dengan proses yang memudahkan bagi
konsumen. Kehadiran fintech menciptakan sebuah industri keuangan dengan biaya yang lebih murah, kualitas layanan
keuangan yang lebih baik serta menciptakan lingkungan keuangan yang lebih beragam namun stabil (Rumondang, 2019).

2.2. Kode QR (Quick Response)

Kode QR adalah suatu jenis kode matriks atau kode batang dua dimensi yang dikembangkan oleh Denso Wave, sebuah
divisi Denso Corporation yang merupakan sebuah perusahaan Jepang dan dipublikasikan pada tahun 1994 dengan
fungsionalitas utama yaitu dapat dengan mudah dibaca oleh alat pemindai. QR merupakan singkatan dari Quick Response atau
respons cepat, yang sesuai dengan tujuannya adalah untuk menyampaikan informasi dengan cepat dan mendapatkan respons
yang cepat pula. Berbeda dengan kode batang, yang hanya menyimpan informasi secara horizontal, kode QR mampu
menyimpan informasi secara horizontal dan vertikal, oleh karena itu secara otomatis kode QR dapat menampung informasi
yang lebih banyak (Mulyana, 2018). Ketika melakukan transaksi pembayaran, kode QR memuat beberapa data dan informasi
pengguna, nominal pembayaran, serta mata uang yang dapat dibaca dengan alat tertentu (www.bi.go.id).

2.3. QRIS (Quick Response Cide Indonesia Standard)

QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard) adalah standar QR Code pembayaran untuk sistem pembayaran
Indonesia yang dikembangkan oleh Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI)
(www.bi.go.id).Sebelum diberlakukannya QRIS, merchant harus menyediakan beberapa aplikasi pembayaran di tokonya.
Konsumen yang membayar secara non tunai, harus memastikan bahwa aplikasi pembayaran yang dimilikinya harus tersedia
pada merchant. Namun, dengan diberlakukannya QRIS merchant tidak perlu mempersiapkan banyak aplikasi pembayaran,
hanya menyediakan satu QR Code di toko dan QR Code dapat di-scan oleh konsumen dengan berbagai aplikasi pembayaran di
smartphone (Sihaloho, 2020).
Bank Indonesia mengusung tema “UNGGUL” dari adanya QRIS ini. Maksud dari “UNGGUL” ini ialah:
a. Universal. Universal di sini memiliki makna bahwa QRIS bisa diguunakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan dapat
digunakan di dalam negeri maupun luar negeri.
b. Gampang. Transaksi dapat dilakukan dengan mudah dan aman dalam satu genggaman.
c. Untung. QRIS sangat efisien, hanya dengan satu kode QR dapat digunakan untuk semua aplikasi.
d. Langsung. Sistem pembayaran bisa dilaukan dengan cepat dan seketika.

2.4.Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

Model UTAUT merupakam sebuah model berbasis teori yang dikembangkan oleh Venkatesh, et al. pada tahun 2003.
Model ini menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan individu terhadap teknologi informasi (Venkatesh et
al., 2003). Fator-faktor tersebut antara lain:
a. Ekspektasi Kinerja. Ekspektasi Kinerja merupakan sejauh mana persepsi seseorang terhadap manfaat teknologi yang
digunakan (Venkatesh et al., 2003). Seseorang memiliki persepsi bahwa dengan menggunakan teknologidapat membantu
mereka dalam menyelesaikan proses pembayaran dengan cepat, akan menaikkan produktivitas dan akan mengembangkan
kinerja (Nugroho, 2017).
b. Ekspektasi Usaha. Ekspektasi Usaha didefinisikan sebagai tingkatan kemudahan penggunaan sistem yang dapat
membantu mengurangi upaya (tenaga dan waktu) individu tersebut dalam menyelesaikan pekerjaannya (Venkatesh et al.,
2003). Kemudahan dalam penggunaan dapat menimbulkan perasaan minat dalam diri seseorang bahwa sebuah teknologi
mempunyai kegunaan dan menimbulkan rasa nyaman saat menggunakannya (Sa’idah, 2017).
c. Pengaruh Sosial. Pengaruh Sosial menggambarkan bahwa seseorang menggunakan suatu teknologi karena adanya
dorongan dari orang-orang sekitar (Harsono, 2014).
d. Kondisi yang Memfasilitasi. Kondisi yang Memfasilitasi merujuk pada persepsi seseorang tentang sumber daya dan
dukungan yang tersedia untuk menggunakan teknologi (Venkatesh et al., 2003).
12
R.A. Azzahroo; S.D. Estiningrum. Jurnal Manajemen Motivasi 17 (2021) 10-17

3. Metode Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif asosiatif. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih. Populasi penelitian ialah Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah IAIN Tulungagung
yang berjumlah 1.216 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Ukuran sampel minimun
dalam penelitianPLS-SEM ialah 5 kali jumlah indikator untuk mengukur variabelnya (Solimun, 2002). Sehingga data minimum
yang harus diperoleh dalam penelitian ini ialah 90 data. Sumber data yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh
peneliti melalui penyebaran kuesioner melalui google form.
Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Ekspektasi Kinerja (EK), Ekspektasi Usaha (EU),
Kondisi yang Memfasilitasi (KM), dan Pengaruh Sosial (PS). Variabel Dependen yang digunakan ialah Minat (M)
menggunakan QRIS. Instrumen penelitian berupa butir-butir pertanyaan yang diadopsi dari penelitian Venkatesh, et al. yang
sudah disesuaikan dengan teknologi QRIS. Pertanyaan yang disebarkan terdiri dari empat buah pertanyaan yang mencerminkan
indikator pada variabel EK, empat pertanyaan yang mencerminkan indikator EU, empat pertanyaan yang mencerminkan
indikator KM, tiga pertanyaan yang mencerminkan indikator PS, dan tiga pertanyaan yang mencerminkan indikator M.Setiap
pertanyaan diukur menggunakan Skala Likert. Teknik analisis data menggunakan analisis PLS-SEM yang diolah dengan
bantuan alat analisis SmartPLS versi 3.

4. Hasil dan Pembahasan


Jumlah data primer yang terkumpul sebanyak 98 responden. Data tersebut terdiri dari 15% laki-laki dan 85%
perempuan. Responden terbanyak merupakan mahasiswa semester 8 dengan jumlah 79 orang, Mahasiswa semester 6 sebanyak
10 orang, dan Mahasiswa semester 4 sebanyak 9 orang. Analisis data pada PLS-SEM dilakukan dengan membagi pengujian
menjadi dua bagian, yaitu Evaluation of Measurement Model dan Evaluation of Structural Model.

4.1.Evaluation of Measurement Model (Model Pengukuran)


Evaluation of Measurement Model menggambarkanhubungan antara construct dengan indikator-indikatornya. Model
pengukuran digunakan untuk mengevaluasi data untuk menentukan validitas dan reliabilitas. Dalam pengujian model pengukuran
adadua pengujian validitas, yaitu convergent validity dandiscriminantvalidity.

4.1.1 Uji Convergent Validity


Uji Convergent Validity pada evaluasi model pengukuran dilihat dari hasil nilai outer loadings dan menggunakan
parameter AVE. Untuk penelitian konfirmatori batas outer loadings yang digunakan ialah 0,7. Sedangkan untuk penelitian
eksplanatori batas outer loadings yang digunakan ialah 0,6. Untuk penelitian pengembangan batas outer loadings sebesar 0,5.
Dalam penelitian ini batas outer loadings yang digunakan ialah 0,7.

Gambar 1.
Hasil Estimasi Model Keseluruhan

Berdasarkan analisis data di atas, ada beberapa indikator yang yang memiliki nilai outer loadings dibawah 0,7 sehingga
dinyatakan tidak valid dan harus dihapus dari model. Hasil estimasi setelah menghapus beberapa indikator dari model ialah
sebagai berikut:

13
R.A. Azzahroo; S.D. Estiningrum. Jurnal Manajemen Motivasi 17 (2021) 10-17

Gambar 2.
Hasil Estimasi Model Valid

Berdasarkan hasil estimasi model pada gambar di atas, seluruh indikator telah memiliki nilai outer loadingsdi atas 0,7
sehingga model telah memenuhi syarat validitas convergent validity. Selain dengan melihat nilai outer loadingsmasing-masing
indikator, convergent validity juga dinilai dari nilai AVE masing-masing konstruk, model dinyatakan telah memenuhi
convergent validity jika nilai AVE masing-masing konstruk > 0,5.

Tabel 1. Nilai Average Variance Extracted (AVE)

Variabel Average Variance Extracted (AVE)


Ekspektasi Kinerja 0,730
Ekspektasi Usaha 0,704
Kondisi yang Memfasilitasi 1,000
Pengaruh Sosial 0,743
Minat 0,683

Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas, nilai AVE seluruh konstruk variabel telah melebihi 0,5 yang menunjukkan
bahwa seluruh indikator pada masing-masing konstruk telah memenuhi kriteria convergent validity yang disyaratkan.

4.1.2 Uji Discriminant Validity


Uji discriminant validity dilakukan untuk memastikan bahwa setiap konsep dari masing variabel laten berbeda dengan
variabel lainnya. Model mempunyai discriminant validity yang baik jika nilai korelasi antara variabel dengan variabel itu
sendiri lebih besar daripada nilai korelasi antara variabel tersebut dengan variabel lainnya.

Tabel 2. Nilai Discriminant Validity

EK (XI) EU (X2) KM (X3) PS (X4) M (Y)


EK (X1) 0,854
EU (X2) 0,691 0,839
KM (X3) 0,483 0,507 1,000
PS (X4) 0,349 0,251 0,342 0,862
M (Y) 0,609 0,497 0,513 0,312 0,826

Hasil uji discriminant validitypada tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh konstruk telah memiliki nilai di atas nilai
korelasi dengan konstruk lainnya sehingga dapat disimpulkan bahwa model telah memenuhi discriminant validity.

14
R.A. Azzahroo; S.D. Estiningrum. Jurnal Manajemen Motivasi 17 (2021) 10-17

4.1.3 Uji Reliabilitas


Item yang dijadikan patokan sebagai parameter pengujianreliabilitas adalah nilai cronbach’s alpha dan composite
reliability. Nilai cronbach’s alphadan composite reliabilityyang disarankan adalah lebih dari 0,7.

Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha Composite Reliability


Ekspektasi Kinerja 0,877 0,915
Ekspektasi Usaha 0,858 0,905
Kondisi yang Memfasilitasi 1,000 1,000
Pengaruh Sosial 0,834 0,896
Minat 0,768 0,866

Hasil uji reliabilitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh konstruk telah memiliki nilai composite reliability >
0,7 dan cronbach’s alpha > 0,7 yang menunjukkan bahwa seluruh konstruk telah memenuhi reliabilitas yang disyaratkan.

4.2.Evaluation of Structural Model (Model Struktural)


Evaluation of Structural Model diuji dengan Inner Model Test. Inner Model adalah model yang menunjukkan hubungan
antar variabel dalam model penelitian. Tahapan pengujian pada inner model dilakukan berdasarkan PathValue, Coefficient of
Determination (R Square), dan Uji T-Statistik. Penarikan kesimpulan terhadap hipotesis dilakukan dengan perbandingkan
tingkat error pada penelitian ini dengan nilai p-value. Tingkat error pada penelitian ini adalah sebesar 5%. Hipotesis dikatakan
diterima jika nilai p-value lebih kecil dari tingkat errornya (p-value < 0.05). Selain p-value, pengujian hipotesis juga dapat
dilihat pada nilai T-Statistika. Terdapat hubungan positif antara variabel independen dan variabel dependen jika nilai T-
Statistika lebih besar dari 1,96 (T-Statistic> 1.96).
Evaluasi model struktural juga dapat dilakukan dengan melakukan Uji Coefficient of Determination (R Square). R
Square digunakan untuk menunjukkan seberapa kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel
dependen (Y) memiliki nilai R Square sebesar 0,438 yang artinya EK, EE, KM, dan PS mampu menjelaskan pengaruh terhadap
variabel 43% sedangkan 57% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk.

Tabel 4. Hasil Inner Model Test

Hipotesis P-Value T-Statistics Simpulan


H1: Ekspektasi Kinerja berpengaruh terhadap Minat menggunakan QRIS 0,001 3,387 Diterima
H2: Ekspektasi Usaha berpengaruh terhadap Minat menggunakan QRIS 0,642 0,465 Ditolak
H3: Kondisi yang Memfasilitasi berpengaruh terhadap Minat mengunakan QRIS 0,005 2,846 Diterima
H4: Pengaruh Sosial berpengaruh terhadap Minat menggunakan QRIS 0,494 0,685 Ditolak

Berdasarkan Tabel 4 dapat diperoleh hasil sebagai berikut:


a. H1: Ekspektasi Kinerja berpengaruh positif terhadap Minat. Hal ini menunjukkan bahwa Ekspektasi Kinerja
berpengaruh signifikan terhadap Minat menggunakan QRIS sebagai teknologi pembayaran. Hasil ini sejalan dengan
penelitian Pertiwi (2017) bahwa pengguna percaya bahwa metode pembayaran mobile dapat meningkatkan kinerja
kerjanya sehingga pengguna merasa yakin akan mendapatkan manfaat maupun cukup membantu dalam menyelesaikan
proses pembayaran dengan cepat serta meningkatkan produktivitas para konsumen.
b. H2: Ekspektasi Usaha tidak berpengaruh terhadap Minat. Hal ini menunjukkan bahwa Ekspektasi Usaha bukanlah
prediktor signifikan yang mempengaruhi Minat menggunakan QRIS sebagai teknologi pembayaran. Hasil ini sejalan
dengan penelitian Nayanti (2020) bahwa Ekspektasi Usaha tidak berpengaruh terhadap Minat menggunakan QRIS.
Pengguna merasa belum yakin untuk dapat mengoperasikan berbagai fitur pembayaran digital dengan menggunakan QRIS.
c. H3: Kondisi yang Memfasilitasi berpengaruh positif terhadap Minat. Hal ini menunjukkan bahwa Kondisi yang
Memfasilitasi berpengaruh signifikan terhadap Minat menggunakan QRIS sebagai teknologi pembayaran. Hasil ini sejalan
dengan penelitian Faridhal (2019) bahwa Kondisi yang Memfasilitasi mempengaruhi minat menggunakan e-wallet.
Responden yang merupakan mahasiswa dengan rata-rata usia 18-22 tahun memiliki smartphone dengan berbagai tipe dan

15
R.A. Azzahroo; S.D. Estiningrum. Jurnal Manajemen Motivasi 17 (2021) 10-17
juga dukungan fasilitaskoneksi internet jaringan cepat 3G maupun 4G. Sumber daya tersebut dapat mendukung
pembayaran digital menggunakan QRIS.
d. H4: Pengaruh Sosial tidak berpengaruh terhadap Minat. Hal ini menunjukkan bahwa Pengaruh Sosial bukanlah
prediktor signifikan yang mempengaruhi Minat menggunakan QRIS sebagai teknologi pembayaran. Hal ini senada dengan
penelitian Nugroho (2017) bahwa Pengaruh Sosial tidak mempengaruhi minat menggunakan mobile payment.

5. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat simpulkan bahwa Ekspektasi Kinerja (EK) dan Kondisi
yang Memfasilitasi (KM) berpengaruh positif signifikan terhadap Minat penggunaan QRIS sebagai teknologi pembayaran
digital. Semakin meningkatnya pengguna smartphone dengan berbagai tipe yang semakin canggih, dapat membantu
menyelesaikan pembayaran dengan cepat sehingga diperkirakan pengguna digital payment dengan teknologi QRIS akan
meningkat dengan pesat. Ekspektasi Usaha (EU) dan Pengaruh Sosial (PS) bukanlah prediktor signifikan yang mempengaruhi
pengguaan teknologi QRIS. Teknologi QRIS yang cenderung masih baru dan belum populernya di kalangan mahasiswa
membuat responden masih ragu untuk dapat mengoperasikan digital payment dengan teknologi QRIS.
Bank Indonesia sebagai peluncur teknologi pembayaran QRIS diharapkan untuk gencar melakukan sosialisasi kepada
masyarakat luas agar QRIS lebih dikenal dan diminati. Bagi Mahasiswa jurusan Perbankan Syariah IAIN Tulungagung yang
merupakan generasi milenial diharapkan dapat memahami pembayaran digital dengan menggunakan kode QR pembayaran
yang terstandarisasi, sekaligus turut menjadi endorser dalam menyuarakan QRIS kepada masyarakat luas. Bagi peneliti
selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dalam bidang teknologi pembayaran, penelitian ini masih memiliki berbagai
keterbatasan. Pertama, penelitian ini hanya fokus meneliti minat menggunakan QRIS pada pengguna potensial atau calon
pengguna saja. Kedua, penelitian ini hanya melihat dari sudut pandang konsumen. Minat menggunakan juga tergantung dari
ketersediaan opsi metode pembayaran yang disediakan oleh merchant, oleh karena itu penelitian selanjutnya seharusnya
melihat juga dari sudut pandang merchant.

Referensi

Akbar, Ricky, et al. (2019). Perancangan Aplikasi Pembayaran Non Tunai untuk Pengelolaan Bisnis Pencucian Mobil dengan
Memanfaatkan Teknologi QR Code (Studi Kasus: Oto Pro Car Wash & Detailling Padang). Seminar nasional Sains dan
Teknologi 2019.

Fandiyanto, Randika. (2019). Transformasi Sistem Pembayaran elektronik di Indonesia dan Implikasinya terhadapKemajuan
Bisnis Kreatif Berbasis Daring di Wilayah Eks-Keresidenan Besuki. Prosding The 5th Seminar Nasional dan Call for
Paper 2019.

Faridhal, Mazaya. (2019).Analisis Transaksi Pembayaran Nontunai melalui E-Wallet: Perspektif dari Modifikasi Model Unified
Theory Of Acceptance And Use Of Technology 2. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya. Vol. 7, No. 2.

Harsono, dan Suryana L.A (2014). Factors affecting the use behavior of social media using UTAUT 2 model. Proceedings of
the First Asia-Pacific Conference on Global Business, Economics, Finance and Social Sciences(AP14 Singapore
Conference).

Marginingsih, Ratnawaty. (2019). Analisis SWOT Technology Financial (Fintech) terhadap Industri Perbankan. Cakrawala-
Jurnal Humaniora. Vol. 19, No. 1.

Mulyana, Agus dan Hanhan Wijaya. (2018). Perancangan E-Payment System pada E-Wallet menggunakan
KodeQRBerbasis Android. Jurnal Sistem Komputer. Vol. 7, No. 2.

Muzdalifa, Irma, dkk. (2018). Peran Fintech dalam Meningkatkan Keuangan Inklusif pada UMKM di Indonesia. Jurnal
Masharif al-Syariah. Vol. 3, No. 1.

Nayanti, Rina. (2020). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penerimaan User terhadap Penerapan Quick Response Indonesia
Standard sebagai Teknologi Pembayaran pada Dompet Digital. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis. Vol. 25, No. 2.

Ngafifi, Muhammad. (2014). Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam perspektif Sosial Budaya. Jurnal
Pembangunan pendidikan. Vol. 2, No. 1.

Nugroho, Priyatmoko. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Niat Menggunakan Mobile payment dengan Pendekatan
Extended The Unified Theory of Acceptance and Use of Technology. Prosiding Seminar Nasional CITEE.

16
R.A. Azzahroo; S.D. Estiningrum. Jurnal Manajemen Motivasi 17 (2021) 10-17

Pertiwi, Yogi dan Dodik Arianto. (2017). Penerapan Model UTAUT2 untuk Menjelaskan Minat dan Perilaku Penggunaan
Mobile Banking di Kota Denpasar. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 18, No. 2.

Rumondang, Astri, dkk. (2019). Fintech: Inovasi Sistem Keuangan di Era Digital. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Sa’idah, Nurul. (2017). Analisis Penggunaan Sistem Pendaftaran Online (E-Health) Berdasarkan Unified Theory of Acceptance
and Use of Technology (UTAUT). Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia. Vol. 5, No. 1.

Sihaholo, Josef Evan. (2020). Implementasi Sistem Pembayaran Quick Response Indonesia Standard Bagi Perkembangan
UMKM di Medan. Jurnal Manajemen Bisnis. Vol. 17, No. 2.

Solimun. (2002). Multivariate Analysis Structural Equation Modelling (SEM) Lisrel dan Amos. Fakultas MIPA Universitas
Brawijaya.

Tarantang, Jefry, et al. (2019). Perkembangan Sistem Pembayaran Digital pada Era revolusi Industri 4.0 di Indonesia.
Jurnal Al- Qardh. Vol. 4, No. 1.

Venkatesh, et al. (2003). User Acceptance of Information Technology: Toward a Unified View. MIS Quarterly.

www.apjii.or.id

www.bi.go.id

www.wearesocial.com

17

Anda mungkin juga menyukai