Analisa Pencahayaan, Penyalur Petir, Tata Udara

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

8

8
Pencahayaan

-1
-1

3
3

-0
-0

-
24
24

24
Ruang Lingkup :

20
20

20
1,
1,

1,
Yang dimaksud dengan lingkup pencahayaan adalah: ●

a) Tingkat Pencahayaan

53

53
53

27
27

27
b) Kriteria Pencahayaan
R_

R_

R_
c) Pencahayaan Alami
BT

BT

BT
d) Pencahayaan Buatan
e) Serta Pencahayaan darurat
Peraturan dan acuan pencahayaan :
Instalasi Pencahayaan biasanya berdasarkan aturan pemerintah dan standarisasi Internasional
maupun nasional:

SNI 16- 7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di tempat kerja


SNI 6197:2020 Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1405/MENKES/SK/XI/2002


SNI 03-6197-2000
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan
Standar Nasional Indonesia 03-6197-2000 tentang Konservasi energi pada

sistem pencahayaan.
18

18
3-

3-
-0

-0

Kriteria Pencahayaan

-
24

24
24

Berikut Kriteria Pencahayaan berdasarkan Area Kegiatan.


20
20

20

1,


31

31
53

Area Kegiatan Tingkat


75

75
27

Penerangan
2

2
R_

R_

R_
Minimal (Lux)
BT
BT

BT
Penerangan darurat 5 lux

Penerangan untuk halaman dan jalan dalam lingkungan 20 lux


perusahaan

Pekerjaan yang membedakan barang kasar, seperti: 50 lux


· Mengerjakan bahan-bahan kasar
· Mengerjakan arang atau abu
· Mengerjakan barang-barang yang besar
· Mengerjakan bahan tanah atau batu
· Gang-gang, tangga di dalam gedung yang selalu dipakai
· Gudang-gudang untuk menyimpan barang-barang besar
dan kasar
8

8
-1

-1
3

3
-0

-0

-
24
24

24
20
20

20
1,


31

31
53

75
5

27
27

2
R_

R_
R_
BT
BT

BT
8

8
Area Kegiatan Tingkat

-1
-1

3
3

Penerangan

-0
-0

-
Minimal (Lux)

24
24

24
20
20

20
ekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara 100 lux

1,
1,

1,
sepintas, seperti:

53

53
53

27
27

27
· Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang
R_

R_

R_
setengah selesai
BT

BT

BT

· Pemasangan yang kasar


· Penggilingan padi
·

Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas
· Mengerjakan bahan-bahan pertanian
· Kamar mesin dan uap
· Alat pengangkut orang dan barang
· Ruang-ruang penerimaan dan pengiriman dengan
kapal
· Tempat menyimpan barang-barang sedang dan kecil
· Kakus, tempat mandi dan tempat kencing

Area Kegiatan Tingkat


18

18

Penerangan
3-

3-

Minimal
-0

-0

-
(Lux)
24

24
24


20
20

20
Pekerjaan perbedaan yang teliti daripada barang-barang kecil, 300 lux

1,


31

31
seperti:
53

75

75
27

· Pekerjaan mesin yang teliti


2

2
R_

R_

R_
· Pemeriksaan yang teliti
BT
BT

· Percobaan-percobaan yang teliti dan halus BT


· Pembuatan tepung
· Penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan katun
atau wol berwarna muda
· Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan

membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat

Area Kegiatan Tingkat


Penerangan
Minimal (Lux)

Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang halus dengan 500 – 1000


kontras sedang dan dalam waktu yang lama, seperti: lux
· Pemasangan yang halus
8

8
-1

-1

· Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus


3

3
-0

-0

· Pemeriksaan yang halus


24
24

24
20
20

20
1,


31

31
53

75
5

27
27

2
R_

R_
R_
BT
BT

BT
8

8
· Penyemiran yang halus dan pemotongan gelas kaca

-1
-1

3
3

· Pekerjaan kayu yang halus (ukir-ukiran)

-0
-0

-
24
24

24
· Penjahit bahan-bahan wol yang berwarna tua

20
20

20
· Akuntan, pemegang buku, pekerjaan steno, mengetik atau

1,
1,

1,
pekerjaan kantor yang lama dan teliti

53

53
53

27
27

27
R_

R_

R_
Pencahayaan Alami:
BT

BT

BT

a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.

Sumber pencahayaan ini dirasa kurang efektif dibandingkan dengan penggunaan


sumber pencahayaan buatan. Hal ini disebabkan karena matahari tidak dapat
memberikan intensitas cahaya yang tetap.

Untuk pencahayaan alami diperlukan jendela-jendela yang besar, dinding kaca,


dinding yang banyak dilubangi dan dapat diperkirakan akan membutuhkan biaya
yang mahal. Menurut Ehlers-Steel, untuk mendapatkan pencahayaan alami yang
18

18

cukup pada suatu ruangan diperlukan jendela sebesar 15 – 20% dari luas lantai
3-

3-
-0

-0

(Suma’mur, 1995).

-
24

24
24

20
20

20

1,


Menurut Sutanto (1999), keuntungan primer dari sinar matahari adalah
31

31

53

75

75
pengurangan terhadap energi listrik. Untuk memenuhi intensitas cahaya yang
27

2
R_

R_

R_
diinginkan, kita dapat memadukan pencahayaan alami dengan pencahayaan buatan.
BT
BT

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan pencahayaan alami dapat BT


memberikan keuntungan, yaitu:

 Variasi intensitas cahaya matahari


 Distribusi terangnya cahaya

 Efek dari lokasi, pemantulan cahaya dan jarak bangunan


 Letak geografis dan kegunaan Gedung

Pencahayaan Buatan;

Pencahayaan buatan
8

8
-1

-1

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
3

3
-0

-0

cahaya alami. Apabila pencahayaan alami tidak memadai atau posisi ruangan
24
24

24
20
20

20
1,


31

31
53

75
5

27
27

2
R_

R_
R_
BT
BT

BT
8

8
sedemikian rupa sehingga sukar dicapai oleh pencahayaan alami, maka dapat

-1
-1

3
3

digunakan pencahayaan buatan. Adapun fungsi pokok pencahayaan buatan di

-0
-0

-
24
24

24
lingkungan kerja, baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang

20
20

20
1,
1,

1,
dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut (Astuti, 2000):

53

53
53

27
27

27
1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail
R_

R_

R_

serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.
BT

BT

BT
2. Memungkinkan penghuni untuk berjalan dan bergerak secara mudah dan aman.
3. Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja.
4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata,

tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayang- bayang.


5. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.

Di samping hal-hal tersebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan


untuk suatu lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan
melengkapi pencahayaan alami.
Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang
18

18


3-

3-

membutuhkan tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum.


-0

-0

-
 Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior,
24

24
24


20
20

20
apakah menyebar atau terfokus pada satu arah.

1,


 Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian
31

31
53

ruangan yang diterangi atau tidak.


75

75
27

2
R_

R_

R_
 Warna yang akan digunakan dalam ruangan serta efek warna dari cahaya.
BT
BT

 Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi BT
atau rendah.

Tujuan pencahayaan di industri yang terpenting adalah tersedianya lingkungan


kerja yang aman dan nyaman dalam melakukan prosedur kerja, melakukan kontrol, ●

mengobservasi dan memelihara berbagai jenis peralatan (Elias, 1990). Untuk upaya
tersebut maka pencahayaan buatan perlu dikelola dengan baik dan dipadukan
dengan faktor-faktor penunjang pencahayaan di antaranya atap, kaca, jendela, dan
dinding agar dapat terciptanya tingkat pencahayaan yang dibutuhkan.

Berdasarkan SNI 03-6197-2000, contoh pencahayaan buatan meliputi:


 Pencahayaan khusus untuk bidang kedokteran
8

8
-1

-1

Fasilitas olahraga dalam ruangan (indoor)


3


-0

-0

 Pencahayaan untuk galeri, museum, dan monument


24
24

24
20
20

20
1,


31

31
53

75
5

27
27

2
R_

R_
R_
BT
BT

BT
8 Pencahayaan darurat

8
-1
-1
 Pencahayaan di bioskop, siaran TV, presentasi audio visual

3
3

-0
-0

-
24
24

24
20
20

20
1,
1,

1,
Pencahayaan Darurat:

53

53
53

27
27

27
lampu darurat (emergency luminaire). sebuah lampu yang di rancang untuk digunakan
R_

R_

R_
pada sistem pencahayaan darurat. Catatan : a). Sebuah tanda arah “Eksit”, dapat juga
BT

BT

BT
berfungsi sebagai sebuah lampu darurat apabila telah didesain untuk tujuan itu. b). Lampu
darurat dapat dikombinasikan dengan lampu pencahayaan normal atau dapat juga sebagai
unit lengkap yang terpisah.

KEBUTUHAN PENCAHAYAAN DARURAT


Penerangan darurat harus cukup bagi orang-orang untuk dapat keluar dari area
jika terjadi bencana agar standar penerangan darurat dapat dipenuhi. Pintu

masuk darurat membutuhkan tanda yang mengarahkan orang ke sana serta


lampu keluar darurat di atas pintu masuk. Setiap belokan yang mengarah ke
pintu keluar perlu diterangi juga. Harus ada sistem penerangan darurat yang
mencakup peraturan penerangan darurat menurut undang-undang Inggris
18

18
3-

3-

berikut ini:
-0

-0

-
24

24
24

20
20

20
setiap pintu masuk keberangkatan

1,


31

31
53

Risiko tergelincir (yaitu tangga)


75

75
27

2
Setiap perubahan dalam kursus Pertolongan pertama persediaan
R_

R_

R_
BT
BT

Alarm kebakaran dimatikan BT


Alat pemadam kebakaran
sumber daya
metode melarikan diri, seperti elevator
Crossover koridor Di luar setiap pintu keluar dan di sepanjang jalur evakuasi
eksterior
Sinyal keluar darurat ●

Tangga yang memberikan penerangan yang cukup untuk setiap tingkat


variasi ketinggian lantai
8

apartemen tanpa jendela dan toilet lebih besar dari 8 m2


-1

-1
3

alat untuk memadamkan api


-0

-0


24
24

24

Hubungi lokasi untuk alarm kebakaran


20
20

20
1,


31

31
53

75
5

27
27

2
R_

R_
R_
BT
BT

BT
8

8
Perangkat yang harus dimatikan dalam krisis

-1
-1

3
3

-0
-0

Zona di bangunan yang lebih besar dari 60 m2

-
24
24

24
20
20

20
1,
1,

1,
Penerangan darurat dalam bentuk apa pun harus berjalan pada 1 lumen. Lux

53

53
53

adalah satuan ukuran cahaya berdasarkan m2 pada jarak lilin yang menyala.

27
27

27
R_

R_

R_
Untuk meletakkan segala sesuatunya dalam perspektif, area tempat kerja
BT

BT

BT
biasanya diterangi sekitar 500 lux, dan 100 lux digunakan di lift, lorong, dan
tangga.

APA MODEL LAMPU DARURAT? ●

Penerangan darurat tersedia dalam beberapa variasi dan dapat digabungkan,


dipertahankan, atau tidak keduanya. Memilih berapa lama mereka tetap menyala
setelah pemadaman listrik seringkali menjadi pilihan.

LUMINOUS DARURAT YANG DIPERBARUI


18

18
3-

3-

Hal ini menunjukkan bahwa perlengkapan lampu darurat terintegrasi dengan


-0

-0

-
penerangan utama, dihubungkan dengan lampu lain, dan diatur menggunakan
24

24
24

20
20

20
penerangan biasa. Saat listrik padam, baterai yang terisi saat listrik menyala

1,


31

31
tetap menyalakan lampu darurat. Jika tidak diperlukan, itu juga dapat dimatikan
53

75

75
27

2
saat daya menyala. Rata-rata, baterai menghasilkan penerangan 10 persen lebih
R_

R_

R_
BT
BT

sedikit dari biasanya. BT

PENCAHAYAAN DARURAT BAREFOOT


Ini hanya untuk digunakan dalam keadaan darurat, jadi hanya menyala saat
aliran listrik terputus. Baterai diisi melalui listrik, dan ada lampu LED kecil yang
menyala dalam warna hijau. Karena jarang menyala, ia juga harus menjalani
pengujian rutin untuk memastikannya masih berfungsi. Biasanya, ini adalah ●

indikator keberangkatan.

PENCAHAYAAN DARURAT YANG DIGABUNGKAN


8

8
-1

-1
3

Biasanya ada dua lampu atau lebih, dan ini termasuk penerangan darurat yang
-0

-0


24
24

24

disimpan dan tidak dirawat. Sumber penerangan darurat biasanya digunakan


20
20

20
1,


31

31
53

75
5

27
27

2
R_

R_
R_
BT
BT

BT
8

8
untuk satu, sedangkan daya listrik digunakan untuk yang lain. Lampu darurat

-1
-1

3
3

-0
-0

dan sinyal keberangkatan dapat hidup berdampingan dalam satu sistem dengan

-
24
24

24
kombo ini, yang dapat disimpan atau tidak..

20
20

20
1,
1,

1,
53

53
53

Sistem Proteksi Petir

27
27

27
R_

R_

R_
BT

BT

BT
Ruang Lingkup :

Ruang lingkup penyalur petir pada pabrik mencakup beberapa aspek yang

penting untuk dipertimbangkan dalam penelitian dan implementasi:

1. Analisis Risiko: Melakukan evaluasi risiko terhadap potensi dampak petir


terhadap infrastruktur, peralatan, dan personel di dalam pabrik.

2. Perancangan Sistem: Menentukan desain sistem penyalur petir yang sesuai


18

18

dengan kebutuhan dan karakteristik pabrik, termasuk pemilihan jenis


3-

3-
-0

-0

-
24

24
24

penyalur, lokasi penempatan yang optimal, dan integrasi dengan infrastruktur


20
20

20

1,


yang ada.
31

31
53

75

75
27

2
3. Spesifikasi Teknis: Menentukan spesifikasi teknis untuk komponen-
R_

R_

R_
BT
BT

BT
komponen penyalur petir, seperti kabel penghantar, penangkap petir

(conductor), ground rod, dan perangkat perlindungan lainnya.

4. Implementasi dan Instalasi: Proses implementasi fisik sistem penyalur petir

di dalam pabrik, termasuk pemasangan perangkat penyalur petir dan koneksi

grounding yang sesuai. ●

5. Pemeliharaan dan Pengujian: Melakukan pemeliharaan rutin serta pengujian


8

terhadap sistem penyalur petir untuk memastikan kinerja optimal dan


-1

-1
3

3
-0

-0

-
24
24

24

keandalannya dalam menghadapi ancaman petir.


20
20

20


1,


31

31
53

75
5

27
27

2
R_

R_
R_
BT
BT

BT
8

8
6. Integrasi dengan Sistem Keselamatan: Menyelaraskan sistem penyalur petir

-1
-1

3
3

-0
-0

-
dengan sistem keselamatan keseluruhan pabrik, termasuk sistem proteksi

24
24

24
20
20

20
1,
1,

1,
terhadap kebakaran dan perlindungan terhadap bencana alam lainnya.

53

53
53

27
27

27
7. Pendidikan dan Pelatihan: Melakukan pelatihan kepada personel pabrik
R_

R_

R_
BT

BT

BT
mengenai pentingnya sistem penyalur petir, tindakan darurat dalam situasi

petir, dan pemeliharaan dasar terhadap sistem penyalur petir.


8. Kepatuhan terhadap Standar: Memastikan bahwa sistem penyalur petir yang


diimplementasikan mematuhi standar keselamatan petir yang berlaku, seperti

standar NFPA, IEC, atau BS.


18

18

Peraturan dan acuan penyalur petir:


3-

3-
-0

-0

-
24

24
24

20
20

20

1,


Di Indonesia, peraturan dan acuan terkait penyalur petir terutama diatur
31

31

53

75

75
27

dalam standar nasional dan peraturan teknis yang dikeluarkan oleh Badan
2

2
R_

R_

R_
BT
BT

Standardisasi Nasional (BSN) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan BT

Perumahan Rakyat (PUPR). Berikut ini adalah beberapa dokumen acuan dan

peraturan yang relevan:

1. SNI 03-6572-2001: Tata cara perancangan instalasi penangkal petir:

Standar Nasional Indonesia ini mengatur tata cara perancangan instalasi

penangkal petir yang meliputi pemilihan tipe penangkal petir, instalasi kabel
8

8
-1

-1

penyalur, dan pemasangan sistem grounding.


3

3
-0

-0

-
24
24

24
20
20

20
1,


31

31
53

75
5

27
27

2
R_

R_
R_
BT
BT

BT
8

8
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor

-1
-1

3
3

-0
-0

-
30/PRT/M/2019 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Penangkal Petir

24
24

24
20
20

20
1,
1,

1,
dan Instalasi Listrik Bangunan Gedung: Peraturan ini mengatur tata cara

53

53
53

27
27

27
penyelenggaraan perlindungan penangkal petir dan instalasi listrik di
R_

R_

R_
BT

BT

BT
bangunan gedung, termasuk persyaratan teknis dan administratif yang harus

dipatuhi.

3. Peraturan Menteri PUPR Nomor 15/PRT/M/2019 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Pemeliharaan Penangkal Petir dan Instalasi Listrik

Bangunan Gedung: Peraturan ini memberikan pedoman mengenai tata cara

pemeliharaan penangkal petir dan instalasi listrik di bangunan gedung untuk


18

18

memastikan kinerjanya tetap optimal.


3-

3-
-0

-0

-
4. Panduan Teknis Penyelenggaraan Perlindungan Penangkal Petir untuk
24

24
24

20
20

20

1,


Bangunan Gedung (dari Kementerian PUPR): Dokumen ini memberikan
31

31

53

75

75
27

panduan teknis lengkap tentang penyelenggaraan perlindungan penangkal


2

2
R_

R_

R_
BT
BT

petir di bangunan gedung, termasuk prosedur perancangan, instalasi, dan BT

pemeliharaan. ●

5. Standar Internasional IEC 62305: Perlindungan Penangkal Petir: Standar

internasional yang diterbitkan oleh International Electrotechnical Commission

(IEC) ini juga dapat dijadikan acuan dalam perancangan dan instalasi

penangkal petir.

Analisa Resiko:
8

8
-1

-1
3

3
-0

-0

-
24
24

24
20
20

20
1,


31

31
53

75
5

27
27

2
R_

R_
R_
BT
BT

BT
8

8
Analisi resiko adalah metode untuk menentukan suatu kebutuhan akan

-1
-1

3
3

-0
-0

proteksi pada bangunan terhadap kemungkinan kerusakan yang

-
24
24

24
diakibatkan oleh sambaran petir.” Perhitungan kebutuhan akan sistem

20
20

20
1,
1,

1,
proteksi sambaran petir dapat menggunakan standar-standar yang telah

53

53
53

ada yaitu International Electrotecnical Commision (IEC) 1024-1-1 dan

27
27

27
R_

R_

R_
Standar Peraturan Umum Instalusi Penyalur Petir (PUIPP). 1. Standar
BT

BT

BT
Peraturan Umum Instalasi Penyalur Petir (PUIPP) Menurut standar PUIPP
kebutuhan akan proteksi sambaran petir pada gedung dapat ditentukan

dengan memperhitungkan indeksindeks yang telah ditentukan menurut


kondisi yang ada di gedung itu berdiri. Perkiraan bahaya sambaran


petir (R) dapat ditentukan sebagai berikut: R = A + B. + C + D + E
(1) Keterangan:
A = Bahaya menurut penggunaan dan isi gedung
B = Bahaya menurut kontruksi Gedung
C = Bahaya menurut tinggi Gedung
18

18
3-

3-

D = Bahaya menurut situasi gedung


-0

-0

-
E = Bahaya menurut hari guruh
24

24
24

20
20

20
R = Perkiraan sambaran petir

1,



31

31
53

75

75
27

2
Tabel Bahaya Menurut Kegunaan Dan Isi Gedung (Indeks A)
R_

R_

R_
BT
BT

Kegunaan dan Isi Indeks A BT

Bangunan yang tidak perlu di



-10

proteksi baik Gedung maupun

isinya

Objek jarang digunakan seperti 0

Gudang,menara dsb.

Bangunan untuk kegiatan 1


8

8
-1

-1
3

3
-0

-0

sehari-hari
-
24
24

24
20
20

20
1,


31

31
53

75
5

27
27

2
R_

R_
R_
BT
BT

BT
8

8
Bangunan yang digunakan untuk 2

-1
-1

3
3

-0
-0

-
kegiatan penting , seperti

24
24

24
20
20

20
1,
1,

1,
Gedung pemerintahan

53

53
53

27
27

27
Bangunan yang terdapat banyak 3
R_

R_

R_

BT

BT

BT
orangnya ●

Bangunan yang sangat di



5

butuhkan dan berbahaya jika

terbakar

Bangunan mudah meledak 15

Tabel bahaya menurut konstruksi Gedung


18

18

Konstruksi Gedung Indeks B


3-

3-
-0

-0

-
Kontruksi terbuat dari bahan 0
24

24
24

20
20

20
yang mudah menghantarkan listrik

1,


31

31
1
53

Kontruksi menggunakan kerangka


75

75
27

2
besi dengan atap menggunakan
R_

R_

R_
BT
BT

bahan logam BT
Kontruksi bangunan menggunakan 2
besi dan atap tidak terbuat dari

bahan logam
Kontruksi terbuat dari kayu 3
dengan atap bukan logam

Table bahaya menurut tinggi Gedung

Tabel ketingggian Gedung Indeks C


8

(Meter)
-1

-1
3

3
-0

-0

6 0
24
24

24
20
20

20
1,


31

31
53

75
5

27
27

2
R_

R_
R_
BT
BT

BT
8

8
12 2

-1
-1

3
3

-0
-0

-
17 3

24
24

24
20
20

20
1,
1,

1,
25 4

53

53
53

27
27

27
35 5
R_

R_

R_

BT

BT

BT
50

6

70

7

100 8

140 9

200 10

Tabel Bahaya Menurut Lokasi Gedung (Indeks D)


.
18

18

Lokasi Gedung Indeks D


3-

3-
-0

-0

-
Berada di tanah lapang atau datar 0
24

24
24

20
20

20
Berada di perbukitan atau pegunungan 1

1,


dengan ketinggian 1000m
31

31
53

75

75
Berada dipuncak pegunungan yang 2
27

2
ketinggiannya lebih dari 1000 meter
R_

R_

R_
BT
BT

Tabel Bahaya Menurut Hari Guruh Setempat (Indeks E


BT
Guruh Pertahun Indeks E
2 0●

4 1
8 2
16 3
32 4
64 5
128 6
256 7
8

keadaan suatu gedung yang ingin dipasang sistem proteksi petir maka tingkat resiko dapat
-1

-1
3

ditentukan dengan menjumlahkan indeks - indeks diatas dan diperolehlah tingkat bahaya
-0

-0

juga tingkat proteksi yang dianjurkan untuk digunakan..


24
24

24
20
20

20
1,


31

31
53

75
5

27
27

2
R_

R_
R_
BT
BT

BT
8 Dengan berdasarkan table diatas , kondisi bangunan di Pt BTR Indonesia maka dapat

8
-1
-1
dianalisakan sebagai berikut

3
3

-0
-0

-
24
24

24
A : Bangunan yang terdapat banyak orangnya =3

20
20

20
1,
1,

1,
B: Kontruksi bangunan menggunakan besi dan atap tidak terbuat dari

53

53
53

27
27

27
bahan logam =2
R_

R_

R_

BT

BT

BT
C ketinggian 27.89m =5●

D Berada di tanah lapang atau datar =0

E indeks hari guruh Kendal 256 = 7


R=3+2+5+0+7= 17

Berdasarkan hasil Analisa diatas maka Pt BTR Diharuskan

mempunyai system penyalur petir.

Spesifikasi Teknis :
18

18
3-

3-
-0

-0

Area Proteksi

-
24

24
24

20
20

20

1,


31

31
53

75

75
27

2
R_

R_

R_
BT
BT

BT
8

8
-1

-1
3

3
-0

-0

-
24
24

24
20

20
20
1,


31

31
53

75
5

27
27

2
R_

R_
R_
BT
BT

BT
8

8
Speksifikasi Teknis :

-1
-1

3
3

-0
-0

-
 Penyalur Petir di tiap Gedung di hubungkan dengan Galvanized Hot dip 40x40.

24
24

24
20
20

20
 Penyalur Petir yang ada di outdoor di hubungan dengan galvanized hot dip 40x4 jika

1,
1,

1,
menyebarangi jalan maka akan di tambah proteksi dari pipa baju.

53

53
53

 Nilai resistensi dari penyalur petir tidak lebih dari 1 ohm

27
27

27
R_

R_

R_
BT

BT

BT
18

18
3-

3-
-0

-0

-
24

24
24

20
20

20

1,


31

31
53

75

75
27

2
R_

R_

R_
BT
BT

BT
8

8
-1

-1
3

3
-0

-0

-
24
24

24
20
20

20
1,


31

31
53

75
5

27
27

2
R_

R_
R_
BT
BT

BT
8

8
Tata Udara

-1
-1

3
3

-0
-0

-
Ruang Lingkup

24
24

24
20
20

20
Yang termasuk dalam lingkup Tata udara adalah :

1,
1,

1,
Kriteria desain system tata udara.

53

53
53

27
27

27
R_

R_

R_
BT

BT

BT
Peraturan dan Acuan:

Berikut adalah acuan dari Peraturan tata udara:

Untuk tata udara dalam ruangan atau gedung di Indonesia, terdapat beberapa ●

peraturan dan acuan yang mengatur mengenai sistem ventilasi dan kualitas

udara dalam ruangan. Beberapa peraturan dan acuan yang relevan antara lain:

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1077/Menkes/Per/VIII/2003 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan


18

18
3-

3-
-0

-0

Kerja di Tempat Kerja: Peraturan ini mengatur tentang persyaratan

-
24

24
24

20
20

20
kesehatan lingkungan kerja, termasuk pengaturan mengenai tata udara dalam

1,


31

31
53

75

75
ruangan kantor, pabrik, dan tempat kerja lainnya.
27

2
R_

R_

R_
BT
BT

2. SNI (Standar Nasional Indonesia) tentang Tata Cara Perancangan dan BT


Pengujian Sistem Ventilasi di Bangunan: SNI ini mengatur mengenai

standar desain dan pengujian sistem ventilasi di bangunan, termasuk tata


udara dalam ruangan.

3. Pedoman Tata Udara Dalam Ruang Kerja: Dokumen ini biasanya

dikeluarkan oleh otoritas kesehatan atau lingkungan setempat dan

memberikan pedoman mengenai pengaturan tata udara dalam ruang kerja,


8

8
-1

-1
3

3
-0

-0

-
24
24

24
20
20

20
1,


31

31
53

75
5

27
27

2
R_

R_
R_
BT
BT

BT
8

8
termasuk penempatan ventilasi, sirkulasi udara, dan pengendalian kualitas

-1
-1

3
3

-0
-0

-
udara.

24
24

24
20
20

20
1,
1,

1,
4. Pedoman Tata Udara dan Ventilasi Ruang Kelas: Terutama diperuntukkan

53

53
53

27
27

27
bagi sekolah-sekolah, pedoman ini memberikan arahan mengenai tata udara
R_

R_

R_
BT

BT

BT
dan ventilasi yang baik dalam ruang kelas untuk mendukung kesehatan dan

kenyamanan siswa dan guru.


5. Pedoman Tata Udara dan Ventilasi di Ruang Publik: Dokumen ini biasanya

dikeluarkan oleh pemerintah setempat dan memberikan pedoman mengenai

tata udara dan ventilasi yang baik di ruang publik seperti mal, pusat

perbelanjaan, dan tempat umum lainnya.


18

18
3-

3-

Selain itu, ada juga berbagai standar internasional seperti ASHRAE (American
-0

-0

-
24

24
24

Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning Engineers) yang sering


20
20

20

1,


31

31
digunakan sebagai acuan dalam perancangan sistem tata udara dalam
53

75

75
27

2
R_

R_

R_
ruangan di Indonesia.
BT
BT

BT

Kriteria Desain Sistem Tata Udara :


Kriteria Desain tata udara saya lampirkan di bawah


8

8
-1

-1
3

3
-0

-0

-
24
24

24
20
20

20
1,


31

31
53

75
5

27
27

2
R_

R_
R_
BT
BT

BT

Anda mungkin juga menyukai