Analisa Pencahayaan, Penyalur Petir, Tata Udara
Analisa Pencahayaan, Penyalur Petir, Tata Udara
Analisa Pencahayaan, Penyalur Petir, Tata Udara
8
Pencahayaan
-1
-1
3
3
-0
-0
-
24
24
24
Ruang Lingkup :
20
20
20
1,
1,
1,
Yang dimaksud dengan lingkup pencahayaan adalah: ●
a) Tingkat Pencahayaan
53
53
53
27
27
27
b) Kriteria Pencahayaan
R_
R_
R_
c) Pencahayaan Alami
BT
BT
BT
d) Pencahayaan Buatan
e) Serta Pencahayaan darurat
Peraturan dan acuan pencahayaan :
Instalasi Pencahayaan biasanya berdasarkan aturan pemerintah dan standarisasi Internasional
maupun nasional:
●
sistem pencahayaan.
18
18
3-
3-
-0
-0
Kriteria Pencahayaan
-
24
24
24
20
,
1,
,
31
31
53
75
27
Penerangan
2
2
R_
R_
R_
Minimal (Lux)
BT
BT
BT
Penerangan darurat 5 lux
8
-1
-1
3
3
-0
-0
-
24
24
24
20
20
20
1,
,
,
31
31
53
75
5
27
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8
8
Area Kegiatan Tingkat
-1
-1
3
3
Penerangan
-0
-0
-
Minimal (Lux)
24
24
24
20
20
20
ekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara 100 lux
1,
1,
1,
sepintas, seperti:
53
53
53
27
27
27
· Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang
R_
R_
R_
setengah selesai
BT
BT
BT
●
18
Penerangan
3-
3-
Minimal
-0
-0
-
(Lux)
24
24
24
●
20
20
20
Pekerjaan perbedaan yang teliti daripada barang-barang kecil, 300 lux
,
1,
,
31
31
seperti:
53
75
75
27
2
R_
R_
R_
· Pemeriksaan yang teliti
BT
BT
8
-1
-1
3
-0
-0
24
20
20
20
1,
,
,
31
31
53
75
5
27
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8
8
· Penyemiran yang halus dan pemotongan gelas kaca
-1
-1
3
3
-0
-0
-
24
24
24
· Penjahit bahan-bahan wol yang berwarna tua
20
20
20
· Akuntan, pemegang buku, pekerjaan steno, mengetik atau
1,
1,
1,
pekerjaan kantor yang lama dan teliti
53
53
53
27
27
27
R_
R_
R_
Pencahayaan Alami:
BT
BT
BT
●
a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.
●
18
cukup pada suatu ruangan diperlukan jendela sebesar 15 – 20% dari luas lantai
3-
3-
-0
-0
(Suma’mur, 1995).
-
24
24
24
20
20
20
,
1,
,
Menurut Sutanto (1999), keuntungan primer dari sinar matahari adalah
31
31
●
53
75
75
pengurangan terhadap energi listrik. Untuk memenuhi intensitas cahaya yang
27
2
R_
R_
R_
diinginkan, kita dapat memadukan pencahayaan alami dengan pencahayaan buatan.
BT
BT
Pencahayaan Buatan;
Pencahayaan buatan
8
8
-1
-1
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
3
3
-0
-0
cahaya alami. Apabila pencahayaan alami tidak memadai atau posisi ruangan
24
24
24
20
20
20
1,
,
,
31
31
53
75
5
27
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8
8
sedemikian rupa sehingga sukar dicapai oleh pencahayaan alami, maka dapat
-1
-1
3
3
-0
-0
-
24
24
24
lingkungan kerja, baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang
20
20
20
1,
1,
1,
dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut (Astuti, 2000):
53
53
53
27
27
27
1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail
R_
R_
R_
●
serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.
BT
BT
BT
2. Memungkinkan penghuni untuk berjalan dan bergerak secara mudah dan aman.
3. Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja.
4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata,
●
Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan
melengkapi pencahayaan alami.
Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang
18
18
3-
3-
-0
-
Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior,
24
24
24
●
20
20
20
apakah menyebar atau terfokus pada satu arah.
,
1,
,
Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian
31
31
53
75
27
2
R_
R_
R_
Warna yang akan digunakan dalam ruangan serta efek warna dari cahaya.
BT
BT
Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi BT
atau rendah.
mengobservasi dan memelihara berbagai jenis peralatan (Elias, 1990). Untuk upaya
tersebut maka pencahayaan buatan perlu dikelola dengan baik dan dipadukan
dengan faktor-faktor penunjang pencahayaan di antaranya atap, kaca, jendela, dan
dinding agar dapat terciptanya tingkat pencahayaan yang dibutuhkan.
8
-1
-1
-0
-0
24
20
20
20
1,
,
,
31
31
53
75
5
27
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8 Pencahayaan darurat
8
-1
-1
Pencahayaan di bioskop, siaran TV, presentasi audio visual
3
3
-0
-0
-
24
24
24
20
20
20
1,
1,
1,
Pencahayaan Darurat:
53
53
53
27
27
27
lampu darurat (emergency luminaire). sebuah lampu yang di rancang untuk digunakan
R_
R_
R_
pada sistem pencahayaan darurat. Catatan : a). Sebuah tanda arah “Eksit”, dapat juga
BT
BT
BT
berfungsi sebagai sebuah lampu darurat apabila telah didesain untuk tujuan itu. b). Lampu
darurat dapat dikombinasikan dengan lampu pencahayaan normal atau dapat juga sebagai
unit lengkap yang terpisah.
●
18
3-
3-
berikut ini:
-0
-0
-
24
24
24
20
20
20
setiap pintu masuk keberangkatan
,
1,
,
31
31
53
75
27
2
Setiap perubahan dalam kursus Pertolongan pertama persediaan
R_
R_
R_
BT
BT
-1
3
-0
●
24
24
24
20
1,
,
,
31
31
53
75
5
27
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8
8
Perangkat yang harus dimatikan dalam krisis
-1
-1
3
3
-0
-0
-
24
24
24
20
20
20
1,
1,
1,
Penerangan darurat dalam bentuk apa pun harus berjalan pada 1 lumen. Lux
53
53
53
adalah satuan ukuran cahaya berdasarkan m2 pada jarak lilin yang menyala.
27
27
27
R_
R_
R_
Untuk meletakkan segala sesuatunya dalam perspektif, area tempat kerja
BT
BT
BT
biasanya diterangi sekitar 500 lux, dan 100 lux digunakan di lift, lorong, dan
tangga.
dipertahankan, atau tidak keduanya. Memilih berapa lama mereka tetap menyala
setelah pemadaman listrik seringkali menjadi pilihan.
18
3-
3-
-0
-
penerangan utama, dihubungkan dengan lampu lain, dan diatur menggunakan
24
24
24
20
20
20
penerangan biasa. Saat listrik padam, baterai yang terisi saat listrik menyala
,
1,
,
31
31
tetap menyalakan lampu darurat. Jika tidak diperlukan, itu juga dapat dimatikan
53
75
75
27
2
saat daya menyala. Rata-rata, baterai menghasilkan penerangan 10 persen lebih
R_
R_
R_
BT
BT
indikator keberangkatan.
8
-1
-1
3
Biasanya ada dua lampu atau lebih, dan ini termasuk penerangan darurat yang
-0
-0
●
24
24
24
20
1,
,
,
31
31
53
75
5
27
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8
8
untuk satu, sedangkan daya listrik digunakan untuk yang lain. Lampu darurat
-1
-1
3
3
-0
-0
dan sinyal keberangkatan dapat hidup berdampingan dalam satu sistem dengan
-
24
24
24
kombo ini, yang dapat disimpan atau tidak..
20
20
20
1,
1,
1,
53
53
53
27
27
27
R_
R_
R_
BT
BT
BT
Ruang Lingkup :
Ruang lingkup penyalur petir pada pabrik mencakup beberapa aspek yang
●
18
3-
-0
-0
-
24
24
24
20
,
1,
,
yang ada.
31
31
53
75
75
27
2
3. Spesifikasi Teknis: Menentukan spesifikasi teknis untuk komponen-
R_
R_
R_
BT
BT
BT
komponen penyalur petir, seperti kabel penghantar, penangkap petir
-1
3
3
-0
-0
-
24
24
24
20
●
1,
,
,
31
31
53
75
5
27
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8
8
6. Integrasi dengan Sistem Keselamatan: Menyelaraskan sistem penyalur petir
-1
-1
3
3
-0
-0
-
dengan sistem keselamatan keseluruhan pabrik, termasuk sistem proteksi
24
24
24
20
20
20
1,
1,
1,
terhadap kebakaran dan perlindungan terhadap bencana alam lainnya.
53
53
53
27
27
27
7. Pendidikan dan Pelatihan: Melakukan pelatihan kepada personel pabrik
R_
R_
R_
BT
BT
BT
mengenai pentingnya sistem penyalur petir, tindakan darurat dalam situasi
18
3-
-0
-0
-
24
24
24
20
20
20
,
1,
,
Di Indonesia, peraturan dan acuan terkait penyalur petir terutama diatur
31
31
●
53
75
75
27
dalam standar nasional dan peraturan teknis yang dikeluarkan oleh Badan
2
2
R_
R_
R_
BT
BT
Perumahan Rakyat (PUPR). Berikut ini adalah beberapa dokumen acuan dan
●
penangkal petir yang meliputi pemilihan tipe penangkal petir, instalasi kabel
8
8
-1
-1
3
-0
-0
-
24
24
24
20
20
20
1,
,
,
31
31
53
75
5
27
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8
8
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
-1
-1
3
3
-0
-0
-
30/PRT/M/2019 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Penangkal Petir
24
24
24
20
20
20
1,
1,
1,
dan Instalasi Listrik Bangunan Gedung: Peraturan ini mengatur tata cara
53
53
53
27
27
27
penyelenggaraan perlindungan penangkal petir dan instalasi listrik di
R_
R_
R_
BT
BT
BT
bangunan gedung, termasuk persyaratan teknis dan administratif yang harus
dipatuhi.
●
18
3-
-0
-0
-
4. Panduan Teknis Penyelenggaraan Perlindungan Penangkal Petir untuk
24
24
24
20
20
20
,
1,
,
Bangunan Gedung (dari Kementerian PUPR): Dokumen ini memberikan
31
31
●
53
75
75
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
pemeliharaan. ●
(IEC) ini juga dapat dijadikan acuan dalam perancangan dan instalasi
penangkal petir.
Analisa Resiko:
8
8
-1
-1
3
3
-0
-0
-
24
24
24
20
20
20
1,
,
,
31
31
53
75
5
27
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8
8
Analisi resiko adalah metode untuk menentukan suatu kebutuhan akan
-1
-1
3
3
-0
-0
-
24
24
24
diakibatkan oleh sambaran petir.” Perhitungan kebutuhan akan sistem
20
20
20
1,
1,
1,
proteksi sambaran petir dapat menggunakan standar-standar yang telah
53
53
53
27
27
27
R_
R_
R_
Standar Peraturan Umum Instalusi Penyalur Petir (PUIPP). 1. Standar
BT
BT
BT
Peraturan Umum Instalasi Penyalur Petir (PUIPP) Menurut standar PUIPP
kebutuhan akan proteksi sambaran petir pada gedung dapat ditentukan
●
18
3-
3-
-0
-
E = Bahaya menurut hari guruh
24
24
24
20
20
20
R = Perkiraan sambaran petir
,
1,
,
●
31
31
53
75
75
27
2
Tabel Bahaya Menurut Kegunaan Dan Isi Gedung (Indeks A)
R_
R_
R_
BT
BT
isinya
Gudang,menara dsb.
8
-1
-1
3
3
-0
-0
sehari-hari
-
24
24
24
20
20
20
1,
,
,
31
31
53
75
5
27
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8
8
Bangunan yang digunakan untuk 2
-1
-1
3
3
-0
-0
-
kegiatan penting , seperti
24
24
24
20
20
20
1,
1,
1,
Gedung pemerintahan
53
53
53
27
27
27
Bangunan yang terdapat banyak 3
R_
R_
R_
●
BT
BT
BT
orangnya ●
terbakar
18
3-
-0
-0
-
Kontruksi terbuat dari bahan 0
24
24
24
20
20
20
yang mudah menghantarkan listrik
,
1,
,
31
31
1
53
75
27
2
besi dengan atap menggunakan
R_
R_
R_
BT
BT
bahan logam BT
Kontruksi bangunan menggunakan 2
besi dan atap tidak terbuat dari
●
bahan logam
Kontruksi terbuat dari kayu 3
dengan atap bukan logam
(Meter)
-1
-1
3
3
-0
-0
6 0
24
24
24
20
20
20
1,
,
,
31
31
53
75
5
27
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8
8
12 2
-1
-1
3
3
-0
-0
-
17 3
24
24
24
20
20
20
1,
1,
1,
25 4
53
53
53
27
27
27
35 5
R_
R_
R_
●
BT
BT
BT
50
●
6
70
●
7
100 8
140 9
200 10
18
3-
-0
-0
-
Berada di tanah lapang atau datar 0
24
24
24
20
20
20
Berada di perbukitan atau pegunungan 1
,
1,
,
dengan ketinggian 1000m
31
31
53
75
75
Berada dipuncak pegunungan yang 2
27
2
ketinggiannya lebih dari 1000 meter
R_
R_
R_
BT
BT
4 1
8 2
16 3
32 4
64 5
128 6
256 7
8
keadaan suatu gedung yang ingin dipasang sistem proteksi petir maka tingkat resiko dapat
-1
-1
3
ditentukan dengan menjumlahkan indeks - indeks diatas dan diperolehlah tingkat bahaya
-0
-0
24
20
20
20
1,
,
,
31
31
53
75
5
27
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8 Dengan berdasarkan table diatas , kondisi bangunan di Pt BTR Indonesia maka dapat
8
-1
-1
dianalisakan sebagai berikut
3
3
-0
-0
-
24
24
24
A : Bangunan yang terdapat banyak orangnya =3
20
20
20
1,
1,
1,
B: Kontruksi bangunan menggunakan besi dan atap tidak terbuat dari
53
53
53
27
27
27
bahan logam =2
R_
R_
R_
●
BT
BT
BT
C ketinggian 27.89m =5●
R=3+2+5+0+7= 17
Spesifikasi Teknis :
18
18
3-
3-
-0
-0
Area Proteksi
-
24
24
24
20
20
20
,
1,
,
31
31
53
75
75
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8
8
-1
-1
3
3
-0
-0
-
24
24
24
20
20
20
1,
,
,
31
31
53
75
5
27
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8
8
Speksifikasi Teknis :
-1
-1
3
3
-0
-0
-
Penyalur Petir di tiap Gedung di hubungkan dengan Galvanized Hot dip 40x40.
24
24
24
20
20
20
Penyalur Petir yang ada di outdoor di hubungan dengan galvanized hot dip 40x4 jika
1,
1,
1,
menyebarangi jalan maka akan di tambah proteksi dari pipa baju.
53
53
53
27
27
27
R_
R_
R_
BT
BT
BT
18
18
3-
3-
-0
-0
-
24
24
24
20
20
20
,
1,
,
31
31
53
75
75
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8
8
-1
-1
3
3
-0
-0
-
24
24
24
20
20
20
1,
,
,
31
31
53
75
5
27
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8
8
Tata Udara
-1
-1
3
3
-0
-0
-
Ruang Lingkup
24
24
24
20
20
20
Yang termasuk dalam lingkup Tata udara adalah :
1,
1,
1,
Kriteria desain system tata udara.
53
53
53
27
27
27
R_
R_
R_
BT
BT
BT
Peraturan dan Acuan:
●
Untuk tata udara dalam ruangan atau gedung di Indonesia, terdapat beberapa ●
peraturan dan acuan yang mengatur mengenai sistem ventilasi dan kualitas
●
udara dalam ruangan. Beberapa peraturan dan acuan yang relevan antara lain:
18
3-
3-
-0
-0
-
24
24
24
20
20
20
kesehatan lingkungan kerja, termasuk pengaturan mengenai tata udara dalam
,
1,
,
31
31
53
75
75
ruangan kantor, pabrik, dan tempat kerja lainnya.
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
8
-1
-1
3
3
-0
-0
-
24
24
24
20
20
20
1,
,
,
31
31
53
75
5
27
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT
8
8
termasuk penempatan ventilasi, sirkulasi udara, dan pengendalian kualitas
-1
-1
3
3
-0
-0
-
udara.
24
24
24
20
20
20
1,
1,
1,
4. Pedoman Tata Udara dan Ventilasi Ruang Kelas: Terutama diperuntukkan
53
53
53
27
27
27
bagi sekolah-sekolah, pedoman ini memberikan arahan mengenai tata udara
R_
R_
R_
BT
BT
BT
dan ventilasi yang baik dalam ruang kelas untuk mendukung kesehatan dan
●
5. Pedoman Tata Udara dan Ventilasi di Ruang Publik: Dokumen ini biasanya
tata udara dan ventilasi yang baik di ruang publik seperti mal, pusat
18
3-
3-
Selain itu, ada juga berbagai standar internasional seperti ASHRAE (American
-0
-0
-
24
24
24
20
,
1,
,
31
31
digunakan sebagai acuan dalam perancangan sistem tata udara dalam
53
75
75
27
2
R_
R_
R_
ruangan di Indonesia.
BT
BT
BT
8
-1
-1
3
3
-0
-0
-
24
24
24
20
20
20
1,
,
,
31
31
53
75
5
27
27
2
R_
R_
R_
BT
BT
BT